Cara mengetahui kejenuhan resin kation berhubungan dengan efektifitas resin dalam
menurunkan kesadahan air. Atau apakah suatu resin sudah memerlukan proses regenerasi
atau belum.
Resin kation umumnya digunakan untuk menurunkan kesadahan air dan untuk proses
demineralisasi air.
Resin kation yang jenuh memiliki ciri-ciri mencolok berupa terjadinya perubahan warna pada
resin tersebut. Namun untuk tepatnya, penentuan jenuh tidaknya suatu resin kation harus
dilakukan melalui pengujian yang tepat.
1. Pengujian pH air.
Resin kation yang digunakan untuk demineralisasi memiliki muatan ion H+ di dalamnya.
Sebaliknya, resin anion memiliki muatan ion OH–. Pertukaran antara kation air dengan kation
resin akan menurunkan pH air ke bawah 7. Sebaliknya, pertukaran anion dari dalam air
dengan anion dari dalam resin akan menaikkan pH air ke atas 7.
Jika saat proses demineralisasi pH air yang sedang di proses berada di atas 7 dan tak turun-
turun dalam rentang waktu di atas 5 menit, dapat disimpulkan bahwa resin kation yang
digunakan sudah tak mengandung kation H+ Artinya resin kation telah mengalami kejenuhan.
Proses demineralisasi bertujuan menurunkan nilai TDS air hingga menuju 0 ppm. Saat
dilakukan proses demineralisasi, angka TDS air akan mengalami penurunan secara kontinu,
menuju 0 ppm dalam rantang waktu yang tak terlalu lama.
Misalkan saat kita melakukan demineralisasi air dengan TDS awal 50 ppm, saat dilakukan
proses sirkulasi air melewati resin anion dan kation, TDS menurun dari nilai awal pada
output air dari resin. Artinya nilai TDS air pada input lebih besar dari nilai TDS air pada
output.