Anda di halaman 1dari 8

Pertukaran Ion

Ion merupakan atom atau molekul yang bermuatan, dapat bermuatan positif maupun
negatif. Secara umum metode pertukaran ion terdiri atas softening dan deionisasi.
Softening utamanya digunakan sebagai metode pretreatment untuk mereduksi air
sadah sebelum memasuki proses reverse osmosis (RO).

Softening

Air tanah melarutkan bebatuan dan melepaskan mineral-mineral salah satunya ion
kalsium dan magnesium. Keberadaan kalsium dan magnesium ini dapat menyebabkan
air bersifat sadah atau lebih dikenal dengan istilah hardwater. Mineral-mineral
tersebut dapat menurunkan kualitas air, terlihat dari sifat fisiknya yang nampak keruh
dan berbau. Kalsium dan magnesium terdapat dalam bentuk CaCO3 dan MgCO3,
kedua garam tersebut dapat dihilangkan dengan pemanasan namun membutuhkan
energi yang besar.

Agen pembersih yang biasa digunakan untuk mencuci pakaian pun tidak mampu
menghilangkan kotoran dan kuman apabila menggunakan air sadah, bahkan membuat
pakaian menjadi kusam. Selain itu, mineral-mineral tersebut dapat meninggalkan
kerak putih pada kamar mandi.

Kesadahan air atau water hardness dapat dihilangkan dengan metode pertukaran ion..
Water hardness dapat dinyatakan dalam grain per gallon (gpg) dan part per million
(ppm) atau miligram per liter (mg/L). 1 gpg sama dengan 17 ppm(mg/L). Tabel 1
menunjukkan tingkat kesadahan air.

Tabel 1 Klasifikasi kesadahan air (sebagai CaCO3)

Tingkat Kesadahan ppm atau mg/L grain/galon (gpg)


Tidak sadah 0-17 0-1
Sedikit sadah 17-60 1-3.5
Cukup sadah 60-120 3.5-7
Sadah 120-180 7-10.5
Sangat sadah >180 >10.5

Pertukaran ion mampu menghilangkan ion Ca dan Mg penyebab kesadahan air dan
menggantinya dengan ion yang tidak menyebabkan kesadahan seperti ion Na. Na
dapat diperoleh dari garam NaCl. Untuk mengatasi kesadahan (hardness) dapat
digunakan suatu softener yang mengandung resin pertukaran mikropori, biasanya
berupa polistirena sulfonat yang sangat jenuh dengan Na, menutupi seluruh
permukaan resin.

Resin menukar dua ion Na+ untuk setiap ion Ca2+ atau Mg2+ yang akan dihilangkan.
Air akan melewati resin ini, ion Ca dan Mg yang berasal dari air sadah menyerang
resin dan menggantikan posisi ion Na dalam resin sehingga resin melepaskan ion Na
ke dalam air. Proses tersebut merupakan proses softening air sadah seperti terlihat
pada Gambar 7.

Setelah proses softening dalam jumlah besar, resin menjadi jenuh dengan ion Ca dan
Mg sehingga resin harus diregenerasi (Gambar 7). Resin yang telah jenuh
ditambahkan larutan pencuci yang mengandung ion Na (brine solution) sehingga ion
Na akan menggantikan kembali posisi ion Ca dan Mg dalam resin, ion Ca dan Mg
keluar sebagai wastewater. Secara garis besar dalam proses softening maupun
regenerasi terjadi reaksi sebagai berikut:

Proses softening: Na-Resin + Ca2+/Mg2+ Ca-Resin/Mg-Resin + Na+


Proses regenerasi: NaCl + Ca-Resin/Mg-Resin Na-Resin + Ca2=/Mg2+

Frekuensi untuk regenerasi resin tergantung tingkat kesadahan air, jumlah air yang
digunakan, ukuran softener, serta kapasitas resin. Waktu regenerasi sekitar 60-120
menit. Pada proses softening, Na yang ditambahkan ke dalam setiap galon air sadah 8
ppm. Setelah treatment, air dengan kesadahan 10 gpg akan memiliki kandungan Na
sebesar 80 ppm. Hal ini berarti untuk setiap liter air (0.26 galon) yang masuk
mengandung 80 mg Na.

Water softener diklasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu:


1. Manual: Operator menutup dan membuka kran untuk mengontrol frekuensi, tingkat
dan waktu regenerasi.

2. Semi-automatic: Operator hanya mengawali siklus regeneasi, tombol ditekan saat


softener perlu untuk diregenerasi, kemudian unit akan mengontrol dan melengkapi
proses regenerasi.

3. Automatic: Softener dilengkapi pengatur waktu yang secara otomatis akan


mengawali siklus regenerasi dan setiap tahapan dalam proses tersebut. Operator hanya
perlu mengatur waktu dan menambahkan garam sesuai kebutuhan. Regenerasi
umumnya dilakukan saat penggunaan air sedikit, yaitu sekitar jam 4 pagi atau tengah
malam. Tipe softener ini paling polular digunakan.
4. Demand Initiated Regeneration (DIR): Semua operasi diawali secara otomatis
tergantung respon penggunaan air dan permintaan akan proses softening. Sistem DIR
secara umum mempunyai dua tanki softening dan satu tanki larutan pencuci (brine
solution). Pada saat sedang berlangsung proses softening pada satu tanki, akan
berlangsung proses regenerasi pada tanki lainnya.

5. Off-site regeneration: Penggunaan tanki softening secara fisik diganti dengan tanki
regenerasi.

Setelah proses softening kemudian diregenerasi di lokasi pusat.


Semua tipe softener harus diinstal secara tepat dan dimonitor untuk pengoperasian
yang sesuai. Softener tipe automatic dan DIR membutuhkan lebih banyak garam.
Jumlah garam yang ditambahkan tergantung jumlah individu setiap rumah,
penggunaan air sehari-hari, kapasitas softener, dan tingkat kesadahan. Sementara
ukuran softener tergantung tingkat kesadahan, penggunaan air sehari-hari, dan laju alir
air. Berikut adalah tipe instalasi softener air.

Gambar Instalasi Softener Air

Selama proses softening natrium dilepaskan dari resin ke air yang akan digunakan
sehingga kandungan natrium dalam air tinggi, penggunaan garam natrium dapat
diganti dengan KCl untuk alasan kesehatan maupun kelestarian lingkungan. KCl
memang lebih mahal namun aman bagi tubuh dibandingkan dengan NaCl. KCl relatif
mahal karena KCl terikat lebih kuat pada resin sehingga mereduksi efisiensi proses
softening dan KCl yang dibutuhkan lebih banyak.

Perawatan untuk softener tergantung tipe softener yang digunakan. Tanki larutan
pencuci harus selalu diperiksa dan dibersihkan secara teratur. Frekuensi pembersihan
bergantung pada tipe dan kemurnian garam yang digunakan dalam proses softening
serta karakteristik air yang akan ditreatment. Proses backwash resin sangat penting
untuk efisiensi regenerasi. Apabila proses backwash dilakukan semi-otomatis,
backwash sebaiknya tetap dilanjutkan sampai diperoleh air yang benar-benar bersih.

Apabila proses backwash dilakukan secara otomatis, atur waktu backwash cukup lama
sehingga diperoleh air bersih. Kandungan besi > 5 ppm, mangan atau hidrogen sulfida
yang cukup tinggi dalam air akan mereduksi efektivitas softener, apabila ini terjadi
resin harus dibersihkan terlebih dahulu atau bahkan diganti.
Keuntungan purifikasi air dengan metode pertukaran ion melalui proses softening
diantaranya dapat menghilangkan ion Ca2+ dan Mg2+ sehingga air lebih bersih dan
lembut untuk pakaian, membuat mesin cuci dan alat rumah tangga lainnya tahan lama,
deterjen ataupun sabun yang digunakan pun lebih sedikit.

Adapun kerugian metode ini diantaranya air hasil softening tidak direkomendasikan
untuk menyiram tanaman dan kebun karena kandungan natriumnya, dapat mereduksi
efektivitas sistem septik dan selokan, beresiko terhadap kesehatan akibat pemasukan
natrium yang tinggi ke dalam tubuh.

Masalah kesadahan air untuk keperluan mencuci dapat direduksi dengan


menggunakan deterjen yang telah ditambahkan formula kimia softening. Beberapa
senyawa kimia yang ditambahkan untuk mereduksi efek negatif dari air sadah
meliputi Sal soda dan Calgon.

Sal soda dikombinasikan dengan kalsium dan magnesium membentuk partikel padat,
merupakan zat aditif pengendap, tidak bersih secara sempurna karena partikel padat
kemungkinan melekat pada serat pakaian. Calgon dikombinasikan dengan kalsium
dan magnesium membentuk senyawa dalam larutan, merupakan zat aditif bukan
pengendap namun berakibat negatif pada lingkungan karena kandungan fosfat yang
sangat tinggi.

via hydro.co.id

______________________________________________________________
Air bersih, Badan sehatPikiran jernih, hidup bersemangat

Butuh solusi lebih lanjut tentang air bersih ???

Visit us on:
www.WaterplusPure.com

OR

Mail us on:
info@WaterplusPure.com

https://waterpluspure.wordpress.com/2010/12/14/proses-kerja-demineralisasi/

Setelah penjernihan, maka perlu pula dilakukan pemurnian air yang bertujuan untuk mengurangi
mineral dalam air. Proses yang banyak dipakai untuk tujuan ini adalah softener demineralisasi.
Jika TDS < 100 dan silica < 10, maka softener dapat diaplikasikan. Tetapi untuk kandungan
mineral yang tinggi, lebih cocok jika menggunakan demineralisasi. Demineralisasi bekerja
menurut prinsip penukaran ion. Instalasi demin plan umumnya terdiri dari dua buah tangki
penukar ion, yaitu tangki kation untuk menukar ion H+ dan tangki anion untuk menukar ion OH-
. Cara kerja demin plant adalah sebagai berikut :

Cation menukar ion-ion positif dalam air seperti Ca, Mg, Na dengan ion H+
Air yang keluar dari cation bersifat asam
Anion menukar ion-ion negatif dalam air seperti Cl, SO4, SiO2 dengan ion OH-
Jika kadar hardness dalam cation > 1 ppm atau pH > 5 dikatakan unit sudah jenuh
Jika kada silica dalam anion > 5 ppm atau pH < 7 dikatakan unit sudah jenuh
Jika unit sudah jenuh perlu dilakukan regenerasi agar proses pertukaran ion tetap
berlangsung dengan baik.

Proses regenerasi unit dilakukan dengan menginjeksi regeneran pada masing-masing


unit.Regeneran untuk cation adalah HCl dan untuk anion NaOH.

Proses regenerasi :

Backwash, yaitu mengalirkan air bersih ke arah berlawanan melalui tangki cation atau
anion sampai air keluarannya beesih
Melakukan slow rinse, yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk menghilangkan regeneran
dalam resin
Fast rinse, yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk menghilangkan sisa
regeneran sebelum operasi.

https://blogsawit.wordpress.com/water-treatmen/3-softener-dan-demineralisasi/
Pengertian Ion Exchange

Kromatografi merupakan sebuah metode untuk memisahkan campuran menjadi komponen-


komponen penyusunnya. Salah satu bentuk campuran yang biasa dikromatografi yaitu senyawa-
senyawa yang memiliki molekul saling berikatan ion. Pemisahan salah satu ion penyusun
molekul tersebut, membutuhkan metode khusus yakni kromatografi pertukaran ion.

Ion exchange jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti pertukaran ion. Namun jika
diartikan lebih dalam lagi, kromatografi ion exchange adalah sebuah proses kromatografi untuk
memisahkan molekul ion suatu senyawa berdasarkan perbedaan nilai muatan permukaan antar
senyawa.

Pertukaran ion melibatkan butiran-butiran resin dengan permukaan yang bermuatan positif
(kation) atau negatif (anion). Biasanya resin-resin tersebut memiliki pori-pori kecil untuk
menambah luas permukaan kontak. Sebagai contoh gambaran, salah satu jenis resin ion
exchange adalah berupa molekul ikatan hidrokarbon kompleks yang sangat panjang dengan
ujung rantai mengikat ion H+ untuk resin kation, dan OH untuk resin anion.

Pada proses ekstraksi protein, resin ion exchange dikemas ke dalam sebuah wadah kolom, dan
diisi dengan larutan penyetimbang (equilibration buffer). Larutan penyetimbang ini mengisi sela-
sela kosong antara butiran resin serta menyelimuti permukaan pori tiap-tiap butirannya.
Kekuatan ion dan pH larutan penyetimbang dijaga pada angka khusus, sehingga pada saat
sampel campuran dimasukan ke dalam kolom resin, hanya ion-ion molekul protein sasaran yang
terikat oleh molekul resin. Pengontrolan nilai pH ini sangat penting karena molekul-molekul
protein tersusun atas ion-ion asam amino yang kekuatan muatannya sangat bergantung terhadap
pH lingkungannya (perhatikan kurva berikut).

Contoh penggunaan ion exchange lain yaitu pada proses softening (pelunakan) air dan juga
demineralisasi air. Proses softening air adalah proses menghilangkan zat-zat kimia pengeras air
yakni ion kalsium dan magnesium. Sedangkan proses demineralisasi adalah proses
menghilangkan seluruh kandungan ion-ion mineral yang terlarut di dalam air.

Jika R adalah senyawa resin, maka reaksi pertukaran ion kalsium yang terjadi pada proses
softening air adalah sebagai berikut:
2 RNa + Ca++ R2Ca + 2 Na+
Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan kandungan ion kalsium
(Ca2+) dan magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin kation. Pada awalnya molekul resin
mengikat lemah ion sodium (Na+), dan karena ion molekul resin memiliki gaya tarik-menarik
yang lebih kuat dengan ion kalsium dan magnesium, maka terjadilah proses pertukaran ion.
Molekul resin melepas ion sodium ke dalam air, diikuti dengan pengikatan ion kalsium dan
magnesium ke molekul resin.

Sedikit berbeda dengan proses demineralisasi air, pada ujung rangkaian, molekul resin berikatan
dengan ion H+ dan OH. Pada saat air melewati gugusan resin, akan terjadi pengikatan ion-ion
mineral yang terlarut di dalam air karena molekul resin memiliki gaya tarik-menarik lebih besar
dengan ion molekul daripada ion H+ dan OH. Jika R, K2+, dan A2- adalah berturut-turut molekul
ion resin, ion mineral positif, dan ion mineral negatif, maka reaksi ion exchange yang terjadi
pada proses demineralisasi air yakni sebagai berikut:
2 R-H + K2+ R2K + 2 H+
2 R-OH + A2- R2A + 2 OH
Nampak pada reaksi di atas bahwa pada proses demineralisasi air, resin akan mengikat ion-ion
mineral dan melepas ion-ion H+ dan OH. Selanjutnya ion-ion tersebut akan salin berikatan
untuk membentuk molekul H2O baru.
H+ + OH H2O

Pada tiap proses pertukaran ion, dilakukan regenerasi resin jika resin sudah jenuh. Jenuh berarti
keseluruhan molekul resin telah berikatan dengan ion-ion sasaran. Pada proses softening air,
resin dikatakan jenih jika keseluruhan molekul resin telah berikatan dengan ion kalsium atau
magnesium. Jenuhnya resin ditandai dengan air output dari kolom resin masih mengandung ion-
ion kalsium dan magnesium.

Untuk melakukan regenerasi, pada proses softening air dibutuhkan larutan garam NaCl pekat
yang dialirkan melewati resin. Larutan NaCl ini biasanya 1000 kali lebih pekat dari larutan NaCl
biasa.
R2Ca + 2 NaCl 2 RNa + CaCl2
Sedangkan pada proses demineralisasi digunakan larutan asam kuat seperti H2SO4 dan juga
larutan basa kuat seperti NaOH untuk meregenerasi resin demineralisasi air. Untuk lebih dalam
membahas proses demineralisasi, silahkan baca artikel berikut.

http://www.winflow.co.id/artikel/pengertian-ion-exchange

Anda mungkin juga menyukai