D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Nama :Aditya fajar aritama
Kelas :9C
SMP N 2 PANGKALPINANG
Daftar Isi:
-kata pengantar
-daftar isi
-isi
-penutup
Assalamualaikum,wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah swt,karna berkah
dan karunianya kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan
untuk belajar walaupun secara dalam kondisi pandemi secara
online.
“Datangkan ke sini para saksi yang akan mempersaksikan,” ujar si peminjam uang.
Namun, si pemuda tak memiliki seseorang untuk menjadi saksi apalagi penjamin. Ia
hanya bisa berucap, “Cukuplah Allah sebagai penjamin,” kata si pemuda. Akan
tetapi, baginya menyebut asma Allah dalam ikatan perjanjian maka menjadikannya
sangat kuat. Jika dilanggar, ia amat takut Allah murka.
Tekad si pemuda pun dipercaya si peminjam. “Kau benar,” katanya. Ia pun
kemudian memberi pinjaman seribu dinar kepada sang pemuda. Keduanya pun
menyepakati masa jatuh tempo pengembalian uang tersebut.
Padahal, di hari biasa perahu selalu tersedia. Namun, entah mengapa hari itu si
pemuda tak mendapati satu pun perahu meski telah mencarinya dengan keras.
Cemaslah hati pemuda itu. Ia tak mau melanggar kesepakatan dan janji utangnya.
Si pemuda tak mau berputus asa segera. Ia telah berjanji akan mengganti uang
seribu dinar tersebut pada hari itu juga. Maka ia pun berpikir, bagaimana cara untuk
memenuhi janjinya. Ia pun mengambil sepotong kayu, kemudian melubanginya.
Uang seribu dinar itu kemudian ia masukkan pada lubang kayu tersebut. Tak lupa
sepucuk surat kepada sang piutang juga diikutsertakan pada lubang kayu tersebut.
Sepotong kayu itu pun kemudian hanyut mengikuti arus laut. Namun, meski telah
memasrahkan uang dalam kayu tersebut, bukan berarti si pemuda berhenti
berusaha. Ia terus mencari perahu untuk menghantarnya ke negeri seberang,
tempat si peminjam tinggal.
Cukup lama menunggu, ia pun bosan. Namun, tiba-tiba ia melihat sebongkah kayu
yang hanyut. Bermaksud digunakan sebagai kayu bakar di rumahnya, ia pun
memungutnya dan membawanya pulang. Terkejut, saat membelah kayu tersebut, ia
mendapati uang seribu dinar dan sepucuk surat. Membaca surat tersebut, ia pun
tersenyum riang.
Keesokan harinya, si pemuda muncul dengan wajah penuh cemas dan rasa
bersalah. Turun dari perahu, ia bergegas menuju rumah si peminjam utang. “Demi
Allah, aku terus berusaha mencari perahu untuk menemuimu dan mengembalikan
uangmu. Tapi, aku tak memperoleh perahu hingga perahu sekarang ini aku datang
dengannya,” ujar si pemuda menjelaskan uzurnya.
Kisah pemuda dan sepotong kayu tersebut dikabarkan oleh Rasulullah dalam hadis
riwayat Al-Bukhari dan Nasa’i. Tak dikabarkan jelas siapa nama pemuda tersebut
dan latar lokasi tempat tinggal si pemuda dan si piutang. Namun, kisah ini
dipastikan kebenarannya, mengingat kedudukan hadis yang menyebutkan kisah itu
memiliki derajat shahih.
Dari kisah tersebut, terdapat hikmah agung yang dapat menjadi pelajaran bagi
Muslimin. Membulatkan tekad sangat dibutuhkan Muslimin sebelum bertawakal
kepada Allah. Hal tersebut tercantum dalam Alquran surah Ali Imran ayat 159, Allah
berfirman, “...Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.”