Anda di halaman 1dari 6

tinta biru

- judul min ukuran 30


- font isi minimal ukuran 11

Jami Edisi 248 / 6 September 2019

//tolong diberi gambar bukunya//

HADIRILAH
Kajian Remaja bersama Habib Ahmad Muhajir Aljufri di Masjid Agung Baitul Mukminin
Alun-Alun Jombang Minggu pukul 08.30-10.30. Disediakan doorprice novel best seller; Hati
Suhita

IKUTILAH
Majelis Shalawat Remas Masjid Agung dan Pengajian Kitab Qurrotul Uyun oleh Ustad
Muhammad Muizzudin Lutfi di Masjid Agung Baitul Mukminin Alun-Alun Jombang Sabtu
(7/9/2019) pukul 19.30-22.00

Orang Yang Beruntung


Saat ngisi pengajian Al Hikam Senin (2/9/2019), Pengasuh PP Al Muhibbin Bahrul Ulum
Tambakberas, KH Mohammad Djamaluddin Ahmad menjelaskan keutamaan berbagi
kebahagiaan pada hari Asyura atau 10 Muharram yang tahun ini jatuh pada 10 September.

Kiai Jamal menyampaikan kisah yang termaktub dalam kitab An-Nawadir karya Ahmad
Syihabudin bin Salamah Al-Qalyubiy. Ini menginspirasi pentingnya kegiatan santunan
kepada fakir miskin dan anak yatim di hari Asyura.

Suatu hari, bertepatan dengan Asyura ada seorang fakir yang memiliki tanggungan anak pergi
ke rumah tuan Qadli (hakim). Sebetulnya dia enggan meminta karena dia juga seorang
Alawiyyin, akan tetapi melihat anaknya yang sudah berhari-hari tidak makan ia pun pergi
menuju kota.

Untuk menuju ke kota, ia harus berjalan cukup jauh melewati padang pasir. Akhirnya, tibalah
ia di rumah tuan Qadli. Kemudian menceritakan keadaannya.
“Ini rajulun fakirun dzu‘iyalin (saya ini lelaki fakir yang punya banyak tanggungan keluarga).
Hari ini bertepatan 10 Muharam, saya mau minta kepada anda tidak banyak : 10 potong roti,
10 potong daging, dan uang 2 dirham,” kata si fakir.

“Iya Pak, nanti siang anda ke sini lagi,” jawab Qadli.

Lalu pulanglah ia ke desa, sementara itu anaknya melihat kedatangan sang ayah merasa
gembira. Berharap membawa sesuatu untuk dimakan. Akan tetapi kali ini ia pulang dengan
tangan hampa.

“Sabar ya nak, nanti siang ayah kembali lagi ke sana,” jawab sang ayah.

Siangnya, si fakir kembali menemui Qadli dan mendapat jawaban sama. “Maaf, nanti sore
kembali lagi ya, Pak,” jawab Qadli.

Jawaban tersebut terulang lagi, ketika pada sore harinya si fakir menemui Qadli. Bahkan, ia
justru mendapat makian dari Qadli karena meminta-minta.

Merasa sedih dan tidak berdaya lagi, ia pun berdoa kepada Allah. “Ya Allah! mata mana
yang tega melihat kondisi anak saya? Telinga mana yang mampu mendengar ratap tangisan
anak saya? Mulut mana yang mampu menjawab pertanyaan anak saya!” pinta fakir.

Maka ia pun pulang dengan langkah gontai. Namun, di tengah jalan ia bertemu dengan
seorang Nasrani bernama Saidun.

“Ada apa Pak, kenapa menangis?” tanya Saidun.

“Jangan tanya kondisi saya,” jawab fakir.

“Saya tanya, billahi, mengapa kamu menangis?” tanya Saidun kembali.

Akhirnya, ia menceritakan kisahnya kepada Saidun dan membuatnya iba, kemudian ia


bertanya. “Saat ini kalau dalam Islam, hari apa?” tanya Saidun.

“10 Muharram. Ini hari yang penuh berkah,” jawab fakir.

“Kalau begitu saya ingin memberi kepada anda, lebih dari yang anda minta” jawab Saidun.

Tidak hanya itu, bahkan Saidun berjanji untuk selalu memberi bantuan kepada si fakir. Hal
ini membuat fakir bahagia. Ia pun pulang dengan disambut gembira anak-anaknya, sebab kali
ini ia pulang dengan membawa sejumlah makanan dan uang.

“Ya Allah, orang yang membuat kami senang, maka buatlah dia gembira, secepatnya,”
ungkap anak-anaknya.

Sementara itu, pada malam harinya tuan Qadli bermimpi. Ia mendengar suara tanpa rupa
(hatif).

“Angkat kepalamu!” dilihatnya dua rumah panggung yang terbuat dari emas dan perak.
“Ini untuk siapa?” tanya Qadli.

“Sesungguhnya untuk kamu, seandainya kamu melayani kebutuhannya orang fakir tadi, tapi
karena kamu tidak melayani, maka ini diberikan kepada Saidun,” jawab hatif.

Esok hari, tua Qadli bergegas menuju ke rumah Saidun untuk menanyakan perihal mimpi
semalam. “Wahai Saidun, amal kebajikan apa yang telah kamu lakukan semalam?” tanya
Qadli. Saidun pun menceritakan kembali, tentang seorang fakir yang bertemu dengannya
semalam..

“Baiklah Saidun, apa yang kau berikan kepada orang fakir tersebut, saya ganti 100.000
dirham,” kata Qadli.

Namun, di luar dugaan tawaran tersebut ditampik Saidun. “Tuan Qadhi, jangankan sejumlah
yang anda tawarkan. Seandainya diberi dunia ini penuh dengan emas, tidak akan saya
berikan. Sekarang saksikan dan pegang tangan saya, Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa
Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah,” tukas Saidun yang akhirnya ditakdirkan Allah
menjadi orang yang beruntung, sesuai dengan namanya.

Asyuro dan Santunan


Syekh Abu Bakr bin Syatha’ dalam I’anah al-Thalibin, juz 2, hal,267 juga mengisahkan
pentingnya mengadakan santunan pada hari Asyuro yang tahun ini jatuh pada 10 September.
Alkisah, ada orang fakir dan keluarganya berpuasa di hari Asyura’. Ia tidak memiliki bekal
makanan untuk berbuka puasa. Setelah berusaha mencari makanan di sekitar tempat
tinggalnya, tetap saja ia tidak menemukan sesuap nasi untuk berbuka puasa. Kemudian ia
memasuki pasar dan melihat seorang saudagar muslim yang tengah menghamparkan tikar
mewah berharga mahal di tokonya. Emas dan perak menghiasi tikar yang membuat setiap
pasang mata yang memandangnya merasakan kemewahan yang menakjubkan.

Si Fakir menghampiri sang saudagar bermaksud untuk meminta pinjaman kepadanya. Setelah
mengucapkan salam, ia mengatakan “wahai tuanku. Aku adalah seorang fakir. Aku harap
engkau memberiku pinjaman satu dirham untuk aku belikan makanan berbuka puasa
keluargaku dan aku do’akan engkau di hari yang mulia ini”. Permohonan si fakir tidak
digubris oleh sang saudagar. Alih-alih memberikan pinjaman, sang saudagar justru
memalingkan wajahnya dari wajah si fakir tersebut.

Si fakir pulang dari pasar dengan hati yang sedih. Air matanya menetes tak terbendung ke
arah pipinya. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang tetangga saudagar muslim tersebut
yang beragama yahudi. Mengetahui si fakir tampak susah, yahudi yang berprofesi sebagai
penukar mata uang tersebut mencoba menghibur dan membantunya. “Aku lihat engkau
berbicara dengan tetanggaku. Apa yang kalian bicarakan?”, ujar si Yahudi. “Aku mencoba
berhutang satu dirham kepadanya untuk bekal berbuka puasa keluargaku, namun ia
menolakku. Aku sangat kecewa. Aku katakan juga kepadanya bahwa pada hari ini aku
bersedia mendoakannya.”, terang si fakir. Yahudi penasaran dengan maksud do’a si fakir di
hari yang menurutnya mulia itu. “Sebenarnya ada apa dengan hari ini”, tanyanya penasaran.
“Ini adalah hari Asyura’”, jawab si fakir. Ia juga menjelaskan kepada Yahudi keutamaan-
keutamaan hari Asyura’. Setelah mendengar penjelasan si fakir, Yahudi memberikan 10
dirham kepada si fakir “Ambilah 10 dirham ini dan belanjakanlah untuk keluargamu untuk
memuliakan hari Asyura’ ini”. Si fakir merasa senang, berkat bantuan seorang Yahudi ia
dapat membahagiakan keluarganya.
Di malam harinya, saudagar muslim yang membuat kecewa si fakir mengalami mimpi yang
memilukan. Dalam mimpi tersebut digambarkan seakan hari kiamat telah tiba. Suasananya
sangat mencekam, saat di mana semua orang mengalami dahaga yang luar biasa. Dalam
mimpi tersebut diinformasikan sang saudagar muslim melihat istana megah dengan bangunan
yang berbahan dasar intan putih, pintunya terbuat dari yaqut merah. Dengan merasakan
dahaga maksimal, si saudagar muslim mengangkat kepalanya dan mengatakan “Wahai
penghuni istana ini, berilah satu teguk minuman kepadaku”. Kemudian dikatakan kepadanya
“Istana ini sedianya dipersiapkan untukmu. Namun ketika kamu menolak seorang fakir
hingga hatinya kecewa, maka namamu diganti dengan nama tetanggamu Yahudi yang
membantu si fakir dan telah memeberinya 10 dirham”.

Keesokan harinya si saudagar muslim menghampiri Yahudi, tetangganya. Ia hendak membeli


pahala bersedekah 10 dirham. “Engkau adalah tetanggaku, bagiku terdapat hak atasmu, aku
membutuhkanmu”, ujar suadagar muslim kepada Yahudi. “Apa yang engkau butuhkan?,
tanya si Yahudi. “Aku bersedia membeli pahala bersedekah 10 dirham yang engkau berikan
kepada si fakir dengan harga 100 dirham, apakah engkau mau?”, tawar sang saudagar. “Demi
Allah, meski dibayar dengan seratus ribu dirhampun aku tidak bersedia. Andai engkau
menuntutku untuk memasuki istana yang engkau lihat di mimpimu kemarin, sungguh aku
tidak akan mempersilahkanmu memasukinya”, jawab Yahudi dengan tegas. Saudagar muslim
heran, dari mana tetangganya mengetahui isi mimpimya. “Siapa yang membuka rahasia
mimpiku ini?”, tanyanya penuh penasaran. “Dialah yang memberitahuku, Dzat yang apabila
menghendaki sesuatu Dia mengatakan Jadilah maka seketika wujud. Dan aku bersaksi tiada
Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya”. Di hadapan saudagar muslim tersebut, si Yahudi menyatakan ke-
Islamannya.

Setelah memaparkan kisah di atas, Syaikh Abu Bakr bin Syatha berpesan “Saudaraku. Orang
ini adalah seorang Yahudi, ia berprasangka baik terhadap hari Asyura’ padahal ia tidak
mengetahui keutamaanya. Allah memberinya kenikmatan, memberinya anugerah besar
dengan memeluk Islam. Lihatlah bagaimana nasib seorang muslim yang mengetahui
keutamaan dan pahala Asyura’ namun ia mengabaikan amal kebaikan di dalamnya?”.

Peristiswa 10 Muharram
Banyak peristiwa besar yang terjadi pada 10 Muharram. Nabi Adam yang bertaubat setelah
dikeluarkan dari surga, dan diampuni segala dosanya oleh Allah SWT. Tanggal di mana
kapal Nabi Nuh berlabuh di bukit Zuhdi setelah berlayar saat banjir air bah yang diturunkan
Allah SWT bagi kaum Nabi Nuh yang durhaka. ’’Nabi Nuh lalu membuat bubur dari tujuh
biji-bijian yang tersisa. Walaupun buburnya sedikit, tapi cukup untuk 80 orang penghuni
kapal. Ini makanya ada tradisi bubur suro,’’ kata KH M Soleh, wakil Rois Syuriah PCNU
Jombang.
Nabi Ibrahim selamat dari siksa api oleh Namrud. Kala itu, Nabi Ibrahim dihukum dengan
dibakar api karena merusak berhala yang disembah Namrud dan rakyatnya, namun selamat
karena pertolongan Allah SWT. Nabi Yusuf bebas dari penjara di Mesir karena fitnah
melakukan tindakan tercela atas Zulaikha, tapi akhirnya fakta membuktikan bahwa Nabi
Yusuf tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan. Nabi Yunus keluar dari perut ikan paus. Kapal
yang ditumpangi Nabi Yunus keberatan muatan hingga akhirnya beliaulah yang terpilih
(undian 3x) harus terjun ke laut dan ditelan ikan paus. Nabi Yunus keluar dalam kondisi
selamat dari perut ikan paus setelah 40 hari hidup di dalamnya. Nabi Ayyub sembuh dari
penyakit kulit berkat kuasa Allah S.W.T. Selama menderita penyakit kulit, Nabi Ayyub
bahkan dijauhkan oleh orang-orang yang telah dibantunya. Nabi Musa selamat dari kejaran
Firaun di Laut Merah. Nabi Musa mengajak kaumnya untuk meninggalkan Mesir, namun
dikejar oleh Firaun dan pasukannya. Berkat pertolongan Allah, Laut Merah tiba-tiba terbelah
untuk jalan Musa dan kaumnya bisa melintas. Setelah berhasil melewati, Laut Merah kembali
seperti semula dan menenggelamkan Firaun beserta tentaranya.

Untuk mensyukuri segala anugerah Allah SWT atas peristiwa-peristiwa penting tersebut,
umat Islam disunahkan untuk melakukan ibadah puasa pada 9 dan 10 Muharram. Fadilahnya,
dihapuskan dosa setahun lalu. Juga menjenguk orang sakit. ’’Fadilahnya, seperti menjenguk
semua orang yang sakit diseluruh dunia,’’ bebernya. Sunah bercelak agar tidak terkena sakit
mata.
Sunah melebihkan atau memberi yang istimewa nafkah keluarga. ’’Kalau biasanya kentucky
menjes, khusus hari Asyuro kentucky ayam,’’ saran Kiai Soleh.
Fadilahnya, diberi kecukupan rezeki selama setahun kedepan. Dianjurkan shalat sunat
mutlak empat rakaat. Tiap rakaat usai Fatihah baca Qulhu atau QS Al Ikhlas 51 kali.
Fadilahnya, dihapuskan dosa 50 tahun.

Antara Dulu, Sekarang, Dan Esok


Seorang dosen masuk ke dalam ruangan kuliah, kemudian mengeluarkan satu kotak domino
yang telah diberi nomor secara berurutan. Ia lalu menegakkan seluruh domino itu satu
persatu.

Para mahasiswa mengira pasti sang dosen hendak memperlihatkan efek domino. Mereka
memperhatikan dengan seksama.

"Kalian perhatikan baik-baik, Bapak akan menjatuhkan domino pertama dan lihat apa yang
terjadi." Lantas dijatuhkanlah bagian yang berada paling depan tersebut.

Tentu semua orang yang berada di ruangan itu tahu bahwa yang terjadi berikutnya adalah
seluruh domino itu akan ikut berjatuhan secara berurutan dari depan ke belakang. Dan
memang itulah yang terjadi.

"Domino ini sengaja Bapak tulis angka, untuk menunjukkan bahwa sejatinya setiap papan
domino ini mewakili usia kita,"

Seperti kebiasaan sang dosen, hari itu beliau juga menerangkan dengan sebuah metafora,
"Maka kalian ingatlah, apa yang terjadi pada kita tahun ini adalah hasil dari perbuatan tahun
lalu. Dan apa yang diperbuat tahun ini akan menentukan seperti apa kita di tahun yang akan
datang. Karena seluruh rangkaian usia kita saling berhubungan, seperti domino ini!"

Tidak cukup dengan ucapan saja, beliau lalu meraih sebuah spidol dan menuliskan dengan
huruf yang besar di papan tulis,
Today is yesterday's effect. And today is tomorrow's cause.

Para mahasiswa menyadari pelajaran yang sangat berharga pada hari itu, bahwa masa depan
ditentukan sikap kita pada hari ini.

Prinsip seperti ini dijabarkan dalam Al-Quran pada kisah Nabi Yusuf yang menganjurkan
sang raja Mesir agar bersikap bijak selama tujuh tahun. Karena apa yang terjadi pada tujuh
tahun berikutnya ditentukan dari sikap sang raja saat itu.

Nabi Yusuf berkata, "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;
maka apa yang kamu panen hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan." (Surat Yusuf : 47)

Kalaulah rangkaian usia ini tak saling berhubungan antara dulu, sekarang, dan akan datang,
tentulah Nabi Yusuf tak akan mengajarkan tentang hal tersebut.

Jelas sudah, siapa yang perbaiki sikap di hari ini, akan baiklah pula keadaannya di masa
depan.

Anda mungkin juga menyukai