Anda di halaman 1dari 3

AKIBAT RITUAL BANK GAIB, NYAWA ANAK PUN DIKORBANKAN

Gara-gara melakukan ritual bank gaib, anakku mati secara misterius. Nyawanya telah
direnggut oleh jin penjamin pinjaman uang gaib tersebut....

Banyak cara dan upaya yang ditempuh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
berupa kekayaan. Memang, kemiskinan sebagai dampak lemahnya ekonomi sering
mendorong manusia nekad untuk melakukan apa saja yang dapat mencapai keinginannya
itu. Tidak peduli apakah cara-cara tersebut bertentangan dengan keimanan.

Salah satu contoh seperti yang dilakukan oleh sekelompok orang yang hendak mencari
pesugihan dengan cara mencari pinjaman uang ke bank gaib. Lokasinya berada di
daerah pesisir laut kidul, Jawa Barat.

Perisitiwa ini terjadi pada akhir 2001 yang lalu. Seperti kita ketahui, isyu
tentang keberadaan bank gaib yang berada di beberapa tempat di Pulau Jawa masih
sangat kontroversial ketika itu. Konon, biasanya persekutuan dengan modus bank
gaib, yaitu berupa pinjaman uang pada makhluk halus yang harus dibayar dalam jangka
waktu yang ditentukan. Tapi kali ini, tebusan yang harus dibayar berupa tumbal!

Kisah mistis kali ini, sebuah kejadian nyata yang dialami oleh salah seorang pelaku
yang pernah datang ke tempat pesugihan berupa bank gaib. Nama-nama para pelaku
sengaja kami samarkan untuk menjaga citra diri mereka. Berikut pengakuan salah
seorang saksi yang berhasil kami tuliskan kembali....:

Aku dilahirkan di Desa Jatimulya, dari sepasang suami istri yang berprofesi sebagai
penjual makanan. Setelah dewasa, aku menikah dengan seorang gadis pilihanku dari
desa sebelah kampung halamanku. Gadis itu bernama Mumun.
Karena sifat manja yang ditanamkan sejak kecil oleh ke dua orang tuaku, akhirnya
berakibat buruk pada saat aku sudah berumah tangga. Aku menjadi seorang bisa
dikatakan ingin hidup enak tapi enggan mencari pekerjaan yang layak.

Meski pernikahan kami sudah berjalan dua tahun lebih, namun beberapa usaha yang aku
geluti belum membuahkan hasil yang memuaskan. Tak jarang, untuk makan sehari-hari
saja, masih bergantung pada orang tua. Hingga suatu ketika, istriku hamil dan
melahirkan seorang putri yang cantik. Sebut saja namanya Mely.
Mulanya aku merintis pekerjaan sebagai pengrajin batu bata. Beberapa tahun
kemudian, usaha itu pun berhenti karena kurang modal. Beberapa kali aku mencoba
mencari usaha-usaha yang lain. Namun lagi-lagi aku belum juga menemukan pekerjaan
yang cocok dengan kepribadianku.

Di saat aku sedang kalut dengan keadaan, aku kedatangan seorang teman dari desa
lain. Sang teman menawarkan suatu jalan alternatif mencari kekayaan yang terdengar
sangat musykil bagiku.

Temanku yang sebut saja bernama Solihin itu memang tergolong berada di desanya.
Kedetangannya ke tempatku, karena Solihin disuruh oleh seorang perantara dari Desa
Terisi agar mencarikan tujuh peserta lain untuk diajak ke suatu tempat keramat yang
ada di pesisir laut kidul Jawa Barat. Maksudnya tak lain dan tak bukan adalah untuk
melakukan peminjaman uang ke bank gaib.
Menurut Solihin, segala kebutuhan mulai dari ongkos dan kendaraan dijamin oleh
Abbas, sang perantara tersebut. Aku dan teman-teman cukup membawa KTP dan botol
kosong bekas air mineral. Di sana, konon ada sebuah tempat yang dirahasiakan berupa
gua untuk meminta pesugihan berupa bank gaib.

Terus terang, aku tidak percaya pada cara-cara nyleneh yang diutarakan temanku itu.
Tapi mengingat kondisi keluarga yang memprihatinkan, akhirnya aku turuti saja
ajakan mereka. Sekedar mencari peruntungan! Pikirku ketika itu.
Sesuai dengan waktu yang direncanakan, rombongan disuruh berkumpul di suatu tempat
yang ditentukan untuk menunggu jemputan dari Abbas selaku perantara.

Pagi itu, sekitar pukul 06.00 WIB, datanglah sebuah mobil Kijang. Kenmdaraan inilah
yang kemudian membawa rombongan kami menyusuri arah selatan menuju Pantai
Pangandaran di daerah Ciamis, Jawa Barat. Setelah sampai di sana, kami diajak
memasuki sebuah goa yang pengap. Kami semua menemui seorang juru kunci yang
berpakaian serba putih ala wali.

Setelah melakukan uluk salam, Abbas mengutarakan maksud kedatangan kami. Juru kunci
tersebut tidak langsung menyanggupi, melainkan memberikan sebuah nasehat bahwa apa
yang kami lakukan adalah perbuatan yang dilarang agama. Namun setelah Abbas
mendesak, akhirnya juru kunci itu pun memenuhi permintaan kami dengan syarat-syarat
dan resiko yang bakal terjadi.

Persyaratannya antara lain: peserta harus menyerahkan KTP dan memasukkan ombak air
laut ke dalam botol yang kami bawa. Para peserta tidak boleh menciduk air laut
secara langsung, melainkan menadahkan botol itu pada ombak yang datang sendiri
secara bergelombang.

Setelah semuanya diuraikan, kira-kira setengah jam kemudian kami keluar untuk
mendapatkan air tersebut.
Setelah dapat, semua orang masuk kembali ke ruangan sang juru kunci. Lelaki
berjubah putih itu memberikan lagi beberapa persyaratan yang harus disediakan oleh
tiap-tiap peserta setelah sampai di rumah nanti. Di antaranya kami harus
menyediakan kamar khusus untuk meletakkan sarana ritual nanti.

Air laut yang ada di dalam botol harus dicampur dengan bunga tujuh rupa. Peserta
juga harus menyediakan tujuh jenis minuman yang berbeda dalam gelas, seperti kopi
pahit, kopi manis, teh pahit, teh manis, kopi jahe, air kelapa, dan beberapa sarana
ritual lainnya. Semuanya ditutup dengan kain putih. Pelaku juga tidak boleh
tertidur pada tengah malam.

Di dalam kamar kami harus menunggu makhluk yang akan datang memenuhi hajat bagi
tiap peserta. Menurut juru kunci, apapun yang terjadi para pelaku tidak boleh
beranjak dari kamar. Apabila ritual itu gagal, para pelaku siap menanggung resiko
yang akan terjadi kelak.

Setelah semua persyaratan beres, kami pun pulang kembali ke rumah dan desa masing-
masing.
***

Sampai di rumah, aku mempersiapkan segalanya, termasuk kamar khusus untuk acara
ritual. Ketika malam semakin larut aku mulai melakukan ritual itu. Bau kemenyan
yang mengepul menyengat di kedua rongga hidungku. Aku masih duduk bersila menahan
rasa kantuk yang sedari tadi menggayut di kelopak mataku.

Sesaat kemudian, tiba-tiba ruangan kamarku serasa berguncang. Aku merasakan seolah
rumahku digoyangkan oleh sesuatu kekuatan yang amat dahsyat. Aku sangat terkejut
dan beranjak dari tempat duduk untuk bangkit ke belakang. Setelah itu entah dari
mana datangnya, di depanku tampak asap putih mengepul. Lambat laun asap itu
menjelma menjadi sosok makhluk yang mengerikan. Makhluk tinggi besar itu berdiri
tepat di depanku. Terlihat jelas rambutnya yang gondrong, dengan taring mencuat di
mulutnya. Tubuhnya tampak berwarna belang-belang mirip zebra.

Makhluk itu menggeram. Seraya menyeringai dia mendekatiku. Mungkin makhluk itu
hendak mencekikku. Saat itu juga aku berusaha menghindar lari karena didera rasa
takut yang membuncah. Ingin sekali aku berteriak. Tapi entah kenapa suaraku
tersekat di tenggorokkan. Aku terus berusaha menggapai daun pintu untuk keluar.
Setelah sampai keluar, aku lari mendekati ruang tamu. Untung saja makhluk itu tidak
terus mengejarku.
Nmun masih kurasakan, seakan rumahku berguncang hendak roboh. Tapi anehnya, istri
dan anakku tidak terusik sama sekali dengan peristiwa yang kualami. Memang,
kejadian itu hanya berlangsung sementara, kerana sesaat kemudian keadaan kembali
normal. Karena takut, aku pun tertidur di sofa ruang tamu. Akhirnya, kunyatakan
ritual itu gagal total.

Keesokan harinya, aku mendatangi beberapa rumah temanku. Mereka pun mengaku sama
mengalami peristiwa semalam. Akhirnya, semuanya gagal. Begitu juga Abbas, sang
perantara.
Seminggu setelah kejadian itu, tersiar kabar dari teman-teman bahwa mereka kerap
kali diganggu makhluk tinggi besar itu. Makhluk itu datang dan menuntut ganti rugi
atas kekecewaannya. Tidak sedikit di antara teman-temanku mengalami kesurupan yang
nyaris merenggut nyawanya. Bahkan di antara mereka banyak yang anak-anaknya
mengalami penyakit yang sangat aneh. Untuk saja ada orang-orang pintar di desa
masing-massing yang segera menangani.

Dua hari setelah kabar itu, menjelang maghrib istriku yang baru pulang dengan
anakku dari tempat mertuaku mengalami peristiwa yang selama ini aku takutkan.
Setelah tiba di rumah, anakku yang berusia 2 tahun itu mendadak kejang-kejang.
Semua tetangga hadir, termasuk ibuku untuk melihat keadaan anakku.
Sebelumnya, anakku tidak mengalami sakit apa-apa. Setelah semuanya berkumpul,
anakku pun menghembuskan nafas yang terakhir. Semua orang yang hadir termasuk istri
dan ibuku menangis meratapi kepergian anakku yang masih belia itu. Aku sangat
terpukul dan menyesal dengan kejadian ini.

Saat kematiannya, ada sesuatu yang aneh aku lihat di leher anakku. Begitu juga pada
tetangga yang hadir. Kami semua melihat seperti ada bekas cekikan di leher Mely,
anakku. Akhirnya keadaan pun menjadi gempar. Ada yang beranggapan anakku terkena
tulah makhluk halus. Namun ada juga yang mengatakan, anakku menjadi tumbal orang
yang melakukan pesugihan.
Hanya aku yang tahu pasti tentang semuanya. Dan, aku hanya menyesali perbuatan yagn
pernah kulakukan itu. Benarkah anakku menjadi tumbal akibat persekutuan yang gagal?
Wallahu'alam.
Kini...aku hidup dalam kesendirian, karena setelah peristiwa itu istriku memutuskan
untuk pergi menjadi TKW ke Arab Saudi. Semoga peristiwa yang kualami ini tidak
menimpa kepada para pembaca yang lain. Sampai kapanpun kejadian ini terus membekas
di dalam ingatanku.

Anda mungkin juga menyukai