Demikianlah makna perkataan itu. Jadi, dari Rahasia Tuhanlah jadi diri kita ini.
Semakin jelaslah, dari Zat-Mutlak inilah kejadian diri kita. Kalau kita mengaji
Kosong ini, tidak akan tergelincir. Orang yang paham soal Kosong ini, bertubuh
batulah dia. Artinya, tiada binasa.
Tubuh yang di sama-tengah hati inilah yang dapat berhubungan dengan Nur secara "laa
bi harfin wa laa shautin". Tidak berhuruf; tidak bersuara. Apabila Nur menyahut,
akan terasa berbunyi di tenggorokan. Di situlah semakin nikmat kita tidur.
Nikmatnya lebih hebat daripada burung dara [lebih nikmat daripada pertemuan lelaki
perempuan].
Dan sekali lagi, Tubuh Kosong ini Zat-Mutlak. Zat-Mutlak inilah jasad Rasulullah
Saw. Apabila kita dipandangkan [bukan memandang], apabila kita dipandangkan Tubuh
Kosong atau jasad Rasulullah ini, tidak ada yang mampu menahan tangis.
Kita saja ketika belum dipandangkan asyik dengan Tubuh Kosong ini sudah terasa
zauqnya. Apalagi bila dipandangkan, baru kita benar-benar merasakan yang disebut
"laysa kamitslihi syai`un" itu.
Catatan:
Postingan ini sekaligus menjawab pengalaman yang diraih oleh beberapa Sobat Sarang
belakangan ini. Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada Bang Arbi yang
telah mengabarkan info terakhir ini dan terima kasih juga sudah ikhlas membantu
Penunggu Sarang yang sedang "keteteran" hehe. Semoga semakin disayang Allah, wahai
Saudaraku, Bang Arbi, juga bagi semua Sobat Sarang yang saya cintai. Keep on
Tawheed track, okeh!!