Anda di halaman 1dari 2

PUSAKA MADINAH WILAYAH HAKIKI

Nur dan Muhammad diri kita juga, maka hendaklah diesakan. Bagaimana mengesakannya?
Diam sediam-diamnya. Zat itu maqamnya Nur. Nur itu hilang di Zat. Zat itu tidak ada
pangkal dan ujungnya. Zat itu mengetahui dirinya sendiri. Putih, Zat Allah Ta`ala
itu. Di sinilah Nur sembunyi. Zat itu yang mengetahui bahwa dirinya itu putih tidak
berwarna [mukhalafah]. Daripada salah, lebih baik berada di diam.

Tuhan "bersembunyi/terlindung" terang seterang-terangnya. Muhammad "sembunyi" di


dalam cahayanya. Allah "sembunyi" di dalam Nur. Nur "sembunyi" di dalam zatnya.
[Contoh: Di mana matahari bersembunyi? Di balik cahayanya.]

Pengajian [Pusaka Madinah] ini bukan dengan prinsip "masuk-memasuk" atau "raib-
meraib". Apabila masuk-memasuk atau raib-meraib: bersekutu.

Yang Mahakuasa itu Maharuang. Nur menghilang ke Maharuang dan Muhammad hilang ke
langit. Sampai ke fastawa fil ufuuki a`la [penghabisan]. Keluarlah dari batas ufuk
ini, tibalah di alam Tuhan. Inilah pelajaran untuk mengambil gelar profesor
ketuhanan.

Apa sebab Zat itu tidak berwarna?

Karena sudah diketahui yang dikatakan putih tidak berwarna itu, tentulah tidak
berwarna. Putih tidak berwarna itu artinya bersih. Oleh sebab itulah siapa melihat
dirinya yang putih di dalam Tubuh Kosong [Maharuang], selesailah pelajaran dan
perjalanan ilmunya. Karena itu sudah Tubuh Yang Mahakuasa.

Kalau sudah memandang Yang Dijadikan, jangan lagi mencari Yang Menjadikan. Ibarat
kamu membuka kamar di dalamnya ada orang. Walaupun pintu kamar itu ditutup lagi,
tetap kamu yakin di dalamnya ada orang.

Kita melihat kebanyakan kue apa saja terbuat dari terigu. Walaupun ditutup dengan
bermacam-macam model sajian, kita tetap yakin ada terigunya. Inilah permisalan
untuk mengetahui tentang hakiki. Orang yang sudah tahu dan melihat hal yang
dibicarakan ini tidak akan tertipu. Inilah pelajaran "otak basah", bukan untuk
orang yang berotak kering.

Kontaknya zat asam dengan kita maka kita hidup. Kita tenggelam dalam lautan zat
asam.? Kalau sudah bersama-sama zat asam, tentulah kita bukan bersama-sama dengan
zat asam lagi, bersama Zat Mutlak-lah kita.

Nur itu zat asam, Allah itu Rahasia, antarlah dengan jalan:
Laa ilaaha illallah 300x; Muhammad Rasulullah 300x dan supaya terbuka jalan dan
kita lihat: selawat al-Fatih 10x.

Pohon kelapa saja yang jauh dapat dilihat dan diketahui isinya. Mengapa Allah yang
tidak ada antara, tidak dapat dilihat? Karena manusia tidak tahu antara dirinya dan
pohon kelapa. Tidak diperhatikannya ini.

Perhatikanlah, manusia berwarna-warna karena [pengaruh kontak dengan] zat asam.


Kalau yang tidak berzat asam, tentulah putih yang tidak dapat diumpamakan. Kita
sudah bersama di dalam Zat Mutlak, tentulah dapat kita sampai di alam Allahua'lam.
Inilah alam Tuhan.

Yang di dalam diri tidak perlu berkhitan karena sudah esa dengan jasad. Yang di
luar, Zahiru Rabbi; yang di dalam bathinu abdi. Kita, Ruh Qudus. Yang di dalam itu
diri kita juga. Adam dan Muhammad?Zahiru Rabbi?maka kita berdiri shalat. Yang
bertemu Rabbi, Ruh Qudus. Diserahkannya Diri-Nya pada kita. Zahir dinamai Allah.
RAHASIA ANTARA ZAT DAN SIFAT

Pengingatan itu Nur; perasaan kita itu Zat. Perasaan lebih tua daripada
pengingatan. Bangun dengan perasaan yang bagus karena tubuhnya Allah Ta`ala.
Apabilah habis per-ingatan, datanglah perasaan. Penghabisan suara dengan perasaan.
Allah Ta`ala sembunyi di antara Zat dan Sifat.? Inilah yang paling tinggi nilainya.
Inilah ilmu para nabi dan wali.

Sembunyi di antara Zat dan Sifat inilah dinamakan rahasia di dalam rahasia.�Harta
benda tidak ada gunanya. Di sini [di antara Zat dan Sifat], kita bisa ambil apa
yang diinginkan.

Kalau ada �orang mengaku sudah dapat rahasia antara Zat dan Sifat ini dan ketika
dia ada keperluan hidup masih mencari dari pekerjaan, perdagangan, kedudukan,
jabatan, dan pangkat, belum bisa dikatakan wali Allah. Tidak semudah itu perkataan
"wali" itu diucapkan. Yang disebut wali itu tidak ada keperluan [yang melibatkan
selain-Nya]. Kalau mau apa saja tinggal ambil di antara Zat dan Sifat. Tidak ada
mengharap dari makhluk. Malulah dengan syarat ini-itu: umat mau belajar musti
daftar dan bayar "mahar" atau bergabung di bawah bendera ormasnya. Kalau ada orang
mengaku wali masih melakukan itu, namanya wali kentut!

Beritahu para ulama itu, kalau mau tahu wali, carilah rahasia di dalam rahasia,
yaitu antara Zat dan Sifat. Dan di antara Zat dan Sifat ini juga yang paling nikmat
senikmat-nikmatnya. Mati sekalipun kalau tahu rahasia antara Zat dan Sifat ini:
nikmat senikmat-nikmatnya. Tidak ada rasa sembilu atau tertusuk pedang lagi.

Ada hadis mati bagai ditusuk pedang. Maksudnya supaya manusia berpikir dan berusaha
untuk bisa mati tanpa sakit. Tuhan memberi tahu, kita mencari kerahasiaannya supaya
terhindar dari mati semacam itu.
Ulama banyak, kiyai banyak, mintalah pada mereka rahasia yang ada di antara Zat dan
Sifat itu.

Allah berkata dengan "Kun" saja: jadi segala-galanya. Carilah rahasia antara "kaf"
dan "nun". Banyak orang coba-coba pakai kata "Kun, Kun" saja. Tak jadi apa-apa,
hanya jadi kurap di badan. Rahasianya ada di Surah Yasin. Orang banyak membaca
Surah Yasin, tetapi rahasia antara "kaf" dan "nun" tidak diketahui. Surah Yasin
malah dipakai untuk mengantar orang sakaratul maut.? Ini namanya penghakiman untuk
orang itu.

Carilah rahasia antara Zat dan Sifat itu. Kalau benar-benar dapat, tidak bernilai
segala yang ada di dunia ini. Ilmu Siti Jenar pun tidak laku. Untuk apa, rahasia
ini lebih hebat daripada ilmu apa pun. Dibayar bermilyar juta pun tidak akan
diperjual-belikan rahasia ini.

?Syaikh Siradj?

Anda mungkin juga menyukai