Anda di halaman 1dari 2

Tuhan itu wajib kita sadari saja ADA.

Sadari Tuhan beserta kita dan kita dengan


Tuhan Maha Esa. Yang Maha Esa itu Tuhan, bukan kita. Yang dimaksud Maha Esa itu
tidak bercerai, tidak bersekutu; tidak ada antaranya: tidak jauh, tidak dekat.
Satu, tidak mengenal dua [=tunggal].

Sadari maharuang itu Zat-Mutlak. Tentulah kita sadar keberadaan kita ada di dalam
Zat-Mutlak. Kalau kesadaran men-"jadi"; kita tidak tidur di dunia lagi, tetapi
tidur di tempat husnul khatimah: tempat yang penuh rahmat.

Yang namanya ilmu kasyaf itu tidak pakai baca-baca lagi. Cukup dengan sadar saja,
bisa jadi segala-
galanya. Kalau dengan kesadaran saja men-"jadi", lalu buat apa pakai tapa-tapa,
bakar-bakar kemenyan, pakai pesugihan-pesugihan. Semua itu cara-cara jin, setan,
Iblis!

Kita ini diciptakan Tuhan sebagai manusia. Pakai Tuhanlah, Bodoh! kalau tidak pakai
Tuhan.

Hal salah, banyak orang tahu. Tetapi dirinya tersalah, tidak tahu.
Makanya kalau kita tahu, lebih baik diam. Selamatlah kita. Jangan mengaku tahu,
rupanya tidak tahu. Celakalah kita dan pengikut-pengikut kita.
Mengaku sampai, padahal tidak sampai. Bala yang didapat.

Kalau sudah duduk di maqam kasyaf, tidak ada menyatu-satukan lagi, tidak ada
mengingat-ingat lagi , dan tidak ada tafakur-tafakur lagi. Setiap detik, setiap
sekon, mahaesa terus sampai yaumil qiyamah.

Belajarlah betul-betul pada ahlinya, jangan pada yang pandai omong saja.

Sekolahan formal saja, selesai sekolah dasar lalu ke menengah hingga ke perguruan
tinggi. Selesai masa-masa semester dilalui, bawalah kesarjanaanmu.
Begitu juga kalau guru sudah mendudukkan kamu di maqam kasyaf, bawalah kesarjanaan
ketuhananmu. Berlaku di dunia dan di akhirat.

Kadang-kadang aku sedih melihat di luar sana banyak orang yang rajin belajar, tapi
tidak ada guru yang dapat mendudukkannya di maqam kasyaf.
Di Al-Mukminuun jelas-jelas diberi tahu.

Belajar sampai ruhani saja sudah duduk di tingkat kasyaf. Pelajaran akhir
selanjutnya untuk
mengembangkan
keruhanian.

-Pelajaran pertama: kejasmanian.


-Pelajaran kedua: keruhanian.
-Pelajaran ketiga: kenuranian.
-Pelajaran keempat: kerabbanian.
-Pelajaran kelima: kerja nyata.

Tangan lengkap jarinya ada lima. Satu jari saja tidak ada, disebut tangan berjari
buntung. Kalau jari murid cacat, susah buat kerja dong, Tuan Guru.

Ilmu kasyaf ini tingkat akhir untuk kemahaesaan.


Mukadimah, Babul Awwal:
-Kasyaf jasmani menghantarkan ke kasyaf ruhani;
-Kasyaf ruhani menghantarkan ke kasyaf nurani;
-Kasyaf nurani menghantarkan ke kasyaf rabbani.
-Kasyaf rabbani menimbulkan mu'ayanah atau pembuktian-pembuktian nyata yang
membersihkan keraguan. Muncul kekuatan keyakinan dan kejazaman. Kita bersih dari
keragu-raguan lagi ketika menerima ajaran qadim pada diri kita.

Kita tahu dan bisa membedakan yang mana dari jin, setan, Iblis dan yang mana dari
Yang Haq. Bersih dari tipuan-tipuan laknatullah.

Syaikh Siradj
"Jangan Belajar pada 'Kambing Kurap', Bala' Didapat"

Anda mungkin juga menyukai