Anda di halaman 1dari 3

Assalamu’alaikum wr wb

Alhamdulillah, alhamdulillahirobbil alamin, assholatu wassalamu ‘ala asyrofil ambiyaa i wal


mursalin, sayyidina wa maulana muhammadin, wa ‘ala aalihi wa sohbihi ajmain amma ba’d

Pertama-tama dan yang paling utama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur khadirat Allah
SWT, yang Maha Esa, yang Maha Kuasa, yang telah mempertemukan kita pada kesempatan
yang istimewa ini. Sholawat serta salam tak henti-hentinya dipanjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan, menuju zaman yang terang-benderang
karna cahaya islam dan iman.

Yang terhormat, ulun ucapkan kepada


Yang terhormat, pula ulun ucapkan kepada
Yang terhormat, tentu ulun sangjungkan juga kepada

Pada siang hari yang insya allah barokah ini, ulun handak menceritakan ke buhan pian-pian
sabarataan tentang kisah nang aneh bin ajaib
Handak tahu kada kisahnya apa?
HANDAK TAHU KADA?

Nah, ulun kisahakan gin biar buhan pian kaina tenang guringnya. Alkisah, ada seorang pemuda
yang tinggal di Kalimantan Selatan. Kita sebut ja ngaran beliau ni Thaher. Pemuda ini ni
kesahnya handak pergi ke Makkah bersama rombongan haji dan umroh. Tujuan beliau satu; yaitu
mau menunaikan ibadah suci di sana.

Saat brangkat naik haji, ia naik kapal dari dermaga sungai di Daha menuju pelabuhan
Banjarmasin, yang pada abad 18 masih bernama Bandar Masih. Dari Banjarmasin ke Banten,
dari Banten berpindah kapal, ke kapal yang lebih besar dari Hadramaut. Perjalanan lalu berlanjut
ke pelabuhan Jeddah.
Selama enam bulan, ENAM BULAN NIH, mengarungi lautan, kapal ni kita ibaratkan laksana
serabut kelapa. Kecepatannya ditentukan oleh kecepatan angin.

Sampai suatu saat, kapal yang ditumpangi mogok tanpa alasan yang jelas.
Semua orang kebingungan dan panik “ini kenapa nih kapal tiba-tiba mogok ditengah samudra?’
Awak kapal yang ditumpangi kapal pun menuju Tanah Suci itu juga kebingungan mencari
penyebab kapal mogok.
Nih, bayangi, lah, dingsanak sabarataan, kadada tanah pasir, kadada batu karang, kadada pusaran
air, kadada bongkahan es tambahnya lagi.

Saat ombak mulai berdatangan, penumpang kapal panik lalu histeris. Pada akhirnya, Ahli nujum
yang ada di kapal diminta untuk melihat penyebab kapal mogok. Karena kepanikan semakin
tinggi, dengan sangat terpaksa, ahli nujum menyebut,
“jika kapal ingin bisa melaju lagi, harus ada satu penumpang yang dibuang.”
Lalu, plot twistnya nih, Ahli nujum kemudian menunjuk pemuda yang bernama Thaher tadi,
sebagai penyebab kapal mogok dan karenanya ia harus dibuang.

Lantas, bagaimana reaksi pemuda tadi?


Si pemuda yang bernama Thaher tadi bertahan. Larang-larang bayar ongkos, lawas banar sudah
enam bulan di kapal, ujung-ujungnya disuruh betajun di samudra lepas. MANA HANDAK. Jika
nakhoda perlu tambahan ongkos, ia pun akan menyangggupi untuk membayarnya, asal kada
dikeluarkan dari kapal banar ae.

Tapi, permasalahnnya bukan ongkos. Lalu, nakhoda kapal berkata jujur jika Datu Dahalah yang
menjadi penyebab kapal mogok.

Meski pemuda itu tetap keberatan, tetapi nakhoda kapal tetap mengeluarkannya. Akhirnya ia pun
menceburkan dirinya sendiri ke laut, bersabar dan yakin ‘disetiap kesulitan pasti ada
kemudahan’
Terombang-ambing di tengah laut, ia memilih berpasrah diri, karena sudah tidak mungkin
kembali ke kapal. Tapi hempasan ombak membuat pemuda itu pingsan.

Ketika siuman, ia sudah terdampar di pantai. Kada henti-henti inya bersyukur atas pertolongan
Allah ini.
Saat hendak bangkit, pandangannya jadi gelap. Lalu tebersit sinar terang yang kemudian juga
menghilang, lalu gelap lagi.

Ia susuri pantai dalam kegelapan dan bertemu dengan makam. Himung inya, nih, tetamu
kuburan.
Jurang inya nih dipikirannya
‘Ada makam berrati ada kampung.’

Tetapi anggapannya keliru. Ia tidak menemukan kampung. Kepada orang ta itu, Datu Daha
menceritakan pengalamannya. Orang tua itu memberi tahu, makam yang dilihat Datu Daha
adalah makam para penumpang kapal yang mati di laut.
Makam yang tadi hanya satu dilihatnya, jadi banyak sampai sejauh mata memandang. Itu
hamparan tanah itu dipenuhi makam berataan.
Pandangan pemuda itu kemudian tertuju pada sebuah rumah gubuk di tengah-tengah pemakaman
itu. Singkat cerita ia kemudian mengetuk pintu ‘Assalamu’alaikum’
Muncul lelaki paruh baya dari dalam, lalu pemuda tadi menceritakan peristiwanya kepada orang
tua tadi. Terjadilah dialog pendek diantara keduanya setelah pemuda tadi selesai bekesah
‘ooh, jadi keytu. Tapi pian ni siapa sampai bisa melihat ulun dan makam-makam ini? pian pasti
bukan orang biasa’ ujar orang tua tadi.
‘nama ulun Muhammad Thaher. Sepatutnya ulun yang bertanya seperti itu lawan pian, karena
pian pasti bukanlah orang sembarangan’
‘saya adalah Nabi Khidir as. Bersyukurlah kepada Allah, karena memang tugasku
menyelamatkan orang-orang yang ditakdirkan oleh Allah selamat. Dan tugasku pula untuk
mengumpulkan para mukmin yang mati di laut untuk dikuburkan di tempat ini,”
Masya allah. TAKBIR!!!
Mendengar itu, pemuda itu lalu memeluk Nabi Khidir.

Nabi Khidir pun lalu membei tahu Datu Daha bahwa niatnya ke Tanah Suci akan terkabul. Ia
diminta menginap tiga hari, menunggu hari Jumat.

Setiap hari Jumat biasanya ada Wali Allah yang akan bertemu Nabi Khidir, dan ia bisa berangkat
bersamanya. Wali Allah yang datang itu adalah Syekh muhammad abdussamad, atau yang kerap
dikenal sebagai datu Sanggul. Nabi Khidir mengenalkan tamunya, pemuda tadi, kepada Datu
Sanggul.
Ia pun meminta Datu Sanggul membawanya ke Makkah. Datu Sanggul pun memintanya untuk
mandi sunah, lalu mengenakan baju ihram. “Pegang pinggangku dan pejamkan mata,” kata Datu
Sanggul saat siap.

Ketika membuka mata, Datu Daha dan datu Sanggul sudah berada di depan Babussalam, yang
merupakan salah satu pintu Masjidil Haram.

Suatu hari, rombongan dari Daha yang berangkat dari Daha bersama Datu Daha, terkejut melihat
Datu Daha ada di Makkah juga. Mereka tahu, dalam perjalanan Datu Daha dibuang ke laut.
‘wahai Syekh muhammad thaher bin haji syahbuddin, sungguh engkau merupakan salah satu
tanda kebesaran Allah. Dan orang-orang sepertimu seringkali adalah seorang wali’
Pemuda ini kemudian dikenal sebagai Datu Daha yang berasal dari daerah Nagara.

Anda mungkin juga menyukai