Anda di halaman 1dari 4

2 Kisah Yang Menggambarkan Kejujuran dan

Menepati Janji
- Kisah yang menggambarkan kejujuran dan menepati janji bisa menjadi sebuah
inspirasi untuk kita berperilaku jujur dalam keseharian. Sikap jujur adalah perilaku
baik, sedangkan menepati janji hukum nya wajib. Jadi memiliki sifat jujur dan tepat
janji merupakan hal baik bagi seseorang.

Dalam bahasa Arab, jujur dikenal dengan istilah Ah Shidqu atau Shidiq, memiliki arti
nyata atau berkata benar. Artinya bahwa kejujuran adalah sebuah kesesuaian
antara ucapan dan perbuatan. Dalam lingkup lain kejujuran adalah sebuah
kesamaan antara kenyataan dan informasi.

Dalam islam jelas tercantum mengenai perintah untuk jujur. Al Ahzab ayat 70 "Wahai
orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar" Nabi juga bersabda tentang kejujuran, Beliau bersabda
"Hendaklah kalian jujur! Sesungguhnya jujur menunjukan ke surga" (HR - Muslim).

Berikut ini adalah beberapa Kisah yang menggambarkan kejujuran dan menepati
janji; 

1. Kisah Pemuda Jujur dan Sepotong Kayu

Dahulu kala, pada zaman Bani Israil hiduplah pemuda yang mulia sifatnya. Ia jujur
dan juga menepati janji. Suatu ketika ia tidak punya uang dan harus meminjam pada
seseorang. Ia pun meminjam uang kepada seorang yang tidak ia kenal di sebuah
pulau. 

Awalnya si peminjam meminta saksi atau orang jaminan sebagai penjaga hutang-
piutang tersebut. Namun si pemuda ini tidak memiliki saksi apalagi orang yang bisa
menjamin.

Ia pun mengatakan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi dan penjamin dalam
transaksi itu. “Cukuplah Allah sebagai penjamin,” kata si pemuda. Baginya menyebut
asma Allah dalam ikatan perjanjian maka menjadikannya sangat kuat. 

Jika dilanggar, ia amat takut Allah murka. Tekad si pemuda pun dipercaya si
peminjam. “Kau benar,” kata peminjam. Pemuda itu pun diberi pinjaman seribu
dinar. Keduanya pun menyepakati masa jatuh tempo pengembalian uang tersebut.

Kemudian berlayarlah si pemuda di samudera hingga waktu jatuh tempo tiba.


Namun di hari jatuh tempo itu tidak ada satupun perahu yang menyeberang ke pulau
tersebut. Pemuda itu pun mencari cara lain sembari menunggu kapal. Diambillah
sepotong kayu, ia melubangi kayu tersebut dan memasukan surat serta uang seribu
dinar. 

“Ya Allah, sungguh Engkau tahu bahwa aku meminjam uang sebesar seribu dinar.
Lalu ia (si peminjam) memintaku seorang penjamin, namun kukatakan padanya,
‘Allah cukup sebagai penjamin’. Ia pun ridho dengan-Mu. Ia juga meminta saksi
kepadaku, aku pun mengatakan ‘Cukup Allah sebagai saksi’.  Ia pun ridho kepada-
Mu. Sungguh aku telah berusaha keras untuk mendapatkan perahu untuk
mengembalikan uangnya yang kupinjam, namun aku tak mendapatinya. Aku tak
mampu mengembalikan uang pinjaman ini, sungguh aku menitipkannya kepada-
Mu,” Doa si pemuda sebelum ia menghanyutkan sepotong kayu tersebut.

Sementara kayu itu hanyut, si pemuda tak berhenti berusaha mencari kapal. Di
pulau sana, si peminjam menunggu kehadiran pemuda itu di dermaga. Cukup lama
ia menunggu hingga bosan. Kemudian ia putuskan untuk kembali kerumah, sebelum
kembali kerumah, ia membawa sepotong kayu di dekatnya untuk kayu bakar.
Sesampainya dirumahnya, ia terkejut tat kala melihat ada dinar dan sepucuk surat.
Membaca surat tersebut, ia pun tersenyum riang.

Esoknya si pemuda datang ke pulau tersebut. Dengan tergesa ia menyambangi


pemberi hutang. "Demi Allah, aku terus berusaha mencari perahu untuk menemuimu
dan mengembalikan uangmu. Tapi, aku tak memperoleh perahu hingga perahu
sekarang ini aku datang dengannya,” ujar si pemuda menjelaskan uzurnya.

Si peminjam uang pun tersenyum melihat kegigihan pemuda menepati janjinya. Ia


pun berkata, “Apakah kau mengirim sesuatu kepadaku?” tanyanya. Namun, si
pemuda tak sedikit pun menyangka bahwa kayu kirimannya sampai tujuan meski
tanpa alamat, apalagi jasa kurir. “Aku katakan kepadamu, aku tak mendapatkan
perahu sebelum apa yang kubawa sekarang ini,” ujar si pemuda sembari
menunjukkan seribu dinar untuk diberikan kepada si peminjam utang.

Kemudian si peminjam pun dengan jujur mengatakan bahwa ia telah menerima uang
seribu dinar beserta surat. “Sungguh Allah telah menyampaikan uang yang kau kirim
di dalam kayu. Maka, pergilah dan bawalah kembali seribu dinar yang kau bawa ini,”
ujar si  pemberi utang.

Sungguh sebuah kisah hikmah yang agung, bagaimana seorang pemuda yang
memasrahkan segalanya kepada Allah. Ia sangat jujur dan juga tepat dengan janji
yang telah dibuat. Kisah pemuda dan sepotong kayu tersebut dikabarkan oleh
Rasulullah dalam hadist riwayat Al-Bukhari dan Nasa’i. Nama pemuda tersebut
hingga kini tak ada yang mengetahui. Namun, kisah ini dipastikan kebenarannya,
mengingat kedudukan hadist yang menyebutkan kisah itu memiliki derajat shahih.

2. Kejujuran Anak Belia

Kisah yang menggambarkan kejujuran dan menepati janji lainnya datang dari kisah
seorang anak kecil. Ia masih belia namun ia sangat jujur. Dikisahkan anak kecil ini
adalah seorang miskin terpaksa menjadi penyemir sepatu untuk membantu orang
tuanya memenuhi kebutuhan hidup. Suatu ketika ia bertemu dengan pemuda kaya
yang hendak menyemir sepatu.

"Tolong bersihkan dan hitamkan sepatuku" pinta pemuda. "Baik tuan" jawab bocah
itu. Pemuda itu bertanya kepada si anak terkait alasan mengapa ia menyemir
sepatu. Kemudian dijelaskanlah semua perkara penyebabnya, hingga si pemuda itu
merasa iba. Pemuda itu pun berniat memberikan uang sebagai bantuan kepada si
anak, supaya ia bisa hidup lebih baik. Namun si pemuda ingin memberi challange
pada anak tersebut.

"Kenapa kamu tidak jualan saja, penghasilannya lebih besar daripada kamu
menyemir sepatu" tanya pemuda. 

"Aku ingin berjualan bak pao, tapi modalku belum cukup" jawab si anak sambil terus
memoles sepatu. 

"Jika kuberi pinjaman modal apakah kamu mau ?" ujar si pemuda. 

Kemudian si pemuda itu memberikan modal uang yang cukup banyak. Cukup untuk
membeli bahan baku dan gerobak jualan. Namun mereka sepakat bahwa jika si
anak itu sudah bisa memiliki keuntungan senilai modal, maka ia harus
mengembalikan pinjaman tersebut kepada si pemuda. "Baiklah tuan, aku sepakat.
Setelah keuntunganku sampai pada nilai utangku, maka aku akan mengembalikan
uangmu itu" janji si anak.

Kemudian si anak pun mulai berjualan. Tak disangka, berkat kegigihannya, ia


mendapat banyak pelanggan. Hanya butuh waktu 2 bulan, keuntungan nya lebih dari
modal awal. Si anak itu pun lekas mencari pemuda yang dulu meminjaminya modal.
Ia lantas mengembalikan uang modal tersebut kepada si pemuda yang ternyata
adalah seorang pengusaha sukses.

"Ini, kukembalikan uangmu tuan. Terimakasih, kini hidupku sudah lebih baik dari
sebelumnya" ucap anak itu. Namun tak disangka, si pemuda itu malah
meminjamkan uang itu. Ia menyuruh kepada anak tersebut untuk membuka cabang.

"Uang itu ku pinjamkan lagi kepadamu. Suruh ibu atau ayahmu membuka usaha
yang sama, buka cabang baru supaya untung kalian lebih besar" suruhnya.

Kisah kejujuran anak kecil dan kemuliaan pemuda kaya itu adalah sebagai contoh
bahwa kejujuran menarik sebuah kebaikan. Padahal bisa saja si anak tidak
mengembalikan uangnya, lagi pula ia tidak kenal sama sekali dengan si pemuda itu.
Namun berkat kejujurannya, ia mendapat rezeki lagi. 

Anda mungkin juga menyukai