Anda di halaman 1dari 32

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Hyougen

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang,

terdapat ungkapan yang seringkali dipergunakan ketika berkomunikasi.

Ungkapan yang dipergunakan menunjukkan berbagai maksud atau keinginan

pembicara kepada lawan bicara. Dalam bahasa Jepang, ungkapan disebut

dengan hyougen. Menurut Kindaichi (1995 : 1842) dalam Nihongo Dai Jiten,

pengertian hyougen adalah ungkapan pikiran dan perasaan dalam bentuk

penyampaian melalui wajah, isyarat tubuh, bahasa gambar, musik atau

dengan hal-hal yang memang dapat mengungkapkan pikiran/perasaan

tersebut. Pengertian tersebut hampir senada dengan pengertian hyougen

menurut Hidetoshi (2001 : 1982) dalam Sanseido Kokugo Jiten, yaitu

ungkapan yang menyatakan hal yang ingin ditunjukan oleh diri sendiri

berdasarkan gerak tubuh, gambar, musik dan kata.

Dari kedua pengertian hyougen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

hyougen adalah pikiran dan perasaan pembicara yang diungkapkan melalui

berbagai bentuk seperti suara, bahasa, isyarat tubuh, tindakan dan lain

sebagainya.

10
B. Jenis-Jenis Hyougen

Menurut Yoshio Ogawa (1995 : 193-214) dalam Nihongo Kyouiku Jiten,

hyougen dibagi ke dalam 35 jenis berdasarkan fungsinya, yaitu :

1. Yobikake-Outou no Hyougen

a. Yobikake no Hyougen

Yobikake no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan oleh pembicara

pada waktu menyampaikan sesuatu untuk mendapatkan perhatian lawan

bicara.

 Digunakan untuk menyebutkan nama lawan bicara

(6) 田中さん、アリくん、ナニちゃん
Tanaka san, Ari kun, Nani chan
(Sdr. Tanaka, Sdr. Ari, Sdr. Nani)

 Digunakan dalam persalaman

(7) おはようございます、こんにちは、いらっしゃいませ
Ohayou gozaimasu, konniciwa, irasshaimase
(Selamat pagi, Selamat siang, Selamat datang)

 Digunakan pada kandoushi (kata-kata yang mengungkapkan

perasaan)

(8) あのう、ちょっと、おい
Anoo, Chotto, Oi
(eh, sebentar, hei)

b. Outou no Hyougen

Outou no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan pada saat

menjawab pertanyaan atau respon terhadap suatu hal yang dijadikan

topik pembicaraan oleh lawan bicara.

11
(9) わかった、そうです
Wakatta, soudesu
(Mengerti, iya)

2. Handan Jojutsu no Hyougen

Handan Joujutsu no Hyougen adalah ungkapan yang menunjukkan

deskripsi dan pertimbangan pembicara mengenai suatu hal.

(10) 桜は国花だ。
Sakura wa kokka da.
(Sakura adalah bunga nasional.)

3. Heijo no Hyougen

Heijo no Hyougen adalah ungkapan yang tidak menujukkan suatu perintah

atau pertanyaan, melainkan terbentuk dari kalimat penegasan dan kalimat

negatif. Pada akhir kalimat biasanya digunakan bentuk dasar dari joudoshi

ataupun taigen.

(11) あの人は外国人ではありません
Ano hito wa gaikokujin dewa arimasen.
(Orang itu bukan orang asing.)

4. Gimon no Hyougen

Gimon no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk menanyakan

sesuatu kepada seseorang.

(12) あなたはよく散歩に行きますか。
Anata wa yoku shanpo ni ikimasuka.
(Apakah anda sering pergi jalan-jalan?)

5. Sentaku Youkyuu no Hyougen

Sentaku Youkyuu no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk

meminta lawan bicara agar memilih salah satu diantara dua pilihan apakah

A atau B, sehingga lawan bicara tidak memungkinkan untuk menjawab

12
“hai” atau “iie”. Untuk menyambungkan kedua belah kalimat tersebut

biasanya digunakan (soretomo, aruiwa, matawa dan sebagainya).

(13) ネクタイはこれかそれかどちがいいだろう。
Nekutai wa koreka soreka dochiga ii darou.
(Dasinya bagus yang ini atau yang itu?)

6. Setsumei Youkyuu no Hyougen

Setsumei Youkyuu no Hyougen adalah ungkapan yang menuntut penjelasan

dari lawan bicara tentang waktu, tempat, orang dan lain-lain dengan

menggunakan pertanyaan yang tercakup dalam gimonshi.

(14) 東京はどんな町ですか。
Toukyou wa donna machi desuka.
(Toukyou itu kota yang bagaimana?)

7. Hantei Youkyuu no Hyougen

Hantei Youkyuu no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan

kalimat pertanyaan yang membutuhkan jawaban (hai) atau (iie).

(15) あなたの国で雪が降りますか。
Anata no kuni wa yuki ga furimasuka.
(Apaka di negeri anda turun salju?)

8. Eitan no Hyougen

Eitan no Hyougen disebut juga dengan kandou hyougen (termasuk

yobikake dan outou hyougen di dalamnya), tetapi ungkapan ini lebih

mengacu kepada perasaan lawan bicara.

a. Menggunakan kandoushi

(16) ああ、あら、そう
aa, ara, souka.
(ah, lho, begitu ya)

13
b. Menggunakan joushi

(17) の、か
no, ka

9. Meirei no Hyougen

Meirei no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan perintah dari

pembicara kepada lawan bicara.

(18) うるさい。すこし静かしなさい。
Urusai. Sukoshi sizuka shinasai.
(Berisik. Tenanglah sedikit.)

10. Kinshi no Hyougen

Kinshi no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk

memerintahkan lawan bicara agar tidak melakukan sesuatu.

(19) ここではタバコを吸わないでくれ。
Koko dewa tabako o suwanaidekure.
(Jangan merokok di sini.)

11. Irai no Hyougen

Irai no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan permohonan

pembicara kepada lawan bicara.

(20) 伸子さん、ちょっとここへ来てちょうだい。
Nobuko san, chotto koko e kite choudai.
(Nobuko, tolong ke sini sebentar.)

12. Kyouyou no Hyougen

Kyouyou no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk memberikan

kebebasan kepada seseorang dalam melakukan suatu tindakan/kegiatan.

(21) そこに書いてもいい。
Soko ni kaite mo ii.
(Menulis di sana juga boleh.)

14
13. Kanyuu no Hyougen

Kanyuu no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan ketika pembicara

memberikan dorongan atau nasihat/masukan tentang suatu hal kepada

lawan bicara.

(22) 一枚はどうですか。
Ichimai wa doudesuka.
(Bagaimana kalau satu lembar?)

14. Keiken no Hyougen

Keiken no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan pengalaman

yang telah dilalui.

(23) ああ、その本なら子供の頃読んだことがあります。
Aa, sono hon nara kodomo no koro yonda koto ga arimasu.
(Ah, kalau buku itu sudah pernah baca sewaktu masih kecil.)

15. Aisatsu no Hyougen

Aisatsu no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk

mengungkapkan rasa hormat, basa-basi atau sapaan yang saling berbalasan

dalam kehidupan sehari-hari.

(24) もしもし、いただきます、さようなら
moshimoshi, itadakimasu, sayounara
(halo, saya terima, selamat tinggal)

16. Shukui no Hyougen

Shukui no Hyougen adalah ungkapan yang sudah biasa digunakan oleh

pembicara dan tidak terlepas dari bahasa persalaman.

(25) 新年明けましておめでとうございます。
Shinnen akemashite omedetou gozaimasu.
(Selamat tahun baru.)

15
17. Jihatsu no Hyougen

Jihatsu no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan tidak adanya

hubungan antara aktivitas manusia dengan maksud dari pembicara atau

hyougen yang mengungkapkan arti dari suatu tindakan yang berlawanan

dengan maksud.

(26) 今度の休みが待たれます。
Kondo yasumi ga mataremasu.
(Menunggu liburan yang akan datang.)

18. Kanou no Hyougen

Kanou no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan pada waktu

menunjukkan arti bisa melakukan.

(27) この動物園では,子供は無料でイルカのショーが見られる。
Kono doubutsuen dewa, kodomo wa murio de iruka no shoo ga
mirareru.
(Di kebun binatang ini, anak-anak bisa menonton pertunjukan
lumba-lumba dengan gratis.)

19. Shieki-Hieki no Hyougen

a. Shieki no Hyougen

Shieki no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan pada saat

menyuruh seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu.

(28) 母は子供に御飯を食べさせました。
Haha wa kodomo ni gohan o tabesasemashita.
(Ibu menyuruh makan nasi pada anak.)

b. Hieki no Hyougen

Hieki no Hyougen adalah ungkapan yang mempunyai arti bahwa

seseorang diharuskan melakukan pekerjaan orang lain.

16
(29) この雨の中を来させられた。
Kono ame no naka o kosaserareta.
(Disuruh datang ditengah hujan seperti ini.)

20. Kibou no Hyougen

Kibou no Hyougen adala ungkapan yang mengungkapkan

harapan/keinginan pembicara kepada orang lain.

(30) ああ、暑い。なにか冷たいものが飲みたい。
Aa, atsui. Nanika tsumetai mono ga nomitai.
(Duh, panasnya. Ingin minum sesuatu yang dingin.)

21. Ukemi no Hyougen

Ukemi no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan bahwa

pembicara mendapatkan suatu perlakuan dari orang lain.

(31) 女性は犯人に殺されました。
Josei wa hannin ni korosaremashita.
(Wanita dibunuh oleh penjahat.)

22. Shitei no Hyougen

Shitei no Hyougen adalah ungkapan yang menunjukkan tentang suatu hal,

biasanya setelah subjek diikuti oleh partikel “wa” dan diakhiri “desu”.

(32) 彼は歌手です。
Kare wa kashu desu.
(Ia adalah seorang penyanyi.)

23. Suiryou no Hyougen

Suiryou no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan perkiraan hal

yang masih belum pasti atau berupa angan-angan.

(33) 北海道では、今もう寒いだろう。
Hokkaidou dewa, ima mou samui darou.
(Mungkin sekarang sudah dingin di Hokkaidou.)

17
24. Ishi no Hyougen

Ishi no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan kemauan

pembicara untuk melakukan aktivitas baik itu direalisasikan ataupun tidak.

(34) この映画を見ようと思います。
Kono eiga wo miyou to omoimasu.
(Saya bermaksud nonton film ini.)

25. Denbun no Hyougen

Denbun no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan bahwa

pembicara mendengar suatu peristiwa dari orang lain atau membacanya

dari surat kabar.

(35) 新聞によると今年は交通事故の死者が激増しているそう。
Shinbun ni yoru to kotoshi wa koutsuu jiko no sisha ga gekizou site
iru souda.
(Menurut koran korban meninggal dalam kecelakaan lalu lintas
tahun ini meningkat drastis.)

26. Gimu-Touzen-Hitsuyou no Hyougen

Gimu-Touzen-Hitsuyou no Hyougen adalah ungkapan yang

mengungkapkan bahwa kejadian itu harus, wajib dan perlu dilakukan.

(36) 教師は、生徒に対して公平でなければならない。
Kyoushi wa, seito ni taishite kouhei denakereba naranai.
(Pengajar, harus berlaku adil terhadap siswanya.)

27. Hitei no Hyougen

Hitei no Hyougen adalah ungkapan yang berupa penyangkalan (ada

kalanya berupa kebalikan) atau pernyataan negatif.

(37) 何も食べなかった。
Nani mo tabenakatta.
(Belum makan apapun)

18
28. Nijuu Hitei no Hyougen

Nijuu Hitei no Hyougen adalah ungkapan yang menggunakan penolakan

rangkap. Berbeda dengan penolakan biasa, ungkapan ini bisa menjadi

ungkapan yang kuat dan tersamar/eufimisme.

(38) 僕にとって、叶えられない夢がない。
Boku ni totte, kanaerarenai yume ga nai.
(Bagi saya, tidak ada mimpi yang tidak bisa diwujudkan.)

29. Hango no Hyougen

Hango no Hyougen adalah ungkapan yang diungkapkan dengan cara

menguatkan suatu akibat dengan menggunakan kalimat pertanyaan.

Meskipun dalam bentuk penegasan, tetapi menunjukkan makna

penyangkalan dan meskipun dalam bentuk negatif, tetapi menunjukkan

makna penegasan.

(39) 寒いじゃありませんか。
Samui ja arimasenka.
(Apakah tidak dingin.)

30. Hikyou no Hyougen

Hikyou no hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan suatu hal

dengan mengibaratkannya dengan hal lain.

(40) 彼女の心は氷のように冷たい。
Kanojo no kokoro wa koori no youni tsumetai.
(Hati wanita itu sedingin es.)

31. Hiyuu no Hyougen

Hiyuu no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan suatu benda

sebagai pengandaian untuk memperkuat kesan atau untuk menjelaskan

suatu hal agar lebih mudah dipahami.

19
(41) 頂上からの景色は輝くばかりの美しさだった。
Choujou kara no keshiki wa kagayaku bakari no utsukushisadatta.
(Pemandangan dari puncak indahnya seperti berkilauan.)

32. Jukyuu no Hyougen

Jukyuu no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan tentang

pemberian/penerimaan suatu hal.

(42) このゲームは君に上げる。
Kono geemu wa kimi ni ageru.
(Game ini diberikan kepadamu.)

33. Hikaku no Hyougen

Hikaku no Hyougen adalah ungkapan yang menggambarkan perbandingan

tingkatan dari suatu benda sebagai standar bagi benda yang lain.

(43) インドネシアは日本より広いです。
Indoneshia wa nihon yori hiroi desu.
(Indonesia lebih luas daripada Jepang.)

34. Setsuzoku no Hyougen

Setsuzoku no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk

menyambung kata dengan kata, kalimat dengan kalimat.

(44) 影と光。
Kage to hikari.
(Bayangan dan cahaya)

35. Enkyoku no Hyougen

Enkyoku no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk menghindari

pengungkapan secara langsung dan mengungkapkannya secara tidak

langsung.

(45) そんなに頭が痛いんだったら医者に行ったほうがいいよ。
Sonna ni atama ga itaindattara isha ni itta houga ii yo.
(Kalau sakit kepala seperti itu lebih baik pergi ke dokter.)

20
Seperti yang telah dipaparkan di atas, hyougen atau ungkapan yang

digunakan dalam percakapan dan komunikasi sehari-hari sangat banyak dan

terdiri dari berbagai macam fungsi. Hal tersebut tentu saja untuk

menunjukkan berbagai macam pikiran dan perasaan pembicara terhadap

lawan bicara. Dalam penelitian ini, ungkapan yang akan diteliti lebih dalam

adalah meirei dan kinshi no hyougen yang menunjukkan perintah dan

larangan. Agar penelitian lebih terarah dan spesifik, meirei dan kinshi no

hyougen yang diteliti adalah yang terdapat dalam drama My Boss My Hero.

C. Penelitian Terdahulu Tentang Meirei dan Kinsi no Hyougen

Meirei dan Kinshi no Hyougen telah dibahas dalam berbagai buku. Salah

satunya dalam buku Shin Nihongo no Kiso II (1994 : 26-27), yang

menerangkan kalimat perintah dan larangan sebagai berikut :

Tabel 2.1
Bentuk perintah
Golongan Bentuk Kamus Bentuk Perintah
Kaku kake
hanasu hanase
I matsu mate
yasumu yasume
tsukau tsukae
Taberu tabero
II
Miru miro
Suru shiro
III
Kuru koi

Tabel 2.2
Bentuk larangan
Golongan Bentuk Kamus Bentuk Larangan
I Sawaru sawaru na
II Ireru ireru na
suru suru na
III
kuru kuru na

21
Perintah dan larangan yang dibentuk dengan cara seperti tabel di atas

umumnya digunakan oleh laki-laki dan berkonotasi keras/kasar. Kedua

bentuk ini biasanya digunakan dalam kondisi sebagai berikut :

1. Seorang laki-laki kepada orang yang lebih rendah kedudukannya atau

lebih muda umurnya ataupun pada waktu seorang ayah menyampaikan

tugas kepada anaknya atau menegurnya.

(46) 明日までにレポートをまとめろ。
Ashita made ni repooto o matomero.
(Selesaikan laporan sampai dengan besok.)

(47) もっと勉強しろ。
Motto benkyou shiro.
(Belajarlah lebih keras.)

2. Diantara sesama teman (laki-laki). Dalam hal ini ada kalanya pada akhir

kalimat dibubuhi dengan K.Bantu “yo”.

(48) 明日うちへ来いよ。
Ashita uchi e koi yo.
(Datanglah besok ke rumah.)

(49) あまり飲むなよ。
Amari nomu na yo.
(Jangan terlalu banyak minum, ya.)

3. Ketika memerintah atau dalam keadaan darurat di tempat-tempat kerja

seperti misalnya di pabrik. Perintah diberikan berkonotasi cukup kasar

karena tidak sempat untuk memikirkan penggunaan kata-kata yang tepat

atau lebih halus. Dalam hal ini perintah diucapkan oleh seseorang (laki-

laki) yang kedudukan atau usianya lebih tinggi.

(50) スイッチを切れ。
Suitchi o kire.
(Matikanlah switch-nya.)

22
(51) 物を落とすな。
Mono o otosu na.
(Jangan jatuhkan barang-barang.)

4. Ketika memberi semangat sewaktu menonton pertandingan olahraga.

(Dalam hal ini kadang-kadang dipakai pula oleh wanita.)

(52) 頑張れ。
Ganbare.
(Berusahalah!)

(53) 走れ。
Hashire.
(Larilah!)

5. Pada tanda-tanda lalulintas atau plakat yang mengharapkan efek yang kuat,

atau menekankan kejelasan.

(54) 止まれ。
Tomare.
(Berhenti!)

(55) 入るな。
Hairu na.
(Jangan masuk!)

Yoshio Ogawa (1995 : 209-210) dalam Nihongo Kyouiku Jiten,

menjelaskan juga meirei dan kinshi no hyougen dengan beberapa pola kalimat

pembentuknya.

A. Meirei no Hyougen

1. Menggunakan kata kerja dan kata bantu bentuk perintah. Penggunaan

kata kerja yang sederajat, perubahan kata kerja dan bentuk “yo” dari

kata kerja bentuk perintah biasanya digunakan sebagai bahasa tulisan.

23
(56) 早く行けよ。
Hayaku ikeyo.
(Cepat pergi.)

(57) これを見ろ(見よ)。
Kore o miro (miyo).
Lihatlah ini.

(58) こちへ来い。
Kochi e koi.
Datanglah ke sini.

Karena bentuk perintah sama sekali tidak mengandung kesopanan,

kecuali dalam keadaan khusus, penggunaan dalam contoh berikut

adalah merupakan hal yang biasa.

a. Digunakan oleh seorang (laki-laki) yang merupakan orang yang

memiliki hubungan akrab atau terhadap bawahan. Dalam keadaan

ini banyak penempatan kata bantu “yo” di akhir kalimat dengan

nada yang menurun. Bagi perempuan “irasshai” adalah kata kerja

perintah bentuk sopan yang khusus dan sederajat, di samping itu

yang lainnya tidak dapat digunakan.

(59) 早くしろ(よ)。
Hayaku shiro (yo).
(Cepatlah.)

(60) 来い(よ)。
Koi (yo).
(Datanglah.)

b. Ketika memberikan perintah.

(61) 進め!
Susume!
(Majulah!)

24
(62) 右向け右!
Migi muke migi!
(Menghadap kanan, kanan!)

c. Digunakan dalam kalimat soal ujian dan lain-lain.

(63) 反対語を書け。
Hantai go o kake.
(Tulislah antonimnya.)

(64) 助詞を入れよ。
Joshi o ireyo.
(Masukkanlah kata bantu.)

d. Dikutip dalam suatu kalimat. Dalam keadaan ini nada menurun

karena menjadi perintah tidak langsung.

(65) いつも父にもっと勉強しろと言われました。
Itsumo chichi ni motto benkyoushiro to iwaremashita.
(Ayah selalu berkata agar belajarlah lebih keras.)

2. Menambahkan “~nasai” dalam kata kerja dan kata kerja bantu. Ini

merupakan cara bicara yang lebih sopan dalam menggunakan bentuk

perintah. Kesopanannya bertambah apabila di depan kata kerja

ditambah “o”. Namun, hal tersebut tidak dapat digunakan terhadap

atasan.

(66) 立ちなさい。
Tachinasai.
(Berdirilah.)

(67) お待ちなさい。
Omacinasai.
(Tunggulah.)

Kemudian, pola “o~nasai” tidak digunakan untuk kata kerja

berikut : iku, kuru, iru  ”irasshai, oidenasai”, suru  ”nasai”, iu

25
 ”osshai”, kureru  ”kudasai”, miru  ”gorannasai”, neru

 ”oyasuminasai”, taberu, nomu  ”oagarinasai”.

Umumnya bentuk perintah pola “o~nasai” bersama “mase”, bisa

digunakan terhadap atasan. Kemudian, penggunaan “~nasai” yang

diambil dari “o~nasai” terhadap bawahan, merupakan cara bicara

yang kasar.

(68) お待ち。
Omachi.
(Tunggulah)

(69) もうおやすみ。
Mou oyasumi.
(Istirahatlah.)

3. Pola “o~kudasai” merupakan cara bicara yang menunjukkan rasa

hormat yang lebih sopan dari ungkapan nomor 1 dan 2 di atas.

“o~kudasaimase” merupakan pola yang lebih sopan lagi.

(70) おかけください。
Okakekudasai.
(Silahkan duduk.)

(71) どうぞお入りくださいませ。
Douzo ohairikudasaimase.
(Silakan masuk.)

Namun pola ini tidak dapat digunakan dalam semua kata kerja.

kata kerja seperti “suru, iu” tidak dapat menggunakan pola

“o~kudasai(mase)”. Kemudian, ada pola “o~asobase” yang

merupakan ungkapan yang paling sopan dan biasanya digunakan oleh

perempuan.

26
(72) おかけあそばせ。
Okakeasobase.
(Letakkanlah.)

“o” dari pola “o~kudasai” dan “o~nasai” dalam pembahasan

nomor 2 dan 3 di atas, berubah menjadi “go” untuk kata serapan yang

berasal dari bahasa cina. Hal tersebut merupakan hal yang biasa.

(73) 御安心ください
Go anshin kudasai.
(Tenanglah.)

4. Penambahan “koto, youni” dalam kata kerja dan kata bantu kerja.

Digunakan ketika seorang guru memberi peringatan kepada muridnya.

(74) 8 時に集まること。
8 ji ni atsumaru koto.
(Berkumpullah pada jam 8.)

(75) レポートは月末までに出すように。
Repooto wa getsumatsu ni dasu youni.
(Kumpulkanlah laporan sampai akhir bulan.)

5. Cara bicara yang menambahkan “tamae” dalam kata kerja dan kata

bantu kerja. Biasanya digunakan pada saat seorang senior (laki-laki)

memberikan perintah kepada juniornya.

(76) 暇なとき寄りたまえ。
Himana toki yori tamae.
(Datanglah saat waktu luang.)

6. Menggunakan “meizu, meizuru”. Digunakan ketika organisasi

masyarakat seperti perusahaan dan pemerintahan memberikan

perintah secara individual melalui dokumen.

27
(77) 講師を命ずる。
Koushi o meizuru.
(Memerintahkan pengajar.)

7. Kalimat deskriptif bisa menjadi kalimat perintah dengan sendirinya.

Banyak digunakan dalam keadaan menginstruksikan prosedur.

(78) 手を上に伸ばす。そのまま上体を左に倒す。
Te o ue ni nobasu. Sonomama joutai o hidari ni taosu.
(Rentangkan tangan ke atas. Jatuhkan tubuh bagian atas ke kiri
begitu saja.)

Lalu ada juga yang menggunakan bentuk “te” seperti dalam

(79) さあ、黒板のほう向いて。
Saa, kokuban no hou muite.
(Menghadaplah ke arah papan tulis.)

8. Agar ungkapan perintah terkesan lebih kuat secara langsung pada

lawan bicara, banyak menggunakan pola “~te kudasai, ~tekure,

o~negaimasu” dari irai hyougen yang juga berarti meirei.

(80) チンさん、読んでください。
Chinsan, Yondekudasai.
(Chin, bacalah)

(81) 待ってくれ。
Mattekure.
(Tunggulah.)

(82) お名前をお書き願います。
Onamae o okakinegaimasu.
(Tulislah namamu.)

B. Kinshi no Hyougen

1. Kata bantu “na” diletakkan diakhir kata kerja, bentuk pasif, bentuk

sopan dan kata bantu kerja kausatif untuk menunjukkan kalimat

28
larangan. Meskipun bisa digunakan dalam kalimat kutipan, dalam hal

tersebut nada bicara melunak karena menjadi tidak langsung.

(83) 来るな。
Kuruna.
(Jangan datang.)

(84) 子供に一人に行かせるなよ。
Kodomo ni hitori ni ikaserunayo.
(Jangan membiarkan anak-anak pergi sendirian.)

(85) 荷物はあまり持つなと言われた。
Nimotsu wa amari motsuna to iwareta.
(Katanya jangan membawa terlalu banyak barang bawaan.)

Untuk cara bicara yang sopan menggunakan pola “~nasaruna,

nasaimasuna, o (go)~kudasaruna, o (go)~kudasaimasuna”

(86) あちらへはあまりおいでなさいますな。
Achira e wa amari oidenasaimasuna.
(Jangan meletakkan terlalu banyak di sana.)

(87) 御心配くださいますな。
Goshinpaikudasaimasuna.
(Jangan khawatir.)

2. “~te wa ikenai, ~te wa naranai (nu)” diletakkan dalam kata kerja,

bentuk pasif, dan kata kerja bantu kausatif yang mengandung arti

tidak mengizinkan.

(88) ああいう人と付き合ってはいけません。
Aa iu hito to tsuki ate wa ikemasen.
(Jangan berkenalan dengan orang itu.)

(89) 危険な場所に近づいてはならない。
Kikenna basho ni chikadzuite wa naranai.
(Jangan mendekati tempat yang berbahaya.)

29
(90) 二度とあんなまねをさせてはならぬ。
Nido to anna mane o sasete wa naranu.
(Tidak perlu meniru lagi seperti itu.)

Ada juga pola “koto wa ikenai, koto wa naranai”, kemudian dalam

bahasa lisan ada juga penggunaan “~te wa dame (da)”.

(91) そんなに食べちゃだめ。
Sonna ni tabecha dame.
(Jangan makan seperti itu.)

3. Ungkapan larangan yang digunakan untuk peringatan adalah sebagai

berikut :

(92) 係員以外入るべからず。
Kakari in igai hairubekarazu.
(Selain petugas dilarang masuk.)

(93) 面会を禁ず。
Menkai o kinzu.
(Dilarang mewawancara.)

(94) 通行禁止
Tsuukou kinshi.
(Dilarang lewat.)

(95) 禁煙
Kin en.
(Dilarang merokok.)

4. Selain itu, ada juga cara bicara berikut.

(96) 窓を開けないように。
Mado o akenaiyouni.
(Jangan membuka jendela.)

(97) 笑わないで。
Warawanaide.
(Jangan tertawa.)

5. Kalimat negatif biasa dapat digunakan sebagai ungkapan larangan

dengan begitu saja.

30
(98) 泣くんじゃない。
Nakunjanai.

(Jangan menangis.)

Kemudian, Yuriko Sagawa dalam Nihongo no Bunkei Jiten

(1998:685&692), memaparkan pola-pola kalimat pembentuk meirei dan

kinshi no hyougen. Pola kalimat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pola Kalimat pembentuk meirei no hyougen

a. V-ru/V-nai ~ koto da

Digunakan untuk menunjukkan anjuran dan perintah secara tidak

langsung. Anjuran tersebut menunjukkan keadaan yang lebih baik atau

yang lebih diinginkan dari keadaan sekarang. Pola ini termasuk ke

dalam bahasa lisan.

(99) 風邪をはやく治したいんだったら、あたたくしてゆっくり
寝ることだ。
Kaze o hayaku naoshitaindattara, atatakushite yukkuri neru
kotoda.
(Kalau ingin cepat sembuh dari flu, istirahatlah dengan baik.)

(100) 子供にさわらせたくないというのなら、最初から手のとど
くところにおかないことだ。
Kodomo ni sawarasetakunai to iu nara, saisho kara te no todoku
tokoro ni okanaide koto da.
(Kalau tidak ingin disentuh anak-anak, sejak awal jangan
disimpan di tempat yang dapat dijangkau.)

b. ~seraretai

Dalam dokumen kantor sipil pola kalimat ini sama dengan ungkapan

perintah pola “~ shinasai”. Secara tulisan merupakan ungkapan yang

kaku.

31
(101) 何等かの変更がある場合は、すぐに届出られたい
Nanraka no henkou ga aru baai wa, sugu ni todokederaretai.
(Kalau ada perubahan segera laporkan.)

c. ~ te kudasai

Kalimat yang dibentuk menunjukkan ungkapan yang meminta atau

memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu bagi pembicara.

Pola ini digunakan kepada bawahan dan orang yang setingkat.

(102) 今週中に履歴書を出してください。
Konsuuchuu ni rirekisho o dashite kudasai.
(Kumpulkan biografi pada pertengahan minggu ini)

d. ~ te kure

Sama seperti pola “~ te kudasai”, pola kalimat ini pun memerintahkan

orang lain agar melakukan sesuatu bagi pembicara. Hanya saja pola

kalimat ini membentuk perintah yang lebih keras. Pola ini pun sering

digunakan kepada bawahan maupun orang yang setingkat, namun

jarang digunakan oleh wanita.

(103) 人前でそんなこと言うのはやめてくれよ
Hitomae de sonna koto iu nowa yamete kureyo.
(Hentikanlah berbicara seperti itu di depan orang lain.)

e. ~ naika

Pola ini memerintahkan lawan bicara yang tidak melakukan suatu

tindakan agar segera melakukan suatu tindakan. Biasanya digunakan

dalam danseigo (ragam bahasa pria).

(104) 早く起きないか。
Hayaku okinaika.
(Cepatlah bangun.)

32
f. ~ nasai

Menunjukkan perintah atau instruksi yang banyak digunakan oleh orang

yang mempunyai posisi sebagai pengawas, seperti orang tua kepada

anak atau guru kepada murid. Dalam hubungan lain seperti teman pun

pola ini dapat digunakan.

(105) 明日も学校があるんだから、早く寝なさい。
Ashita mo gakkou ga arundakara, hayaku nenasai.
(Karena besok pun masih sekolah, cepatlah tidur.)

g. ~ no

Pola ini umumnya digunakan oleh wanita terhadap orang yang lebih

rendah tingkatannya. Disertai intonasi yang datar atau nada yang

menurun (ringan) ketika memberikan perintah atau larangan.

(106) 明日は早いんだから、今晩は早く寝るの。
Ashita wa hayaindakara, konban wa hayaku neru no.
(Karena besok (bangun) lebih awal, malam ini cepatlah tidur.)

h. ~ beshi

Di luar ungkapan yang lazim dipakai dalam bahasa Jepang sekarang,

pola kalimat ini hampir jarang digunakan. Pola kalimat ini

menunjukkan perintah yang berarti “harus melakukan hal yang sudah

sewajarnya”. Pola ini adalah bahasa tulisan.

(107) 後生おそるべし。
Goshou osorubeshi.
(Kamu harus memikirkan akhirat.)

i. V-ru/V-nai...koto

Digunakan pada akhir kalimat, pola ini menunjukkan perintah yang

berupa aturan atau petunjuk yang harus dipatuhi.

33
(108) 休むときは、かならず学校に連絡すること。
Yasumu toki wa, kanarazu gakkou ni renraku suru koto.
(Hubungi sekolah sewaktu tidak masuk sekolah.)

j. V-ru/V-nai... you (ni)

Pola ini menunjukkan saran dan rekomendasi kepada lawan bicara.

(109) 忘れないようにノートにメモしておこう。
Wasurenaiyouni nooto ni memo shite okou.
(Agar tidak lupa tulislah memo dalam buku catatan.)

k. ~ runda

Pola ini menunjukkan petunjuk atau perintah. Biasanya digunakan

dalam ragam bahasa pria. Jika dalam ragam bahasa wanita (joseigo)

menjadi “~ ndesu” atau “no”

(110) 呼ばれたら変事をするんだよ。
Yobaretara henji o surundayo.
(Jawablah kalau (kamu) dipanggil.)

2. Pola kalimat pembentuk kinshi no hyougen

a. koto wa naranai

Pola kalimat yang berarti “jangan lakukan”.

(111) あんな男と結婚することはならない。
Anna otoko to kekkon suru koto wa naranai.
(Jangan menikah dengan laki-laki seperti itu.)

b. ~ te wa ikenai

Secara umum pola ini digunakan untuk kalimat larangan dan biasanya

digunakan oleh laki-laki kepada bawahannya.

(112) この場所に駐車してはいけない。
Kono basho ni chuusha shite wa ikenai.
(Jangan parkir di tempat ini.)

34
c. ~ te wa dameda

Digunakan oleh orang yang berposisi sebagai pengawas seperti guru,

orang tua, manager dan lain-lain kepada orang yang diawasinya.

Selanjutnya, pola ini dapat ditulis dengan perubahan bunyi dari “te wa”

menjadi “cha” dan “de wa” menjadi “ja”. Pola “~te wa ikenai” pun

dapat diubah bunyinya seperti di atas.

(113) 「その花をとってはだめよ。」と姉が弟に言った。
“Sono hana o totta wa damedayo.” to ane ga otouto ni itta.
(Kakak (perempuan) berkata kepada adik (laki-laki), “jangan
memetik bunga”.)

d. ~ te wa naranai

Digunakan secara langsung kepada lawan bicara untuk mengungkapkan

teguran dan melarang hal tertentu, namun dibatasi keadaan yang cukup

khusus.

(114) 一度や二度の失敗であきらめてはならない。
Ichido ya nido no shippai de akiramete wa naranai.
(Jangan menyerah karena satu atau dua kali gagal.)

e. ~ naide kure

Digunakan untuk memohon agar tidak melakukan sesuatu seperti pola

kalimat “~ naide kudasai”.

(115) 冗談は言わないでくれよ。
Joudan wa iwanaide kureyo.
(Jangan bercanda.)

f. ~ no

Pola kalimat ini sama dengan pola kalimat “~ no” untuk meirei.

(116) 男の子はこんなことで泣かないの。
Otoko no ko wa konna koto de nakanai no.
(Anak laki-laki jangan menangis karena hal seperti ini.)

35
g. bekarazu

Bahasa tulis pola kalimat “bekidenai”. Tindakan yang dilakukan

menunjukkan arti “tidak benar/tidak ingin/tidak baik”.

(117) 落書きするべからず。
Rakugakisuru bekarazu.
(Jangan mencorat-coret.)

h. midari ni

Kalimat yang dibentuk dengan pola ini mempunyai arti “jangan

seenaknya meskipun tidak penting” atau “jangan seenaknya kalau tidak

diizinkan”. Dalam pola bahasa lisan untuk penggunaan sehari-hari, pola

yang sering digunakan adalah “katte ni ~ shinaide kudasai”. namun

untuk bahasa tulisan menjadi ungkapan yang kaku.

(118) みだりに動物にえさを与えないでください。
Midari ni doubutsu ni esa o ataenaide kudasai.
(Jangan seenaknya memberi makanan kepada hewan.)

i. Muyami ni

Pola kalimat yang membentuk kalimat yang menunjukkan suatu sikap

yang tidak memikirkan bagaimana akibat perbuatannya.

(119) 人の物にむやみにさわらないほうがいい。
Hito no mono ni muyami ni sawaranai houga ii.
(Sebaiknya jangan menyentuh barang orang sembarangan.)

j. ~ runjanai

Pola ini adalah bahasa lisan dan diungkapkan dengan intonasi yang

menurun. Banyak digunakan sebagai bahasa pria. Untuk bahasa wanita

menggunakan “~n ja arimasen”.

36
(120) そんなところで遊ぶんじゃない。
Sonna tokoro de asobunjanai.
(Jangan bermain di tempat seperti itu.)

D. Drama

Di Jepang terdapat berbagai macam tayangan televisi seperti anime

(kartun), dorama (drama) dan tokusatsu (special effect/superhero) yang tidak

hanya terkenal di Jepang saja, namun juga memiliki penggemar fanatik di

seluruh dunia termasuk di Indonesia. Salah satu tayangan yang sudah tidak

asing di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya bagi pencinta tayangan

Jepang adalah dorama atau drama. Dorama (ドラマ ) atau drama jepang

adalah serial televisi yang disiarkan di Jepang. Dorama memiliki berbagai

macam jalan cerita seperti kehidupan sekolah, komedi, misteri, kisah detektif

dan lain-lain (http://en.wikipedia.org/wiki/Dorama.html).

Di negeri asalnya, drama biasa ditayangkan pada malam hari pada pukul

21.00, 22.00, atau 23.00. Namun, ada juga drama yang ditayangkan pada

siang hari yang disebut dengan asadora. Drama yang ditayangkan pada

malam hari biasanya ditayangkan seminggu sekali dengan masa tayang

sekitar 3 bulan, terdiri dari 9 – 12 episode. Hal tersebut mengikuti 4 musim di

Jepang, yaitu musim dingin (Januari - Maret), musim semi (April - Juni),

musim panas (Juli - September) dan musim gugur (Oktober - Desember).

Pada setiap musim biasanya ditayangkan judul dorama yang baru.

Untuk menentukan sukses atau tidaknya sebuah dorama, biasanya

dilakukan survey yang kemudian disajikan dalam bentuk rating. Rating

37
dihitung berdasarkan jumlah penonton drama dibagi dengan jumlah pemirsa

tv pada umumnya. Untuk tayangan malam hari, jumlah pemirsa tv lebih

banyak dari siang hari, oleh karena itu untuk drama yang ditayangkan pada

malam hari rating diatas 17% sudah dapat dikategorikan sukses. Sampai saat

ini peraih rating tertinggi untuk drama adalah Oshin (52,6%). Perolehan

rating tersebut sangat penting untuk tujuan komersil. Oleh karena itu, stasiun

TV Jepang seperti NTV, Fuji TV, NHK, TV Tokyo, TV Asahi, dan TBS

saling bersaing untuk mendapatkan rating tinggi atas drama yang mereka

putar.

Beberapa drama Jepang juga sempat ditayangkan di stasiun televisi

Indonesia sejak awal tahun 1990. Salah satu judul yang cukup dikenal oleh

masyarakat Indonesia adalah Oshin yang pada saat itu ditayangkan di stasiun

Televisi Republik Indonesia (TVRI). Setelah itu, beberapa judul seperti Tokyo

Love Story, Beach Boys, GTO, Itazurana Kiss, One Littre of Tears dan lain

sebagainya sempat ditayangkan di satsiun televisi Indonesia.

Dengan maraknya peredaran VCD dan DVD baik itu original maupun

bajakan, drama Jepang menjadi lebih mudah didapatkan. Selain itu, saat ini

banyak orang yang memunggah drama Jepang melalui internet. Sehingga

memberikan kemudahan kepada orang lain untuk mendapatkan drama dengan

cara menggunduhnya kembali. Walau demikian, beberapa hal di atas sampai

saat ini masih bertentangan dengan undang-undang dan hukum yang berlaku,

khususnya tentang pelanggaran hak cipta. Namun dari sisi lain, kemudahan

mendapatkan drama tersebut memberikan suatu alternatif bagi pembelajaran

38
bahasa Jepang. Sehingga saat ini untuk mempelajari bahasa maupun budaya

Jepang dapat dilakukan dengan mempelajarinya dari tayangan seperti drama.

E. My Boss My Hero

My Boss My Hero adalah drama yang ditayangkan di NTV pada 8 Juli

2006 – 16 September 2006. Drama ini bertemakan kehidupan sekolah yang

dibalut dengan komedi yang segar dan menghibur. Drama ini terdiri dari 10

episode dengan perolehan rating 18,91%. My Boss My Hero merupakan

adaptasi dari film Korea Selatan yang berjudul Doosabu Ilchae yang

ditayangkan pada tahun 2001. Hal ini bisa dilihat dari kemiripan cerita dan

peritiwa yang ada antara kedua drama tersebut. Walau begitu, Doosabu

Ilchae dapat diadaptasi dengan baik dan menyesuaikan cerita dengan budaya

Yakuza Jepang dan terlahir kembali sebagai My Boss My Hero.

Drama ini bercerita tentang kehidupan seorang calon pewaris

kepemimpinan kelompok Yakuza “Kantou Eigekai” yang bernama Sakaki

Makio (diperankan oleh Tomoya Nagase). Kantou Eigekai adalah kelompok

Yakuza yang daerah kekuasaannya tersebar hingga ke Hokkaido. Makio jago

beladiri, suka berkelahi, memiliki karisma seorang pemimpin dan disegani

anak buahnya. Hanya satu kekurangannya, yaitu tidak bisa berpikir secara

serius lebih dari 90 detik. Karena kelemahannya itu, dia menggagalkan

transaksi besar dengan mafia Hongkong dan terancam dicopot dari posisinya

sebagai calon pemimpin. Oleh karena itu, ayahnya mengirim Makio kembali

ke sekolah untuk menamatkan SMA dan mendapatkan ijazah.

39
Kemudian cerita berlanjut ke keidupan Makio di sekolah, yaitu di

sekolah Saint Agnes. Karena ia tidak pernah mengenyam pendidikan di SMA,

tentu saja ia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sekolah. Dengan

usianya yang sudah mencapai 27 tahun, ia harus bergaul dengan anak-anak

SMA dan kembali menjadi siswa yang berusia 17 tahun. Awalnya ia memang

mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan berinteraksi dengan

guru dan teman-temannya. Namun, lambat laun ia mulai dapat belajar dan

memahami arti dari kehidupan SMA seperti semangat masa muda,

persahabatan, cinta dan lain-lain.

Konflik mulai muncul ketika adiknya, Sakaki Mikio (diperankan oleh

Kikawada Masaya) muncul dan mengancam posisinya sebagai calon

pemimpin Kantou Eigekai. Tidak berhenti sampai di situ, ancaman dari

kelompok Kumada, kelompok Yakuza lawan Makio pun muncul dan

memaksanya untuk menunjukkan jati dirinya yang asli di depan guru dan

teman sekelasnya. Meskipun pada akirnya ia gagal mendapatkan ijazah SMA

karena insiden tersebut, ia tetap diberi penghargaan oleh wali kelas dan

teman-temannya.

Dengan menonton drama ini pemirsa tidak hanya disuguhi dengan

tayangan yang menghibur. Terutama bagi pembelajar bahasa Jepang, drama

ini dapat menjadi media dalam mempelajari budaya dan bahasa Jepang.

Selain itu, pesan moral yang terkandung dalam drama ini pun dapat menjadi

inspirasi positif bagi orang yang menontonnya. Seperti arti pentingnya

40
persahabatan dan yang tidak kalah pentingnya adalah pentingnya pendidikan

bagi kehidupan seorang individu.

41

Anda mungkin juga menyukai