HASIL PENGAMATAN
5.2.1.3 Pengaruh Konsentrasi Ragi Terhadap Warna, Tekstur, Aroma, dan Kenampakan
Hifa
Konsentrasi ragi dalam proses pembuatan tempe memberi pengaruh terhadap kandungan
karbohidrat, tekstur, aroma, warna, rasa, dan juga kenampakan hifa pada tempe. Dalam
pemberian konsentrasi ragi pada proses fermentasi tempe haruslah tepat agar proses fermentasi
mendapatkan hasil yang terbaik. Apabila konsentrasi yang diberikan terlalu tinggi maka warna
yang terlihat pada tempe akan semakin pekat dan juga tekstur yang lebih lunak jika dibandingkan
dengan konsentrasi yang lebih sedikit. Pemberian konsentrasi yang terlalu sedikit juga tidak
disarankan dikarenakan bisa mengurangi kualitas dari tempe.
Mengatur jumlah konsentrasi ragi pada proses fermentasi tempe merupakan salah satu
faktor untuk mendapatkan kualitas tempe yang terbaik. Dengan mengatur jumlah konsentrasi ragi
diperlukan jumlah yang tepat agar aroma yang dihasilkan semakin kuat. Aroma tempe yang kuat
menandakan aktivitas enzim dari kapang pada tempe. Pemberian ragi yang terlalu banyak juga
dapat membuat pertumbuhan hifa semakin tinggi hingga cepat menutupi permukaan tempe. Hal
ini juga membuat proses pembusukan pada tempe.
6.1 Kesimpulan
Dalam setiap praktikum pasti terdapat tujuan yang harus dicapai. Tujuan ini dijadikan
sebagai acuan agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan semestinya. Selain itu, dengan
tujuan yang ditetapkan, praktikan dapat dengan lancer untuk mempelajari hal yang berkaitan
dengan praktikum. Pada praktikum ini diharapkan praktikan dapat mengetahui pengaruh jumlah
ragi dan lama waktu fermentasi terhadap mikroorganisme pada pembuatan produk fermentasi
(tempe).
Dengan menggunakan ragi dengan konsentrasi 1% ketika fermentasi telah mencapai 24
jam warna yang dihasilkan pada kedelai tampak pucat, tekstur sedikit keras, sedikit beraroma,
dan tidak ada kenampakan hifa. Ketika lama fermentasi mencapai 48 jam, warna menjadi lebih
pucat/ coklat pucat, tekstur sedikit lunak, memiliki aroma, dan tidak ada kenampakan hifa. Setelah
72 jam, warna kedelai menjadi coklat, tekstur sedikit lunak, aroma menyengat, dan tidak ada
kenampakan hifa. Namun dengan menggunakan konsentrasi 1% terjadi kegagalan pada
pembuatan tempe, hal ini bisa disebabkan karena pada pembuatan tempe tersebut, ragi yang
digunakan terlalu sedikit. Dengan menggunakan ragi dengan konsentrasi 2% ketika fermentasi
telah mencapai 24 jam warna yang dihasilkan pada kedelai yaitu putih, tekstur sedikit lunak,
sedikit beraroma, dan sedikit tumbuh hifa. Ketika lama fermentasi mencapai 48 jam, warna
menjadi putih sedikit kuning, tekstur sedikit lunak, memiliki aroma, dan sedikit tumbuh hifa.
Setelah 72 jam, warna kedelai menjadi kuning dan memiliki bercak hitam, tekstur lunak, aroma
menyengat, dan sedikit tumbuh hifa. Dengan menggunakan ragi dengan konsentrasi 3% ketika
fermentasi telah mencapai 24 jam warna yang dihasilkan pada kedelai yaitu kuning, tekstur sedikit
keras, tidak beraroma, dan tidak tumbuh hifa. Ketika lama fermentasi mencapai 48 jam, warna
menjadi putih terdapat bintik – bintik hitam, tekstur lunak, memiliki aroma, dan hifa mulai menutupi
permukaan. Setelah 72 jam, warna kedelai menjadi putih dan terdapat bercak hitam pada
permukaan tempe, tekstur sangat lunak, aroma menyengat, dan hifa menutupi keseluruhan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan tempe, konsentrasi dan takaran ragi yang
digunakan tidak boleh terlalu sedikit dan terlalu banyak.
6.2 Saran
Pada praktikum kali ini,terdapat sebuah saran yang diberikan. Yaitu agar pengisian dhp
dilakukan secara bersama – sama agar lebih mudah dalam mengerjakan laporan praktikum.
Selain itu, perlakuan terhadap kedelai juga dapat dijelaskan secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Fujiana F, Pandaag VT, Afra A, Fannia E,& Fadly D. 2021. Potensi pangan fermentasi tempe
dalam mengatasi kejadian di Indonesia. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(2): 20 - 26
Lutfi LNA. 2018. Kandungan asam lemak tak jenuh omega 3 pada tempe dengan penambahan
tepung ikan lemuru . Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam,Universitas Jember
Manuhara GJ, Putri RR, dan Hidayati N. 2016. Pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan
protein, serat kasar, dan total bakteri pada tempe kedelai. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 4(2): 363-370
Mahfud FLR, Sukainah A, & Lahming. 2021. Pengaruh penambahan serbuk biji labu kuning dan
lama fermentasi dalam pembuatan tempe. Jurnal Ilmu Pendidikan Teknologi Pertanian,
7(1): 117 – 128
Putri SNY, Syaharani WF, Utami CVB, Safitri DR, Arum ZN, Prihastari ZS, & Sari AR. 2021.
Pengaruh mikroorganisme, bahan baku, dan waktu inkubasi pada karakter nata: review.
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 14(1): 62 – 74
Sapitri Y, Hastuti US, & Witjoro A. 2021. Pengaruh ragi tempe dengan variasi substrat kacang
tunggak (vigna unguiculata) dan kacang kedelai (glycine max (l) merill. ) serta dosis ragi
tempe terhadap kualitas tempe kedelai, 12(1): 23-45
Suknia SL, & Rahmani TPD. 2020. Proses pembuatan tempe home industry berbahan dasar
kedelai dan kacang merah di candiwesi, salatiga. Southeast Asian Journal of Islamic
Education 3(1): 59 – 76
Wijanarko D, & Hasanah S. 2018. Monitoring suhu dan kelembapan menggunakan sms gateway
pada proses fermentasi tempe secara otomatis beerbasis mikrokontroler. Jurnal
Informatika Polinema 4(1): 49 – 56
Yuda IGYW, Wijaya IMM, & Suwariani NP. 2018. Studi pengaruh ph awal media dan kosentrasi
susbtrat pada proses fermentasi produksi bioethanol dari tepung biji kluwih dengan
menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
6(2): 115 - 124
LAMPIRAN DHP