Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI INDUSTRI
“MIKROORGANISME INDUSTRI, MEDIA FERMENTASI DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI FERMENTASI”

Oleh :
Nama : Tegar Dwi Ramadhan
NIM : 225100301111018
Kelompok : 15
Asisten : Rahma Nur Aulia Putri

LABORATORIUM BIOINDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu , tentunya perkembangan ilmu di bidang teknologi pun
semakin maju. Berkembangnya biologi yang pesat ini, membuka banyak landasan untuk
terbentuknya bidang lain yang sangat bermanfaat. Salah satu bidang tersebut yaitu
mikrobiologi. Yaitu bidang yang mempelajari tentang mikroorganisme.
Pada suatu kegiatan praktikum yang dilakukan tentu atan bersinggungan dengan
alat-alat laboratorium. Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium terdapat glassware dan
juga instrumen. Glassware sendiri merupakan suatu alat laboratorium yang umumnya
terbuat dari kaca, Bahan kaca yang digunakan untuk bahan dasar glassware sendiri
disesuaikan dengan kegunaan atau fungsi dari glassware tersebut. Sedangkan, instrumen
merupakan suatu kelompok alat laboratorium yang cenderung lebih kompleks. Glassware
dan instrumen perlu penanganan yang tepat dalam penggunaannya. Hal ini dikarenakan jika
alat glassware dan instrumen tidak ditangani dengan benar, maka dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam proses praktikum. Dalam menggunakan alat-alat laboratorium
yaitu glassware dan instrumen diperlukan keadaan atau kondisi yang steril. Hal ini dilakukan
untuk mencegah adanya kontaminan yang dapat mengganggu jalannya praktikum. Oleh
karena itu, Sebelum melakukan praktikum, biasanya dilakukan proses sterilisasi untuk
mencegah adanya kontaminasi.
Pengetahuan mengenai peralatan laboratorium beserta penanganannya yang baik
sangat penting untuk diketahui. Dengan mengetahuinya, maka, hal tersebut dapat
mempermudah praktikan dalam melakukan praktikum. Bahan dasar yang terdapat pada alat
laboratorium atan berkaitan dengan tahapan dalam menggunakan alat tersebut agar tidak
terjadi kerusakan. Selain itu, dengan mengetahui peralatan laboratorium, maka hal Ini dapat
menghindari terjadinya suatu kecelakaan kerja atau bahkan terjadi kegagalan dari
percobaan yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk menghindari dampak berbahaya tersebut,
maka peralatan laboratorium harus digunakan sesuai dengan prosedur pemakaian alat
tersebut. Selain itu, dengan mengetahui prinsip kerja dan peralatan laboratorium, maka
dapat mengetahui pula proses atau mekanisme practikum dengan baik.
1.2 Tujuan
Dalam setiap praktikum pasti terdapat tujuan yang harus dicapai. Tujuan ini dijadikan
sebagai acuan agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan semestinya. Selain itu,
dengan tujuan yang ditetapkan, praktikan dapat dengan lancer untuk mempelajari hal yang
berkaitan dengan praktikum. Pada praktikum ini diharapkan praktikan dapat mengetahui
pengaruh jumlah ragi dan lama waktu fermentasi terhadap mikroorganisme pada pembuatan
produ fermentasi (tempe).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroorganisme Industri


Mikrobiologi industri adalah proses pengolahan bahan mentah dengan
memanfaatkan mikroorganisme sehingga menghasilkan produk yang mampu mendukung
perindustrian demi memenuhi kebutuhan manusia. Selain produk jadi, pemanfaatan
mikroorganisme pada bahan mentah dapat diolah menjadi bahan setengah mentah demi
mencegahnya pembusukan makanan. Contoh dan pemanfaatan mikroorganisme pada
mikrobiologi industri, yaitu penggunaan bakteri lactobacil untuk menghasilkan laktat dalam
pembuatan yogurt. Tidak hanya bakteri, jamur juga berperan penting dalam dunia industri
makanan (Hidayat et al., 2018).
Ada beberapa persyaratan tertentu dalam memanfaatkan mikroorganisme dalam
bidang industri. Syarat- syarat yang ada antara lain mikroba yang digunakan harus memiliki
fungsional yang baik dan juga sehat yaitu dengan menggunakan mikroba dengan prduktifitas
yang tinggi.Kemudian pada penggunaan mikroba sebagai bahan industri harus selalu
memperhatikan sanitasi agar mikroba tersebut terhindar dari pathogen dan tidak menganggu
berjalannya proses pengolahan pangan (Sulastri et al., 2022)
2.2 Fermentasi
In microbiology, fermentation is defined in two ways. The first meaning of
fermentationis associated with microbial physiology. Namely as a type of carbon source
metabolism in which substrate – level phosphoryation produces energy and molecules act as
final electron acceptors or acceptors of reducing equivalents produced by carbon-centainly
compunds or catabolism. When the final acceptors is an inorganic compound the procces is
called respiration. When the last acceptor is Oxygen. The respiration procces is called
aerobic and anaerobic when the final acceptor is inorganic compounds other than oxygen
such as sulfates or nitrates.Them, the second meaning of the fermentation is only procces of
growth of microorganism on a large scale even if the growth is carried out under aerobic
conditions (Okafor and Okeke, 2018).
Dalam mikrobiologi, fermentasi dedifinisikan menjadi dua. Arti yang pertama
fermentasi dikaitkan dengan fisiologi mikroba, yaitu sebagai jenis metabolisme sumber
karbon yang dimana fosforilasi tingkat substrat menghasilkan energi dan molekul berperan
sebagai aseptor elektron terakhir atau akseptor dari ekuivalen pereduksi yang dihasilkan
oleh senyawa yang mengandung karbon atau katabolisme. Ketika akseptor terakhiir berupa
senyawa anorganik, proses tersebut disebut sebagai respirasi. Saat akseptor terakhir berupa
oksigen proses respirasi tersebut dikenal sebagai aerobik dan anaerobik saat akseptor
terakhirnya adalah senyawa anorganik selain oksigen seperti sulfat dan nitrat. Kemudian arti
kedua dari fermentasi adalah setiap proses pertumbuhan mikroorganisme dalam skala besar
bahkan jika pertumbuhan dilakukan dalam kondisi aerobik (Okafor dan Okeke, 2018).
Metode pengolahan pangan dengan proses fermentasi dibagi menjadi empat
diantaranya adalah fermentasi asam laktat, fermentasi jamur, fermentaasi alkohol, dan
fermentasi dengan menggunakan kadar garam. Contoh pangan hasil dari proses fermentasi
yaitu, tempe dengan bahan baku kedelai dengan mikroorganisme Rhizopus Oligosporus,
kecap dengan bahan baku kedelai dengan mikroorganisme Aspergillus oryzae, dan yogurt
berbahan baku susu dengan bakteri Lactobacillus Bulgaricus. Proses fermentasi dilakukan
dengan tujuan mengawetkan bahan pangan dari mentah dengan bantuan mikroorganisme.
Melalui proses fermentasi, bahan pangan yang diolah bisa saja mengalami perubahan rasa,
aroma, dan tekstur/ Selain itu, pengolahan pangan melalui fermentasi juga dapat
meningkatkannilai gizi yang terdapat pada bahan pangan tersebut dan mempermudah tubuh
untuk mencerna pangan tersebut (Sulastri et al., 2022)
2.3 Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Fermentasi
Proses fermentasi memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi proses kejadiannya.
Salah satunya adalah nutrisi. Nutrisi untuk tumbuh sangat diperlukan oleh mikroorganisme.
Sebab nutrisi dapat meningkatkan pertumbuhan mikrorganisme, sehingga dapat membuat
konsentrasi bioethanol yang dihasilkan meningkat (Cahyaningtiyas dan Sindhuwati, 2021).
Faktor lain yang juga mempengaruhi proses fermentasi yaitu oksigen.Oksigen sangat
diperlukan oleh beberapa mikroorganisme yang bersifat aerob karena digunakan untuk
proses pertumbuhannya. Fermentasi dapat berjalan dengan cepat dengan bantuan oksigen.
Kemudian, terdapat suhu yang dibedakan menjadi tiga yaitu termofil, mesofil, dan psikrofil.
Lalu, ada substrat yang merupakan bahan baku fermentasi dan mengandung nutrient untuk
mikroba tumbuh ataupun menghasilkan produk fermentasi. Faktor terpenting lain dalam
proses fermentasi adalah mikroba yang menjadi pelaku utama. Pemilihan mikroorganisme
harus dilakukan secara tepat agar dapat menghasilkan produk yang tepat juga (Apriyanto et
al, 2021).
2.4 Media Fermentasi
Proses fermentasi memerlukan suatu media untuk menjalankan proses terjadinya
fermentasi.Terdapat dua media yang digunakan dalam fermentasi. Media tersebut yaitu
fermentasi media padat dan fermentasi media cair. Penggunaan dalam media padat relatif
lebih sederhana dibandingkan dengan media cair. Untuk media cair lebih banyak
membutuhkan jumlah air dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih banyak (Kusuma dkk,
2019)
Pada umumnya fermentasi dilakukan oleh organisme aerob maupun anaerob yang
semula senyawa kompleks menjadi senyawa yang sederhana. Tentunya dalam melakukan
hal tersebut harus pada media yang sesuai. Tujuannya yaitu digunakan sebagai wadah
untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperlukan agar terjadi proses penyerapan nutrisi
yang cepat. Ada beberapa persyaratan yang diperlukan yaitu media harus steril, kondisi
lingkungan meliputi suhu, dan ph harus sesuai, dan media dipastikan tidak ada kebocoran
(Putri dkk, 2020).
2.5 Fermentasi Tempe
Tempe merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang diproses
menggunakan metode fermentasi. Fermentasi terjadi oleh Rhizopus sp. Jamur tersebut
nantinya membentuk hifa dan hifa tersebut menumpuk di permukaan sehingga membentuk
miselium. Faktor dalam prosesnya yaitu berdasarkan bahan yang digunakan, penggunaan
mikroorganisme, dan faktor dari lingkungan seperti suhu, pH, dan kelembapan (Suknia dan
Rahmani, 2020).
Dalam memproduksi tempe bergantung pada kinerja yang dikelola dan
mikroorganisme yang digunakan. Pembuatannya dimulai dari perendaman, penggilingan,
pencucian, perebusan, pendinginan, ditambahkan ragi, dikemas, dan terjadi fermentasi.
Dengan pengemasan yang sesuai dan tepat, proses fermentasi dapat berjalan dengan baik
(Lubis dkk, 2019).
2.6 Mikroorganisme dalam Fermentasi Tempe
Dalam pembuatan tempe terjadi proses fermentasi menggunakan jamur Rhizopus sp.
Jamur tersebut berfungsi dalam mengaktifkan enzim untuk menghasilkan antibiotika,
biosintesis vitamin B, dan penetrasi miselia pada permukaannya. Enzim yang diproduksi
nantinya dalam proses fermentasinya yaitu enzim protease, enzim lipase, dan enzim amilase
(Suknia dan Rahmani, 2020).
Karakteristik mikroorganisme yang digunakan yaitu koloninya mempunyai miselium,
berwarna putih keabuan, dan tebal pada bagian pusat atau tengahnya. Terdapat pula hifa,
tidak berseptat, dimana sebagai tempat munculnya stolen dari percabangan sporangiofor
yang bentuknya rhizoid. Warna dari hifa yaitu putih transparan dan sporanya hitam (Virgianti,
2018).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Terdapat beberapa alat dan bahan yang bertujuan agar pelaksanaan praktikum kali
ini berjalan dengan baik.. Alat yang dibutuhkan berupa panci yang berfungsi untuk tempat
perebusan kedelai. Kemudian kompor sebagai pemanas panci yang digunakan untuk
merebus. Kemudian nadabaki/nampan. Selanjutnya, ada alat pengukus yang digunakan
untuk mengukus bahan. Saringan digunakan sebagai penyaring biji kedelai. Sendok
digunakan untuk mengambil mengaduk. Adapun timbangan dan juga baskom/wadah plastik.
Untuk bahan yang digunakan yaitu, kedelai sebanyak 50 gram. Lalu, air bersih
digunakan sebagai air perebus biji kedelai. Kemudian, ada ragi tempe 1% dan 3%. Adapun
plastik dan juga daun pisang sebagai pembungkus tempe.

3.2 Diagram Alir

Kedelai

Disortasi dan dicuci

Direndamselama 12-24 jam

Air Direbusselama 45 menit

Dikupas dan dicuci Kulit Ari

Ditiriskan dan diangin-anginkan

Ragi 1%, 2%, dan 3% Dicampurkan

Dibungkusdenganplastik dan diberilubang

Difermentasikanselama 24-72 jam

Dilakukanpengamatan pada hari ke-1, 2, 3

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto M, Fangohoi L, Aprilia V, Diba DF, Prayitno SH, Nurhayati N, Sari DA. 2021.
Pangan Berbasis Fermentasi. Nuta Media, Yogyakarta.
Cahyaningtiyas A, Sindhuwati C. 2021. Pengaruh penambahan konsentrasi saccharomyces
cerevisiae pada pembuatan etanol dari air tebu dengan proses fermentasi. Jurnal
Teknologi Separasi 7(2): 89-94
Hidayat N, Meitiniarti I, Setyahadi S, Pato U, Susanti E, Padaga MC, Wardani AK, dan
Purwadani U. 2018. Mikrobiologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya Press.
Kusuma GA, Antara NS, dan Suwariani NP. 2019. Fermentasi Produksi Asam Serat
Menggunakan Aspergillus Niger ATCC 16404 dengan Substrat Hidrolizat Cair
Limbah Padat Industri Brem. Jurnal Rekayasa dan Manajemen. Agroindustri. 7(4):
615-625.
Lubis ZN, Rifin A., Tinaprilla N. 2019. Pengaruh Keanggotaan Koperasi dan Karakteristik
Pengusaha Tempe Terhadap Kinerja Keuntungan Usaha Tempe di Indonesia. Jurnal
Agribisnis Indonesia. 7(1): 63-78.
Okafor N, and Okeke BC. 2018. Modern Industrial Microbiology and Biotechnology. CRC
Press.
Putri YA., Hulyadi H, Indah DR. 2020. Pengaruh Penambahan Media Limbah Jamur Merang
Dalam Pupuk Organik Cair Terhadap Konsentrasi Kalium. Empiricism Journal. 1(1):
28-36.
Suknia SL, dan Rahmani TPD. 2020. Proses Pembuatan Tempe Home Industry Berbahan
Dasar Kedelai (GLycme Max Climerr) dan Kacang Merah (Phoseolus Vulganis L) di
Candiwesi Salatiga. South East Asian Journal of Islamic Education. 3(1): 59-76.
Sulastri E, Abdriani C, Zainuddin M, Wardhani S, Astriani M, dan Ariyanto E. 2022. Peran
Mikrobiologi pada Industri Makanan. Indobiosains, 4(1):1-8.
Virgianti DP. 2018. Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus sp) Terhadap Bakteri Patogen
Enterik. Biosfera. 32(3): 162-168.
LAMPIRAN
2.1
P1
2.1
P2
2.2
P1
2.2
P2
2.3
P1

P2
2.4
P1
2.4
P2
2.5
P1
2.5
P2
2.6
P1
2.6
P2

Anda mungkin juga menyukai