Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KISAH TELADAN ROSUL ULUL AZMI

X IPA 4
Disusun Oleh :

1. Seffiana Nurwahyuni
2. Shafira Hairunnisa
3. Sharla As Syifa
4. Syifa Nuur Fadhilah
5. Tarissa Azzahra Danantya
6. Tyara Regina Nadya Putri
7. Viranty Azzahra
8. Wanda Hanifa
9. Zhalfa Habibi Nainggolan

GURU PEMBIMBING : Bu Titin


MADRASAH ALIYAH NEGERI 8 JAKARTA
Jl. Balai Rakyat No.19 RT15/RW.1, Cakung Timur, Cakung, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus IbuKota Jakarta 13950
Tahun Ajaran 2018/2019
KATA PENGANTAR

     Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam, yang telah memberikan beribu-ribu nikmat
salah satunya yaitu nikmat dalam menuntut ilmu. Lihatlah pada era modern sekarang ini banyak
hal-hal canggihyang telah diciptakan oleh manusia melalui nikmat ilmu yang diberikan oleh
Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada pembawa risalah
kebenaran, al-islam, Rasul Muhammad SAW. Juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
      Kami sebagai pelajar yang sedang menuntut ilmu, harus banyak menambah referensi kami
dengan buku-buku atau media yang mendukung kami dalam menuntut ilmu
      Oleh karena itu, kami berterimakasih kepada guru kami karena telah membimbing kami,
memberi ilmu yang bermanfaat bagi kami, sehingga kami tidak tahu harus dengan apa membalas
jasa mereka.
      Tetapi dengan izin Allah SWT kami hanya bisa memohon do’a agar guru kami di berikan
kemudahan dalam segala pemasalahan yang mereka hadapi dan semoga mereka diberikan oleh
Allah SWT surga di akhirat kelak …amiin…
      Kami juga berterima kasih kepada Perpustakaan MAN 8 JAKARTA yang telah bersedia
memberikan buku-buku yang dapat menambah referensi kami. Dan terakhir, kami berterima
kasih kepada pendiri aplikasi google yang telah memberikan layanannya berupa ilmu yang
bermanfaat bagi kami. Kami mengucapkan terima kasih, jazakumullah khairan katsiran…    
                                                               

Jakarta, 18 Maret 2019

Kelompok 4

                                              
DAFTAR ISI

o BAB I
o PENDAHULUAN

o Latar belakang masalah


o Tujuan penulisan
o Rumusan masalah

o BAB II
o PEMBAHASAN
o Pengertian Ulul Azmi
o Dalil Al-qur’an
o Kisah-kisah rasul Ulul Azmi

o BAB III
o PENUTUP
o Kasimpulan

o DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

                   I. Latar belakang masalah

Rukun iman yang ke empat adalah Iman kepada rasul-rasul Allah SWT. Rasul Adalah


seseorang laki-laki  yang diutus dan di tugaskan Allah SWT untuk Menyampaikan ajaran Allah
SWT. Rasul-rasul Allah yang diceritakan dalam Al-Qur an sebanyak 25 orang. Adapun yang
tergolong  rasul ulul azmi ada 5 rasul yang memiliki keteguhan hati dan kesabaran yang luar
biasa dalam menyampaikan dakwah. Salah satunya adalah Nabi Nuh a.s.
Sekian lamanya kaum Nuh a.s. menyembah berhala, mereka menjadi-kannya sebagai
sesembahan yang diharapkan darinya kebaikan dan memohon perlindungan kepadanya dari
segala kejahatan, menyerahkan segala urusan dalam kehidupan ini kepadanya. Mereka berdo’a
kepada berhala-berhala itu.
Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Nuh a.s., seorang yang jelas ucapan-nya, cerdas dan
lembut, Allah telah memberikan kekuatan kepadanya untuk berdebat dan kemampuan
mengemukakan argumentasi untuk mematahkan semua alasan yang disampaikan oleh kaumnya.
Demikianlah Nabi Nuh a.s. menyeru, memaparkan argumentasi dan bukti-bukti akan
kebenaran risalah yang disebarnya sehingga berimanlah kepadanya sebagian kecil dari kaumnya.
Dengan kesabarannya dalam berdakwah, Nabi Nuh a.s. diberi gelar ulul azmi. Dan ulul azmi
biasanya ditandai oleh mukjizat.

                II. Tujuan penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Akidah
Akhlak, untuk mengetahui kisah para nabi Ulul Azmi, meneladani sifat yang baik dan perilaku
terpuji yang terdapat pada para nabi Ulul Azmi, menganalisi kisah keteguhan Nabi-nabi Ulul
Azmi dan dapat menceritakan kisah para rasul Ulul Azmi.

             III. Rumusan masalah
1.    Apa yang dimaksud Ulul Azmi?
2.    Apa saja sifat-sifat Ulul Azmi?
3.    Bagaiman kisah para nabi yang diberi gelar Ulul Azmi?
4.    Apa perilaku, sikap, dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah para nabi  ulul azmi?
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Ulul Azmi
Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan tinggi
atau istimewa yang diperoleh dari kesabaran dan ketabahan yang luar biasa saat menyebarkan
agama Allah SWT.

II. Dalil Al-Qur’an
Q.S Asy-Syura: Ayat 13
Artinya : Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan
ketaqwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang
musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah telah memilih orang
yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi
orang yang kembali (kepada-Nya).

III. Kisah-kisah Rasul Ulul Azmi


A.      NABI NUH ALAIHIS SALAM
Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan
dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
DAKWAH NABI NUH KEPADA KAUMNYA
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di
antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang
dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal
kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis. Demikianlah
maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di
tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh
tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan
dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang
dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke
atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera
kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa
" kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak
mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah
Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta
meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis. Nabi Nuh
menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit
dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang
ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi
kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang
kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan
bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Di samping itu Nabi
Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh
manusia atas segala amalannya di dunia yaitu suurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi
segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi,
fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindakannya melaksanakan tugas
risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah
lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada
yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan
menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka
membantahnya atau mematahkannya. Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat
tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran
dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan
terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan
mengikuti ajakannya, yang menurut riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun
terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah.
Mereka berkata kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang dari pada kami dan
tidak berbeda dari pada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan
seorang rasul yang membawa perintah-Nya, niscaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang
patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti
engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani
orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah
masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan
ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan
masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Coba agama yang engkau bawa dan
ajaran -ajaran yang engkau berikan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah yang dulu
mengikutimu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki
kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan orang terpandang, tidaklah mudah kami menerima
ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soal-soal
kemasyarakatan dan pergaulan hidup. kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripada
kamu tentang hal itu semuanya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain bahwa engkau adalah
pendusta belaka".
Nuh menjawab olok-olokan kaumnya:"Apakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa
kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan
kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakanku dan tetap membuta-tuli
terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat
yang disebabkan oleh kesombongan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki. Jika
kamu tetap berkeras kepala dan tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama
Allah yang diutuskan-nya kepadaku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-
nya dan gajaran-nya kepada dirimu. Aku hanya pesuruh dan rasul-nya yang diperintahkan untuk
menyampaikan amanat-nya kepada hamba-hamba-nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah
kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan siksaan-nya di atas kamu
sekalian di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah tuhan pencipta alam
semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki
kami mengikutimu dan memberi semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa,
maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-
hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan
mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan
mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama
yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan
buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin." Nabi Nuh
menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk
semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin,
majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan
tempat yang sama dihadapan agama dan hukum Allah. Andaikan aku memenuhi persyaratan
kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka
siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan
bagaimana aku sampai hati menjauhkan dariku orang-orang yang telah beriman dan menerima
dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan disaat kamu menolaknya serta
mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku ketika kamu menghalangi
dakwahku.
      NABI NUH BERPUTUS ASA DARI KAUMNYA
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun
berdakwah menyampaikan risalah Allah, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala
dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah yang maha kuasa memimpin mereka
keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-
hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia
yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha
menghilangkan sifat-sifat sombong yang melekat pada para pembesar kaumnya dan medidik
agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Harapan Nabi Nuh
akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahwa sinar iman dan
takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan
Iblis.
Ia memohon kepada Allah agar menurunkan azab-nya kepada kaumnya seraya berseru:
"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada orang-orang kafir itu hidup
dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika
Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain
anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi
menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah
dengan mati tenggelam.
      NABI NUH MEMBUAT KAPAL
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh
mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk
maksud tersebut, kemudian dengan menentukan tempat agak jauh dari kota dan keramaiannya
mereka tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang
tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan
cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membuat kapal itu. Mereka
mengejek dengan mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan
pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa
sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal. Dan kapal yang engkau buat itu di
tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan
angin yang akan menarik kapalmu ke laut?". Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi
Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti,
jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bagi
kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.
Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu". Setelah selesai pekerjaan
pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima
wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat
tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan
bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan
izin-Ku". Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat
yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi
daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada
tempat berlindung dari air yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh
dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas
perintah Allah.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat
orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba
terlihatlah tubuh putra sulungnya yang bernama "Kan'an" timbul tenggelam dipermainkan oleh
gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima
hukuman Allah itu. Pada saat itu tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang
ayah terhadap putra kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan
gelombang. Nabi Nuh secara spontan terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat
suaranya memanggil puteranya:”Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu
bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat
dan terhindar dari bahaya maut yaitu hukuman Allah. Kan'an, putra Nabi Nuh, yang tersesat dan
telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu
menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata
yang menentang: "Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas
geladak kapalmu, aku dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang
tidak akan dijangkau oleh air banjir ini".
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau
ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari
hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan
ampunan-Nya." Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar
gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah
lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu. Nabi
Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman
dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku,
sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bagian dari keluargaku dan
sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha
Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah
termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu
menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu. Coretlah
namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti
jalanmu dan beriman kepada-ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan
keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.
Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti
hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah
Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali
menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai
tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya
kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang
kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya
untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang
menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus
mendahului cinta kepada keluarga dan harta benda. Ia sangat menyesal atas kelalaian itu dan
menghadap kepada Allah memohon ampun dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung
kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga
aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya.

B.       NABI IBRAHIM ALAIHIS SALAM


Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir
bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama
"Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja
bernama "Namrud bin Kan'an." Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur
rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang serta sarana-sarana yang
menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka
masih berada di tingkat jahiliyah.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi
Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon
Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya, yang telah
diberikan akal sehat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh
kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan
persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus
diberantas dan diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah
persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

  NABI IBRAHIM INGIN MELIHAT BAGAIMANA MAKHLUK YANG SUDAH MATI


DIHIDUPKAN KEMBALI OLEH ALLAH
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan
berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan
keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang
mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan
kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.
Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau
menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan
berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim
menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada
kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku
mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap
empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu,
memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang
sudah hancur dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit
yang letaknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh
Allah itu, diperintahkannya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak
tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain. Dengan izin
Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh
bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya
lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata
kepalanya sendiri bagaimana Allah yang Maha kuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-
Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan
demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan
menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan
dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau
menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang
dikenhendaki " Fayakun".

      NABI IBRAHIM BERDAKWAH KEPADA AYAH KANDUNGNYA


Ayah Nabi Ibrahim, tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan
menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya
sendiri dan daripadanya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Dengan
sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan
dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh
Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang
tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut apakah yang
mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui
bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi
penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa
penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang
menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya
agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan
kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang
dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan
segala isinya kepada manusia.
Menjadi merah muka ayahnya dan ia marah dan berkata-kata yang kasar dan memaki
seakan-akan tidak ada hubungan diantara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada
gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan
kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya?
Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak
menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam
dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak
sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di satu atap denganmu. Pergilah engkau dari
mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau." Nabi Ibrahim
menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang,
normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku
akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan
persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan
malang dengan doaku untukmu". Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya
dalam keadaan sedih dan prihatin karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah
syirik dan kufur.
      
NABI IBRAHIM MENGHANCURKAN BERHALA-BERHALA
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit
pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus
memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang
bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah
dan Rasul-Nya. Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya
berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang
nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan
patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat
menyelamatkan dirinya sendiri. Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon
bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap
sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah
dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup.
" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan", kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota
sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang
berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa
sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan
tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat
peribadatan itu. Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya
berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya
utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu. Terperanjat
dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari luar kota dan melihat keadaan patung-patung,
tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai.
Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah
berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka
ini?" Berkata salah seorang diantara mereka:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu
mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan
perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan
dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami
semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu". Setelah diselidiki, akhirnya terdpt
kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahim-lah yang merusakkan dan memusnahkan
patung-patung itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh
para hadirin dengan teriakan cercaan. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:"Apakah engkau
yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap
dingin, Nabi Ibrahim menjawab:" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah
yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang
menghancurkannya." Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang
lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si
hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa
engkau minta kami bertanya kepadanya?" Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika
demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak
dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak
mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah
bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir
dengan akal yang sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya
sukai oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu,
menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan
kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu." Setelah selesai Nabi
Ibrahim menguraikan pidatonya, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus
dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-
tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan
itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya".

      NABI IBRAHIM DIBAKAR HIDUP-HIDUP


Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar
hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara
pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi
tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya
dimana tiap penduduk secara gotong-royong. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi
Ibrahim didatangkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam
tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai api, menjadilah
engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim".
Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam api yang dahsyat itu ia
merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang
mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada
tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat
yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan
penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara pembakaran heran tercengang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari
bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan
pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit pun.
Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri
sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut
anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja
dan sembah. Ada sebahagian daripada mereka yang dalam hati kecilnya mulai meragui
kebenaran agama mereka namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang
lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, karena hukuman
yang mereka jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar
selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa malu
kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan
kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian
penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak
daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak
kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khawatir akan
mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka
dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa
pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.

C.      NABI MUSA ALAIHIS SALAM


Nabi Musa a.s. merupakan seorang nabi yang telah menerima Kitab Taurat.

KELAHIRAN NABI MUSA


Nabi Musa diutuskan oleh Allah bagi memimpin Kaum Israel ke jalan yang benar. Beliau
merupakan anak kepada Imran dan Yukabad binti Qahat, (Musa bin Imran bin Kohath bin Lewi
bin Yakqub bin Ishaq bin Ibrahim), bersaudara (adik-beradik mengikut sesetengah periwayatan)
dengan Nabi Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Firaun.
 
     FIRAUN DENGAN MIMPINYA
Waktu kelahirannya cukup cemas kerana Firaun memberikan undang-undang supaya setiap
bayi lelaki yang dilahirkan harus dibunuh. Tindakan itu diambil kerana dia sudah terpengaruh
dengan ahli nujum yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan
penduduknya mati, melainkan kalangan Kaum Israel, sedangkan ahli nujum mengatakan kuasa
negara itu akan jatuh ke tangan lelaki Kaum Israel. Disebabkan khawatir, dia memerintahkan
setiap rumah digeledah dan jika mendapati bayi lelaki perlu dibunuh.
Ibu Nabi Musa, Yukabad melahirkan seorang bayi lelaki (Musa) dan kelahiran itu
dirahasiakan. Kerana merasa bimbang dengan keselamatan Musa, apabila musa menginjak umur
tiga bulan Musa dihanyutkan ke Sungai Nil. Musa yang terapung di sungai itu ditemui isteri
Firaun, Asiah sendiri ketika sedang mandi dan tanpa berlengah dibawanya ke istana. Melihat
isterinya membawa seorang bayi, Firaun dengan tidak teragak-agak menghunuskan pedang
untuk membunuh Musa. Asiah berkata: “Janganlah dibunuh anak ini kerana aku menyayanginya.
Sebaiknya kita menjadikannya seperti anak sendiri kerana aku tidak mempunyai anak”. Dengan
kata-kata dari Asiah tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
      
MUKJIZAT NABI MUSA SAAT MENGHADAPI FIRAUN
Kisah pertempuran di antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir dari tukang sihir firaun
bermula disebabkan oleh satu peristiwa di mana pada satu ketika semasa Musa berkeliling di
sekitar kota dan kemudian beliau melihat dua lelaki sedang berkelahi, masing-masing di
kalangan Bani Israel bernama Samiri dan bangsa Firaun, Fatun. Melihatkan pergaduhan itu Musa
mau mententeramkan mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa terus menghayunkan
satu penumbuk ke atas Fatun, lalu tersungkur dan meninggal dunia. Ketika mendapati lelaki itu
meninggal dunia kerana tindakannya, Musa memohon ampun kepada Allah seperti dinyatakan
dalam al-Quran: “Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku
sendiri kerana itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Tetapi, tidak lama kemudian orang ramai mengetahui
kematian Fatun disebabkan Musa dan berita itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan
Firaun. Akhirnya mereka mau menangkap Musa. Karena terdesak, Musa mengambil keputusan
keluar dari Mesir. Beliau berjalan tanpa arah dan tujuan, tetapi setelah delapan hari, beliau
sampai di kota Madyan, yaitu kota Nabi Syu’aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah
di selatan Palestina.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya: “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu
Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi: “Dan lemparkan tongkatmu, apabila tongkat itu menjadi ular Musa
melihatnya bergerak seperti seekor ular, dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah
kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada Musa: “Masukkan tanganmu ke leher bajumu, pasti
keluar putih bersinar dan dakapkan kedua tanganmu ke dada kerana ketakutan....”
Tongkat menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang dikurniakan
Allah kepada Musa, ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, untuk
menghadapi Firaun dan pengikutnya yang fasik. Firaun cukup marah mengetahui kepulangan
Musa yang mahu membawa ajaran lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil
semua ahli sihir untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun masing-masing
mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali terus menjadi ular. Namun, semua
ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal daripada tongkat Musa.
Firman Allah: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan
apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir
dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu ditewaskan, Musa menggunakan dua mukjizat berkenaan,
menyebabkan sebahagian daripada kalangan pengikut Firaun, termasuk isterinya mengikuti
ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli sihir dan sebahagian pengikutnya beriman dengan
ajaran Nabi Musa, Firaun marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Ketika isterinya sendiri
diseksa hingga meninggal dunia. Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri
sehingga mereka sampai di Laut Merah. Namun, Firaun dan tenteranya yang sudah mengamuk
mengejar mereka dari belakang, tetapi semua mereka mati ditenggelamkan laut. Al-Quran
menceritakan: “Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan
Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”

      NABI MUSA BERMUNAJAT DI BUKIT SINA


Setelah keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani
Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum
itu Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mau bermunajat, beliau
beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Beliau menggosok gigi dan mengunyah daun
kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau diwajibkan berpuasa 10 hari lagi.Dengan itu
puasa Musa genap 40 hari. Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah
zatMu kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup
melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala,
maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang
dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa
meninggalkan bekasnya.Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.

      KEZALIMAN FIRAUN
Allah memberikan banyak nikmat kepada Bani Israel, antaranya dibebaskan daripada
kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan subur, mempunyai Taurat dan rasul di
kalangan mereka, tetapi mereka tidak bersyukur, malah memberikan berbagai alasan. Mereka
juga membelakangi wahyu Allah kepada Musa supaya berpindah ke Palestina. Alasan diberikan
kerana mereka takut menghadapi suku Kan’an. Sikap Bani Israel yang pengecut itu menyedihkan
hati Musa, lalu beliau berdoa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri
saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang fasik mengingkari nikmat dan
kurniaMu.”Hukuman Bani Israel yang menolak perintah itu ialah Allah mengharamkan mereka
memasuki Palestin selama 40 tahun dan selama itu mereka berkeliaran di atas muka bumi tanpa
tempat tetap.Mereka hidup dalam kebingungan sehingga semuanya musnah. Palestina kemudian
dihuni oleh generasi baru. Bani Israel juga memperolokkan rasul mereka, yang dapat dilihat
melalui kisah sapi seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada
kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Mereka berkata;
apakah kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan...”Musa meninggal dunia ketika berusia
120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan usianya 150 tahun di Bukit Nabu’, tempat
diperintahkan Allah untuk melihat tempat suci yang dijanjikan, iaitu Palestina. Tetapi beliau
tidak sempat memasukinya.

D.      NABI ISA ALAIHIS SALAM


Ibu Nabi Isa A.S. bernama Maryam (tidak berayah atas kekuasaan Allah) dan tidak seperti
manusia biasa yang mempunyai ibu bapak. Keanehan kelahiran beliau ini adalah untuk menjadi
ujian kepada manusia, apakah manusia tidak akan percaya kepada kekuasaan Allah. Orang yang
beriman percaya atas kelahiran Isa A.S. tanpa ayah. Roh yang ditiupkan oleh Malaikat
Ruhulqudus, roh yang suci ke dalam kandungan Siti Maryam, sehingga lahir seorang bayi laki-
laki yang setelah dewasa diangkat oleh Allah menjadi menjadi seorang rasul. Maryam adalah
seorang wanita yang salehah. Pada waktu ia gadis remaja, datanglah malaikat Jibril memberi
kabar kepadanya. Malaikat tersebut datang menyerupai manusia. la memberi kabar kepada
Maryam bahwa ia akan memperoleh seorang bayi laki-Iaki. Maryam kemudian
berkata: ''Jauhlah engkau dari sini dan aku berlindung kepada Allah atas kejahatan yang akan
terjadi dan aku takut kepada Allah."
Malaikat menjawab, seperti yang tersebut di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 17 sampai
21 yang artinya:
“Dibuatnya dinding antaranya dan antara mereka itu. Kemudian Kami utus kepadanya
seorang Malaikat fibril, lalu ia lupakan dirinya sebagai manusia yang sempurna”. (QS.
Maryam: 17). Berkata Maryam: "Sesungguhnya saya berlindung kepada Tuhan yang Penyayang
dari kejahatan engkau, jika engkau orang yang takut kepada-Nya." (QS. Maryam:18). Sahut
Malaikat: "Sesungguhnya saya seorang utusan Allah karena hendak memberi engkau anak yang
bersih." (QS. Maryam: 19). Jawab Maryam: "Bagaimana saya akan memperoleh seorang anak,
sedang seorang manusia pun tak pernah menyentuh tubuh saya dan saya bukan pula seorang
yang jahat." (QS. Maryam: 20). Berkata Malaikat: "Demikianlah halnya. Tuhan engkau telah
berfirman: "Perkara itu amat mudah bagi-Ku, supaya Kujadikan suatu tanda kekuasaan kepada
manusia dengan rahmat-Ku. Adalah kejadian itu suatu perkara yang diluluskan." (QS. Maryam:
21).

      SITI MARYAM MENGANDUNG


Siti Maryam mengandung, makin lama makin besar kandungannya. GemparIah penduduk
kampung yang melihat seorang anak gadis telah hamil. Persangkaan mereka, tentulah Maryam
telah berbuat serong dengan seorang laki-Iaki. Oleh karena itu bertubi-tubilah pertanyaan orang
kepada Maryam dengan segala ejekan dan hinaan. Bahkan ada pula di antaranya yang berkata:
"Hai Maryam, bukankah orang tuamu orang baik-baik, tetapi mengapa engkau sampai seperti
itu?".
Pada waktu kelahiran Nabi Isa A.S. sudah dekat, Siti Maryam berhijrah ke daerah lain. la
menjauh dari keluarga dan orang sekampung, karena tidak tahan mendengar ejekan-ejekan.
Dalam perjalanannya, ia berhenti di sebuah pohon tamar. Beliau duduk merasakan sakit, saat
untuk melahirkan sudah terasa. Beliau berdoa kepada Allah supaya Allah mematikannya
sebelum lahir anaknya itu, karena Maryam tidak kuat mendengar caci maki orang-orang terhadap
dirinya. Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 22-26:
“Maka hamillah Maryam, lalu ia berpindah ke tempat yang jauh dari keluarganya”. (QS.
Maryam: 22). “Maka bernaunglah ia di bawah pohon tamar, sedang sakit melahirkan anak,
seraya berkata: "Aduh, hai nasibku, lebih baik aku mati sebelum ini, tentu aku dilupakan oleh
manusia selupa-lupanya.". (QS. Maryam: 23). Maka Jibril pun menyerunya ketika itu, sedang
Jibril berada di sebelah bawahnya: "Jangan engkau berduka cita. Sesungguhnya Tuhan engkau
telah menjadikan seorang yang berpangkat tinggi (Isa A.S.) di bawah penjagaan engkau." (QS.
Maryam: 24).
“Goyangkanlah pohon tamar itu, niscaya gugur buahnya yang masak buat engkau
makan”. (QS. Maryam: 25). “Makanlah, minumlah dan senangkanlah hati engkau! Jika engkau
lihat seorang manusia yang bertanyakan anak engkau, katakanlah: "Sesungguhnya saya telah
bernazar kepada Tuhan akan berpuasa, dan tiada berbicara dengan manusia pada hari
ini." (QS. Maryam: 26).

      MARYAM PULANG KAMPUNG SAMBI! MEMBAWA ANAKNYA


Setelah melahirkan, Maryam membawa bayinya ke kampung halamannya. Mereka
berpendapat bahwa anak itu adalah anak hasil melacur. Mereka melontarkan kata-kata hina
terhadap Maryam sambil bertanya: "Hai Maryam, engkau telah membawa bayi yang tak baik ke
sini, sedangkan keluargamu adalah orang baik-baik. Betapa urusanmu yang seperti ini?
Tunjukkanlah kepada kami siapakah yang sebenarnya bapa bayi itu?"
Maryam tidak menjawab, tetapi memberi isyarat kepada anak yang sedang dipangkunya itu.
Berkata mereka: "Bagaimana kami akan berkata-kata dengan anak masih kecil ini?" Pada saat
orang sedang berkerumun itulah, dengan kekuasaan Allah berkatalah bayi (Nabi Isa) yang berada
di atas pangkuan Maryam.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 27-34 yang artinya sebagai berikut :
“Kemudian itu pergilah Maryam, mambawa anaknya kepada familinya, lalu mereka
berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kau telah membawa sesuatu yang mungkar." (QS.
Maryam: 27)
"Hai saudaranya Harun, bukanlah bapa engkau adalah seorang yang jahat, dan bukan pula
ibu engkau seorang perempuan pezina. Dan bagaimanakah engkau mendapat anak ini?" (QS.
Maryam: 28)
“Maka Maryam memberi isyarat kepada anaknya (Isa), lalu mereka berkata: "Betapakah
kami akan berbicara dengan anak yang masih di dalam buaian?" (QS. Maryam: 29).
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah, diberikan-Nya kepadaku sebuah
kitab (Injil) dan dijadikan-Nya aku seorang Nabi." (QS. Maryam: 30)
"Dijadikan-Nya aku seorang yang berguna kepada manusia di mana aku berada,
diwasiatkan-Nya kepadaku mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, selama aku
hidup” (QS. Maryam: 31)
“Dan aku berbakti kepada ibuku, dan tiadalah aku dijadikan-Nya seorang yang sombong
dan pendurhaka” (QS. Maryam: 32)
“Selamatlah diriku ketika dilahirkan, dan ketika aku mati, dan ketika aku dibangkitkan
(dihidupkan) kembali." (QS. Maryam: 33)
“Itulah Isa anak Maryam, ia berkata yang sebenarnya, yang mereka ragu-ragu tentang
kebenarannya” (QS. Maryam: 34)
     

 NABI ISA AKAN DIBUNUH


Sahabat-sahabat Nabi Isa disebut kaum "Hawariyin," seperti sahabat-sahabat Nabi
Muhammad disebut kaum Anshar dan Muhajirin. Oi antara sahabat Nabi Isa ada seorang yang
murtad dan penghina, ia bernama "Yahuza" (Iskariot). Yahuza ini juga mempunyai pengikut,
yang makin lama makin bertambah banyak. Oleh karena itu, pengikut Nabi Isa dinamai orang
Nasara atau Nasrani. Di dalam menyiarkan agama Allah, rasul selalu menemui manusia yang
beriman kepada Allah, dan yang durhaka (kafir). Orang-orang kafir itu selalu memusuhi rasul-
rasul-Nya. Musuh Nabi Isa telah bermusyawarah untuk menangkap Nabi Isa dan akan dibunuh
(disalib). Sahabatnya yang murtad itulah yang menjadi penunjuk untuk menangkap Nabi Isa,
merasa dapat menangkap nabi Isa, sebab dia adalah orang yang terdekat dengan Nabi Isa.

      DENGAN KEKUASAAN ALLAH NABI ISA DIANGKAT KE ALAM GHAIB (MIRAJ)


Muka/wajah sahabatnya yang murtad itu terlihat orang nampak seperti Nabi Isa A.S. Orang
munafik inilah sebenarnya yang tertangkap, bukan nabi Isa. Kekuasaan Allah telah mampu
mengangkat Nabi Isa telah ke alam ghaib (Miraj). Demikianlah kekuasaan Allah melebihi
segala-galanya, dan rencana manusia tidak semuanya berhasil, rencana Allah itulah yang
sebagus-bagus rencana. Allah berfirman dalam AI Qur'an surat An Nisa' ayat 157 yang artinya:
"Ada pun orang-orang yang durhaka itu, tidaklah mereka membunuh dan menyalib Isa, hanya
orang yang diserupakan Allah dengan Isa lah yang tersalib."

E.       NABI MUHAMMAD SALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM


Riwayat Nabi Muhammad S.A.W bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil. Kota itu
panas dan tandus di suatu Jazirah kawasan Timur Tengah yang terkenal karena padang pasirnya
yang luas. Selain ketandusannya,  wilayah itu dipenuhi dengan para penyembah berhala, baik
berhala batu maupun kayu yang tidak dapat berbuat apa-apa.  Disana juga disana terdapat sebuah
bangunan berbentuk kubus hitam yang dikelilingi oleh berhala-berhala. Tidak tanggung-
tanggung, menurut beberapa riwayat jumlah berhalanya bagaikan jumlah sudut suatu lingkaran
yakni mencapai 360 buah. Kota itu tidak begitu terkenal di masa sebelum abad ke-7 Masehi.
Umumnya yang melintasi wilayah tersebut adalah para pedagang, para petualang, dan pelarian-
pelarian dari Persia maupun Rumawi. Jadi, tidak mengherankan kalau kota kecil di Jazirah
Arabia yang kelak bernama Mekkah itu merupakan tempat dimana terjadi pertemuan berbagai
jenis manusia, tempat dimana perbuatan buruk dan haram, perampokan, pembunuhan bayi,
minum-minuman keras, dan yang memusnahkan segala kebajikan dan moral berada. Saat itu
masyarakat jazirah Arabia dalam situasi kemerosotan yang luar biasa. Zaman ketika hal itu
terjadi seringkali disebut sebagai zaman jahiliyyah atau ada pula yang menyebutnya abad
kegelapan.
      KELAHIRAN BAGINDA NABI SAW
Nabi Muhammad S.A.W muncul disaat yang kritis dalam kehidupan umat manusia. Ia
bagaikan sebuah lentera di langit malam, bagaikan bintang yang cemerlang pada malam yang
gelap gulita. Sinarnya yang terang membuat malam menjadi terang benderang. Namun, beliau
bukan bintang yang biasa. Tapi maha bintang yang sangat luar biasa, yang cahayanya mampu
menembus lubuk hati manusia. Bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya
karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam
kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad. Menurut
sejarawan, “Muhammad” yang artinya “dia yang terpuji” tepat terlahir di kota Mekkah tanggal
12 Rabiul Awwal (17 Rabiul awwal menurut mazhab Syiah) 570 M atau sering disebut tanggal
20 April 570 M dan meninggal 8 Juni 632 M di Madinah. Namun, Cahaya Muhammad (Nur
Muhammad) sebagai penerang umat manusia tak pernah padam walaupun 14 abad telah berlalu.
Riwayat hidupnya telah diceritakan dengan jutaan kata-kata oleh para pemeluknya, maupun oleh
para ahli sejarah non-muslim (Orientalis). Baik kata-kata tertulis menjadi sebuah buku maupun
tidak tertulis.
Peristiwa kelahiran Sang Nabi yang menjadi Rahmat bagi Semua Alam dipenuhi dengan
kejadian-kejadian yang luarbiasa. Menurut beberapa riwayat, kelahiran Nabi Muhammad
dimulai dengan peristiwa padamnya api abadi di kerajaan Persia. Lantas, hancur juga
sesembahan batu berhala di sana. Di kota Mekkah, kota dimana Sang Nabi dilahirkan, pasukan
bergajah Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah mengalami kehancuran. Niatnya untuk
memasuki dan menguasai kota Mekkah mengalami kegagalan karena sebab-sebab yang
seringkali dikaitkan dengan adanya burung-burung pembawa batu api. Burung-burung itu
disebut burung  Thoiron Ababil yang tiba-tiba muncul. Kemunculan burung misterius itu seolah-
olah balatentara Allah S.W.T yang menghancurkan musuh-musuh-Nya. Tidak banyak orang
yang tahu apa sebenarnya burung Thoiron Ababil itu.
Karena itu, tahun saat Nabi Muhammad S.A.W dilahirkan kemudian sering disebut tahun
Gajah. Kota Mekkah, tempat dimana Ka’bah berada, kelak di kemudian hari menjadi kiblat bagi
Umat Muhammad sampai akhir zaman. Ayah Nabi bernama Abdullah, Ibundanya Aminah,
kakeknya bernama Abdul Mutholib. Kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang
merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s. Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa Nur
Muhammad, Cahaya Terpuji  dan meletakkannya ke dalam rahim istrinya yaitu Aminah. Begitu
riang hatinya ketika akhirnya ia mendengar kabar rombongan dagang suaminya pulang. Tapi
mendadak ia amat terkejut, ketika rombongan kafilah dagang suaminya datang ia tidak melihat
sosok Abdullah diantara mereka. Kemudian, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang
menyampaikan berita duka kepada Aminah bahwa suaminya telah meninggal. Mulutnya begitu
berat untuk mengucapkan kata kata ini kepada wanita ini. Ia tidak sanggup mengutarakannya.
Namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan
dimakamkan di Abwa.
Aminah begitu tergoncang hatinnya mendengarkan hal ini. Ia tak sanggup menahan
tangisnya. Karena berduka, Aminah pun menangis meluapkan kesedihannya dan tidak bernafsu
makan selama beberapa hari. Seolah-olah telah hilang sebagian semangatnya, belahan hatinya.
Namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia
menjaga bayi dalam janinnya dengan baik baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan
wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa a.s). Dalam mimpinya sang
wanita mulia ini berkata :
“Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya,
maka jagalah ia baik baik hingga kelahirannya.”
Beberapa tahun kemudian, setelah usia Nabi yang waktu kecil menginjak 6 tahun, Aminah
ibunda Nabi Muhammad wafat juga menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga.
Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib. Tapi,
belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika
umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, Nabi Muhammad
diasuh oleh pamannya – Abu Tholib. Pemandu umat manusia selalu saja dipilihkan oleh Allah
SWT untuk memiliki pengalaman hidup sebagai seorang gembala. Meskipun demikian,
Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan
dirinya dikenal di masyarakat sebagai orang jujur (al-Amin). Ketika tumbuh dewasa, Ia menjadi
salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya. Khodijah adalah seorang janda dan
sekaligus seorang saudagar wanita kota Mekkah yang disegani karena kemuliaan akhlaknya.
Kepada Nabi Muhammad S.A.W, Khodijah memberikan upah (gaji) dua kali lipat dibandingkan
yang diberikannya kepada orang lain karena kesuksesan  Muhamad sebagai pedagang yang jujur
dan penuh amanah.
Suatu saat, Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari
turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal
menyangkut barang dagangan. Maisarah yang menjadi akuntan Khadijah kemudian
menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah
kemudian menceritakan suatu kisah yang menarik. Katanya, sewaktu di Busra, Al-Amin duduk
di bawah pohon untuk istirahat. Ketika itu, seorang pendeta yang sedang duduk di biaranya
kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata,
Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca
banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil. Kemudian Khodijah menceritakan apa yang
didengarnya dari Maisarah kepada pamannya yaitu Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia.
Waraqah mengatakan, Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.

      PERNIKAHAN & BENIH-BENIH KEMULIAAN


Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi
ialah Nafsiah binti Aliyah sebagai berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang menjadi penghalang
bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa! Apakah
anda akan menyambut dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan,
kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?”
Nabi menjawab, “Apa maksud Anda?”
Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata, “Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal
dunia saya dan dunianya jauh berbeda?”
Nafsiah berujar, “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju. Anda
perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda
beserta wali Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan”.
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib.
Pesta yang agung pun diselenggarakan. Sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato,
mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Waraqah, paman Khodijah, tampil dan
mengatakan sambutannya. Upacara pun dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada
yang mengatakan dua puluh ekor unta. Nabi Muhammad sekarang mulai dewasa, ia mempunyai
seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya. Dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam
orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga
orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak
laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur Nabi mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke
Kabah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Mekkah kebanjiran.
Dinding Kabah mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun kembali
Kabah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis,
meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti
jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka
pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut
bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali Kabah, diberitahukan
pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam pembangunan kembali Kabah, yang dinafkahkan
hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau
melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.” Terlihat bahwa ini adalah
ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal,
tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian?
Ketika renovasi dinding Kabah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya
untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Namun, masalah mulai muncul karena
perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku
yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal
ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Ketika masalah mencapai tahap kritis,
akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi,
mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,
“Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa. (buku lain
mencatat Bab as-salam).”
Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka
berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi hakim sengketa ini!”
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain.
Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta
tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Dengan cara itu maka
batu Hajar Aswad pun diangkat bersamaan diatas selembar kain segi empat. Gotong royong ini
menjadi hikmah tersendiri bagi Muhammad yang kelak mempersatukan suku-suku Arab. Ketika
Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan
tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir
pecah menjadi peristiwa berdarah hanya gara-gara egoisme kesukuan semata. Sejak
kelahirannya, Allah SWT telah menentukan tentang semua ini sebagai suatu pelajaran agung
bagi manusia yang dipilihNya menjadi Nabi dan Rosul Terakhir. Kesabaran yang diabadikan di
dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak terbantahkan (simak QS 103), bahwa ia adalah manusia
sempurna (al-Insan al-Kamil), dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya.
Kejujuran dan kebersihan hati Nabi Muhammad SAW menyebabkan dirinya disebut Al-
Amin oleh masyarakat Mekah. Ia menjadi sosok panutan masyarakat, sebagai manusia mulia,
sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum diutus menjadi Rosullullah, Muhammad
selalu mengamati tanda-tanda kekuasaan Ilahi, kekuasaan Rabbul ‘Aalamin, Tuhan yang
menciptakan, memelihara, dan mendidik semua makhluk-Nya, baik di alam, di lingkungan
sekitarnya, diantara  manusia, didalam keluarganya, didalam dirinya sendiri, dan mengkajinya
secara mendalam. Terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala
wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan semua isinya. Untuk
merenungkan semua itu, Muhammad mempunyai tempat istimewa sendiri yaitu di Gunung Hira.
Gunung itu puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam. Di gua gunung Hira atau sering
disebut Gua Hira ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut Nabi Muhammad SAW sejak awal
masa dewasa Nabi. Gua Hira menjadi saksi bisu tentang wahyu pertama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Gua Hira seolah-olah ingin
berkata, “Disinilah dulu anak Hasyim (Nabi Muhammad SAW sering disebut sebagai anak Bani
Hasyim) itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul,
disinilah Al-Furqon (nama lain Al Qur’an) pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah
aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup
telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya
menjadikan aku sebagai museum sejarah dan saksi bisu semata.”

DIUTUS MENJADI NABI DAN RASUL


Gua Hira tempat diturunkannya Wahyu Ilahi Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat
iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta
berguncang.
Pada suatu malam di bulan Ramadhan tahun 610 Masehi, yang kelak disebut nabi
Muhammad SAW sebagai malam Lailah al-Qadr (lailatu qadar), Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus
Allah, Tuhan Semesta Alam, Rabbul ‘Aalamin, menyampaikan kalimat-Nya kepada Al-amin
yang berada di Gua Hira. Muhammad SAW telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh
tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, ia telah menjadi manusia pembelajar secara
alamiah sebelum kenabian dan kerasulan ditetapkan padanya. Jibril datang kepadanya dengan
membawa beberapa kalimat Allah. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-quran
sebagai berikut (QS 96:1-5)“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling
Pemurah. Yang mengajari (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat pertama ini merupakan perintah Allah S.W.T yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad S.A.W melalui Malaikat Jibril untuk “Membaca” atau “Iqra”. Apa yang dibaca dan
apa maksudnya “membaca” berhubungan dengan Allah S.W.T sebagai Pencipta makhluk atau
ar-Rabb. Jadi, kalau umat Islam tidak membaca tanda-tanda (ayat-ayat) Kekuasaan Allah SWT
sebagai Pencipta makhluk berarti telah melanggar satu perintah agung dari Allah SWT langsung.
Turunnya 5 ayat surat al-‘Alaq ini dengan tegas menyatakan tentang program atau rencana yang
akan diamanatkan kepada Nabi. Karena itu, surat ke-1 sampai ke-5 surat al-‘Alaq dengan
perintah “Iqra” atau “Baca” secara langsung menyatakan bahwa dasar-dasar kebenaran al-Haqq
bagi manusia untuk menjalani kehidupan yang benar sebagai suatu agama yang mengikat yang
nanti akan disampaikan Muhammad berhubungan dengan proses belajar yang terus menerus
tentang kehidupan dimana di dalamnya terdapat  proses atau tatacara pengkajian, pengetahuan,
kebijaksanaan, dan penggunaan pena (kalam) untuk menulis. Pena atau Qalam, yang kelak
namanya menjadi salah satyu nama surat dalam Al Qur’an yaitu suraka Al-Qalam (QS 68),
karena itu pengertiannya sangat penting bagi Umat Islam.
Muhammad, pembawa berita bahagia, merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia
adalah manusia dalam wujud dimana asma-asama, sifat-sifat, dan perbuatan Ilahiah dinyatakan
sebagai suatu adab dan akhlak bagi manusia sebagai makhluk berpikir, bukan binatang tanpa
akal, Ia adalah utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafaat. Tidak
satupun mahkluk yang mencapai kesempurnaan yang dapat dicapai Muhammad dengan
kehambaannya dihadapan Allah SWT bukan dengan kesombongan yang dapat menabiri
kemuliaan wujud manusianya. Sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia
yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang
kepada kaum yang miskin, lemah dan papa. Ia bagaikan raja bagi kaum dhuafa maupun bagi para
penguasa dunia, dan ditakuti para dajjal  yang matahatinya buta. Malaikat Jibril menyelesaikan
tugasnya menyampaikan wahyu pertama itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju
rumah Khodijah dengan rasa takut amat sangat. Tubuhnya masih menggigil ketakutan ketika
sampai di rumah dan di sambut dengan istrinya Khadijah. Namun, saat itu Jiwa agung Nabi
Muhammad telah disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari
malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya, “Wahai Muhammad! Engkau Rosul
Allah dan akulah Jibril.”
Muhammad menerima kalimat Ilahi secara bertahap, secara berangsur-angsur. Fakta sejarah
mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan
pria pertama yang memeluk Islam adalah syayidina Ali Karamallahu Wajhah. Suatu saat, ketika
dirasakan waktunya tiba untuk mengungkapkan siapa dirinya, Muhammad mengadakan
perjamuan makan dengan kerabatnya. Selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh
keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya.
Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya.
Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai
Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia.
Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan
kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan
menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan
khalifah (pengganti) saya?.”
Ketika pidato Nabi mencapai titik ini, semua terpaku, sel-sel kelabu otak masing-masing
yang hadir mendadak membeku, kebisuan total melanda pertemuan itu. Ali, remaja berusia lima
belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap, “Wahai Nabi
Allah, saya siap mendukung Anda.” Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali
ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan jawaban yang
sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata, “Pemuda ini adalah saudara,
washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia”. Ali
kemudian sering disebut Karamallahu Wajhah (KWJ) yang maksudnya seseorang yang tidak
pernah menyembah berhala ataupun memakan makanan dari hasil untuk sesembahan berhala.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran Ali tanpa keraguan. Setelah
berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy.
Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-
menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musyrik yang terus mencemoohnya,
menghardiknya, mengejeknya bahkan suatu ketika memuncak menjadi ingin membunuhnya.
Pasukan musyrik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad. Mereka melakukan
propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, bersikeras menjuluki Nabi
Gila, larangan mendengarkan Al-Quran, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah
mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka,
dalam Al-Quran Allah berfirman :
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum
mereka selain mengatakan,Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka
saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang
melampaui batas.”
Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai
pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau
kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu
sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Setelah wafatnya Abu
Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad. Akhirnya Muhammad
berhijrah ke Yastrib. Peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib merupakan momen awal dari lahirnya
Umat Islam yang lebih terorganisir. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi
keselamatan Nabi. Di bulan Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang
muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang
yang ditahan Quraisy atau karena sakit, dan lanjut usia. Kaum Quraisy yang berada di Mekah
akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari. Masing-masing
suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian
Muhammad. Mereka mengira Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini,
seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum
kafir itu. Al-Quran merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas
tipu daya.”
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan
Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani
mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang
pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi. Kepada Ali
Nabi berkata, “Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau
yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus
berhijrah ke Yastrib.”
      HIJRAH
Dalam pengungsian, Nabi Muhammad tiba di Quba tanggal 12 Rabiul Awwal, dan tinggal
di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah kaum Muhajirin dan Ansor sedang menunggu
kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar
beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan Ali. Orang Quraisy
mengetahui hijrahnya Ali dan rombongannya diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah
binti Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib karena itu, mereka memburunya dan
berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan Ali berkata
“Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah!” Tanda
marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi
serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang. Ketika Ali tiba di Quba, kakinya berdarah,
dikarenakan menempuh perjalanan Makkah-Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa
Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat Ali lalu merangkulnya.
Ketika melihat kaki Ali membengkak, air mata Nabi menetes haru. Penduduk Yastrib yang
kemudian berganti menjadi nama Madinah – menyambut kedatangan Nabi. Mereka
mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi
sebuah kekhalifan Islam pertama kali didirikan.
Pada perang Badar al-washi (Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy,
dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, Ali mengingatkannya dalam kata-kata “Pedang saya
yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun
Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah)
masih ada pada saya”.
Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan Ali tidak pernah absen. Saat itu Ali
adalah pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan “Nilai pukulan Ali pada
perang Khandaq (parit) disebut juga dengan Ahzab kepada Amar bin Abdiwad itu. Nilai
pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat
kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib
dan terhina”.
      

BENTENG KHAIBAR
Peperangan Khaibar terjadi pada tahun 629 antara Nabi Muhammad dan pengikutnya
dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di oasis Khaibar, sejauh 150 kilometer dari Madinah di
bagian timur laut semenanjung Arab. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan orang Islam.
Perang Khaibar terjadi tidak lama selepas Perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah memimpin sendiri
ekspedisi ketenteraan menuju Khaibar, daerah sejauh tiga hari perjalanan dari Madinah. Khaibar
adalah daerah subur yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah Arab, terutamanya setelah
Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah. Pada perang Khaibar (sekitar 629 Masehi)
ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan
benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu
Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan Umar memuji
keberanian pemimpin benteng, Marhab, yang luar biasa. Kebisuan orang-orang sedang
menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi, “Dimanakah Ali?” Dikabarkan
kepada beliau bahwa Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi
bersabda, “Panggil dia”. Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah Nabi.
Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi
menggosokkan tangannya ke mata Ali seraya mendoakannya. Mata Ali langsung sembuh dan tak
pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan Ali maju, menurut riwayat pintu
benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci.
      
FATH MAKKAH
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah,
Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum
pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak,
Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi
kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah
10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan
musuh melihat betapa besar pasukan musuh tersebut. Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah
yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah
inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat
penjuru.
Mekkah… Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekkah membisu dan tidak lagi
menyerukan teriakan Firaun-firaun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang
menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya. Gua itu menatap kepada
orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap
dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya. Nabi memasuki Mekkah
dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang
tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap
tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk
menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan
dan beliau berkata … Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!
Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, peran individual Muhammad dalam
menyampaikan risalah agungnya telah selesai, dan kini tidak bisa tidak di harus melihat
pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah
diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasi dan menelitinya kembali.
Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah yang terakhir. Beliau bagaikan baju terbaik
yang pertama kali dibuat oleh Allah SWT yang akan dipakai terakhir kali yaitu sebagai Utusan
Allah yang terakhir dan terbaik. Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa
Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28),
sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47,
23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil. Sedangkan
persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu
kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).

      HAJI WADA
Suasana haji wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik
pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di
Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus
inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal
25 Dzulqadah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah,
kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak… seluruh padang terisi gema
suara mereka yang mengucapkan, “
“Labbaik, Allahumma labaik… Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi
panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-
Mu…Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan
kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu… Labbaik, aku datang memenuhi
panggilan-Mu…Langit. “
Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa penguasa
itu berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya.
Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Kabah dan
Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah
diantarkan kepada Maksud. Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia
menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di
depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai
pidatonya, Rosulullah berkata,”Tahukah kalian, bulan apa ini”?
Mereka serentak menjawab, “Bulan Haram”!
…Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak
lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya…
Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga kalian menemui
Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan
menemui Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini.
Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada
orang yang berhak menerimanya…..
Rasul kembali meminta untanya, Al-Qashwa. Ia berjalan menuju ke tengah wadi di daerah
'Urana-Arafah. Dari atas untanya itu, Rasul menyerukan khutbahnya yang terkenal tersebut.
Kata-katanya sangat jelas. Pada setiap kalimat, Muhammad berhenti sejenak. Rabi'a bin
Umayya, mengulang kata-kata itu, dengan suara lantang sehingga isi khutbah didengar oleh
semua jamaah. Muhammad menutup khutbahnya dengan berkata: "Ya Allah, sudah
kusampaikan!"Serentak jamaah pun menjawab: "Benar". Lalu Muhammad
menambahkannya: "Ya Allah, saksikan ini."
Rasul pun turun dari untanya. Ia terus di sana sampai waktu sembahyang dzuhur dan asar.
Setelah itu, ia menaiki untanya kembali menuju Sakharat. Di sana, Muhammad membacakan
firman Allah, Surat Al-Maidah ayat 3: "Hari ini, Kusempurnakan bagimu semua agamamu ini,
dan Kucukupkan nikmat-Ku padamu, serta Kuridhoi Islam sebagai agamamu."
Abu Bakar menangis mendengar ayat tersebut. Inilah isyarat bahwa risalah Rasul telah
tuntas. Malam itu, Rasul meninggalkan Arafah dan menginap di Muzdalifa. Pagi hari ia turun ke
Masyaril Haram, kemudian ke Mina untuk melemparkan kerikil ke Jumrah. Di kemah,
Rasulullah menyembelih 63 ekor unta -jumlah yang sebanyak tahun usianya. Muhammad
kemudian mencukur rambutnya, mengakhiri ibadah haji ini. Satu-satunya ibadah haji besar yang
dilakukannya.

BAB III
PENUTUP
       I.  Kesimpulan
Dari sekian ulasan yang telah kami buat dapat kami simpulkan bahwa setiap nabi utusan
Allah adalah manusia yang begitu indah ketabahan dan kesabarannya dan  Semoga kita semua
bisa mengambil hikmah dari kisah teladan mereka, Amin.
DAFTAR PUSTAKA

www.masuk-islam.com
http://aciesneutron.blogspot.com
http://referensimakalah.com
http://soft-technick.blogspot.com
www.suaratauhid.com
http://harmoni-my.org
buku akidah akhlak kelas 10 madrasah aliyah
http://jayussimeulue.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai