\\ \
7
/ \\
R5
EIJWAII SIAKIT
PEDOMAN MUNIKASI
EFE IF
NAMA TANDA
KE TERANGAN TANGGAL
TANGAN
PURWO ATMODJO, SKM,
-26 / )d
M.Kes Kepi rla Seksi UKM t/rt
Pembina dan -ITBANG ,
NlP. 19701206 199501 1 001
Guntur Suaji, SE
Penata Auth oized Person
'v tl
lL
NlP. 19640908 198502 1 001
dr. lG.N. Arya Sidemen, S.E.,
T,ilt,r'
M.P.H. Direl ltur a/
A
Rumah
Pembina Tk.l
N|P.196309'16 198903 1 008
Sakil /t* "nt
i
PEMERINTAH PROVINSI JA\!A TIMUR
DINAS KTSEHATAN
RUMAH S KIT SUMBERGLAGAH MOJOKERTO
Dsn. SuDberylagah. Ds. Iiln ungkenongo. Ke.. Pacet. Kab. Mojol.rro. Tclp. (0j2 I , 69044 I l'a\ (0_t: | ) 690 I3 7
lrrail \!tbsitc : r{ w w.rssumbljrglagulrjurimpror .go. it1
!I0JoKERTO 61.174
"*. PERATURAN DIREKTUR UMAH SAKIT SUMBERGLAGAH
NOMOR: 492t102.6t2018
ENTANG
PEDOMAN K MUNIKASIEFEKTIF
MEM TUSKAN
l1
MENETAPKAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
SUMBERGLAGAH TENTANG PEDOMAN
KOMUNIKASI EFEKTIF
KESATU Pedoman Komunikasi Efektif sebagaimana terlampir
dalam peraturan ini.
KEDUA Pedoman Komunikasi Efektif digunakan dalam
pelaksanaan komunikasi dan pemberian edukasi pasien
dan keluarga di Rumah Sakit Sumberglagah.
KETIGA Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam Peraturan ini
akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestlnya.
Ditetapkan di MOJOKERTO
Tanggal 26 Desember 20'18
P R0vr/t' S/
DIREKTUR
T SUMBERGLAGAH
(=
n
)
4 S.E M
Pembina Tk.l
NtP.19630916 198903 1 008
llt
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Sumberglagah
Nomor : 44Ol 532 1102.612019
Tanggal : 26 Desember 2018
lv
13. Setiap staf klinis yang bekerja secara shift harus melakukan komunikasi
efektif antar shift dengan memberikan informasi tentang status kesehatan
pasien termasuk CPPT, serah terima pasien, ringkasan pasien pulang,
serta informasi klinis pasien saat transfer atau dirujuk.
14.Setiap pasien yang mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit harus dicatat
di dalam form Catatan Pasien Terintegrasi tentang kondisi pasien terkini.
15. Setiap pasien yang diijinkan pulang, dirujuk, atau meninggal harus
dibuatkan ringkasan pasien pulang (RPP)
16. Pasien yang dipindahkan antar ruangan harus menggunakan form transfer
antar ruangan yang ditandatangani oeh pengiim dan penerima di ruangan.
17.Pasien yang dirujuk harus dicatat di dalam form transfer dan rujukan dan
ditanda tangani oleh perujuk dan bukti serah terima harus ditandatangani
oleh penerima rujukan.
Ditetapkan di MOJOKERTO
Pada Tan ggal 26 Desember 2018
DIREKTUR
SAKIT SUMBERGLAGAH
m lr
n" ID
v
M.P.H.
Pembina Tk.l
NtP.19630916 198903 1 008
OAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....,... 1
A LATAR BELAKANG........... ... 1
B TUJUAN PEDOMAN...... 2
c RUANG LINGKUP PELAYANAN 2
D 2
E LANDASAN HUKUM 2
BAB STANDAR KETENAGAAN
11 3
A. KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA 3
B. DISTRIBUSIKETENAGAAN 4
C. PENGATURAN JAGA.............. 4
BAB III STANDAR FASILITAS 5
A. DENAH RUANG 5
B. STANDAR FASILITAS 5
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN 6
A. KOMUNIKASI 6
B. KEBUTUHAN EDUKASI 31
C. HAMBATAN BELAJAR....... 32
BAB V LOGrST1K................. 36
BAB VI KESELAMATAN PASIEN 37
BAB VII KESELAMATAN KERJA 38
A. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB 38
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 39
BAB IX PENUTUP...... 42
vll
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan hal yang mendasar dalam pelayanankesehatan,
bahkan efektivitas pelayanan pasien dipengaruhi kemampuan komunikasi
yang dibangun oleh profesional pemberi asuhan (PPA) (Potter dan Perry,
2007; Rosdahl dan Kowalski 2008).Komunikasi harus dilakukan secara efektif
agar komunikasi mudah dimengerti oleh komunikan (pasien), komunikasi yang
efektif dapat dilakukan apabila seseorang yang berkomunikasi memahami
tentang pengertian dari komunikasi efektif, proses komunikasi efektif dan
unsur- unsur komunikasi efektif.
Proses komunikasi, pemberian informasi dan edukasi di rumah sakit
merupakan bagian penting dari proses asuhan pasien. Kemampuan petugas
rumah sakit dalam melakukan komunikasi akan meningkatkan kualitas
asuhan, sehingga akan mencegah terjadinya kasus sentinel dan menurunkan
angka readmisi. Joint Commisison lnternasional (JCI) pada tahun 2013
melaporkan penyebab terbanyak kejadian kasus sentinel di rumah sakit
menunjukkan bahwa faktor komunikasi menempati urutan kedua.
Berdasarkan daia 2017 di dapatkan jumlah kunjungan pasien di RS
Sumberglagah yang terbanyak adalah usia lansia 60 tahun ke atas sebanyak
417o, pendidikan terbanyak adalah SMA 8,847o, suku yang terbanyak adalah
dari suku Jawa 99,3% selanjutnya suku Madura 0,4olo. Data tersebut sebagai
dasar memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga agar memahami
kondisi kesehatannya, sehingga pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan
yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang
asuhannya. Pasien dan keluarganya harus mendapatkan edukasi agar pasien
mampu secara tepat mengambil keputusan dan belajar bagaimana
meningkatkan kesehatan dan mempertahankannya secara mandiri.
Partisipasi aktif pasien dan keluarga dalam proses asuhan akan mempercepat
kesembuhan pasien dan menurunkan peluang pasien di rawat kembali
dengan diagnosis yang sama dalam waktu tertentu (readmisi).
Edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif (DEPKES Rl,
'1990). Menurut Effendy (1998), edukasi kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah
satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap pemberian pelayanan
kesehatan baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat
Oleh karena itu, komunikasi, pemberian informasi, dan edukasi yang efektif
akan memberikan dampak yang signifikan bagi mutu pelayanan rumah sakit.
Setiap petugas rumah sakit harus memiliki kemampuan hal tersebut sebagai
bagian tak terpisahkan dari upaya rumah sakit menjamin mutu pelayanan
kesehatan secara paripurna.Dalam standar akreditasi rumah sakit versi 2012,
komunikasi, informasi, dan edukasi yang efektif ini menjadi bagian yang
penting sebagai bagian dari upaya patient safety mencegah terjadinya kasus-
kasus sentinel.
I
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Sebagai acuan atau pedoman dalam pengawasan menjalankan
komunikasi efektif
2. Memberikan kemudahan dalam menyampaikan pesan yang
disampaikan dari PPA kepada pasien, keluarga atau masyarakat.
3. Memberikan informasi asuhan dan memberikan edukasi kepada
pasien serta keluarga Pasien
4. Komunikasi informasi asuhan bertujuan untuk memberikan informasi
asuhan secara umum dilakukan oleh petugas customer sevice,
registrasi, dan admission yang meliputi jam pelayanan, pelayanan
yang tersedia, cara mendapatkan pelayanan dan alternatif mengenai
asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan pasien
melebihi kemamPuantrumah sakit
D. BATASANOPERAS]ONAL
Waktu pelayanan komunikasi efektif diberikan saat pasien membutuhkan
akses pelayanan rumah sakit, selama di rumah sakit dan sampai
pemulangan pasien.Untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan
selanjutnya terkait dengan penyakitnya.
E. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomer 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1996 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/MenkesiSl(X2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1'114/MenkeJSK/X2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 112|4lMenkes/Per/Vlll/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Nomor 585)
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik lndonesia Nomor 0M tahun
2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Kualifikasi sumber daya manusia adalah semua professional pemberi
asuhan yang mendapatkan pelatihan komunikasi efektif.
Kualifikasi
No. Nama Jabatan
I
Formal Sertifikat
1 Ketua Dokter Pelatihan
komunikasi, informasi
dan edukasi
I
2 Sekretaris Ahli madya Pelatihan
Fisioterapi komunikasi, informasi
dan edukasi I
I
I
3
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tabel 2,2 Dsitribusi Ketenagaan Tim Penanggung jawab komunikasi
efektif
1 Ketua 1 orang
2 Sekretaris l orang
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga dibagian komunikasi dan informasi (Customer Servlce)
dilakukan oleh satu orang sesuai jadwal di tempat meja informasi dekat
dengan admisi. Petugas informasi bertanggung jawab untuk memberikan
informasi sesuai kebutuhan pasien dan keluarganya terkait dengan fasilitas
yang diberikan rumah sakit,meliputi jam pelayanan,pelayanan yang
tersedia,cara mendapatkan pelayanan dan alternatif mengenai asuhan dan
pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan pasien melebihi kemampuan
rumah sakit.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A Denah Ruang
Petugas
Meja Admisi
B. Standar Fasilitas
4 Komputer 2 buah
5 Telepon l buah
5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. KOMUNII(ASI
Media Komunikasi yang digunakan Rumah Sakit adalah saluran atau sarana
yang dipergunakan untuk berkomunikasi antar pegawai dan masyarakat di
rumah sakit, baik berupa media elektronik (telepon, faks, email) maupun non
elektronik (papan informasi, poster, leaflet, Rekam Medik Elektronik, nota
dinas, rapat, pleno dan apel pagi).
6
3, E-MAIL
E-mail dideflnisikan sebagai metode pengiriman, penerimaan, dan
penyimpanan pesan melalui sistem komunikasi elektronik berupa internet.
Dari pengertian email tersebut, jelas bahwa email mulal dari ditulis, dikirim,
diterima, sampai dengan dibaca dilakukan secara elektronis. Email adalah
surat elektronik yang dikirim dengan menggunakan internet, seperti
layaknya surat biasa email dapat ditujukan ke perorangan dan kelompok.
Dengan email maka surat menyurat dapat dilakukan dengan cepat tanpa
harus menunggu tukang pos datang mengirimkan surat.
4. WEB SITE
Website adalah kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks,
data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau
gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang
membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-
masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman. Bersifat statis
apabila isi informasi website tetap, jarang berubah, dan isi informasinya
searah hanya dari rumah sakit saja. Bersifat dinamis apabila isi informasi
website selalu berubah-ubah, dan isi informasinya interaktif dua arah
berasal dari rumah sakit serta pengguna website.
5. PAPAN INFORMASI
Papan informasi adalah papan berukuran tertentu yang dipasang di
dinding atau tempat yang banyak dikunjungi orang. Pada papan tersebut
ditempelkan gambar-gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topik tertentu.
Kelebihan papan informasi diantaranya adalah dapat dikerjakan dengan
mudah, merangsang perhatian orang, menghemat waktu dan membiarkan
pembaca untuk belajar masalah yang ada, merangsang partisipasi dan
sebagai review/reminder terhadap bahan yang pernah diajarkan.
6. POSTER
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dengan tujuan
untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik pada sesuatu, atau
mempengaruhi agar seseorang bertindak akan sesuatu hal. Poster tidak
dapat memberi pelajaran dengan sendirinya, karena keterbatasan kata-
kata. Poster lebih cocok kalau diperuntukan sebagai tindak lanjut dari
suatu pesan yang sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu.
7. LEAFLET
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana, biasanya disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk
memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah.
s.REKAM MEDrK ELEKTRONIK (RME)
Rekam Medik elektronik merupakan bukti tertulis tentang proses
pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya
kepada pasien, hal ini merupakan cerminan kerjasama lebih dari satu
7
orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Dokumen ini
sebagai bukti tertulis pelayanan yang dilakukan setelah pemeriksaan,
pengobatan dan tindakan medis lainnya yang akan dijadikan dasar di
dalam menentukan tindakan lebih lanjut yang diberikan kepada seorang
pasien yang datang ke rumah sakit.
9. NOTADINAS
Merupakan alat komunikasi tertulis internal yang dibuat oleh pejabat
rumah sakit dalam melaksanakan tugas berupa surat resmi yang memuat
pemberitahuan, permintaan, penjelasan, pernyataan, penyampaian atau
laporan kepada pejabat lain. Nota dinas memuat hal yang bersifat rutin
berupa catatan ringkas yang tidak memerlukan penjelasan panjang dan
dapat langsung dijawab dengan disposisi oleh pejabat yang dituju.
10. RAPAT
8
kesehatan. Promosi kesehatan di rumah sakit yaitu upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien dan kelompok masyarakat agar
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya.
Klien dan kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama mereka sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Elemen penting dari prinsip tersebut adalah strategi komunikasi dalam
pelaksanaan promosi kesehatan melalui dukungan kemitraan dan
pemberdayaan.Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan kegiatan
memfasilitasi pasien/keluarga pasien dan masyarakat, dengan tujuan memiliki
pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk mencegah dan atau
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Sedangkan kemitraan
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas PKRS, melalui kerjasama dengan
berbagai pihak yang terkait, antara lain kelompok profesi, pemuka agama,
media massa. Lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain.
Mengubah paradigma lama rumah sakit yang pasif, menjadi aktif melayani
secara komprehensif pasien sakit dan tidak sakit misalnya dengan
menyelengggarakan penyuluhan kesehatan masyarakat di rumah sakit,
pelayanan poliklinik laktasi dan relaksasi, Iayanan customer service, klinik
berhenti merokok dan lain sebagainya.Hal ini juga sebagai bentuk penerapan
konsep hospital without wall, yang berupaya mendekatkan rumah sakit kepada
masyarakat dan komunitas sehingga pelayanan kesehatan berbasis
masyarakat dapat dilakukan. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan antara
lain rumah sakit memfasilitasi akses informasi kesehatan melalui media sosial
(medsos), seminar awam khusus, pelayanan unit pelayanan bergerak(UPB),
mendirikan klub DM, serta bermitra dengan berbagai kelompok komunitas
kesehatan lainnya. Selain itu, dapat dikembangkan pula program
pendampingan sehingga masyarakat mampu secara konsisten melaksanakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), misalnya pendampingan dalam
pengelolaan sampah dan sanitasi lingkungan serta penyediaan air bersih.
Metode untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka tata cara yang
paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena komunikasi ini bersifat
umum maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan dirancang
sedemikian rupa agar dapat di tangkap masyarakat tersebut.
9
i..,_
a. Penyuluhan
b. Seminar/ talk show
2. Kegiatan di luargedung
a. Dilaksanakan melalui kerjasama dengan dinas kesehatan
kotra Surabaya yaitu dengan melaksanakan kegiatan
penyuluhan di puskesmas..
b. Talk show kesehatran pada masyarakat yang dilaksanan
bersamaan dengan kegiatan pameran
c. Seminar dengan komunitas
10
petugas dan pasien yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki petugas dalam
berinteraksi.Sedikitnya waktu terutama disebabkan oleh rasio jumlah petugas.
u
Prinsip Komunikasi efektif :
a. Tepatwahu
b. Akurat
c. Lengkap
d. Jelas
e. Dipahami oleh pihak-pihak terkait (penerima), sehingga dapat
mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
12
d. Komunikan : target audience
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalamkomunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung
jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan
baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik
sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah.
e. Umpan balik : reaksi/respon dari komunikan
Kesalahpahaman dapat dikurangi jika proses umpan balik dilakukan
dengan baik. Mekanisme umpan balik dalam organisasi sama
pentingnya dengan komunikasi antarpribadi. Seorang komunikator
memerlukan adanya mekanisme umpan balik sehingga mereka tahu
apakah pesannya sudah dipahami. Pentingnya umpan balik yang
diberikan oleh komunikan adalah untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya suatu komunikasi,sebagai petunjuk bagi pemberi pesan
tentang perlu tidak mengubah metode atau strategi penyampaian
pesan di kemudian hari, sebagai masukan bagi komunikator dalam
kaitannya dengan proses komunikasi sebagai aktifitas yang melibatkan
pihak atau individu lainnya (Joseph A. Devito, 1997).
14
l) Sebelum melaksanakan komunikasi lewat telepon semua
data yang diperlukan sudah dipersiapkan dalam form SBAR
- Prinsip menerima perintah via telepon termasuk pencatatan
perintah secara lengkap atau hasil lab/radiologi/hasil penunjang
lainnya dengan menggunakan "CABAK" (CATAT LENGKAP,
BACA ULANG, KONFIRMASI) harus dikerjakan
- Penerima laporan : CATAT pesan yang disampaikan di formulir
SBAR yang meliputi tanggal, jam pesan diterima, nama
lengkap/umur pasien, diagnosa medis, data yang diperlukan di
kolom SBAR di isi lengkap sesuai dengan kebutuhan/kondisi pasien
- Gunakan simbol/singkatan sesuai standar
- Dosis/nilai harus spesifik untuk menghindari salah penafsiran
-
Nama petugas pelapor/penerima pesan dan petugas yang
memberi pesan, tanda tangan harus di isi dengan jelas
2) Keesokan harinya pengirim pesan (doher/petugas lain)
menandatangani pada saat visite
BACA ULANG Yaitu bacakan kembali isi pesan
KONFlRMASIkembali kebenaran pesan yang ditulis
3) Komunikasi efektif pada saat kondisi pasien emergency/kegawatan
dapat dilakukan/didokumentasikan pada lembar catatan keperawatan
yang terdapat pada form serah terima pasien
4) Permintaan obat narkotika atau kemoterapi tldak boleh verbal
tetapi harus tertulis
c. Tata laksana menerima laporan hasiltes/ hasil kritislekstrim dan nilai
kritis dengan SBAR
l) Hasil tesihasil kritis/ekstrim dan nilai kritis oleh petugas
laboratorium dan radiologi
2) Nilai/hasil kritis
3) Hasil abnormal yang harus dilaporkan segera dalam waktu 2 jam ke
dokter peminta pemeriksaan/perawat untuk dilaporkan ke dokter
d. Tatalaksana Komunikasi Efektif serah terima pasien antar unit
dengan sistem SBAR. Hal- hal yang harus diperhatikan :
l) Penulisan format SBAR harus LENGI(AP dapat TERBACA dengan
JELAS agar sumber informasi dapat dilacak bila perlu verifikasi
2) Harus menuliskan nama lengkap, tanda tangan baik yang
menyerahkan maupun yang menerima pasien, serta tanggal dan
waktu/jam
3) Hindari p€nggunaan singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi
menimbulkan masalah dalam penulisan/pengisian form SBAR
4) Petugas perawat memeriksa status present pasen sebelum transfer
) Petugas perawat menelpon kepada ruangan yang dituju dan
menginformasikan kondisi terkini pasien dan menjelaskan kebutuhan
pasien untuk transfer
Q Petugas perawat ruangan yang dituju mempersiapkan sesuai
kebutuhan pasien yang akan ditransfer dan perkiraan waktu siap untuk
15
menenma pasren
7) Petugas perawat yang akan transfer mengirimkan pasien
kepada ruangan yang dituju sesuai kesepakatan waktu
8) Sebelum ditransfer pasien dicek kembali status present nya dan
dapat di transfer apabila kondisi telah stabil
9) Petugas perawat pengirim dan penerima melakukan serah
terima pasien transfer dan mengecek kondisi pasien pasca
transfer
l0) Pasien dengan sakit berat atau kritis harus di damping oleh 1
dokter dan 1 perawat
ll) Kebutuhan dan jumlah petugas yang mendampingi pasien
tergantung pada kondisi atau situasi klinis dari setiap kasus
12) Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi
harus paham dan mengerti akan kondisi pasien dan aspek-
aspek lainnya yang berkaitan dengan proses transfer
13) Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk
pasien dengan sakit berat atau kritis harus kompeten, terlatih
dan berpengalaman
14) Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses
transfer
l5) Berikut ini adalah panduan perlu tidaknya dilakukannya
transfer antar Rumah Sakit berdasarkan tingkat atau derajat
kebutuhan perawatan pasien kritis (keputusan harus dibuat
DPJP)
Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan
ruang rawat biasa di RS yang dituju biasanya tidak perlu
didampingi oleh dokter dan perawat selama transfer
Derajat 1
22.10W|B.
l8
5) Keluarga pasien menyelesaikan biaya administrasi di
Rumah Sakit
6) PerawatmenghubungiAmbulan
7) Dokter memberikan informasi melalui telepon perihal rujukan
kepada rumah sakit yang dituju
8) Doketr memberikan informasi kepada Rumah Sakit rujukan
data pasien yang tercantum dalam surat rujukan
9) Setelah dibacakan surat rujukan Dokter/perawat
,menginformasikan kepada Rumah Sakit yang dituju bahwa
pasien siap ditransfer
10)Perawat ambulan mengantar pasien ke tempat rujukan
11)Perawat ambulan melakukan observasi pasien selama
perjalanan dan form hasil observasi disatukan dengan RM
pasien
12)Perawat melakukan serah terima pasien setelah tiba di
Rumah Sakit yang dituju
l9
disampaikan oleh pasien dan pemeriksaan yang bersifat subyektif
- O adalah data Obyektif yaitu data yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan yang terukur seperti tensi, nadi, RR, Suhu, hasil laborat,
hasil foto rongsen, dll.
- A adalah Assesment yaitu diagnosa medis
- P adalah Planning adalah rencana asuhan medis, berisi tentang
tujuan yang terukur.
Contoh: Menurunkan tensi darah dari 180/140 menjadi
160 dalam 1x24 jam.
Meningkatkan kalium dari 2,3 menjadi 3,6 dalam 't x 24
jam
- I adalah lntruksi yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencapai
renc€lna asuhan atau tujuan.
Contoh : lnjeksi lnfus KCL, dll
TENAGAKEPERAWATAN
Seorang perawat menulis format SOAP dan I di kolom ini pada setiap
shift jaga, dengan keterangan sebagai berikut :
- S adalah data Subyektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang
disampaikan oleh pasien dan pemeriksaan yang bersifat subyektif
- O adalah data Obyektif yaitu data yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan yang terukur seperti tensi, nadi, RR, Suhu, dll.
- A adalah Assesment yaitu diagnosa keperawatan.
- P adalah Planning adalah rencana asuhan keperawatan, berisi
tentang tujuan yang terukur.
Contoh : Menurunkan VAS dari 4 menjadi 0 dalam 1 x 24 jam.
- Iadalah lmplementasi yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencapai
rencana asuhan atau tujuan.
Contoh : memberikan edukasi nyeri
Konsul DPJP tentang terapi nyeri
2t
6) Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code
blue
7) Perawat ruangan yang lain (ll) atau penolong kedua, segera
menghubungi operator telepon "1 18" untuk mengaktiftan code
b/ue, dengan prosedur sebagai berikut:
8) Perkenalkan diri.
9) Sampaikan informasi untuk mengaktikan code blue.
10) Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiacrespiratory arresf dengan
lengkap dan jelas, yaitu: area ..... (area satu/dua/tiga/empat),
nama lokasi atau ruangan.
11) Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan :"
nama ruangan ...., nomor..., ".
12) Waktu respon operator menerima telepon "1 18' adalah harus
secepatnya diterima, kurang dari 3 kali deringan telepon.
13) Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun
rawat jalan,
setelah menghubungi operator, perawat ruangan ll segera
membawa troli emergensi (emergency trolley) ke lokasi dan
I
membantu perawat ruangan melakukan resusitasi sampai
dengan tim Code Blue datang. Operator menggunakan alat
telekomunikasi Handy Talky (HT) atau pengeras suara
mengatakan code blue dengan prosedur sebagai berikut:
141 "Code Blue, Code Blue, Code Blue, di area
.....(satu/dua/tiga/empat), nama lokasi atau ruangan.....".
'15) Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan:
"Code Blue, Code Blue, Code Blue, nama ruangan ..... nomor
kamar .....".
16) Setelah timcode b/ue menerima informasi tentang aktivasi code
b/ue, mereka segera menghentikan tugasnya masing-masing,
mengambil resusitasi kit dan menuju lokasi terjadinya
cardiacrespiratory affest. Waktu respon dari aktivasi code blue
sampai dengan kedatangan tim code blue di lokasi terjadinya
cardiacrespiratory arrest adalah 5 menit.
17) Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code blue
untuk memastikan bahwa tim code b/ue sudah menuju lokasi
terjadinya cardiacrespiratory arrest
18) Jika lokasi terjadinya cardiacrespiratory arrest adalah lokasi yang
padat manusia (public area) maka petugas keamanan (security)
segera menuju lokasi terjadinya untuk mengamankan lokasi
tersebut sehingga timcode blue dapat melaksanakan tugasnya
dengan aman dan sesuai prosedur.
19) Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan
diputuskannya bahwa resusitasi dihentikan oleh ketua timcode
blue.
20) Untuk pelaksanaan code blue di area tiga, Tim code blue
memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien kemudian
segera ditransfer ke lnstalasi Gawat Darurat.
21) Ketua tim code b/ue memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi,
yaitu:
22
Z2) Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan
secepatnya ke lnstalasi Perawatan lntensif untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien setuju.
8l Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika lnstalasi Perawatan
lntensif penuh maka pasien di rujuk ke rumah sakit yang
mempunyai fasilitas
Al Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di
ruang perawatan biasa, maka keluarga pasien menandatangani
surat penolakan.
25) Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan
koordinasi dengan bagian bina rohani, kemudian pasien
dipindahkan ke kamar jenazah.
26) Ketua timcode b/ue melakukan koordinasi dengan DPJP.
27) Ketua timcode b/ue memberikan informasi dan edukasi kepada
keluarga pasien.
28) Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam
rekam medis pasien dan melakukan koordinasi dengan ruangan
pasca resusitasi.
1-)
selama berada di rumah sakit. Sebagai contoh, petugas rumah sakit
telah berusaha menjaga kebersihan tangan setiap berinteraksi dengan
pasien, tetapi rumah sakit lupa tidak memberikan edukasi untuk
menjaga kebersihan tangan keluarganya ketika akan berinteraksi
dengan pasien, karena kita tidak dapat menjamin bagaimana
kebersihan penunggu/pengunjung pasien.
Partisipasi pasien dan keluarga sangat penting dalam proses
penyembuhan, hal ini akan berdampak terhadap efektifitas dan efisiensi
bagi rumah sakit maupun bagi pasien dan keluarga. Dampak kegiatan
edukasi pasien dan keluarga yaitu mempercepat proses pemulihan dan
menurunkan peluang untuk readmisi atau datang kembali ke rumah
sakit dengan penyakit yang sama dalam waktu tertentu.
Kondisi tersebut dapat diatasi dengan memberdayakan partisipasi aktif
pasien dan keluarga se.iak pasien masuk sampai keluar melalui
kegiatan edukasiyang terstruktur.Angka readmisi dapat dikurangi
dengan meningkatkan perencanaan pemulangan, meningkatkan
kooordinasi antar pemberi perawatan, meningkatkan edukasi dan
dukungan terhadap manajemen diri.
Adapun sasaran edukasi diberikan kepada:
a. Pasien Rawat inap
Edukasi dan informasi diberikan secara personal kepadapasien yang
perlu penjelasan lebih dalam mengenai penyakitnyapada saat awal
perawatan, selama perawatan, dan ketika pasienakan pulang. Alur
Promosi Kesehatan Masyarakat pada PasienRawat lnap secara
personal antara lain:
1. Apabila pasien baru masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak di
ruang rawat inap RS SUMBERGLAGAH , perawat mengidentifikasi
kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien meliputi
edukasi tentang penyakitnya dan aspek lain yaitu PPl, pasien safety,
gizi, manajemen penggunaan obat, manajemen nyeri dan rehabilitasi
medik. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi
yangdiberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat
jalan,sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secaraholistik.
Maka perawat memberikan edukasi sesuai SPO pemberian edukasi
kolaboratif.
2 Apabila pasien baru tidak masuk kedalama kategori 10 penyakit
terbanyak maka edukasi diserahkan kepada DPJP atau
doKemlangan atau subunit PKRS yang terkait.
3. Apabila pasien dan/ keluarga yang sedang dirawat di ruangrawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenaiperjalanan
penyakit, evaluasi, rencana terapi dan lain- lain,maka perawat dapat
meminta bantuan DPJP/ dokter ruanganatau subunit panitia PKRS
yang terkait.
4. Apabila pasien sudah diperbolohkan pulang oleh DPJR
makapemberian informasi akan diberikan sesuai dengan poin 1-
3diatas (apabila masih membutuhkan).
24
5. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungandengan
Clinical Pathway adalah dokter ruangan/ DPJP daninformasi pulang
pasien dapat diberikan oleh perawat.
6 Setiap pasien yang diedukasi WA.JIB di catat nama, no rekammedik,
DPJfl diagnosa dan kode pamflet pemberian edukasi(bila tersedia)
atau ringkasan poin-poin edukasi secara tertulisapabila tidak terdapat
dalam pamflet yang tersedia.
7 Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai denganSOP
pemberian edukasi.
8 Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1 x 24jam
dari waktu DPJP mendiagnosis pasien.
9. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saatitu juga
oleh DPJP, PPJP, doher ruangan atau subunit panitia PKRS tekait,
maka jawaban standard yang akan diberikanadalah sebagai berikut:
"Saya belum adajawaban mengenai pertanyaan tersebut namun akan
saya konfirmasikan kepada dokter spesialis yang merawat anda dan
akan saya sampaikan jawaban pedanyaan anda secepatnya.Mohon
memberikannomer telpon yang dapat dihubungi".
10. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 folder berisi lembaredukasi dari
unit yangbersangkutan, dijaga agar tetap tersedia (50 lembar per
materi/bulan)ditambahkan SOP, formedukasi dan panduan edukasi.
ll. Apabila pasien baru masuk kedalam kategori 10 penyakitterbanyak di
ruang rawat inap RS SUMBERGLAGAH , perawatmengidentifikasi
kebutuhan informasi dan edukasi yangdibutuhkan oleh pasien meliputi
edukasi tentang penyakitnyadan aspek lain yaitu PPl, pasien safety,
gizi, manajemen penggunaan obat, manajemen nyeri dan rehabilitasi
medik. Halini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi
yangdiberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat
jalan,sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secaraholistik.
Maka perawat memberikan edukasi sesuai SPOpemberian edukasi
kolaboratif.
12 Apabila pasien baru tidak masuk kedalama kategori 10
penyakitterbanyak maka edukasi diserahkan kepada DPJP atau
dokterruangan atau subunit PKRS yang terkait.
13. Apabila pasien dan/ keluarga yang sedang dirawat di ruangrawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenaiperjalanan
penyakit, evaluasi, renc€lna terapi dan lain- lain,maka perawat dapat
meminta bantuan DPJP/ dokter ruanganatau subunit panitia PKRS
yang terkait.
14 Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP,
makapemberian informasi akan diberikan sesuai dengan poin 1-
3diatas (apabila masih membutuhkan).
15. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungandengan
Clinical Pathway adalah dokter ruangan/ DPJP daninformasi pulang
pasien dapat diberikan oleh p€rawat.
16 Setiap pasien yang diedukasi WA.JIB di catat nama, no rekammedik,
DPJfl diagnosa dan kode pamflet pemberian edukasi(bila tersedia)
atau ringkasan poin-poin edukasi secara tertulisapabila tidak terdapat
dalam pamflet yang tersedia.
25
17. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai
denganSOP pemberian edukasi.
18. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1 x 24jam
dari waktu DPJP mendiagnosis pasien.
19 Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saatitu juga
oleh DPJB PPJP, dokter ruangan atau subunit panitia PKRS terkait,
maka jawaban standard yang akan diberikanadalah sebagai berikut:
"Saya belum ada jawaban mengenai pertanyaan tersebut namun akan
saya konfirmasikan kepada dokter spesialis yang merawat anda dan
akan saya sampaikan jawaban pertanyaan anda secepatnya.Mohon
memberikannomer telpon yang dapat dihubungi".
20. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 folder berisi lembar edukasi dari
unit yang bersangkutan, dijaga agar tetap tersedia (50 lembar per
materiibulan) ditambahkan SOP, form edukasi dan panduan edukasi.
26
1. Rumah sakit membentuk unit pengelola pendidikan pasien dan
keluarga yang terintergrasi dengan strukur rumah sakit. Unit
pengelola edukasi ini bertanggungjawab terhadap fungsi
pengelolaan kegiatan edukasi di rumah sakit. Beberapa rumah
sakit membentuk unit pengelola edukasi dalam bentuk instalasi
promosi kesehatan rumah sakit (PKRS), unit PKRS, panitia,
bahkan tim. Hal ini menggambarkan komitmen rumah sakit
dalam menjalankan fungsi promotif dan preventif dalam tatanan
rumah sakit.
2. Rumah sakit meningkatkan kompetensi sebagai edukator,
minimal mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi efektif
dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang materi edukasi
yang akan disampaikan.Rumah sakit juga membuat
kewenangan klinis siapa dan pada level apa yang dapat
memberikan edukasi tersebut. Edukasi diberikan oleh seluruh
professional pemberi asuhan dan diberikan sesuai
kompetensinya.
3. Rumah sakit menyediakan materi edukasi, bagi pasien dan
keluarga yang diberikan edukasi harus disertai dengan materi
edukasi. Materi edukasi yang minimal yang harus disediakan
adalah :
a. Diagnosis penyakit
Pasien belajar tentang penyakitnya dan
cata
pencegaahannya pasca perawatan di rumah sakit agar
pasien mampu mengontrol dan mengenali secara mandiri
potensi readmisi
b. Keamanan dan efektifitas obat
Pasien belajar tentang cara minum obat yang benar dan
aman, pentingnya minum obat sesuai dengan petunjuk
dan ketepatan waktu pemberian untuk mendapatkan
manfaat obat yang optimal.
c. Potensi interaksi obat dengan makanan dan over the
counter (OTC) Pasien belajar tentang makanan aapa saja
yang akan meningkatkan kinerja obat dan makanan apa
saja yang akan menurunkan kinerja obat. Apakah obat
tersebut efektif diberikan sebelum makan atau setelah
makan.Selain interaksi dengan makanan pasien juga
harus belajar tentang potensi interaksi obat dengan obat
bebas/warung, karena seringkali pasien memutuskan
untuk membeli obat di warung atau pasien datang dengan
telah terlebih dahulu minum obat warung.
d. Diet dan nutrisi
27
Pasien dan keluarganya belajar tentang diet dan nutrisi
yang tepat untuk memulihkan kondisi pasien dan
mencegah penyakitnya terjadi kembali. Rumah sakit
memfasilitasi pasien dan keluarganya tentang nilai Pasien
di rumah sakit terbebas dari nyeri, sehingga partisipasi
pasien dalam kemampuan melaporkan nyeri dan
mengontrol nyeri secara mandiri harus dimiliki oleh pasien.
Rumah sakit membentuk tim nyeri yang memiliki tugas
untuk mendidik pasien mulai dari bagaimana menilai nyeri,
bersama-sama pasien menetapkan manajemen terapi
nyeri yang tepat, hingga pasien mampu mengontrol nyeri
se@ra mandiri. tukar makanan dengan nilai gizi yang
dibutuhkan.
e. Manajemen nyeri
f. Penggunaan peralatan medik yang aman
Pasien belajar tentang penggunaan peralatan medik yang
aman untuk meningkatkan manfaat fungsi perlatan yang
dipasang. Misalkan pasien terpasang dower catheter dan
diharuskan dibawa pulang ke rumah, ajarkan pasien
bagaimana cara perawatan agar tidak terjadi infeksi di
rumah.
g. Teknik rehabilitasi medik
Pasien diajarkan bagaimana teknik rehabilitasi yang aman
guna menunjang upaya penyembuhan, misalnya cara
senam untuk mencegah low back pain, teknik-teknik
rehabilitasi yang digunakan di rumah sakit beserta
penjelasannya atau teknik rehabilitasi yang tepat untuk
mencegah terjadinya decubitus pada pasien dengan tirah
baring. tentang edukasi kesehatan kepada pasien dan
keluarganya.
28
Edukasi dilakukan sejak pasien masuk sampai pasien keluar rumah
sakit.Pada saat pasien masuk, pasien dan keluarganya belajar tentang hak
dan kewajiban serta tata tertib/peraturan di rumah sakit, pasien dan
keluarganya sudah diberi tanggungjawab untuk bersama-sama menjaga
kebersihhan, ketertiban dan keamanan di rumah sakit. Ketika masuk ruang
perawatan, pasien dan keluarganya belajar tentang cara mengendalikan
infeksi di ruang perawatan, mencegah resiko jatuh, merencanakan program
perawatan dan pemulangan, mengambil keputusan tindakan yang akan
dilakukan, belajar tentang penyakitnya, obat yang diberikan, diet dan nutrisi,
manajemen nyeri, teknik rehabilitasi, penggunaan alat medik yang aman, dan
cara pencegahan agar penyakitnya tidak bertambah berat. Ketika hendak
pulang pasien disiapkan sumber rujukan yang ada di komunitas dan edukasi
pentingnya melakukan kontrol terhadap kesehatannya sesuai jadwal.
Pada saat melakukan proses edukasi kesehatan, edukator harus melakukan
kajian kebutuhan edukasi agar edukasi dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Keterbatasan waktu pasien di rumah sakit harus menjadikan perhatian agar
setiap waktu bertemu dengan pasien adalah sebagai upaya melakukan
edukasi, Misalnya ketika membantu pasien turun dari tempat tidur, ajarkan
pasien dan keluarganya cara turun yang benar untuk menghindari risiko
pasien jatuh. Ketika perawat melakukan orientasi pada saat penerimaan
pasien baru, ajarkan bagaimana keluarganya ikut serta membantu
mengendalikan infeksi melalui menjaga kebersihan tangan (hand hygiene)
selama kontak dengan pasien dan etika batuk.
TUJUAN EDUKASIPASIEN
Secara umum tujuan edukasi pasien dan keluarga adalah
perubahan perilaku untuk mendukung upaya kesembuhan pasien
di rumah sakit. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut mejadi :
l. Membangun kesadaran untuk menjadikan kesehatan sebagai
sesuatu yang bemilai melalui pengalaman sakit yang dialaminya
2 Membangun tanggungjawab pasien dan keluarganya untuk
berpartisipasi aktif dalam program penyembuhan
3. Membantu pasien dan keluarganya dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam upaya penyembuhan
4 Membangun kepercayaan diri pasien dan keluarganya untuk
mampu mengatasi sumber masalah kesehatan secara mandiri
dengan mencegah terjadinya penyakit, mencegah
berkembangnya sakit menjadi lebih parah, dan mencegah
ketergantungan terhadap rehabilitasi
29
PROSES LANGKAH EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
1. Pengkajian
a. Data umum
l) Umur
Edukasi adalah proses menumbuh-kembangan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia sehingga perlu
dipetimbangkan umur (proses perkembangan) dan
hubungannya dengan proses belajar. Pertimbangan umur
dalam edukasi kesehatan meliputi perkembangan
kognitif .lstilah kognitif popular merupakan ranah psikologis
yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesenga.iaan dan keyakinan.
2) Bahasa
ldentifikasi bahasa yang digunakan sehari-hari apakah
menggunakan bahasa lndonesia, bahasa asing, bahasa
daerah atau bahasa isyarat. Rumah sakit memfasilitasi hak
pasien untuk mendapatkan edukasi dan informasi sesuai
kebutuhannya dengan menyediakan fasilitas berbagai
macam bahasa. Rumah sakit perlu mengidentifikasi data
demografi pasien yang berobat ke tempatnya dan
menentukan jenis bahasa apa saja yang harus difasilitasi
oleh rumah sakit berdasarkan data demografi tersebut.
3) Agama
ldentifikasi keyakinan pasien akan nilai-nilai agama yang
dapat mendukung upaya kesehatan atau sebaliknya nilai-
nilai agama yang bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan.
Kepercayaan klien tentang kesehatan merupakanfaktor
penting yang harus digali untuk mengembangkan rencana
edukasi kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada
pasien contohnya kepercayaan tidak boleh menerima
transfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ tubuhatau
tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi.
4) Budaya
ldentifikasi keyakinan pasien akan nilai-nilai budaya yang
dianut yang dapat mendukung upaya kesehatan atau
sebaliknya nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan
nilai-nilai kesehatan. Berbagai daerah memiliki kepercayaan
dan praktik-praktik tersendiri. Kepercayaan dalam budaya
tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan,
kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan
menangani keadaan sakit serta gaya hidup. Hal tersebut
penting untuk diketahui oleh seorang edukator, namun
demikian tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap invidu
30
dalam suatu etnik dengan kultur tertentu mempunyai
kebiasaan sama, sehingga penting untuk mengkaji secara
individual.
- Kondisi kognitif, dapatkah pasien berpikir secara jemih
? Apakah pasien dalam keadaan sadar penuh ? Apakah
terpengaruh zat yang mengganggu kesadaran ? Hal ini
penting dikaji agar edukasi yang diberikan menjadi efektif.
- Kesiapan berkomunikasi, apakah hubungan pasien dan
edukator telah terbina dengan baik, sehina telah tercipta
trust. Hal ini penting, agar pesan yang disampakian akan
diterima dengan baik oleh pasien.
5) Motivasi
Perubahn perilaku akan makinlebih cepat jika ada motivasi
yang menjadi dorongan seseorang untuk berubah. Motivasi
kondisi sosial ekonomi, penolakan terhadap status
kesehatannya, konsep diri, dan lain- lain.
B. KEBUTUHAI,I EDUKASI
Edukasi akan menjadi efektif jika materi edukasi yang diberikan terencana
sesuai dengan kebutuhan pasien. Tidak semua pasien dengan diagnosis yang
sama memiliki kebutuhan edukasi yang sama. Pasien dengan diagnosis
diabetes mellitus tidak semuanya perlu diedukasi perawatan kaki diabetes,
tentu harus dikaji terlebih dahulu kebutuhannya apakah yang menjadi prioritas
terhadap kebutuhan edukasinya.
Mengkaji potensi kebutuhan edukasi merupakan hal pentig dalam
menentukan materi edukasi yang tepat. Proses mendapat data potensial
kebutuhan edukasi dapat melalui data objektif maupun subjektif. Data objektif,
misalnya setelah dilakukan asesmen pasien berisiko jatuh sehingga pasien
atau keluarga harus dilakukan edukasi pencegahan pasien jatuh.Sedangkan
data subjektif diperoleh dari keterangan pasien atau keluarganya. Tanyakan
kepada pasien apa yang membuatya khawatir, apa yang menjadi pikiran
berkaitan dengan status kesehatannya, atau apa yang ingin diketahui dari
kondisi kesehatannya dan upaya penyembuhan di rumah sakit.
Dalam akreditasi versi 2012 setidaknya terdapat 9 tema
kebutuhan edukasi yang harus disiapkan oleh rumah sakit, yaitu :
C. HAMBATAN BELA.'AR
Pengkajian terhadap hambatan belajar adalah mengidentifikasipotensi-
potensi yang dapat mengganggu efektifitas kegiatan edukasi. Beberapa
hambatan belajar yang mungkin muncul adalah :
l. Bahasa
Pasien yang dating ke rumah sakit dimungkinkan mengalami hambatan
dalam memahami materi edukasi dikarenakan adanya perbedaan
bahasa.Edukator harus mengidentifikasi apakah diperlukan penerjemah
atau tidak. Rumah sakit menyiapkan daftar nama penerjemah dan nomor
telepon yang diketahui oleh seluruh unit pelayanan dan mudah dihubungi
kapan saja untuk membantu pelayanan komunikasi, informasi dan
edukasi
2. Nyeri
Edukasi pada saat pasien mengalami nyeri akan tidak efektif, karena
semua energi pasien akan difokuskan pada nyerinya. Batasi materi dan
waktu edukasi, segera kolaborasi dengan tim nyeri rumah sakit untuk
melakukan manajemen nyeri terlebih dahulu, lakukan penjadwalan
kembali untuk edukasi setelah pasien mampu mengontrol nyerinya.
3. Hambatan fungsional
Penurunan fungsi fisiologis tubuh dapat menjadi hambatan untuk
belajar.Contoh hambatan fungsional adalah gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, gngguan bicara atau penurunan mobilitas fisik.
4. Hambatan emosional
Kondisi emosional akan mempengaruhi efektifitas penerimaan pasien,
pasien dengan gangguan emosional tidak mungkin akan menerima pesan
secara efektif karena mereka akan memprioritaskan memenuhi kebutuhan
emosionalnya terlebih dahulu. Edukator harus berkolaborasi dengan
meminta pendampingan psikiater, psikolog, atau rohaniawan.Lakukanlah
edukasi ketika pasien telah mampu mengontrol emosinya.
5. Penurunan fungsi kognitif
Kemampuan pasien dalam menerima pesan pembelajaran dipengaruhi
oleh fungsi kognitifnya. Pasien yang mengalami penurunan fungsi kognitif
misalnya demensia akan mengalami kesulitan dalam menerima materi
edukasi.
6. Motivasi yang baru
Motivasi untuk berubaah dapat menjadi faktor penguat dari keinginan
belajat, walaupun sebenarnya tanpa motivasi pun seseorang dapat
berubah dengan terus melakukan pengulangan (repetisi). Pasien dengan
)L
motivasi yang baik akan lebih mudah untuk mendapatkan perilaku baru
yang diharapkan.
7. Literasi kesehatan
Literasi kesehatan yang rendah dapat menjadi penghambat proses
pembelajaran. Edukator perlu melibatkan keluarga yang memiliki literasi
kesehatan yang lebih baik dalam proses edukasi.
2. PERENCA}.IAAN
Setelah dikumpulkan edukasi pasien dan potensi hambatan
telah diketahui maka proses perencanaan edukasi dimulai.
Perencanaan edukasi didasarkan pada hasil pengkajian dan dalam
proses perencaaan dilakukan bersama-sama dengan pasien dan
atau keluarga. Dalam proses perencanaan edukator harus
membangun jembatan antara kebutuhan pasien dan kekhawatiran
pasien karena jembatan inilah yang akan membuat edukasi yang
disampaikan menjadi efektif.
Langkah-langkah perencanaan edukasi meliputi :
a. Menetapkan tujuan
Edukator bersama-sama pasien dan atau keluaraga
menetapkan tujuan bersama kebutuhan edukasi berdasarkan
hasil pengkajian.Apa yang akan menjadi prioritas dalam
kebutuhan edukasi dan sampai level mana target- target
edukasi dapat dicapai didasarkan dari sumberdaya yang dimiliki
pasien dan keluarga. Ketika menetapkan tujuan belajar perlu
diingat tiga ranah berlayar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotor.
Tujuan yang dibuatu harus spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistik dan mempunyai batas waktu yang jelas.
b. Menetapkan intervensi untuk mengatasi hambatan
Edukator harus menetapkan intervensi hambatan belajar agar
proses edukasi berjalan dengan efektif. lntervensi hambatan
belajar didasarkan pada hasil asesmen hambatan belajar yang
ditemukan.
c. Menetapkan sasaran edukasi
Sasaran edukasi menjadi hal penting karena melakukan
edukasi pada sasaran yang tepat akan meningkatkan efektifitas
proses edukasi.
d. Menetapkan isi materi edukasi
Edukator menetapkan isi materi edukasi sesuai dengan hasil
kajian kebutuhan dan tujuan belajar yang ditetapkan.Pada saat
menetapkan isi materi edukasi tidak harus diberikan secara
komprehensif, mungkin ada beberapa hal yang telah pasien
ketahui, sehingga edukator dapat memberikan penguatan atas
informasi yang telah diketahuinya.
J.'
e. Menentukan metode dan media edukasi
Metode edukasi merupakan teknik penyampaian pesan
kesehatan pada proses edukasi sedangkan media adalah
instrumenValat bantu penguatan pesan.
3. IMPLEMENTASI
a. Cek kembali kesiapan pasien dalam menerima edukasi,tidak
tertutup kemungkinan ditemukan pasien mengalami perubahan
kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan untuk melakukan
pembelajaran.
b. Cek juga kesiapan edukator dalam memberikan edukasi, jika
materi yang disampaikan tidak dikuasai lebih baik memintia
bantuan ahlinya atau sampaikan materi dari panduan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
c. Cek kembali apakah media telah sesuai dengan perencanaan, jika
diperlukan lakukan mixing media.
d. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk melakukan proses
pembelajaran.
e. Hormati privasi pasien, jika materi edukasi sangat rahasia atau
pasien meminta untk tidak diketahui oleh orang lain, edukator
harus memfasilitasi ruangan khusus untuk edukasi.
f. Lakukan teknik komunikasi efektif.
g. Lakukan edukasi dengan tetap memperhatikan kondisi pasien.
h. LakukanlangkahJangkah kecil untuk tujuan yang besar, hindari
membebani pasien dengan informasi, menerima berapapun
jumlah langkah pasien bersedia untuk menerima informasidan
selalu menawarkan kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut.
i. Berikan penguatan, garis bawahi pesan-pesan penting yang harus
diperhatikan.
j. Lakukan verifikasi kepada pasien dan keluarga, tanyakan kembali
materi yang disampaikan
4. EVALUAS]
Evaluasi adalah penilaian tujuan dan target edukasi yang
telah direncanakan dengan hasil dari proses implementasi.
Evaluasi dapat dilakukan pada setiap proses atau pada akhir
proses edukasi. Evaluasi yang dilakukan pada setiap proses untuk
mengetahui sejauhmana persiapan pada setiap proses edukasi.
Sedangkan edukasi yang dilakukan pada akhir proses
dilakukan untuk menilai apakah tujuan dari edukasi tercapai atau
tidak dan sejauh mana capaian dari target evaluasi tersebut.
34
Secara umum evaluasi yang dilaksanakan pada akhir proses
edukasiberdasarkanpadatujuan yang ditetapkan.Misalnya
pasien mampu menjelaskan kembali tata cara minum obat yang
benar atau pasien mampu mendemonstrasikan etika batuk
dengan benar. Apabila tujuan tidak tercapai maka dilakukan
evaluasi kembali dan jika diperlukan dilakukan pengulangan.
Evaluasi pelaksanaan edukasi pasien dan keluarga secara
keseluruhan di rumah sakit dilakukan oleh pengelola edukasi/PKRS
dapat dilakukan melalui open medical record review (OMRR) dan
close medical record review (CMRR). OMRR dilakukan ketika
pasien masih ada di rumah sakit kemudian di ambil secara acak
dokumen rekam mediknya apakah dilakukan proses edukasi atau
tidak dan dilakukan verifikasi langsung kepada pasien, sedangkan
CMRR dilakukan pada dokumen rekam medis pasien minimal 4
bulan setelah pasien dirawat (pasiennya sudah pulang).
5. DOKUMENTASI
Pendokumentasian proses edukasi adalah hal yang penting
sebagai bukti pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
bahwa edukator telah melaksanakan kegiatan edukasi.
Dokumentasi merupakan alat komunikasi para profesional pemberi
asuhan dalam pelayanan kesehatan termasuk didalamnya kegiatan
edukasi pasien sehingga dapat dijadikan pertimbangan profesional
kesehatan lain dalam memberikan asuhan. Manfaat dokumentasi
dapat dijadikan bahan evaluasi sejauhmana kegiatan peningkatan
partisipasi pasien dalam proses asuhan dilaksanakan. Hal ini
menjadi bagian dari evaluasi program promosi kesehatan rumah
sakit (PKRS). Dokumentasi ini juga dapat bermanfaat untuk proses
penelitian dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan pasien.
Seluruh kegiatan/proses edukasi didokumentasikan dalam
fomulir rekam medik. Tidak ada format bakudalam dokumentasi
edukasi pasien dan keluarga hanya dalam membuat formulir harus
mencakup keseluruhan proses edukasi. Beberapa rumah sakit
menamakannya formulirlcatatan edukasi terintegrasi yang
didalamnya berisi dokumentasi proses edukasi dari sejak pasien
masuk sampai pasien keluar yang dilakukan oleh multi profesi.
Dokumentasi asesmen kebutuhan dan hambatan
pembelajaran dapat dilakukan pada saat pengkajian awal pasien.
Maka di dalam pengkajian awal harus memuat hal tersebut
sehingga langkah selanjutnya tinggal proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Namun bisa juga dilakukan pada format
dokumentsai khusus yang terintergrasi untuk proses edukasi
sehingga semua proses edukasi mulai asesmen sampai evaluasi
terdapat dalam suaatu formulir khusus.
35
BAB V
LOGISTIK
APENGELOLAAN LOGISTIK
Komunikasi, informasi dan edukasi merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
monitoring dan evaluasi, terdiri dari :
1. Format edukasi pasien untuk pasien rawat inap dan rawat jalan yang
dikelola di rekam medik
2. Leaflet t0 kasus terbanyak di masing-masing SMF yang dikelola oleh
bagian Humas
3. Rak leallet
4. Papan lnformasi
5. Denah Ruang
6. Banner
7. Poster
B. PENGELOL/AAN LEAFLET
a. Perencanaan
Perencanaan komunikasi dan edukasi dilakukan dengan pendekatan
perencanaan dari bawah dan dilakukan terpadu dengan perencanaan
rumah sakit. Perencanaan kebutuhan memperhatikan :
l. Jumlah diagnose penyakit yang terbanyak
2. Sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Sesuai dengan informasi yang terbaru
b. Pengadaan
Dalam pengadaan dikelola dan dikoordinir oleh bagian humas sesuai
dengan unit masing-masing.Untuk pengadaan logistik menjadi tanggung
jawab rumah sakit.
c. Penditribusian
Pendistribusian leaflet dan benner disertai dengan dokumen yang
memuat jenis, jumlah, serta tahun pembuatan
d. Monitoring Evaluasi
Pemantauan leaflet dilakukan dengan pemantauan laporan lembar
pemakaian dan permintaan leaflet
36
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
37
BABVII
KESELAMATAN KERJA
38
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Ruang lingkup
Ketidak tepatan identifikasi pasien yang dirawat.
Kriteria eksklusi
39
2. KETI DAKTEPATAN I DENTI FI KASI PASIEN RAWAT JALAN
Denumerator
Standart Oo/o
40
via telepon tidak menerapkan write, read,
reconfirmation.
4t
BAB IX
PENUTUP
DIREKTUR
RUMA SUMBERGLAGAH
\NS'
ul
v
dr. G emen S.E
Pembina Tk. I
N1P.19630916 198903 1 00
42