Epidemiologi
Dugaan kasus pertama dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019. [257] Gejala awal
mulai bermunculan tiga pekan sebelumnya pada tanggal 8 Desember 2019. [258] Pasar
ditutup tanggal 1 Januari 2020 dan orang-orang yang mengalami gejala serupa
dikarantina.[257] Kurang lebih 700 orang yang terlibat kontak dengan terduga pengidap,
termasuk +400 pekerja rumah sakit, menjalani karantina. [259] Seiring berkembangnya
pengujian PCR khusus untuk mendeteksi infeksi, 41 orang di Wuhan diketahui
mengidap virus korona SARS-CoV-2,[260][261] dua orang di antaranya suami-istri, salah
satunya belum pernah ke pasar, dan tiga orang merupakan anggota satu keluarga yang
bekerja di toko ikan.[262][263] Korban jiwa mulai berjatuhan pada 9 Januari [264] dan 16
Januari 2020.[265][266][267]
Kasus yang dikonfirmasi di luar daratan Tiongkok termasuk 3 wanita dan 1 pria di
Thailand, dua pria di Hong Kong, dua pria di Vietnam, satu pria di Jepang, satu wanita
di Korea Selatan, satu pria di Singapura, satu wanita di Taiwan dan satu pria di Amerika
Serikat.[268][269][270] Angka-angka ini didukung oleh para ahli seperti Michael Osterholm.[271]
Pada 20 Januari, Tiongkok melaporkan peningkatan tajam dalam kasus ini dengan
hampir 140 pasien baru, termasuk dua orang di Beijing dan satu di Shenzhen.[276] Per 3
Maret, jumlah kasus yang dikonfirmasi laboratorium mencapai 93.000 kasus, yang
terdiri dari lebih dari 80.000 kasus di daratan Tiongkok, dan sisanya di beberapa negara
lainnya.[277][278][279][280][281][282]
Kematian
Per 27 September 2020, terjadi 994.216 kasus kematian yang dikaitkan dengan
COVID-19. Menurut NHC Tiongkok, sebagian besar dari mereka yang meninggal
adalah pasien yang lebih tua – sekitar 80% kematian yang tercatat berasal dari mereka
yang berusia di atas 60 tahun, dan 75% memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada
termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes.[283] Kasus kematian pertama yang
dilaporkan adalah seorang pria berusia 61 tahun pada 9 Januari 2020 yang pertama
kali dirawat di rumah sakit Wuhan pada 27 Desember 2019. [284] Kasus kematian
pertama di luar Tiongkok terjadi di Filipina,[285] dimana seorang pria warga negara
Tiongkok berusia 44 tahun menderita pneumonia parah dan meninggal pada 1
Februari.[286] Pada 8 Februari 2020, diumumkan bahwa seorang warga Jepang dan
seorang warga Amerika Serikat meninggal akibat virus di Wuhan. Mereka adalah orang
asing pertama yang meninggal akibat virus korona. [287] Kasus kematian pertama di luar
Asia terjadi di Paris, Prancis pada 15 Februari 2020, ketika seorang turis Tiongkok
berusia 80 tahun dari Hubei meninggal setelah dirawat di rumah sakit sejak 25 Januari.
Penyebab
Virus korona baru awalnya disimbolkan 2019-nCoV oleh WHO, dengan huruf n yang
berarti novel atau baru, dan CoV yang berarti coronavirus atau virus korona.[288] Virus ini
tergolong dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan genus Betacoronavirus
(Beta-CoV). Genus betacoronavirus terdiri atas empat garis keturunan (subgenus), di
mana 2019-nCoV bersama dengan SARS-CoV digolongkan dalam garis keturunan B
(subgenus Sarbecovirus).[260][289][290] Virus 2019-nCoV merupakan spesies ketujuh dalam
keluarga Coronaviridae yang mampu menginfeksi manusia, selain 229E, NL63, OC43,
HKU1, MERS-CoV, dan SARS-CoV. Pada 11 Februari 2020, Komite Internasional
Taksonomi Virus (ICTV) memberi nama virus ini koronavirus sindrom pernapasan akut
berat 2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2, disingkat SARS-CoV-2)
yang merupakan galur dalam spesies SARS-CoV.[2][291]
Genom SARS-CoV-2 telah berhasil diisolasi. Virus ini memiliki RNA dengan panjang
sekitar 30 ribu pasangan basa. Urutan genom menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
memiliki tingkat kesamaan dengan SARS-CoV sebesar 79,5% dan dengan virus korona
kelelawar sebesar 96%.[292] Sejumlah genom SARS-CoV-2 telah diisolasi dan dilaporkan
termasuk BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-01/2019, BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-04/2020,
BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-05/2019, BetaCoV/Wuhan/WIV04/2019, dan
BetaCoV/Wuhan/IPBCAMS-WH-01/2019 dari Institut Nasional untuk Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Virus, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok
(CDC Tiongkok), Institut Biologi Patogen, dan Rumah Sakit Jinyintan Wuhan.[293][294]
Penyebaran
Angka reproduksi dasar untuk penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan
antara 2 dan 4. Jumlah tersebut menggambarkan berapa banyak makhluk hidup yang
baru terinfeksi yang kemungkinan menularkan virus dalam populasi manusia. Virus
korona baru telah dilaporkan mampu mengirimkan rantai hingga empat orang sejauh
ini.[295]
Pada 22 Januari 2020, para ilmuwan dari Universitas Peking, Universitas Kedokteran
Tradisional Tiongkok Guangxi, Universitas Ningbo dan Sekolah Tinggi Teknik Biologi
Wuhan menerbitkan sebuah artikel setelah melihat "manusia, kelelawar, ayam, landak,
trenggiling, dan dua spesies ular",[296] yang menyimpulkan bahwa "2019-nCoV
tampaknya merupakan virus rekombinan antara koronavirus kelelawar dan koronavirus
yang asalnya tidak diketahui"... dan ..."ular adalah reservoir hewan satwa liar yang
paling mungkin untuk virus 2019-nCoV" yang kemudian menyebar ke manusia. [296][297][298]
Beberapa ilmuwan lain berpendapat bahwa 2019-nCoV dikembangkan sebagai hasil
dari "virus gabungan antara kelelawar dan ular. [296][297][299]
Artikel pracetak yang dipublikasikan pada tanggal 23 Januari 2020 di jurnal bioRxiv
yang ditulis oleh peneliti dari Institut Virologi Wuhan, Rumah Sakit Jinyintan Wuhan,
Universitas Akademi Sains Tiongkok dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit menyatakan bahwa virus korona ini kemungkinan berasal dari kelelawar,
karena analisis mereka menunjukkan bahwa 2019-nCoV 96% identik di tingkat genom
secara keseluruhan dengan koronavirus kelelawar. [300]
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa virus 2019-nCoV masuk ke tubuh manusia
melalui Reseptor ACE 2, sama seperti virus SARS.[301][302]