Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“COVID-19”

Di susun oleh :

NISRAWATI

(F.17.053)

II B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

POLITEKNIK BINA HUSADA

KENDARI

2020

i
ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Bhineka Tunggal
Ika”

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Bhineka Tunggal Ika” bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Kendari, 28 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………....2

BAB I Pendahuluan. …………………………………………………………………………….. 3

1.2 Latar Belakang………………………………………………………………………………..3

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………5

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………5

BAB II Pembahasan …………………………………………………………………………….. 6

2.1 Pengertian COVID-19……………………………………………………………………….. 6


2.2 Filogenetik dan Taksonomi Covid-19………………………………………………………. 6
2.3 Proses Penyebaran Covid-19………………………………………………………………… 7
2.4 Gejala Penyakit Covid-19……………………………………………………………………. 8
2.5 Penyebab Munculnya Covid-19………………………………………………………………8
2.6 Pencegahan dan Pengendalian Covid-19…………………………………………………….9

BAB III Penutup…………………………………………………………………………………. 12

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………….1
2
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………...1
2

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………...13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wuhan adalah kota terbesar ketujuh di Tiongkok, dengan populasi lebih dari 11 juta orang.
Kota ini merupakan pusat transportasi utama di Tiongkok bagian tengah, yang terletak sekitar
700 mil (1100 km) di sebelah selatan Beijing, 500 mil (800 km) di sebelah barat Shanghai, dan
600 mil (970 km) di sebelah utara Hong Kong.] Bandar udara Wuhan memiliki penerbangan
langsung ke berbagai kota besar di Eropa: enam kali penerbangan mingguan ke Paris, tiga kali
ke London, dan lima kali ke Roma.Dua puluh penerbangan terbanyak dari Wuhan sebelum
terjadinya wabah.Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru
(pneumonia) yang tidak diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir
makanan laut Huanan. Pasar ini memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan, seperti
ikan, ayam, burung pegar, kelelawar, marmut, ular berbisa, rusa bintik, dan binatang liar
lainnya. Setelah virus korona diketahui sebagai penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul
bahwa virus korona baru ini bersumber dari hewan.

Sebagian besar virus korona bersirkulasi di antara hewan, tetapi enam spesies di antaranya
berevolusi dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang terlihat pada sindrom pernapasan
akut berat (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan empat virus korona lain
yang menyebabkan gejala pernapasan ringan seperti pilek. Keenamnya dapat menular dari
manusia ke manusia.

Pada tahun 2002, dengan musang sebagai sumber virus, wabah SARS dimulai di
daratan Tiongkok dan menjalar hingga ke Kanada dan Amerika Serikat dengan bantuan
beberapa penular super dan adanya penerbangan internasional. Akibatnya, lebih dari 700 orang
meninggal di seluruh dunia. Kasus SARS terakhir dilaporkan pada tahun 2004. Pada saat itu,
pemerintah Tiongkok dikritik oleh WHO karena bersikap lamban dalam menangani virus
tersebut. Sepuluh tahun setelah SARS, penyakit virus korona terkait unta arab, yaitu MERS,
mengakibatkan lebih dari 850 orang tewas di 27 negara. Wabah virus korona dari Wuhan
dikaitkan dengan pasar yang menjual hewan untuk dikonsumsi, sehingga penyakit tersebut
diduga berasal dari hewan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa wabah virus korona baru

3
akan mirip dengan wabah SARS.Kekhawatiran tersebut diperburuk oleh adanya perkiraan
bahwa sejumlah besar wisatawan akan berlibur pada Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada 25
Januari 2020.

Dugaan kasus pertama dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019. Gejala awal mulai
bermunculan tiga pekan sebelumnya pada tanggal 8 Desember 2019 Pasar ditutup tanggal 1
Januari 2020 dan orang-orang yang mengalami gejala serupa dikarantina. Kurang lebih 700
orang yang terlibat kontak dengan terduga pengidap, termasuk +400 pekerja rumah sakit,
menjalani karantina. Seiring berkembangnya pengujian PCR khusus untuk mendeteksi infeksi,
41 orang di Wuhan diketahui mengidap virus korona SARS-CoV-2, dua orang di antaranya
suami-istri, salah satunya belum pernah ke pasar, dan tiga orang merupakan anggota satu
keluarga yang bekerja di toko ikan. Korban jiwa mulai berjatuhan pada 9 Januari dan 16
Januari 2020.

Kasus yang dikonfirmasi di luar daratan Tiongkok termasuk 3 wanita dan 1 pria di
Thailand, dua pria di Hong Kong, dua pria di Vietnam, satu pria di Jepang, satu wanita di
Korea Selatan, satu pria di Singapura, satu wanita di Taiwan dan satu pria di Amerika Serikat.
Angka-angka ini didukung oleh para ahli seperti Michael Osterholm.

Pada 17 Januari, sebuah kelompok Imperial College London di Inggris menerbitkan


perkiraan bahwa terdapat 1.723 kasus (interval kepercayaan 95%, 427–4.471) dengan
timbulnya gejala virus tersebut pada 12 Januari 2020. Perkiraan ini didapat berdasarkan pola
penyebaran awal dari virus 2019-nCoV ke Thailand dan Jepang. Mereka juga menyimpulkan
bahwa "penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan tidak harus dikesampingkan".
Ketika kasus-kasus selanjutnya terungkap, mereka kemudian menghitung ulang bahwa "terjadi
4.000 kasus 2019-nCoV di Kota Wuhan mulai timbul gejala pada 18 Januari 2020".

Pada 20 Januari, Tiongkok melaporkan peningkatan tajam dalam kasus ini dengan
hampir 140 pasien baru, termasuk dua orang di Beijing dan satu di Shenzhen. Per 3 Maret,
jumlah kasus yang dikonfirmasi laboratorium mencapai 93.000 kasus, yang terdiri dari lebih
dari 80.000 kasus di daratan Tiongkok, dan sisanya di beberapa negara lainnya.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu COVID-19 ?
2. Bagaimana filogenetik dan taksonominya?
3. Bagaimana proses penyebarannya ?
4. Bagaimana Gejala dari penyakit COVID-19 ?
5. Apa Penyebab Munculnya covid-19?
6. Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian penyakit COVID-19 ?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu covid-19
2. Untuk mengetahui filogenetik dan taksonominya
3. Untuk mengetahui proses penyebarannya
4. Untuk mengetahui gejalanya
5. Untuk mengetahui penyebab munculnya covid-19
6. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengendaliannya.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian COVID-19
Pandemi koronavirus 2019–2020 atau dikenal sebagai pandemi COVID-19 adalah
peristiwa menyebarnya penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease
2019, disingkat COVID-19) di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus
jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2. Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan ditetapkan
sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020. Hingga 22
Maret, lebih dari 308.000 kasus COVID-19 telah dilaporkan di lebih dari 180 negara dan
teritori, mengakibatkan lebih dari 13.000 kematian dan 95.000 kesembuhan.

2.2 Filogenetik dan Taksonomi Covid-19

Virus korona baru awalnya disimbolkan 2019-nCoV oleh WHO, dengan huruf n yang
berarti novel atau baru, dan CoV yang berarti coronavirus atau virus korona. Virus ini
tergolong dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan genus Betacoronavirus
(Beta-CoV). Genus betacoronavirus terdiri atas empat garis keturunan (subgenus), di
mana 2019-nCoV bersama dengan SARS-CoV digolongkan dalam garis keturunan B
(subgenus Sarbecovirus). Virus 2019-nCoV merupakan spesies ketujuh dalam keluarga
Coronaviridae yang mampu menginfeksi manusia, selain 229E, NL63, OC43, HKU1,
MERS-CoV, dan SARS-CoV. Pada 11 Februari 2020, Komite Internasional Taksonomi
Virus (ICTV) memberi nama virus ini koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2
(Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2, disingkat SARS-CoV-2) yang
merupakan galur dalam spesies SARS-CoV.

Genom SARS-CoV-2 telah berhasil diisolasi. Virus ini memiliki RNA dengan panjang
sekitar 30 ribu pasangan basa. Urutan genom menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki
tingkat kesamaan dengan SARS-CoV sebesar 79,5% dan dengan virus korona kelelawar
sebesar 96%.

Sejumlah genom SARS-CoV-2 telah diisolasi dan dilaporkan termasuk


BetaCoV/Wuhan/IVDCHB01/2019,BetaCoV/Wuhan/IVDCHB04/2020,BetaCoV/Wuhan

6
/IVDC-HB-05/2019, BetaCoV/Wuhan/WIV04/2019, dan BetaCoV/Wuhan/IPBCAMS-
WH-01/2019 dari Institut Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Virus,
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC Tiongkok), Institut
Biologi Patogen, dan Rumah Sakit Jinyintan Wuhan.

2.3 Proses Penyebaran Covid-19

Angka reproduksi dasar untuk penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan
antara 2 dan 4. Jumlah tersebut menggambarkan berapa banyak makhluk hidup yang baru
terinfeksi yang kemungkinan menularkan virus dalam populasi manusia. Virus korona
baru telah dilaporkan mampu mengirimkan rantai hingga empat orang sejauh ini.

Pada 22 Januari 2020, para ilmuwan dari Universitas Peking, Universitas


Kedokteran Tradisional Tiongkok Guangxi, Universitas Ningbo dan Sekolah Tinggi
Teknik Biologi Wuhan menerbitkan sebuah artikel setelah melihat "manusia, kelelawar,
ayam, landak, trenggiling, dan dua spesies ular",yang menyimpulkan bahwa "2019-nCoV
tampaknya merupakan virus rekombinan antara koronavirus kelelawar dan koronavirus
yang asalnya tidak diketahui"... dan ..."ular adalah reservoir hewan satwa liar yang paling
mungkin untuk virus 2019-nCoV" yang kemudian menyebar ke manusia. Beberapa
ilmuwan lain berpendapat bahwa 2019-nCoV dikembangkan sebagai hasil dari "virus
gabungan antara kelelawar dan ular.

Artikel pracetak yang dipublikasikan pada tanggal 23 Januari 2020 di jurnal


bioRxiv yang ditulis oleh peneliti dari Institut Virologi Wuhan, Rumah Sakit Jinyintan
Wuhan, Universitas Akademi Sains Tiongkok dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit menyatakan bahwa virus korona ini kemungkinan berasal dari kelelawar, karena
analisis mereka menunjukkan bahwa 2019-nCoV 96% identik di tingkat genom secara
keseluruhan dengan koronavirus kelelawar.

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa virus 2019-nCoV masuk ke tubuh


manusia melalui Reseptor ACE 2, sama seperti virus SARS.

7
2.4 Gejala Penyakit Covid-19

Orang-orang yang terinfeksi mungkin bersifat asimtomatik atau memiliki gejala ringan,
seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Gejala diare atau infeksi saluran napas atas
(misalnya bersin, pilek, dan sakit tenggorokan) lebih jarang ditemukan. Kasus dapat
berkembang menjadi pneumonia berat, kegagalan multiorgan, dan kematian.

Masa inkubasi diperkirakan antara 1–14 hari oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dan 2–14 hari oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Tinjauan WHO terhadap 55.924 kasus terkonfirmasi di Tiongkok mengindikasikan tanda dan
gejala klinis berikut:

Ada tiga jalur utama yang mungkin ditempuh penyakit ini. Pertama, penyakit mungkin
berbentuk ringan yang menyerupai penyakit pernapasan atas umum lainnya. Jalur kedua
mengarah ke pneumonia, yaitu infeksi pada sistem pernapasan bawah. Jalur ketiga, yang
paling parah, adalah perkembangan cepat ke sindrom gangguan pernapasan akut (acute
respiratory distress syndrome atau ARDS).

Usia yang lebih tua, nilai d-dimer lebih besar dari 1 μg/mL, dan nilai SOFA yang tinggi
(skala penilaian klinis yang menilai berbagai organ seperti paru-paru, ginjal, dsb.)
diasosiasikan dengan prognosis terburuk. Begitu pula dengan peningkatan level interleukin-6
dalam darah, troponin I jantung sensitivitas tinggi, dehidrogenase laktat, dan limfopenia
dikaitkan dengan kondisi penyakit yang lebih parah. Komplikasi COVID-19 adalah sepsis,
serta komplikasi jantung seperti gagal jantung dan aritmia. Orang dengan gangguan jantung
lebih berisiko mengalami komplikasi jantung. Juga, keadaan hiperkoagulopati tercatat pada
90% penderita pneumonia.

2.5 Penyebab Munculnya Covid-19

Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-
2 atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2). Virus ini menyebar melalui percikan
(droplets) dari saluran pernapasan yang dikeluarkan saat sedang batuk atau bersin. Paru-paru
adalah organ yang paling terpengaruh oleh penyakit ini karena virus memasuki sel inangnya
lewat enzim pengubah angiotensin 2 (angiotensin converting enzyme 2 atau ACE2), yang

8
paling banyak ditemukan di dalam sel alveolar tipe II paru. SARS-CoV-2 menggunakan
permukaan permukaan sel khususnya yang mengandung glikoprotein yang disebut "spike"
untuk berhubungan dengan ACE2 dan memasuki sel inang. Berat jenis ACE2 pada setiap
jaringan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit. Diduga, bahwa penurunan aktivitas
ACE2 memberikan perlindungan terhadap sel inang karena ekspresi ACE2 yang berlebihan
akan menyebabkan infeksi dan replikasi SARS-CoV-2. Beberapa penelitian, melalui sudut
pandang yang berbeda juga menunjukkan bahwa peningkatan ekspresi ACE2 oleh golongan
obat penghambat reseptor angiotensin II akan melindungi sel inang. Dibutuhkan penelitian
lebih lanjut tentang hal ini. ACE2 juga merupakan jalur bagi virus SARS-CoV-2 untuk
menyebabkan kerusakan jantung, karenanya penderita dengan riwayat penyakit jantung
memiliki prognosis yang paling jelek.

2.6 Pencegahan dan Pengendalian Covid-19

A. Pencegahan

Tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan infeksi antara lain tetap


berada di rumah, menghindari bepergian dan beraktivitas di tempat umum, sering mencuci
tangan dengan sabun dan air selama minimum 20 detik, tidak menyentuh mata, hidung,
atau mulut dengan tangan yang tidak dicuci, serta mempraktikkan higiene pernapasan yang
baik. CDC merekomendasikan untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk
atau bersin dan menggunakan bagian dalam siku jika tidak tersedia tisu. Mereka juga
merekomendasikan higiene tangan yang tepat setelah batuk atau bersin. Strategi
pembatasan fisik diperlukan untuk mengurangi kontak antara orang yang terinfeksi dengan
kerumunan besar seperti dengan menutup sekolah dan kantor, membatasi perjalanan, dan
membatalkan pertemuan massa dalam jumlah besar. Perilaku pembatasan fisik juga
meliputi menjaga jarak dengan orang lain sejauh 6 kaki (sekitar 1,8 meter).

Karena vaksin untuk SARS-CoV-2 baru tersedia paling cepat 2021, hal penting dalam
penanganan pandemi penyakit koronavirus 2019 adalah menekan laju penyebaran virus
atau yang dikenal dengan melandaikan kurva epidemi. Hal ini dapat menurunkan risiko
tenaga medis kewalahan dalam menghadapi lonjakan jumlah pasien, memungkinkan

9
perawatan yang lebih baik bagi penderita, dan memberikan waktu tambahan hingga obat
dan vaksin dapat tersedia dan siap digunakan.

Berdasarkan WHO, penggunaan masker hanya direkomendasikan untuk orang yang


sedang batuk atau bersin atau yang sedang menangani pasien terduga. Di sisi lain, beberapa
negara merekomendasikan individu sehat untuk memakai masker, terutama Tiongkok,
Hong Kong, dan Thailand.

Untuk mencegah penyebaran virus, CDC merekomendasikan untuk pasien agar tetap
berada di dalam rumah, kecuali untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Sebelum
ingin mendapatkan perawatan, pasien harus menghubungi rumah sakit. Selain itu, CDC
merekomendasikan untuk menggunakan masker ketika berhadapan dengan orang atau
berkunjung ke tempat yang diduga terdapat penyakit koronavirus, menutup mulut dengan
tisu ketika batuk dan bersin, rutin mencuci tangan dengan sabun dan air, serta menghindari
berbagi alat rumah tangga pribadi. CDC juga merekomendasikan untuk mencuci tangan
minimal selama 20 detik, terutama setelah dari toilet, ketika tangan kotor, sebelum makan,
dan setelah batuk atau bersin. Lalu, rekomendasi berikutnya adalah menggunakan
penyanitasi tangan dengan kandungan alkohol minimal 60% jika tidak tersedia sabun dan
air. WHO menyarankan agar menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan
tangan yang belum dicuci. Meludah di sembarang tempat juga harus dihindari.

B. Pengendalian

Meskipun tidak ada pengobatan yang efektif untuk mencegah penyakit ini, manifestasi
dan komplikasi klinis yang dihasilkan harus dikelola. WHO telah menerbitkan rekomendasi
perawatan terperinci untuk pasien rawat inap dengan infeksi saluran pernapasan akut ketika
dicurigai terdapat infeksi SARS-CoV-2. WHO juga merekomendasikan sukarelawan untuk
mengambil bagian dalam uji coba terkontrol secara acak untuk menguji efektivitas dan
keamanan perawatan secara potensial.

Karena pengobatan tersebut terbukti memiliki efek terhadap koronavirus lainnya dan
memiliki mode tindakan yang menunjukkan pengobatan tersebut mungkin efektif,
lopinavir/ritonavir menjadi target penelitian dan analisis yang signifikan. Komisi
Kesehatan Nasional Tiongkok cabang Beijing, meskipun mencatat bahwa saat ini tidak ada

10
antivirus yang efektif, menyarankan penggunaan lopinavir/ritonavir sebagai bagian dari
rencana perawatan. Obat-obatan ini sekarang dapat diklaim untuk asuransi kesehatan di
beberapa negara.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit koronavirus 2019 (bahasa
Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat COVID-19) di seluruh dunia. Virus korona baru
awalnya disimbolkan 2019-nCoV oleh WHO, dengan huruf n yang berarti novel atau baru,
dan CoV yang berarti coronavirus atau virus korona. Virus ini tergolong dalam ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan genus Betacoronavirus (Beta-CoV). Genus
betacoronavirus terdiri atas empat garis keturunan (subgenus), di mana 2019-nCoV bersama
dengan SARS-CoV digolongkan dalam garis keturunan B (subgenus Sarbecovirus). Angka
reproduksi dasar untuk penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan antara 2 dan 4.
Orang-orang yang terinfeksi mungkin bersifat asimtomatik atau memiliki gejala ringan,
seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Gejala diare atau infeksi saluran napas atas
(misalnya bersin, pilek, dan sakit tenggorokan) lebih jarang ditemukan.

Tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan infeksi antara lain tetap berada di
rumah, menghindari bepergian dan beraktivitas di tempat umum, sering mencuci tangan
dengan sabun dan air selama minimum 20 detik, tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut
dengan tangan yang tidak dicuci, serta mempraktikkan higiene pernapasan yang baik.

3.2 Saran

pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh

dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari

banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis

harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rohmad Yudi Utomo Dkk.2020. Mengungkap Potensi Jeruk dan Konstituen Lengkuas untuk
Menghentikan Infeksi SARS-CoV-2: Jakarta

Kemenkes RI.2020.Novel CoronaVirus: Jakarta

Kemenkes RI.2020.Kesiapsiagaan menghadapi infeksi Novel Coronavirus: Jakarta

Wikipedia.2020. Pendemi Covid-19 :Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai