Anda di halaman 1dari 12

Rangkaian Peristiwa Pertama Covid-19

Oleh BIMA BASKARA


18 April 2020 08:09 WIB·
TEKS
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih berganti
dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah asal atau
transmisi lokal antarpenduduk. Sejauh ini, berbagai peristiwa yang pertama
kali terjadi berkaitan dengan Covid-19 agaknya belum memberikan gambaran
utuh tentang virus ini.
Kesimpulan sejauh ini, analisis para ahli menduga bahwa Covid-19 lebih kuat
bertahan hidup di daerah bersuhu rendah dan kering walaupun virus ini juga
mewabah di negara-negara dengan kondisi suhu dan kelembaban udara yang
sebaliknya.
Virus ini juga lebih rentan menyebabkan kematian pada penduduk usia lanjut.
Namun, ada juga penduduk di kelompok usia ini yang berhasil sembuh dan
seorang bayi juga meninggal karena Covid-19.
Rangkaian peristiwa pertama juga menunjukkan upaya para ahli untuk
menemukan antivirus ini secepat mungkin. Sejauh ini, upaya tersebut belum
memberikan hasil sesuai harapan.
Menilik ke belakang, rentetan awal munculnya Covid-19 sudah tidak asing di
telinga masyarakat dunia. China tercatat sebagai negara yang pertama kali
melaporkan kasus Covid-19 di dunia.
Untuk pertama kalinya, China melaporkan adanya penyakit baru ini pada 31
Desember 2019. Pada pengujung tahun 2019 itu, kantor Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) di China mendapatkan pemberitahuan tentang adanya sejenis
pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui. Infeksi pernapasan akut yang
menyerang paru-paru itu terdeteksi di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang yang beroperasi
di Pasar Ikan Huanan.
Seiring waktu, penelusuran menyebutkan, kasus Covid-19 sudah muncul
sebelumnya. Merujuk pada laporan WHO ke-37 tentang situasi Covid-19, 26
Februari 2020, kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di China adalah pada
8 Desember. Hanya saja, informasi tersebut juga bergantung pada inisiatif
negara-negara yang memberikan informasi penyakit kepada badan kesehatan
global tersebut.
Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam laman jurnal medis The Lancet
oleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, yang merawat
beberapa pasien yang paling awal, menyebutkan tanggal infeksi pertama yang
diketahui pada 1 Desember 2019.
Informasi awal mula munculnya Covid-19 masih terus berjalan ke belakang.
Pada 16 Desember, dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan mengirim sampel dari
pasien lain dengan demam persisten untuk pengujian laboratorium. Hasil-hasil
itu menunjukkan virus menyerupai sindrom penapasan akut parah (severe
acute respiratory syndrome/SARS).
Pada 30 Desember 2019, Ai Fen, dokter yang juga kepala departemen ruang
gawat darurat rumah sakit tersebut, mengunggah gambar laporan
laboratorium di media sosial Tiongkok. Gambar itu diposting ulang dan
diedarkan oleh dokter lain, Li Wenliang. Kemudian, mereka ditegur polisi
setempat karena dianggap ”menyebarkan desas-desus”. Li Wenliang kemudian
dikenal sebagai whistleblower kasus Covid-19
Lonjakan pertama
Menurut data Pemerintah China yang dilihat South China Morning Post,
seorang penduduk Provinsi Hubei berusia 55 tahun kemungkinan menjadi
orang pertama yang terjangkit Covid-19 pada 17 November 2019. Sejak tanggal
itu dan seterusnya, satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari.
Angka penduduk di China yang terjangkit Covid-19 menunjukkan tren
eksponensial. Pada 15 Desember 2019, jumlah total infeksi mencapai 27.
Peningkatan kasus Covid-19 harian mencapai dua digit untuk pertama kalinya
dilaporkan juga terjadi di China pada 17 Desember 2020. Tiga hari berikutnya,
jumlah total kasus penduduk China terkonfirmasi Covid-19 telah mencapai 60
orang.
Pada Jumat (3/4/2020) kasus Covid-19 tembus 1 juta, tersebar di sejumlah
negara. Sampai dengan tanggal tersebut pukul 09.36, data Johns Hophkins
University mencatat jumlah pasien positif virus korona mencapai 1.015.403
orang. Angka total kematian 53.030 orang dan 210.579 orang yang terpapar
Covid-19 berhasil sembuh.
Status dan pelaporan
Sejak 3 Januari, China telah secara teratur memberi tahu WHO serta negara-
negara dan wilayah terkait, Hong Kong, Makau, dan Taiwan, tentang wabah
pneumonia tersebut. Perkembangan dan pelaporan secara teratur menjadi
perhatian WHO.
Akhirnya, lembaga kesehatan dunia tersebut mengumumkan darurat
kesehatan masyarakat global pada 30 Januari 2020. Beberapa waktu
kemudian, tepatnya 11 Februari 2020, WHO mengumumkan virus baru ini
disebut ”Covid-19”.
Perkembangan kasus Covid-19 dan pelaporan yang dilakukan rutin di China
juga menjadi perhatian dunia. Salah satunya Johns Hopkins University. Pada 22
Januari, Data and Statistic Center for Systems Science and Engineering Johns
Hopkins University mempresentasikan untuk pertama kalinya peta interaktif
dunia Covid-19.
Universitas di Baltimore, Negara Bagian Maryland, AS, menyajikan angka-angka
aktual yang mencakup laju penyebaran dan kematian akibat Covid-19 setiap
negara di dunia. Untuk menyusun peta interak tif dunia itu, para pakar John
Hopkins University mengompilasikan data dari berbagai sumber yang relevan,
yakni WHO, badan-badan kesehatan, dan pemberitaan media.
Penyebaran di Dunia
Kasus covid-19 pertama di luar China dilaporkan di Thailand pada 13 Januari
2020. Masih di Benua Asia, pada 29 Januari 2020 Covid-19 mencapai Timur
Tengah untuk pertama kalinya saat jumlah kasus Covid-19 bertambah dan
menyebar ke lebih banyak negara. Saat itu Uni Emirat Arab melaporkan kasus
impor dalam keluarga empat orang.
Empat hari sebelum Covid-19 mencapai kawasan Timur Tengah, dua benua
sekaligus juga melaporkan masuknya virus yang sama. Perancis menjadi negara
pertama di Benua Eropa yang mengonfirmasi tiga kasus Covid-19 tanggal 25
Januari 2020.
Pada tanggal yang sama, kasus pertama Covid-19 juga merambah Benua
Australia. Kasus Covid-19 dikonfirmasi oleh Victoria Health Authorities tanggal
25 Januari. Departemen Kesehatan Commonwealth berhubungan erat dengan
otoritas kesehatan Victoria dan telah memberi tahu WHO. Pasien, seorang pria
dari Wuhan, terbang ke Melbourne dari Guandong pada 19 Januari.
Dalam perkembangannya, Covid-19 menyebar ke Benua Afrika. Tanggal 14
Februari 2020, kementerian kesehatan dan WHO mengumumkan bahwa kasus
virus korona orang asing pertama kali dikonfirmasi di Mesir, negeri yang
terletak di Benua Asia dan Afrika. Dalam pernyataan bersama WHO, Juru
Bicara Kementerian Kesehatan Mesir Khaled Mogahed mengatakan bahwa
kasus tersebut dinyatakan positif covid-19 setelah ia menjalani tes
laboratorium.
Hanya berselang 11 hari, 25 Februari 2020, Kementerian Kesehatan, Penduduk,
dan Reformasi Rumah Sakit Aljazair melaporkan kasus Covid-19 pertama di
negara Benua Afrika itu. Otoritas kesehatan melaporkan bahwa tes
menunjukkan orang dewasa Italia, yang tiba di Aljazair pada 17 Februari 2020,
telah dinyatakan positif Covid-19.
Kematian dan Kesembuhan
Korban pertama akibat Covid-19 terjadi 11 Januari 2020. China mencatat
kematian pertama penduduk akibat Covid-19. Namun, lebih kurang tiga
minggu kemudian China juga mencatat adanya orang yang pertama kali
mampu bertahan melawan virus Korona.
Pria berusia 23 tahun yang dikenal dengan nama keluarganya Huang tersebut
bekerja di Stasiun Kereta Hankou. Pusat transportasi ini berlokasi sekitar 1
kilometer (0,6 mil) barat dari Pasar Ikan Huanan, tempat yang dianggap
sebagai awal munculnya Covid-19.
Kurang dari sebulan berikutnya, tepatnya 2 Februari 2020, kematian akibat
Covid-19 di luar China untuk pertama kalinya dilaporkan di Filipina. Pasien itu
adalah pria China berusia 44 tahun dan diketahui sebagai teman wanita
berusia 38 tahun yang dites positif Covid-19 pada 30 Januari dan kasus
pertama di Filipina.
Tanggal 1 April 2020, seorang bayi berusia enam minggu di Negara Bagian
Connecticut, AS, meninggal karena Covid-19. Meninggalnya bayi itu menandai
kasus kematian penduduk termuda yang sangat jarang dalam pandemi Covid-
19.
28 Maret, Spanyol dan Italia mencapai rekor pertama kali untuk jumlah korban
meninggal dalam satu hari akibat Covid-19. Spanyol mencatat 832 orang dan
Italia mencatat 889 orang penduduk meninggal. Dalam perkembangannya, AS
mencatat angka kematian penduduk terbesar di dunia dalam sehari akibat
virus yang sama, yakni mencapai 2.000 orang pada 10 April 2020.
Perjalanan wabah Covid-19 juga menunjukkan kemampuan orang lanjut usia
bertahan dari virus Korona. Tanggal 8 April 2020, dilaporkan seorang
perempuan asal Belanda berusia 107 tahun sejauh ini menjadi manusia tertua
di dunia yang dinyatakan sembuh setelah mengidap Covid-19.
Pembatasan dan Pengobatan
Pembatasan pertama kali terjadi di China, negara asal munculnya Covid-19.
Tanggal 23 Januari 2020 diberlakukan lockdown atau karantina di kota Wuhan.
Wilayah Provinsi Hubei lainnya kemudian mengikuti dalam beberapa hari
sesudahnya.
Sejak pemberlakuan kebijakan di kota Wuhan, istilah lockdown atau karantina
dikenal luas di seluruh dunia. Sejumlah negara juga tercatat melakukan
karantina. Pada 2 Februari, Filipina memberlakukan larangan perjalanan bagi
wisatawan yang datang dari China, Hong Kong, dan Makau, dan masa
karantina 14 hari untuk penduduk Filipina.
Dalam upaya penanganan wabah, otoritas di sejumlah negara kemudian
menerapkan kebijakan pembatasan yang beragam. Namun, kebijakan
pembatasan yang berujung kerusuhan besar pertama kali dilaporkan terjadi di
India, 28 Maret 2020.
Pada 27 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa pasien pertama akan segera
terdaftar di Norwegia dan Spanyol dalam uji coba yang disebut solidarity trial.
Uji coba ini membandingkan efektivitas empat obat yang berbeda atau
kombinasi obat terhadap Covid-19.
Pada 19 Maret, China mengumumkan untuk pertama kalinya tidak ada lagi
korban meninggal akibat Covid-19 sejak kasus ini mulai rutin dikabarkan dari
China pada Januari lalu. Mendekati sebulan sesudahnya, tepatnya 10 April
2020, Vietnam mengumumkan tidak ada kasus baru Covid-19 di negara yang
berdekatan dengan China itu.
Kabar tersebut sangat mengesankan mengingat belum ada korban ji wa dan
hanya tercatat 268 kasus Covid-19 sampai dengan 17 April 2020 di Vietnam.
Kesuksesan Vietnam menangani wabah Covid-19 tak lepas dari ketegasan
pemerintahnya melaksanakan karantina nasional.
Covid-19 di Indonesia
Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi kasus pertama Covid-19 di
Indonesia di Istana Negara tanggal 2 Maret 2020. Dua warga negara Indonesia
yang positif Covid-19 tersebut mengadakan kontak dengan warga negara
Jepang yang datang ke Indonesia.
Pada 11 Maret 2020, untuk pertama kalinya warga negara Indonesia meninggal
akibat Covid-19. Korban yang meninggal di Solo adalah seorang laki-laki berusia
59 tahun, diketahui sebelumnya menghadiri seminar di kota Bogor, Jawa Barat,
25-28 Februari 2020.
Di minggu yang sama, pasien 01 dan 03 dinyatakan sembuh. Kedua pasien
yang resmi dinyatakan sembuh dan boleh meninggalkan rumah sakit pada 13
Maret 2020 itu adalah kesembuhan pertama kali pengidap Covid-19 di
Indonesia. Pasien 02 yang berusia lanjut, yakni 64 tahun, juga berhasil
mengatasi Covid-19.
Sebulan lebih sesudah masuknya Covid-19 ke Indonesia, untuk pertama kalinya
tercatat angka kesembuhan pengidap covid-19 lebih besar dari jumlah
penduduk yang meninggal karena virus tersebut. Tanggal 16 April 2020, data
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan 548 pasien yang
sembuh, sedangkan jumlah pasien meninggal 496 orang.
Namun, data kesembuhan pasien Covid-19 yang melampaui angka pasien
meninggal bukanlah tanda bahwa wabah virus ini akan segera teratasi di
Indonesia. Sejauh ini, angka kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Baru
sebulan lebih sejak dinyatakan resmi muncul jumlah kasus pengidap virus
korona di Indonesia mencapai di atas 5.500 kasus.
Vietnam yang sejauh ini mencatat kasus Covid-19 di bawah 300 orang dan
tanpa angka kematian juga masih memberlakukan karantina 74.941 warganya
per tanggal 10 April 2020. Sementara itu, China yang sebelumnya melaporkan
nol korban meninggal juga menghadapi babak baru ”rangkaian peristiwa
kedua” Covid-19 yang mulai muncul. (LITBANG KOMPAS)
Seri Kahiji Acara Covid-19
Ku BIMA BASKARA
18 April 2020 08:09
Téks
KOMPAS / RADITYA HELABUMI
Dimimitian ti kasus lokal, Covid-19 sumebar ka saluruh dunya hiji-hiji ku cara
pangiriman anu disebut kasus impor ti luar daérah asal atanapi transmisi lokal
antara warga. Sajauh ieu, kajadian anu kajantenan pikeun anu munggaran
pakait sareng Covid-19 siga henteu nyayogikeun gambaran lengkep ngeunaan
virus ieu.
Kasimpulanana dugi ka ayeuna, analisis para ahli nunjukkeun yén Covid-19
langkung kuat pikeun salamet di daérah anu suhu handap sareng garing sanaos
virusna ogé endemik di nagara-nagara anu kaayaan suhu sareng asor sabalikna.
Virus ieu ogé langkung rentan nyababkeun maotna dina warga sepuh. Nanging,
aya ogé warga di kelompok umur ieu anu parantos hasil pikeun cageur sareng
orok ogé maot ti Covid-19.
Rangkaian acara anu munggaran ogé nunjukkeun usaha para ahli pikeun
milarian antipirus ieu gancang-gancang. Sajauh ieu, usaha-usaha ieu henteu
ngahasilkeun hasilna sapertos anu diarepkeun.
Upami diémutan, séri awal munculna Covid-19 wawuh ka masarakat dunya.
Cina kadaptar salaku nagara anu mimiti ngalaporkeun kasus Covid-19 di dunya.
Kahiji kalina, Cina ngalaporkeun ayana panyakit anyar ieu dina 31 Désémber
2019. Dina akhir taun 2019, kantor Organisasi Kaséhatan Dunya (WHO) di Cina
nampi béja ngeunaan jinis radang paru-paru anu panyababna henteu dikenal.
Inféksi pernapasan akut anu nyerang paru-paru dideteksi di kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina. Numutkeun ka otoritas, sababaraha pasién mangrupikeun
padagang anu operasi di Pasar Ikan Huanan.
Kana waktosna, pamilarian nyarios, kasus Covid-19 parantos muncul
sateuacanna. Ngarujuk kana laporan WHO ka-37 ngeunaan kaayaan Covid-19,
26 Pébruari 2020, kasus Covid-19 anu mimiti dikonfirmasi di Cina nyaéta 8
Désémber. Nanging, inpormasi ieu ogé gumantung kana inisiatif nagara-nagara
anu nyayogikeun inpormasi panyakit ka lembaga kaséhatan global.
Laporan anu diterbitkeun dina halaman wéb jurnal médis The Lancet ku dokter
Tionghoa ti Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, anu ngubaran sababaraha
pasién pangpayunna, nempatkeun tanggal inféksi anu mimiti dikenal salaku 1
Désémber 2019.
Inpormasi ngeunaan asal muasalna Covid-19 masih jalan mundur. Tanggal 16
Désémber, dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan ngirim conto ti pasién sanés
anu muriang pengkuh pikeun uji laboratorium. Hasil ieu nunjukkeun yén virus
siga sindrom pernapasan akut parah (SARS).
Tanggal 30 Désémber 2019, Ai Fen, dokter anu ogé kapala departemén ruang
gawat darurat rumah sakit, unggah gambar laporan laboratorium dina média
sosial Cina. Gambarna dipasang deui sareng dikedalkeun ku dokter sanésna, Li
Wenliang. Teras, aranjeunna ditegur ku pulisi lokal kusabab dianggap
"nyebarkeun rumor". Li Wenliang janten dikenal salaku whistleblower pikeun
kasus Covid-19
Paku munggaran
Numutkeun data Pamaréntah Tiongkok anu ditingali ku South China Morning
Post, nyicingan umur 55 taun di Propinsi Hubei sigana mangrupikeun jalma anu
mimiti néwak Covid-19 dina 17 Nopémber 2019. Ti tanggal éta teras, hiji kana
lima kasus anyar dilaporkeun unggal dinten.
Jumlah jalma di Cina anu ngontrak Covid-19 nunjukkeun tren éksponénsial. Ti
15 Désémber 2019, jumlah total inféksi ngahontal 27.
Kanaékan kasus Covid-19 harian ngahontal angka dua kali pikeun kahiji kalina
dilaporkeun di Cina tanggal 17 Désémber 2020. Dina tilu dinten ka payun,
jumlah total kasus anu dikonfirmasi tina penduduk Cina Covid-19 ngahontal 60.
Dinten Jumaah (3/4/2020) kasus Covid-19 ngalangkungan 1 juta, sumebar ka
sajumlah nagara. Dugi ka tanggal éta jam 9:36 énjing, data Johns Hophkins
University nyatakeun yén jumlah pasién positip kalayan virus corona ngahontal
1.015,403 jalma. Total korban maot 53.030 urang sareng 210.579 jalma anu
kakeunaan Covid-19 parantos pulih.
Status sareng ngalaporkeun
Ti saprak 3 Januari, Cina rutin ngabéjaan WHO sareng nagara-nagara sareng
daérah anu bersangkutan, Hong Kong, Makau sareng Taiwan, ngeunaan
panyawat pneumonia. Pangwangunan sareng ngalaporkeun sacara rutin janten
perhatian WHO.
Tungtungna, lembaga kaséhatan dunya ngumumkeun darurat kaséhatan
masarakat global dina 30 Januari 2020. Sawatara waktos engké, 11 Pébruari
2020 janten tepat, WHO ngumumkeun virus anyar ieu anu disebut "Covid-19".
Ngembangkeun kasus Covid-19 sareng ngalaporkeun rutin di Cina ogé
mangrupikeun perhatian global. Salah sahijina nyaéta Johns Hopkins
University. Tanggal 22 Januari, Pusat Data sareng Statistik Johns Hopkins
University pikeun Sistem Élmu sareng Téknik nampilkeun pikeun pertama
kalina peta interaktif dunya Covid-19.
Universitas di Baltimore, Propinsi Maryland, AS, nyayogikeun inohong aktual
anu kalebet angka panyebaran sareng maotna ti Covid-19 pikeun unggal
nagara di dunya. Pikeun nyusun peta interaktif Upami dunya, para ahli
Universitas John Hopkins nyusun data tina sababaraha sumber anu aya
hubunganana, nyaéta WHO, instansi kaséhatan, sareng laporan média.
Sumebar di Dunya
Kasus Covid-19 anu munggaran di luar Cina dilaporkeun di Thailand dina 13
Januari 2020. Masih di Buana Asia, dina tanggal 29 Januari 2020, Covid-19 dugi
ka Wétan Tengah nalika jumlah kasus Covid-19 ningkat sareng sumebar ka
langkung seueur nagara. Dina waktos éta Uni Émirat Arab ngalaporkeun kasus
impor dina kulawarga opat.
Opat dinten sateuacan Covid-19 dugi ka daérah Wétan Tengah, dua buana ogé
ngalaporkeun asupna virus anu sami. Perancis janten nagara munggaran di
Benua Éropa anu mastikeun tilu kasus Covid-19 dina 25 Januari 2020.
Dina tanggal anu sami, kasus mimiti Covid-19 ogé nembus buana Australia.
Kasus Covid-19 dikonfirmasi ku Otoritas Kaséhatan Victoria dina 25 Januari.
Departemen Kaséhatan Komanwel pakait pisan sareng aparat kasihatan
Victoria sareng parantos ngabéjaan WHO. Pasén, saurang lalaki ti Wuhan,
ngalayang ka Melbourne ti Guandong tanggal 19 Januari.
Salami kamekaranana, Covid-19 sumebar ka Benua Afrika. Tanggal 14 Pébruari
2020, kamentrian kaséhatan sareng WHO ngumumkeun yén kasus anu mimiti
dikonfirmasi coronavirus pikeun urang asing aya di Mesir, nagara anu aya di
buana Asia sareng Afrika. Dina pernyataan gabungan ku WHO, juru carios
Kamentrian Kaséhatan Mesir Khaled Mogahed nyarios yén kasus éta diuji
positif pikeun Covid-19 saatos anjeunna ngalaman tes laboratorium.
Ngan 11 dinten sanggeusna, 25 Pébruari 2020, Kamentrian Kaséhatan, Populasi
sareng Reformasi Rumah Sakit Aljazair ngalaporkeun kasus munggaran Covid-
19 di nagara buana Afrika. Otoritas kaséhatan ngalaporkeun yén tés
nunjukkeun sawawa Italia, anu sumping ka Aljazair dina 17 Pébruari 2020,
parantos diuji positip pikeun Covid-19.
Pupusna sareng Penyembuhan
Korban anu munggaran kusabab Covid-19 kajantenan 11 Januari 2020. Cina
nyatakeun pupusna warga anu munggaran kusabab Covid-19. Nanging, sakitar
tilu minggu ka pengker Cina ogé nyatet yén aya jalma anu tiasa salamet
mimitina ngalawan virus Corona.
Umur 23 taun, dipikaterang ku nami kulawarga, Huang, damel di Stasiun KA
Hankou. Pusat transportasi ieu perenahna sakitar 1 kilométer (0,6 mil) beulah
kulon Pasar Huanan Fish, tempat anu dianggap janten awal munculna Covid-
19.
Kirang ti sabulan saatos, 2 Pébruari 2020 janten tepat, maotna ti Covid-19 di
luar Cina dilaporkeun pikeun kahiji kalina di Filipina. Pasén mangrupikeun lalaki
Cina umur 44 taun sareng sobat dalit awéwé awéwé umur 38 taun anu diuji
positip pikeun Covid-19 tanggal 30 Januari sareng mangrupikeun kasus anu
munggaran di Filipina.
Tanggal 1 April 2020, orok umur genep minggu di Propinsi Connecticut, AS,
pupus ku Covid-19. Pupusna orok nandaan kasus maot paling ngora pikeun
penduduk, anu jarang pisan dina pandemi Covid-19.
28 Maret, Spanyol sareng Italia mencét rékor pikeun kahiji kalina dina hiji
dinten salaku hasil tina Covid-19. Spanyol nyatet 832 urang sareng Itali nyatet
889 jalma anu maot. Dina kamekaranana, Amérika Serikat nyatakeun tingkat
maotna populasi pangageungna di dunya dina sapoé kusabab virus anu sami,
ngahontal 2.000 urang dina 10 April 2020.
Kursus wabah Covid-19 ogé nunjukkeun kamampuan manula salamet tina virus
Corona. Tanggal 8 April 2020, dilaporkeun yén awéwé Walanda umur 107 taun
jauh manusa pangkolotna di dunya anu dinyatakeun kapok saatos ngontrak
Covid-19.
Watesan sareng Perawatan
Watesan munggaran lumangsung di Cina, nagara asalna pikeun munculna
Covid-19. 23 Januari 2020, konci atanapi karantina diterapkeun di kota Wuhan.
Sésa-sésa Propinsi Hubei nuturkeun kaayaan dina dinten-dinten anu
salajengna.
Kusabab nerapkeun kabijakan di kota Wuhan, istilah lockdown atanapi
karantina dikenal sacara lega di panjuru dunya. Sajumlah nagara ogé
didaptarkeun salaku ngalakukeun karantina. Tanggal 2 Pébruari, Pilipina
netepkeun larangan perjalanan pikeun turis anu sumping ti Cina, Hong Kong
sareng Macau, sareng periode karantina 14 dinten kanggo warga Filipina.
Dina upaya nungkulan wabah éta, pihak berwenang di sajumlah nagara teras
nerapkeun sagala rupa kabijakan pangwatesan. Nanging, kabijakan
pangwatesan anu nyababkeun karusuhan ageung mimiti dilaporkeun di India,
28 Maret 2020.
Tanggal 27 Maret 2020, WHO ngumumkeun yén pasién munggaran badé
didaptarkeun di Norwégia sareng Spanyol dina sidang anu disebut sidang
solidaritas. Sidang ieu ngabandingkeun efektivitas opat ubar atanapi kombinasi
ubar anu béda ngalawan Covid-19.
Tanggal 19 Maret, Cina ngumumkeun pikeun kahiji kalina yén teu aya deui
maotna ti Covid-19 kumargi kasus ieu mimiti rutin dilaporkeun ti Cina dina
Januari. Ngadeukeutan sabulan saatos, tepatna 10 April 2020, Vietnam
ngumumkeun teu aya kasus anyar Covid-19 di nagara caket Cina.
Warta éta ngareuwaskeun pisan ngémutan teu acan aya korban ji wa na ngan
268 kasus Covid-19 anu kacatet dugi ka 17 April 2020 di Vietnam. Kasuksésan
Vietnam pikeun nanganan wabah Covid-19 henteu tiasa leupas tina keukeuh
pamaréntah pikeun nerapkeun karantina nasional.
Covid-19 di Indonésia
Présidén Joko Widodo resmi ngumumkeun kasus mimiti Covid-19 di Indonésia
di Istana Nagara dina 2 Maret 2020. Dua warga nagara Indonesia anu positip
pikeun Covid-19 ngalakukeun kontak sareng warga Jepang anu sumping ka
Indonésia.
Tanggal 11 Maret 2020, pikeun pertama kalina warga Indonésia pupus ti Covid-
19. Korban anu tilar dunya di Solo mangrupikeun lalaki umur 59 taun, anu
sateuacanna ngiringan seminar di kota Bogor, Jawa Barat, 25-28 Pébruari 2020.
Dina minggu anu sami, penderita 01 sareng 03 dinyatakeun kapok. Dua pasién
anu sacara resmi dinyatakeun kapok sareng diidinan kaluar ti rumah sakit
tanggal 13 Maret 2020, mangrupikeun kahiji kalina jalma anu ngagaduhan
Covid-19 diséhatkeun di Indonésia. Pasén 02 anu janten sepuh, anu parantos
64 taun, ogé hasil ngungkulan Covid-19.
Langkung langkung sabulan saatos asupna Covid-19 ka Indonesia, pikeun anu
munggaran kacatet yén tingkat pangobatan pikeun jalma anu ngagaduhan
Covid-19 langkung ageung tibatan jumlah jalma anu maot tina virus éta.
Tanggal 16 April 2020, data ti Satuan Tugas pikeun Akselerasi Manajemén
Covid-19 nunjukkeun 548 pasién pulih, sedengkeun jumlah pasién maot nyaéta
496.
Nanging, data ngeunaan pamulihan pasien Covid-19 anu ngaleuwihan jumlah
pasien anu maot sanés mangrupikeun tanda yén wabah virus ieu bakal
gancang dibéréskeun di Indonésia. Sajauh ieu, jumlah kasus Covid-19 di
Indonesia terus ningkat. Kakara leuwih ti sabulan ti saprak sacara resmi
dinyatakeun yén jumlah kasus virus corona di Indonésia parantos ngahontal
langkung 5.500 kasus.
Vietnam, anu dugi ka ayeuna nyatet kasus Covid-19 di handapeun 300 urang
sareng tanpa tingkat maotna, masih dikarantina 74.941 wargana dugi ka 10
April 2020. Samentawis éta, Cina, anu sateuacanna ngalaporkeun enol maotna,
ogé nyanghareupan fase anyar "séri kadua kajadian" 19 anu mimiti muncul.
(KOMPAS LITBANG)

Anda mungkin juga menyukai