18 April 2020 08:09 WIB· TEKS KOMPAS/RADITYA HELABUMI Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih berganti dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah asal atau transmisi lokal antarpenduduk. Sejauh ini, berbagai peristiwa yang pertama kali terjadi berkaitan dengan Covid-19 agaknya belum memberikan gambaran utuh tentang virus ini. Kesimpulan sejauh ini, analisis para ahli menduga bahwa Covid-19 lebih kuat bertahan hidup di daerah bersuhu rendah dan kering walaupun virus ini juga mewabah di negara-negara dengan kondisi suhu dan kelembaban udara yang sebaliknya. Virus ini juga lebih rentan menyebabkan kematian pada penduduk usia lanjut. Namun, ada juga penduduk di kelompok usia ini yang berhasil sembuh dan seorang bayi juga meninggal karena Covid-19. Rangkaian peristiwa pertama juga menunjukkan upaya para ahli untuk menemukan antivirus ini secepat mungkin. Sejauh ini, upaya tersebut belum memberikan hasil sesuai harapan. Menilik ke belakang, rentetan awal munculnya Covid-19 sudah tidak asing di telinga masyarakat dunia. China tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasus Covid-19 di dunia. Untuk pertama kalinya, China melaporkan adanya penyakit baru ini pada 31 Desember 2019. Pada pengujung tahun 2019 itu, kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China mendapatkan pemberitahuan tentang adanya sejenis pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui. Infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru itu terdeteksi di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang yang beroperasi di Pasar Ikan Huanan. Seiring waktu, penelusuran menyebutkan, kasus Covid-19 sudah muncul sebelumnya. Merujuk pada laporan WHO ke-37 tentang situasi Covid-19, 26 Februari 2020, kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di China adalah pada 8 Desember. Hanya saja, informasi tersebut juga bergantung pada inisiatif negara-negara yang memberikan informasi penyakit kepada badan kesehatan global tersebut. Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam laman jurnal medis The Lancet oleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, yang merawat beberapa pasien yang paling awal, menyebutkan tanggal infeksi pertama yang diketahui pada 1 Desember 2019. Informasi awal mula munculnya Covid-19 masih terus berjalan ke belakang. Pada 16 Desember, dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan mengirim sampel dari pasien lain dengan demam persisten untuk pengujian laboratorium. Hasil-hasil itu menunjukkan virus menyerupai sindrom penapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS). Pada 30 Desember 2019, Ai Fen, dokter yang juga kepala departemen ruang gawat darurat rumah sakit tersebut, mengunggah gambar laporan laboratorium di media sosial Tiongkok. Gambar itu diposting ulang dan diedarkan oleh dokter lain, Li Wenliang. Kemudian, mereka ditegur polisi setempat karena dianggap ”menyebarkan desas-desus”. Li Wenliang kemudian dikenal sebagai whistleblower kasus Covid-19 Lonjakan pertama Menurut data Pemerintah China yang dilihat South China Morning Post, seorang penduduk Provinsi Hubei berusia 55 tahun kemungkinan menjadi orang pertama yang terjangkit Covid-19 pada 17 November 2019. Sejak tanggal itu dan seterusnya, satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari. Angka penduduk di China yang terjangkit Covid-19 menunjukkan tren eksponensial. Pada 15 Desember 2019, jumlah total infeksi mencapai 27. Peningkatan kasus Covid-19 harian mencapai dua digit untuk pertama kalinya dilaporkan juga terjadi di China pada 17 Desember 2020. Tiga hari berikutnya, jumlah total kasus penduduk China terkonfirmasi Covid-19 telah mencapai 60 orang. Pada Jumat (3/4/2020) kasus Covid-19 tembus 1 juta, tersebar di sejumlah negara. Sampai dengan tanggal tersebut pukul 09.36, data Johns Hophkins University mencatat jumlah pasien positif virus korona mencapai 1.015.403 orang. Angka total kematian 53.030 orang dan 210.579 orang yang terpapar Covid-19 berhasil sembuh. Status dan pelaporan Sejak 3 Januari, China telah secara teratur memberi tahu WHO serta negara- negara dan wilayah terkait, Hong Kong, Makau, dan Taiwan, tentang wabah pneumonia tersebut. Perkembangan dan pelaporan secara teratur menjadi perhatian WHO. Akhirnya, lembaga kesehatan dunia tersebut mengumumkan darurat kesehatan masyarakat global pada 30 Januari 2020. Beberapa waktu kemudian, tepatnya 11 Februari 2020, WHO mengumumkan virus baru ini disebut ”Covid-19”. Perkembangan kasus Covid-19 dan pelaporan yang dilakukan rutin di China juga menjadi perhatian dunia. Salah satunya Johns Hopkins University. Pada 22 Januari, Data and Statistic Center for Systems Science and Engineering Johns Hopkins University mempresentasikan untuk pertama kalinya peta interaktif dunia Covid-19. Universitas di Baltimore, Negara Bagian Maryland, AS, menyajikan angka-angka aktual yang mencakup laju penyebaran dan kematian akibat Covid-19 setiap negara di dunia. Untuk menyusun peta interak tif dunia itu, para pakar John Hopkins University mengompilasikan data dari berbagai sumber yang relevan, yakni WHO, badan-badan kesehatan, dan pemberitaan media. Penyebaran di Dunia Kasus covid-19 pertama di luar China dilaporkan di Thailand pada 13 Januari 2020. Masih di Benua Asia, pada 29 Januari 2020 Covid-19 mencapai Timur Tengah untuk pertama kalinya saat jumlah kasus Covid-19 bertambah dan menyebar ke lebih banyak negara. Saat itu Uni Emirat Arab melaporkan kasus impor dalam keluarga empat orang. Empat hari sebelum Covid-19 mencapai kawasan Timur Tengah, dua benua sekaligus juga melaporkan masuknya virus yang sama. Perancis menjadi negara pertama di Benua Eropa yang mengonfirmasi tiga kasus Covid-19 tanggal 25 Januari 2020. Pada tanggal yang sama, kasus pertama Covid-19 juga merambah Benua Australia. Kasus Covid-19 dikonfirmasi oleh Victoria Health Authorities tanggal 25 Januari. Departemen Kesehatan Commonwealth berhubungan erat dengan otoritas kesehatan Victoria dan telah memberi tahu WHO. Pasien, seorang pria dari Wuhan, terbang ke Melbourne dari Guandong pada 19 Januari. Dalam perkembangannya, Covid-19 menyebar ke Benua Afrika. Tanggal 14 Februari 2020, kementerian kesehatan dan WHO mengumumkan bahwa kasus virus korona orang asing pertama kali dikonfirmasi di Mesir, negeri yang terletak di Benua Asia dan Afrika. Dalam pernyataan bersama WHO, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mesir Khaled Mogahed mengatakan bahwa kasus tersebut dinyatakan positif covid-19 setelah ia menjalani tes laboratorium. Hanya berselang 11 hari, 25 Februari 2020, Kementerian Kesehatan, Penduduk, dan Reformasi Rumah Sakit Aljazair melaporkan kasus Covid-19 pertama di negara Benua Afrika itu. Otoritas kesehatan melaporkan bahwa tes menunjukkan orang dewasa Italia, yang tiba di Aljazair pada 17 Februari 2020, telah dinyatakan positif Covid-19. Kematian dan Kesembuhan Korban pertama akibat Covid-19 terjadi 11 Januari 2020. China mencatat kematian pertama penduduk akibat Covid-19. Namun, lebih kurang tiga minggu kemudian China juga mencatat adanya orang yang pertama kali mampu bertahan melawan virus Korona. Pria berusia 23 tahun yang dikenal dengan nama keluarganya Huang tersebut bekerja di Stasiun Kereta Hankou. Pusat transportasi ini berlokasi sekitar 1 kilometer (0,6 mil) barat dari Pasar Ikan Huanan, tempat yang dianggap sebagai awal munculnya Covid-19. Kurang dari sebulan berikutnya, tepatnya 2 Februari 2020, kematian akibat Covid-19 di luar China untuk pertama kalinya dilaporkan di Filipina. Pasien itu adalah pria China berusia 44 tahun dan diketahui sebagai teman wanita berusia 38 tahun yang dites positif Covid-19 pada 30 Januari dan kasus pertama di Filipina. Tanggal 1 April 2020, seorang bayi berusia enam minggu di Negara Bagian Connecticut, AS, meninggal karena Covid-19. Meninggalnya bayi itu menandai kasus kematian penduduk termuda yang sangat jarang dalam pandemi Covid- 19. 28 Maret, Spanyol dan Italia mencapai rekor pertama kali untuk jumlah korban meninggal dalam satu hari akibat Covid-19. Spanyol mencatat 832 orang dan Italia mencatat 889 orang penduduk meninggal. Dalam perkembangannya, AS mencatat angka kematian penduduk terbesar di dunia dalam sehari akibat virus yang sama, yakni mencapai 2.000 orang pada 10 April 2020. Perjalanan wabah Covid-19 juga menunjukkan kemampuan orang lanjut usia bertahan dari virus Korona. Tanggal 8 April 2020, dilaporkan seorang perempuan asal Belanda berusia 107 tahun sejauh ini menjadi manusia tertua di dunia yang dinyatakan sembuh setelah mengidap Covid-19. Pembatasan dan Pengobatan Pembatasan pertama kali terjadi di China, negara asal munculnya Covid-19. Tanggal 23 Januari 2020 diberlakukan lockdown atau karantina di kota Wuhan. Wilayah Provinsi Hubei lainnya kemudian mengikuti dalam beberapa hari sesudahnya. Sejak pemberlakuan kebijakan di kota Wuhan, istilah lockdown atau karantina dikenal luas di seluruh dunia. Sejumlah negara juga tercatat melakukan karantina. Pada 2 Februari, Filipina memberlakukan larangan perjalanan bagi wisatawan yang datang dari China, Hong Kong, dan Makau, dan masa karantina 14 hari untuk penduduk Filipina. Dalam upaya penanganan wabah, otoritas di sejumlah negara kemudian menerapkan kebijakan pembatasan yang beragam. Namun, kebijakan pembatasan yang berujung kerusuhan besar pertama kali dilaporkan terjadi di India, 28 Maret 2020. Pada 27 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa pasien pertama akan segera terdaftar di Norwegia dan Spanyol dalam uji coba yang disebut solidarity trial. Uji coba ini membandingkan efektivitas empat obat yang berbeda atau kombinasi obat terhadap Covid-19. Pada 19 Maret, China mengumumkan untuk pertama kalinya tidak ada lagi korban meninggal akibat Covid-19 sejak kasus ini mulai rutin dikabarkan dari China pada Januari lalu. Mendekati sebulan sesudahnya, tepatnya 10 April 2020, Vietnam mengumumkan tidak ada kasus baru Covid-19 di negara yang berdekatan dengan China itu. Kabar tersebut sangat mengesankan mengingat belum ada korban ji wa dan hanya tercatat 268 kasus Covid-19 sampai dengan 17 April 2020 di Vietnam. Kesuksesan Vietnam menangani wabah Covid-19 tak lepas dari ketegasan pemerintahnya melaksanakan karantina nasional. Covid-19 di Indonesia Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi kasus pertama Covid-19 di Indonesia di Istana Negara tanggal 2 Maret 2020. Dua warga negara Indonesia yang positif Covid-19 tersebut mengadakan kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia. Pada 11 Maret 2020, untuk pertama kalinya warga negara Indonesia meninggal akibat Covid-19. Korban yang meninggal di Solo adalah seorang laki-laki berusia 59 tahun, diketahui sebelumnya menghadiri seminar di kota Bogor, Jawa Barat, 25-28 Februari 2020. Di minggu yang sama, pasien 01 dan 03 dinyatakan sembuh. Kedua pasien yang resmi dinyatakan sembuh dan boleh meninggalkan rumah sakit pada 13 Maret 2020 itu adalah kesembuhan pertama kali pengidap Covid-19 di Indonesia. Pasien 02 yang berusia lanjut, yakni 64 tahun, juga berhasil mengatasi Covid-19. Sebulan lebih sesudah masuknya Covid-19 ke Indonesia, untuk pertama kalinya tercatat angka kesembuhan pengidap covid-19 lebih besar dari jumlah penduduk yang meninggal karena virus tersebut. Tanggal 16 April 2020, data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan 548 pasien yang sembuh, sedangkan jumlah pasien meninggal 496 orang. Namun, data kesembuhan pasien Covid-19 yang melampaui angka pasien meninggal bukanlah tanda bahwa wabah virus ini akan segera teratasi di Indonesia. Sejauh ini, angka kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Baru sebulan lebih sejak dinyatakan resmi muncul jumlah kasus pengidap virus korona di Indonesia mencapai di atas 5.500 kasus. Vietnam yang sejauh ini mencatat kasus Covid-19 di bawah 300 orang dan tanpa angka kematian juga masih memberlakukan karantina 74.941 warganya per tanggal 10 April 2020. Sementara itu, China yang sebelumnya melaporkan nol korban meninggal juga menghadapi babak baru ”rangkaian peristiwa kedua” Covid-19 yang mulai muncul. (LITBANG KOMPAS) Seri Kahiji Acara Covid-19 Ku BIMA BASKARA 18 April 2020 08:09 Téks KOMPAS / RADITYA HELABUMI Dimimitian ti kasus lokal, Covid-19 sumebar ka saluruh dunya hiji-hiji ku cara pangiriman anu disebut kasus impor ti luar daérah asal atanapi transmisi lokal antara warga. Sajauh ieu, kajadian anu kajantenan pikeun anu munggaran pakait sareng Covid-19 siga henteu nyayogikeun gambaran lengkep ngeunaan virus ieu. Kasimpulanana dugi ka ayeuna, analisis para ahli nunjukkeun yén Covid-19 langkung kuat pikeun salamet di daérah anu suhu handap sareng garing sanaos virusna ogé endemik di nagara-nagara anu kaayaan suhu sareng asor sabalikna. Virus ieu ogé langkung rentan nyababkeun maotna dina warga sepuh. Nanging, aya ogé warga di kelompok umur ieu anu parantos hasil pikeun cageur sareng orok ogé maot ti Covid-19. Rangkaian acara anu munggaran ogé nunjukkeun usaha para ahli pikeun milarian antipirus ieu gancang-gancang. Sajauh ieu, usaha-usaha ieu henteu ngahasilkeun hasilna sapertos anu diarepkeun. Upami diémutan, séri awal munculna Covid-19 wawuh ka masarakat dunya. Cina kadaptar salaku nagara anu mimiti ngalaporkeun kasus Covid-19 di dunya. Kahiji kalina, Cina ngalaporkeun ayana panyakit anyar ieu dina 31 Désémber 2019. Dina akhir taun 2019, kantor Organisasi Kaséhatan Dunya (WHO) di Cina nampi béja ngeunaan jinis radang paru-paru anu panyababna henteu dikenal. Inféksi pernapasan akut anu nyerang paru-paru dideteksi di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Numutkeun ka otoritas, sababaraha pasién mangrupikeun padagang anu operasi di Pasar Ikan Huanan. Kana waktosna, pamilarian nyarios, kasus Covid-19 parantos muncul sateuacanna. Ngarujuk kana laporan WHO ka-37 ngeunaan kaayaan Covid-19, 26 Pébruari 2020, kasus Covid-19 anu mimiti dikonfirmasi di Cina nyaéta 8 Désémber. Nanging, inpormasi ieu ogé gumantung kana inisiatif nagara-nagara anu nyayogikeun inpormasi panyakit ka lembaga kaséhatan global. Laporan anu diterbitkeun dina halaman wéb jurnal médis The Lancet ku dokter Tionghoa ti Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, anu ngubaran sababaraha pasién pangpayunna, nempatkeun tanggal inféksi anu mimiti dikenal salaku 1 Désémber 2019. Inpormasi ngeunaan asal muasalna Covid-19 masih jalan mundur. Tanggal 16 Désémber, dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan ngirim conto ti pasién sanés anu muriang pengkuh pikeun uji laboratorium. Hasil ieu nunjukkeun yén virus siga sindrom pernapasan akut parah (SARS). Tanggal 30 Désémber 2019, Ai Fen, dokter anu ogé kapala departemén ruang gawat darurat rumah sakit, unggah gambar laporan laboratorium dina média sosial Cina. Gambarna dipasang deui sareng dikedalkeun ku dokter sanésna, Li Wenliang. Teras, aranjeunna ditegur ku pulisi lokal kusabab dianggap "nyebarkeun rumor". Li Wenliang janten dikenal salaku whistleblower pikeun kasus Covid-19 Paku munggaran Numutkeun data Pamaréntah Tiongkok anu ditingali ku South China Morning Post, nyicingan umur 55 taun di Propinsi Hubei sigana mangrupikeun jalma anu mimiti néwak Covid-19 dina 17 Nopémber 2019. Ti tanggal éta teras, hiji kana lima kasus anyar dilaporkeun unggal dinten. Jumlah jalma di Cina anu ngontrak Covid-19 nunjukkeun tren éksponénsial. Ti 15 Désémber 2019, jumlah total inféksi ngahontal 27. Kanaékan kasus Covid-19 harian ngahontal angka dua kali pikeun kahiji kalina dilaporkeun di Cina tanggal 17 Désémber 2020. Dina tilu dinten ka payun, jumlah total kasus anu dikonfirmasi tina penduduk Cina Covid-19 ngahontal 60. Dinten Jumaah (3/4/2020) kasus Covid-19 ngalangkungan 1 juta, sumebar ka sajumlah nagara. Dugi ka tanggal éta jam 9:36 énjing, data Johns Hophkins University nyatakeun yén jumlah pasién positip kalayan virus corona ngahontal 1.015,403 jalma. Total korban maot 53.030 urang sareng 210.579 jalma anu kakeunaan Covid-19 parantos pulih. Status sareng ngalaporkeun Ti saprak 3 Januari, Cina rutin ngabéjaan WHO sareng nagara-nagara sareng daérah anu bersangkutan, Hong Kong, Makau sareng Taiwan, ngeunaan panyawat pneumonia. Pangwangunan sareng ngalaporkeun sacara rutin janten perhatian WHO. Tungtungna, lembaga kaséhatan dunya ngumumkeun darurat kaséhatan masarakat global dina 30 Januari 2020. Sawatara waktos engké, 11 Pébruari 2020 janten tepat, WHO ngumumkeun virus anyar ieu anu disebut "Covid-19". Ngembangkeun kasus Covid-19 sareng ngalaporkeun rutin di Cina ogé mangrupikeun perhatian global. Salah sahijina nyaéta Johns Hopkins University. Tanggal 22 Januari, Pusat Data sareng Statistik Johns Hopkins University pikeun Sistem Élmu sareng Téknik nampilkeun pikeun pertama kalina peta interaktif dunya Covid-19. Universitas di Baltimore, Propinsi Maryland, AS, nyayogikeun inohong aktual anu kalebet angka panyebaran sareng maotna ti Covid-19 pikeun unggal nagara di dunya. Pikeun nyusun peta interaktif Upami dunya, para ahli Universitas John Hopkins nyusun data tina sababaraha sumber anu aya hubunganana, nyaéta WHO, instansi kaséhatan, sareng laporan média. Sumebar di Dunya Kasus Covid-19 anu munggaran di luar Cina dilaporkeun di Thailand dina 13 Januari 2020. Masih di Buana Asia, dina tanggal 29 Januari 2020, Covid-19 dugi ka Wétan Tengah nalika jumlah kasus Covid-19 ningkat sareng sumebar ka langkung seueur nagara. Dina waktos éta Uni Émirat Arab ngalaporkeun kasus impor dina kulawarga opat. Opat dinten sateuacan Covid-19 dugi ka daérah Wétan Tengah, dua buana ogé ngalaporkeun asupna virus anu sami. Perancis janten nagara munggaran di Benua Éropa anu mastikeun tilu kasus Covid-19 dina 25 Januari 2020. Dina tanggal anu sami, kasus mimiti Covid-19 ogé nembus buana Australia. Kasus Covid-19 dikonfirmasi ku Otoritas Kaséhatan Victoria dina 25 Januari. Departemen Kaséhatan Komanwel pakait pisan sareng aparat kasihatan Victoria sareng parantos ngabéjaan WHO. Pasén, saurang lalaki ti Wuhan, ngalayang ka Melbourne ti Guandong tanggal 19 Januari. Salami kamekaranana, Covid-19 sumebar ka Benua Afrika. Tanggal 14 Pébruari 2020, kamentrian kaséhatan sareng WHO ngumumkeun yén kasus anu mimiti dikonfirmasi coronavirus pikeun urang asing aya di Mesir, nagara anu aya di buana Asia sareng Afrika. Dina pernyataan gabungan ku WHO, juru carios Kamentrian Kaséhatan Mesir Khaled Mogahed nyarios yén kasus éta diuji positif pikeun Covid-19 saatos anjeunna ngalaman tes laboratorium. Ngan 11 dinten sanggeusna, 25 Pébruari 2020, Kamentrian Kaséhatan, Populasi sareng Reformasi Rumah Sakit Aljazair ngalaporkeun kasus munggaran Covid- 19 di nagara buana Afrika. Otoritas kaséhatan ngalaporkeun yén tés nunjukkeun sawawa Italia, anu sumping ka Aljazair dina 17 Pébruari 2020, parantos diuji positip pikeun Covid-19. Pupusna sareng Penyembuhan Korban anu munggaran kusabab Covid-19 kajantenan 11 Januari 2020. Cina nyatakeun pupusna warga anu munggaran kusabab Covid-19. Nanging, sakitar tilu minggu ka pengker Cina ogé nyatet yén aya jalma anu tiasa salamet mimitina ngalawan virus Corona. Umur 23 taun, dipikaterang ku nami kulawarga, Huang, damel di Stasiun KA Hankou. Pusat transportasi ieu perenahna sakitar 1 kilométer (0,6 mil) beulah kulon Pasar Huanan Fish, tempat anu dianggap janten awal munculna Covid- 19. Kirang ti sabulan saatos, 2 Pébruari 2020 janten tepat, maotna ti Covid-19 di luar Cina dilaporkeun pikeun kahiji kalina di Filipina. Pasén mangrupikeun lalaki Cina umur 44 taun sareng sobat dalit awéwé awéwé umur 38 taun anu diuji positip pikeun Covid-19 tanggal 30 Januari sareng mangrupikeun kasus anu munggaran di Filipina. Tanggal 1 April 2020, orok umur genep minggu di Propinsi Connecticut, AS, pupus ku Covid-19. Pupusna orok nandaan kasus maot paling ngora pikeun penduduk, anu jarang pisan dina pandemi Covid-19. 28 Maret, Spanyol sareng Italia mencét rékor pikeun kahiji kalina dina hiji dinten salaku hasil tina Covid-19. Spanyol nyatet 832 urang sareng Itali nyatet 889 jalma anu maot. Dina kamekaranana, Amérika Serikat nyatakeun tingkat maotna populasi pangageungna di dunya dina sapoé kusabab virus anu sami, ngahontal 2.000 urang dina 10 April 2020. Kursus wabah Covid-19 ogé nunjukkeun kamampuan manula salamet tina virus Corona. Tanggal 8 April 2020, dilaporkeun yén awéwé Walanda umur 107 taun jauh manusa pangkolotna di dunya anu dinyatakeun kapok saatos ngontrak Covid-19. Watesan sareng Perawatan Watesan munggaran lumangsung di Cina, nagara asalna pikeun munculna Covid-19. 23 Januari 2020, konci atanapi karantina diterapkeun di kota Wuhan. Sésa-sésa Propinsi Hubei nuturkeun kaayaan dina dinten-dinten anu salajengna. Kusabab nerapkeun kabijakan di kota Wuhan, istilah lockdown atanapi karantina dikenal sacara lega di panjuru dunya. Sajumlah nagara ogé didaptarkeun salaku ngalakukeun karantina. Tanggal 2 Pébruari, Pilipina netepkeun larangan perjalanan pikeun turis anu sumping ti Cina, Hong Kong sareng Macau, sareng periode karantina 14 dinten kanggo warga Filipina. Dina upaya nungkulan wabah éta, pihak berwenang di sajumlah nagara teras nerapkeun sagala rupa kabijakan pangwatesan. Nanging, kabijakan pangwatesan anu nyababkeun karusuhan ageung mimiti dilaporkeun di India, 28 Maret 2020. Tanggal 27 Maret 2020, WHO ngumumkeun yén pasién munggaran badé didaptarkeun di Norwégia sareng Spanyol dina sidang anu disebut sidang solidaritas. Sidang ieu ngabandingkeun efektivitas opat ubar atanapi kombinasi ubar anu béda ngalawan Covid-19. Tanggal 19 Maret, Cina ngumumkeun pikeun kahiji kalina yén teu aya deui maotna ti Covid-19 kumargi kasus ieu mimiti rutin dilaporkeun ti Cina dina Januari. Ngadeukeutan sabulan saatos, tepatna 10 April 2020, Vietnam ngumumkeun teu aya kasus anyar Covid-19 di nagara caket Cina. Warta éta ngareuwaskeun pisan ngémutan teu acan aya korban ji wa na ngan 268 kasus Covid-19 anu kacatet dugi ka 17 April 2020 di Vietnam. Kasuksésan Vietnam pikeun nanganan wabah Covid-19 henteu tiasa leupas tina keukeuh pamaréntah pikeun nerapkeun karantina nasional. Covid-19 di Indonésia Présidén Joko Widodo resmi ngumumkeun kasus mimiti Covid-19 di Indonésia di Istana Nagara dina 2 Maret 2020. Dua warga nagara Indonesia anu positip pikeun Covid-19 ngalakukeun kontak sareng warga Jepang anu sumping ka Indonésia. Tanggal 11 Maret 2020, pikeun pertama kalina warga Indonésia pupus ti Covid- 19. Korban anu tilar dunya di Solo mangrupikeun lalaki umur 59 taun, anu sateuacanna ngiringan seminar di kota Bogor, Jawa Barat, 25-28 Pébruari 2020. Dina minggu anu sami, penderita 01 sareng 03 dinyatakeun kapok. Dua pasién anu sacara resmi dinyatakeun kapok sareng diidinan kaluar ti rumah sakit tanggal 13 Maret 2020, mangrupikeun kahiji kalina jalma anu ngagaduhan Covid-19 diséhatkeun di Indonésia. Pasén 02 anu janten sepuh, anu parantos 64 taun, ogé hasil ngungkulan Covid-19. Langkung langkung sabulan saatos asupna Covid-19 ka Indonesia, pikeun anu munggaran kacatet yén tingkat pangobatan pikeun jalma anu ngagaduhan Covid-19 langkung ageung tibatan jumlah jalma anu maot tina virus éta. Tanggal 16 April 2020, data ti Satuan Tugas pikeun Akselerasi Manajemén Covid-19 nunjukkeun 548 pasién pulih, sedengkeun jumlah pasién maot nyaéta 496. Nanging, data ngeunaan pamulihan pasien Covid-19 anu ngaleuwihan jumlah pasien anu maot sanés mangrupikeun tanda yén wabah virus ieu bakal gancang dibéréskeun di Indonésia. Sajauh ieu, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus ningkat. Kakara leuwih ti sabulan ti saprak sacara resmi dinyatakeun yén jumlah kasus virus corona di Indonésia parantos ngahontal langkung 5.500 kasus. Vietnam, anu dugi ka ayeuna nyatet kasus Covid-19 di handapeun 300 urang sareng tanpa tingkat maotna, masih dikarantina 74.941 wargana dugi ka 10 April 2020. Samentawis éta, Cina, anu sateuacanna ngalaporkeun enol maotna, ogé nyanghareupan fase anyar "séri kadua kajadian" 19 anu mimiti muncul. (KOMPAS LITBANG)