A. LATAR BELAKANG
1
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
a. Maksud Kegiatan
Maksud adalah melakukan studi penyusunan kebutuhan NSPK Bidang
Perkeretaapian
b. Tujuan Kegiatan
Tujuan adalah tersusunnya kebutuhan dan prioritas NSPK bidang
perkeretaapian
C. METODOLOGI STUDI
Dalam melaksanakan studi ini, dilakukan beberapa tahap pelaksanaan dan
tahapan, seperti tampak pada gambar 1, 2, dan 3 di bawah ini.
3
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
Selain masalah substansial yang harus terpenuhi, pelaksanaan studi juga harus
memenuhi kerangka waktu yang disediakan. Pada Gambar 3 disampaikan urutan
proses pelaksanaan studi ini. Secara umum studi ini terdiri dari 4 tahapan utama
(persiapan, pengumpulan data, analisis, dan penyempurnaan) dan setting waktu dan
bahasannya disesuaikan dengan kewajiban pengumpulan laporan (laporan
pendahuluan, antara, draft akhir, dan akhir). Jadual alokasi waktu dan sumber daya
studi ini secara lengkap disampaikan pada laporan pendahuluan. Setiap tahap studi
di-set untuk menyelesaikan kegiatan sebagai berikut:
INISIASI STUDI
- Konsolidasi tim
- Studi literature
PERSIAPAN SURVEY
- Persiapan form survey primer & daftar data sekunder
- Persiapan daftar studi perencanaan lainnya untuk update data
- Penentuan NSPK apa saja yang diamanatkan oleh UU dan PP yang berlaku
- Identifikasi NSPK yang telah ada dan juga yang belum ada.
- Identifikasi kebutuhan NSPK "ideal" untuk dapat memenuhi fungsi pembinaan
(pengaturan, pengendalian, dan pengawasan) oleh pemerintah serta fungsi
penyelenggaraan oleh badan usaha.
PENGUMPULAN DATA
- Survey sekunder: Pengumpulan peraturan perundangan,
standar-standar perkeretaapian yang ada baik dan masih
berlaku hingga saat ini, draft-draft peraturan perundangan,
draft standar-standar perkeretaapian, serta daftar peraturan
perundangan dan standar perkeretaapian yang akan disusun
& Studi Literatur
- Survey Primer : Mewawancarai Ditjen KA, PT KA, dan
BAPPENAS
KOMPILASI DATA
- Hasil Survey Primer
- Hasil Survey Sekunder
REVIEW
- Review NSPK saat ini
- Review NSPK yang dibutuhkan
6
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
ANALISIS
- Kajian ke-update-an NSPK
- Kajian kelengkapan
- Kajian konflik/benturan vertikal &
horizontal antar peraturan
- Lain-lain : KA Khusus
KA Cepat
FINALISASI STUDI
- Kesimpulan
- Rekomendasi
- Pemetaan NSPK Perkeretaapian Indonesia
- Ringkasan Eksekutif
- Penyempurnaan editorial
1. Definisi
Berikut akan dijelaskan mengenai definisi, ruang lingkup dan peran dari
masing-masing peraturan perundangan dan acuan teknis yang berlaku di
Indonesia.
7
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
10
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
11
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
iv. Kriteria
Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah (www.pu.go.id)
[n] ukuran yg menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu
(sumber : www.KamusBahasaIndonesia.org)
12
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
a. Undang-Undang (UU)
Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden.
Materi muatan Undang-Undang adalah :
Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 yang meliputi: hak-hak asasi
manusia, hak dan kewajiban warga negara, pelaksanaan dan penegakan
13
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
c. Organisasi
d. Teknis
Dalam praktisnya, peraturan perundangan sangat dipengaruhi oleh lingkup
berlakunya peraturan perundangan tersebut sehingga seringkali dibutuhkan
media peraturan yang berada diluar hirarki peraturan perundangan namun
juga diakui. Peraturan perundangan seperti ini tidak bersifat mengikat namun
lebih kepada acuan bertindak sehingga dapat sangat fleksibel digunakan
untuk kondisi-kondisi yang variatif. Peraturan-peraturan seperti ini umumnya
dikeluarkan dalam Keputusan Dirjen dan dapat berbentuk Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) Pedoman Teknis, Standar Teknis, Manual, ataupun
Standard Code.
Gambar 5 menjelaskan mengenai kedudukan dari Keputusan Dirjen dengan
kaitannya dalam hirarki peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.
KepDirjen hanya memiliki kekuatan hukum ketika ditentukan secara hukum
bahwa KepDirjen yang bersangkutan wajib digunakan sebagai acuan. Dengan
kata lain, sangat kondisional. Namun, disamping hal tersebut, KepDirjen
tetap memberikan jaminan efektifitas dan efisiensi atas segala sesuatu yang
dikandungnya jika digunakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan kondisi
yang disebutkan didalamnya. Oleh karena itu, secara umum karakteristik dari
KepDirjen adalah sebagai berikut:
1) Merupakan ketentuan yang dapat dijadikan sebagai acuan bertindak
2) Tidak mengikat secara hukum
3) Dapat berbentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pedoman Teknis, Standard
Teknis, Manual ataupun Standard Code.
4) Bersifat sangat rinci menjelaskan metoda/tahapan analisis, tahapan prosedur
ataupun mekanisme administratif
5) Item yang dimasukan tergantung pada aspek yang dibahas, bisa hanya aspek
teknis, adminstratif, mekanisme ataupun campuran dari itu semua
15
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
UU 23/2007
PP 56/2009
Penyelenggaraan
Sistem Perkeretaapian
Peraturan &
Perundangan2an
Standard Teknis,
Prosedur
KepDirjen KepDirjen KepDirjen Metodologi
16
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
UU 23/2007
a. Panjang rel
Sarana jalan rel merupakan infrastruktur vital bagi transportasi kereta api (KA),
yang mendukung kelancaran operasional KA. Investasi untuk pembangunan rel
sebenarmya tidak sebesar pembangunan jalan raya, karena pembangunan rel hanya
17
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
b. Perkembangan stasiun
Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi
persimpangan antarkereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan
cadangan dan langsir.
Di dalam stasiun dilengkapi dengan peron yaitu tempat naik-turun para penumpang
di stasiun, jadi peron adalah lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun dan
jalur rel melintas di stasiun. Sekarang ada dua macam konstruksi lantai peron, yaitu
18
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
yang dibuat sebelum Perang Dunia II umumnya dengan lantai rendah; sedangkan
bentuk kedua adalah yang dibangun setelah Proklamasi umumnya dengan lantai
modifikasi yang ditinggikan.
Pada saat ini pada stasiun besar umumnya ada dua macam lantai peron, yang asli
berlantai rendah dan yang telah disesuaikan dengan lantai tinggi. Di stasiun Tanah
Abang, seperti halnya kebanykan stasiun kereta di Jepang, para penumpang tidak
dapat menyeberang jalur begitu saja, harus melalui jembatan penyeberangan
(dalam hal stasiun Tanah Abang stasiun berada di atas jalur rel).
Kereta produksi sebelum 1920 umumnya mempunyai tanngga untuk turun ke
bawah. Sedangkan kereta buatan sebelum tahun 1941 mempunyai tangga di dalam.
Karena pada umumnya stasiun didirikan sebelum Perang Dunia II, maka lantai
peron sama dengan lantai stasiun. Akibatnya para penumpang akan sulit turun-naik
dari peron lama yang rendah, sedangkan kereta yang beroperasi kini pada
umumnya dibuat setelah tahun 1965 yang berlantai dengan tangga yang tinggi.
Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada
ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur
yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta
api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antarkereta api sementara jalur
lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir.
Menurut data Dirjen Perkeretaapian, dalam periode lima tahun terakhir jumlah
stasiun tidak mengalami perkembangan berarti. Pada 2004 jumlah stasiun tercatat
sebanyak 571 unit, yang tersebar di daerah operasi Jawa 437 unit (76,5%) dan
divisi regional Sumatera 134 unit (23,5%). Sedangkan pada 2008, jumlah stasiun
berkurang 1 unit menjadi 570 unit yang terdiri dari 441 unit (77,4%) di Jawa dan
sisanya 129 unit (26,4%). Di Jawa terdapat penambahan stasiun dari 437 unit
menjadi 441 unit, sebaliknya di Sumatera terjadi penutupan stasiun dari 134 unit
menjadi 129 unit.
19
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dari hasil kajian yang telah dilakukan diketahui hal sebagai berikut:
20
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dari pemetaan yang telah dilakukan (Terdapat pada bagian lampiran laporan ini),
terdapat 2 bagian besar pemetaan yang telah dilakukan, yaitu:
1. Prasarana Kereta Api
2. Sarana Kereta Api
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
Gerbon
Bagian Pengoperasian
g
Gerbong Perawatan
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
Peralata
Bagian Pengoperasian
n
Peralatan
Khusus Perawatan
khusus
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
PRASARANA
Jalur
Bagian Pengoperasian
KA
Jalur KA Perawatan
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Jalan Bagian- Desain/Perencanaa
Rel Bagian n
22
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
23
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
1.Kesimpulan
Dari hasil Studi dan pemetaan terhadap kondisi NSPK Perkeretaapian yang telah
dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Dari hasil studi dan pengamatan yang telah dilakukan, tidak
berkembangnya perkeretaapian di Indonesia diakibatkan oleh berbagai hal,
seperti tampak kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan
transportasi massal, dengan lebih giatnya pemerintah membangun dan
meresmikan jalan-jalan baru dibandingkan jalur-jalur KA. Penggunaan
Bahan bakar bertarif industry untuk operasional KA, dan bahan bakar
bersubsidi untuk kendaraan pribadi, serta berbagai hal lainnya.
b. Dari hasil pemetaan NSPK Perkeretaapian yang telah dibuat, tampak bahwa
masih banyak system NSPK yang belum dilengkapi dan dibuat.
Hasil pemetaan NSPK yang telah dilakukan, yang di lampirkan pada bagian
Lampiran 2 laporan ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
24
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dari hasil pemetaan, dapat dilihat bahwa NSPK yang telah dibuat/telah ada,
hanya sekitar 22,2 % untuk sarana dan 29,4 % untuk prasarana, suatu angka
yang masih sangat kecil, bila dibandingkan dengan NSPK yang diperlukan.
c. Dengan memperkecil jumlah NSPK yang diperlukan, yaitu hanya
mengambil kebutuhan NSPK hanya sampai tingkat “ranting” bukan “daun”
maka dapat dihitung jumlah kebutuhan NSPK yang diperlukan sebagai
berikut:
25
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dari tabel diatas, dapat terlihat susunan kebutuhan NSPK dengan “bentuk
pohon”.
2. SARAN
a. Pemerintah sebaiknya membuat lebih banyak kebijakan-kebijakan yang
lebih memihak dan memperhatikan angkutan massal.
b. Akan jauh lebih baik bila pemerintah (baik regulator maupun operator KA)
melengkapi NSPK Perkeretaapian yang masih kurang, agar terdapat batasan
yang jelas dalam pengelolaan Kereta Api di Indonesia, sehingga
pelanggaran dapat diminimalkan seminimal mungkin dan keselamatan
Perkeretaapian Indonesia dapat ditingkatkan.
26
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian