Anda di halaman 1dari 26

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. LATAR BELAKANG

Dalam melaksanakan studi Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar,


Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang Perkeretaapian digunakan beberapa
dasar peraturan-peraturan yang dijadikan pedoman dalam penyusunan studi
ini, diantaranya:

1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, pasal


20,21, 22 dan pasal 27,28, 29
2) PP No. 56/2009 tentang Penyelenggaraan KA
3) PP No. 72/2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan KA
4) Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 Tentang Standardisasi
Nasional

Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki


peranan yang penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai
oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah serta
pengoperasian/ pengusahaan prasarana dan sarana kereta api dilakukan oleh
badan penyelenggara yang dibentuk khusus untuk itu. Pembinaan di bidang
lalu lintas dan angkutan kereta api yang meliputi aspek-aspek pengaturan,
pengendalian dan pengawasan lalu lintas dilaksanakan dengan
mengutamakan dan memperhatikan pelayanan kepentingan umum atau
masyarakat pengguna jasa kereta api, kelestarian lingkungan, tata ruang,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembinaan yang dilakukan
oleh pemerintah tersebut juga dimaksudkan untuk mewujudkan lalu lintas
angkutan kereta api yang selamat, aman, cepat, lancer, tertib, dan teratur
serta terpadu dengan moda transportasi lain. Dalam rangka memenuhi

1
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

kepentingan Pemerintah sebagai Pembina lalu lintas angkutan kereta api


serta memenuhi kepentingan masyarakat pengguna kereta api, maka
diwujudkan dalam berbagai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini
antara lain mengenai jaringan pelayanan kereta api, struktur dan golongan
tarif, tanggung jawab pengangkut dan tata cara pengangkutan penumpang
dan barang serta pelayanan untuk orang cacat dan sakit.
Saat ini moda kereta api masih merupakan moda transportasi yang menjadi
pilihan dan banyak diminati masyarakat karena mempunyai jadwal yang
teratur dan tarifnya yang dianggap terjangkau oleh masyarakat menengah
ke bawah. Dalam melakukan perjalanan kereta api tidak dapat berhenti di
sembarang tempat. Disamping itu perjalanan kereta api juga sudah diatur
jadwal pemberangkatan dan tibanya pada stasiun-stasiun tertentu. Dengan
demikian pengoperasian kereta api merupakan suatu system yang kompleks
yang melibatkan banyak pihak sehingga membutuhkan sustu system yang
baik.
Pada saat ini masih terjadi kecelakaan kereta api, yang disebabkan oleh
beberapa hal antara lain: tabrakan kereta pai dengan kereta api, tabrakan
kereta api dengan lalu lintas angkutan jalan diperlintasan sebidang, kereta
api anjlog, terjadinya banjir dan longsor yang mengakibatkan terganggunya
perjalanan kereta api dan sebagainya.
Penelitian ini dilakukan untuk membantu meningkatkan pelayanan
perkeretaapian yang sesuai standar pelayanan yang ditetapkan sehingga
diharapkan memberikan layanan optimal kepada pengguna jasa/masyarakat.

Undang-undang No. 23 tahun 2007 dengan jelas member kesempatan


kepada pihak manapun untuk menjadi operator/penyelenggara kereta api
baik dari segi prasarana, sarana dan pelayanan yang selama ini hanya
diberikan kepada PT KA. Konsekuensinya semua pihak yang berminat baik
pemerintah daerah/BUMD maupun swasta dalam perkeretaapian
2
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

diperbolehkan. Oleh karena itu perlu disiapkan perangkat kelengkapan


pedoman untuk penyelenggaraan dan pengoperasian bidang perkeretaapian.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud Kegiatan
Maksud adalah melakukan studi penyusunan kebutuhan NSPK Bidang
Perkeretaapian

b. Tujuan Kegiatan
Tujuan adalah tersusunnya kebutuhan dan prioritas NSPK bidang
perkeretaapian

C. METODOLOGI STUDI
Dalam melaksanakan studi ini, dilakukan beberapa tahap pelaksanaan dan
tahapan, seperti tampak pada gambar 1, 2, dan 3 di bawah ini.

3
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

Gambar 1. Alur PikirStudi

Gambar 2. Pola Pikir Studi

4
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

Selain masalah substansial yang harus terpenuhi, pelaksanaan studi juga harus
memenuhi kerangka waktu yang disediakan. Pada Gambar 3 disampaikan urutan
proses pelaksanaan studi ini. Secara umum studi ini terdiri dari 4 tahapan utama
(persiapan, pengumpulan data, analisis, dan penyempurnaan) dan setting waktu dan
bahasannya disesuaikan dengan kewajiban pengumpulan laporan (laporan
pendahuluan, antara, draft akhir, dan akhir). Jadual alokasi waktu dan sumber daya
studi ini secara lengkap disampaikan pada laporan pendahuluan. Setiap tahap studi
di-set untuk menyelesaikan kegiatan sebagai berikut:

(1) Tahap Persiapan, meliputi kegiatan:


a. Inisiasi studi berupa konsolidasi tim, studi literatur, dan pemantapan
metodologi,
b. Persiapan survai berupa survai primer dan sekunder
c. Persiapan analisis, terutama identifikasi kebutuhan NSPK perkeretaapian,
penentuan indicator perkeretaapian agar dapat diciptakan angkutan Kereta
Api yang handal.
(2) Tahap Pengumpulan Data, meliputi kegiatan:
a. Pelaksanaan survei wawancara di Ditjen KA dan PT KA dan industri KA
b. Pengumpulan data-data dan peraturan-peraturan perundangan
Perkeretaapian serta kajian yang ada saat ini, dan yang sedang dikerjakan,
serta yang akan disiapkan di PT KA, LITBANG KA dan Ditjen KA
(3) Tahap Analisis, meliputi kegiatan:
a. Pemetaan NSPK yang sudah ada saat ini, pemetaan kebutuhan NSPK
b. Penentuan kebutuhan NSPK
c. Menyusun Rancangan NSPK di bidang Perkeretaapian
(4) Tahap Penyempurnaan, meliputi kegiatan:
a. Menyusun Kesimpulan dan Rekomendasi
b. Penyempurnaan substansial dan editorials sesuai masukan dari pemberi
kerja,
5
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

c. Pembuatan ringkasan (executive summary) hasil studi,

INISIASI STUDI
- Konsolidasi tim
- Studi literature

PERSIAPAN SURVEY
- Persiapan form survey primer & daftar data sekunder
- Persiapan daftar studi perencanaan lainnya untuk update data
- Penentuan NSPK apa saja yang diamanatkan oleh UU dan PP yang berlaku
- Identifikasi NSPK yang telah ada dan juga yang belum ada.
- Identifikasi kebutuhan NSPK "ideal" untuk dapat memenuhi fungsi pembinaan
(pengaturan, pengendalian, dan pengawasan) oleh pemerintah serta fungsi
penyelenggaraan oleh badan usaha.

PENGUMPULAN DATA
- Survey sekunder: Pengumpulan peraturan perundangan,
standar-standar perkeretaapian yang ada baik dan masih
berlaku hingga saat ini, draft-draft peraturan perundangan,
draft standar-standar perkeretaapian, serta daftar peraturan
perundangan dan standar perkeretaapian yang akan disusun
& Studi Literatur
- Survey Primer : Mewawancarai Ditjen KA, PT KA, dan
BAPPENAS

KOMPILASI DATA
- Hasil Survey Primer
- Hasil Survey Sekunder

REVIEW
- Review NSPK saat ini
- Review NSPK yang dibutuhkan

6
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

ANALISIS
- Kajian ke-update-an NSPK
- Kajian kelengkapan
- Kajian konflik/benturan vertikal &
horizontal antar peraturan
- Lain-lain : KA Khusus
KA Cepat

FINALISASI STUDI

- Kesimpulan
- Rekomendasi
- Pemetaan NSPK Perkeretaapian Indonesia
- Ringkasan Eksekutif
- Penyempurnaan editorial

Gambar 3. Tahapan Pelaksanaan Studi

D. HIRARKI PERATURAN DAN NSPK PERKERETAAPIAN


INDONESIA

1. Definisi
Berikut akan dijelaskan mengenai definisi, ruang lingkup dan peran dari
masing-masing peraturan perundangan dan acuan teknis yang berlaku di
Indonesia.

a. PERATURAN PEMERINTAH (PP)


Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-undang

7
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

sebagaimana mestinya. Didalam UU No.10 Tahun 2004 tentang


teknik pembuatan undang-undang, bahwa Peraturan Pemerintah
sebagai aturan organik daripada Undang-Undang menurut hirarkinya
tidak boleh tumpang tindih atau bertolak belakang.
Bentuk perundang-undangan yg dibuat atau ditetapkan oleh presiden
untuk melaksanakan undang-undang (Sumber :
www.KamusBahasaIndonesia.org)

b. KEPUTUSAN MENTERI (K EPMEN )


Keputusan Menteri adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibuat oleh Menteri. Materi muatan Keputusan Menteri (Kepmen)
adalah materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah (PP)
sebagaimana mestinya.

C. RANCANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (RSNI)


i. Standar
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun
berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan
masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya (Sumber : PP No. 102 tahun
2000).
[n] ukuran tertentu yg dipakai sbg patokan: petugas dr
instansi itu menguraikan -- gedung sekolah yg baik; (2) n
ukuran atau tingkat biaya hidup: -- hidup di kota Medan lebih
tinggi dp -- hidup di kota Bandung; (3) n Dag sesuatu yg
8
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sbg ukuran


nilai (harga): negara-negara tertentu memakai -- emas; (4) a
baku: bahasa yg dipakai pd surat kabar tertentu dapat
dianggap telah – (Sumber :
www.KamusBahasaIndonesia.org)
ii. Standardisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan,
menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara
tertib dan berkerjasama dengan semua pihak. (Sumber : PP
No. 102 Tahun 2000).
Penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dsb) dng pedoman
(standar) yg ditetapkan (sumber :
www.KamusBahasaIndonesia.org)
iii. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan Berlaku
secara Nasional ((Sumber : PP No. 102 Tahun 2000).
 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) adalah
rancangan standar yang dirumuskan oleh panitia teknis
setelah tercapai konsensus dari semua pihak yang terkait
(Sumber : PP No. 102 Tahun 2000).
 Peran Standardisasi Nasional
Peran Standardisasi Nasional dalam masyarakat
1) Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, perilaku
usaha, tenga kerja, dan
2) Masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan
keamanan, kesehatan maupun pelestarian
3) Fungsi lingkungan hidup;
9
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

4) Membantu kelancaran perdagangan;


5) Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam
perdagangan.

D. NORMA STANDAR PEDOMAN KRITERIA (NSPK )


i. Norma
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai
panduan dan pengendali dalam melaksanakan kegiatan
(Sumber : PP No. 25 tahun 2000).
Di dalam tripologi norma, kita mengenal adanya tiga macam
norma, yaitu :
1) Norma Tingkah Laku (yang lingkupnya terbatas), yang
terdiri atas :
a. perintah;
b. larangan;
c. kebolehan; dan
d. pembebasan;
2) Norma Kewenangan/Kompetensi; dan
3) Norma yang Mengubah Norma.
[n] (1) aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dl
masyarakat, dipakai sbg panduan, tatanan, dan pengendali
tingkah laku yg sesuai dan berterima: setiap warga
masyarakat harus menaati -- yg berlaku; (2) aturan, ukuran,
atau kaidah yg dipakai sbg tolok ukur untuk menilai atau
memperbandingkan sesuatu (sumber :
www.KamusBahasaIndonesia.org)
ii. Standar

10
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam


penyelenggaraan pemerintah (Sumber : PP No. 25 tahun
2000).
[n] ukuran tertentu yg dipakai sbg patokan: petugas dr
instansi itu menguraikan -- gedung sekolah yg baik; (2) n
ukuran atau tingkat biaya hidup: -- hidup di kota Medan lebih
tinggi dp -- hidup di kota Bandung; (3) n Dag sesuatu yg
dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sbg ukuran
nilai (harga): negara-negara tertentu memakai -- emas; (4) a
baku: bahasa yg dipakai pd surat kabar tertentu dapat
dianggap telah (sumber : www.KamusBahasaIndonesia.org)
iii. Pedoman
Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus
dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan
karakteristik dan kemampuan daerah setempat (Sumber : PP
No. 25 tahun 2000)
[n] (1) alat untuk menunjukkan arah atau mata angin
(biasanya spt jam yg berjarum besi berani); kompas: sebelum
ada -- , orang menggunakan bintang untuk menentukan arah
perjalanan perahu; (2) kumpulan ketentuan dasar yg memberi
arah bagaimana sesuatu harus dilakukan; (3) hal (pokok) yg
menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dsb) untuk menentukan
atau melaksanakan sesuatu: di samping syarat-syarat yg lain,
para penyunting perlu menguasai -- ejaan; (4) pemimpin (yg
menerangkan cara menjalankan atau mengurus
perkumpulan): surat edaran dr – besar (sumber :
www.KamusBahasaIndonesia.org)

11
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

iv. Kriteria
Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah (www.pu.go.id)
[n] ukuran yg menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu
(sumber : www.KamusBahasaIndonesia.org)

2. Hirarki Peraturan Perundanganan yang berlaku di Indonesia


Seiring berjalannya waktu, perbaikan dalam tatanan perundangan di
Indonesia terus dilakukan. Hingga tahun 70an, hirarki peraturan
perundangan di Indonesia terdiri dari 13 level dengan Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai peraturan tertinggi dan Kep. KDH Tingkat II sebagai
peraturan terendah. Banyaknya level yang dibentuk mengakibatkan tidak
efektifnya sistem perundangan yang berlaku. Permasalahan birokrasi
menjadi tokoh sentral pada masa tersebut. Kemudian, pada tahun 2000
melalui TAP MPR III/2000 ditetapkan sistem perundangan yang baru yang
terdiri dengan 7 level dengan UUD 1945 tetap sebagai peraturan tertinggi
dan PERDA sebagai peraturan terendah. Perubahan kembali dilakukan
pada Tahun 2004 dengan memperkecil level menjadi 5 level. Perubahan
terjadi dengan menjadikan memfleksibelkan TAP MPR dan menjadikan
UU beserta PERPU kedalam satu level (lihat Gambar 4).
Berkaitan dengan studi yang dilakukan, yang perlu ditekankan adalah
kedudukan dari PerMen dimana PerMen tersebut berada pada level di
bawah PP. Perlu digarisbawahi juga bahwa dalam hirarki peraturan
perundangan yang berlaku saat ini tidak disebutkan mengenai keberadaan
Keputusan Dirjen.. Namun sebagai pengantar, Keputusan Dirjen merupakan
peraturan yang terlepas dari hirarki yang berlaku sehingga bersifat tidak
mengikat secara hukum melainkan bersifat acuan dalam bertindak sehingga
dalam praktiknya harus disesuaikan dengan kondisi dimana Keputusan

12
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

Dirjen tersebut diberlakukan.

TAP MPRS XX/1966


Jo. TAP MPR V/1973 TAP MPR III/2000 UU. 10Tahun2004
Jo. TAP MPR No. (Pasal 2) +(Pasal 3) (Pasal7)
IX/MPR/1978

1. UUD 1945 1. UUD 1945 1. UUD 1945


2. TAP MPR 2. TAP MPR 2. UU/ PERPU
3. UU/ PERPU 3. UU 3. PP
4. PP 4. PERPU 4. PerPres/ PerMen
5. KEPPRES 5. PP 5. PERDA
6. KEPMEN 6. KEPPRES / PerMen
7. Kep. KepalaLembaga 7. PERDA
Pemerintahandan
Departemen
8. Kep. Dirjen Departemen
9. Kep. KepalaBadan Negara 1. UUD 1945
Non Pemerintah yang 2. TAP MPR
dibentuk denganUU 3. UU
10. PerdaTk. I 4. PERPU
11. Kep. KDH Tk. I 5. PP
12. PerdaTk. II 6. KEPPRES / PerMen
13. Kep. KDH Tk. II 7. PERDA

Gambar 4 Perubahan hirarki peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia

Berdasarkan Gambar 5 dan juga pembahasan diatas, maka dapat


ditetapkan bahwa studi yang dilakukan berada pada level PerMen dan
merupakan penjabaran lebih lanjut dari hal-hal yang disebutkan dalam PP.
Mengenai sejauh mana lingkup bahasan yang harus dilakukan akan dibahas
selanjutnya.

a. Undang-Undang (UU)
Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden.
Materi muatan Undang-Undang adalah :
 Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 yang meliputi: hak-hak asasi
manusia, hak dan kewajiban warga negara, pelaksanaan dan penegakan
13
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara, wilayah dan


pembagian daerah, kewarganegaraan dan kependudukan, serta keuangan
negara.
 Diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-
Undang.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) adalah Peraturan


Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal
kegentingan yang memaksa. Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang adalah sama dengan materi muatan Undang-Undang.

b. Peraturan Pemerintah (PP)


Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang (UU) sebagaimana
mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi
untuk menjalankan Undang-Undang (UU) sebagaimana mestinya.

c. Keputusan Menteri (KepMen)


Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat
oleh Menteri. Materi muatan Keputusan Menteri (Kepmen) adalah materi
untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah (PP) sebagaimana mestinya.
Secara umum, KepMen memiliki karakteristik:
1) Merupakan rincian dari PP
2) Bersifat instruktif dan mengatur
3) Mengikat secara hukum (harus dipatuhi)
4) Item yang dimasukkan tergantung pada aspek yang diatur, bias berupa salah
satu atau kombinasi dari hal-hal berikut :
a. Administratif
b. Mekanisme
14
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

c. Organisasi
d. Teknis
Dalam praktisnya, peraturan perundangan sangat dipengaruhi oleh lingkup
berlakunya peraturan perundangan tersebut sehingga seringkali dibutuhkan
media peraturan yang berada diluar hirarki peraturan perundangan namun
juga diakui. Peraturan perundangan seperti ini tidak bersifat mengikat namun
lebih kepada acuan bertindak sehingga dapat sangat fleksibel digunakan
untuk kondisi-kondisi yang variatif. Peraturan-peraturan seperti ini umumnya
dikeluarkan dalam Keputusan Dirjen dan dapat berbentuk Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) Pedoman Teknis, Standar Teknis, Manual, ataupun
Standard Code.
Gambar 5 menjelaskan mengenai kedudukan dari Keputusan Dirjen dengan
kaitannya dalam hirarki peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.
KepDirjen hanya memiliki kekuatan hukum ketika ditentukan secara hukum
bahwa KepDirjen yang bersangkutan wajib digunakan sebagai acuan. Dengan
kata lain, sangat kondisional. Namun, disamping hal tersebut, KepDirjen
tetap memberikan jaminan efektifitas dan efisiensi atas segala sesuatu yang
dikandungnya jika digunakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan kondisi
yang disebutkan didalamnya. Oleh karena itu, secara umum karakteristik dari
KepDirjen adalah sebagai berikut:
1) Merupakan ketentuan yang dapat dijadikan sebagai acuan bertindak
2) Tidak mengikat secara hukum
3) Dapat berbentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pedoman Teknis, Standard
Teknis, Manual ataupun Standard Code.
4) Bersifat sangat rinci menjelaskan metoda/tahapan analisis, tahapan prosedur
ataupun mekanisme administratif
5) Item yang dimasukan tergantung pada aspek yang dibahas, bisa hanya aspek
teknis, adminstratif, mekanisme ataupun campuran dari itu semua

15
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

UU 23/2007

PP 56/2009
Penyelenggaraan
Sistem Perkeretaapian

Peraturan &
Perundangan2an

PerMen PerMen PerMen

KepDirjen KepDirjen KepDirjen


KepDirjen KepDirjen KepDirjen

Standard Teknis,
Prosedur
KepDirjen KepDirjen KepDirjen Metodologi

Gambar 5 Kedudukan KepDirjen dalam hirarki peraturan perundangan yang


berlaku di Indonesia

Garis merah pada Gambar 5 menandakan bahwa KepDirjen pada dasarnya


merupakan peraturan pendukung yang tidak termasuk ke dalam hirarki
peraturan perundangan yang berlaku sehingga tidak kekuatan hukum yang
kuat.
Dalam bidang perkeretaapian, UU yang mengatur segala sesuatu mengenai
perkeretaapian adalah UU No 23 Tahun 2007 yang kemudian dijabarkan kembali
sedikitnya kedalam 3 buah PP, yaitu PP No 56 Tahun 2009, PP No 72 Tahun 2009,
dan satu lagi PP yang baru akan diresmikan. Setiap PP tersebut kemudian
dijabarkan kembali oleh beberapa PerMen seperti terlihat pada Gambar 6

16
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

UU 23/2007

PP 56/2009 PP 72/2009 PP xx/20xx


Penyelenggaraan Lalu-lintas & Pemeriksaan & Penelitian
Sistem Perkeretaapian Angkutan KA Penyebab Kecelakaan

PerMen PerMen PerMen


PerMen PerMen PerMen
PerMen PerMen PerMen
PerMen PerMen PerMen
PerMen PerMen PerMen
PerMen PerMen PerMen
PerMen PerMen PerMen
PerMen PerMen PerMen
PerMen PerMen PerMen

Gambar 6 Struktur peraturan perundangan perkeretaapian di Indonesia

Mengenai penyelenggaraan perkeretaapian, penyusunan PerMen mengacu


kepada PP No 56 Tahun 2009 dan berdasarkan pasal 114 dan 321, yaitu
mengenai persyaratan teknis prasarana perkeretaapian dan juga persyaratan
teknis pembangunan prasarana perkeretaapian. Baris yang berwarna merah
menyatakan pasal pada PP No 56 Tahun 2009 yang dijadikan acuan dalam
hal persyaratan teknis prasarana perkeretaapian dan baris yang berwarna biru
merupakan pasal acuan dalam hal persyaratan teknis pembangunan prasarana
sedangkan baris yang berwarna oranye merupakan PerMen yang sedang
dalam proses penyusunan.
E. PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR KERETA API

a. Panjang rel
Sarana jalan rel merupakan infrastruktur vital bagi transportasi kereta api (KA),
yang mendukung kelancaran operasional KA. Investasi untuk pembangunan rel
sebenarmya tidak sebesar pembangunan jalan raya, karena pembangunan rel hanya

17
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

membutuhkan lahan yang sedikit dan tidak merusak ekosistim lingkungan di


daerah.
Dalam periode 2004-2008 total penjang rel KA di Indonesia mengalami
pertumbuhan rata-rata 1,6% yaitu menjadi 4,813,000 km dibandingkan 4.517.197
km pada 2004. Semakin meningkatkannya panjang rel selama periode waktu 5
tahun ini karena banyaknya peremajaan dan pembangunan rel.
Untuk meningkatkan sarana jalan rel KA, pemerintah giat melakukan rehabilitasi
dan membuka sejumlah rel yang tidak dioperasikan lagi, untuk mendorong
kegiatan perekonomian di daerah tersebut. Selain itu pemerintah juga menata
perlintasan KA yang banyak dipenuhi pemukiman kumuh agar perlintasan rel
menjadi aman.
Bahkan, menurut Dirjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan anggaran
program revitalisasi berupa perbaikan dan pergantian bantalan rel kereta api (KA)
dari kayu ke beton pada 2008 mencapai Rp19 triliun. Pada 2009 Departemen
Perhubungan menyediakan anggaran perbaikan sarana jalur kereta api, mulai dari
Tanjung Priok sampai Stasiun Kota, di Jakarta sebesar Rp 20 miliar. Ini merupakan
program penataan perlintasan KA yang dipenuhi permukiman kumuh agar menjadi
aman.
Sepanjang 2009 sejumlah jalur rel yang baru bertambah diantaranya jalur ganda
Patuguran-Purwokerto (Jawa Tengah) sepanjang 34,9 km, serta jalur Petarukan –
Larangan (Jawa Tengah) sepanjang 30,5 km.

b. Perkembangan stasiun
Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi
persimpangan antarkereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan
cadangan dan langsir.
Di dalam stasiun dilengkapi dengan peron yaitu tempat naik-turun para penumpang
di stasiun, jadi peron adalah lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun dan
jalur rel melintas di stasiun. Sekarang ada dua macam konstruksi lantai peron, yaitu
18
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

yang dibuat sebelum Perang Dunia II umumnya dengan lantai rendah; sedangkan
bentuk kedua adalah yang dibangun setelah Proklamasi umumnya dengan lantai
modifikasi yang ditinggikan.
Pada saat ini pada stasiun besar umumnya ada dua macam lantai peron, yang asli
berlantai rendah dan yang telah disesuaikan dengan lantai tinggi. Di stasiun Tanah
Abang, seperti halnya kebanykan stasiun kereta di Jepang, para penumpang tidak
dapat menyeberang jalur begitu saja, harus melalui jembatan penyeberangan
(dalam hal stasiun Tanah Abang stasiun berada di atas jalur rel).
Kereta produksi sebelum 1920 umumnya mempunyai tanngga untuk turun ke
bawah. Sedangkan kereta buatan sebelum tahun 1941 mempunyai tangga di dalam.
Karena pada umumnya stasiun didirikan sebelum Perang Dunia II, maka lantai
peron sama dengan lantai stasiun. Akibatnya para penumpang akan sulit turun-naik
dari peron lama yang rendah, sedangkan kereta yang beroperasi kini pada
umumnya dibuat setelah tahun 1965 yang berlantai dengan tangga yang tinggi.
Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada
ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur
yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta
api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antarkereta api sementara jalur
lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir.
Menurut data Dirjen Perkeretaapian, dalam periode lima tahun terakhir jumlah
stasiun tidak mengalami perkembangan berarti. Pada 2004 jumlah stasiun tercatat
sebanyak 571 unit, yang tersebar di daerah operasi Jawa 437 unit (76,5%) dan
divisi regional Sumatera 134 unit (23,5%). Sedangkan pada 2008, jumlah stasiun
berkurang 1 unit menjadi 570 unit yang terdiri dari 441 unit (77,4%) di Jawa dan
sisanya 129 unit (26,4%). Di Jawa terdapat penambahan stasiun dari 437 unit
menjadi 441 unit, sebaliknya di Sumatera terjadi penutupan stasiun dari 134 unit
menjadi 129 unit.

19
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

c. Perkembangan jumlah kereta api


- Pertumbuhan jumlah lokomotif
Dalam periode lima tahun terakhir 2004-2008 pertumbuhan rata-rata jumlah
lokomotif yang dioperasikan sangat minim yaitu - 0,9% per tahun. Pada 2004
jumlah lokomotif masih 354 unit, namun dalam tahun-tahun berikutnya terus
mengalami penurunan sehingga berkurang menjadi hanya 341 unit pada 2008.
Kondisi lokomotif yang dioperasikan saat ini bervariatif, dengan tingkat laik
operasi berkisar dari 30%-95%. Dari sejumlah 341 unit lokomotif yang ada pada
2008, hampir seluruhnya sudah tua yaitu sekitar 82% berumur antara 16 tahun-30
tahun. Sementara sisanya bahkan sudah mencapai umur di atas 30 tahun.
Penurunan jumlah lokomotif disebabkan karena sebagian besar sudah tua. Selain
itu juga kurang ketersediaan suku cadang dari luar negeri karena tidak diproduksi
lagi. Disamping itu PT. KAI sebagai operator kereta api belum mempunyai dana
yang cukup untuk membeli kereta api baru. Menurunnya kondisi sarana seperti
lokomotif dan kereta api merupakan problem berat yang dihadapi oleh PT KAI,
sebab berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Sampai dengan 2008 jumlah lokomotif yang siap dioperasikan sebanyak 341 unit
terdiri dari 303 unit (88,8%) merupakan jenis Lok besar. Pengoperasioan Lok
besar ini terbanyak di Jawa yaitu 172 unit, di Sumatera Selatan 90 unit, di
Sumatera Utara 30 unit dan Sumatera Barat 11 unit.
Jenis Lok sedang berjumlah 19 unit atau sekitar 5,6% dari total lokomotif. Hampir
seluruhnya dioperasikan di wilayah Jawa yaitu 18 unit. Sedangkan sisanya 1 unit
dioperasikan di Sumatera Barat.

F. HASIL PEMETAAN NSPK PERKERETAAPIAN DALAM BENTUK


MATRIKS POHON

Dari hasil kajian yang telah dilakukan diketahui hal sebagai berikut:

20
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

Dari pemetaan yang telah dilakukan (Terdapat pada bagian lampiran laporan ini),
terdapat 2 bagian besar pemetaan yang telah dilakukan, yaitu:
1. Prasarana Kereta Api
2. Sarana Kereta Api

Masing-masing pemetaan tersebut memuat hasil pemetaan tentang:


- Desain/Perencanaan
- Pengujian
- Operasi
- Perawatan
- Pemeriksaan
- Kepengusahaan

Prasarana Kereta Api sendiri memiliki bagian-bagian kelengkapan yang sangat


kompleks, mulai dari stasiun, terowongan, peralatan fasilitas pengoperasian
(Sinyal, Telekomunikasi, dan Listrik) serta berbagai bagian hal lainnya.
Sarana Kereta Api juga memiliki bagian-bagian yang sangat banyak dan kompleks,
seperti Lokomotif, gerbong, kereta dan bagian lainnya.
Dalam memberikan pelayanan yang baik dan menjamin keselamtan para
penumpang, maka pemerintah baik melalui operator, regulator dan badan mentri
perhubungan membuat berbagai NSPK yang berbentuk peraturan-peraturan dan
standar terkait perkeretaapian Indonesia. Secara bertahap NSPK tersebut disusun
dan diresmikan satu persatu.
Dari sejumlah peraturan perkeretaapian yang pernah ada, konsultan mencoba
mengumpulkan dan meringkasnya yang ditampilkan pada lampiran laporan ini.
Serta dari NSPK Perkeretaapian yang ada, maka konsultan mencoba menyusun
pemetaan terhadap NSPK tersebut yang terdapat pada bagian lampiran laporan ini.
Dimana secara garis besar, matriks pohon tersebut dapat digambarkan seperti pada
tabel berikut:
21
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

Tabel 1 Gambaran Matriks Pohon NSPK Perkeretaapian


KETERANGAN Norma Standar Pedoman Kriteria
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
LOKO Bagian Pengoperasian
MOTIF Lokomot
Perawatan
if
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
Kereta Bagian Pengoperasian
Kereta Perawatan
Pemeriksaan
SARANA

Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
Gerbon
Bagian Pengoperasian
g
Gerbong Perawatan
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
Peralata
Bagian Pengoperasian
n
Peralatan
Khusus Perawatan
khusus
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
PRASARANA

Jalur
Bagian Pengoperasian
KA
Jalur KA Perawatan
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Jalan Bagian- Desain/Perencanaa
Rel Bagian n
22
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

KETERANGAN Norma Standar Pedoman Kriteria


Jalan Rel Pengujian
Pengoperasian
Perawatan
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
Jembat
Bagian Pengoperasian
an
Jembatan Perawatan
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
Terowo Bagian Pengoperasian
ngan Terowon
Perawatan
gan
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Desain/Perencanaa
n
Bagian- Pengujian
Stasiun Bagian Pengoperasian
Stasiun Perawatan
Pemeriksaan
Kepengusahaan
Bagian- Desain/Perencanaa
Bagian n
Fasilitas Pengujian
Fasilita
Pengoper
s Pengoperasian
asian
Pengop
(Sinyal, Perawatan
erasian
Telekom
unikasi, Pemeriksaan
Listrik) Kepengusahaan

23
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

G. KESIMPULAN DAN SARAN

1.Kesimpulan

Dari hasil Studi dan pemetaan terhadap kondisi NSPK Perkeretaapian yang telah
dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Dari hasil studi dan pengamatan yang telah dilakukan, tidak
berkembangnya perkeretaapian di Indonesia diakibatkan oleh berbagai hal,
seperti tampak kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan
transportasi massal, dengan lebih giatnya pemerintah membangun dan
meresmikan jalan-jalan baru dibandingkan jalur-jalur KA. Penggunaan
Bahan bakar bertarif industry untuk operasional KA, dan bahan bakar
bersubsidi untuk kendaraan pribadi, serta berbagai hal lainnya.
b. Dari hasil pemetaan NSPK Perkeretaapian yang telah dibuat, tampak bahwa
masih banyak system NSPK yang belum dilengkapi dan dibuat.
Hasil pemetaan NSPK yang telah dilakukan, yang di lampirkan pada bagian
Lampiran 2 laporan ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2 Persentase Jumlah NSPK Prasarana yang telah berhasil dipetakan.


PRASARANA
keterangan Total
Desain Operasi Perawatan Pemeriksaan Pengujian
Keseluruhan
Jumlah Komponen
NSPK 918 204 1971 1383 2167 6643
Jumlah Komponen
NSPKyang telah ada 401 128 296 367 760 1952
Jumlah Komponen
NSPkyang belum ada 517 76 1675 1016 1407 4691
Persentase NSPK yang
telah ada 43,68 62,75 15,02 26,54 35,07 29,38
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

24
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

Tabel 3 Persentase Jumlah NSPK Sarana yang telah berhasil dipetakan.


SARANA
keterangan Total
Desain Operasi Perawatan Pemeriksaan Pengujian
Keseluruhan
Jumlah Komponen
NSPK 693 3000 3002 3002 3002 12699
Jumlah Komponen
NSPKyang telah ada 340 300 299 302 1577 2818
Jumlah Komponen
NSPkyang belum ada 353 2700 2703 2700 1425 9881
Persentase NSPK yang
telah ada 49,06 10,00 9,96 10,06 52,53 22,19
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

Dari hasil pemetaan, dapat dilihat bahwa NSPK yang telah dibuat/telah ada,
hanya sekitar 22,2 % untuk sarana dan 29,4 % untuk prasarana, suatu angka
yang masih sangat kecil, bila dibandingkan dengan NSPK yang diperlukan.
c. Dengan memperkecil jumlah NSPK yang diperlukan, yaitu hanya
mengambil kebutuhan NSPK hanya sampai tingkat “ranting” bukan “daun”
maka dapat dihitung jumlah kebutuhan NSPK yang diperlukan sebagai
berikut:

Tabel 4 Penggambaran Jumlah NSPK Prasarana yang telah Dipetakan


dalam Matriks Pohon
PRASARANA
keterangan Total
Desain Operasi Perawatan Pemeriksaan Pengujian
Keseluruhan
Daun 918 204 1.971 1.383 2.167 6.643
Sub-Ranting II 183 183 183 183 183 915
Sub-Ranting I 108 108 108 108 108 540
Ranting 26 26 26 26 26 130
Ranting Utama 6 6 6 6 6 30
Batang Utama 1 1 1 1 1 5
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

25
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian
RINGKASAN EKSEKUTIF

Tabel 5 Penggambaran Jumlah NSPK Prasarana yang telah Dipetakan


dalam Matriks Pohon
SARANA
keterangan Total
Desain Operasi Perawatan Pemeriksaan Pengujian
Keseluruhan
Daun 693 3.000 3.002 3.002 3.002 12.699
Sub-Ranting II 300 300 300 300 300 1.500
Sub-Ranting I 51 51 51 51 51 255
Ranting 24 24 24 24 24 120
Ranting Utama 4 4 4 4 4 20
Batang Utama 1 1 1 1 1 5
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

Dari tabel diatas, dapat terlihat susunan kebutuhan NSPK dengan “bentuk
pohon”.

2. SARAN
a. Pemerintah sebaiknya membuat lebih banyak kebijakan-kebijakan yang
lebih memihak dan memperhatikan angkutan massal.
b. Akan jauh lebih baik bila pemerintah (baik regulator maupun operator KA)
melengkapi NSPK Perkeretaapian yang masih kurang, agar terdapat batasan
yang jelas dalam pengelolaan Kereta Api di Indonesia, sehingga
pelanggaran dapat diminimalkan seminimal mungkin dan keselamatan
Perkeretaapian Indonesia dapat ditingkatkan.

26
Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang
Perkeretaapian

Anda mungkin juga menyukai