Anda di halaman 1dari 21

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

KERANGKA ACUAN STUDI PENDAHULUAN KPBU


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN
TRANSPORTASI BERBASIS REL
Toolkit Penyusunan Studi Pendahuluan Infrastruktur Transportasi Perkotaan ini diinisiasi oleh Direktorat
Kerjasama Pemerintah Swasta dan Rancang Bangun BAPPENAS pada tahun 2019. Penyusunan Toolkit ini
dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan pedoman bagi para pemangku kepentingan terkait dengan suatu
Proyek KPBU agar dapat memudahkan bagi para pemangku kepentingan terkait tersebut dalam menyusun
Studi Pendahuluan yang benar, sejalan dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

DASAR HUKUM
Dasar hukum penyusunan Studi Pendahuluan adalah:

1. Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur.

Pada Pasal 22 ayat (1) dinyatakan bahwa pengadaan Infrastruktur yang akan dikerjasamakan dengan
Badan Usaha harus disertai dengan studi pendahuluan.

Pada Pasal 24 dinyatakan bahwa berdasarkan hasil Studi Pendahuluan dan konsultasi publik, maka
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menetapkan daftar usulan rencana KPBU.
2. Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 02 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
PPN/Kepala Bappenas Nomor 04 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Pada Pasal 1 point 20 disampaikan bahwa Studi Pendahuluan adalah kajian awal yang dilakukan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha
Milik Daerah untuk memberikan gambaran mengenai perlunya penyediaan suatu infrastruktur
tertentu serta manfaatnya, apabila dikerjasamakan dengan Badan Usaha Pelaksana melalui KPBU.

Pada Pasal 6 diuraikan bahwa Studi Pendahuluan harus telah menetapkan Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah yang bertindak sebagai PJPK.

Pada Pasal 14 ayat (6), dinyatakan bahwa berdasarkan hasil Studi Pendahuluan dan Konsultasi
Publik, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah akan memutuskan lanjut atau tidak lanjut suatu
rencana Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme KPBU.

Dalam Lampiran Bab II Point D, Kementerian/Lembaga/Daerah/BUMN/BUMD menganggarkan


dana untuk kegiatan perencanaan dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya penganggaran
untuk kegiatan antara lain penyusunan Studi Pendahuluan dan pelaksanaan Konsultasi Publik.

Sementara pada Lampiran Bab II Poin H nomor 2, diuraikan bahwa Studi Pendahuluan merupakan
dokumen yang harus dimiliki sebelum suatu rencana proyek diusulkan sebagai suatu proyek KPBU.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 1


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

Posisi Studi Pendahuluan dalam Tahap Perencanaan KPBU

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan penyiapan Toolkit Penyusunan Studi Pendahuluan Infrastruktur Transportasi Perkotaan
ini adalah:

1. Memudahkan para pemangku kepentingan dalam memahami dan menyiapkan Studi Pendahuluan
untuk suatu Proyek KPBU Infrastruktur transportasi berbasis rel sesuai dengan Permen
PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah melalui Permen
PPN/Kepala Bappenas Nomor 2 Tahun 2020.

2. Memperjelas penyusun Studi Pendahuluan dalam menentukan tingkat kedalaman kajian yang
diperlukan dalam penyusunan Studi Pendahuluan.

PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari Toolkit Penyusunan Studi Pendahuluan Proyek KPBU Infrastruktur transportasi
berbasis rel ini adalah:

1) Kementerian/lembaga/pemerintah daerah
2) Badan Usaha Pemrakarsa
3) Calon Badan Usaha Pelaksana/Calon Investor
4) Calon Badan Usaha Penyiapan
5) Pemangku kepentingan lainnya

RUANG LINGKUP DAN BATASAN


Ruang lingkup dan batasan dari Toolkit Penyusunan Studi Pendahuluan Proyek KPBU Infrastruktur
Transportasi Perkotaan ini adalah sebagai berikut:

1. Toolkit ini akan fokus pada infrastruktur Pengelolaan transportasi berbasis rel;

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 2


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

2. Format dan isi Studi Pendahuluan akan mengacu pada Permen PPN No. 4 tahun 2015 Permen
PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah melalui Permen
PPN/Kepala Bappenas Npmor 2 Tahun 2020;

3. Toolkit hanya akan memberikan arahan dan panduan terkait hal-hal yang harus dikaji dalam Studi
Pendahuluan serta kedalaman kajian yang perlu dilakukan.

TUJUAN STUDI PENDAHULUAN


Studi Pendahuluan merupakan dokumen yang harus disiapkan di tahap perencanaan suatu proyek KPBU.
Tujuan dari penyusunan Studi Pendahuluan ini adalah:

1. Mengidentifikasi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)


2. Memberikan gambaran mengenai perlunya penyediaan suatu Infrastruktur tertentu serta
manfaatnya, apabila dikerjasamakan dengan Badan Usaha Pelaksana melalui KPBU.

3. Mengidentifikasi kesesuaian penyediaan infrastruktur yang akan dikerjasamakan melalui skema


KPBU dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Memberikan rekomendasi pada PJPK untuk memutuskan lanjut atau tidak lanjut rencana
Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme KPBU.

KAJIAN DALAM STUDI PENDAHULUAN


Kajian yang perlu dilakukan dalam penyusunan Studi Pendahuluan meliputi:

1. analisis kebutuhan (need analysis);

2. kriteria kepatuhan (compliance criteria);

3. kriteria faktor penentu Nilai Manfaat Uang (Value for Money) partisipasi badan usaha;

4. analisa potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek; dan

5. rekomendasi dan rencana tindak lanjut.

Kajian-kajian yang dilakukan tersebut adalah untuk menjawab:

1. rencana bentuk KPBU;

2. rencana skema pembiayaan KPBU dan sumber dananya; dan

3. rencana penawaran KPBU yang mencakup jadwal, proses, dan cara penilaian.

Secara lebih detail, isi masing-masing kajian akan diulas di dalam Toolkit.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 3


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

Dalam penyusunan laporan Studi Pendahuluan, sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB 1 : PENDAHULUAN

BAB 2 : KAJIAN KEBUTUHAN

BAB 3 : KAJIAN KEPATUHAN

BAB 4 : KAJIAN NILAI MANFAAT UANG

BAB 5 : KAJIAN POTENSI PENDAPATAN DAN SKEMA PEMBIAYAAN

BAB 6 : REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 4


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

RINGKASAN EKSEKUTIF
Dokumen Studi Pendahuluan perlu diawali dengan Ringkasan Eksekutif yang merupakan ringkasan dan
kesimpulan dari Studi Pendahuluan yang disusun sehingga pembaca dapat mengetahui deskripsi proyek
kerjasama yang akan dilakukan. Ringkasan Eksekutif disampaikan dalam bentuk tabel seperti contoh
dibawah ini:

No. DESKRIPSI KETERANGAN

1 Nama Proyek (nama proyek kerjasama)

2 Penanggungjawab Proyek Kerjasama (Institusi yang menjadi atau diusulkan menjadi PJPK)

3 Lokasi Proyek (nama desa/kelurahan, kecamatan, Kabupaten/Kota,


Provinsi)

4 Data Perencanaan
a. Jenis Infrastruktur Infrastruktur Transportasi
b. Jenis Sektor/Sub-Infrastruktur Sarana dan/atau prasarana perkeretaapian;
c. Deskripsi Proyek (Cakupan/lingkup kerjasama, panjang lintasan, lingkup
pelayanan, jenis teknologi diusulkan, jumlah
pemberhentian, dll)
d. Kesiapan lahan (menjelaskan status kesiapan lahan yang dibutuhkan untuk
pembangunan infrastruktur transportasi berbasis rel)
e. Kapasitas Fiskal PJPK (menjelaskan kondisi kapasitas fiskal PJPK dalam pembiayaan
proyek KPBU yang akan dikerjasamakan)

5 Bentuk KPBU (rencana bentuk kerjasama yang direkomendasikan, bisa


dalam bentuk alternatif)

6 Latar Belakang Proyek (uraian secara ringkas mengapa proyek ini perlu
dilakukan)

8 Dst

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 5


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sub-Bab Latar Belakang ini merupakan bagian pertama dari Studi Pendahuluan yang ditujukan untuk
memberikan gambaran umum mengenai kondisi-kondisi yang menyebabkan perlunya ada kegiatan proyek
pembangunan dan Pengelolaan transportasi berbasis rel yang dikembangkan dengan skema KPBU.

Panduan pembahasan bagian Latar Belakang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kondisi pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis rel secara umum di Indonesia;

2. Kondisi pembiayaan pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis rel secara umum dan
kondisi kemampuan penganggaran oleh Pemerintah;

3. Kondisi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi perkotaan / transportasi berbasis rel
secara umum;

4. Kondisi pembiayaan pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis rel dan kondisi
kemampuan penganggaran oleh Pemerintah;

5. Potensi dan kendala pengembangan dan pembiayaan pengembangan, pembangunan dan pengelolaan
transportasi berbasis rel di wilayah perencanaan;

6. Uraian kebutuhan pembiayaan inovatif dan alternatif untuk pengembangan pembangunan dan
pengelolaan transportasi berbasis rel. Salah satu bentuk pembiayaan inovatif ini adalah pembiayaan
melalui skema KPBU dikarenakan adanya keterbatasan pembiayaan oleh Pemerintah. Jenis
pembiayaan alternatif lainnya adalah seperti pasar modal, hibah dan Dana Alokasi Khusus (DAK),
pinjaman bank, multilateral bank, dan sebagainya.

7. Kesimpulan perlunya pengembangan transportasi berbasis rel berdasarkan kondisi tersebut diatas
dengan memanfaatkan berbagai potensi skema pembiayaan yang tersedia .

Panduan pembahasan diatas dapat dimodifikasi namun benang merah yang perlu diuraikan adalah perlunya
skema KPBU dalam pembiayaan proyek transportasi berbasis rel yang direncanakan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1. Maksud

Mendefinisikan maksud penyusunan Studi Pendahuluan proyek KPBU ini. Contoh dari maksud
tersebut antara lain sebagai berikut:
• Mengkaji adanya kebutuhan, bisa/tidaknya kebutuhan infrastruktur transportasi berbasis rel
tersebut dikerjasamakan, serta kewenangan pertanggungjawabannya ada dimana.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 6


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

• Mengembangkan struktur pembiayaan pengembangan ataupun pengelolaan transportasi


berbasis rel melalui melalui KPBU.

• Mengkaji kelayakan proyek KPBU dan mendorong minat swasta untuk berinvestasi dalam
pembiayaan pengembangan transportasi perkotaan atau transportasi berbasis rel.

• Menyampaikan hasil kajian Studi Pendahuluan apakah proyek transportasi perkotaan ini akan
dilanjutkan atau tidak dilanjutkan melalui skema KPBU.

• Dan/atau lainnya.

1.2.2. Tujuan

Mendefinisikan tujuan penyusunan Studi Pendahuluan proyek KPBU ini. Contoh dari tujuan
tersebut antara lain sebagai berikut:
• Memberikan pemahaman terhadap perlunya pengembangan dan pengelolaan transportasi
berbasis rel melalui pembiayaan inovatif;

• Memberikan pemahaman kelayakan pelaksanaan pembiayaan pengembangan ataupun


pengelolaan transportasi perkotaan melalui skema KPBU.

• Memberikan masukan kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang bertindak sebagai


PJPK dalam menetapkan lanjut atau tidak lanjutnya pembiayaan pengembangan ataupun
pengelolaan transportasi berbasis rel melalui skema KPBU.

• Dan/atau lain-lain.

1.3. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Menjelaskan sistematika pembahasan dokumen Studi Pendahuluan, yaitu:

Bab 1 : Pendahuluan

Bab 2 : Kajian Kebutuhan

Bab 3 : Kajian Kepatuhan

Bab 4 : Kajian Nilai Manfaat Uang

Bab 5 : Kajian Potensi Pendapatan dan Skema Pembiayaan

Bab 6 : Rekomendasi dan Tindak Lanjut

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 7


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

BAB 2. KAJIAN KEBUTUHAN


Tujuan dari Kajian Kebutuhan adalah untuk menguraikan dan memastikan adanya kebutuhan infrastruktur
yang berkelanjutan untuk suatu sistem pengembangan pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis
rel. Beberapa hal yang perlu disimpulkan dalam Kajian Kebutuhan adalah:
1. kebutuhan infrastruktur memiliki dasar pemikiran teknis dan ekonomi dengan permintaan
berkelanjutan dan diukur dari ketidakcukupan pelayanan transportasi perkotaan, baik secara
kuantitas maupun kualitas, berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia;

2. identifikasi pilihan dalam penyediaan layanan mencakup lingkup layanan, solusi, ketersediaan
penyedia, target pengerjaan, dan skema pembiayaan berdasarkan kebutuhan infrastruktur; dan

3. kepastian KPBU mendapat dukungan dari pemangku kepentingan yang berkaitan, salah satunya
melalui Konsultasi Publik. Konsultasi Publik untuk Proyek KPBU Transportasi Perkotaan Berbasis
Rel terkait dengan konfirmasi kebutuhan adanya penambahan pelayanan transportasi perkotaan
berbasis rel maupun dukungan masyarakat sekitar atas proyek.

Sistematika pembahasan dan panduan isi dari masing-masing pembahasan diuraikan di bawah ini.

2.1. DASAR PEMIKIRAN TEKNIS

Beberapa hal yang yang dapat diuraikan dalam Dasar Pemikiran Teknis ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan kebutuhan pengelolaan transportasi di wilayah perencanaan.

Pada bagian ini dapat diuraikan perkiraan proyeksi jumlah penduduk dan perjalanan orang saat ini
diwilayah perencanaan, rata-rata perjalanan per orang per hari saat ini, tingkat pertumbuhan
penduduk kabupaten/kota atau wilayah perencanaan dan penetapan daerah zona prioritas
pelayanan dan target jumlah perjalanan orang yang akan dilayani.

2. Menjelaskan kondisi transportasi Umum dan mobil pribadi di wilayah perencanaan

Pada bagian ini perlu dijelaskan kinerja pelayanan transportasi umum saat ini, seperti misalnya
daerah pelayanan eksisting, cakupan pelayanan, tingkat pelayanan transportasi umum, kendala
pengembangan pelayanan, dan sebagainya. Beberapa moda transportasi yang dapat dikaji
diantaranya adalah transportasi bus umum, transportasi berbasis aplikasi, angkutan kereta api, dan
sebagainya.

Pada bagian ini juga perlu disimpulkan bagaimana kebutuhan transportasi Umum di wilayah
perencanaan dapat dipenuhi melalui penyediaan infrastruktur transportasi berbasis rel yang
memadai.

3. Menjelaskan kebutuhan pengembangan dan/atau pembangunan transportasi berbasis rel di wilayah


perencanaan.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 8


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

Pada bagian ini dapat diuraikan misalnya perkiraan proyeksi perjalanan orang menggunakan
transportasi berbasis rel di wilayah perencanaan, rata-rata perjalanan per orang per hari saat ini,
tingkat pertumbuhan penduduk kabupaten/kota atau wilayah perencanaan dan penetapan daerah
zona prioritas pelayanan dan target jumlah penumpang yang akan dilayani.

4. Rencana Induk Transportasi (ex: UMP, apabila ada)

2.2. DASAR PEMIKIRAN EKONOMIS DAN SOSIAL

Tujuan dari kajian pemikiran ekonomis dan sosial ini untuk melihat nilai ekonomi pengembangan proyek
pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis rel tersebut dilaksanakan.

Beberapa hal yang perlu dikaji (berdasarkan data sekunder) adalah diantaranya manfaat ekonomi dan sosial
apa saja yang bisa didapatkan masyarakat dari proyek ini. Seperti misalnya adalah adanya potensi peng,
hematan waktu tempuh, penghematan biaya operasional kendaraan, pengurangan kemacetan, pengurangan
biaya transportasi, polusi, ketepatan waktu tiba ke tempat tujuan, kenyamanan fasilitas umum, mengurangi
polusi udara, penghematan dan perbaikan kondisi alternativ transportasi umum dan sebagainya.

Kajian dasar pemikiran ekonomis dan sosial ini dilakukan lebih secara kualitatif daripada kuantitatif dan
dilakukan berdasarkan data-data sekunder atau kajian literatur.

2.3. IDENTIFIKASI PILIHAN DALAM PENYEDIAAN LAYANAN

Tujuan dari identifikasi pilihan dalam penyediaan layanan ini adalah untuk melihat perbandingan berbagai
pilihan solusi dalam penyediaan layanan mencakup lingkup layanan, ketersediaan penyedia, target
pengerjaan, dan skema pembiayaan berdasarkan kebutuhan infrastruktur.
1. Menjelaskan indikasi pilihan solusi teknis yang dapat digunakan
Menguraikan tentang opsi pemecahaan masalah yang dapat digunakan berdasarkan data sekunder.

2. Menjelaskan teknis operasional yang akan digunakan

Menguraikan tentang standar pelayanan yang direncanakan, daerah prioritas pelayanan dan strategi
sistem pengembangan pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis rel. Sumber
perjalanan/bangkitan (kendaraan pribadi yang akan berpindah, penumpang KRL, tranportasi
pengumpan, dll), Uraian mengenai pengelola transportasi berbasis rel (sudah ada atau belum),
lokasi (posisi dan jarak) terhadap daerah pelayanan, dan sebagainya.

3. Menjelaskan garis besar rencana pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis rel.

Menguraikan secara skematis rencana proyek pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis
rel yang akan dikerjasamakan, meliputi sistem pembangunan TOD, angkutan pengumpan (feeder),
terminal, sistem pengangkutan, termasuk rencana peningkatan cakupan pelayanan transportasi
berbasis rel yang akan dicapai sampai dengan akhir tahun perencanaan.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 9


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

Kajian ini menghasilkan opsi solusi yang akan dipilih serta akan dikaji lebih mendalam pada tahap berikutnya.

2.4. DUKUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Kajian dukungan pemangku kepentingan ini dilakukan untuk memastikan bahwa proyek transportasi
berbasis rel yang direncanakan telah mendapatkan dukungan oleh berbagai pihak yang diperkirakan akan
terlibat atau terdampak dari proyek tersebut. Bagian ini berisi hasil dari Konsultasi Publik, komitmen
dukungan dari pemangku kepentingan (Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, masyarakat, dsb.) dapat
diperoleh melalui Konsultasi Publik. Selain itu pada bagian ini juga dapat ditambahkan data sekunder yang
mendukung adanya dukungan pemangku kepentingan.

Beberapa hal yang perlu dikaji atau diuraikan diantaranya meliputi:


1. Kajian pemetaan para pemangku kepentingan yang terkait, seperti misalnya pengelola dan
penyelenggara transportasi perkotaan, institusi yang diarahkan menjadi PJPK, masyarakat yang
terdampak atau bisa menjadi nara sumber untuk memberikan masukan dan sebagainya. Hal ini
dapat diperoleh dari kegiatan konsultasi publik dengan para pemangku kepentingan terkait
tersebut;
2. Uraian instansi Pemerintah Pusat/Pemda yang dapat memberikan dukungan baik fiskal maupun
nonfiskal.
3. Uraian tentang tanggapan masyarakat (tokoh masyarakat, perwakilan masyarakat wilayah
terdampak, LSM/OMS, perwakilan organisasi penggerak Gender, Perempuan, dan/atau kelompok
inklusif (kelompok disabilitas), dst) terhadap rencana pengembangan proyek pengembangan
transportasi berbasis rel ini berdasarkan hasil konsultasi publik dengan masyarakat.

4. Uraian tentang pemrakarsa proyek dan mengapa pemrakarsa ingin melaksanakan proyek
pengembangan pengelolaan transportasi berbasis rel ini dan dukungan apa yang dapat diberikan
untuk kelancaran proyek ini;

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 10


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

BAB 3. KAJIAN KEPATUHAN

Tujuan dari Kajian Kepatuhan adalah untuk menguraikan dan memastikan bahwa rencana pengembangan
proyek pembangunan dan pengelolaan transportasi berbasis rel ini ini sesuai dengan regulasi terkait KPBU
serta peraturan dan juga perencanaan di sektor transportasi perkotaan.

Beberapa hal yang perlu dipastikan dalam Bab ini adalah:

1. kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk dalam penentuan PJPK;

2. kesesuaian rencana proyek dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah


dan/atau Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, rencana
bisnis BUMN/BUMD;

3. kesesuaian lokasi pelayanan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (apabila diperlukan sesuai
kebutuhan jenis Infrastruktur yang akan dikerjasamakan);

4. keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah (apabila diperlukan sesuai kebutuhan jenis
Infrastruktur yang akan dikerjasamakan); dan

5. bahwa pengembangan transportasi berbasis rel yang direncanakan telah memenuhi peraturan yang
ada terkait KPBU.

Sistematika pembahasan dan panduan isi dari masing-masing pembahasan diuraikan di bawah ini.

3.1. KAJIAN PERATURAN PERUNDANGAN

Beberapa kajian dan peraturan perundangan yang perlu dikaji meliputi:

1. Peraturan tentang KPBU

Untuk memastikan bahwa infrastruktur yang akan dikerjasamakan termasuk dalam infrastruktur
sosial dan ekonomi yang dapat di-KPBU-kan serta sesuai dengan peraturan tentang KPBU,
diantaranya:
• Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

• Peraturan Menteri PPN No. 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah
melalui Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 2 Tahun 2020

• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik


Negara/Daerah sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
2020

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 11


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

2. Peraturan tentang Transportasi umum

Untuk memastikan bahwa peraturan dan perundangan tentang transportasi mendukung


pengembangan pengelolaan transportasi berbasis rel melalui kerjasama dengan swasta/badan usaha.
Beberapa contoh peraturan yang perlu ditinjau, diantaranya adalah:

• Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);

• Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis
Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221);

• Permenhub No. 108 tahun 2017 tentang Angkutan Umum;

• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (“UU 23/2007”);

• Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian


sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 (“PP
56/2009”);

• Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
Api sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 (“PP
72/2009”);

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2016 tentang Konsesi dan Bentuk
Kerjasama Lainnya antara Pemerintah dengan Badan Usaha di Bidang Perkeretaapian
sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2018
(“Permenhub 15/2016”);

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Cara
Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api (“Permenhub
17/2018”);

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2018 tentang Persyaratan Teknis


Peralatan Persinyalan Perkeretaapian (“Permenhub 44/2018”);

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Persyaratan Teknis


Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian (“Permenhub 45/2018”);

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 50 Tahun 2018 tentang Persyaratan Teknis


Instalasi Listrik Perkeretaapian (“Permenhub 50/2018”);

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 12


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2018 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan Perkeretaapian (“Permenhub 69/2018”);

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 121 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas Kereta Api
(“Permenhub 121/2017”)

• Peraturan daerah yang mengatur tentang Transportasi Umum (apabila ada). Misalnya
seperti Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 5 tahun 2014 tentang Transportasi
yang didalamnya juga mengatur transportasi berbasis rel (perkeretaapian).

3. Peraturan tentang lingkungan dan sosial

Untuk mengkaji secara umum dokumen lingkungan yang harus disiapkan untuk proyek yang sedang
direncanakan. Peraturan utama yang diacu adalah UU No. 32/2009, PP No. 27/2012 dan Permen
LH No. 17/2012. Apabila ada, dapat juga dikaji peraturan terkait lingkungan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah.

3.2. KAJIAN PENENTUAN PJPK

Dalam sub-bab ini dilakukan kajian terhadap berbagai peraturan yang mengatur tentang institusi atau
lembaga yang bisa menjadi PJPK dalam proyek pengembangan dan pengelolaan transportasi umum
perkotaan. Kajian dapat dilakukan terhadap UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maupun
peraturan sektor terkait lainnya.

Dalam kajian ini diharapkan sudah dapat ditentukan lembaga yang akan menjadi PJPK dalam rencana proyek
pengelolaan transportasi berbasis rel ini. Sebagai contoh adalah KPBU Kereta Api Makassar – Parepare
dimana PJPK-nya adalah Kementerian Perhubungan karena merupakan transportasi antar kota.

3.3. KAJIAN KESESUAIAN RENCANA PEMBANGUNAN

Kajian kesesuain dengan rencana pembangunan ini dilakukan untuk memastikan bahwa proyek
pengembangan dan pengelolaan transportasi umum /transportasi berbasis rel yang akan dilaksanakan
melalui skema KPBU telah sesuai dengan rencana pembangunan daerah, khususnya rencana pengelolaan
transportasi.

Beberapa dokumen perencanaan yang perlu dikaji meliputi diantaranya:

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Untuk memastikan bahwa proyek KPBU yang direncanakan sesuai dengan rencana pengembangan
terkait sektor Transportasi di RPJMN dan dapat memberikan kontribusi pada pencapaian target
RPJMN.

2. RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota bersangkutan

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 13


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

Untuk memastikan bahwa proyek KPBU yang direncanakan sesuai dengan rencana pengembangan
terkait sektor transportasi di RPJMD Kabupaten/Kota tersebut dan dapat memberikan kontribusi
pada pencapaian target atau sasaran RPJMD.

3. Rencana Strategis Kementerian Perhubungan

Untuk memastikan bahwa rencana proyek pengembangan pengelolaan transportasi berbasis rel
menjadi salah satu rencana strategis Kementerian terkait. Perlu dilihat juga kemungkinan-
kemungkinan pengembangan proyek transportasi berbasis rel melalui skema kerjasama dengan
swasta/badan usaha.

4. Rencana Strategis SKPD Terkait Transportasi di Provinsi/Kabupaten/Kota

Untuk memastikan bahwa pengembangan pengelolaan transportasi berbasis rel di wilayah


pelayanan menjadi salah satu program Pemerintah Daerah dan juga, bila ada, rencana Pemda terkait
dengan transportasi.

5. Rencana Induk transportasi (perkeretaapian, apablia ada)

Pada bagian sub-bab ini perlu disampaikan kesimpulan apakah rencana pengembangan pengelolaan
transportasi berbasis rel sudah sesuai dengan rencana pembangunan atau belum, dan bila belum,
rekomendasi atau justifikasi apa yang bisa diberikan.

3.4. KAJIAN KESESUAIAN TATA RUANG

Kajian kesesuaian tata ruang ini sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa dapat dilakukan
pengembangan atau pembangunan sesuai lokasi yang telahditetapkan.Kajian tata ruang dilakukan secara
berjenjang, mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK).

Dalam kajian ini perlu dilihat apakah lokasi jalur transportasi berbasis rel maupun pendukungnya sesuai
dengan peruntukannya dan dimungkinkan untuk dikeluarkan ijin-ijin terkait seperti Izin Prinsip, Izin Lokasi,
Izin Mendirikan Bangunan, dan sebagainya.

3.5. KETERKAITAN ANTAR SEKTOR DAN WILAYAH

Pada sub-bab ini perlu diuraikan kaitan pengembangan pengelolaan transportasi berbasis rel dengan sektor
infrastruktur lainnya dan juga kaitan antar wilayah jika infrastruktur ditujukan untuk suatu sistem
pengelolaan regional. Beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya meliputi:

1. Rencana pengembangan infrastruktur lain di wilayah perencanaan yang akan didukung oleh
infratruktur Transportasi umum (misalkan pengembangan bandara, pelabuhan, perumahan, dan
sebagainya);

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 14


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

2. Kebutuhan infrastruktur di masing-masing wilayah pelayanan (untuk transportasi pengumpan dan


sebagainya);

3. Dampak terhadap infrastruktur lain atau wilayah apabila proyek pengembangan pengelolaan
transportasi berbasis rel ini tidak dilaksanakan.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 15


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

BAB 4. KAJIAN NILAI MANFAAT UANG


Kajian Nilai Manfaat Uang (Value for Money/VfM) dalam Tahap Perencanaan KPBU dilakukan secara
kualitatif. Tujuan dari kajian VfM ini adalah untuk memastikan:

1. Sektor swasta memiliki keunggulan dalam pelaksanaan KPBU termasuk dalam pengelolaan risiko;

2. Terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan publik dalam jangka panjang;

3. Alih pengetahuan dan teknologi; dan

4. Terjaminnya persaingan sehat, transparansi, dan efisiensi dalam proses pengadaan.

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam bab ini adalah sebagai berikut.

4.1. KAJIAN MANFAAT KPBU

Dalam sub-bab ini diuraikan berbagai manfaat pelaksanaan proyek pengembangan dan pengelolaan
transportasi berbasis rel melalui skema KPBU. Beberapa hal yang dapat diuraikan misalnya:

1. Sistem pengelolaan yang akan diterapkan, yang menunjukkan keunggulan teknis yang ditawarkan;

2. Rencana alokasi dan pengelolaan risiko;

3. Kelebihan sistem pengadaan KPBU (efektivitas, akuntabilitas, persaingann sehat, transparansi,


efisiensi dan sebagainya);

4. Pengelolaan sistem transportasi oleh Badan Usaha dengan melibatkan pegawai Dinas Perhubungan
dan PUPR (SKPD terkait)akan memberikan alih pengetahuan;

5. Alokasi APBN/APBD dapat digunakan untuk pengembangan infrastruktur lainnya sehingga terjadi
pemerataan pembangunan infrastruktur.

4.2. KAJIAN VfM KUALITATIF

Kajian VfM kualitatif dilakukan untuk menjadi salah satu indikator untuk mengetahui apakah proyek
transportasi berbasis rel yang direncanakan lebih baik dan efisien dilakukan melalui skema pembiayaan
KPBU atau tidak. Kajian kualitatif dapat dilakukan dengan mengacu pada suplemen atau dokumen yang telah
ada, dimana kajian VfM kuantitatif dan kualitatif sudah pernah dibuatkan suplemen terpisah sebelumnya dan
dapat disampaikan dalam bentuk tabel. Setiap kajian VfM adalah spesifik untuk proyek pengembangan
transportasi berbasis rel yang akan dikerjasamakan.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 16


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

Kajian VfM kualitatif ini dapat dilakukan melalui cara tabulasi dengan memberikan nilai 0, 1 atau 2 jika
proyek dilakukan secara konvensional atau melalui KPBU untuk kemudian dijumlahkan untuk meilhat mana
yang memiliki nilai yang lebih besar seperti contoh di bawah ini:

No. Penentu Nilai Konven KPBU Keterangan


sional

1. Kemampuan 1 2 Konvensional: memanfaatkan teknologi atau sistem


menyediakan teknologi transportasi yang telah berjalan selama ini.
transportasi berbasis rel KPBU: dapat mengeksplorasi teknologi baru yang
ramah lingkungan, lebih efisien, dan sebagainya.
2. Fleksibilitas atas 2 2 Perubahan spesifikasi dalam transaksi KPBU dan
perubahan spesifikasi skema konvensional sama-sama dapat lebih fleksibel
kontrak dalam perubahan spesifikasi.

3. Kemampuan menggalang 1 2 Konvensional: terbatas pada kemampuan APBN/APBD


dana/kemudahan untuk dan untuk APBN masih relatif menunggu bantuan dan
mendapatkan pembiayaan sulit untuk diakomodir.
KPBU: menjadi alternatif sumber pembiayaan yang
lebih pasti.
4. Waktu penyelesaian 1 2 Konvensional: bisa lebih lambat tergantung mekanisme
proyek secara pengganggaran dan kemampuan APBN dan tidak bisa
menyeluruh multi-year.
KPBU umumnya tepat waktu untuk menghindari
kerugian karena keterlambatan serta dapat multi-year

5. Pendekatan seluruh biaya 1 2 Konvensional: tidak mendukung pendekatan whole of


selama periode life karena ada ketidakcocokan antara desain dan
palaksanaan proyek konstruksi fasilitas serta perawatan dan operasional
yang berlangsung. Adalah tanggung jawab PJPK untuk
mempertimbangkan dampak desain pada biaya
operasional dan perawatan dimasa mendatang.
KPBU: melalui mekanisme kompetisi yang efektif,
peserta tender didorong menerapkan pendekatan
whole of life untuk biaya proyek dan mengusulkan
pembayaran ketersediaan serendah mungkin.
6. Perhitungan Product-life- 0 1 KPBU: akan mengoptimalkan biaya konstruksi,
cycle untuk menekan pemeliharaan dan operasi untuk seluruh jangka-waktu
biaya periode kerjasama.

7. Risiko Konstruksi dan 1 2 Konvensional: ketidakjelasan spesifikasi keluaran,


Desain kenaikan biaya konstruksi tidak ter-cover oleh
anggaran, dsb.
KPBU: spesifikasi keluaran yang jelas, risiko kenaikan
biaya konstruksi ada pada BU

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 17


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

8. Risiko Keterlambatan 2 1 Konvensional: keterlambatan yang menyebabkan


pekerjaan tahun jamak menjadikan penganggaran yang
sulit.
KPBU: keterlambatan tidak berpengaruh pada sistem
pembiayaan.
9. Kecepatan terwujudnya 2 2 Opsi pengadaan konvensional APBN dan KPBU sama.
proyek

10. Spesifikasi Keluaran 1 2 Konvensional: tidak ada indikator jelas yang perlu
dipenuhi serta lebih rendahnya kontrol terhadap
kualitas konstruksi dan operasional
KPBU: Indikator teknis dan layanan yang jelas dan
harus dipenuhi oleh BU.
11.

12. Dst

TOTAL NILAI

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 18


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

BAB 5. KAJIAN POTENSI PENDAPATAN DAN SKEMA


PEMBIAYAAN

Kajian potensi pendapatan dan skema pembiayaan ini ditujukan untuk mengetahui:

a. Kemampuan pengguna untuk membayar;

b. Kemampuan fiskal pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN/BUMD dalam melaksanakan


KPBU;

c. Potensi pendapatan lainnya; dan

d. Perkiraan bentuk dukungan pemerintah.

Sistematika pembahasan Bab ini adalah seperti diuraikan di bawah ini.

5.1. KEMAMPUAN PENGGUNA MEMBAYAR

Dalam Studi Pendahuluan, kemampuan pengguna untuk membayar dikaji melalui kajian data dan informasi
sekunder yang terkait. (misalnya: dapat disampaikan data mengacu pada data tranportasi perkotaan lainnya
yang sudah ada)

Untuk proyek pengembangan dan pengelolaan transportasi berbasis rel, yang dimaksud dengan pengguna
adalah off taker yang akan menerima infrastruktur transportasi berbasis rel, dalam hal ini adalah pemerintah
(pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah), dalam hal ini bisa pengelola transportasi berbasis rel
eksisting seperti Dinas Perhubungan dan PU, BLUD transportasi , dan sebagainya, dan lainnya.

Kemampuan pengguna untuk membayar dikaji dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan
tersebut. Biaya dimaksud meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga,dan biaya modal yang
dikeluarkan oleh penyelenggara pengelolaan transportasi berbasis rel.

Selain itu perlu dikaji juga kinerja keuangan penyelenggara pengelolaan transportasi berbasis rel selama
setidaknya 3 (tiga) tahun terakhir. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kapasitas keuangan off taker
untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar infrastruktur yang disediakan.

5.2. KEMAMPUAN FISKAL PJPK

Dalam sub-bab ini dilakukan kajian terhadap kemampuan fiskal PJPK (Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, BUMN/BUMD) dalam membiayai sektor transportasi berbasis rel. Kajian fiskal terutama dilakukan
pada pembiayaan pengembangan transportasi berbasis rel oleh PJPK yang telah ditetapkan sebelumya.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 19


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

Kajian kemampuan fiskal secara kuantitatif ini sangat penting untuk mengetahui kemampuan keuangan
Pemerintah untuk membiayai dan/atau memberikan dukungan fiskal ataupun non-fiskal.

Perlu disampaikan trend pembiayaan pengembangan sistem transportasi selama setidaknya 3 (tiga) tahun
terakhir dan juga kendala serta potensi yang ada.

Dalam bagian terakhir sub-bab ini perlu diuraikan kesimpulan dan rekomendasi kemampuan fiskal tersebut.

Apabila skema yang akan diterapkan adalah AP, maka ketentuan mengenai pembayaran ketersediaan
layanan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.08 Tahun 2016 Tentang Pembayaran
Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2016 Tentang
Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur di Daerah, beserta beberapa peraturan yang terkait.

5.3. POTENSI PENDAPATAN LAINNYA

Dalam sub-bab ini dilakukan kajian terhadap berbagai potensi pendapatan yang bisa didapatkan dalam
kerjasama pengembangan pengelolaan transportasi berbasis rel (iklan, sewa ruang komersial, pengelolaan
lahan, dan pendapatan lainnya).

5.4. DUKUNGAN PEMERINTAH

Kajian dukungan pemerintah perlu dilakukan dengan mengacu pada peraturan yang berlaku, misalnya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 170/PMK.08/2018 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan Atas
Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 170/PMK.08/2015 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.011/2013 Tentang Panduan Pemberian
Dukungan Kelayakan Atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan
Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

Kajian kebutuhan dukungan pemerintah ini dilakukan baik untuk dukungan finansial maupun dukungan non-
fiskal, seperti misalnya kebutuhan dukungan peraturan, perijinan, dan sebagainya.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 20


INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PERKOTAAN (TRANSPORTASI BERBASIS REL)

BAB 6. REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

Dalam bab ini diuraikan rekomendasi dan tindaklanjut terhadap rencana proyek pengembangan pengelolaan
transportasi berbasis rel agar dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan, kebutuhan, kepatuhan dan
sebagainya.

Sistematika pembahasan Bab Rekomendasi dan Tindak Lanjut ini adalah sebagai berikut.

6.1. REKOMENDASI

Dalam sub-bab ini disampaikan berbagai rekomendasi berdasarkan hasil-hasil kajian yang telah dilakukan di
bab-bab sebelumnya. Beberapa rekomendasi yang diberikan mencakup diantaranya:

1. Institusi atau lembaga yang akan menjadi PJPK dalam proyek;

2. Rencana bentuk atau modalitas KPBU yang akan diterapkan;

3. Rekomendasi dari hasil VfM;

4. Dukungan pemerintah yang diperlukan;

5. Dan sebagainya.

6.2. TINDAK LANJUT

Dalam sub-bab ini diuraikan rencana tindaklanjut dari rekomendasi yang disampaikan sebelumnya,
termasuk didalamnya rencana jadwal pemenuhan rekomendasi dan juga rencana jadwal kegiatan penyiapan
dan transaksi KPBU, termasuk juga perencanaan sumber anggaran untuk kegiatan penyiapan dan transaksi.

TEMPLATE PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN - 21

Anda mungkin juga menyukai