Anda di halaman 1dari 33

BAB III

PENDEKATAN, METODOLOGI DAN


TINAJUAN UMUM TERMINAL
LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN DED
REVITALISAS
TERMINAL
PENUMPAN TIPE A
BOBOTSARI
(JATENG)
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

3.1 PENDEKATAN TEKNIS


Kegiatan Penyusunan DED Revitalisasi Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari (Jawa
Tengah) Tahun Anggaran 2019 memerlukan pendekatan teknis, metodologi dan program
kerja yang komprehensif dan terintegrasi dalam pelaksanaannya. Penggunaan
pendekatan teknis bertujuan untuk memberikan suatu batasan ruang lingkup terhadap
sudut pandang kegiatan DED ini yang kemudian menjadi acuan bagi analisis-analisis
pada tahap berikutnya.
Dasar Hukum dapa kegiatan Penyusunan DED Revitalisasi Terminal Penumpang
Tipe A Bobotsari (Jawa Tengah) adalah sebagai berikut:
a. Undang - Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
b. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
c. Peraturan Menteri Perhubungan No. 132 Tahun 2015 Tentang penyelenggaraan
terminal Penumpang Angkutan jalan.
d. Peraturan Menteri No. 79 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penetapan Kode Terminal
Penumpang Angkutan Jalan
e. Keputusan Presiden No. 1846 Tahun 2018 Tentang Penetapan Kelas Terminal
Penumpang Tipe A
f. Keputusan Menteri No. 109 Tahun 2019 Tentanf Penetapan Lokasi Terminal
Penumpang Tipe A di Seluruh Wilayah Indonesia
Terminal penumpang sebagai bagian dari simpul transportasi dalam
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran strategis dalam
membentuk sistem transportasi jalan yang efektif, sebagai embrio dalam pembentukan
sistem transportasi nasional yang terintegrasi, sehingga diharapkan fungsi terminal
sebagai distribusi, ekonomi dan sosial dapat berjalan secara maksimal.
Namun demikian saat ini keberadaan terminal penumpang tidak berfungsi secara
efektif. Ketidakefektifan ini terlihat dari rendahnya kondisi pemanfaatan terminal,
dimana sebagian penumpang atau calon penumpang dirasa kurang berminat untuk
memanfaatkan jasa pelayanan terminal penumpang tersebut sebagai tempat untuk
melakukan perpindahan antar moda angkutan, sehingga fungsi terminal penumpang
tidak berjalan secara optimal akibat pemanfaatanya masih rendah.
Kondisi tersebut menunjukan bahwa dalam proses pembangunan dan
penyelenggaraan terminal penumpang belum dilakukan perencanaan secara matang
sehingga terminal yang terbangun kurang fungsional. Mobilitas kendaraan di dalam
terminal tidak diukur berdasarkan luasan lahan terminal melainkan ketercukupan lahan
untuk melakukan kegiatan mobilitas itu sendiri. Keterpaduan kegiatan, kelancaran lalu
lintas, aksesibilitas dan terlayaninya permintaan memerlukan landasan perencanaan
yang terarah. Pembangunan terminal disesuaikan dengan kebutuhan serta intensitas
kendaraan yang melayani di dalam terminal sehingga terminal bisa berfungsi secara
maksimal.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 1


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

Gambar 3.1 1 Contoh pengembangan Terminal Tipe A


di Jakarta dengan Konsep TOD

Untuk itu diperlukan perencanaan dalam pembangunan maupun peningkatan


terminal penumpang dalam bentuk Detail Engineering Design (DED) serta Rencana
Anggaran Biaya (RAB) yang penyusunannya melibatkan ahli-ahli perencanaan dari
berbagai macam disiplin ilmu dengan memperhatikan aspek-aspek teknis, sosial,
ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan aspek tata ruang. Itu semua diperlukan untuk
menciptakan prasarana terminal yang dapat memberikan manfaat pelayanan untuk
membantu kelancaran lalu lintas angkutan dengan efisiensi ruang, waktu dan dana.
Pada kegiatan DED kali ini, pendekatan yang dilakukan meliputi :
1. Pendekatan Fungsi dan Sistem Aktivitas
Pendekatan ini lebih difokuskan pada aktivitas yang akan direncanakan pada
Terminal Tipe A yang berfungsi sebagai fasilitas publik transportasi. Melalui
pendekatan ini diharapkan dapat diketahui sejauh mana tingkat pemanfaatan dan
fungsi terminal agar dapat optimal sesuai tujuannya.
2. Pendekatan Kebijakan Pemerintah
Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah kebijakan yang ada sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan kondisi yang diharapkan. Secara garis besar,
pelaksanaan kegiatan DED yang berkaitan dengan kebijakan dan peraturan
pemerintah meliputi beberapa bagian :
a. Mengkaji sejarah dan melakukan pengamatan terhadap kondisi Terminal Tipe A
yang berada di Bobotsari guna mengetahui asal mula berdirinya terminal dan
kondisi eksisting.
b. Mengkaji kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah terkait revitalisasi
maupun kebijakan pengembangan dan perencanaan jalur transportasi darat
khususnya jalur transportasi darat.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 2


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

c. Melakukan survei primer dan sekunder guna mengidentifikasi karakteristik


terminal yang ada.
d. Menggunakan peraturan yang ada dan berlaku sebagai dasar hukum dalam
melakukan penyusunan laporan dan analisis.
3. Pendekatan Teknis Standar Perencanaan Bangunan Gedung
Pendekatan ini lebih difokuskan pada pedoman perencanaan teknis yang menjadi
acuan atau referensi bagi pelaksanaan Kegiatan Penyusunan DED Revitalisasi
Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari (Jawa Tengah) Tahun Anggaran 2019.
Pendekatan ini meliputi :
a. Standar Perencanaan Wilayah dan Tapak
b. Standar Perencanaan Arsitektur Bangunan Gedung
c. Standar Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
d. Standar Perencanaan Utilitas, Mekanikal, Elektrikal dan Sistem Bangunan Gedung
e. Standar Perencanaan Interior dan Kelengkapan Bangunan Gedung
f. Standar Analisa Harga Satuan (AHS) dan Spesifikasi teknis

Pra rancangan / Desain Rehabilitasi


Terminal Tipe A Bobotsari (Tapak,
Arsitektur, Struktur, ME)

Desain Final
Terminal Tipe A
Bobotsari

Gambar 3.1 2 Diagram Alur Pelaksanaan DED


(Detailed engineering Design/Gambar Teknis Terinci) Penyusunan
DED Revitalisasi Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari (Jawa Tengah)

3.1.1 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN (METODE ANALISIS)


Metode pelaksanaan kegiatan Penyusunan DED Revitalisasi Terminal Penumpang
Tipe A Bobotsari (Jawa Tengah) dilaksanakan dengan metode pelelangan/kontraktual
untuk menghasilkan Penyusunan DED Revitalisasi Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari
(Jawa Tengah). Maksud dari kegiatan ini adalah mengumpulkan dan menganalisis data

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 3


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

guna menyusun DED dan RAB Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari (Jawa Tengah).
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah tersusunnya DED dan RAB Revitalisasi Terminal
Penumpang Tipe A Bobotsari (Jawa Tengah).
Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah melakukan inventarisasi, identifikasi dan
analisis mengenai Penyusunan DED Revitalisasi Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari
(Jawa Tengah).
a. Ruang lingkup wilayah :
Ruang lingkup wilayah studi ini meliputi Bobotsari (Jawa Tengah).
b. Ruang lingkup materi :
1. Melakukan inventarisasi, identifikasi dan analisis terhadap penyusunan DED dan
RAB pembangunan/peningkatan Terminal Penumpang Tipe A Provinsi Bobotsari
(Jawa Tengah) dari hasil pengolahan data teknis baik data sekunder atau data
primer di wilayah studi.
2. Penyusunan DED yang antara lain meliputi gambar – gambar yang diperlukan
untuk dikerjakan oleh kontraktor pelaksana yang meliputi gambar Site Plan
(SP), gambar arsitektur (AR), gambar struktur (S), gambar mekanikal dan
elektrikal (ME) dan utilitas (U);
3. Penghitungan kebutuhan biaya (RAB) sesuai dengan DED yang telah disusun dan
dilengkapi dengan harga satuan material, harga satuan upah, harga satuan alat,
analisa harga satuan alat, analisa harga satuan pekerjaan, serta perhitungan
back up volume pekerjaan;
4. Penyusunan Spesifikasi Teknis sesuai dengan RAB dan DED yang telah disusun.

Gambar 3.1 3 Situasi Eksisting Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 4


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

3.1.2 TINJAUAN UMUM TERMINAL


a. PENGERTIAN TERMINAL
Menurut kamus tata ruang pengertian terminal merupakan prasarana transportasi
tempat kendaraan umum berpangkal, tempat penumpang atau barang naik turun atau
pndah kendaraan. Namun dari beberapa sumber buku menyebutkan mengenai beberapa
pengertian tentang terminal diantaranya yaitu :
1. Menurut Morlok dalam bukunya “Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi”
menyebutkan bahwa terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang
masuk dan keluar dari sistem dan merupakan komponen penting dalam sistem
transportasi.
2. Dalam bukunya “Merencanakan Sistem Perangkutan”, Suwardjoko Warpani
menyatakan bahwa terminal memiliki 4 (empat) fungsi pokok yaitu :
 Menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus
 Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan/pergantian moda angkutan
dari kendaraan yang bergerak pada jalur khusus ke moda angkutan lain
 Menyediakan sarana simpul lalu lintas, tempat konsolidasi lalu lintas
 Menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan
Ukuran terminal sangat beragam, dari yang sangat luas menyediakan berbagai
macam sarana seperti toko, rumah makan, bank, tempat menukar mata uang,
imigrasi, bea cukai dan penginapan sampai yang sangat sederhana yang hanya
berupa tempat konsolidasi lalu lintas. Terminal selalu berkaitan erat dengan
angkutan umum, baik penumpang maupun barang, karena terminal adalah juga
tempat perpindahan moda angkutan, maka pada umumnya sebuah terminal adalah
gabungan dari dua atau lebih moda angkutan.
3. Menurut Ditjen Perhubungan Darat dan Ditjen Bina Marga (1981) bahwa pengertian
terminal secara umum adalah sebagai berikut :
 Terminal adalah prasarana angkutan penumpang, tempat kendaraan umum
untuk mengambil dan menurunkan penumpangm tempat pertukaran jenis
angkutan yang terjadi sebagai akibat tuntutan efisiensi perangkutan.
 Terminal adalah tempat pengendalian, pengawasan serta pengaturan sistem
perizinan arus angkutan penumpang dan barang.
 Terminal adalah prasarana angkutan dan merupakan bagian dari sistem
jaringan jalan raya untuk melancarkan arus angkutan penumpang dan barang.
 Terminal adalah unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi
efisiensi kehidupan wilayah dan kota.
4. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan, menyatakan bahwa terminal terdiri dari 2 (dua) yaitu terminal
penumpang dan terminal barang dengan pengertian adalah sebagai berikut :
 Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikkan penumpaNg, perpindahan intra dan atau antar
moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
umum.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 5


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

 Terminal barang adalah prasrana transportasi jalan untuk keperluan


membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan atau antar moda
trasnportasi
Pengertian terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk
keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar
moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum
berdasarkan Keputusan menteri perhubungan tahun 1995 tentang terminal, terminal
penumpang dibagi menjadi 3 tipe yaitu:
1. Terminal tipe A
Merupakan terminal yang paling lengkap dari segi fasilitasnya serta memerlukan
lahan yang cukup luas sekurang-kurangnya 5 hektar. Terminal ini melayani
kendaraan umum antar kota antar provinsi + bus malam, angkutan kota dalam
provinsi dan angkutan pedesaan. kotamadya atau kabupaten dalam jaringan trayek
antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara.
Syarat terminal tipe A terletak di ibu kota provinsi, kotamadya selain itu lokasinya
harus terletak di jalan arteri dengan kelas jalan III A, yakni jalan arteri yang dapat
dilalui kendaraaan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan
sumbu terberat tidak melebihi 8 ton. (Tipe A dapat menampung 50-100 angkutan
tiap jam).
2. Terminal tipe B
Setingkat dibawah tipe A, kebutuhan lahannya 3 hektar dan berfungsi untuk
melayani kendaraan umum angkutan antar kota antar provinsi, antar kota dalam
provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Syarat lokasi terminal tipe B
diantaranya terletak di kotamadya atau kabupaten dan dalam jaringan trayek
AKDP.
Syarat lainnya adalah terminal tipe ini harus terletak di jalan arteri atau kolektor
dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III B, yakni jalan kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat (dapat menampung 25-50 angkutan tiap jam)
3. Terminal tipe C
Setingkat dibawah terminal tipe B. Terminal ini melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan. Syarat lokasi terminal ini terletak di dalam wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek angkutan pedesaan. Selain itu,
terminal ini harus terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling
tinggi III A. Terminal ini juga harus mempunyai jalan akses masuk atau keluar ke
dan dari terminal, sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas sekitar terminal.
(hanya menampung dari 25 angkutan tiap jam ).
Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan dari 3 tipe terminal diatas dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.1 1 Tipologi Terminal

Ketentuan Tipe A Tipe B Tipe C


Fungsi Melayani kendaraan umum Melayani kendaraan umum Melayani angkutan
Terminal untuk angkutan antar kota, untuk angkutan antar kota pedesaan
antar provinsi, dan/atau lintas dalam provinsi, angkutan kota

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 6


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

Ketentuan Tipe A Tipe B Tipe C


batas negara, angkutan antar dan angkutan pedesaan
kota dalam provinsi, angkutan
kota dan angkuatan pedesaan

1. Jalur pemberangkatan dan 1. Jalur pemberangkatan dan 1. Jalur


kedatangan kedatangan pemberangkatan dan
kedatangan
2. Tempat parkir 2. Tempat parkir
2. Kantor Terminal
3. Kantor Terminal 3. Kantor Terminal
3. Tempat tunggu
Fasilitas 4. Tempat tunggu 4. Tempat tunggu
Terminal 4. Loket penjualan
5. Loket penjualan karcis 5. Loket penjualan karcis karcis
6. Rambu-rambu dan papan-
6. Rambu-rambu dan papan- papan informasi 5. Rambu-rambu dan
papan informasi papan-papan
7. Peralatan parkir pengantar informasi
7. Peralatan parkir pengantar atau taksi
atau taksi

 Terletak Dalam jaringan  Terletak dalam jaringan  Terletak di dalam


trayek antar kota antar trayek antar kota dalam wilayah
provinsi dan atau angkutan propinsi kabupaten/kota dan
lintas batas negara dalam jaringan trayek
 Terletak di jalan arteri angkutan
 Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas perdesaan/perkotaan
dengan kelas jalan sekurang- jalan sekurang-kurangnya
kurangnya kelas IIIA kelas IIIB  Terletak pada jalan
kolektor atau lokal
 Jarak antar dua terminal  Jarak antar dua terminal dengan kelas jalan
penumpang tipe A sekurang- penumpang tipe B atau sekurang-kurangnya
kurangnya 20 km di Pulau dengan terminal kelas IIIC dan paling
Jawa dan 30 km di luar Pulau penumpang tipe A, tinggi IIIA
Lokasi Jawa sekurang-kurangnya 15 km
Terminal di Pulau Jawa,dan 30 km di  Luas lahan yang
 Luas lahan yang tersedia pulau lainnya tersedia sesuai
sekurang-kurangnya 5 ha di dengan permintaan
Pulau Jawa dan Sumatera,  Luas lahan yang tersedia angkutan
dan 3 ha untuk pulau-pulau sekurang-kurangnya 3 ha di
lainnya Pulau Jawa dan Sumatera,  Mempunyai akses
dan 2 ha di pulau lainnya jalan masuk atau
 Mempunyai akses jalan keluar ke dan dari
masuk atau jalan keluar ke  Mempunyai akses jalan terminal sesuai
dan dari terminal dengan masuk atau keluar ke dan dengan kebutuhan
jarak sekurang-kurangnya dari terminal, sekurang-
100 m di Pulau Jawa dan 50 kurangnya berjarak 50 m di
m di pulau lainnya Pulau Jawa dan 30 m di
pulau lainnya

Dirjen Perhubungan Darat Gubernur setelah mendengar Bupati setelah


Instansi setelah mendengar pendapat pendapat dan Kepala Kanwil mendengar pendapat
Penetap Gubernur dan Kepala Kanwil Dephub dan mendapat dari Kepala Kanwil
Lokasi setempat persetujuan Dirjen Dephub dan mendapat
Terminal persetuan dari
Gubernur
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan No. 132 Tahun 2015

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 7


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

Gambar 3.1 4 Contoh Alokasi Ruang pada Pengembangan


Terminal Penumpang Tipe A di Surabaya

3.1.3 KRITERIA PENENTUAN KEBUTUHAN TERMINAL DAN TEMPAT HENTI


Salah satu komponen dalam sistem transportasi adalah terminal. Fungsi utama dan
terminal adalah untuk penyediaan fasilitas masuk dan keluar dan obyek-obyek yang
akan diangkut, penumpang atau barang, menuju dan dan sistem. Terminal biasanya
mudah terlihat dan merupakan prasarana yang umumnya memerlukan biaya yang besar
dan titik dimana kemacetan mungkin terjadi. Pelabuhan udara, pelabuhan laut dan
stasiun KA merupakan contoh terminal. Tetapi fungsi yang sama juga pada
pemberhentian bus lokal pada persimpangan jalan yang merupakan tempat para
penumpang berdiri waktu menunggu bus. Fungsi terminal saat ini dapat ditemui pada
hampir setiap lokasi jalan dimana kendaraan dapat berhenti untuk menaikkan atau
menurunkan penumpang.
Secara umum fungsi terminal antara lain adalah (Morlok 1978, 249) :
 Sebagai tempat memuat penumpang dan/atau barang dari waktu tiba sampai waktu
berangkat
 Sebagai tempat perpindahan moda, dari satu moda angkutan ke moda angkutan
lainnya

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 8


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

 Sebagai tempat menunggu bagi penumpang yang baru turun dari satu moda dan
menunggu kedatangan moda yang lain.
 Sebagai tempat pelayanan okumentasi, seperti pemesanan dan pembelian tiket
 Sebagai tempat istirahat dan pemeliharaan kendaraan S
 Sebagai penunjang kelancaran sistem transportasi
Tempat henti dibutuhkan keberadaannya di sepanjang rute angkutan umum agar
gangguan terhadap lalulintas dapat diminimalisir. Oleh sebab itu tempat perhentian
angkutan umum harus diatur penempatannya sesuai kebutuhan. Secara fisik perhentian
dapat dilengkapi dengan prasaran berupa shelter atau hanya dengan rambu.
Tujuan diadakannya tempat perhentian sesuai dengan peraturan Dirjen
Perhubungan darat adalah untuk:
1. Menjamin kelancaran dan ketertiban lalu lintas;
2. Menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum;
3. Kepastian keselamatan untuk menaikkan danlatau menurunkan penumpang; dan
4. Kemudahan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan umum atau
bus.
Secara umum perhantian angkutan umum dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kategori, yaitu:
1. Perhentian di ujung rute (terminal)
Terminal adalah tempat dimana angkutan umum harus memulai atau memutar
untuk mengakhiri perjalannya. Pada lokasi perhentian ini penumpang harus
mengakhiri perjalanannya atau sebal iknya penumpang memulai perjalanannya.
2. Perhentian terletak di sepanjang rute
Perhentian ml harus disediakan dengan jarak dan jumlah yang memadai, agar
penumpang diberi kemudahan untuk akses dan juga agar kecepatan angkutan
umum dapat dijaga pada batas yang wajar.
3. Perhentian pada titik dimana dua atau lebih lintasan bertemu
Pada perhentian ini, penumpang dapat bertukar angkutan dengan lintasan rute
lainnya. Pergantian angkutan umum pada titik tersebut dapat disebut transfer.
Adapun persyaratan umum yang harus dimiliki oleh tempat perhentian adalah
sebagai berikut:
a. Berada di sepanjang rute angkutan umum/bus;
b. Terletak padajalur pejalan kaki dan dekat pada fasilitas pejalan kaki;
c. Diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau pemukiman;
d. Dilengkapi dengan rambu petunjuk; dan
e. Tidak mengganggu kelancaran arus lalulintas.

3.1.4 KRITERIA PENENTUAN LOKASI TERMINAL


Terminal merupakan salah satu komponen penting dalarn suatu sistem
transportasi dimana terminal adalah merupakan titik simpul dan suatu kegiatan. Oleh
karena itu dalam penentuan lokasi suatu terminal diperlukan suatu kajian yang

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 9


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

mendalam baik dan sisi lingkungan sekitar maupun dan sisi kota secara keseluruhan,
efektifitas dan efisiensi sistem transportasi dalam suatu lintasan sangat dipengaruhi
oleh kinerja dan terminal. Selain itu keberadaan terminal diharapkan dapat membantu
memacu agar kawasan disekitarnya lebih cepat mengalami perubahan (berkembang),
sehingga banyak terminal-terminal yang ada di dalam kota dialihkan ke daerah
pinggiran dengan harapan dapat memacu perkembangan kawasan tersebut disamping
untuk mengurangi kemacetan di dalam kota.
Lokasi terminal sangat ditentukan oleh konsep pelayanan angkutan umum di suatu
kota. Berdasarkan studi DirJen Perhubungan Darat tahun 1994 terdapat dua model yang
menjadi pertimbangan lokasi terminal:
1.  Model Nearside Terminating
Model ini mengembangkan sejumlah terminal di tepi kota. Angkutan antar kota
berakhir di terminal-terminal tepi kota, sedangkan pergerakan di dalam kota
dilayani dengan angkutan kota yang berasal dan berakhir di terminal- terminal yang
ada.
2.  Model Central Terminating
Model ini menguasai satu terminal terpadu di tengah kota yang melayani semua
jenis angkutan di kota tersebut.
Mengacu kepada konsep terminal itu sendiri, maka model kedua lebih
menguntungkan karena tingkat aksesibilitasnya yang lebih baik, yaitu:
• Dekat dengan tempat aktifltas;
• Mengurangi transfer; dan
• Kemudahan pencapaian oleh penumpang.
Model kedua ini disarankan untuk dikembangkan di “kota baru” (sub urban). Di
kota-kota yang sudah lama yang umumnya pada saat tercapainya titik dibarengi dengan
konsep pengembangan angkutan umum yang baik, pada umumnya memilih model
pertama karena adanya keterbatasan lahan.
Berdasarkan sudut pandang letak lokasi, terminal dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua) bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Letak terminal bersinggungan dengan ruas jalan untuk lalu lintas umum (tidak
hanya diperuntukkan untuk bagi yang berkepentingan menuju terminal); dan
2. Letak terminal agak berjauhan dengan ruas jalan untuk lalu lintas umum, sehingga
memerlukan ruas jalan akses.
Pada prinsipnya lokasi terminal ditentukan oleh 4 (empat) hal pokok (Dirjen
Perhubungan Darat, 1994), yaitu:
1.   Lokasi terminal sesuai dengan tata ruang, dalam halinirencana tata ruang kota;
2.   Kegiatan terminal tidak mengganggu lingkungan hidup sekitarnya;
3.   Kegiatan terminal dapat berlangsung secara efektifdan efisien; dan
4.   Kegiatan terminal tidak mengakibatkan gangguan pada kelancaran dan keselamatan
arus lalu lintas sekitarnya.
Dalam pembangunan terminal yang direncanakan maka untuk menentukan lokasi
terminal dapat mempertimbangkan seperti yang dijabarkan dalam PP No. 79 Tahun
2013, antara lain:

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 10


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

1.  Rencana Umum Tata Ruang


Kesesuaian arahan penggunaan lahan pada lokasi alternatif pembangunan terminal
sangatlah penting, untuk menghindari terjadinya penyimpangan rencana kota.
Selain itu ketersediaan fasilitas dan utilitas penunjang juga sangat penting dalam
pemilihan lokasi terminal. Dalam hal ini kriteria tapak sangat penting, kriteria
tapak meliputi harga tanah, penggusuran tanah, topografi dan lahan yang tersedia.

2.  Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan dalam haliniperlu dianalisis, karena volume lalulintas pada jalan
yang berhubungan langsung derigan lokasi terminal akan mempengaruhi kelancaran
pergerakan arus masuk dan keluar terminal.
3.  Kepadatan lalulintas
Seperti halnya kapasitas jalan, kepadatan lalulintas pada jalan yang berhubungan
langsung dengan lokasi terminal akan mempengaruhi kelancaran pergerakan arus
masuk dan keluar terminal.
4.  Keterpaduan dengan transportasi lain
Dalam penentuan lokasi terminal perlu adanya pertimbangan keterpaduan antara
moda angkutan dalam kota dengan moda transportasi lainnya, titik kritis pergantian
moda angkutan, jarak dengan simpul moda lain, dapat mengakomodasi jaringan
trayek AKDP, angkutan kota atau amgkutan pedesaan.
5.  Kelestarian lingkungan
Kriteria Iingkungan termasuk didalamnya adalah tidak mengganggu lingkungan
hidup sekitar, tidak rawan polusi, tidak rawan kebisingan dan tidak rawan banjir.
Dalam kegiatan ini hanya mengkaji terminal penumpang tipe A, maka untuk itu
dalam bagian ini dirasa sangat perlu untuk memaparkan beberapa persyaratan untuk
penetapan lokasi terminal yang digunakan juga untuk mengevaluasi kinerja terminal
penumpang tipe A tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi terminal
diantaranya yaitu :
a. Aksesibilitas adalah tingkat pencapaian kemudahan yang dapat dinyatakan dengan
jarak, waktu dan biaya angkutan
b. Struktur wilayah, dimaksudkan untukmencapai efeisiensi maupun efektifitas
pelayanan terminal terhadap elemen-elemen perkotaan yang mempunyai fungsi
pelayanan primer dan sekunder
c. Lalu lintas, terminal adalah merupakan pembangkit lalu lintas, oleh karena itu
penentuan lokasi terminal harus tidak lebih menimbulkan dampak lalu lintas
d. Biaya; penentuan lokasi terminal perlu memperhatikan biaya yang dikeluarkan oleh
pemakai jasa, oleh sebab itu faktor biaya ini harus dipertimbangkan agar
penggunaan kendaraan umum dapat diselenggarakan secara cepat, aman dan
murah.
Selain persyaratan tersebut diatas, berdasarkan Kepmenhub KM No. 32 Tahun 2015
dalam pembangunan terminal tipe A perlu memperhatikan syarat-syarat berikut ini :
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lalu
lintas batas Negara
b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 11


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

c. Jarak antara dua terminal tipe A, sekurang-kurangnya 20 Km di Pulau Jawa, 30 Km


di Pulau Sumatera dan 50 Km di pulau lainnya
d. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 Ha untuk terminal di Pulau Jawa
dan Sumatera, dan 3 Ha di pulau lainnya
e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak
sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari
jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

Gambar 3.1 5 Contoh Lay Out Desain Terminal Penumpang Tipe A

3.1.5 PERENCANAAN FASILITAS TERMINAL


1) Klasifikasi Terminal Penumpang
Berdasarkan surat keputusan bersama tiga menteri, terdapat dua sudut pandang
mengenai klasifikasi terminal penumpang:
a. Klasifikasi Penumpang
Berdasarkan peranannya dibedakan atas :

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 12


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

 Terminal Primer, yaitu terminal yang berfungsi untuk melayani arus


angkutan primer dalam skala kota atau lokal
 Terminal Sekunder, yaitu terminal yang berfungsi untuk melayani angkutan
sekunder dalam skala kota atau lokal
b. Klasifikasi Terminal
Berdasarkan fungsi dibedakan atas :
 Terminal Utama, yaitu terminal yang berfungsi untuk melayani arus
angkutan jarak jauh dengan volume tinggi. Terminal ini biasanya
menampung 50 – 100 kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang + 10 Ha.
 Terminal Madya, yaitu terminal yang berfungsi untuk melayani angkutan
jarak sedang dengan volume sedang. Terminal ini akan menampung 25 – 50
kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang + 5 Ha.
 Terminal Cadangan, yaitu terminal yang befungsi untuk melayani angkutan
penumpang jarak pendek dengan volume kecil. Terminal ini biasanya
menapung kurang dari 25 kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang +
2,5 Ha.

Gambar 3.1 6 Pola perletakan area di Terminal Penumpang Tipe A

Luas ruang diatas akan dimanfaatkan sesuai dengan bagian-bagian yang harus
ada dalam sebuah terminal, yang mencakupi sebagai berikut antara lain :
1. Daerah manfaat terminal, yaitu suatu daerah yang diperuntukkan bagi
kegiatan utama terminal berupa naiknya penumpang dan pelataran parkir
kendaraan angkutan
2. Daerah milik terminal, yaitu daerah yang berada di luar daerah manfaaat
terminal dan diperuntukkan bagi melangsungkan kegiatan penunjang
terminal seperti : perkantoran, kios-kios, restoran, taman, WC dan lainnya.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 13


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

3. Daerah pengawasan terminal, yaitu suatu daerah diluar daerah milik


terminal yang secara status tidak dimiliki terminal, tetapi peruntukan dan
penggunaannya selalu diawasi agar tidak mengganggu kegiatan terminal
serta lalu lintas secara keseluruhan.
Secara diagram pembagian struktur ruang tersebut dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Sumber : SKB 3 Menteri


Keterangan :
1. Daerah Manfaat Terminal
2. Daerah Milik Terminal
3. Daerah Pengawasan Terminal
Gambar 3.1 7 Pembagian Struktur Ruang Terminal

2) Satuan Dimensi Pelaku


a. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi, tiap jalan lebar 3 m, panjang bus 11 m,
lebar 2,5 m dan tinggi 3 m. Jarak antar bus I m, radius putar 12 m, tinggi lantai
60 cm, pada kecepatan 20 km/jam dibutuhkan ruang 45 m;
b. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi , tiap jalan lebar 2,7 m, panjang bus 7,5
m, lebar 2,2 m dan tinggi 2,4 m. Jarak antar bus minimal I m, radius putar 8 m,
tinggi lantai 60 cm, pada kecepatan 20 km/jam dibutuhkan ruang 40,5 m2;
c. Angkutan umum, tiap jalan lebar 2,5 m, panjang kendaraan 4 m, lebar 1,55 m
dan tinggi 1,6 m. Jarak antar kendaraan minimal I m, radius putar 6 m, tinggi
Iantai 60 cm; dan
d. Manusia berjalan pada 4 km/jam, butuh lebar koridor 60 cm, tiap orang
membutuhkan ruang 1,25 m2. Untuk keadaan diam ukuran menyusut hingga
separuhnya.
Inti dari pendekatan ini adalah menganggap terminal sebagai suatu wadah barang
diam, karena walaupun merupakan fasilitas transportasi terminal merupakan titik
henti.
3) Jenis fasilitas yang ada di terminal
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 32 tahun 2015 tentang terminal
transportasi jalan (bagian kedua pasal 3, 4, 5), tercantum jenis-jenis fasilitas umum
yang ada di terminal. Fasilitas terminal penumpang terdiri dan fasilitas utama dan
fasilitas penunjang.
Yang termasuk dalam jenis fasilitas utama adalah sebagai berikut:

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 14


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum;


b. Jalur kedatangan kendaraan umum;
c. Tempat parkir kendaraan umum selama rnenunggu keberangkatan, termasuk
di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum;
d. Bangunan kantor terminal;
e. Tempat tunggu penumpang dan/ atau pengantar;
f. Loket penjualan karcis;
g. Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat
petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan; dan
h. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan atau taksi.
Sedangkan fasilitas penunjang yang terdapat di terminal terdiri dan:
a. Kamar kecil/toilet;
b. Musholla;
c. Kios/kantin;
d. Ruang pengobatan;
e. Ruang informasi dan pengaduan;
f. Telepon umum;
g. Tempat penitipan barang; dan
h. Taman.
Tabel 3.1 2 Komponen Terminal Regional

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 15


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

4) Kebutuhan Lahan Parkir


Kebutuhan lahan parkir untuk Terminal Penumpang Tipe A dapat dilihat pada data
supply dan demand pada lokasi terminal. Survey terhadap supply dan demand
daerah parkir yang tersedia dirangkum dalam bentuk tabel, sedangkan penggunaan
ruang parkir (demand) tergantung dan karakteristiknya sendiri. Karakteristik utama
demand adalah volume kendaraan yang masuk dalam periode tertentu adalah
demand tertinggi.
Demand juga terpengaruh oleh durasi, yaitu waktu rata-rata tinggal di ruang parkir.
Oleh karena itu, kapasitas parkir angkutan umum dalam interval waktu tertentu
(per jam) harus lebih besar daripada kebutuhan ruang parkir volume angkutan
masuk terbesar pada interval waktu tertentu pada kondisi jam sibuk.
Dalam menghitung kebutuhan areal parkir dapat digunakan formula
sebagai berikut:
P=NxA
= n/jam x W tx Lx b
Dimana:
P = Kebutuhan area! parkir (m2)
N = Jumlah kendaraan parkir
N/jam = Volume angkutan umum masuk perjam
Wt = Waktu tunggu angkutan umum
A = Luas Kendaraan

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 16


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

L = Panjang kendaraan (m)


B = Lebar kendaraan (m)

Kapasitas areal parkir dapat dikatakan memadai apabila kebutuhan areal parkir
tidak melebihi kapasitas yang ada.
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) Terminal Penumpang Tipe A didasarkan atas
hal berikut.
1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil

Ket :
a = jarak gandar h = tinggi total b = depan tergantung
B = lebar total c = belakang tergantung L = panjang total
d = lebar
Gambar 3. 1 Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang

2. Ruang bebas kendaraan parkir


Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal
kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu
kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke badan kendaraan
parkir yang ada di sampingnya.
Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan
dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari
kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk
menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang
(aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah
longitudinal sebesar 30 cm.
3. Lebar bukaan pintu kendaraan
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan
yang memanfaatkan fasilitas parkir. Sebagai contoh, lebar bukaan pintu
kendaraan Stasiun akan berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan
pengunjung pusat kegiatan perbelanjaan atau sekolah.
Tabel 3.1 3 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 17


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut.
1. Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang

Keterangan :
B = lebar total kendaraan
L = panjang total kendaraan
O = lebar bukaan pintu a1, a2 = jarak bebas arah longitudinal
R = jarak bebas arah lateral
Gol I : B = 170 a1 = 10 Bp = 230 = B + O + R
O = 55 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 5 a2 = 20
Gol II : B = 170 a1 = 10 Bp = 250 = B + O + R
O = 75 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 5 a2 = 20
Gol III : B = 170 a1 = 10 Bp = 300 = B + O + R
O = 80 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 50 a2 = 20
Gambar 3.1 8 Dimensi Standar Ruang Parkir untuk Kendaraan Berpenumpang

2. Satuan Ruang Parkir untuk Bus

Gambar 3.1 9 Dimensi Standar Ruang Parkir untuk Bus/Truk

3. Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 18


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

Gambar 3.1 10 Dimensi Standar Ruang Parkir untuk Motor

3.1.6 KLASIFIKASI JALAN


Klasifikasi jalan menurut fungsinya sesuai dengan UU no.31 tentang jaringan jalan
adalah sebagai berikut:
1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh;
2. Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul, dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi; dan
3. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat, dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
Selain itu klasifikasi bisa dibedakan lagi dalam sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder:
1. Sistem jaringan jalan primer diturunkan dari keterkaitan antar kota dalam suatu
wilayah tertentu, dalam hal ini perlu dilihat kedudukan kota terhadap wilayah yang
lebih luas, dan sistem jaringan jalan yang rnenghubungkan antar kota; dan
2. Sistem jaringan jalan sekunder dilihat dari kegiatan kota secara internal. Dalam hal
ini perlu dilihat bagaimana sistern aktifltas kota, skala pelayanan kegiatan serta
pusat-pusat kegiatan yang ada.
3.1.7 KAPASITAS DAN KONSEP TINGKAT PELAYANAN
Pada dasarnya terdapat dua konsep dalam kapasitas terminal, dimana kapasitas
merupakan ukuran dari volume yang melalui terminal (atau sebagian dari terminal).
Konsep pertama yaitu kemungkinan arus lalu lintas maksimum yang melalui terminal
dapat terjadi, selalu harus terdapat suatu satuan lalu lintas yang menunggu untuk
memasuki tempat pelayanan segera mungkin sesudah tempat itu tersedia. Kondisi ini
jarang dicapai untuk periode yang panjang, sebagian disebabkan karena arus transport
biasanya mempunyai jam puncak (peak hour).
Konsep kedua dari kapasitas yaitu volume maksimum yang masih dapat ditampung
dengan waktu menunggu atau kelambatan yang masih dapat diterima. Biasanya
berdasarkan waktu rata-rata di dalam sistem, tetapi terkadang juga dapat berdasarkan
distribusi waktu. Apabila lalu lintas semakin memuncak atau padat pada bagian yang
pendek dari keseluruhan periode di mana volume diukur, kelambatan akan semakin

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 19


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

meningkat. Untuk masing-masing satuan lalu lintas waktu total adalah jumlah dari
waktu kelambatan dan waktu untuk pelayanan.

3.1.8 AKTIFITAS DI TERMINAL


Penyediaan fasilitas publik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
alat bantu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. selain melayani
manusia, terminal juga melayani kendaran, yang merupakanalat bantu transportasi.
Untuk itu terminal tidak hanya memperhatikan kebutuhan penggunanya saja, tapi juga
harus mempertimbangkan kebutuhan kendaraan/jenis angkutan yang dilayani, sehingga
keberadaannya dapat memenuhi fungsi terminal itu sendiri. Kondisi ini memunculkan
aktivitas yang bersifat mekanistik, dimana terdapat aktivitas yang harus dilakukan
secara berurutan dan teratur untuk mewujudkan sistem transportasi yang efisien, aman
dan dapat membentuk aliran sirkulasi yang terpadu.
Secara umum aktivitas di terminal dapat dikelompokkan ke dalam dua zona, yaitu
zona sirkulasi dan zona penunjang. Pengelompkkan ini dilakukan untuk memberikan
kelancaran dan efisiensi pergerakan bagi kendaran, yang secara tidak langsung
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Masing-masing zona memiliki fungsi
tersendiri, yaitu :
 Zona sirkulasi angkutan dalam kota dan antarkota berfungsi sebagai :
1. Tempat memuat penumpang dan/atau barang dari waktu tiba sampai waktu
berangkat
2. Tempat perpindahan moda, dari satu moda angkutan ke moda angkutan lainnya
3. Tempat istirahat dan pemeliharaan kendaraan
 Zona penunjang berfungsi sebagai :
1. Tempat menunggu bagi penumpang yang baru turun dari satu moda dan
menunggu kedatangan moda yang lain.
2. Tempat pelayanan dokumentasi, seperti pemesanan dan pembelian tiket
3. Tempat istirahat
4. Penunjang kelancaran sistem transportasi
Aktivitas yang bersifat mekanistik muncul di zona sirkulasi kendaraan. Secara umum
aktivitas yang dijalani oleh kendaraan ketika berada di terminal dapat dilihat pada
Gambar.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 20


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

Gambar 3.1 11 Aktivitas Kendaraan Di Terminal

Sifat mekanistik pada aktivitas sirkulasi secara tidak langsung memperngaruhi pola
pergrakan dan aktivitas calon penumpang di terminal, yang secara umum digambarkan
sebagai berikut

Gambar 3.1 12 Bagan Aktivitas Calon Penumpang Di Terminal

Hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran aktivitas terminal dan perlu diperhatikan
dalam penataannya antara lain adalah :
 Kejelasan pencapaian dari lingkungan sekitar lahan perencanaan menuju bangunan
terminal dan sebaliknya
 Kejelasan sirkulasi penumpang di dalam terminal, terutama saat pergantian moda
dan mencari kendaraan yang dibutuhkan
 Kejelasan sirkulasi kendaraan. Semua kendaraan yang masuk dapat membaca alur
geraknya dan pengguna tidak kehilangan arah.
 Kejelasan aktivitas masing-masing pengguna terminal dan penataan ruang sesuai
dengan kebutuhan.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 21


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

3.1.9 KOMPONEN PENATAAN TERMINAL


Unsur-unsur penataan kota, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Shirvani (1985)
terdiri atas:
1. Tata guna lahan
2. Bentuk dan masa bangunan
3. Sistem sirkulasi dan parkir
4. Ruang terbuka
5. Aktivitas penunjang
6. Tata informasi
7. Preservasi
Komponen penataan terminal didasarkan pada beberapa unsur fisik tersebut, yaitu
tata guna lahan (konsep zoning), tata masa, sistem sirkulasi dan parkir, ruang terbuka,
aktivitas penunjang dan tata informasi.

3.1.10 PENATAAN TERMINAL BERDASARKAN KEBUTUHAN MANUSIA


Keberadaan lingkungan binaan untuk melayani kebutuhan manusia (human needs)
memerlukan arahan penataan sesuai dengan kebutuhan. Peran penataan lingkungan
binaan antara lain adalah (Moleski dalam Preiser 1978, 112):
1. Penataan lingkungan binaan bisa berperan sebagai tujuan dalam pemenuhan
kebutuhan manusia
2. Penataan lingkungan binaan bisa berperan sebagai pendorong yang dapat
mengarahkan pola tingkah laku manusia
3. Penataan lingkungan binaan bisa berperan sebagai pengatur, yang dapat
memunculkan terbentuknya pola tingkah laku tertentu dan
menghilangkan/menghambat terbentuknya pola tingkah laku yang tidak diinginkan.
4. Penataan lingkungan binaan bisa berperan sebagai pendorong bagi keberlangsungan
suatu aktivitas
Fungsi penataan lingkungan binaan antara lain adalah (Moleski dalam Preiser
1978, 112 – 113):
1. Mengatur elemen-elemen fisik yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia, seperti cahaya, panas, suara, aroma dan lain-lain.
2. Menyediakan dan mangatur fasilitas fisik untuk membantu terbentuknya pola
aktivitas tertentu dan menghalangi terbentuknya aktivitas yang tidak diinginkan.
Variabel dari fungsi ini adalah hubungan spasial antar kawasan, penataan kawasan
dan komponen yang harus disediakan di dalam kawasan tersebut.
3. Mendorong terbentuknya kondisi lingkungan yang sesuai untuk memuaskan
pengguna melalui pemenuhan kebutuhan fungsional dan estetika.
Abraham Maslow (1954, dalam Lang 1994, 211 – 213) mengidentifikasi lima
kebutuhan dasar manusia :
1. Kebutuhan fisiologis

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 22


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

Kebutuhan fisiologis manusia ini terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu : Bertahan
hidup Kesehatan Pengembangan Kenyamanan
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
3. Kebutuhan bersosialisasi
4. Kebutuhan penghargaan diri
5. Kebutuhan pembuktian diri

3.1.11 KEAMANAN DAN KESELAMATAN


Ada 2 tipe kebutuhan keamanan dan keselamatan yang harus dipertimbangkan
dalam perancangan suatu kawasan, yaitu (Lang 1994, 234) : Fisiologis ; bebas dari
ancaman langsung. Dalam hal ini manusia harus aman dari ancaman binatang buas,
bencana alam, pola dan bahan bangunan, tindak kriminal dan kecelakaan. Psikologis ;
berhubungan daengan sense of place , baik secara geografi maupun lingkungan sosial,
dimana manusia harus terhindar dari segala sesuatu yang tidak diinginkan, mampu
mengenali lingkungnnya dan tidak merasa takut ketika berada di lingkungan lain.
Dalam kaitannya dengan keamanan dan keselamatan, perancangan kawasan tidak
langsung mengatasi permasalahannya namun hanya mengatasi gejala saja. Perancangan
kawasan bisa menghasilkan lingkungan dengan tingkat keamanan dan keselamatan
tertentu, tapi tidak bisa mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan
penyimpangan sifat dan tingkah laku manusia (Lang 1994, 235)
Keselamatan secara fisik seringkali dipengaruhi dan diganggu oleh empat faktor
bahaya sebagai berikut :
1. Polusi dan bahaya penyakit, diatasi dengan penyediaan sanitasi yang baik dan
penyediaan fasilitas kesehatan
2. Bencana alam, diatasi dengan kemajuan teknologi dalam perancangan
3. Bahaya dari lingkungan terbangun dan penggunaan mesin, diatasi dengan
penggunan bahan bangunan yang aman dan ramah lingkungan, penataan jalan dan
persimpangan yang aman, dan lain-lain.
4. Penyimpangan tingkah laku di dalam lingkungan, diatasi dengan merancang fasilitas
keamanan di tempat umum
Keselamatan di terminal dipengaruhi dan diganggu oleh faktor 3 dan keamanan di
terminal dipengaruhi oleh faktor 4, dimana ketidakmampuan untuk mengatasi gangguan
dari salah satu faktor tersebut akan menimbulkan perasaan tidak aman secara
psikologis.
Jaminan keamanan dan keselamatan di terminal merupakan unsur sangat penting,
dimana terminal merupakan tempat yang rawan akan tindakan kejahatan dan
kecelakaan. Aspek keamanan dan keselamatan bisa diwujudkan dengan pengamanan
dari kecelakaan dan pengamanan dari tindak kejahatan (Lang 1995, 238). Kedua faktor
ini dijadikan sebagai indikator kemanan dan keselamatan di terminal, sebagai berikut :
1. Pengamanan dari kecelakaan (keselamatan)
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan untuk menciptakan
keselamatan dan keamanan adalah pemisahan antara aktivitas-aktivitas yang tidak
sesuai (Lang 1994, 238). Hal ini berhubungan dengan pengaturan letak komponen-
komponen terminal. Hal lain yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 23


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

kecelakaan di terminal adalah dengan menyediakan lampu-lampu penerangan yang


cukup dan pengadaan papan peringatan ditempat yang rawan kecelakaan.

2. Pengamanan dari tindak kejahatan (keamanan)


Pengamanan dari kemungkinan terjadinya tindak kejahatan dapat dilakukan dengan
penempatan pos keamanan, ketampakan dan pengadaan papan peringatan bagi
pengguna terminal agar lebih waspada.

3.1.12 KEBERSIHAN DAN KESEHATAN


Faktor kesehatan dalam penataan terminal juga mengandung unsur kebersihan.
Untuk itu dalam mengkaji tingkat pelayanan terminal regional Leuwipanjang ini faktor
kebersihan dan kesehatan dilihat dari indikator berikut :
a. Pengelolaan sampah
Berkaitan dengan perencanaan kebersihan, perancangan kota membahas tentang
perencanaan sistem pengelolaan sampah (Lang 1994, 220). Komponen pengelolaan
sampah yang harus ada di tempat umum antara lain adalah bak sampah, tempat
pembuangan sampah sementara dan petugas kebersihan. Ketersedian tempat
sampah di tempat-tempat yang strategis dan mudah dikenali mempengaruhi tingkat
kebersihan suatu kawasan (Effendi 1998, 5-13)
b. Sanitasi
Sanitasi terkait dengan ketersediaan air bersih, saluran drainase dan pengolahan air
kotor. Pengolahan limbah yang efektif adalah yang mampu mengolah limbah dan
mengembalikannya ke alam dengan aman, dalam arti tidak menimbulkan efek
buruk pada kesehatan, tidak menimbulkan bau dan tidak menggangu estetika
(Harris 1998, 720-2)
c. Penyediaan fasilitas kesehatan
Terminal sebagai ruang publik memiliki resiko kecelakaan yang cukup tinggi.
Fasilitas kesehatan merupakan unsur penting yang harus tersedia sebagai alat
pertolongan pertama pada kecelakaan. Fasilitas kesehatan di terminal biasanya
berupa pengadaan ruang kesehatan.
d. Penyediaan sarana pelindung dari polusi udara
Terminal sebagai tempat berkumpulnya kendaraan tergolong sebagai lokasi dengan
tingkat polusi udara yang tinggi. Untuk menghindari dampak kesehatan yang
mungkin ditimbulkan, diperlukan suatu sarana pelindung yang setidaknya dapat
mengurangi tingkat polusi udara di lingkungan terminal. Sarana pelindung dari
polusi udara yang alami dan cukup efektif adalah ruang terbuka hijau, karena
memiliki kemampuan menyerap partikel-partikel polutan (Baruch 1998, 321), De
Chiara (1997, 125) juga menyatakan bahwa kehadiran tanaman dapat
mengendalikan polusi udara melalui penghalangan, pengarahan, pembiasan dan
penyerapan. Kemampuan untuk menyerap polutan pada tanaman sangat bervariasi,
dimana pepohonan memiliki tingkat penyerapan yang paling tinggi. Jarak
penanaman pohon juga berpengaruh, dimana semakin pendek jarak penanaman
semakin baik tingkat penyerapan partikel polutan (Baruch 1998, 321)

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 24


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

3.1.13 KENYAMANAN
Pada tingkat dasar, kenyamanan merupakan kebebasan dari rasa sakit pada semua
dimensi lingkungan, baik secara fisik maupun psikologis. Tingkat kenyamanan bersifat
subjektif dan berbeda-beda, tergantung pada tingkah laku tiap individu dan dipengaruhi
oleh kultur budaya, dimana kecepatan pertumbuhan dan perkembangan wilayah tidak
menjamin tingkat kenyamanan penduduk.
Terminal sebagai ruang publik memiliki intensitas pemanfaatan yang sangat tinggi.
Kenyamanan di lingkungan terminal merupakan faktor yang sangat penting untuk
memenuhi tingkat kepuasan masyarakat. Indikator kualitas terminal berdasarkan aspek
kenyamanan adalah sebagai berikut :
1. Pelindung dari polusi suara
Suara yang ditimbulkan oleh kendaraan merupakan sumber utama kebisingan di
terminal. Tata ruang dalam terminal yang memberikan kesan nyaman harus mampu
menyerap kebisingan (Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1995 tentang Pembinaan
Terminal Angkutan Jalan Raya).
Pengendalian kebisingan bisa dilakukan melalui cara berikut (Harris 1998, 660 (6-
7)): Pengendalian langsung di sumber suara Membuat jarak dengan sumber
kebisingan Membuat penghalang dengan sumber kebisingan
Dari ketiga cara di atas, yang bisa diterapkan untuk mengendalikan kebisingan di
terminal adalah : Membuat jarak dengan sumber kebisingan. Cara ini hanya bisa
dilakukan pada tempat-tempat tertentu, mengingat sebagian aktivitas pengguna
terminal berhubungan langsung dengan kendaraan sebagai sumber kebisingan
Membuat penghalang dengan sumber kebisingan. Beberapa bentuk penghalang yang
bisa di gunakan di terminal adalah :
a. Membuat gundukan tanah/bukit kecil (earth berms) antara jalur kendaraan
dengan jalur pedestrian dan bangunan (Harris 1998, 660-7).
b. Memperbanyak tanaman, terutama antara jalur kendaraan dengan jalur
pedestrian dan bangunan. Area yang ditutupi oleh tumbuhan lebih mampu
menyerap suara dibanding perkerasan, dimana yang memiliki tingkat
penyerapan suara yang baik adalah rumput, semak dan perdu (Harris 1998, 660-
7). Kombinasi dari pepohonan, perdu rendah dan permukaan penutup akan
memberikan pelemahan kebisingan (De Chiara 1997, 140)
2. Pelindungan dari gangguan cuaca
Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman perancangan kota berkaitan erat
dengan pengadan sarana pelindung dari gangguan cuaca (Lang 1994, 21). Bangunan
utama, ruang tunggu dan jalur pedestrian merupakan tempat berkumpulnya
penumpang dan pengguna terminal lainnya. Pengadaan sarana pelindung dari
gangguan cuaca terutama diperlukan di sepanjang jalur pedestrian dan bagian
ruang tunggu yang bersifat terbuka. Sarana pelindung ini biasanya berupa atap
peneduh atau pohon berkanopi yang mampu menghalangi pengguna dari paparan
cahaya matahari langsung dan dari gangguan hujan.
3. Pengendali suhu udara
Sebagian besar lingkungan terminal merupakan ruang terbuka dengan perkerasan
yang bersifat memantulkan cahaya dan panas. Selain itu juga adanya aktivitas
mesin kendaraan yang mempengaruhi suhu udara di terminal. Untuk itu perlu
adanya sarana pelindung bagi pengguna terminal agar bisa melakukan aktivitasnya

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 25


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

dengan nyaman. Pengendali suhu udara alami yang bisa dimanfaatkan di ruang
publik adalah pengadaan ruang terbuka hijau. Prinsip penataan ruang terbuka hijau
untuk mengendalikan suhu adalah dengan mendistribusikan ruang terbuka hijau di
sekitar terminal, terutama di sekitar tempat berkumpulnya massa (Baruch 1998,
304).

4. Kemudahan sirkulasi
Suatu fungsi yang dirancang dengan baik harus mampu memberi kemudahan
pergerakan bagi lalu lintas, baik itu lalu lintas pejalan kaki maupun kendaraan.
Pergerakan lalu lintas ini memerlukan ruang yang cukup, dimana ruang yang cukup
bagi kendaraan bermotor termasuk untuk parkir, menurunkan dan menaikkan
penumpang dan sebagainya (Danisworo 1996, 74). Jalur pedestrian yang baik adalah
yang dapat digunakan oleh pejalan dengan nyaman sehingga dapat meningkatkan
minat berjalan. Hal utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan jalur
pedestrian adalah (Shirvani 1985, 32-33) : Jalur pedestrian harus memiliki akses
yang baik pada tempat pemberhentian kendaraan umum dan tempat parkir
Kapasitas jalur pedestrian disesuaikan dengan jumlah pengguna
5. Tata masa bangunan
Dalam mengkaji tingkat pelayanan terminal regional, tata masa bangunan berkaitan
dengan : Luas/dimensi masing-masing komponen yang dibutuhkan oleh pengguna
Peletakan masing-masing komponen.
Hal ini didasari oleh Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1995 tentang Pembinaan
Terminal Angkutan Jalan Raya tentang kriteria tata ruang dalam terminal yang
dapat memberikan kesan nyaman, yaitu : Tidak berdesak-desakan Sirkulasi udara
yang nyaman Lampu penerangan yang fungsionil

3.1.14 INOVASI KONSEP PERANCANGAN


Konsep pada revitalisasi Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari ini khususnya pada
bangunan ingin menciptakan sebuah terminal bus penumpang di Bobotsari yang
fleksibel, dinamis dan ekspresif, melalui pengolahan tata ruang dalam, tata ruang
luar, dan penampilan bangunan (fasade bangunan).
Terminal yang fleksibel, diharapkan nantinya bangunan terminal ini dapat
menyesuaikan diri baik itu berupa perkembangan waktu, fisik (penataan ruang), dan
lokasi bangunan, serta fungsi bangunan. Penggunaan sistem open plan akan lebih
ekonomis, efisiensi ruang tercapai, tidak memerlukan dinding permanen sehingga aliran
kerja lebih lancar, ada kemudahan komunikasi, dan lebih fleksibel terutama dalam
kemudahan perubahan layout setiap layout ruang. Fleksibilitas dalam bangunan
terminal bus dapat juga berupa pengembangan fungsi pada bangunan dan tidak hanya
fokus pada satu fungsi pengembangan bangunan.
Terminal yang dinamis berarti memiliki maksud dapat seolah-olah bergerak,
semangat, energik, bertenaga. Dalam kalimat, kata dinamis dapat digunakan seperti
dalam susunan bentuk bangunan terminal membuat bangunan terlihat dinamis.
Penghadiran dinamis berarti pengulangan objek, penggunaan bentuk yang bervariasi.
Bentuk tersebut terlihat seolah-olah bergerak sehingga mempengaruhi pola kegiatan di
dalam bangunan. Hal ini merefleskikan fungsi utama terminal yang merupakan pusat

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 26


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

pergerakan baik kendaraan maupun orang atau sebagai salah satu simbol dinamika
kehidupan suatu daerah atau kota.

Terminal bus yang Ekspresif ingin ditampilkan melalui wujud bangunan yang bisa
langsung diartikan oleh pengamatnya. Diharapkan terminal nantinya dapat menjadi
semacam media komunikasi untuk memperlihatkan fungsi sesungguhnnya terminal
sebagai tempat naik dan turunnya penumpang, bagaimana fasadenya, sebesar apa
dimensinya dan berbagai pernyataan lainnya yang muncul dalam benak seseorang yang
melihat bangunanterminal ini. Suatu ekspresi serta memunculkan citra (image) pada
bangunan. Ekspresi desain terminal ini bisa mengambil citra karakteristik arsitektur
bangunan dan budaya setempat dalam hal ini ciri arsitektur Kota Bobotsari atau Provinsi
Sulawesi Selatan.

3.1.15 ANALISA PASAR

Bobotsari merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Purbalingga dengan memiliki


16 desa. Terdapat pembangunan Bandar Udara Jendral Besar Soedirman (JBS)
Purbalingga yang direncanakan pembangunan dalam waktu 18-20 bulan atau 2020
mendatang. Keberadaan bandara ini selain mendukung tugas TNI dalam melaksanakan
operasi militer dan penanggulangan bencana juga bandara ini akan membuka kases
Jawa Tengah bagian barat dan selatan yang membawa efek multiplier yaitu peningkatan
perekonomian, peningkatan perdagangan dan pariwisata.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 27


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

Pemerintah daerah bersama TNI mengadakan program TMMD (TNI Manunggal


Membangun Desa) telah terbukti menjadi salah satu solusi permasalahan yang mampu
mengurangi kesenjangan masyarakat dan kesejahteraan didaerahnya. Terdapat dua
sasaran pada program ini yaitu pertama sasaran fisik dalam hal ini melakukan
pembukaan jalan baru bersama warga dan keduasasaran non-fisik dalam hal ini
penyuluhan kesadaran berbangsa dan bernegara, penyuluhan pertanian, penyuluhan
kesejahteraan masyarakat dan penyuluhan bidang ideologi.

Tabel 3.1.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bobotsari(Rp. Milliar)

No Kategori 2016 2017 2018


1 Pertanian 5.707,11 5.872,88 6.272,84
2 Pertambangan & Penggalian 969,70 995,45 1.074,63
3 Industri Pengolahan 5.306,00 5.762,14 6.272,60
4 Pengadaan listrik & Gas 9,84 11,01 11,79
5 Pengadaan air 20,22 21,69 23,17
6 Konstruksi 1.147,00 1.278,95 1.413,37
7 Perdagangan 2.472,22 2.698,52 2.904,11
8 Transportasi & Pergudangan 624,55 674,16 712,88
9 Akomodasi & Makan Minum 453,01 487,74 523,89
10 Informasi & Komunikasi 305,05 365,68 412,27
11 Jasa Keuangan 450,35 494,02 532,42
12 Real Estate 210,30 228,60 248,25
13 Jasa Perusahaan 34,71 39,25 43,66
14 Adm Pemerintahan, pertahanan 565,51 595,73 628,38
& Jam. Sos
15 Jasa Pendidikan 1.129,63 1.271,47 1.405,66
16 Jasa kesehatan& keg. Sosial 208,56 231,46 256,64
17 Jasa Lainnya 370,40 410,89 453,78
Produk Domestik Regional Bruto 19.984,16 21.439,65 23.190,33
*)Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2019
Berdasarkan data tabel PDRB terjadi peningkatan PDRB didalam 3 tahun ini, seperti
tahun 2016 dari Rp. 21.439,65 milliar menjadi Rp. 23.190,33 Miliar. Peningkatan PDRB
berasal dari kontribusi terbesar yaitu pertanian dan kedua adalah industri pengolahan.
Terjadi kenaikan inflasi dari 2.39% tahun 2016 menjadi 3.01% ditahun 2018

Tabel 3.1.5 Sarana Kesehatan Bobotsari di 2019

No Desa/Kelurah Rumah Rumah Polikli Pusk PraktikDo Praktik PKD Posya


an Sakit Bersalin nik esm kter Bidan ndu
as
1 Gandasuli 1 1 - - - 1 1 4
2 Kalapacung - - - - - 1 1 3
3 Karangmalang - - - 1 - 1 1 4
4 Banjasari - - - - - 1 1 3
5 Majapura - - - - - 2 1 4
6 Bobotsari - 1 - 1 2 1 1 4
7 Karangduren - - - - - 1 1 3

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 28


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

8 Pakuncen - 1 - - 1 1 1 3
9 Karangtalum - - - - - 1 1 4
10 Gunungkarang - - - - - 1 1 2
11 Talagening - - - - - 1 1 4
12 Tlagayasa - - - 1 - 2 1 5
13 Dagan - - - - - 2 1 5
14 Limbasari - - - 1 - 1 1 3
15 Palumbangan - - - - - 1 1 1
16 Palumbangan - - - - - 1 1 2
kulon
Jumlah 1 3 - 4 3 19 16 54
*)Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2019
Berdasarkan data tabel sarana kesehatan, Bobotsari memili kisarana kesehatan yaitu1
Rumah sakit, 3 rumahsakit bersalin, 4 puskesmas, 3 praktik dokter, 19 praktik bidan, 16
PKD dam 54 Posyandu.
Tabel 3.1.6 Sarana Perdagangan Bobotsari di 2019

No Desa/Kelurahan Pasar Mini Market

1 Gandasuli - -
2 Kalapacung - -
3 Karangmalang 1 -
4 Banjasari - -
5 Majapura - 1
6 Bobotsari 2 5
7 Karangduren - -
8 Pakuncen - -
9 Karangtalum - -
10 Gunungkarang - -
11 Talagening - -
12 Tlagayasa 1 -
13 Dagan - -
14 Limbasari - -
15 Palumbangan - -
16 Palumbangankul - -
on
Jumlah 4 6
*)Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2019
Berdasarkan data tabel Sarana perdagangan, Bobotsari memiliki 4 pasar yang telah
dilakukan revitalisasi pasar oleh pemerintah daerah dan 6 mini market.
Berdasarkan teori sampel dan sampling penilitian menurut Sugiyono (2011: 118-127),
Analisa preferensi konsumen atau penumpang diterapkan untuk melihat bagaimana
perilaku konsumen atau penumpang didalam terminal dan sekitar terminal. Data dan
informasi diperoleh melalui survey lapangan dan sumber – sumber referensi. Jumlah dan
komposisi sampel acak sebagai responden kuisioner sebanyak 30 responden dan
menggunakan teknik sampling area atau sampling daerah yang digunakan untuk
menentukan penduduk atau orang mana yang akan dijadikan sumber data, maka

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 29


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan yaitu


terminal Bobotsari dan survey lapangan sekitar 5 Km dari terminal Bobotsari.
Dari hasil kuisioner yang telah dilakukan pengolahan data, yaitu
1. Berdasarkan usia dan pekerjaan, usia konsumen atau penumpang paling banyak rata-
rata usia 41 – 50 tahun dengan 27% dan usia 21-30 tahun dengan 27% dan pekerjaan
adalah wiraswasta sebesar 30% dan lainnya sebesar 47%.

2. Berdasarkan jumlah perjalanan, dalam tiga tahun terakhir konsumen atau


penumpang menggunakan jasa angkutan bus diterminal bobotsari rata – rata
sebanyak 7-9 kali sebesar 23% dan 1-2 kali sebanyak 23%.

3. Untuk parkir luas, tertib, memadai dan aman. Berdasarkan persepsi responden
bahwa belum adanya parkir kendaraan yang luas, memadai, tertib dan aman
sehingga harapan dari responden dan survey dilapangan perlu dilakukan penambahan
atau revitalisasi terkait parkiran yang memadai dan aman serta alur angkutan yang
baik sehingga tidak menimbulkan kemacetan diterminal Bobotsari.

4. Untuk ruang tunggu. Berdasarkan persepsi dari


responden bahwa belum adanya ruang tunggu untuk konsumen atau penumpang yang
nyaman, memadai dan luas sehingga harapan dari responden perlu dilakukan
penambahan atau revitalisasi ruang tunggu di terminal Bobotsari.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 30


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

5. Untuk fasilitas umum. Berdasarkan persepsi dari responden bahwa belum terdapat
fasilitas umum yang lengkap sehingga harapan dari responden bahwa Terminal
Bobotsari dilengkapi dengan fasilitas umum yang lengkap dan berdasarkan survey
dilapangan bahwa terminal bobotsari dapat dijadikan pusat perdagangan atau
komersil.

Secara besaran, ekonomi Indonesia pada tahun 2020 masih mengalami perlambatanlaju
perekonomian yang diasumsikan akan tumbuh sekitar 5.3%. Indonesia dapat stabil
dengan adanya usia produktif, gencar melakukan perbaikan disemua aspek terutama

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 31


Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)

dipembangunan infrastruktur sehingga pusat industry bemunculan maka perekonomian


akan stabil dan maju.
Berdasarkan dari beberapa data diatas dapat disimpulkan kecamatan Bobotsari
merupakan wilayah yang kontribusi dari pertanian dan industri pengolahan yang cukup
besar untuk PDRB. Dengan adanya pembangunan bandara udara dan dekat dengan
purbalingga yang merupakan kawasan wisata akan dapat dapat meningkatkan
perekonomian daerah, peningkatan perdagangan dan pariwisata serta jasa transportasi
angkutan bus masih banyak diminati dan berkembang. Oleh karena itu, terminal
Bobotsari dapat dikembangkan (revitalisasi) dan ditambahkan dengan pusat komersil
atau perdagangan yang memiliki parkir yang memadai dan aman. Dengan adanya pusat
perdagangan di kawasan terminal maka diharapkan adanya penambahan income bagi
terminal Bobotsari melalui tenan yang ada.

3.2 SURVEI TOPOGRAFI


Survei topografi telah dilaksanakan. Data hasil survei topografi terlampir.

3.3 SURVEI SOIL


Survei Soil telah dilaksanakan. Data hasil survei soil terlampir.

PT. Scalarindo Utama Consult | 3 - 32

Anda mungkin juga menyukai