PENYUSUNAN DED
REVITALISAS
TERMINAL
PENUMPAN TIPE A
BOBOTSARI
(JATENG)
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A
BOBOTSARI (JATENG)
Desain Final
Terminal Tipe A
Bobotsari
guna menyusun DED dan RAB Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari (Jawa Tengah).
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah tersusunnya DED dan RAB Revitalisasi Terminal
Penumpang Tipe A Bobotsari (Jawa Tengah).
Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah melakukan inventarisasi, identifikasi dan
analisis mengenai Penyusunan DED Revitalisasi Terminal Penumpang Tipe A Bobotsari
(Jawa Tengah).
a. Ruang lingkup wilayah :
Ruang lingkup wilayah studi ini meliputi Bobotsari (Jawa Tengah).
b. Ruang lingkup materi :
1. Melakukan inventarisasi, identifikasi dan analisis terhadap penyusunan DED dan
RAB pembangunan/peningkatan Terminal Penumpang Tipe A Provinsi Bobotsari
(Jawa Tengah) dari hasil pengolahan data teknis baik data sekunder atau data
primer di wilayah studi.
2. Penyusunan DED yang antara lain meliputi gambar – gambar yang diperlukan
untuk dikerjakan oleh kontraktor pelaksana yang meliputi gambar Site Plan
(SP), gambar arsitektur (AR), gambar struktur (S), gambar mekanikal dan
elektrikal (ME) dan utilitas (U);
3. Penghitungan kebutuhan biaya (RAB) sesuai dengan DED yang telah disusun dan
dilengkapi dengan harga satuan material, harga satuan upah, harga satuan alat,
analisa harga satuan alat, analisa harga satuan pekerjaan, serta perhitungan
back up volume pekerjaan;
4. Penyusunan Spesifikasi Teknis sesuai dengan RAB dan DED yang telah disusun.
Sebagai tempat menunggu bagi penumpang yang baru turun dari satu moda dan
menunggu kedatangan moda yang lain.
Sebagai tempat pelayanan okumentasi, seperti pemesanan dan pembelian tiket
Sebagai tempat istirahat dan pemeliharaan kendaraan S
Sebagai penunjang kelancaran sistem transportasi
Tempat henti dibutuhkan keberadaannya di sepanjang rute angkutan umum agar
gangguan terhadap lalulintas dapat diminimalisir. Oleh sebab itu tempat perhentian
angkutan umum harus diatur penempatannya sesuai kebutuhan. Secara fisik perhentian
dapat dilengkapi dengan prasaran berupa shelter atau hanya dengan rambu.
Tujuan diadakannya tempat perhentian sesuai dengan peraturan Dirjen
Perhubungan darat adalah untuk:
1. Menjamin kelancaran dan ketertiban lalu lintas;
2. Menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum;
3. Kepastian keselamatan untuk menaikkan danlatau menurunkan penumpang; dan
4. Kemudahan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan umum atau
bus.
Secara umum perhantian angkutan umum dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kategori, yaitu:
1. Perhentian di ujung rute (terminal)
Terminal adalah tempat dimana angkutan umum harus memulai atau memutar
untuk mengakhiri perjalannya. Pada lokasi perhentian ini penumpang harus
mengakhiri perjalanannya atau sebal iknya penumpang memulai perjalanannya.
2. Perhentian terletak di sepanjang rute
Perhentian ml harus disediakan dengan jarak dan jumlah yang memadai, agar
penumpang diberi kemudahan untuk akses dan juga agar kecepatan angkutan
umum dapat dijaga pada batas yang wajar.
3. Perhentian pada titik dimana dua atau lebih lintasan bertemu
Pada perhentian ini, penumpang dapat bertukar angkutan dengan lintasan rute
lainnya. Pergantian angkutan umum pada titik tersebut dapat disebut transfer.
Adapun persyaratan umum yang harus dimiliki oleh tempat perhentian adalah
sebagai berikut:
a. Berada di sepanjang rute angkutan umum/bus;
b. Terletak padajalur pejalan kaki dan dekat pada fasilitas pejalan kaki;
c. Diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau pemukiman;
d. Dilengkapi dengan rambu petunjuk; dan
e. Tidak mengganggu kelancaran arus lalulintas.
mendalam baik dan sisi lingkungan sekitar maupun dan sisi kota secara keseluruhan,
efektifitas dan efisiensi sistem transportasi dalam suatu lintasan sangat dipengaruhi
oleh kinerja dan terminal. Selain itu keberadaan terminal diharapkan dapat membantu
memacu agar kawasan disekitarnya lebih cepat mengalami perubahan (berkembang),
sehingga banyak terminal-terminal yang ada di dalam kota dialihkan ke daerah
pinggiran dengan harapan dapat memacu perkembangan kawasan tersebut disamping
untuk mengurangi kemacetan di dalam kota.
Lokasi terminal sangat ditentukan oleh konsep pelayanan angkutan umum di suatu
kota. Berdasarkan studi DirJen Perhubungan Darat tahun 1994 terdapat dua model yang
menjadi pertimbangan lokasi terminal:
1. Model Nearside Terminating
Model ini mengembangkan sejumlah terminal di tepi kota. Angkutan antar kota
berakhir di terminal-terminal tepi kota, sedangkan pergerakan di dalam kota
dilayani dengan angkutan kota yang berasal dan berakhir di terminal- terminal yang
ada.
2. Model Central Terminating
Model ini menguasai satu terminal terpadu di tengah kota yang melayani semua
jenis angkutan di kota tersebut.
Mengacu kepada konsep terminal itu sendiri, maka model kedua lebih
menguntungkan karena tingkat aksesibilitasnya yang lebih baik, yaitu:
• Dekat dengan tempat aktifltas;
• Mengurangi transfer; dan
• Kemudahan pencapaian oleh penumpang.
Model kedua ini disarankan untuk dikembangkan di “kota baru” (sub urban). Di
kota-kota yang sudah lama yang umumnya pada saat tercapainya titik dibarengi dengan
konsep pengembangan angkutan umum yang baik, pada umumnya memilih model
pertama karena adanya keterbatasan lahan.
Berdasarkan sudut pandang letak lokasi, terminal dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua) bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Letak terminal bersinggungan dengan ruas jalan untuk lalu lintas umum (tidak
hanya diperuntukkan untuk bagi yang berkepentingan menuju terminal); dan
2. Letak terminal agak berjauhan dengan ruas jalan untuk lalu lintas umum, sehingga
memerlukan ruas jalan akses.
Pada prinsipnya lokasi terminal ditentukan oleh 4 (empat) hal pokok (Dirjen
Perhubungan Darat, 1994), yaitu:
1. Lokasi terminal sesuai dengan tata ruang, dalam halinirencana tata ruang kota;
2. Kegiatan terminal tidak mengganggu lingkungan hidup sekitarnya;
3. Kegiatan terminal dapat berlangsung secara efektifdan efisien; dan
4. Kegiatan terminal tidak mengakibatkan gangguan pada kelancaran dan keselamatan
arus lalu lintas sekitarnya.
Dalam pembangunan terminal yang direncanakan maka untuk menentukan lokasi
terminal dapat mempertimbangkan seperti yang dijabarkan dalam PP No. 79 Tahun
2013, antara lain:
2. Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan dalam haliniperlu dianalisis, karena volume lalulintas pada jalan
yang berhubungan langsung derigan lokasi terminal akan mempengaruhi kelancaran
pergerakan arus masuk dan keluar terminal.
3. Kepadatan lalulintas
Seperti halnya kapasitas jalan, kepadatan lalulintas pada jalan yang berhubungan
langsung dengan lokasi terminal akan mempengaruhi kelancaran pergerakan arus
masuk dan keluar terminal.
4. Keterpaduan dengan transportasi lain
Dalam penentuan lokasi terminal perlu adanya pertimbangan keterpaduan antara
moda angkutan dalam kota dengan moda transportasi lainnya, titik kritis pergantian
moda angkutan, jarak dengan simpul moda lain, dapat mengakomodasi jaringan
trayek AKDP, angkutan kota atau amgkutan pedesaan.
5. Kelestarian lingkungan
Kriteria Iingkungan termasuk didalamnya adalah tidak mengganggu lingkungan
hidup sekitar, tidak rawan polusi, tidak rawan kebisingan dan tidak rawan banjir.
Dalam kegiatan ini hanya mengkaji terminal penumpang tipe A, maka untuk itu
dalam bagian ini dirasa sangat perlu untuk memaparkan beberapa persyaratan untuk
penetapan lokasi terminal yang digunakan juga untuk mengevaluasi kinerja terminal
penumpang tipe A tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi terminal
diantaranya yaitu :
a. Aksesibilitas adalah tingkat pencapaian kemudahan yang dapat dinyatakan dengan
jarak, waktu dan biaya angkutan
b. Struktur wilayah, dimaksudkan untukmencapai efeisiensi maupun efektifitas
pelayanan terminal terhadap elemen-elemen perkotaan yang mempunyai fungsi
pelayanan primer dan sekunder
c. Lalu lintas, terminal adalah merupakan pembangkit lalu lintas, oleh karena itu
penentuan lokasi terminal harus tidak lebih menimbulkan dampak lalu lintas
d. Biaya; penentuan lokasi terminal perlu memperhatikan biaya yang dikeluarkan oleh
pemakai jasa, oleh sebab itu faktor biaya ini harus dipertimbangkan agar
penggunaan kendaraan umum dapat diselenggarakan secara cepat, aman dan
murah.
Selain persyaratan tersebut diatas, berdasarkan Kepmenhub KM No. 32 Tahun 2015
dalam pembangunan terminal tipe A perlu memperhatikan syarat-syarat berikut ini :
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lalu
lintas batas Negara
b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA
Luas ruang diatas akan dimanfaatkan sesuai dengan bagian-bagian yang harus
ada dalam sebuah terminal, yang mencakupi sebagai berikut antara lain :
1. Daerah manfaat terminal, yaitu suatu daerah yang diperuntukkan bagi
kegiatan utama terminal berupa naiknya penumpang dan pelataran parkir
kendaraan angkutan
2. Daerah milik terminal, yaitu daerah yang berada di luar daerah manfaaat
terminal dan diperuntukkan bagi melangsungkan kegiatan penunjang
terminal seperti : perkantoran, kios-kios, restoran, taman, WC dan lainnya.
Kapasitas areal parkir dapat dikatakan memadai apabila kebutuhan areal parkir
tidak melebihi kapasitas yang ada.
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) Terminal Penumpang Tipe A didasarkan atas
hal berikut.
1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil
Ket :
a = jarak gandar h = tinggi total b = depan tergantung
B = lebar total c = belakang tergantung L = panjang total
d = lebar
Gambar 3. 1 Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang
Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut.
1. Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang
Keterangan :
B = lebar total kendaraan
L = panjang total kendaraan
O = lebar bukaan pintu a1, a2 = jarak bebas arah longitudinal
R = jarak bebas arah lateral
Gol I : B = 170 a1 = 10 Bp = 230 = B + O + R
O = 55 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 5 a2 = 20
Gol II : B = 170 a1 = 10 Bp = 250 = B + O + R
O = 75 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 5 a2 = 20
Gol III : B = 170 a1 = 10 Bp = 300 = B + O + R
O = 80 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 50 a2 = 20
Gambar 3.1 8 Dimensi Standar Ruang Parkir untuk Kendaraan Berpenumpang
meningkat. Untuk masing-masing satuan lalu lintas waktu total adalah jumlah dari
waktu kelambatan dan waktu untuk pelayanan.
Sifat mekanistik pada aktivitas sirkulasi secara tidak langsung memperngaruhi pola
pergrakan dan aktivitas calon penumpang di terminal, yang secara umum digambarkan
sebagai berikut
Hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran aktivitas terminal dan perlu diperhatikan
dalam penataannya antara lain adalah :
Kejelasan pencapaian dari lingkungan sekitar lahan perencanaan menuju bangunan
terminal dan sebaliknya
Kejelasan sirkulasi penumpang di dalam terminal, terutama saat pergantian moda
dan mencari kendaraan yang dibutuhkan
Kejelasan sirkulasi kendaraan. Semua kendaraan yang masuk dapat membaca alur
geraknya dan pengguna tidak kehilangan arah.
Kejelasan aktivitas masing-masing pengguna terminal dan penataan ruang sesuai
dengan kebutuhan.
Kebutuhan fisiologis manusia ini terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu : Bertahan
hidup Kesehatan Pengembangan Kenyamanan
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
3. Kebutuhan bersosialisasi
4. Kebutuhan penghargaan diri
5. Kebutuhan pembuktian diri
3.1.13 KENYAMANAN
Pada tingkat dasar, kenyamanan merupakan kebebasan dari rasa sakit pada semua
dimensi lingkungan, baik secara fisik maupun psikologis. Tingkat kenyamanan bersifat
subjektif dan berbeda-beda, tergantung pada tingkah laku tiap individu dan dipengaruhi
oleh kultur budaya, dimana kecepatan pertumbuhan dan perkembangan wilayah tidak
menjamin tingkat kenyamanan penduduk.
Terminal sebagai ruang publik memiliki intensitas pemanfaatan yang sangat tinggi.
Kenyamanan di lingkungan terminal merupakan faktor yang sangat penting untuk
memenuhi tingkat kepuasan masyarakat. Indikator kualitas terminal berdasarkan aspek
kenyamanan adalah sebagai berikut :
1. Pelindung dari polusi suara
Suara yang ditimbulkan oleh kendaraan merupakan sumber utama kebisingan di
terminal. Tata ruang dalam terminal yang memberikan kesan nyaman harus mampu
menyerap kebisingan (Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1995 tentang Pembinaan
Terminal Angkutan Jalan Raya).
Pengendalian kebisingan bisa dilakukan melalui cara berikut (Harris 1998, 660 (6-
7)): Pengendalian langsung di sumber suara Membuat jarak dengan sumber
kebisingan Membuat penghalang dengan sumber kebisingan
Dari ketiga cara di atas, yang bisa diterapkan untuk mengendalikan kebisingan di
terminal adalah : Membuat jarak dengan sumber kebisingan. Cara ini hanya bisa
dilakukan pada tempat-tempat tertentu, mengingat sebagian aktivitas pengguna
terminal berhubungan langsung dengan kendaraan sebagai sumber kebisingan
Membuat penghalang dengan sumber kebisingan. Beberapa bentuk penghalang yang
bisa di gunakan di terminal adalah :
a. Membuat gundukan tanah/bukit kecil (earth berms) antara jalur kendaraan
dengan jalur pedestrian dan bangunan (Harris 1998, 660-7).
b. Memperbanyak tanaman, terutama antara jalur kendaraan dengan jalur
pedestrian dan bangunan. Area yang ditutupi oleh tumbuhan lebih mampu
menyerap suara dibanding perkerasan, dimana yang memiliki tingkat
penyerapan suara yang baik adalah rumput, semak dan perdu (Harris 1998, 660-
7). Kombinasi dari pepohonan, perdu rendah dan permukaan penutup akan
memberikan pelemahan kebisingan (De Chiara 1997, 140)
2. Pelindungan dari gangguan cuaca
Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman perancangan kota berkaitan erat
dengan pengadan sarana pelindung dari gangguan cuaca (Lang 1994, 21). Bangunan
utama, ruang tunggu dan jalur pedestrian merupakan tempat berkumpulnya
penumpang dan pengguna terminal lainnya. Pengadaan sarana pelindung dari
gangguan cuaca terutama diperlukan di sepanjang jalur pedestrian dan bagian
ruang tunggu yang bersifat terbuka. Sarana pelindung ini biasanya berupa atap
peneduh atau pohon berkanopi yang mampu menghalangi pengguna dari paparan
cahaya matahari langsung dan dari gangguan hujan.
3. Pengendali suhu udara
Sebagian besar lingkungan terminal merupakan ruang terbuka dengan perkerasan
yang bersifat memantulkan cahaya dan panas. Selain itu juga adanya aktivitas
mesin kendaraan yang mempengaruhi suhu udara di terminal. Untuk itu perlu
adanya sarana pelindung bagi pengguna terminal agar bisa melakukan aktivitasnya
dengan nyaman. Pengendali suhu udara alami yang bisa dimanfaatkan di ruang
publik adalah pengadaan ruang terbuka hijau. Prinsip penataan ruang terbuka hijau
untuk mengendalikan suhu adalah dengan mendistribusikan ruang terbuka hijau di
sekitar terminal, terutama di sekitar tempat berkumpulnya massa (Baruch 1998,
304).
4. Kemudahan sirkulasi
Suatu fungsi yang dirancang dengan baik harus mampu memberi kemudahan
pergerakan bagi lalu lintas, baik itu lalu lintas pejalan kaki maupun kendaraan.
Pergerakan lalu lintas ini memerlukan ruang yang cukup, dimana ruang yang cukup
bagi kendaraan bermotor termasuk untuk parkir, menurunkan dan menaikkan
penumpang dan sebagainya (Danisworo 1996, 74). Jalur pedestrian yang baik adalah
yang dapat digunakan oleh pejalan dengan nyaman sehingga dapat meningkatkan
minat berjalan. Hal utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan jalur
pedestrian adalah (Shirvani 1985, 32-33) : Jalur pedestrian harus memiliki akses
yang baik pada tempat pemberhentian kendaraan umum dan tempat parkir
Kapasitas jalur pedestrian disesuaikan dengan jumlah pengguna
5. Tata masa bangunan
Dalam mengkaji tingkat pelayanan terminal regional, tata masa bangunan berkaitan
dengan : Luas/dimensi masing-masing komponen yang dibutuhkan oleh pengguna
Peletakan masing-masing komponen.
Hal ini didasari oleh Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1995 tentang Pembinaan
Terminal Angkutan Jalan Raya tentang kriteria tata ruang dalam terminal yang
dapat memberikan kesan nyaman, yaitu : Tidak berdesak-desakan Sirkulasi udara
yang nyaman Lampu penerangan yang fungsionil
pergerakan baik kendaraan maupun orang atau sebagai salah satu simbol dinamika
kehidupan suatu daerah atau kota.
Terminal bus yang Ekspresif ingin ditampilkan melalui wujud bangunan yang bisa
langsung diartikan oleh pengamatnya. Diharapkan terminal nantinya dapat menjadi
semacam media komunikasi untuk memperlihatkan fungsi sesungguhnnya terminal
sebagai tempat naik dan turunnya penumpang, bagaimana fasadenya, sebesar apa
dimensinya dan berbagai pernyataan lainnya yang muncul dalam benak seseorang yang
melihat bangunanterminal ini. Suatu ekspresi serta memunculkan citra (image) pada
bangunan. Ekspresi desain terminal ini bisa mengambil citra karakteristik arsitektur
bangunan dan budaya setempat dalam hal ini ciri arsitektur Kota Bobotsari atau Provinsi
Sulawesi Selatan.
8 Pakuncen - 1 - - 1 1 1 3
9 Karangtalum - - - - - 1 1 4
10 Gunungkarang - - - - - 1 1 2
11 Talagening - - - - - 1 1 4
12 Tlagayasa - - - 1 - 2 1 5
13 Dagan - - - - - 2 1 5
14 Limbasari - - - 1 - 1 1 3
15 Palumbangan - - - - - 1 1 1
16 Palumbangan - - - - - 1 1 2
kulon
Jumlah 1 3 - 4 3 19 16 54
*)Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2019
Berdasarkan data tabel sarana kesehatan, Bobotsari memili kisarana kesehatan yaitu1
Rumah sakit, 3 rumahsakit bersalin, 4 puskesmas, 3 praktik dokter, 19 praktik bidan, 16
PKD dam 54 Posyandu.
Tabel 3.1.6 Sarana Perdagangan Bobotsari di 2019
1 Gandasuli - -
2 Kalapacung - -
3 Karangmalang 1 -
4 Banjasari - -
5 Majapura - 1
6 Bobotsari 2 5
7 Karangduren - -
8 Pakuncen - -
9 Karangtalum - -
10 Gunungkarang - -
11 Talagening - -
12 Tlagayasa 1 -
13 Dagan - -
14 Limbasari - -
15 Palumbangan - -
16 Palumbangankul - -
on
Jumlah 4 6
*)Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2019
Berdasarkan data tabel Sarana perdagangan, Bobotsari memiliki 4 pasar yang telah
dilakukan revitalisasi pasar oleh pemerintah daerah dan 6 mini market.
Berdasarkan teori sampel dan sampling penilitian menurut Sugiyono (2011: 118-127),
Analisa preferensi konsumen atau penumpang diterapkan untuk melihat bagaimana
perilaku konsumen atau penumpang didalam terminal dan sekitar terminal. Data dan
informasi diperoleh melalui survey lapangan dan sumber – sumber referensi. Jumlah dan
komposisi sampel acak sebagai responden kuisioner sebanyak 30 responden dan
menggunakan teknik sampling area atau sampling daerah yang digunakan untuk
menentukan penduduk atau orang mana yang akan dijadikan sumber data, maka
3. Untuk parkir luas, tertib, memadai dan aman. Berdasarkan persepsi responden
bahwa belum adanya parkir kendaraan yang luas, memadai, tertib dan aman
sehingga harapan dari responden dan survey dilapangan perlu dilakukan penambahan
atau revitalisasi terkait parkiran yang memadai dan aman serta alur angkutan yang
baik sehingga tidak menimbulkan kemacetan diterminal Bobotsari.
5. Untuk fasilitas umum. Berdasarkan persepsi dari responden bahwa belum terdapat
fasilitas umum yang lengkap sehingga harapan dari responden bahwa Terminal
Bobotsari dilengkapi dengan fasilitas umum yang lengkap dan berdasarkan survey
dilapangan bahwa terminal bobotsari dapat dijadikan pusat perdagangan atau
komersil.
Secara besaran, ekonomi Indonesia pada tahun 2020 masih mengalami perlambatanlaju
perekonomian yang diasumsikan akan tumbuh sekitar 5.3%. Indonesia dapat stabil
dengan adanya usia produktif, gencar melakukan perbaikan disemua aspek terutama