Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Manajemen

2.1.1.1. Pengertian Manajemen

Untuk mencapai tujuan organisasi yang baik, suatu organisasi

harus memiliki manajemen yang baik juga. Manajemen dikatakan baik

apabila mampu mengatur orang-orang di dalam organisasi untuk dapat

bekerja secara lebih baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Menurut Robbins dan Mary (2010:7), manajemen merupakan

aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang

lain, sehingga pekerjaan tersebut diselesaikan secara efektif dan efisien.

Menurut Handoko (2011:8), manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-

usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi

lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Daft (2010:6), manajemen merupakan

pencapaian tujuan organisasi dengan cara efektif melalui perencanaan,

pengorganisasian, dan pengendalian sumber daya organisasi.

Menurut definisi para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

manajemen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi

untuk mengendalikan sumber daya yang ada di dalamnya secara efektif

dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi.

7
8

2.1.1.2. Fungsi Manajemen

Dalam suatu perusahaan, untuk memperoleh hasil manajemen

yang maksimal, para pemimpin didalam perusahaan sebaiknya

menguasai seluruh fungsi-fungsi manajemen yang ada. Fungsi

manajemen menurut para ahli secara umum memiliki kesamaan.

Menurut Terry dan Leslie (2010:9), fungsi manajemen dapat dibagi

menjadi empat bagian, yaitu:

1. Planning (Perencanaan)

Adalah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok

untuk mencapai tujuan yang digariskan.

2. Organizing (Pengorganisasian)

Yaitu proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai

tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer.

3. Actuating (Pelaksanaan)

Yaitu usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian

rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan bersama.

4. Controlling (Pengawasan)

Adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin

bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.
9

Menurut Robbins dan Mary (2010:9), fungsi manajemen adalah:

1. Perencanaan (Planning)

Yaitu mendefinisikan sasaran-sasaran, menetapkan strategi, dan

mengembangkan rencana kerja untuk mengelola aktivitas-aktivitas.

2. Penataan (Organizing)

Yaitu menentukan apa yang harus diselesaikan, bagaimana caranya,

dan siapa yang mengerjakan.

3. Kepemimpinan (Leading)

Yaitu motivasi, memimpin, dan tindakan-tindakan lainnya yang

melibatkan interaksi dengan orang lain.

4. Pengendalian (Controlling)

Yaitu mengawasi aktivitas-aktivitas demi memastikan segala

sesuatunya terselesaikan sesuai rencana.

Menurut Fayol dalam Badrudin (2013:14), fungsi-fungsi manajemen

antara lain sebagai berikut:

1. Planning

Pembatasan yang kompleks merumuskan perencanaan sebagai

penetapan apa yang harus dicapai, bila hal itu terjadi, siapa yang

bertanggung jawab, dan mengapa penetapan harus dicapai.

2. Organizing

Organizing merupakan pengelompokan kegiatan yang diperlukan,

yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi


10

dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan

kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut.

3. Commanding

Fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi

bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan

dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat

dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju kepada realisasi

tujuan yang telah ditetapkan.

4. Coordinating

Salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan

agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan

dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan

pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam

usaha mencapai tujuan organisasi.

5. Controlling

Controlling atau pengawasan sering disebut juga pengendalian yaitu

mengadakan pemantauan dan koreksi sehingga bawahan dapat

melakukan tugasnya dengan benar sesuai dengan tujuan semula.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa fungsi manajemen adalah melakukan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan sumber daya agar

dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.


11

2.1.2. Manajemen Pemasaran

2.1.2.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan proses mempelajari kebutuhan dan

keinginan konsumen dan memuaskan konsumen dengan produk dan

pelayanan yang baik.

Menurut Kotler dan Kevin (2012:5), pemasaran adalah

mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah

satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah memenuhi

kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.

Menurut Hasan (2013:1), pemasaran adalah proses

mengidentifikasi, menciptakan dan mengkomunikasikan nilai, serta

memelihara hubungan yang memuaskan pelanggan untuk

memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Sedangkan menurut Assauri (2017:5), pemasaran sebagai kegiatan

manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan

dan keinginan melalui proses pertukaran.

Dari definisi tersebut, maka pemasaran adalah suatu proses sosial

atau fungsi organisasi dalam kegiatan bisnis yang bertujuan untuk

menyalurkan atau mendistribusikan barang-barang dalam rangka

memuaskan kebutuhan konsumen.


12

2.1.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran adalah proses penetapan strategi dari

seluruh usaha organisasi dengan mempertimbangkan sumber daya

internal, peluang pasar, perencanaan dan pelaksanaan aktivitas untuk

mencapai tujuan. Aktivitas pemasaran merupakan aktivitas kelompok

yang harus dilakukan untuk terus menjaga kelangsungan hidup suatu

perusahaan.

Menurut Tjiptono (2012:6), manajemen pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan konsepsi penentuan harga, promosi, dan

distribusi barang/jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan

kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi.

Menurut Kotler dan Gary (2012:75), manajemen pemasaran

adalah sebagai seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun

hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu.

Sedangkan menurut Alma (2013:289), manajemen pemasaran

ialah kegiatan menganalisis, merencanakan, mengimplementasikan dan

mengawasi segala kegiatan guna mencapai tingkat pemasaran sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa manajemen pemasaran merupakan ilmu yang dapat diaplikasikan

dalam suatu organisasi, perusahaan atau dapat pula secara individu

dalam mempertahankan kelangsungan hidup organisasi melalui

pertukaran yang menguntungkan dengan proses merencanakan,


13

melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan program yang

melibatkan konsep pemasaran.

2.1.2.3. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran merupakan bagian dari konsep pemasaran

yang mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi

konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.

Menurut Alma (2014:143), bauran pemasaran merupakan strategi

mengombinasikan kegiatan-kegiatan pemasaran, agar dicari kombinasi

maksimal sehingga mendatangkan hasil yang memuaskan.

Sedangkan menurut Kotler dan Gary (2012:76), bauran

pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang dipadukan untuk

memproses tanggapan yang diinginkan target pasar.

Menurut Kotler dan Kevin (2012:119), bauran pemasaran

(marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan

perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar

sasaran.

Unsur-unsur bauran pemasaran dapat digolongkan dalam empat

kelompok pengertian dari masing-masing variabel bauran pemasaran

didefinisikan oleh Tjiptono (2012:69), adalah sebagai berikut :

1. Produk (Product)

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar

untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk terdiri

dari barang, jasa, pengalaman, event, orang, tempat kepemilikan


14

organisasi informasi dan ide. Pada dasarnya yang ditawarkan bukan

membeli barang atau jasa.

2. Harga (Price)

Harga merupakan unsur terpenting dalam bauran pemasaran dan

merupakan satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang

menghasilkan pendapatan sedangkan unsur-unsur lainnya hanya

biaya saja.

3. Tempat atau Distribusi (Place)

Sebelum produsen memasarkan produk-produknya, maka sudah ada

perencanaan tentang pola distribusi yang akan dilakukan. Disini

penting sekali perantara dan pemilihan saluran distribusinya.

Perantara ini sangat penting karena segala hal, merekalah yang

berhubungan langsung dengan konsumen.

4. Promosi (Promotion)

Promosi pada dasarnya adalah bentuk komunikasi pemasaran.

Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

mengomunikasikan produknya kepada pasar sasaran.

Beda halnya dengan unsur-unsur bauran pemasaran jasa yang

dijelaskan oleh Lupiyoadi (2016:92), sebagai berikut :

1. Produk (Product)

Produk adalah keseluruhan konsep objek atau proses yang

memberikan sejumlah nilai kepada konsumen.


15

2. Harga (Price)

Harga adalah sejumlah pengorbanan yang harus dibayar oleh

pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa.

3. Tempat atau saluran distribusi (Place)

Tempat yaitu hubungan dengan dimana perusahaan melakukan

operasi atau kegiatannya.

4. Promosi (Promotion)

Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

mengomunikasikan manfaat produk dan sebagai alat untuk

mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau

penggunaan jasa sesuai dengan kebutuhan.

5. Orang (People)

Orang merupakan orang-orang yang terlibat langsung dan saling

mempengaruhi dalam proses pertukaran dari produk jasa.

6. Proses (Process)

Proses adalah gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari

prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, dan hal-hal rutin dimana jasa

dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.

7. Bukti atau Lingkungan Fisik Perusahaan (Physical Evidence)

Bukti adalah tempat jasa diciptakan, tempat penyedia jasa dan

konsumen berinteraksi, ditambah unsur berwujud apapun yang

digunakan untuk mengomunikasikan atau mendukung peranan jasa

tersebut.
16

Menurut Kotler dan Gary (2012:62), unsur-unsur bauran

pemasaran sebagai berikut :

1. Produk (Product)

Mengelola unsur produksi termasuk perencanaan dan pengembangan

produk atau jasa yang ada dengan menambah dan mengambil

tindakan yang lain mempengaruhi bermacam-macam produk atau

jasa.

2. Harga (Price)

Suatu sistem manajemen perusahaan akan menentukan strategi yang

menyangkut potongan harga, pembayaran angkutan dan berbagai

variabel yang bersangkutan.

3. Distribusi (Place)

Memilih dan mengelola saluran perdagangan yang dipakai

untuk menyalurkan produk atau jasa untuk melayani pasar sasaran

serta mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan

perniagaan produk secara fisik.

4. Promosi (Promotion)

Suatu unsur yang digunakan tentang produk atau jasa yang baru pada

perusahaan melalui iklan, penjualan, pribadi, promosi penjualan

maupun publikasi.

5. Sarana Fisik (Physical Evidence)

Hal yang nyata yang turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk

membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.


17

6. Orang (People)

Semua pelaku yang memainkan peranan penting dalam penyajian

jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli.

7. Proses (Process)

Semua prosedur yang benar terjadi, mekanisme dan aliran aktivitas

yang digunakan untuk menyampaikan jasa.

Dari definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bauran

pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran dalam proses pemasaran

sebagai fungsi kendali suatu perusahaan yang digunakan untuk

mempengaruhi konsumen terus menerus dengan tujuan memuaskan

konsumen dan mencapai tujuan di pasar sasarannya. Bauran pemasaran

terdiri dari product, price, place, promotion bagi barang dan ditambah

process, people dan physical evidence bagi jasa.

2.1.3. Usaha dan Organisasi Nirlaba

Usaha dalam arti luas sering didefinisikan sebagai keseluruhan

kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau

organisasi secara teratur dengan cara menciptakan, memasarkan barang

maupun jasa, baik dengan tujuan mencari keuntungan (profit organization)

maupun tidak bertujuan mencari keuntungan (nonprofit organization)

seperti sekolah umum, asosiasi sipil, lembaga amal, dan kelompok-

kelompok yang mengurus masalah kemasyarakatan.

Menurut Nickels dkk (2009:8), organisasi nirlaba (nonprofit

organization) adalah suatu organisasi yang tujuan-tujuannya tidak


18

mencakup pencipaakan laba pribadi bagi pemilik atau pengelolanya.

Menurut Boone dan Kurtz (2014:7), organisasi nirlaba (not for profit

organization), yaitu organisasi serupa dunia bisnis yang memiliki tujuan

utama selain mengembalikan laba kepada para pemiliknya. Organisasi-

organisasi ini memainkan peranan yang penting di dalam masyarakat

dengan menempatkan pelayanan publik di atas laba.

Menurut Johan (2011:6), usaha atau bisnis didefinisikan sebagai

sebuah kegiatan atau aktivitas yang mengalokasikan sumber-sumber

daya yang dimiliki ke dalam suatu kegiatan produksi yang menghasilkan

jasa atau barang, dengan tujuan barang atau jasa tersebut bisa di

pasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh keuntungan atau

pengembalian hasil.

Sedangkan menurut Purwana dan Nurdin (2016:1), bisnis diartikan

sebagai usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai tujuan dan target

dalam berbagai bidang, baik dilihat dari segi kuantitas, kualitas maupun

waktunya.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:7), bisnis adalah usaha yang

dijalankan yang tujuan utamanya adalah keuntungan. Keuntungan yang

dimaksud dalam perusahaan bisnis adalah keuntungan finansial. Namun

dalam praktiknya perusahaan nonprofit pun perlu dilakukan studi

kelayakan bisnis karena keuntungan yang diperoleh tidak hanya dalam

bentuk finansial akan tetapi juga nonfinansial. Jadi, dengan dilakukannya


19

studi kelayakan bisnis akan dapat memberikan gambaran apakah usaha

atau bisnis yang diteliti layak atau tidak untuk dijalankan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka penulis

menyimpulkan bahwa usaha ada yang bertujuan mencari keuntungan

(profit organization) dan tidak bertujuan mencari keuntungan (nonprofit

organization) seperti lembaga pendidikan atau sekolah yang memiliki

peranan yang penting di dalam masyarakat dengan menempatkan

pelayanan publik di atas laba.

2.1.4. Pengertian Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha adalah suatu kegiatan untuk menilai

manfaat yang diperoleh dari suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan

dalam sebuah organisasi atau perusahaan.

Menurut Sunyoto (2014:2), studi kelayakan usaha adalah suatu

penelitian atau pembelajaran yang dilakukan untuk menghasilkan

keputusan layak atau tidaknya suatu calon usaha untuk dilakukan,

sehingga bisa mendatangkan profit bagi yang melakukan calon usaha

tersebut.

Sedangkan menurut Sulastri (2016:7), pengertian studi kelayakan

usaha adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari

aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran,

aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan

keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi

kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah


20

suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak

dijalankan.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:7), studi kelayakan usaha adalah

suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha

atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau

tidak usaha tersebut dijalankan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, studi kelayakan usaha

adalah suatu kegiatan yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari

aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran,

aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan

keuangannya dengan output berupa keputusan penentuan layak atau

tidaknya suatu usaha tersebut dijalankan.

2.1.4.1. Manfaat Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha sangat diperlukan oleh banyak kalangan,

khususnya bagi para investor selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi

kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum

dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu

berbeda satu sama lainnya. Hasil studi yang kita lakukan sangat berguna

ketika akan dipresentasikan kepada pihak-pihak yang memang

berkepentingan terhadap usaha yang kita jalankan.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:10), beberapa manfaat studi

kelayakan usaha adalah:


21

1. Memperoleh Keuntungan

Apabila suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan akan

memberikan keuntungan keuangan bagi pemilik usaha. Keuntungan

ini biasanya diukur dari nilai yang akan diperoleh dari hasil usaha

yang dijalankannya.

2. Membuka Peluang Pekerjaan

Dengan adanya usaha yang jelas akan membuka peluang pekerjaan

kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung

dengan usaha atau masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar.

3. Manfaat Ekonomi

Secara umum, manfaat ekonomi antara lain:

1) Menambah jumlah barang dan jasa. Untuk usaha tertentu misalnya

pendirian pabrik tertentu pada akhirnya akan memproduksi barang

atau jasa. Dengan tersedia jumlah produksi barang dan jasa yang

lebih banyak pilihan, sehingga pada akhirnya yang akan

berdampak kepada harga yang cenderung turun dan kualitas

barang sejenis akan lebih meningkat.

2) Meningkatkan mutu produk. Hal ini disebabkan dengan adanya

barang dari usaha sejenis dapat memacu produsen untuk

meningkatkan kualitas produknya.

3) Meningkatkan devisa, khusus untuk barang yang tujuan ekspor

akan dapat menambah devisa atau akan dapat memberikan

pemasukan devisa bagi negara dari barang yang kita ekspor.


22

4) Menghemat devisa, artinya apabila semula barang tersebut kita

impor dan sekarang bisa diproduksi di dalam negeri, maka jelas

tindakan ini dapat menghemat devisa negara.

Menurut Purwana dan Nurdin (2016:12), manfaat studi kelayakan

bisnis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Finansial

Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan akan memberikan

keuntungan, terutama keuntungan secara finansial bagi pemilik bisnis.

2. Manfaat Ekonomi

Secara umum manfaat secara ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Penambah jumlah barang dan jasa

Studi kelayakan bisnis dapat memberikan manfaat terhadap

penambahan barang dan jasa khususnya usaha tertentu.

2) Peningkatan mutu produk

Peningkatan barang dari usaha sejenis dapat memacu persaingan

bisnis di antara pelaku bisnis.

3) Peningkatan devisa

Studi kelayakan bisnis memberikan manfaat bagi negara

khususnya pelaku bisnis yang berorientasi pada ekspor yaitu

penambahan devisa.

4) Menghemat devisa

Penghematan devisa ini terkait dengan ketergantungan terhadap

impor barang dan jasa.


23

3. Manfaat Sosial

1) Membuka peluang pekerjaan

Usaha yang dilakukan pelaku bisnis jelas akan membuka peluang

pekerjaan kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat

langsung dengan usaha atau masyarakat yang tinggal sekitar lokasi

usaha.

2) Tersedianya sarana dan prasarana

Bisnis memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas. Manfaat

yang dirasakan adalah seperti tersedianya sarana dan prasarana

seperti jalan, telepon air, penerangan, pendidikan, rumah sakit,

rumah ibadah, sarana olahraga, serta sarana dan prasaran lainnya.

3) Membuka isolasi wilayah

Untuk wilayah tertentu pembukaan suatu usaha misalnya

perkebunan, jalan atau pelabuhan akan membuka isolasi wilayah.

4) Meningkatkan persatuan dan membantu pemerataan

pembangunan, adanya usaha memberi ruang pertemuan bagi

pekerja dari berbagai suku dan daerah.

Sedangkat menurut Sulastri (2016:13), manfaat studi kelayakan

usaha antara lain:

1. Manfaat finansial, yaitu manfaat ekonomis bisnis tersebut bagi bisnis

itu sendiri yang berarti bisnis itu dipandang menguntungkan jika

dibandingkan dengan resiko dari bisnis itu sendiri.


24

2. Manfaat sosial, yaitu manfaat sosial bisnis tersebut bagi masyarakat

sekitar proyek. Hal itu merupakan studi yang relatif kompleks dan sulit

dilakukan.

3. Manfaat ekonomi nasional, yaitu manfaat ekonomi bisnis bagi negara

tempat bisnis tersebut dijalankan, yang menunjukkan manfaat bisnis

tersebut bagi ekonomi makro suatu negeri.

Dari beberapa manfaat studi kelayakan usaha menurut para ahli

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan usaha bermanfaat

bagi berbagai pihak seperti investor dan pemerintah, dapat membantu

meningkatkan ekonomi nasional serta membantu pemerintah dalam

membuka peluang pekerjaan agar dapat mengurangi jumlah

pengangguran.

2.1.4.2. Tujuan Studi Kelayakan Usaha

Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan

ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu

karena di dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus

dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil studi tersebut digunakan

untuk memutuskan apakah sebaiknya usaha layak dikerjakan atau ditunda

atau bahkan dibatalkan.

Menurut Purwana dan Nurdin (2016:2), studi kelayakan usaha

digunakan para pelaku usaha untuk merintis usaha baru,

mengembangkan usaha yang sudah ada, dan memilih jenis usaha atau

investasi/proyek yang paling menguntungkan.


25

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:13), paling tidak ada lima tujuan

mengapa sebelum suatu usaha dijalankan perlu dilakukan studi

kelayakan, yaitu :

1. Menghindari Risiko Kerugian

Untuk mengatasi risiko kerugian di masa yang akan datang, karena di

masa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi

ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan

sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini, fungsi studi

kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan,

baik risiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat

dikendalikan.

2. Memudahkan Perencanaan

Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang

akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan

perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.

Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan

usaha atau proyek akan dijalankan, di mana lokasi proyek akan di

bangun, siapa-siapa yang yang akan melaksankannya, bagaimana

cara menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh

serta bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan. Yang jelas

dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai

dari usaha dijalankan sampai waktu tertentu.


26

3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat

memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan

bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan.

Kemudian pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik,

sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah

disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam

mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan.

4. Memudahkan Pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai

dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan

perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.

Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak

melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksana pekerjaan

bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada

yang mengawasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat

oleh hal-hal yang tidak perlu.

5. Memudahkan pengendalian

Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan,

maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi,

sehingga akan dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan

tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan


27

pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel yang sesungguhnya,

sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.

Menurut Jumingan (2011:7), Tujuan yang ingin dicapai dalam

konsep kelayakan usaha antara lain:

1. Bagi Pihak Investor

Studi kelayakan usaha ditujukan untuk penilaian dari kelayakan usaha

untuk menjadi masukan yang berguna karena sudah mengkaji

berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis dan operasi

manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial secara

komprehensif dan detail sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor

untuk membuat keputusan investasi yang lebih objektif.

2. Bagi Analisis Studi Kelayakan

Suatu alat yang berguna yang dapat digunakan sebagai penunjang

kelancaran tugas-tugasnya dan melakukan penilaian suatu usaha

baru, pengembangan usaha baru atau menilai kembali usaha yang

sudah ada.

3 Bagi Masyarakat

Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk

meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik terlibat

langsung maupun muncul karena adanya nilai tambah sebagai akibat

dari adanya usaha atau proyek tersebut.

4 Bagi Pemerintah

Dari sudut pandang mikro, hasil dari studi kelayakan ini bagi
28

pemerintah terutama untuk tujuan pengembangan sumber daya

manusia, berupa penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

studi kelayakan usaha ditujukan untuk berbagai pihak, baik pihak

perusahaan sampai pemerintah negara tempat menjalankan usaha

tersebut, dengan melakukan penilaian dari berbagai aspek, mulai dari

aspek finansial sampai kepada aspek sosial.

2.1.4.3. Tahapan Studi Kelayakan Usaha

Persiapan dan rasa tidak tergesa-gesa serta terencana dapat

memberi kesempatan bagi wirausahawan untuk dapat mengatur analisa

usahanya dengan baik.

Menurut Sulastri (2016:20), penyusunan studi kelayakan usaha

sebagai salah satu metode ilmiah pada umumnya meliputi beberapa

langkah kegiatan, yaitu :

1. Penemuan Ide

Agar dapat menghasilkan ide proyek yang dapat menghasilkan produk

laku untuk dijual dan menguntungkan diperlukan penelitian yang

terorganisasi dengan baik serta dukungan sumber daya yang

memadai. Jika ide proyek lebih dari satu, dipilih dengan

memperhatikan:

1) Ide proyek sesuai dengan kata hatinya

2) Pengambil keputusan mampu melibatkan diri dalam hal-hal yang

sifatnya teknis
29

3) Keyakinan akan kemampuan proyek menghasilkan laba.

2. Tahap Penelitian

Setelah ide proyek terpilih, dilakukan penelitian yang lebih mendalam

dengan metode ilmiah:

1) Mengumpulkan data

2) Mengolah data

3) Menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data

4) Menyimpulkan hasil

5) Membuat laporan hasil

3. Tahap Evaluasi

Evaluasi yaitu membandingkan sesuatu dengan satu atau lebih

standar atau kriteria yang bersifat kuantitatif atau kualitatif. Ada 3

macam evaluasi:

1) Mengevaluasi usaha proyek yang akan didirikan

2) Mengevaluasi proyek yang akan dibangun

3) Mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan secara rutin

Dalam evaluasi bisnis yang akan dibandingkan adalah seluruh ongkos

yang akan ditimbulkan oleh usulan bisnis serta manfaat atau benefit

yang akan diperkirakan akan diperoleh.

4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak

Jika terdapat lebih dari satu usulan rencana bisnis yang dianggap

layak, perlu dilakukan pemilihan rencana bisnis yang mempunyai skor


30

tertinggi jika dibanding usulan lain berdasar kriteria penilaian yang

telah ditentukan.

5. Tahap Rencana Pelaksanaan

Setelah rencana bisnis dipilih perlu dibuat rencana kerja pelaksanaan

pembangunan proyek. Mulai dari penentuan jenis pekerjaan, jumlah

dan kualifikasi tenaga perencana, ketersediaan dana dan sumber

daya lain serta kesiapan manajemen.

6. Tahap Pelaksanaan

Dalam realisasi pembangunan proyek diperlukan manajemen proyek.

Setelah proyek selesai dikerjakan tahap selanjutnya adalah

melaksanakan operasional bisnis secara rutin. Agar selalu bekerja

secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan laba

perusahaan, dalam operasional perlu kajian-kajian untuk

mengevaluasi bisnis dari fungsi keuangan, pemasaran, produksi dan

operasi.

Menurut Johan (2011:13), sebuah studi kelayakan akan menempuh

tahapan-tahapan sebagai berikut ini:

1. Inisiatif Pengembangan Usaha

Tahap awal munculnya inisiatif pengembangan usaha, mungkin timbul

karena melihat adanya permintaan terselubung maupun

pengembangan usaha yang telah ada. Ide pengembangan usaha

perlu diikuti dengan proses penelitian yang saksama, mengingat


31

banyaknya usaha yang gagal karena tidak didukung penelitian dan

persiapan yang matang.

2. Penelitian Potensi Inisiatif Pengembangan Usaha

Tahap kedua merupakan tahap penelaahan potensi inisiatif dengan

melakukan penelusuran terhadap aspek-aspek yang ada dan implikasi

termasuk potensinya.

3. Evaluasi

Melakukan evaluasi terhadap aspek-aspek yang ada dan menarik

kesimpulan melalui pengkajian aspek keuangan dan dukungan

keuangan yang ada dalam bentuk faktor-faktor produksi.

4. Penentuan

Tahap ini akan menentukan kelayakan dijalankannya usaha tersebut.

Jika tidak layak, maka apakah perlu dilakukan penelitian ulang

kembali ke tahap 2 atau perlu ditunda atau pencarian inisiatif baru

pengembangan usaha. Dalam tahapan ini, juga ditentukan mengenai

kemungkinan-kemungkinan resiko yang bisa timbul dan cara

mitigasinya sehingga risiko menjadi kecil.

5. Tahap Perencanaan Pelaksanaan

Setelah dinyatakan layak, tahap selanjutnya adalah perencanaan

pelaksanaan dengan memulai penjadwalan dan juga persiapan

pelaksanaan yakni mendapatkan komitmen dari para pihak yang

terlibat yakni manajemen, investor, kreditor, pemerintah, masyarakat

dan lainnya.
32

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan usaha dan bisnis dijalankan, selanjutnya akan dibagi

dalam 2 tahapan ini, yakni:

1) Tahap pelaksanaan usaha atau bisnis

Tahap pelaksanaan merupakan tahapan yang sangat penting.

Risiko dan hambatan akan muncul pada tahap ini, sehingga

diperlukan perbaikan atau revisi terhadap perencanaan awal.

Selain hambatan, dimungkinkan adanya perubahan kondisi

lingkungan yang diasumsikan di awal, sehingga diperlukannya

penyesuaian.

2) Tahap evaluasi terhadap perencanaan dibandingkan dengan

kenyataan. Dalam tahapan evaluasi tidak tertutup kemungkinan

adanya beberapa alternatif yang akan dievaluasi bersamaan dan

ditentukan inisiatif mana yang paling layak untuk diteruskan

dengan pertimbangan akan sumber daya yang ada dengan alokasi

modal yang diperlukan dan hasil pengembalian yang dihasilkan

yang maksimal.

Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar (2017:18), adapun tahap-

tahap dalam melakukan studi kelayakan yang umum dilakukan, yaitu:

1. Pengumpulan Data dan Informasi

Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap

mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.


33

2. Melakukan Pengolahan Data

Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul maka langkah

selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi

tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan

metode-metode dan ukuran-ukuran yang telah lazim digunakan untuk

bisnis.

3. Analisis Data

Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria yang telah memenuhi syarat

sesuai kriteria yang layak digunakan. Setiap jenis usaha memiliki

kriteria tersendiri untuk dikatakan layak atau tidak layak untuk

dilakukan. Kriteria kelayakan diukur dari setiap aspek untuk seluruh

aspek yang telah dilakukan.

4. Mengambil Keputusan

Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil

pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan

terhadap hasil tersebut.

5. Memberikan Rekomendasi

Dalam memberikan rekomendasi diberikan juga saran-saran serta

perbaikan yang perlu, jika memang masih dibutuhkan, baik

kelengkapan dokumen maupun persyaratan lainnya. Tahapan dalam

studi kelayakan bisnis tersebut antara lain.


34

Pengumpulan Data

Melakukan Pengolahan Data

Analisis Data

Mengambil Keputusan Dibatalkan

Direkomendasikan

Dijalankan

Sumber : Kasmir (2017)

Gambar 2.1.

Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

tahapan studi kelayakan usaha dimulai dari tahap pengumpulan data,

melakukan pengolahan data, analisis data yang telah dikumpulkan

selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan jika usaha tersebut

dinyatakan layak maka dapat di rekomendasikan dan selanjutnya dapat

dijalankan, namun jika usaha tersebut tidak layak dijalankan maka usaha

tersebut dapat dibatalkan.


35

2.1.4.4 Aspek Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha dapat dilakukan melalui berbagai aspek

baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan

pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen

dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian

studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan

apakah suatu usaha dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak

dijalankan.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:8), aspek-aspek yang perlu

dilakukan studi kelayakan usaha sebagai berikut:

1. Aspek Hukum

Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam

memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk

menjalankan bisnis di wilayah tertentu, dengan menganalisis aspek

hukum, kita dapat menganalisis kelayakan legalitas usaha yang

dijalankan, ketepatan bentuk badan hukum dengan ide bisnis yang

akan dilaksanakan, dan kemampuan bisnis yang akan diusulkan

dalam memenuhi persyaratan perizinan.

2. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan menganalisis kesesuaian lingkungan sekitar (baik

lingkungan operasional, lingkungan dekat, dan lingkungan jauh)

dengan ide bisnis yang akan dijalankan. Dalam aspek ini dampak

bisnis bagi lingkungan juga dianalisis. Suatu ide bisnis dinyatakan


36

layak berdasarkan aspek lingkungan jika kondisi lingkungan sesuai

dengan kebutuhan ide bisnis dan ide bisnis tersebut mampu

memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak

negatifnya.

3. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat

ketergantungan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan

kata lain, setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan

setiap kegiatan pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan

pasar dan hal ini juga memberikan manfaat untuk memudahkan dalam

transaksi. Aspek pasar menganalisis potensi pasar, intensitas

persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis

strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market

share yang diharapkan. Dengan analisis ini, potensi ide bisnis dapat

tersalurkan dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar.

4. Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi

yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Analisis aspek teknis dan

teknologi menjadi sebuah keharusan untuk menghindari adanya

kegagalan bisnis pada masa yang akan datang, sebagai akibat karena

adanya masalah teknis.


37

5. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Aspek manajemen dan sumber daya manusia menganalisis tahap-

tahap pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga

kerja kasar maupun tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk

menjalankan bisnis. Beberapa hal yang perlu dipahami dalam

kaitannya dengan aspek teknis dan teknologi ialah penentuan lokasi

bisnis, tata letak (layout) bisnis, pemilihan peralatan dan teknologi.

6. Aspek Keuangan

Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan modal

kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan

dijalankan. Selain itu, dianalisis juga pada perihal darimana saja

sumber investasi dan pembiayaan bisnis tersebut yang dihitung

dengan rumusan penilaian investasi seperti Analisis Cash Flow,

Payback Period, Net Present Value, Internal Rate Of Return, Benefit

Cost Ratio, Profitability Index, dan Break Event Point.

Sedangkan menurut Johan (2011:9), aspek-aspek yang perlu

diperhatikan sebelum dimulainya studi kelayakan dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1. Aspek Industri

Aspek industri menganalisa struktur industri yang akan kita masuki,

seperti persaingan yang telah ada, bagaimana dengan kekuatan dan

penawaran pembeli, barang substitusi yang ada, bagaimana kekuatan


38

supplier bahan baku yang diperlukan juga bagaimana dengan

kemampuan pesaing untuk masuk ke dalam industri ini.

2. Aspek Pasar

Studi kelayakan perlu menelaah aspek pasar dari segi kondisi

permintaan dan penawaran yang ada, kondisi pasar yang sedang

berkembang atau menurun, dan juga potensi berkembang.

3. Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran dalam studi kelayakan akan mengkaji struktur

produk atau jasa yang telah ada di pasar serta rencana produk atau

jasa yang akan ditawarkan.

4. Aspek Keuangan

Dalam aspek ini, kita akan menetukan layak atau tidak layak sebuah

usaha atau bisnis dijalankan setelah menelaah semua faktor produksi

dijalankan.

5. Aspek Manajemen

Aspek ini termasuk yang paling penting karena aspek ini terkait fungsi

koordinasi dan sinkronisasi antara semua faktor produksi yang ada.

6. Aspek Produksi

Dalam aspek ini, akan ditentukan sistem produksi maupun sumber

daya yang perlu di investasikan seperti bahan dasar dan bahan

penunjang lainnya.

7. Aspek Sumber Daya Manusia

Alokasi sumber daya manusia yang akan digunakan dan kualitas


39

sumber daya manusia juga berperan penting, termasuk juga dalam

pengembangan, kompensasi, serta sistem penilaian karya sumber

daya manusia.

8. Aspek Lingkungan

Usaha tidak akan pernah bisa memisahkan diri dari lingkungan dan

masyarakat sekitarnya. Di mulai dari faktor makro ekonomi, sosial,

politik, kepedulian akan lingkungan hidup maupun kesejahteraan

lingkungan masyarakat sekitar, penting untuk dipertimbangkan.

9. Aspek Hukum dan Yuridis

Bentuk badan hukum usaha, peraturan-peraturan yang berlaku di

industri tertentu, peraturan keuangan yang berlaku seperti sistem

perpajakan, sistem proteksi industri, maupun subsidi yang berlaku.

Menurut Sunyoto (2014:10), aspek-aspek dalam studi kelayakan

bisnis sebagai berikut:

1. Aspek Pemasaran dan Pasar

Dalam rangka menciptakan peluang dalam pemasaran dan sekaligus

mengetahui pasar, maka dalam aspek ini meliputi:

1) Konsep pemasaran, berisikan pengetahuan tentang pemasaran

dalam bentuk teoritis sehingga menambah wawasan berupa

konsep.

2) Program dan pembiayaan pemasaran

3) Konsep pasar dan pasar sasaran.

4) Estimasi pasar sasaran


40

5) Segmentasi Pasar

6) Merancang produk, merek, kemasan, label, harga, promosi, dan

saluran distribusi.

7) Persaingan dalam bisnis.

2. Aspek Perilaku Konsumen

Dalam aspek perilaku konsumen pembahasan meliputi perilaku

konsumen, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen, sikap

konsumen, keputusan pembelian, dan perilaku konsumen pasca

pembelian.

3. Aspek Sumber Daya Manusia

Aspek ini berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia,

perencanaan sumber daya manusia, analisis pekerjaan, analisis

tenaga kerja, penarikan tenaga kerja, seleksi tenaga kerja, pelatihan

tenaga kerja, perencanaan karier, manajemen karier, pengembangan

karier.

4. Aspek Organisasi

Aspek ini menyangkut pengertian organisasi, efektivitas organisasi,

pengaruh teknologi terhadap komunikasi, kepemimpinan, hubungan

konflik dan kinerja organisasi, pengembangan organisasi.

5. Aspek Akuntansi

Aspek ini membahas mengenai lingkup laporan keuangan, neraca,

laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal.


41

6. Aspek Manajemen Operasional dan Teknologi

Aspek ini meliputi pengertian manajemen operasional, keputusan

manajemen operasional, proses produksi, pemilihan teknologi,

perencanaan kapasitas, perencanaan lokasi, perencanaan layout, dan

perencanaan sistem kerja.

7. Aspek Keuangan

Pada aspek ini pembahasan meliputi sumber-sumber dana, perkiraan

investasi, biaya operasional, perkiraan pendapatan, laporan

keuangan, dan rasio-rasio keuangan.

8. Aspek Hukum

Berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana proyek akan

dibangun yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin

lokasi.

9. Aspek Politik, Ekonomi, Sosial , dan Lingkungan Hidup

Berkaitan dengan dampak yang diberikan kepada masyarakat karena

adanya suatu proyek tersebut:

1) Segi Politik, berkaitan dengan kondisi dan situasi suatu

pemerintahan

2) Segi budaya, mengkaji tentang dampak keberadaan proyek

terhadap kehidupan masyarakat setempat, kebiasaan adat

setempat.

3) Segi ekonomi, apakah proyek dapat mengubah atau justru

mengurangi income perkapita penduduk setempat.


42

4) Segi sosial, apakah dengan keberadaan proyek wilayah menjadi

semakin ramai, lalu lintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi,

penerangan listrik dan lainnya, pendidikan masyarakat setempat.

5) Segi lingkungan hidup, berkaitan dengan aspek lingkungan,

pembahasan meliputi analisis dampak lingkungan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka penulis dapat

menyimpulkan aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan usaha

meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan,

aspek manajemen operasional dan teknis, aspek manajemen dan sumber

daya manusia, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek dampak

lingkungan.

2.1.5 Arti Penting Analisis Kelayakan Usaha Dari Aspek Pasar Dan

Pemasaran

Segmentasi, targeting, dan posisitioning (STP) merupakan salah

satu elemen terpenting dalam pemasaran. Dasar pemikiran pentingnya

STP adalah bahwa teramat sulit bagi perusahaan-perusahaan untuk

melayani semua konsumen potensial sebuah produk. Jumlah konsumen

begitu banyak, lokasinya tersebar, keinginan dan preferensi amat

beragam, daya belinya bervariasi, dan seterusnya. Selain itu, kemampuan

dan sumber daya perusahaan untuk melayani berbagai segmen pasar

yang berbeda juga relatif terbatas. Konsekuensinya, mayoritas

perusahaan beralih dari pemasaran massal (mass marketing) menjadi

target marketing.
43

Menurut Johan (2011:60), perusahaan perlu menentukan proposisi

nilai (value proposition) produk atau jasa pesaing di pasar, melalui:

1. Segmentasi

Kita perlu menentukan dengan jelas segmentasi di pasar, segmen

seperti apa yang ada dan yang akan kita masuki. Dikenal beberapa

jenis segmentasi, yaitu:

1) Segmentasi geographis

2) Segmentasi demographis

3) Segmentasi psikographis

4) Segmentasi perilaku

2. Pasar Target

Target pasar yang menjadi sasaran harus jelas, kepada siapa produk

kita mau dijual, seperti apa kegunaan untuk konsumennya. Pasar

sasaran dikategorikan dalam 3 kelompok yakni:

1) Pemasaran serba sama

Dalam hal ini kita melakukan pemasaran yang tidak membagi

pasar dan hanya memfokuskan kepada kebutuhan konsumen.

2) Pemasaran serba aneka

Dalam hal ini kita melakukan pemasaran dengan variasi produk

sesuai dengan tipe konsumennya.

3) Pemasaran terpadu

Dalam hal ini kita melakukan pemasaran dengan memfokuskan diri

pada satu kelompok konsumen atau segmen tertentu saja.


44

3. Posisi Pasar

Dalam sebuah pasar, kita bisa memposisikan produk kita dan

perusahaan kita, mau mencapai posisi apa, apakah kita ingin menjadi

market leader, atau follower ataupun juga hanya main di market niche.

Semua posisi pasar tersebut akan menentukan strategi produk yang

akan kita lakukan. Untuk menentukan posisi pasar, kita harus

mengetahui juga mengenai kemampuan bersaingnya produk kita

dibandingkan dengan pesaingnya.

2.1.5.1 Segmentasi Pasar (Market Segmenting)

Tujuan pokok strategi segmentasi, targeting, dan positioning adalah

memposisikan suatu merek dalam benak konsumen sedemikian rupa

sehingga merek tersebut memiliki keunggulan kompetitif

berkesinambungan. Sebuah produk akan memiliki keunggulan kompetitif

jika produk tersebut menawarkan diferensiasi unik dalam bentuk atribut-

atribut determinan (yang dinilai penting dan unik oleh para pelanggan).

1. Pengertian Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar merupakan konsep pokok yang mendasari

strategi pemasaran perusahaan dan pengalokasian sumber daya yang

harus dilakukan dalam rangka mengimplementasikan program

pemasaran.

Menurut Tjiptono dan Anastasia (2016:95), segmentasi pasar dapat

diartikan sebagai proses mengelompokkan pasar keseluruhan yang

heterogen menjadi kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang


45

memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan, keinginan, perilaku dan/atau

respon terhadap program pemasaran spesifik.

Menurut Assauri (2013:39), segmentasi pasar adalah proses

pembagian pasar ke dalam subset pelanggan dengan kebutuhan yang

sama dan mempunyai ciri-ciri yang dapat diarahkan atas tanggapan

mereka, sehingga dapat dilakukan cara-cara yang sama bagi produk

tertentu yang ditawarkan, termasuk program pemasarannya.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:48), segmentasi pasar artinya

membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda yang

mungkin memerlukan produk atau marketing mix yang berbeda pula.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi beberapa kelompok

berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang sama sehingga perusahaan

dapat menentukan program pemasaran yang tepat untuk segmen pasar

tersebut.

2. Manfaat Segmentasi Pasar

Menurut Tjiptono dan Anastasia (2016:95), Segmentasi pasar perlu

dilakukan sehubungan dengan beberapa manfaat potensial yang

ditawarkan, di antaranya:

1. Perusahaan mampu memahami pelanggan terbaiknya dengan lebih

mendalam.

2. Lebih mudah mengidentifikasi dan bersaing dengan para pesaing bila

berkonsentrasi pada sebagian kecil dari pasar keseluruhan.


46

3. Sumber daya perusahaan yang relatif terbatas dapat dikonsentrasikan

secara lebih efektif pada sebagian konsumen sasaran.

4. Perencanaan menjadi lebih mudah manakala perusahaan memiliki

gambaran jelas tentang pelanggan terbaiknya.

5. Segmentasi dapat meningkatkan ukuran pasar keseluruhan dengan

cara mendatangkan pelanggan baru yang sesuai dengan profil

konsumen tipikal dan sebelumnya belum mengetahui keberadaan

produk perusahaan.

Menurut Assauri (2013:40), Segmentasi pasar bertambah penting

dalam upaya pengembangan strategi pemasaran, terutama akibat

perkembangan atau perubahan populasi, perkembangan pasar,

perubahan kondisi sosial, perkembangan ekonomi, dan persaingan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

segmentasi memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan karena

segmentasi memungkinkan perusahaan untuk lebih fokus dalam

mengalokasikan sumber daya. Membagi pasar menjadi segmen-segmen

akan memberikan gambaran bagi perusahaan untuk menetapkan segmen

mana yang akan dilayani.

2. Variabel Segmentasi Pasar

Pasar yang luas berupa orang-orang atau organisasi yang tentu

saja akan memiliki kondisi yang sangat beraneka ragam atau heterogen.

Untuk itu perlu dilakukan pengelompokan pasar menjadi kelompok yang


47

memiliki sifat atau kondisi yang sama atau sejenis membentuk segmentasi

pasar.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:48), berikut ini adalah variabel

utama dalam menentukan segmentasi pasar:

1. Segmentasi Geografis

Segmentasi yang membagi pasar menjadi unit geografis yang

berbeda-beda yaitu terdiri dari:

1) Bangsa

2) Kota

3) Iklim

4) Kabupaten

5) Daerah Otonomi

2. Segmentasi Demografis

Segmentasi yang membagi pasar menjadi berbagai kelompok

berdasarkan variabel terdiri dari:

1) Usia

2) Jenis Kelamin

3) Siklus Hidup Keluarga

4) Pendapatan

5) Pekerjaan

6) Pendidikan

7) Agama

8) Ras
48

9) Kebangsaan

3. Segmentasi Perilaku

Segmentasi ini mengelompokkan konsumen berdasarkan

pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan atas sebuah produk atau

jasa serta manfaat yang dicari oleh konsumen dalam membeli sebuah

produk atau jasa.

4. Segmentasi Psikografis

Segmentasi ini membagi konsumen menjadi kelompok yang berbeda-

beda berdasarkan:

1) Gaya Hidup

2) Karakteristik Kepribadian

3) Kelas Sosial

Menurut Tjiptono (2014:82), ada sejumlah variabel yang bisa

digunakan untuk melakukan segmentasi dan mendeskripsikan masing-

masing segmen, sebagai berikut:

1. Segmentasi Demografis

Usia, penghasilan status pernikahan, tipe dan ukuran keluarga,

gender, kelas sosial, siklus hidup keluarga, pendidikan dan lain-lain.

2. Psikografis

Gaya hidup, nilai, dan karakteristik pribadi.

3. Perilaku

Situasi pemakaian, tingkat pemakaian, produk komplementer dan

produk substitusi yang digunakan, loyalitas merek, dan lain-lain.


49

4. Pengambilan Keputusan

Pilihan individu atau kelompok (keluarga), pembelian keterlibatan

tinggi atau rendah, sikap dan pengetahuan tentang kelas produk,

sensitivitas harga, dan lain-lain.

5. Pola Media

Tingkat pemakaian, tipe media yang digunakan, frekuensi pemakaian,

dan lain-lain.

Sementara menurut Assauri (2013:44), berbagai variabel

segmentasi antara lain sebagai berikut:

1. Karakteristik Orang

Usia, jenis kelamin, ras, pendapatan, ukuran keluarga, tahapan

kehidupan, lokasi geografis, dan gaya hidup.

2. Situasi Penggunaan

Kejadian, pentingnya pembelian, pengalaman dengan produk

sebelumnya, status penggunaan.

3. Keinginan/Preferensi Pembeli

Status loyalitas merek, preferensi merek, pandangan keuntungan,

kualitas, proneness to make a deal.

4. Tingkah Laku Pembelian

Ukuran pembelian, frekuensi pembelian.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

segmentasi pasar terdiri dari segmentasi geografis, segmentasi

demografis, segmentasi psikografis, dan segmentasi perilaku yang


50

bertujuan agar segmentasi yang telah dilakukan tepat sasaran mengingat

di dalam suatu pasar terdapat banyak konsumen yang berbeda keinginan

dan kebutuhannya.

2.1.5.2 Pasar Sasaran (Market Targeting)

1. Pengertian Market Targeting

Setelah melakukan segmentasi pasar, langkah berikutnya adalah

menentukan segmen terbaik yang ingin dijadikan target untuk dilayani,

sesuai dengan tujuan keseluruhan yang ditetapkan perusahaan.

Menurut Tjiptono dan Anastasia (2016:103), market targeting

adalah proses mengevaluasi dan memilih segmen sasaran.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:50), menetapkan pasar sasaran

adalah mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah

satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani.

Menurut Herlambang (2014:24), Targeting adalah membidik target

market yang telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa targeting

atau pasar sasaran adalah kegiatan dimana perusahaan memilih segmen

pasar untuk dimasuki dan kemudian perusahaan dapat menentukan lebih

spesifik pasar yang akan dituju.

2. Tahap Penetapan Pasar Sasaran

Menurut Tjiptono dan Anastasia (2016:103), proses evaluasi

terhadap daya tarik segmen pasar bisa dikelompokkan menjadi tiga faktor

utama, yaitu:
51

1. Ukuran dan Potensi Pertumbuhan Segmen

Meskipun segmen yang besar dan berkembang pesat kelihatannya

lebih menarik, ukuran segmen dan potensi pertumbuhan yang cocok

bagi setiap perusahaan harus disesuaikan dengan sumber daya dan

kapabilitas organisasi. Tak jarang sumber daya organisasi (seperti

ketersediaan tenaga ahli, dana, jumlah gerai distribusi, dan

seterusnya) menjadi kendala bagi upaya perusahaan untuk bersaing

dalam pasar yang tingkat pertumbuhannya besar.

2. Karakteristik Struktural Segmen

Karakteristik struktural segmen terdiri atas kompetisi, kejenuhan

segmen, protektabilitas, dan risiko lingkungan. Perusahaan wajib

mencermati intensitias dan dinamika persaingan yang berkaitan

dengan hambatan masuk, hambatan keluar, ancaman pendatang

baru, tekanan dari produk dan/atau jasa substitusi, kekuatan tawar-

menawar pemasok, dan kekuatan tawar-menawar konsumen.

Perusahaan juga perlu menilai apakah para pesaing yang sudah ada

saat ini telah melayani semua kemungkinan segmen yang ada

ataukah masih tersedia gap potensial dalam pasar yang bisa dimasuki

perusahaan.

3. Kesesuaian antara Produk dan Pasar (Product Market Fit)

Dalam hal ini, terdapat tiga pertanyaan kunci yang perlu dijawab:

apakah melayani segmen tertentu bisa sesuai dengan kekuatan

perusahaan dan citra yang diharapkan?, adakah sinergi yang


52

didapatkan dari melayani segmen tersebut?, dapatkah perusahaan

menanggung biaya memasuki segmen bersangkutan dan dapatkah

perusahaan menetapkan harga produk sedemikian rupa sehingga

memperoleh tingkat margin dan Return On Investment (ROI)

sebagaimana diharapkan?

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:50), evaluasi segmen pasar

terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Ukuran dan pertumbuhan segmen seperti data tentang penjualan

terakhir (dalam rupiah), proyeksi laju pertumbuhan dan margin laba

dari setiap segmen.

2. Struktural segmen yang menarik dilihat dari segi profitabilitas. Kurang

menarik apabila terdapat pesaing yang kuat dan agresif. Perhatikan

juga ancaman dari produk pengganti (substansi).

3. Sasaran dan sumber daya perusahaan. Memerhatikan energi yang

dimiliki perusahaan, yaitu ketersediaan sumber daya manusia

termasuk keterampilan yang dimilikinya.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2017:50), memilih segmen berarti

menentukan satu atau lebih segmen yang memiliki nilai tinggi bagi

perusahaan serta menentukan mana dan beberapa banyak yang dapat

dilayani:

1. Pemasaran serbasama, melayani semua pasar dan tawaran pasar

dalam arti tidak ada perbedaan. Mencari apa yang sama dalam

kebutuhan konsumen.
53

2. Pemasaran serbaneka, merancang tawaran untuk semua

pendapatan, tujuan atau kepribadian. Seperti beda desain untuk

industri mobil. Untuk pasar ini memerlukan biaya tinggi.

3. Pemasaran terpadu, khusus untuk sumber daya manusia yang

terbatas.

Menurut Tjiptono (2014:86), dalam pemilihan segmen pasar, setiap

perusahaan perlu mempertimbangkan lima alternatif pola memilih pasar

sasaran, yaitu:

1. Single-Segment Concentration

Perusahaan memilih satu segmen pasar tunggal, dengan sejumlah

pertimbangan, misalnya keterbatasan dana yang dimiliki perusahaan,

adanya peluang pasar dalam segmen bersangkutan yang belum

banyak digarap atau bahkan diabaikan pesaing, atau perusahaan

menganggap segmen tersebut merupakan segmen yang paling tepat

sebagai landasan untuk ekspansi ke segmen selanjutnya.

2. Selective Specialization

Dalam strategi ini, perusahaan memilih sejumlah segmen pasar yang

menarik dan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Masing-

masing segmen bisa memiliki sinergi kuat satu sama lain maupun

tanpa sinergi sama sekali, namun paling tidak setiap segmen

menjanjikan sumber penghasilan bagi perusahaan.

3. Market Specialization
54

Dalam strategi ini, perusahaan berspesialisasi pada upaya

melayani

berbagai kebutuhan dari kelompok atau segmen pelanggan tertentu.

4. Product Specialization

Dalam spesialisasi produk, perusahaan memusatkan diri pada

penyediaan jasa spesifik tertentu yang dipasarkan kepada berbagai

segmen pasar.

5. Full Market Coverage

Dalam strategi ini, perusahaan berusaha melayani semua kelompok

pelanggan dengan semua produk yang mungkin dibutuhkan.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa tahap penetapan pasar sasaran terdiri dari 2 tahap: pertama,

mengevaluasi segmen pasar, memiliki 3 tahap seperti: ukuran dan

pertumbuhan segmen, struktural segmen, sasaran dan sumber daya

perusahaan. Kedua memilih segmen yang akan dilayani memiliki 3 jenis

yaitu: pemasaran serbasama, pemasaran serbaneka, dan pemasaran

terpadu.

2.1.5.3 Posisi Pasar (Market Positioning)

Setelah mengidentifikasi segmen pasar potensial, mengevaluasi

dan memilih salah satu atau beberapa diantaranya untuk dijadikan pasar

sasaran, pemasar harus menentukan posisi yang ingin diwujudkan.

1. Pengertian Positioning
55

Menurut Tjiptono (2014:87), positioning mengandung makna

sebagai tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan untuk

mendapatkan tempat khusus dan unik dalam benak pasar sasaran

sedemikian rupa sehingga dipersepsikan lebih unggul dibandingkan para

pesaing.

Kotler dan Kevin (2012:292), positioning yaitu bagaimana

perusahaan menjelaskan posisi produk kepada konsumen. Apa beda

produk perusahaan dibandingkan competitor dan apa saja

keunggulannya.

Menurut Sunyoto (2014:53), positioning adalah strategi komunikasi

untuk memasuki jendela otak konsumen agar produk/merek mengandung

arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan

terhadap produk/merek dalam bentuk hubungan asosiatif.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan

bahwa positioning adalah proses mengevaluasi daya tarik dan keunggulan

segmen pasar serta menjelaskan posisi produk kepada konsumen.

2. Tahap Penentuan Posisi Pasar (Market Positioning)

Menurut Tjiptono (2014:87), secara garis besar, positioning terdiri

atas tiga langkah utama:

1. Memilih Konsep Positioning

Dalam rangka memposisikan sebuah produk atau organisasi,

pemasar harus menentukan apa yang penting bagi pasar sasaran.


56

2. Merancang dimensi atau fitur yang paling efektif dalam

mengkomunikasikan posisi yang diharapkan.

Sebuah posisi bisa dikomunikasikan melalui nama merek, slogan,

penampilan atau fitur produk lainnya, tempat penjualan produk,

penampilan karyawan, dan cara-cara lainnya. Setiap pemasar bisa

mendiferensiasikan penawarannya berdasarkan lima dimensi: produk,

jasa/layanan, personalia, saluran distribusi, dan citra. Pemilihan

masing-masing dimensi tersebut didasarkan pada sejumlah kriteria,

di antaranya:

1) Important

Variabel diferensiasi yang dipilih memberikan manfaat yang sangat

bernilai bagi pelanggan sasaran.

2) Distinctive

Variabel diferensiasi disampaikan dengan cara yang unik/khas.

3) Superior

Variabel diferensiasi lebih superior dibandingkan cara-cara lain

untuk mendapatkan manfaat yang sama.

4) Preemptive

Variabel diferensiasi tidak bisa ditiru dengan mudah oleh para

pesaing.

5) Affordable

Pembeli bersedia dan mampu membayar diferensiasi yang

diberikan perusahaan.
57

6) Profitable

Perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari upaya

mengintroduksi diferensiasi yang dimaksud.

3. Mengkoordinasikan komponen bauran pemasaran untuk

menyampaikan pesan yang konsisten. Walaupun satu atau dua

dimensi/atribut merupakan komunikator posisi utama, semua elemen

bauran pemasaran harus konsisten dan mendukung posisi yang

diharapkan.

Menurut Sunyoto (2014:53), cara-cara positioning suatu produk

dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Positioning berdasarkan perbedaan produk

Marketer dapat menunjukkan kepada pasarnya di mana letak

perbedaan produknya terhadap pesaing.

2. Positioning berdasarkan manfaat produk

Manfaat produk dapat ditonjolkan sebagai positioning sepanjang

dianggap penting oleh konsumen. Manfaat dapat bersifat ekonomis,

fisik, dan emosional berhubungan dengan self image.

3. Positioning berdasarkan pemakaian produk

Di sini atribut-atribut produk yang ditonjolkan, salah satunya adalah

atribut pemakain produk.

4. Positioning berdasarkan kategori produk

Positioning biasanya dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul

dalam suatu kategori produk.


58

5. Positioning kepada pesaing

6. Positioning melalui imajinasi

Positioning produk merupakan hubungan asosiatif dan kita dapat

menggunakan imajinasi-imajinasi produk berdasarkan tempatnya,

pemakaiannya, situasi dan sebagainya.

7. Positioning berdasarkan masalah

Terutama untuk produk/jasa baru belum begitu dikenal oleh

konsumen. Produk/jasa baru umumnya diciptakan untuk memberikan

solusi kepada konsumennya, masalah yang dirasakan dalam

masyarakat atau dialami konsumen diangkat ke permukaan.

Menurut Tjiptono (2014:88), umumnya strategi positioning yang

bisa dipilih setiap perusahaan meliputi:

1. Attribute Positioning

Perusahaan memposisikan dirinya berdasarkan atribut tertentu,

misalnya ukuran keamanan, komposisi bahan, pengalaman dalam

bidang yang digeluti, dan seterusnya.

2. Benefit Positioning

Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam manfaat tertentu.

3. Use or Application Positioning

Produk diposisikan sebagai alternatif terbaik untuk situasi pemakaian

atau aplikasi tertentu.

4. User Positioning
59

Produk diposisikan sebagai pilihan terbaik untuk kelompok pemakai

tertentu.

5. Competitor Positioning

Klaim produk dihubungkan dengan posisi persaingan terhadap

pesaing utama.

6. Product Category Positioning

Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam kategori produk tertentu .

7. Quality or Price Positioning

Perusahaan berusaha menciptakan kesan/citra berkualitas tinggi

lewat harga premium atau sebaliknya menekankan harga murah

sebagai indikator nilai.

Menurut Herlambang (2014:26), dasar – dasar dalam melakukan

penetapan posisi adalah sebagai berikut:

1. Penetapan posisi menurut atribut.

Ini terjadi bila suatu perusahaan memposisikan dengan menonjolkan

atribut produk yang lebih unggul dibanding pesaingnya, seperti

ukuran, lama, keberadaannya, dan seterusnya.

2. Penetapan posisi menurut manfaat.

Dalam pengertian ini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam

suatu manfaat tertentu.

3. Penetapan posisi menurut penggunaan atau penerapan seperangkat

nilai-nilai penggunaan atau penerapan.


60

Inilah yang digunakan sebagai unsur yang ditonjolkan dibandingkan

pesaingnya.

4. Penetapan posisi menurut pemakai.

Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah

kelompok pemakai. Dengan kata lain pasar sasaran lebih ditujukan

pada sebuah atau lebih komunitas, baik dalam arti sempit maupun

dalam arti luas.

5. Penetapan posisi berdasar pesaing.

Di sini produk secara keseluruhan menonjolkan nama merknya secara

utuh, dan diposisikan lebih baik dari pesaing.

6. Penetapan posisi menurut kategori produk.

Dalam hal ini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu

kategori produk.

7. Penentuan posisi harga atau kualitas.

Dalam hal ini produk diposisikan sebagai menawarkan nilai terbaik.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

strategi penentuan posisi pasar terdiri dari positioning berdasarkan

perbedaan produk, positioning berdasarkan manfaat produk, positioning

berdasarkan pemakaian produk, positioning berdasarkan kategori produk,

positioning kepada pesaing, positioning berdasarkan masalah, dan

positioning berdasarkan posisi harga atau kualitas.


61

2.1.6. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan pondasi utama pada proyek penelitian

yang ditunjukkan dikembangkan dan dielaborasi dari perumusan masalah

yang telah didefinisikan. Teori berguna menjadi titik tolak landasan berpikir

dalam memecahkan masalah dan berfungsi untuk memberikan gambaran

atau batasan tentang teori yang dipakai .

Manajemen
Grand Theory Robbins dan Mary (2010), Handoko (2011),
Daft (2012)

Manajemen Pemasaran
Tjiptono (2012), Kotler dan Armstrong (2012), Alma (2013), Lupiyoadi (2016)
Middle Range Theory

Usaha
Nickels dkk (2009), Boone dan Kurtz (2014), Johan (2011)
Kasmir dan Jakfar (2017)

Applied Theory Studi Kelayakan Usaha Aspek Pasar dan Pemasaran


Johan (2011), Kasmir dan Jakfar (2017),
Tjiptono (2014), Assauri (2013), Sunyoto (2014),
Tjiptono dan Diana (2016), Herlambang (2014)

Sumber : pengolahan data (2020)


62

Gambar 2.2
Kerangka Teori

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh

pihak lain tentang penelitian yang memiliki tujuan yang sama dengan yang

dinyatakan dalam judul penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan

pedoman dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Judul,Instansi, Variabel
No. Hasil Penelitian
Peneliti Tahun Penelitian Penelitian
1. Purnamasari Analisis Kelayakan Variabel: Hasil analisis kelayakan
dan Bambang Bisnis Usaha Roti Kelayakan pada aspek pasar dan
Ceriwis sebagai Oleh- Bisnis pemasaran, aspek teknis,
oleh Khas Kota aspek finansial dan
Batam. Jurnal analisis sensitivitas
Akuntansi Ekonomi menunjukkan bahwa
dan Manajemen usaha Roti Ceriwis layak
Bisnis. Politeknik untuk dijalankan dan
Negeri Batam. 2013. mempunyai prospek
yang sangat bagus.
2. Abdillah Analisis Kelayakan Variabel: Hasil analisis kelayakan
Bisnis Pada Kelayakan baik dari aspek pasar
Minimarket Toko Bisnis dan pemasaran, aspek
Ratna. Skripsi. teknis, aspek manajemen
Fakultas Ekonomi maupun dari aspek
dan Manajemen. finansial menyatakan
Institut Pertanian bahwa usaha minimarket
Bogor. 2014. ini layak untuk dijalankan
dan berpotensi untuk
berkembang.

3. Afif dan Isna Analisis Kelayakan Variabel: Berdasarkan hasil


Bisnis, Strategi Kelayakan analisis usaha dari aspek
Pemasaran dan Bisnis dan pasar dan pemasaran
Modal Reliji pada Strategi sangat terencana dari
Usaha Waroeng Pemasaran proses penentuan pasar,
Spesial Sambal segmentasi, targeting
Yogyakarta. Jurnal dan positioning pasar,
63

Ekonomi Syariah lokasi, harga dan produk


Indonesia. semua telah dianalisa
Universitas sehingga mendapat
Darussalam Gontor. kepercayaan dari para
2018. pelanggan.
4. Yanil dan Analisis Aspek Pasar, Variabel: Hasil analisis aspek
Hery Pamasaran dan Kelayakan pasar bahwa
Keuangan Terhadap Aspek pengembangan bimbel
Kelayakan Pasar, Nurul Fikri di Panam
Pengembangan Pemasaran sangat sesuai, karena
Bimbingan Belajar dan letaknya yang menjadi
Nurul Fikri Di Daerah Keuangan pusat pendidikan, dari
Panam Pekanbaru. analisis aspek
Jurnal Teknik Industri. pemasaran bahwa para
Universitas Bung responden menginginkan
Hatta. 2013. pihak bimbel
menyediakan fasilitas
pendukung dalam
belajar, lokasi yang
strategis, sedangkan dari
aspek keuangan analisis
PP memiliki waktu
pengembalian yang tidak
cukup.
5. Chairani, dkk. Analisis Kelayakan Variabel: Berdasarkan hasil
Bisnis Pada A-B Kelayakan analisis kelayakan usaha
Brotherhood Café di Bisnis Aspek A-B Brotherhood Cafe
Serbelawan Pasar dan sudah layak untuk
Kecamatan Dolok Pemasaran dijalankan dengan
Batu Nanggar memenuhi syarat
Kabupaten marketing mix atau
Simalungun. Jurnal bauran pemasaran
Manajemen. STIE
Sultan Agung
P.Siantar. 2019.
6. Afiyah, dkk. Analisis Studi Variabel: Hasil analisis aspek
Kelayakan Usaha Kelayakan pasar dan pemasaran,
Pendirian Home Bisnis aspek teknis dan
Industry (Studi Kasus produksi, aspek
pada Home Industry organisasi dan
Cokelat Cozy manajemen, serta aspek
Kademangan Blitar). finansial
Jurnal Administrasi dengan perhitungan
Bisnis. Universitas kelayakan investasi
Brawijaya. 2015. usaha pendirian Home
Industry Cokelat Cozy
dinyatakan baik dan
layak untuk dijalankan
7. Mukhtar Market Feasibility Variabel: The results revealed that
64

Study Of Real Estate Market the market feasibility


Projects And Its Role Feasibility study plays major role in
In Analysing The Study the analysis of
Opportunities Of investment opportunities
Investment ( A case in the residential sector
of real estate sector in Riyadh during the year
in Riyadh, Saudi 2015 and 2016
Arabia during 2015-
2016). Internastional
Journal of Research
in Finance and
Marketing
(IJRFM).Qassim
University,
KSA.2017.
Sumber : beberapa karya ilmiah

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran bertujuan memberikan gambaran secara

ringkas tentang isi penelitian, sehingga penelitian dapat terarah sesuai

dengan maksud dan tujuan yang diharapkan. Kerangka pemikiran dari

masalah yang dihadapi dapat dinyatakan dalam bentuk skematis sebagai

berikut:

Aspek Pasar dan


Pemasaran
Studi Kelayakan Usaha
1. Market Segmenting
1. Layak
2. Market Targeting
2. Tidak Layak
3. Market Positioning

Teori yang Melandasi


Aspek Pasar dan Pemasaran Studi Kelayakan Usaha
65

Johan (2011), Kasmir dan Jakfar (2017), Kasmir dan Jakfar (2017),
Tjiptono (2014), Assauri (2013), Sunyoto Sunyoto (2014),
(2014), Purwana dan Nurdin (2016),
Tjiptono dan Anastasia (2016), Jumingan (2011)
Herlambang (2014)

Sumber : pengolahan data (2020)

Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

2.4 Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penulisan penelitian ini adalah studi

kelayakan usaha dari aspek pasar dan pemasaran dapat mengukur

kelayakan suatu usaha.

Anda mungkin juga menyukai