Anda di halaman 1dari 12

SITI NURBAYA

Scene 1 : Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri saling jatuh cinta


"Setting menunjukkan taman yang indah. Bunga-bunga yang cantik turut menghiasi
indahnya taman. Disana terdapat sebuah pohon yang amat rindang. Disitulah kedua
sejoli ini duduk berdua, dan berbincang…"

Syamsul : Dinda, kuberikan bunga ini kepadamu (sambil menyerahkan bunga).


Siti Nurbaya : Terima kasih, Uda. Bunga ini cantik sekali.
Syamsul : Aku pasti kesepian tanpamu disana nanti.
Siti Nurbaya : Apa maksud, Uda ? Aku kan selalu menemani Uda.
Syamsul : (memegang dagu Siti) Dengarkan aku, maaf aku belum memberitahumu
soal ini. Setelah lulus nanti, aku akan pergi ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah.
Itu berarti aku akan meninggalkanmu.
Siti Nurbaya : Kalau itu yang terbaik, pergilah. Aku akan baik-baik saja
(tersenyum).
Syamsul : Kau sangat pengertian, Adinda. Aku pasti akan merindukanmu.
Siti Nurbaya : Aku juga. Jangan lupa menulis surat untukku, ya?
Syamsul : Aku janji. Aku syang padamu , Siti
Siti Nurbaya : Aku tahu itu-- aku juga

Scene 2 : Niat Jahat Datuk Maringgih

"Datuk Maringgih sangat gundah. Ia iri hati terhadap Baginda Sulaiman karena
bisnisnya yang maju. Sehingga timbullah niat jahat untuk menjatuhkan saingannya
itu."

Datuk Maringgih : Aku sesungguhnya tidak senang melihat perniagan Baginda


Sulaiman, makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan
aku. Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan.
Pengawal : Kalau begitu, Apa rencana Tuan ?
Datuk Maringgih : Pergilah kau ke tokonya. Bakar hangus toko itu, dan jangan
biarkan apapun tersisa. Aku ingin ia jatuh miskin.Ia harus takluk padaku.
Pengawal : Baiklah, Tuan. Akan segera saya laksanakan. (seraya pergi dari
hadapan Datuk Maringgih)
Scene 3 : Baginda Sulaiman jatuh miskin.

Seluruh kekayaan Baginda Sulaiman turut lenyap bersamaan dengan lenyapnya toko
miliknya itu. Ia pun jatuh miskin. Lalu, Baginda Sulaiman yang sama sekali tak
berprasangka mengenai siapa yang telah tega membakar tokonya--berniat
meminjam dana untuk membangun bisnis kembali. Jadi, Datuk Maringgih sangat
puas Baginda Sulaiman telah jatuh ke dalam lubang yang ia buat
BABAK 1 : Baginda Sulaiman bernegosiasi dengan Datuk Maringgih.

"Setting menunjukkan ruang tamu Datuk Maringgih. Terdapat dua set kursi dan
meja.
Baginda Sulaiman melakukan pembicaraan dengan Datuk Maringgih."

Datuk Maringgih : Halo, Kawan lama (sambil berjabat tangan). Bagaimana bisnismu


sekarang ? Ku dengar kau lebih hebat daripada aku.
Baginda Sulaiman : Halo, Maringgih. Memangnya kau belum mendengar berita ?
Toko ku terbakar, dan semuanya lenyap dilalap api. Bisnisku sekarang.. boleh
dikatakan rumit, bahkan aku akan bangkrut, tapi tidak. Jika kau dapat
membantuku..
Datuk Maringgih : Dulu kau menolak bekerjasama denganku. (nada sinis) Hmm tapi
tak apalah, akan kupinjamkan dana.
Baginda Sulaiman : Benarkah? Engkau sungguh murah hati.
Datuk Maringgih : Tentu saja, Kawan. Tapi ada bunga dan jaminannya. Dan kau
kuberikan waktu 3 bulan untuk mengembalikan uangku.
Baginda Sulaiman : Soal bunga, aku tak keberatan. Tapi jaminan.. aku tak bisa
memberikanmu jaminan sekarang. Hartaku habis dan..
Datuk Maringgih : (memotong pembicaraan) Tak apa, tenang saja, Sulaiman.
Pakailah sebanyak yang kau mau. Kau bisa menyerahkan jaminannya padaku nanti,
bila bisnismu sudah berkembang. Bagaimana ?(sambil menjulurkan tangan)
Baginda Sulaiman : Baiklah, kita sepakat (menjabat tangan Maringgih)

Scene 4 : Datuk Maringgih menagih hutang.

Setelah 3 bulan berlalu, Datuk Maringgih akhirnya datang pada Baginda Sulaiman
untuk menagih hutangnya yang belum terbayar. Baginda Sulaiman yang jatuh
miskin, bisnisnya kini hancur ditambah hutang yang tak terlunasi. Bunga yang
diajukan Datuk Maringgih sangat tinggi dan beliau tak sanggup..
Setting menunjukkan beranda rumah Siti Nurbaya. Datuk Maringgih melempar
makian kepada Baginda Sulaiman, dan ia membawa polisi bersamanya. Siti Nurbaya
sedang berada di kamar. Terjadi pertengkaran hebat.

Datuk Maringgih : Hei Sulaiman, lunasi utangmu sekarang juga ! Kita sudah sepakat
waktu itu.
Baginda Sulaiman : Tapi bisnisku belum pulih, kumohon berikanlah aku sedikit
waktu lagi.. (memegang kaki Maringgih)
Datuk Maringgih : Lepaskan, kau rakyat jelata !
Istri Baginda : Kumohon, jangan sakiti dia ! Ini , ambillah ! (sambil menyerahkan
uang)
Datuk Maringgih : Apa-apaan ini ? Bahkan jumlahnya tak bisa melunasi bunganya.
Berikan lagi, kalau tidak aku akan membawa urusan ini ke polisi !
Istri Baginda : Kumohon jangan, hanya itu yang kami punya.
Datuk Maringgih : Kalau begitu aku tak punya pilihan lain. Aku akan memperistri
anak gadismu ! hahaha
Baginda Sulaiman : Jangan harap, kau lelaki hidung belang ! Aku takkan menjual
anakku.
Datuk Maringgih : (menampar pipi Sulaiman) Beraninya kau bicara begitu padaku !
Baginda Sulaiman : (terjatuh)
Siti Nurbaya : (lari keluar dari kamar) Oh , Ayah ! Teganya kau !
Datuk Maringgih : Akhirnya kau keluar juga, Manis… (membelai rambut Siti)
Istri Baginda : Jangan kau sentuh putriku ! (memukul tangan Maringgih)
Datuk Maringgih : Hahaha, jadi kau lebih suka bila suami mu di penjara ? Siti
Nurbaya harus menikah denganku.
Siti Nurbaya : Kejamnya kau, biadab !
Istri Baginda : (menjauhkan Siti dari Maringgih) Kita tak punya pilihan lain…
Baginda Sulaiman : Jangan..
Siti Nurbaya : Tapi kita tak punya pilihan lain, Ayah. Aku tak mau Ayah di
bui. (menoleh pada Maringgih). Baiklah, aku setuju menikah denganmu .

"Dengan terpaksa Siti Nurbaya mengabulkan keinginan Datuk Maringgih untuk


mempersuntingnya. Bahkan Baginda Sulaiman jatuh sakit, karena keputusan yang
berat itu. Padahal, Siti Nurbaya sangat mencintai Syamsul Bahri… Akhirnya Siti
mengirim surat kepada Syamsul untuk memberitahukan keputusannya itu. Pada
saat liburan sekolah, Syamsul akhirnya bisa berkunjung ke Padang dan menemui
Siti."

Scene 5 : Syamsul Bahri kembali ke Padang

BABAK 1 : Perkelahian Syamsul Bahri dengan Datuk Maringgih.

Setting bertempat di pedesaan tempat Siti tinggal. Mereka berjalan menyusuri


jalan disana dan mendiskusikan apa yang telah terjadi.

Syamsul : Benarkah itu yang terjadi, Siti ? Sungguh aku tak percaya.
Siti Nurbaya : (terdiam sejenak). Aku menyayangi, Uda. Sungguh aku tak
bermaksud melakukan ini. Aku terpaksa, kalau tidak Ayahku akan dipenjara (nada
putus asa).
Syamsul : Dasar manusia biadab ! Aku berjanji, Siti. Kita akan menemukan jalan
keluarnya..
Siti Nurbaya : (tersenyum)Terima kasih, Uda. Lalu bagaimana keadaan Uda selama
di Jakarta ?
Syamsul : Aku rindu padamu Siti, sangat rindu. Disana sangat membosankan tanpa
kau.
Siti Nurbaya : (tertawa) Uda bisa saja. Aku juga kangen sama Uda Syamsul.

"Mereka tampak sangat bahagia bersama. Bersenda gurau di bawah pohon, dan
bercerita.
Namun tak berselang lama, Datuk Maringgih melewati pohon itu, dan murka
melihat berdua sangat akrab.."
Datuk Maringgih : (nada murka) Bagus sekali sikapmu, Siti (menarik tangan
Siti). Ingat kau milikku sekarang ! Kau akan menjadi Istriku !

Syamsul : (memukul Maringgih dan berkelahi) Jangan pernah kau dekati Siti lagi !
Datuk Maringgih : (jatuh terjerembab ke tanah)
Siti Nurbaya : (ketakutan) Uda Syamsul , jangan ! Tolong, tolong ! Kumohon siapa
saja lerai mereka !

Siti Nurbaya terus berteriak meminta pertolongan, tapi suasana desa sangat sepi
sore itu dan tak ada yang datang membantunya. Lalu, Baginda Sulaiman yang
sedang terbaring sakit di rumah mendengar teriakannya.

||setting berpindah ke kamar Baginda Sulaiman. Terdapat tempat tidur dan


property kamar. Baginda Sulaiman yang mendengar teriakan putrinya, langsung
beranjak dari ranjang. Namun , ia sudah sangat kepayahan sehingga jatuh dari
tangga dan.. nyawanya melayang.
BABAK 2 : Siti Nurbaya diusir

Istri Baginda Sulaiman tak menghiraukan teriakan putrinya. Kemudian ketika ia


hendak beranjak ke kamar suaminya, ia terkejut.. Siti akhirnya lari menyusul ke
rumahnya untuk meminta bantuan, namun belum sempat, ternyata Ayahnya sudah
tiada.

Istri Baginda : Ya ampun, Uda ! Uda, bangun Uda ! (menguncangkan tubuh


Sulaiman).
Baginda Sulaiman : (diam tak bergerak)
Siti Nurbaya : Ayah ! (terkejut) Ayah, bangun Ayah ! Ibunda, Apa yang terjadi ?
Istri Sulaiman : Diam kau, anak sialan ! (mengacungkan jari ke wajah Siti) kalau
bukan karena kau, ini semua takkan pernah terjadi !
Siti Nurbaya : Maafkan aku Ibu .. Sungguh aku .
Istri Sulaiman : (membentak Siti) Cukup ! Aku tak mau dengar apapun lagi. Enyah
kau dari sini ! Aku tak mau melihatmu lagi.

BABAK 3 : Pertengkaran Siti Nurbaya sengan Syamsul Bahri

Siti Nurbaya : (lari menghambur keluar rumah sambil menangis).


Syamsul Bahri : (menghampiri Siti) Ada apa , Siti ? Mengapa kau menangis ?
Siti Nurbaya : Semua ini gara2 kau , Uda . Ayahku meninggal-ia jatuh dari tangga
karena mengira aku sedang dalam bahaya... Lagipula mengapa kau lakukan itu
kepada Maringgih ? Apa kau sudah gila?
Syamsul Bahri : aku terbakar cemburu, cemburu buta
Siti Nurbaya : Cukup, kau kehilangan akal sehatmu, kau membuat kita semua
dalam masalah

Syamsul Bahri : (hanya diam)

Siti Nurbaya : (pergi meninggalkan Syamsul)


Syamsul : (memegang tangan, mencegah Siti pergi) Kau mau kemana ?
Siti : Ibuku mengusirku.. aku akan pergi ke rumah bibiku.
Syamsul : Jangan, kau bisa ikut denganku ke Jakarta--kita akan melewati ini
bersama
Siti : tidak, sampai Uda berubah.
Syamsul : percayalah padaku Siti...
Siti : (terdiam lalu pergi tanpa memerdulikan Syamsul )

Dengan perasaan yang sangat hancur, Siti pergi dari rumah. Semua orang di
desanya menuding ia bersalah karena melanggar adat. Ia sangat sedih akan segala
peristiwa yang menimpanya. Ayahnya yang sangat ia sayangi, meninggal. Ia pun
akhirnya berusaha mencari tempat untuk berlindung. Yaitu di rumah bibinya,
Aminah.

Syamsul Bahri pun masih menyimpan dendam kepada Datuk Maringgih yang
merebut kekasihnya. Namun karena perbuatannya tempo lalu kepada Maringgih
membuat Ayahnya murka, ia turut diusir dari rumah, dan kembali ke Jakarta.

Scene 6 : Siti Nurbaya meninggal

BABAK 1 : Siti menyusul Syamsul ke Jakarta

Setting menunjukkan beranda rumah Aminah, bibi Siti Nurbaya. Siti hendak
memohon izin dari bibinya. Aminah sedang duduk di kursi tua dan pasrah
mendengar keinginan Siti.

Siti Nurbaya : Kumohon, Bibi. Izinkanlah aku pergi mengejarnya. Aku tak ingin
hidup tanpa dia, aku tak bisa.

Aminah : (terdiam sejenak) Kau yakin, Nak ? Kau masih muda. Aku ragu kau bisa
sampai di Jakarta dengan selamat. Kau belum pernah kesana—Aku takut bila
terjadi sesuatu padamu.
Siti Nurbaya : (memegang tangan Aminah) Aku akan baik-baik saja, Bi. Aku janji
akan menjaga diri. Kumohon, aku mencintainya..
Aminah : (tersenyum)Anak remaja jaman sekarang. Tapi kau harus janji pada Bibi
untuk berhati-hati. Aku mengenal sekali orang seperti Maringgih—ia takkan
melepasmu begitu saja. Aku khawatir..
Siti Nurbaya : (menutup bibir Bibinya dengan jari) Aku janji. Takkan terjadi apa-
apa. Akan ku hubungi kau begitu aku sampai disana. Aku sayang Bibi, terima kasih
atas segalanya (mencium tangan Aminah lalu pergi).

BABAK 2 : Lemang Beracun

Aminah benar. Datuk Maringgih takkan melepaskan Siti Nurbaya begitu saja. Ia pun
menyusun rencana untuk mendapatkan Siti kembali. Ia pun memanggil
pengawalnya.
Datuk Maringgih : Brengsek semua orang ! Syamsul yang keparat itu meninjuku, Siti
milikku ! Ia milikku, dan Syamsul takkan pernah mendapat kesempatan untuk
merebutnya dariku, takkan kubiarkan !
Pengawal : Tapi, Tuan. Dari berita yang beredar, Siti kini sedang menuju ke
pelabuhan, hendak menyusul Syamsul ke Jakarta.
Datuk Maringgih : Sial, brengsek juga Siti itu ! Takkan kubiarkan ia pergi !
Pengawal, aku ingin kau meracuni gadis itu ! Aku tak peduli, lebih baik ia mati
daripada membuatku gila seperti ini !
Pengawal : Tapi, Tuan. Bagaimana caraku untuk meracuninya ?
Datuk Maringgih : Kejar ke dermaga , bodoh ! Kau campurkan saja racun itu ke
dalam makanan !
Pengawal : Baik , Tuan . (mengambil sebuah lemang, dan menaburkan racun
didalamnya, lalu pergi)

Sesampainya pengawal di dermaga…


Pengawal : Siti, tunggu ! tunggu aku ! (mengejar Siti)
Siti Nurbaya : (menoleh ke belakang) Maaf, apakah aku mengenalmu ?
Pengawal : Tidak, (nafas agak terengah-engah) aku hanya ingin memberikanmu ini
(menyerahkan lemang). Bibimu menitipkannya padaku. Katanya untuk bekal
selama di perjalanan nanti.
Siti Nurbaya : Baiklah, terima kasih. Sampaikan salamku pada bibiku. (naik ke
kapal)
Pengawal : (tersenyum penuh kemenangan) Rencana berhasil. Hidupmu takkan
lama lagi Siti .

Siti Nurbaya kemudian meninggal karena lemang beracun itu. Tak lama waktu
berselang, Ibunda Siti Nurbaya dan Ibunda Syamsul Bahri pun turut meninggal
setelah kehilangan kedua anak mereka. Syamsul Bahri masih hidup, mendengar
kabar buruk itu. Ia merasa sangat putus asa sampai-sampai pernah berniat untuk
bunuh diri.
Namun Syamsul bangkit, ia melanjutkan hidupnya. Ia bergabung dalam ketentaraan
dan menjadi seorang Letnan.
Pada suatu hari, ia ditugaskan ke Padang—situasi sangat kacau disana karena
terjadinya pemberontakan besar-besaran. Ternyata pemberontakan ini dipimpin
oleh Datuk Maringgih.

Scene 7 : Pembalasan dendam Syamsul Bahri

Syamsul yang masih menyimpan dendam kepada Datuk Maringgih, akhirnya


mendapat kesempatan untuk berduel dengannya. Amarahnya tak tertahan
mengingat orang-orang terkasihnya yang telah meninggal—semua akibat perbuatan
keji Datuk Maringgih.
Setting menggambarkan sebuah kerusuhan yang terjadi di desa. Syamsul membawa
pistol—bersiap untuk menembak Datuk Maringgih. Datuk Maringgih membawa
sebuah pedang tajam—bersiap untuk menghunuskannya ke tubuh Syamsul …
Syamsul : Maringgih, lama tak jumpa . Bagaimana kabar Siti di alam baka ? Sudah
puas kau, merebutnya dariku, selamanya !
Datuk Maringgih : Oh, Syamsul ! Lihat kau sekarang, seragam dan pistol . Ayolah,
tunjukkan kemampuanmu, kita lihat siapa yang paling kuat bertahan !
Syamsul : Tutup mulutmu, Maringgih ! Aku bisa menarik pelatuknya sekarang juga !

Kemudian mereka berduel….

Syamsul Bahri terkena hunusan pedang Datuk Maringgih. Namun ia masih dapat
meraih pelatuk pistolnya, dan berhasil mengenai tepat di dada Datuk Maringgih.
Tak ada pemenang dalam duel itu. Sungguh tragis.
Ayah Syamsul Bahri sangat shock mendengar kabar bahwa anaknya meninggal.
Syamsul berpesan pada Ayahnya untuk menguburkannya di Gunung Padang dekat
kekasihnya Siti Nurbaya. Permintaan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan
di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah
kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Sungguh tragis kisah ini, kisah dimana semua orang-orang terkasih meninggal,
karena hati yang kotor dan perselisihan yang dimulai oleh Datuk Maringgih. Kisah
dimana dua remaja yang saling mencintai-----terpisah, kemudian disatukan lagi di
alam surga nun jauh disana.
DAMARWULAN & MINAKJINGGA
Damarwulan adalah anak seorang bekas patih Majapahit yakni Udara. Ia dilahirkan
dan dibesarkan di desa Paluhamba di bawah asuhan ibu dan kakaknya Begawan
Mustikamaya. Menuruti nasihat kakeknya, ia pergi ke istana Majapahit mencari pekerjaan.
Disana ia mengabdi pada pamannya, Patih Logender. Patih Logender, yang tidak
menginginkan Damar Wulan bersaing dengan anak-anaknya sendiri, menetapkan dia sebagai
pemotong rumput dan penjaga kuda istana. Meskipun tidak mengenakan pakaian indah,
wajahnya masih terlihat sangat tampan. dalam pengabdiannya Damarwulan sangat menderita,
meskipun masih kemenakannya sendiri, oleh Logender, Damarwulan diperlakukan seperti
budak dengan segala penderitaan, menerima siksa dan penghinaan. Apa lagi ditambah dua
putra patih Logender, Layang Seto dan Layang Kumitir sangat membencinya. kecuali Dewi
Anjasmoro, anak perempuan Ki Patih Logender, yang menaruh hati kepada Damarwulan.
Dewi Anjasmoro jatuh hati pada Damarwulan sejak pertama melihatnya. Kemudian Patih
Logender terpaksa melepas Anjasmara untuk diperistri Damarwulan, meskipun hatinya tidak
rela.

 
Sementara itu kerajaan Majapahit dilanda pemberontakan Minakjingga, Adipati
Blambangan, yang menyatakan diri sebagai raja berdaulat bergelar Prabu Urubisma. Pokok
persoalan pemberontakan tersebut adalah karena Minak Jinggo ingin memperistrikan Ratu
Ayu Kencana Wungu tetapi ditolak karena wajah Minak Jinggo seperti raksasa dan merebut
tahta kerajaannya.
Dalam keadaan tertekan, Ratu Kencana Wungu mengumumkan bahwa siapa pun yang
membunuh Menak Jingga dan berhasil memenggal kepalanya akan menjadi suaminya. ia
menerima wahyu bahwa seorang ksatria muda bernama Damar Wulan dapat mengalahkan
Menak Jingga.
Damarwulan yang telah dikawinkan dengan Anjasmoro diutus ke Blambangan untuk
membunuh atau setidaknya menangkap minakjinggo . Begitu melihat Damarwulan, kedua
istri  minakjinggo , Dewi Wahita dan Dewi Puyengan jatuh hati Damarwulan. Dengan
bantuan kedua istri minakjinggo , akhirnya Damarwulan berhasil memenggal kepala
Minakjinggo dengan senjata Gada Wesi Kuning milik minakjinggo  sendiri yang dicuri oleh
Dewi Wahita.
Dalam perjalanan pulang, Damarwulan dihadang Layang Seto dan layang Kumitir.
Dengan kelicikannya, Layang Seto dan Layag Kemitir berhasil merebut kepala dan gada wesi
kuning. Damarwulan yang dibuang ke jurang oleh Layang Seto dan Layang Kumitir, berhasil
diselamatkan oleh arwah ayahnya, dan disembuhkan luka-lukanya.
Layang Seto dan Layang Kumitir menghadap Ratu Kencana Wungu Sambil
menyerahkan kepala minakjinggo  dan gada wesi kuning dan melaporkan bahwa mereka
berdualah yang bisa membunuh minakjinggo Damarwulan yang sudah sembuh dan berhasil
naik dari dasar jurang, juga  datang ke majapahit dengan membawa ke dua istri minakjinggo ,
dan melapor bahwa dia lah yang telah membunuh minakjinggo dengan saksinya dan bukti
kedua istri  minakjinggo. Timbul keraguan siapakah yang membunuh minakjinggo di benak
Ratu Kencono Wungu. Akhirnya Damarwulan diadu berduel melawan Layang Seto dan
Layang Kumitir. Tentu saja jika tanpa tipu muslihat Layang Seto dan Layang Kumitir tidak
bisa mengalahkan Damarwulan. Kemenangan pun berpihak kepada  Damarwulan, dan dia
pun berhak  mendapatkan hadiah naik tahta Majapahit dan memperistri Ratu Kencana Wungu
dan mempunyai tiga selir, yaitu Dewi Anjasmoro, Dewi Wahito dan Dewi Puyengan.
Scene 1
Dimulai dari datangnya damarwulan ke majapahit
Narrator:
Damarwulan adalah anak seorang bekas patih Majapahit yakni Udara. Ia dilahirkan dan
dibesarkan di desa Paluhamba di bawah asuhan ibu dan kakeknya Begawan Mustikamaya.
Menuruti nasihat kakeknya, ia pergi ke istana Majapahit mencari pekerjaan. Disana ia
mengabdi pada pamannya, Patih Logender.
Patih logender: jadi kau yang bernama damarwulan dari paluhamba?
Damarwulan: “benar, tuan patih.hambalah damarwulan dari pertapaan paluhamba.
Patih logender: baiklah damarwulan, apa tujuanmu datang ke majapahitdan untuk apa kau
menemuiku?
Damarwulan: “hamba sengaja menghadap tuan patih berkat petunjuk eyang Begawan
paluhamba agar menambah pengalaman hidup dengan menghamba kepada tuan patih.”
Patih logender: “damarwulan, menghamba di majapahit tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan.apakah kau berkenan dengan pekerjaan yang kuberikan nanti?
Damarwulan: “apakah pekerjaan tersebut, tuan patih?hamba akan berusaha
melaksanakannya dengan baik.
Patih logender: Pekerjaan yang akan kuberikan padamu adalah sebagai pemotong rumput
dan penjaga kuda istana.bagaimana damarwulan?(dengan wajah serius dan penasaran akan
reaksi damarwulan)
Damarwulan: (damarwulan merenung sejenak)
Baiklah tuan patih, bila memang harus menjadi pemotong rumput dan pengurus kuda tak
apalah, hamba akan melaksanakan titah tuan.”(menjawab tanpa ragu-ragu)
Patih logender: “baguslah kalau begitu damarwulan,kau benar-benar ksatria sejati.tidak
malu dengan pekerjaan yang dianggap hina.
Damarwulan: “Sekarang apa yang harus hamba lakukan?”
Patih logender: Lakukanlah tugasmu yang sesuai saya perintahkan tadi
Damarwulan: Baiklah tuan
Scene 2
Narrator:
Patih Logender, yang tidak menginginkan Damar Wulan bersaing dengan anak-anaknya
sendiri, akhirnya menetapkan dia sebagai pemotong rumput dan penjaga kuda istana..(dengan
background damarwulan sedang melaksanakan tugasnya,memotong rumput)
dalam pengabdiannya Damarwulan sangat menderita, meskipun masih kemenakannya
sendiri, oleh Logender, Damarwulan diperlakukan seperti budak dengan segala penderitaan,
menerima siksa dan penghinaan. Apa lagi ditambah dua putra patih Logender, Layang Seto
dan Layang Kumitir sangat membencinya. kecuali Dewi Anjasmoro, anak perempuan Ki
Patih Logender, yang menaruh hati kepada Damarwulan sejak pertama kali melihatnya.
Layang seta: Hey kau pembantu kerajaan yang baru.kenapa kuda kami belum kau beri
makan.kau ingin kuda-kuda kami mati kelaparan ha…(dengan nada marah sambil mendorong
kasar damarwulan)
Damarwulan: Maaf tuan, hamba baru saja memotong rumput dan belum sempat memberi
makan kuda-kuda tersebut.
Layang kumitir: Oh…jadi kau si pembantu kerajaan yang baru itu.kami adalah anak patih
logender.jadi kau juga harus menuruti perintah kami.mengerti?
Damarwulan: Baik tuan,hamba mengerti
(layang seta dan layang kumitir pergi meninggalkan damarwulan)
Dewi anjasmoro: (ketika sedang berjalan tidak sengaja melihat damarwulan)
Siapa pemuda itu?tampan sekali dia(bicara dalam hati dan karena penasaran dewi anjasmoro
pun menghampiri damarwulan)
Scene 3
Narrator:
Sejak pertemuan pertama itu,hari demi hari damarwulan dan anjasmoro pun semakin
dekat.dan hingga akhirnya tumbuh bibit cinta diantara mereka berdua. Namun patih logender
tidak menyetujui dengan hubungan mereka berdua. Tetapi begitu melihat besarnya cinta putri
anjasmoro terhadap damarwulan,patih pun menyetujui. Kemudian Patih Logender terpaksa
melepas Anjasmara untuk diperistri Damarwulan, meskipun hatinya tidak rela.
Sementara itu kerajaan Majapahit dilanda pemberontakan Minakjingga, Adipati
Blambangan, yang menyatakan diri sebagai raja berdaulat bergelar Prabu Urubisma. Pokok
persoalan pemberontakan tersebut adalah karena Minak Jinggo ingin memperistrikan Ratu
Ayu Kencana Wungu tetapi ditolak karena wajah Minak Jinggo seperti raksasa dan ingin
merebut tahta kerajaannya.
Minakjingga: (datang ke majapahit untuk melamar ratu ayu kencana wungu meskipun pada
ssat itu dia telah memiliki 2 selir yaitu dewi wahita dan dewi puyengan)
Hai, ratu ayu kencana wungu aku datang kemari untuk melamarmu.(dengan suara lantang dan
keras) Maukah kau menerima lamaranku wahai sang ratu?
Ratu ayu kencana wungu : Bagaimana ini paman patih, apa yang harus saya lakukan?
Menerima atau menolak lamaran adipati blambangan ini?
Patih logender: “maaf gusti ratu, menurut hamba sebaiknya lamaran adipati blambangan
ditolak saja. Ada 2 alasan dari hamba.pertama, karena sebelum melakukan
lamaran,blambangan telah menjarah wilayah majapahit di bang wetan. Kedua, tindakan
adipati blambangan jelas merupakan pemberontakan menentang pemerintah.
Ratu ayu kencana wungu: Baiklah patih,memang seharusnya aku tidak menerima lamaran
minakjinggo.(puteri pun keluar menemui minakjinggo)
Maaf adipati minakjinggo,sayangnya aku tidak bisa menerima lamaranmu
Minakjinggo: Minakjinggo(dengan nada marah dan kesal)apa…kau berani menolak
lamaranku ratu.ini sebuah penghinaan buat ku.aku tidak terima dengan penolakan ini.
Ratu ayu kencana wungu: Maaf adipati bukan maksutku menolakmu,tapi memang aku
tidak bisa menerima lamaran ini
Minakjingga: Halah,kau banyak alasan ratu.akan ku perintahkan para rakyat blambangan
untuk menyerang majapahit.tunggu saja pembalasanku.hahahaha….
Scene 4
Narrator:
minakjinggo pun pergi dan bersiap untuk perang melawan majapahit. Sedangkan ratu
di majapahit mengadakan musyawarah untuk membahas ancaman dan pinangan menakjingga
dar blambangan. akhirnya ratu menggelar sayembara untuk mengalahkan minakjingga. siapa
yang dapat mengalahkannya akan dijadikan suami.
(sedangdalam keadaan musyawarah)
Layang seta: “tuanku ratu, sebaiknya kita menyusun kekuatan pasukan untuk menggempur
blambangan.”
Layang kumitir: Dan menurut hamba, bagaimana kalau kita juga meminta bantuan negara
tetangga, seperti kerajaan sriwijaya atau kerajaan sunda untuk menumpas pemberontakan
blambangan.”(sambungnya)
Ratu ayu kencana wungu: Lalu bagaimana dengan pendapatmu paman patih logender?
Patih logender: “begini, gusti ratu. Setelah mendengar beberapa pendapat, hamba
berkesimpulan bahwa peperangan besar tidak mungkin dilakukan. Bagaimana kalau kita
adakan sayembara,tuan putri?
Ratu ayu kencana wungu: Sayembara?sayembara apa paman patih?
Patih logender: Begini, barang siapa yang dapat mengalahkan menakjingga, bila ia laki2
akan dijadikan suami ratu dan jika perempuan akan dijadikan saudara
Ratu ayu kencana wungu: (terdiam sejenak)” paman patih, setelah saya pikir2 tidak ada
jalan yang lebih baik lagi.maka…saya menerima gagasan paman patih.Kalau begitu layang
seta dan layang kumitir pergilah dan sebarkan sayembara ini kepada rakyat majapahit
Layang seta dan layang kumitir: Baik, gusti ratu.kami akan umumkan sayembara ini.
Scene 5
Narrator:
Sayembara sudah diumumkan kepada seluruh rakyat majapahit. Namun tak ada
satupun yang mampu mengalahkan minakjingga. hingga suatu malam ratu mendapatkan
wahyu bahwa yang dapat mengalahkan minakjinggo adalah pemuda bernama damarwulan.
Damarwulan: Maaf gusti ratu, ada apa gerangan gusti ratu memanggil hamba?
Ratu ayu kencana wungu: Aku memanggilmu kesini untuk memberimu sebuah tugas
Damarwulan: Kalau boleh tahu tugas apakah itu gusti ratu?
Ratu ayu kencana wungu: Tugasmu adalah mengalahkan minakjingga dan membawanya
kemari baik hidup atau mati?apakah kau sanggup?
Damarwulan: “kalau hamba dipercaya,mudah-mudahan dengan ijin Hyang Maha
Agung,hamba dapat melaksanakannya, gusti ratu.
Ratu ayu kencana wungu: “baiklah, sekarang bersiap-siaplah
Damarwulan: Baik,gusti ratu.hamba mohon pamit
Scene 6
Narrator:
damarwulan pergi menyusup ke blambangan untuk melaksanakan tugas yang
diberikan oleh ratu ayu kencana wungu. Tetapi kepergian damarwulan ke blambangan,diam-
diam diikuti oleh kedua anak patih logender yang memang sudah merencanakan sesuatu yang
jahat kepada damarwulan.hingga akhirnya damarwulan tiba dikerajaan blambangan.
Damarwulan: Hai minakjingga!jika berani,lawanlah aku!”
Minakjingga: Siapa kau?berani-beraninya kau menantangku.”
Damarwulan: Ketahuilah, hai pemberontak!aku damarwulan yang diutus oleh ratu ayu
kencana wungu untuk membinasakanmu
Minakjinggo: Ha…ha…ha…!”(tertawa terbahak2) sia2 saja kau kesini,damarwulan.kau
tidakakan mampu menghadapi kesaktian senjata pusakaku,gada wesi kuning.(pertarungan
terjadi)
Narrator:
Pertarungan sengit antara dua pendekar sakti itu pun terjadi.keduanya silih berganti
menyerang.namun,akhirnya damarwulan kalah dalam pertarungan itu hingga pingsan terkena
senajata gada wesi kuning.damarwulan pun dimasukkan kedalam penjara.
Rupanya, kedua selir Minakjingga, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, terpikat melihat
ketampanan Damarwulan. Mereka pun secara diam-diam mengobati luka pemuda itu.
Bahkan, mereka juga membuka rahasia kesaktian Minakjingga.
Dewi wahita: “Kekuatan Minakjingga terletak pada gada wesi kuning. Dia tidak akan bisa
berbuat apa-apa tanpa sejata itu,”
Dewi puyengan: “Benar. Jika ingin mengalahkan Minakjingga, Anda harus merampas
pusakanya,”
Damarwulan: “Lalu, bagaimana aku bisa merebut senjata pusaka itu?” tanya Damarwulan.
Dewi wahita dan puyengan: “Kami akan membantumu mendapatkan senjata itu,” janji
kedua selir Minakjingga itu.
Pada malam harinya, Dewi Sahita dan Dewi Puyengan mencuri pusaka gada wesi kuning saat
Minakjingga terlelap. Pusaka itu kemudian mereka berikan kepada Damarwulan. Setelah
memiliki senjata itu, Damarwulan pun kembali menantang Minakjingga untuk bertarung.
Alangkah terkejutnya Minakjingga saat melihat sejata pusakanya ada di tangan Damarwulan.
Minakjingga: “Hai, Damarwulan! Bagaimana kamu bisa mendapatkan senjataku?”
Damarwulan tidak menjawab. Ia segera menyerang Minakjingga dengan senjata gada wesi
kuning yang ada di tangannya. Minakjingga pun tidak bisa melakukan perlawanan sehingga
dapat dengan mudah dikalahkan. Akhirnya, Adipati Blambangan itu tewas oleh senjata
pusakanya sendiri. Damarwulan memenggal kepada Minakjingga untuk dipersembahkan
kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Dalam perjalanan menuju Majapahit, Damarwulan
dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kumitir. mereka hendak merebut kepala Minakjingga
agar diakui sebagai pemenang sayembara.
Layang seta: “Hai, Damarwulan! Serahkan kepala Minakjingga itu kepada kami!” seru
Layang Seta.
Damarwulan: Tidak akan kuserahkan kepala minkjingga ini untuk kalian.
Narator :
Pertarungan pun tak terelakkan. Layang Seta dan Layang Kumitir mengeroyok Damarwulan
dan berhasil merebut kepala Minakjingga. Kepala itu kemudian mereka bawa ke Majapahit.
Pada saat mereka hendak mempersembahkan kepala itu kepada sang Ratu, tiba-tiba
Damarwulan datang dan segera menyampaikan kebenaran.
Damarwulan: “Ampun, Gusti! Hamba telah berhasil menjalankan tugas dengan baik.
Namun, di tengah jalan, tiba-tiba Layang Seta dan Layang Kumitir menghadang hamba dan
merebut kepala itu dari tangan hamba,”
Layang kumitir: “Ampun, Gusti! Perkataan Damarwulan itu bohong belaka. Kamilah yang
telah memenggal kepala Minakjingga,”
Ratu ayu kencana wungu: “Sudahlah, kalian tidak usah bertengkar lagi!” , “Sekarang aku
ingin bukti yang jelas. Bertarunglah kalian, siapa yang berhasil menjadi pemenangnya
pastilah ia yang telah membinasakan Minakjingga.”
Narator:
Dengan disaksikan oleh sang Ratu dan seluruh rakyat Majapahit, pertarungan itu pun
berlangsung sangat seru. Kedua belah pihak mengeluarkan seluruh kekuatan masing-masing
demi memenangkan pertandingan. Pertarungan itu akhirnya dimenangkan oleh Damarwulan.
Layang Seta dan Layang Kumitir pun mengakui kesalahan mereka dan dimasukkan ke
penjara.
Ratu ayu kencana wungu: Ternyata sudah terbukti kalau kau lah yang berhasil
mengalahkan minakjinggo.dengan demikian ku angkat kau menjadi raja majapahit sekligus
untuk medampingiku sesuai sayembara tersebut.
Damarwulan: Tetapi mohon maaf sebelumnya gusti ratu, bagaimana dengan putrid
anjasmara, dewi wahita dan dewi puyengan?
Ratu ayu kencana wungu: Tenang damarwulan.ku ijinkan kau utnuk tetap menikahi mereka
dan menjadi garwa selirmu.karena mereka seudah berjasa padamu.
Damarwulan: Terima kasih gusti ratu,hamba akan selalu bersikap adil,tetap rendah hati dan
tidak sombong
Demikianlah pengangkatan damarwulan sebagai raja majapahit, sekaligus suami dari
keempat wanita cantik dilakukan dengan meriah.

Anda mungkin juga menyukai