Anda di halaman 1dari 4

Di Kota Padang pada awal abad ke-20, Samsulbahri dan Sit Nurbaya —anak dari bangsawan

Sutan Mahmud Syah dan Baginda Sulaiman —adalah tetangga dan teman kelas yang masih remaja.
Mereka mulai jatuh cinta, tetapi hanya bisa mengakui hal tersebut setelah Samsu mengaku bahwa dia
hendak ke kota Batavia (sekarang Jakarta) untuk melanjutkan pendidikannya.

Samsul : Siti ada yang ingin kukatakan padamu.

Siti : Apa itu uda?

Samsul : Maaf siti, sepertinya kita tidak bisa bersama lagi, sebab aku harus meraih cita2ku menjadi
seorang sastrawan dengan melanjutkan pendidika ke tanah jawa.

Siti : Kenapa jauh sekali? Apakah tidak ada sekolah di kota minang ini?

Samsul : Maafkan aku siti, tapi ini demi kebaikan kita.

Siti : Bukan kita, tapi demi dirimu sendiri uda.

Samsul : Aku berjanji siti, setelah kembali dari sana aku akan menikahimu.

Siti : baiklah uda kalau itu sudah keputusan mu aku tidak bisa menolak nya

Samsul : siti kau jangan bersedih aku akan membacakan sebuah puisi untuk ucapan selamat tinggal dari
uda.

Siti : baiklah aku tidak akan bersedih lagi, aku siap mendengarnya uda

Samsul : baiklah kau dengarkan baik baik,

(Baca puisi) Pulau Pandan jauh di tengah

di balik pulau angsa Dua

Hancur badanku di kandung tanah

cahaya matamu kuingat jua

Padang Panjang dilingkar bukit

bukit dilingkar kayu jati

Kasih sayang bukan sedikit

dari mulut sampai ke hati.

Siti : aaaa uda aku terharu sekali mendengar nya, terima kasih bunga dan puisi nya, jaga baik-baik diri
uda ya.

Samsul : aku akan menjaga diri dan segera menyelesaikan sekolah aku ini.
Siti : aku akan selalu mendoakan mu uda.

Dua hari kemudian, tibalah saatnya samsul untuk berlayar ke Tanah jawa. Siti pun ikut mengantar
kepergian samsul. Hari berganti hari. Siti nurbaya melalui hari2nya dengan membantu Ibunya berniaga,
Usaha Ibunya makin hari makin sukses. Kesuksesan itu membuat seorang saudagar kaya bersama istrinya
namun kikir bernama Datuk Maringgih merasa iri. Ia pun menyusun rencana agar bisnis Siti dan Ibunya
gagal.

-Datuk : Sialan! Makin hari bisnis Ibunya Siti Nurbaya makin sukses saja.

Istri : Uda, aku ada ide. Bagaimana kalau kita hancurkan bisnis mereka.

Datuk : caranya bagaimana?

Istri : Kita bakar saja toko buku mereka dengan suruh salah satu pengawal.

Datuk : Hmm, ide bagus. Ya sudah,aku panggil pengawal yang akan ku suruh. Pengawal .. Pengawal
(teriaknya)

Pengawal : ada apa tuan memanggil saya

Datuk : aku punya pekerjaan yang penting untuk mu

Pengawal : pekerjaan apa tuan?

Datuk : kamu harus membakar toko buku ibu sulaiman!

Pengawal : tapi tuan

Datuk : sudah tiada ada tapi tapian lagi, kalau kau berhasil mengerjakan nya akan dapat imbalan dari aku

Pengawal : baik tuan saya akan melaksanakan perintah tuan (berjalan meninggalkan datuk)

Datuk : hahahaha (tertawa)

Lalu, pengawal melaksanakan tugas yang sudah diberikan datuk maringgih. Tiba-tiba datuk maringgih
datang ke toko ibu siti nurbaya untuk melihat pekerjaan si pengawal.

Datuk : kerja bagus, hahahahaha

Pengawal : hahahahaha
Malam harinya, Datuk Maringgih dan istrinya pergi ke toko Siti dan ibunya. Mereka berdua
membakar habis toko. Siti dan Ibunya sangat terpukul atas kejadian tersebut. Mereka pun jatuh miskin.
Lalu, Ibunya Siti Nurbaya yang sama sekali tak berprasangka mengenai siapa yang telah tega membakar
tokonya-berniat meminjam dana kepada Datuk Maringgih untuk membangun bisnis kembali.

Ibu : tok tok tok tok (suara ketukan pintu) assalamu'alaikum

Datuk : wa'alaikumsalam oh silahkan masuk (sambil berjabat tangan) silahkan duduk, ada perlu apa nih
ibu sulaiman?

Ibu : terima kasih datuk (duduk), hmm anu datuk hm anu saya (sambil elus dengkul)

Datuk : mau minjem uang?

Ibu : hm iyaa datuk saya ingin minjam uang sebesar 5 juta untuk membuat usaha baru

Datuk : Dengan satu syarat, coba sebutkan pandangan Damono terhadap peran karya sastra dalam
masyarakat. Jika dapat menjawab maka akan kuberikan, namun jika tidak, jangan harap aku
meminjamkanmu.

Ibu : (Nampak berpikir, kemudian menjawab) Damono berpendapat bahwa karya sastra adalah benda
budaya; ia tidak jatuh dari langit, tetapi diciptakan manusia yang merupakan individu sekaligus bagian
yang tidak terpisahkan dari masyarakatnya.

Datuk : Bagus.. baiklah, aku akan meminjamkanmu. Namun kamu harus mengembalikan tiga kali lipat
dari yang aku pinjamkan.

Ibu : Baiklah, terima kasih Datuk.

Tiga bulan kemudian, Datuk Maringgi datang ke rumah Siti Sulaiman untuk menagih hutangnya
yang telah jatuh tempo. Siti sulaiman yang jatuh miskin, bisnisnya kini hancur ditambah hutang yang tak
terlunasi. Bunga yang diajukan Datuk Maringgih sangat tinggi dan beliau tak sanggup.

Datuk : Wahai ibu sulaiman, lunasi hutangmu sekarang juga!


Ibu : Datuk, silakan duduk.
Datuk : Halah, tidak usah bersikap manis, mana hutangmu? Ayo bayar!
Ibu : Tapi datuk aku belum mempunyai uang untuk saat ini.
Datuk : Aku tidak perduli, yang aku ingin hanya uangku dikembalikan hari ini.
Ibu : Hanya ini yang aku punya, datuk ( sambil menyerahkan beberapa lembar uang )
Datuk : Apa-apaan ini, bahkan jumlahnya tak dapat melunasi bunganya. Kalau begitu aku akan menyita
rumah ini!
Ibu : Kumohon jangan datuk. Hanya rumah ini yang kumiliki. Rumah ini kenangan dari suami saya.

Tiba-tiba Siti Nurbaya datang.

Siti : Ibu ada apa ini?


Datuk : Waah, siapakah namamu wahai gadis manis?
Siti : Namaku Siti Nurbaya.
Datuk : Nama yang cantik, secantik orangnya. Hmm.. kau tak bilang ya kalau kau punya anak secantik dia.
Hutangmu akan kuanggap lunas asalkan…
Ibu : Asalkan apa datuk?
Datuk : Asal anakmu, Siti Nurbaya, menjadi istriku.
Ibu : Jangan harap, kau lelaki tua tak tahu diri! Aku takkan menjual anakku.
Datuk : (mendorong ibunya siti) Beraninya kau bicara begitu padaku!
Ibu : (terjatuh)
Siti : Oh Ibu.. teganya kau! (menatap marah datuk)
Datuk : Jangan marah-marah manis (membelai kepala siti)
Ibu : Jangan berani-berani kau sentuh putriku! (memukul tangan datuk)
Datuk : Oh, jadi kau lebih memilih rumah ini aku sita daripada anakmu menikah denganku, hahaha.
Pikirkan baik-baik. Pilihan ada di tanganmu.
Ibu : Kau benar-benar manusia tak punya hati!
Siti : Tapi kita tak punya pilihan bu. Aku tidak mau rumah ini disita, banyak kenangan tentang ayah disini.
(menoleh pada datuk) Baiklah, aku setuju menikah denganmu. Namun, sebelum itu aku ingin berikan
dua pertanyaan yang harus kau jawab dua - duanya dengan benar. Jika tidak bisa menjawab, kau harus
menganggap hutang kami lunas. Namun kalau kau bisa menjawab aku akan menikah denganmu.
Datuk : Hahaha, lucu sekali kau gadis manis. Oke, sebutkanlah pertanyaanmu.
Siti : Pertama, mengapa sastra dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan lagi?
Kedua, sebutkan hubungan antara sastra dan masyarakat, menurut Dick Hartoko!
Ketiga, sastrawan sebagai anggota masyarakat tidak akan lepas dari tatanan masyarakat dan kebudayaan.
Mengapa demikian?
Datuk : (menjawab hanya satu jawaban)
Siti : kelamaan kau menjawab nya, akan saya jawab pertanyaan yang tidak bisa kau jawab (akhirnya siti
menjawab)

Datuk Maringgih dapat menjawab pertanyaan dengan sempurna. Dengan terpaksa siti nurbaya
mengabulkan keinginan datuk meringgih untuk mempersuntingnya. Bahkan ibunya jatuh sakit karena
keputusan yg berat itu hingga meninggal dunia. Akhirnya siti mengirim surat kepada samsul bahwa
mereka tidak bisa bersama. Setelah itu siti menjalani kehidupannya bersama datuk maringgih.

Anda mungkin juga menyukai