Anda di halaman 1dari 5

NYAI DASIMA

Bagi para lelaki, kecantikan Dasima bak madu yang dapat disesap setiap saat. Dasima
adalah wanita yang berasal dari Kahuripan. Lantaran, enggan hidup melarat, ia rela dijadikan
wanita simpanan Tuan Edward. Dengan menjadi wanita simpanan Tuan Edward, Dasima
mendapat gelar Nyai yang kemudian disandangnya di depan namanya. Hasil hubungan mereka,
lahirlah Nancy.
Atas kelahiran Nancy, Tuan Edward memberikan sebuah rumah di Pejambon untuk Nyai
Dasima lengkap dengan para pembantu yang siap melayani kebutuhan Dasima. Kepindahan Nyai
Dasima ke Pejambon tidak disertai oleh Tuan Edward, sehingga laki-laki yang lewat depan
rumah Nyai Dasima pasti berdecak kagum pada si pemilik rumah. Sayangnya, mereka tidak
berani masuk atau tidak punya kesempatan masuk karena memang tidak punya kepentingan.
Dikisahkan dalam cerita rakyat ini, ada seorang laki-laki bernama Samiun. Bisa
dikatakan bahwa Samiun ini begitu beruntung, lantaran ia punya paman seorang tentara dengan
jabatan Komandan Onder Distrik Gambir. Berpeluanglah ia masuk ke rumah Nyai Dasima atas
nama pamannya.
(Di depan rumah Nyai Dasima, Samiun mengetuk pintu)
Samiun
: toktoktok
(Mak Buyung membukakan pintu)
Mak Buyung : Mencari siapa Tuan?
Samiun

: Saya ingin bertemu dengan Nyai Dasima

Mak Buyung : Baik, silahkan masuk!


Datanglah Nyai Dasima menghampiri Samiun yang sudah menunggu Nyai Dasima.
Nyai Dasima : Ehem
(Samiun menoleh kearah suara, tertegun melihat kecantikan Nyai Dasima)
Nyai Dasima : Kamu siapa? Dan mau apa kesini?
Samiun
Nyai Dasima

: Saya Samiun keponakan Komandan Onder Distrik Gambir. Saya kesini hanya
ingin bertemu dengan Nyai.
: Sudah bertemukan. Silahkan pergi.

Dengan hati yang kecewa atas perlakuan Nyai Dasima, Samiun pun pergi dan sejak
pulang rumah kuntum Pejambon itu, Samiun pergi ke rumah Mak Lihun.
(Dirumah Haji Salihun)
Mak Lihun
: Saya tahu maksud kamu ke sini, pasti tentang Nyai Dasima kan?
Samiun

: Bababagaimana Mak bisa tahu? (wajah kebingungan)

Mak Lihun

: Jelas saja saya tahu! (Dengan nada sombong)

Samiun

: Jadi bagaimana caranya?

Mak Lihun

: Jika kamu ingin memelet Nyai Dasima,ambil sehelai rambutnya lalu bawa
kemari.

Samiun

: Baiklah, saya akan kemari lagi besok.

Keesokan harinya Samiun ke rumah Nyai Dasima menemui Mak Buyung secara diamdiam.
Samiun
: Mak
Mak Buyung

: Ada apa Tuan? (dengan wajah takut)

Samiun

: Mak, mau gak Mak bantuin saya untuk mengambil sehelai rambut Nyai?

Mak Buyung

: Untuk apa Tuan?

Samiun

: Sudah ambil saja, ada imbalannya!

Mak Buyung yang tergoda dengan imbalan yang ditawarkan pun menyetujui penawaran
dari Samiun. Mak Buyung nekat masuk ke kamar Nyai Dasima yang masih tertidur dan
mengambil sehelai rambut Nyai, lalu menyerahkannya kepada Samiun.
Samiun pun kembali bergegas ke rumah Mak Lihun.
(Di rumah Mak Lihun)
Samiun
: Mak, ini dia sehalai rambut Nyai Dasima.
Mak Lihun

: (Mengambil sehelai rambut tersebut dan memantrainya)

Mantra pelet Mak Lihun, tepat mengenai sasaran. Nyai Dasima menganggap Samiun pria
tergagah di Batavia. Samiun pun kembali ke rumah Nyai Dasima untuk melamarnya. Paginya,
mereka menikah dan resmi menjadi pasangan suami istri.
##
Seiring dengan berjalannya waktu, terungkaplah belang Samiun beserta Hayati si istri
pertamanya dan Mak Soleha ibu dari Samiun. Yang ternyata mereka hanya menginginkan harta
Nyai Dasima.
Hayati
: Kamu itu disini hanya dijadikan budak, kamu disini tidak ada gunanya.
Mak Soleha

: Anakku menikah denganmu karena hartamu, bukan karena kamu.

Nyai Dasima

: Hikshiks
Kalau begitu ceraikan ak sekarang!

Hayati

: Seharusnya memang kamu diceraikan dari dulu.

Samiun

: Aku akan menceraikanmu, asal semua hartamu menjadi milikku.

Nyai Dasima

: Sampai kapan pun aku tidak akan menyerahkan hartaku.

Akhirnya, Nyai Dasima bercerai dengan Samiun. Namun Samiun tidak mendapatkan
harta sepersenpun.
##
Nyai Dasima yang tak punya uang lagi selalu saja menyusahkan keluarga Samiun.
Hayati
: Bang, kau harus cepat menyingkirkan Nyai Dasima.
Samiun

: Kamu tenang saja, aku sudah memikirkan cara untuk menyingkirkan Nyai.
##

(Di tengah hutan)


Samiun
: Aku ingin kamu menghabisi nyawa Nyai Dasima.
Bang Puasa

: Baiklah. Asalkan imbalannya setimpal! (Tersenyum licik)


##

Besok paginya
Samiun tengah terlihat berbuat baik kepada Nyai Dasima, dan membuat Mak Soleha
kebingungan.
(Di kamar Hayati)
Mak Soleha
: Ti, kamu tahu tadi aku melihat Samiun dengan Nyai Dasima berbaikan.
Hayati

: Apa?

Mak Soleha

: Iya! Tapi, kenapa ya?

Hayati

: Apa-apaan Bang Miun ini?


Rasanya ingin ku bunuh saja Nyai Dasima!

##
Sementara itu, ditempat lain
Samiun
: Nyai, maukah kamu pergi denganku pergi ke kampung Ketapang?
Nyai Dasima : Mau apa ke kampung Ketapang?
Samiun

: Aku dengar disana ada pertunjukkan seni tutur tentang Amir Hamzah.

Nyai Dasima : Sepertiny menarik. Baiklah!


##
Di malam harinya
(Di kamar Nyai Dasima)
Nyai Dasima : Malam ini pasti menjadi malam terindah. Aku harus tampil sesempurna
mungkin.
(Di ruang tamu)
Mak Soleha
: Ti, kok kamu malah masa bodoh sih?
Hayati

: Habis, mau diapain lagi? Aku sudah tidak percaya lagi dengan Bang Miun.

Mak Soleha

: Kalau Samiun jadi pergi dengan Nyai dan tidak kembali lagi, bagaimana?

Hayati

: Ya sudah! Aku bisa cari lelaki lain.

Mak Soleha

: Astagfirullah.

Hayati

: Percuma berbicara seperti itu, kalau niatnya tidak baik.


##

Samiun

: Apa aku boleh menggandeng tanganmu?

Nyai Dasima

: Maaf Bang, bukan saya menolak. Tapi kita tidak ada hubungan apa-apa lagi

Samiun

: Ternyata Nyai telah berubah ya?

Nyai Dasima

: Bukan begitu Bang


Baiklah kalau Abang memaksa, mari Bang kita jalan.

Tiba-tiba Samiun berhenti, ketika mereka asik berjalan berdua.


Nyai Dasima : Ada apa Bang Miun?

Samiun

: Kita lewat sana saja.

Nyai Dasima : Kan jalan menuju kampung Ketapang lewat sini?


Samiun

: Abang khawatir kalau tiba-tiba nanti ada opas Belanda, nanti kita ditangkap.
Lagian Tuan Edward pasti mencari Nyai.

Samiun yang berjalan cepat dan meninggalkan Nyai Dasima jauh dibelakang.
Nyai Dasima : Bang Miun Bang Miun
Sebuah bayangan muncul, sambil mengirimkan pukulan maut ke tengkuk Nyai Dasima.
Nyai Dasima : Siapa itu?
Pukulan itu meleset karena Nyai Dasima sempat melangkah sebelum tangan lelaki kekar
itu mendarat, sehingga yang terkena bagian belakang tetapi sakitnya bukan main, Nyai Dasima
menjerit memanggil Samiun.
Nyai Dasima : Bang Miun
Samiun

: Ajal kamu sudah sampai, pasrahkan aja (Dengan tenangnya)

Nyai Dasima berusaha lari untuk minta perlindungan pada Samiun yang telah berdiri di
sebarang tepian kali. Memang naas bagi Nyai Dasima, sebuah pukulan keras yang keluar dari
tang Bang Puasa, mendarat tepat pada posisi yang sensitif di bagian tengkorak kepala, Nyai
Dasima ambruk bak daun kering disapu badai gurun. Setelah Nyai Dasima ambruk, Bang Puasa
mengeluarkan golok tergenggam dan langsung menggorok Nyai Dasima. Tamatlah ajal Nyai
Dasima yang disertai semburan darah yang semburat keluar dari urat di lehernya.
Samiun berdiri terpaku, kemudian memburu Myai Dasima yang telah berubah menjadi
seonggok bangkai manusia. Samiun mengangkat mayat Nyai Dasima dengan sebelah tangannya.
Kenangan indah ketika bersama Nyai Dasima melintas di benaknya bagaikan slide membuatnya
menitikan air mata.

Anda mungkin juga menyukai