Asuhan Keperawatan Nyeri Pada Ny. M Dengan Gastritis Di Ruang Dahlia Rsud Dr. R Soeprapto Cepu..
Asuhan Keperawatan Nyeri Pada Ny. M Dengan Gastritis Di Ruang Dahlia Rsud Dr. R Soeprapto Cepu..
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai salah satu syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Blora
Oleh :
SRI UNTARI
NIM. P1337420414025
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
PRAKATA
Proses penyelesaian laporan kasus ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum ..................................................................... 4
2. Tujuan khusus .................................................................... 4
A. Konsep Gastritis
1. Pengkajian ........................................................................ 19
2. Diagnosa Keperawatan .................................................... 23
3. Perencanaan keperawatan ................................................. 24
4. Tindakan keperawatan ...................................................... 25
5. Evaluasi............................................................................. 26
BAB III METODA
A. Hasil
1. Pengkajian .......................................................................... 29
2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan ......................... 33
3. Intervensi ......................................................................... 34
4. Implementasi .................................................................... 35
5. Catatan Perkembangan ................................................... 36
6. Evaluasi ............................................................................ 37
B. Pembahasan
1. Pengkajian .......................................................................... 38
2. Analisa dan Diagnosa Keperawatan ................................. 39
3. Rencana Keperawatan ...................................................... 40
4. Tindakan Keperawatan ..................................................... 42
5. Evaluasi ............................................................................ 45
BAB V SIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 46
B. Saran ....................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
I. Laporan Kasus
II. Laporan Pendelegasian
III. SOP Distraksi
IV. SOP Kompres Hangat
V. SAP Nutrisi Gastritis
VI. Glosarium
VII. Lembar Bimbingan
VIII. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gastritis
1. Definisi Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat akut, dengan kerusakan Erosive karena permukaan hanya
pada mukosa. Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung.
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung. Mendefinisikan Gastritis sebagai inflamasi mukosa Gaster akut
atau kronik. Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain. Jadi Gastritis adalah suatu
peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, diffus atau
lokal. Sebagian besar Gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa
lambung yang kronis. Selain itu beberapa bahan yang sering dimakan
dapat menyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung (Andra
dan Yessie, 2013, p. 127).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, diffus, atau lokal. Dua
jenis Gastritis yang sering terjadi adalah Gastritis superficial akut dan
Gastritis atrofik kronis (Amin dan Hardhi, 2013, p. 177).
2. Klasifikasi Gastritis
a. Gastritis Superfiscial Akut
Adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi.
b. Gastritis Atropik Kronik
1) Suatu peradangan bagian permukaan lambung yang menahun.
Gastritis ini ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai
kehilangan sel parietal
2) Terjadi akibat produksi HCL, pepsis dan factor intrinsik menurun,
sehingga dinding lambung menjadi tipis, dan mukosa tidak rata
3) Gastritis ini sering dihubungkan dengan anemia pernisiosa, tukak
lambung dan kanker
(Andra dan Yessie, 2013, p. 128 - 130)
3. Etiologi Gastritis
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap
asam yang kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan
peradangan karena beberapa penyebab :
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh
Helicobacter Pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil
lendir di lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam
keadaan normal tubuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi
jika lambung tidak mengasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di
lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan Gastritis menetap atau
Gastritis sementara.
b. Gastritis karena stres akut, merupakan jenis Gastritis yang paling
berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang
terjadi secara tiba – tiba. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai
lambung seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera
yang menyebabkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronik bisa merupakan akibat dari : bahan – bahan
seperti obat – obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-
steroid lainnya, penyakit kronik, infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini
terjadi secara perlahan pada orang – orang yang sehat, bisa disertai
dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka),
paling sering terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit
menahun atau penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis Eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi
terhadap infestasi cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul
di dinding lambung.
f. Gastritis arofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung,
sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan
sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim.
Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut Gastritis ini juga
cenderung terjadi pada orang – orang yang sebagian lambungnya telah
diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis
atrofik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi
penyerapan vitamin B12 dari makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis Gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Dinding lambung menjadi tebal, lipatanya menebal,
kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar
10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan Gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di
dalam dinding lambung dan organ lainnya. Gastritis bisa terjadi jika
seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi penyinaran
dengan dosis yang berlebihan.
Pola gejala yang khas hanya terlihat pada sekitar 50% pasien.
Gejala – gejala Gastritis umumnya tergantung pada lokasi tukak dan usia
pasien. Banyak penderita (terutama lansia) tidak mengalami gejala (atau
hanya sedikit gejala). Nyeri adalah gejala yang paling lazim dan biasanya
terlokalisir pada Epigastrium atau Gastrium tengah. Nyeri ini
digambarkan sebagai rasa panas yang menggangu dan konstan, dan
kadang-kadang disertai rasa lapar. Sifatnya cenderung kronik dan
berulang. Nyeri yang timbul dapat dikurangi dengan makan atau antasida.
Meskipun kadang tidak terlihat, Gastritis kemungkinan ditandai oleh
regurgitasi asam atau muntah. Meskipun jarang terjadi, muntah darah
dapat terjadi dan dikenal sebagai Gastritis hemoragik (Syamsudin, 2016,
p. 36).
5. Patofisiologi Gastritis
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang
masuk kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya
sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi
peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan
peningkatan sekresi asam lambung yang meningkat. Asam lambung dan
enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan
terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena bakteri HP
(Helicobacteri Pylori) langsung melekat pada sel-sel dinding lambung
oleh bakteri dan terinfeksi. Dan kemudian menghancurkan lapisan
mukosa lambung. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan perih di
epigastrium, rasa panas atau terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan
pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila
iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan
mengenai pembuluh darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat
menimbulkan hematemesis maupun melena (Amin dan Hardhi, 2013, p.
179).
6. Pathway Gastritis
Menurunnya
kemampuan protektif
terhadap asam
Inflamasi
Nyeri epigastrium
Nyeri akut
8. Penatalaksananan Gastritis
Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka
perlu dilakukan tranfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari
tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung. Pembedahan yang dapat
dilakukan pada klien dengan Gastritis adalah Gastrektomi Parsial,
Vagotomi Pyloraplasti. Injeksi Intravena Cobalamin dilakukan bila
terdapat Anemia Pernisiosa. Fokus intervensi keperawatan adalah
bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab gastritis
antara lain anjurkan klien untuk tidak menkonsumsi alkohol, kafein, teh
panas, atau zat iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola
hidup sehat dan meminimalisasi stress (Suratun dan Lusianah, 2010, p.
62).
9. Komplikasi Gastritis
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah
hematemesis atau melena.
b. Gastritis Kronis
Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan
anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa).
(Suratun dan Lusianah, 2010, p. 63)
Fokus pengkajian:
1) Identitas
Identitas klien nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku atau bangsa, status, diagnosa medik, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian dan alamat
2) Keluhan utama
Adalah keluhan klien yang bersifat subjektif pada saat dikaji.
Apakah menangis, mual-mual, muntah.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Menguraikan keluhan utama yang muncul secara kronologis
meliputi faktor yang mencetuskan memperingati gejala, kualitas, lokasi
atau penyebaran, upaya yang dilakukan serta waktu dirasakannya
keluhan, durasi.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji mengenai latar belakang kehidupan klien sebelum masuk
rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi seperi kegiatan sebelum
sakit atau aktivitas sehari-hari klien.
5) Riwayat keluarga
Dikaji tentang riwayat kesehatan keluarga adalah dalam
keluarga yang mengalami penyakit dengan klien saat ini dan riwayat
penyakit keturunan.
6) Adapun data-data yang menjadi data fokus adalah sebagai berikut:
a) Aktivitas / Istirahat
(1) Gejala : kelemahan, kelelahan
(2) Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap
aktivitas)
b) Sirkulasi
(1) Gejala : hipotensi (termasuk postural)
(2) Tanda :
(a) takikardia, disritmia (hipoksemia)
(b) kelemahan / nadi perifer lemah
(c) pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
(d) warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
(e) kelemahan kulit dan membrane mukosa : berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
c) Integritas ego
(1) Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
(2) Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
d) Eliminasi
(1) Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan Gastro Interitis (GI) atau masalah yang
berhubungan dengan GI, misal: gaster, gastritis, bedah gaster.
Perubahan pola defekasi dan karakteristik feses.
(2) Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
(3) Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan.
(4) Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk. Konstipasi
dapat terjadi (perubahan diet).
(5) Pengeluaran urine : menurun, pekat.
e) Makanan / Cairan
(1) Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruk sipilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
(2) Masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam,
mual, muntah
(3) Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan
atau tanpa bekuan darah.
(4) Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
f) Neurosensi
(1) Gejala : rasa berdenyut, pusing atau sakit kepala karena sinar,
kelemahan.
(2) Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari
agak cenderung tidur, bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi dan oksigenasi).
g) Nyeri dan Kenyamanan
(1) Gejala :
(a) nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidak nyamanan samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (Gastritis Akut).
(b) Nyeri epigastrum kiri sampai tengah atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (Ulkus Gaster).
(c) Nyeri epigastrum kiri sampai atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung
kosong dan hilang dengan makanan (ulkus duodenal).
(d) Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan
obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik,
ibuprofen).
(2) Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit,
pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
h) Keamanan
(1) Gejala :alergi terhadap obat / sensitife
(2) Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
i) Penyuluhan dan Pembelajaran
(1) Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung alkohol, steroid. NSAID (Nonsteroid Anti-
Inflammation Drungs) menyebabkan perdarahan lambung.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu
usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama
misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Doengoes, 2000, p. 455)
2. Diagnosa Keperawatan
a) Definisi Nyeri Akut
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensi atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association For The Study Of Pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
b) Batasan Karakteristik
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekwensi jantung
4) Perubahan frekwensi pernafasan laporan isyarat
5) Perilaku distraksi (contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan
atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
6) Mengekspresikan wajah (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, nafas panjang atau berkeluh kesah)
7) Sikap melindungi area nyeri
8) Fokus menyempit (misalnya : gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
9) Indikasi nyeri yang dapat di amati
10) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
11) Sikap tubuh melindungi
12) Dilatasi pupil
13) Melaporkan nyeri secara verbal
14) Gangguan tidur
c) Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis
(Amin dan Hardhi, 2013, p. 314)
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan Nyeri yang sesuai
dengan diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan mukosa lambung
teriritasi menurut (Amin & Hardhi, 2013, p. 314) adalah:
Tujuan : Nyeri teratasi, Nyeri terkontrol sampai hilang
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Rencana Intervensi
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, frekuensi, karakteristik nyeri dengan
menggunakan skala rentang nyeri (0-10)
Rasional: membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi
2) Observasi reaksi non verbal terhadap ketidaknyamanan
Rasional: respon non verbal membantu mengevaluasi derajat nyeri dan
perubahannya
3) Pantau tanda-tanda vital
Rasional: peningkatan nyeri atau ketidaknyamanan atau terjadi respon
terhadap demam
4) Ajarkan melakukan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional: memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan
ketegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
5) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting
Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
6) Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini
Rasional: menurunkan kekuatan sendi dan otot
7) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Rasional: lingkungan bisa menjadi pemicu meningkatnya derajat nyeri
8) Kurangi faktor presipitasi nyeri
Rasional: dengan mengurangi faktor pemicu nyeri diharapkan terjadi
kenyamanan pasien
9) Kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian analgetik sesuai
kebutuhan
Rasional: afek analgetik dapat mengurangi nyeri
4. Tindakan Keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu
cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.
5. Evaluasi
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi
adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum
teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun evaluasi
dari diagnosa keperawatan gastritis secara teoritis adalah apakah rasa nyeri
klien berkurang, apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan baik,
apakah terdapat tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan
aktivitasnya secara mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan
pemahaman tentang penyakit gastritis.
BAB III
METODE PENULISAN
A. Metoda Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis yaitu metoda penulisan
deskriptif yaitu suatu metode penulisan yang dilakukan dengan tujuan
utamanya untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara obyektif. Penulisan ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengelolaan / analisa data, membuat
kesimpulan, dan laporan.
B. Sampel
Menggunakan sampel tunggal sebagai mini grand tour question
research untuk mendapatkan gambaran ada tidaknya masalah penelitian dalam
bentuk studi kasus dengan Gastritis.
C. Lokasi
1. Lokasi Pengambilan kasus
Pengambilan kasus akan dilakukan di Ruang Dahlia RSUD dr. R.
Soeprapto Cepu
2. Waktu pengambilan kasus
Pengambilan kasus dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2016 sampai 22
Oktober 2016 saat praktik klinik Keperawata Medika Bedah II
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
(alloanamnesa, autoanamnesa) dan observasi langsung untuk memperoleh
data primer ditambah dengan data sekunder yang diambil dari rekam medik
pasien dan juga dari dari sumber lain, dokter, pemeriksaan laboratorium, dan
konsultasi profesi lain. Selain itu, penulis juga akan menggunakan studi
literatur atau studi pustaka, yaitu kegiatan penyusunan kajian pustaka yang
bertujuan mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori atau
pendekatan yang pernah berkembang dan telah didokumentasikan dalam
bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen dan
lain-lain yang terdapat di perpustakaan Sehingga penulis mampu untuk
merumuskan diagnosa, menentukan intervensi, melaksanakan implementasi
dan evaluasi kepada pasien sebagai penerima asuhan keperawatan.
E. Analisa Data
Dalam pengambilan kasus karya tulis ilmiah ini, penulis menganalisa
dengan contant analysis yaitu analisa data yang didasarkan pada kualitas isi
berdasarkan kata-kata kunci yang telah ditetapkan penulis. Penulisan metode
analisis tersebut termasuk dalam metode kualitatif. Pada penulis bidang ilmu
keperawatan, metode tersebut sering digunakan khususnya dalam menggali
pendapat pasien tentang suatu hal yang berhubungan dengan penyakitnya.
BAB IV
A. Hasil
1. Pengkajian
a) Identitas
Asuhan keperawatan nyeri pada Ny. M dengan diagnosa
Gastritis di ruang Dahlia RSUD dr. R Soeprapto Cepu. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 23.15 WIB secara
alloanamnesa, autoanamnesa, observasi, pemeriksaan fisik maupun
penunjang. Asuhan keperawatan diberikan pada Ny. M berumur 65
tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan Alamat Desa Boto
Kecamatan Randublatung, status perkawinan menikah, beragama
Islam, suku pasien suku Jawa, pekerjaan pasien pasien sudah tidak
bekerja dan hanya ibu rumah tangga, diagnosa medisnya Gastritis.
Sedangkan identitas penanggung jawab yaitu Tn. L yang
merupakan anak kandung pasein, berusia 38 tahun, beralamat di Boto
Kecamatan Randublatung, berjenis kelamin laki-laki.
b) Riwayat Penyakit
Ny. M masuk rumah sakit pada tanggal 20 Oktober 2016
dengan keluhan nyeri pada ulu hati. P (provoking atau pemicu) infeksi
dan peningkatan asam lambung, Q (quality) nyeri seperti teriris, R
(region) perut bagian kiri atas (abdimen kuadran 2), S (severity) skala
nyeri 5, T (time) terus menerus.
Riwayat kesehatan sekarang, pasien mengatan nyeri pada ulu
hati, lemas dan merasa mual. Pasien dan keluarga cemas akan
penyakitnya dan tidak mengetahui penyakit yang diderita. Kemudian
keluarga pasien membawa ke RSUD dr. R Soeprapto Cepu dan
mendapatkan terapi Infus Asering 20 tpm, injeksi Ranitidin 3x50 mg,
injeksi Omeprazole 2x40 mg, injeksi Dexketoprofen 3x50 mg,
Sukralfat 3x10 cc. Kemudian didapatkan hasil pemeriksaan fisik
dengan hasil Tekanan darah : 130/70 mmHg, Nadi : 100 x/menit,
respirasi 22 x/menit, suhu : 38 oC, SpO2 : 99%, GCS : E4 V5 M6,
akral hangat, untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut pasien
dianjurkan untuk opname (rawat inap) di ruang Dahlia.
Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan tidak pernah
menderita penyakit Gastritis dan tidak pernah opname (rawat inap) di
rumah sakit.
Diagnosa medis saat masuk Rumah Sakit, yaitu Gastritis
dengan pemeriksaan Tekanan darah : 130/70 mmHg, nadi : 100 x/m,
respirasi : 22 x/m, suhu : 38 oC, SpO2 : 99 %.
c) Pengkajian Saat Ini
Persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien menyadari bahwa
kesehatan itu penting, apabila ada keluarga yang sakit langsung
dibawa kedokter atau tim kesehatan lainya.
Pola nutrisi, pasien megatakan sebelum sakit makan 3x sehari
pagi (nasi, lauk, dan sayur), siang (nasi, lauk, sayur dan buah), malam
(nasi, lauk, sayur, dan buah) dan minum 5-7 gelas perhari. Sedangan
pola nutrisi pasien selama sakit, pasien makan 3x sehari makan habis
¼ porsi dengan menu yang disediakan rumah sakit dan minum 2-3
gelas perhari.
Pola eliminasi, pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1x
sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning, BAK 5-7x perhari
berwarna kuning. Sedangan pola eliminasi pasien setelah sakit, pasien
mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek berwarna
kuning, BAK 6-8x perhari.
Pola aktivitas dan latihan, pasien mengatakan sebelum sakit
pasien bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Sedangkan
pola aktivitas pasien selama sakit seperti makan, minum, mandi,
toileting, berpakaian, mobilitas, ROM, ambulasi harus dibantu dengan
orang lain.
Pola istirahat tidur, pasien mengatakan sebelum sakit tidur
malam pada pukul 20.30 WIB dan terbangun pada pukul 04.00 WIB
dan tidak ada gangguan, tidur siang pada pukul 12.00 WIB dan
terbangun pada pukul 13.00 WIB. Sedangan pola istirahat tidur pasien
selama sakit, pasien mengatakan tidur malam pukul 21.30 WIB
sampai 04.00 WIB dan sering terbangun karena merasakan nyeri dan
tidak pernah tidur siang.
Pola perceptual, pasien mengatakan penglihatan normal,
pendengaran normal, pengecap tidak normal karena nafsu makan
berkurang, mulut terasa pahit.
Pola persepsi diri, pasien mengatakan tidak nyaman dengan
kondisi saat ini dan ingin segera pulang ke rumah dengan kondisi
sehat.
Pola reproduksi seksual, pasien mengatakan berusia 65 tahun,
sudah menikah, berjenis kelamin perempuan, mempunya 4 orang
anak, dan pasien sudah menopause.
Pola peran dan hubungan, pasien mengatakan berhubungan
baik dengan orang lain terbukti dengan banyaknya pengunjung yang
menjenguknya. Pasien berhubungan baik dengan tenaga medis
terbukti dengan pasien yang kooperatif dengan tenaga medis.
Pola managemen koping stres, pasien mengatakan untuk
mengatasi stres pasien biasanya tidur dan terkadang menonton tv saat
di rumah.
Pola nilai dan keyakinan, pasien mengatakan beragama Islam,
sebelum sakit ia beribadah dengan taat. Sedangkan selama sakit
pasien hanya terbaring di tempat tidur dan pasien sering berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya.
d) Pemeriksaan Fisik
Keluhan yang durasakan saat ini adalah nyeri pada ulu hati. P
(provoking atau pemicu) infeksi dan peningkatan asam lambung, Q
(quality) nyeri seperti teriris, R (region) perut bagian kiri atas
(abdimen kuadran 2), S (severity) skala nyeri 5, dan T (time) terus
menerus.
Kesadaran pasien adalah composmentis. Keadaan umum pasien
lemah. Tekanan darah pasien adalah 130 / 70 mmHg, pernafasan
pasien adalah 22 x / menit, nadi pasien adalah 100 x / menit, dan suhu
pasien adalah 38 °C. Tinggi badan pasien adalah 156 cm, berat badan
pasien adalah 63 kg.
Pemeriksaan kepala, bentuk mesochepal, rambut beruban, tidak
ada nyeri tekan. Pemeriksaan mata, tampak kantong mata dan sayup,
simetris, conjungtiva anemis, bola mata dapat bergerak kesegala arah,
penglihatan masih normal. Pemeriksaan hidung, tidak ada sekret,
bersih tidak terpasang oksigen. Pemeriksaan mulut, tidak ada
stomatitis, mukosa bibir kering. Pemeriksaan telinga, simetris, bersih.
Pemeriksaan leher, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan paru-paru, Inspeksi pasien adalah simetris.
Palpasi pasien adalah tidak ada nyeri tekan. Perkusi pasien adalah
sonor. Auskultasi pasien adalah vasikuler. Pemeriksaan jantung,
Inspeksi pasien adalah tidak tampak ictur cordis. Palpasi pasien adalah
tidak ada pembesaran. Perkusi pasien adalah pekak. Auskultasi pasien
adalah terdengar teratur, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan
abdomen, Inspeksi pasien adalah datar tidak ada luka, warna kulit
sama. Palpasi pasien adalah tidak ada pembesaran,tidak ada benjolan.
Perkusi pasien adalah tympani area abdomen , peka pada are hepar.
Auskultasi pasien adalah peristaltik 8 x / menit, durasi 4 menit, dan
interval teratur.
Pemeriksaan genetalia adalah bersih tidak keputihan dan tidak
terpasan kateter. Pemeriksaan ekstermitas, ekstermitas atas kanan
adalah terpasang infus asering 20 tetes permenit di bagian punggung
tangan, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pembengkakan pada area
yang terpasang infus. Ekstermitas atas kiri adalah kekuatan otot 5
karena tidak ada kelumpuhan (normal). Ekstermitas bawah kanan
adalah kekuatan otot 5 karena tidak ada kelumpuhan (normal).
Ekstermitas bawah kiri adalah kekuatan otot 5 karena tidak ada
kelumpuhan (normal).
e) Therapy
Pasien mendapatkan therapy infus Asering 20 tpm, injeksi
Ranitidin 3x50 mg, injeksi Omeprazole 2x40 mg, injeksi
Dexketoprofen 3x50 mg, oral Sukralfat 3x10 cc.
f) Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada 20 Oktober 2016
didapatkan hasil Hemoglobin pasien 7,4 gr% (nilai normal L : 14-18,
P : 13-15), leukosit pasien 7.900 /mm3, erytrosit pasien 2,91 /mm3,
trombosit pasien 460.000 /mm3 (nilai normal 150.000–400.000), PCV
pasien 22,9 %, MCV pasien 78,9 Fl, MCH pasien 25,4 Pg, MCHC
pasien 32,3 gr/dl, Glukosa sewaktu pasien 155 mg%, golongan darah
pasien adalah B.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada
Ny. M pada tanggal 20 Oktober 2016.
Diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan mukosa lambung
teriritasi. Tujuan yang direncanakan adalah setelah dilakukan tindakan
keperwatan selama 3x24 jam diharapka nyeri berkurang dengan kriteria
hasil : pasien merasa nyaman dan rileks, nyeri berkurang, skala nyeri
berkurang (0-3).
Intervensi untuk mengatasi permasalahan Ny. M adalah 1. jelaskan
teknik distraksi, 2. ajarkan teknik distraksi, 3. kaji ulang tingkat nyeri
(PQRST), 4. observasi ulang keadaan umum dan tanda-tanda vital, 5.
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik (injeksi
Ranitidin 50mg/8jam, injeksi Omeprazole 40mg/12jam, injeksi
Dexketoprofen 50mg/8jam) secara intra vena dan secara oral (Sukralfat
10 cc/8jam).
4. Implementasi
Pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 23. 45 WIB mengkaji ulang
tingkat nyeri didapatkan respon subjektif pasien mengatakan nyeri pada
ulu hati, P (provoking atau pemicu) : infeksi dan meningkatnya asam
lambung, Q (quality): nyeri seperti teriris, R (region) : perut bagian kiri
atas (kuadran 2), S (severity) : skala 5, T (time) : nyeri menetap, respon
objektif pasien tampak kesakitan. Pada pukul 23.55 WIB menjelaskan
teknik distraksi dan mengajarkan teknik distraksi dan memilih cara
distraksi didapatkan respon subjektif pasien bertanya dan mendengarkan,
respon objektif pasien tampak mendengarkan apa yang dijelaskan
perawat. Pada tanggal 21 Oktober 2016 pukul 05.00 mengkaji ulang
keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital didapatkan respon subjektif
pasien bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, respon objektif tekanan darah
: 130/70 mmHg, Nadi : 100 x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu : 37 oC. Pada
pukul 05.10 WIB memasukkan obat oral Sukralfat 10cc/8jam didapatkan
respon subjektif pasien bersedia meminum obat, respon objektif obat
masuk melalui oral (mulut) tanpa adanya alergi.
Pada tanggal 21 Oktober 2016 pukul 14.30 WIB mengkaji ulang
tingkat nyeri didapatkan respon subjektif pasien mengatakan nyeri pada
ulu hati, P (provoking atau pemicu) : infeksi dan meningkatnya asam
lambung, Q (quality) : nyeri seperti teriris-iris, R (region) : perut bagian
kiri atas (kuadran 2), S (severity) : skala 4, T (time) : nyeri menetap,
respon objektif pasien tampak meringis kesakitan. Pada pukul 15.00 WIB
menjelaskan teknik distraksi dan mengajarkan teknik distraksi dan
memilih cara distraksi didapatkan respon subjektif pasien memilih untuk
berbincang-bincang, respon objektif pasien tampak berbincang-bincang
dengan keluarga dan tetangga yang datang. Pada pukul 15.30 mengkaji
ulang keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital didapatkan respon
subjektif pasien bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, respon objektif
tekanan darah : 130/70 mmHg, Nadi : 90 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu
: 36,5 oC. Pada pukul 16.30 WIB memasukkan obat melalui intra vena
Ranitidin 50mg/8jam, Dexketoprofen 50mg/8jam, Sukralfat 10cc/8jam
(oral atau mulut) didapatkan respon subjektif pasien bersedia meminum
obat, respon objektif obat masuk melalui intra vena tanpa adanya alergi
dan edema dan obat masuk melalui oral (mulut) tanpa adanya alergi.
Pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 14.30 WIB mengkaji ulang
tingkat nyeri didapatkan respon subjektif pasien mengatakan nyeri pada
ulu hati, P (provoking atau pemicu) : asam lambung sedikit berkurang, Q
(quality) : nyeri seperti perih, R (region) : perut bagian kiri atas (kuadran
2), S (severity) : skala 3, T (time) : nyeri menetap, respon objektif pasien
tampak meringis. Pada pukul 14.45 WIB memasukkan obat melalui
intravena dan oral, Ranitidin 50mg/8jam, Dexketoprofen 50mg/8jam,
Sukralfat 10cc/8jam (oral) didapatkan respon subjektif pasien bersedia
meminum obat, respon objektif obat masuk melalui intra vena tanpa
adanya alergi dan edema dan obat masuk melalui oral (mulut) tanpa
adanya alergi. Pada pukul 15.00 WIB mengkaji ulang keadaan umum
pasien dan tanda-tanda vital didapatkan respon subjektif pasien bersedia
diukur tanda-tanda vitalnya, respon objektif tekanan darah : 130/80
mmHg, Nadi : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36,5 oC.
5. Catatan Perkembangan
Evaluasi yang didapat pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 06.55
WIB didapatkan data subjektif : pasien mengatakan nyeri pada ulu hati
(perut terasa sakit), data objektif : P (provoking atau pemicu) : infeksi dan
meningkatnya asam lambung, Q (quality) : nyeri seperti teriri-iris, R
(region) : perut bagian kiri atas (kuadran 2), S (severity) : skala 5, T (time)
: nyeri menetap, analisis data : masalah belum teratasi, data Planning :
lanjutkan intervensi, 1,2. Jelaskan teknik distraksi dan ajarkan teknik
distraksi, 3. Kaji ulang tingkat nyeri, 4. Observasi ulang keadaan umum
dan tanda-tanda vital, 5. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
obat analgetik (injeksi Ranitidin 50mg/8jam, injeksi Omeprazole
40mg/12jam, injeksi Dexketoprofen 50mg/8jam) secara intra vena dan
secara oral (Sukralfat 10 cc/8jam).
Pada tanggal 21 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB didapatkan data
subjektif : pasien mengatakan nyeri pada ulu hati, data objektif : P
(provoking atau pemicu) : infeksi dan meningkatnya asam lambung, Q
(quality) : nyeri seperti teriri, R (region) : perut bagian kiri atas (kuadran
2), S (severity) : skala 4, T (time) : nyeri menetap, analisis data : masalah
belum teratasi, data Planning : lanjutkan intervensi, 3. Kaji ulang tingkat
nyeri, 4. Observasi ulang keadaan umum dan tanda-tanda vital, 5.
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik (injeksi
Ranitidin 50mg/8jam, injeksi Omeprazole 40mg/12jam, injeksi
Dexketoprofen 50mg/8jam) secara intra vena dan secara oral (Sukralfat
10 cc/8jam).
Pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB didapatkan data
subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang, data objektif : P
(provoking atau pemicu) : asam lambung sedikit berkurang, Q (quality) :
nyeri seperti perih, R (region) : perut bagian kiri atas (kuadran 2), S
(severity) : skala 3, T (time) : nyeri menetap, analisis data : masalah
teratasi sebagian, data Planning : pertahankan intervensi.
6. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan untuk mengetahu pemenuhan
kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan pada kasus ini penulis menulis evaluasi pada tanggal 22
Oktober 2016 pukul 16.30 WIB didapatkan data subjektif : pasien
mengatakan nyeri berkurang, data objektif : P (provoking atau pemicu) :
asam lambung sedikit berkurang, Q (quality) : nyeri seperti melilit atau
teriris, R (region) : perut bagian kiri atas (kuadran 2), S (severity) : skala
3, T (time) : nyeri menetap, data analisis : masalah teratasi sebagian, data
Planning : pertahankan intervensi.
B. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan menguraikan secara singkat mengenai
kesenjangan antara landasan teori dengan Asuhan Keperawatan Nyeri pada
Ny. M dengan Gastritis di ruang Dahlia RSUD dr. R Soeprapto Cepu yang
dilaksanakan selama 3 hari pada tanggal 20 Oktober 2016 sampai dengan 22
Oktober 2016. Pembahasan proses asuhan keperawatan ini meliputi
pengkajian, analisa dan diagnosa keperawatan, rencan keperawatan, tindakan
keperawatan dan evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan keluhan utama Ny. M
adalah nyeri. Secara umum, Gastritis merupakan suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, diffus, atau lokal. Keluhan utama pada saat pengkajian tanggal 20
Oktober 2016 yaitu Ny. M merasa nyeri. P (provoking atau pemicu)
infeksi dan peningkatan asam lambung, Q (quality) nyeri seperti teriris, R
(region) perut bagian kiri atas (abdimen kuadran 2), S (severity) skala
nyeri 5, T (time) terus menerus. Terdapat kesulitan dalam mengkaji nyeri
dikarenakan tidak adanya peraga nyeri di rumah sakit, kemudian penulis
menunjukkan skala deskriptif kepada pasien agar pasien bisa memilih
angka atau skala nyerinya.
Menurut Hidayat A. (2012, p. 218) pengkajian yang terbaik dari
nyeri adalah hasil evaluasi dari pasien, data yang perlu dikumpulkan dari
sifat-sifat nyeri adalah lokasi, intensitas, kualitas, waktu (serangan,
kekerapan, sebab) dan faktor-faktor yang meringankan. Salah satu cara
pendekatanya adalah menggunakan P(pemacu), Q(kualitas), R(daerah),
S(keganasan atau intensitas), T(waktu). Dan menurut (Hayward. 1973, p.
212) untuk mengetauhi skala nyeri pasien yaitu dengan cara menunjukan
skala deskriptif untuk mengukur skala nyeri kepada pasien dan pasien
disuruh memilih skala nyeri berapa yang pasien rasakan.
3. Rencana Keperawatan
Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya sesuai
dengan teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan pasien.
Tujuan yang penulis rencanakan dalam waktu 3x24 jam nyeri akut
berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dengan kriteria hasil :
pasien mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri bahwa berkurang
dengan menggunakan managemen nyeri, nyeri berkurang menjadi skala
0-1, mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri),
mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang menurut Amin &
Hardhi ( 2013, p.314 ), seharusnya intervensi dilakukan selama 1x3 jam
nyeri berkurang dengan kriteria hasil : pasien merasa nyaman dan rileks,
nyeri berkurang, skala nyeri berkurang (0-3) dikarenakan obat analgetik
cepat diserap.
Menurut Amin & Hardhi (2013) dalam menentukan rencana
pelaksanaan adalah 3x24 jam dilakukan untuk mengetahui perkembangan
pasien, dalam hal ini kurang efektif seharusnya dalam menentukan
rencana pelaksanaan berlangsung dalam jangka pendek 1x3 jam karena
hal ini bertujuan untuk mengetahui koreksi yang sangat cepat dan
membahayakan serta mengurangi berbagai macam komplikasi pada nyeri
akut.
Untuk mengatasi masalah nyeri akut sesuai dengan waktu yang
diharapkan pada tujuan yaitu 1 x 3 jam, seharusnya penulis membuat
prioritas rencana keperawatan yang meliputi : Jelaskan dan Ajarkan
melakukan teknik distraksi Rasional: memfokuskan perhatian pasien,
membantu menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan proses
penyembuhan, Kaji tingkat nyeri, lokasi, frekuensi, karakteristik
nyeri dengan menggunakan skala rentang nyeri (0-10) Rasional:
membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi, Pantau tanda-tanda
vital Rasional: peningkatan nyeri atau ketidaknyamanan atau terjadi
respon terhadap demam, Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian analgetik sesuai kebutuhan Rasional: afek analgetik dapat
mengurangi nyeri. Selain itu dalam pemberian asuhan keperawatan harus
disesuaikan dengan keadaan real dilapangan jika tidak sesuai dengan
teori.
Sedangkan untuk memastikan apakah masalah keperawatan yang
muncul sudah teratasi atau belum teratasi serta melihat adanya
kekambuhan kembali dapat di rencanakan tindakan keperawatan meliputi
mengatasi Ajarkan melakukan teknik distraksi Rasional :
memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan ketegangan otot
dan meningkatkan proses penyembuhan, Kaji tingkat nyeri, lokasi,
frekuensi, karakteristik nyeri dengan menggunakan skala rentang
nyeri (0-10) Rasional: membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi,
Pantau tanda-tanda vital Rasional: peningkatan nyeri atau
ketidaknyamanan atau terjadi respon terhadap demam.
Rencana tindak lanjut untuk psien yang akan pulang juga penting.
Seperti penkes pada pasien dan keluarga tentang nutrisi Gastritis (maag).
Sehingga pasien dan keluarga dapat mengerti makanan apa yang boleh
dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi bagi pasien Gastritis yang dapat
menimbulkan terjadinya kembali nyeri pada Gastritis, serta pemberian
obat olal (mulut) sukralfat 10cc/8jam.
Dalam intervensi hasil, penulis tidak melakukan kompres hangat.
Seharusnya hal ini dilakuakan agar mendapatkan hasil yang baik dalam
Asuhan Keperawatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pemberian obat, harus ditulis dengan jelas dengan menggunakan prinsip
5T + 1W yang meliputi tepat waktu, tepat pasien, tepat obat, tepat cara
pemberian, tepat dosis dan waspada. Penulisan intervensi yang benar
adalah kolaborasi pemberian injeksi Ranitidin 50mg/8jam, injeksi
Dexketoprofen 50mg/8jam, oral Sukralfat 10cc/8jam.
4. Tindakan Keperawatan
Terdapat kesenjangan pada implementasi dikarenakan mengacu
pada intervensi pada kasus dan teori yang berbeda. Dari intervensi
keperawatan yang telah disusun maka dapat dilaksanakan implementasi
dengan melihat respon pasien baik subyektif maupun obyektif. Pada
laporan kasus, implementasi yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan Ny. M adalah Ajarkan melakukan teknik distraksi Amir dan
Hardhi (2013, p. 314) yang bertujuan nyeri teratasi, nyeri terkontrol
sampai hilang. Mengukur TTV dengan rasional mengetahui tanda-tanda
vital pasien, kaji tingkat nyeri, lokasi, frekuensi, karakteristik nyeri
dengan menggunakan skala rentang nyeri (0-2), memberikan injeksi
Ranitidin 50mg/8jam, Dexketoprofen 50mg/8jam, Sukralfat 10cc/8jam
(oral) dengan rasional untuk mempercepat penyembuhan sakit pasien.
Respon tindakan keperawatan dalam hasil ditulis subjektif pasien
bersedia minum obat, respon objektif pasien obat melalui intra vena tanpa
adanya alergi dan edema. Pendokumentasian seperti itu kurang tepat serta
bertentangan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan. Dalam
menulis respon pasien harus ditulis dengan rasional, pendokumentasian
harus teliti dan rinci. Seharusnya penulisan respon pada kasus setelah
diberi obat Dexketoprofen 50mg/8jam adalah : subjektif : mengatakn
setelah minum obat nyerinya berkurang. Objektif : pasien sudah tidak
menahan nyeri dan tidak tampak gelisah dan tanda-tanda vitalnya,
tekanan darah : 130/80 mmHg, nadi : 88x/menit, RR : 20x/menit, suhu :
o
36,5 C, dengan analisa nyeri teratasi sebagian, dan planning :
pertahankan intervendi. Pencatatan pada implementasi mencakup
tindakan keperawatan yang diberikan baik secara mandiri maupun
kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang
diberikan kepada pasien. (Morgan, 2007, p.2)
Pada tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri akut karena
mukosa lambung teriritasi atau peningkatan asam lambung, pasien
seharusnya diajarkan teknik distraksi (pengalihan) untuk mengatasi nyeri
yang di alami oleh pasien dengan Gastritis. Maka penulis melakukan
teknik nonfarmakologi lain yaitu teknik distraksi. Distraksi mencakup
mengalihkan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri, dapat menjadi
strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang
bertanggungjawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya contoh :
Berbincang-bincang dengan orang lain (Smeltzer S C., & Bare B G.,
2002, p. 233). Pada kasus ini, teknik distraksi yang dilakukan adalah
dengan mengajak pasien berbincang-bincang. Pasien dialihkan
perhatiannya dari nyeri dan fokus terhadap petugas kesehatan, keluarga
dan tetangga yang menjenguk. Berbincang-bincang dilakukan selama
pasien belum tidur atau belum mengantuk. Pada hari pertama respon nyeri
pasien tetap yaitu dari skala awal nyeri 5 tetap pada skala 5. Hari kedua,
skala nyeri 4 dan hari ketiga terjadi penurunan menjadi skala nyeri 3.
Dengan teknik ini pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
Rencana tindak lanjut untuk masalah ini yaitu memotivasi pasien untuk
melakukan teknik nonfarmakologis yang telah diajarkan yaitu dengan
teknik distraksi (berbincang-bincang dengan petugas kesehatan, keluarga
dan tetangga yang menjenguknya).
Menurut Hidayat A. (2012, p. 221)pemberian obat analgetik, yang
dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus agar
terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap
nyeri. Kemudian perawat berkolaborasi dalam pemberian obat
Dexketoprofen 50mg/8jam. Dexketoprofen adalah obat yang digunakan
untuk meredakan rasa sakit yang tergolong ringan hingga menengah.
Indikasi : mengatasi gejala intensitas nyeri akut. Kontraindikasi
: riwayat hipersensitivitas terhadap deksketoprofen; pasien yang pernah
mengalami serangan asma, bronkospasme, rhinitis akut, atau polip nasal,
urtikaria atau edema angioneuritik yang diinduksi obat lain dengan cara
kerja yang serupa; lihat keterangan di atas. Efek Samping : yang paling
sering terjadi mual, muntah, nyeri pada tempat injeksi.
Pemberian obar Sukralfat 10cc/jam (oral). Sukralfat adalah obat
yang digunakan untuk menangani tukak duodenum. Duodenum adalah
bagian pertama usus halus. Indikasi : tukak lambung dan tukak
duodenum. Kontraindikasi : Jangan menggunakan obat ini untuk pasien
yang diketahui memiliki riwayat hipersensitif pada Sukralfat (sucralfate),
tidak dianjurkan digunakan oleh anak usia < 15 tahun, hindari
menggunakan obat ini pada pasien dengan gagal ginjal kronis karena obat
ini bisa menyebabkan nefropati yang diinduksi oleh aluminium. Efek
Samping : konstipasi, diare, mual, gangguan pencernaan, gangguan
lambung, mulut kering, ruam, reaksi hipersensitifitas, nyeri punggung,
pusing, sakit kepala, vertigo, dan mengantuk, pembentukan bezoar (lihat
keterangan di atas).
5. Evaluasi
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi
adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum
teratasi atau timbul masalah baru.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan evaluasi hasil
pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 16.30 WIB didapatkan data
subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang, data objektif : P
(provoking atau pemicu) : asam lambung sedikit berkurang, Q (quality) :
nyeri seperti melilit atau teriris, R (region) : perut bagian kiri atas
(kuadran 2), S (severity) : skala 3, T (time) : nyeri menetap, analisis data :
masalah teratasi sebagian, data Planning : pertahankan intervensi yang
harus dipertahankan yaitu 3. kaji ulang tingkat nyeri (PQRST),
pertahankan teknik distraksi, 4. observasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital, 5. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik
(injeksi Ranitidin 50mg/8jam, injeksi Omeprazole 40mg/12jam, injeksi
Dexketoprofen 50mg/8jam) secara intra vena dan secara oral (Sukralfat
10 cc/8jam). Perencanaan ini dibuat agar nyeri bisa dipantau jika terjadi
kekambuhan lagi. Sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan,
nyeri sudah teratasi faktor pendukungnya mau diajarkan teknik distraksi
(pengalihan) dengan cara berbincang-bincang dengan tenaga kesehatan,
keluarga dan tetangga yang menjenguk. Keluarga juga memotivasi pasien
dan membantu pasien untuk melakukan aktivitas. Dari segi perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan sudah cukup baik dalam
mengajarkan teknik distraksi (pengalihan).
BAB V
SIMPULAN
A. Kesimpulan
Amin & Hardhi (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 1 dan 2. Yogyakata : Mediaction Publishing.
Andra & Yessie (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Muha
Medika.
Carpenito, L. J., & Moyet. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : EGC.
Dinkes Provinsi Jateng, (2009), Data Penyakit Gastritis Tahun 2008-2009 Di
Jawa Tengah, Semarang : UKR Dinkes Propinsi Jawa Tengah. (online)
(http://lib.unnes.ac.id/2702/1/3470.pdf diakses 1/6/2011)
Dongoes, Marilyn E. Moorhouse Mary Frances & Geiisler, Alice C. (2000).
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Terjemahan oleh Made
Kariasa. 2000. Jakarta : EGC
Hancok Cristine, (1999). Kamus Keperawatan (Dictionary of Nursing) Edisi 17.
Terjemahan oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Harison, (2000), dalam, Hastuti:2007. Poltekkes 2010. KTI Tentang Gastritis Bab
I Pendahuluan (online), (http://perawat-2010.blogspot.co.id/, diakses
Rabu, 10 April 2013
Hidayat, A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika
http://pionas.pom.go.id/monografi/deksketoprofen-trometamol
Http://pionas.pom.go.id/monografi/sukralfat
http://puputpadyb.blogspot.co.id/2015/06/standar-opersional-prosedur-sop-
kompres.html
Judha, M., Sudarti., & Fauziah, A., ( 2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan. Nuha Medika : Yogyakarta (online) (01-gdl-novitawidy-296-
1-ktinovi-i.pdf, diakses 24 / 9 / 2013)
Maulidiyah U (2006). Hubungan Antara Stres dan Kebiasaan Makan dengan
Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis. Tersedia di (online)
(http://adln.lib.unair.ac.id/) [21 Juli 2014].
Morgan. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik .Terjemahan oleh
Julianus dan Renata komalasari. Edisi 3. Jakarta : EGC
Potter, P. A, Perry, A. G (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata
Komalasari, dkk. Jakarta : EGC (online) (01-gdl-novitawidy-296-1-
ktinovi-i.pdf, diakses 24 / 9 / 2013)
Price Sylvia A. & Wilson Lorraine M., (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses
- proses penyakit. Edisi 6 Vol 2. Jakarta : EGC.
Ratnawati, D. (2014). Keperawatan Holistik II Terapi Komplementer dan
Alternatif “Hipnosis (Hipnoterapi)” (online) (http://www.academia.edu
/8659531/Keperawatan_Holistik_II_Terapi_Komplementer_Dan_Alterna
tif_Hipnosis_Hipnoterapi_Dosen_Ns diakses tanggal 29 Januari 2016)
Saydam. (2011). Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan
Gangguan Pencernaan). Bandung : Alfabeta, (online), (http://repository.
unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5489/JURNAL%20MKMI.pdf
diakses 23 / 7 / 2013)
Smeltzer S. C., & Bare B. G., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah
Brunner & Suddarth. 8th Ed. Jakarta : EGC.
Sudoyo A. W. & Setyohadi B. (Eds). (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC
Suratun & Lusianah (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta : CV Trans Info Media
Syamsudin (2016). Farmakoterapi Gangguan Saluran Pencernaan. Jakarta : EGC
Terjemahan Paramita, (2010). Kamus Kedokteran Webster’s New World Edisi 3.
Jakarta : Indeks
Wahit & Nurul (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC
Zhaoshen, (2014). Epidemiology of Peptic Ulcer Disease : Endoscopic Results of
the Systematic Investigation of Gastrointestinal Disease in China
(online)(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/5277/
4790, oleh diakses 7 Jul 2014)
LAMPIRAN III
A. Pengertian
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang
dirasakan
B. Tujuan
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada pasien
C. Indikasi
Dilakukan pada pasien dengan gangguan nyeri kronis
D. Prosedur pelaksanaan
1. Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan peralatan
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam kepada pasien
b. Validasi kondisi pasien
c. Kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga
3. Tahap kerja
a. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika kurang jelas
b. Tanyakan keluhan pasien
c. Menjaga privasi pasien
d. Memuji dengan cara yang baik
e. Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
f. Menberikan penjelasan pada pasien beberapa cara distrasi
1) Bernafas pelan-pelan
2) Massage sambilbernafas pelan-pelan
3) Mendengarkan lagu
4) Membanyangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
5) Menonton TV
6) Berbincang-bincang dengan orang lain
g. Menganjurkan pasien untuk melakukan salah satu teknik distraksi
tersebut
h. Menganjurkan pasien untuk mencoba teknik tersebut bila terasa
nyaman atau ketidak nyamanan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
b. Catat respon pasien terhadap teknik distraksi.
LAMPIRAN IV
KOMPRES HANGAT
1. Pengertian
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukan.
2. Tujuan
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Menurunkan suhu tubuh
c. Mengurangi rasa sakit
d. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
e. Memperlancar pengeluaran eksudat
f. Merangsang peristaltik usus
3. Indikasi
a. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
b. Klien dengan perut kembung
c. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
d. Sepasme otot
e. Adanya abses, hematoma
4. Alat dan Bahan
a. Kompres Hangat Basah
1) Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)
2) Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang
sesua
3) Kasa perban atau kain segitiga
4) Pengalas
5) Sarung tangan bersih di tempatnya
6) Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
7) Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
8) Pinset anatomi 2 buah
9) Korentang
b. Kompres Hangat Kering
1) buli-buli panas dan sarungnya
2) termos berisi air panas
3) termomerter air panas
4) lap kerja
5. Prosedur Tindakan
a. Kompres Hangat Basah
1) Dekatkan alat-alat kedekat klien
2) Perhatikan privacy klien
3) Cuci tangan
4) Atur posisi klien yang nyaman
5) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
6) Kenakan sarung tangan lalu buka balutan perban bila diperban.
Kemudian, buang bekas balutan ke dalam bengkok kosong
7) Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu
masukkan ke dalam kom yang berisi cairan hangat.
8) Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan pada area
yang akan dikompres
9) Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi
dengan kasa kering. Selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain
segitiga
10) Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan
anti balutan kompres tiap 5 menit
11) Lepaskan sarung tangan
12) Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
13) Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
14) Cuci tangan
b. Kompres Hangat Kering
1) Persiapan alat
2) Cuci tangan
3) Lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara
: mengisi buli-buli dengan air panas, kencangkan penutupnya
kemudian membalik posisi buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan
isinya. Siapkan dan ukur air yang di inginkan (50-60ºc)
4) Isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian
dari buli-buli tesebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara : Letakkan
atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar.
5) Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher
buli-buli
6) Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat/benar
7) Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkn dengan lap
kerja dan masukkan ke dalam sarung buli-buli
8) Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien
9) Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan
10) Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul
akibat pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan,
ketidak nyamanan, kebocoran, dan sebagainya.
11) Ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengn air anas lagi,
sesuai yang di kehendaki
12) Bereskan alat alat bila sudah selesai
13) Cuci tangan
6. Evaluasi
a. Respon Klien
b. Alat kompres tersebut
7. Dokumentasi
a. Waktu pelaksanaan
b. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi
c. Nama perawat yang melaksanakan
LAMPIRAN V
Sub Pokok Bahasan : Makanan yang aman di konsumsi dan pantang di konsumsi
bagi penderita Gastritis (Maag)
Usia : 65 Tahun
A. Tujuan :
1. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah menyelesaikan penyuluhan ini, klien memahami tentang nutrisi
Gastritis dan bisa menerapkan pada keluarganya.
2. Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah akhir proses penyuluhan ini klien dapat :
a. Menyebutkan pengertian nutrisi
b. Menyebutkan makanan aman bagi penderita penyakit maag
c. Menyebutkan makanan pantangan bagi penderita penyakit maag
d. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan bagi penderita penyakit
maag
B. Materi Bahasan :
1. Pengertian penyakit nutrisi
2. Makanan aman bagi penderita penyakit maag
3. Makanan pantangan bagi penderita penyakit maag
4. Hal-hal yang harus diperhatikan bagi penderita penyakit maag
C. Proses Belajar Mengajar :
Tahap Kegiatan
Waktu Kegiatan Penyuluh Sasaran
5 Menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Menyampaikan topik 3. Menyetujui
dan tujuan Penkes kesepakatan
3. Kontrak waktu untuk pelaksanaan
kesepakatan Penkes
pelaksanaan penkes
15 Kegiatan 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan
Menit Inti penyuluhan 2. Bertanya
2. Memberikan kesematan 3. Memperhatikan
kepada sasaran untuk
menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti
5 Menit Evaluasi 1. Memberikan 1. Menjawab
atau pertanyaan pertanyaan
Penutup 2. Menyimpulkan materi 2. Mendengarkan
3. Menutup acara dengan kesimpulan
mengucapkna salam 3. Menjawab salam
D. Materi : Terlampir
E. Metode : Ceramah dan tanya jawab
F. Media : Leaflet
G. Sumber :
Penuntun Diit (Bagian ilmu gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan
Ahli Gizi Indonesia, 2002).
http://macrofag.blogspot.co.id/2013/10/satuan-acara-penyuluhan-sap-
nutrisi.html
http://syifaranisr.blogspot.co.id/2015/05/penyuluhan-gizi-bagi-penderita-
maag.html
http : //www.gizi.net/artikel
H. Evaluasi :
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya jawab
4. Butir Pertanyaan :
a. Apa Pengertian nutrisi
b. Makanan aman bagi penderita penyakit maag
c. Makanan pantangan bagi penderita penyakit maag
d. Hal-hal yang harus diperhatikan bagi penderita penyakit maag
LAMPIRAN MATERI
LAMPIRAN VI
GLOSARIUM