1. Mengapa lahirnya pemerintahan Orde Baru tidak dapat dilepaskan dengan kondisi
sosial politik pada waktu itu?
2. Mengapa Presiden Soekarni menyerahkan pimpinan sidang Kabinet Dwikora yang
berlangsung pada tanggal 11 Maret 1966 di Istana Negara kepada Waperdam II
Dr. J. Leimena?
Jawab :
1. Lahirnya pemerintahan orde baru tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial politik di
masa itu. Pasca penumpasan G/30/SPKI, pemerintah ternyata belum sepenuhnya
berhasil melakukan penyelesaian politik terhadap peristiwa tersebut. Kondisi ini
membuat situasi politik tidak stabil. Kepercayaan masyarakat terhadap Presiden
Soekarno semakin menurun.
Situasi yang tidak menentu membuat para pemuda dan mahasiswa mengajukan tri
tuntutan rakyat ata yang disebut dengan TRITURA. 12 Februari 1966, Front Pancasila
mendatangi DPR-GR dan mengajukan tiga tuntutan tersebut. Adapun isi tritura, sbb :
1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
2. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur PKI
3. Penurunan harga/perbaikan ekonomi
Resimen Cakrabirawa merupakan kesatuan pasukan gabungan dari TNI AD, AL, Au
dan Kepolisian yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI pada zaman
pemerintahan Soekarno. Sayangnya, sebagian anggota resimen ini kemudian berhasil
dipengaruhi PKI dan ikut terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Diantara
mereka yang terlibat, adalah Letkol Untung Syamsuri, slah seorang komandan
Cakrabirawa yang justru menjadi pimpinan G30S/PKI saat melakukan penculikan
terhadap para perwira tinggi AD dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Pada zaman
pemerintahan Soeharto, resimen in dibubarkan. Untuk mengawal Presiden, dibentuk
kemudian kesatuan baru Pasampres (Pasukan Pengaman Presiden).
Sidang Kabinet terus dilanjutkan dipimpin oleh Waperdam II, Dr. J. Leimena. Setelah
sidang kabinet ditutup, tiga perwira tinggi TNI yaltu Mayor Jenderal Basuki Rahmat,
brigadir Jenderal Amir Mahmud, dan Brigadir Jenderal M. Yusuf melaporkan situasi
yang terjadi di Istana Negara kepada Letnan Jenderal Suharto selaku panglima
Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib). Letnan Jenderal
Suharto tidak dapat menghadiri Sidang Kabinet karena sedang menderita sakit.
Kepada ketiga perwira tinggi TNI tersebut, Letnan Jenderal Suharto memerintahkan
untuk menyusul ke Istana Bogor dan menyampaikan pesan bahwa TNI khususnya
Angkatan Darat masih sanggup menata keadaan, menjaga keamanan negara dan
pribadi Presiden apabila masih diberi kepercayaan.
Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi TNI tersebut menyampaikan pesan Letnan
Jenderal Suharto. Mereka mencoba meyakinkan Presiden Soekarno bahwa satu-
satunya orang yang dapat menguasai situasi saat ini adalah Letnan Jenderal Suharto.
Mereka mengajukan saran agar presiden memberi wewenang kepada Letnan Jenderal
Suharto untuk mengambil langkah-langkah pengamanan dan penertiban keadaan.
Berdasarkan Supersemar maka pada tanggal 12 Maret 1966, Letnan Jenderal Suharto
atas nama Presiden/Pemimpin Besar Revolusi/Panglima Tinggi TNI mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 1/3/1966 tentang pembubaran PKI termasuk semua
organisasinya dari tingkat pusat sampai ke daerah beserta organisasi seasas,
berlindung dan bernaung di bawahnya serta menyatakan PKI sebagai organisasi
terlarang di seluruh Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Maret 1966 pengemban
Supersemar mengambil tindakan pengamanan terhadap Menteri-menteri Kabinet
Dwikora yang disempurnakan yang diragukan itikad baiknva. Untuk memenuhi
tuntutan rakyat, pada tanggal 27 Maret1966 dibentuk Kabinet Dwikora yang
disempurnakan lagi oleh pengemban Supersemar. Tokoh-tokoh yang duduk dalam
kabinet tidak terlibat dalam G 30 S/PKI. Setelah kabinet bersih dari oknum PKI,
Letnan Jenderal Suharto kemudian membersihkan MPRS dan DPR-GR dari oknum
PKI.
TUGAS SEJARAH
AKTIVITAS KELOMPOK 1
Disusun oleh :