Anda di halaman 1dari 85

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekataan kualitatif.

Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidik.57

Alasannya adalah untuk menemukan gambaran rinci terhadap informasi yang

telah digali dari beragam sumber untuk menjadi narasi. Diharapkan dari penelitian

ini diperoleh data dari sumber informasi baik lisan maupun tertulis yang akan

dihimpun, ditranskrip, dideskripsikan dan dianalisa dengan pendekatan kualitatif.

Selain itu, dengan metode ini peneliti akan lebih dekat dengan orang-

orang dan situasi yang diteliti. Melalui kedekatan antara peneliti dan informan

diharapkan informasi yang diperoleh terkait pengalaman, opini, perasaan dan

pengetahuan informan dapat tertangkap lebih baik dan mendalam sehingga

diperoleh pemahaman akan realitas dan hal-hal terperinci tentang tema yang

diteliti.

Selain itu, metode ini dianggap mampu mengungkap dan memahami

informasi seputar fenomena yang masih sangat sedikit diketahui. Hanya orang-

orang tertentu yang akan menjadi informan mengingat kadar informasi dari setiap

orang bervariasi. Sifatnya yang dinamis diharapkan mampu menjembatani

57
Moh. Natsir, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, hlm. 63

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


perubahan fenomena masalah penelitian yang masih tentatif setelah memasuki

tahapan penelitian. Peneliti berupaya melihat secara lebih seksama sesuai dengan

apa yang terjadi dilapangan tanpa memaksakan apa yang telah dipikirkan

sebelumnya.

3. 2. Informan

Penentuan informan dilakukan secara purpossive yaitu dengan memilih

orang-orang kunci (key person) dengan asumsi bahwa mereka adalah orang yang

paling tahu tentang dirinya dan tema penelitian yang sedang diteliti58. Menurut

Sugiyono59, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu.

Dalam hal ini peneliti dituntut untuk menemukan dan menentukan siapa

key informan yang akan diwawancarai. Suyanto60 mengemukakan bahwa

informan kunci (key informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan utama

adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

Sedangkan informan tambahan merupakan subjek penelitian yang dapat

memberikan informasi walaupun tidak terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan pada peran dan

fungsi masing-masing dalam implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan

58
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatis,
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, hlm. 25
59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm.
218
60
Suyanto Bagong, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005, hlm.
172.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias. Key informan adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias selaku penanggungjawab kegiatan pelayanan administrasi

kependudukan sekaligus kepala instansi pelaksana pelayanan administrasi

kependudukan di Kabupaten Nias yang dianggap mengetahui dan memiliki

informasi pokok tentang permasalahan penelitian.

Selain itu, terdapat pula informan utama yang berperan selaku

implementator yang terlibat langsung dalam kegiatan implementasi kebijakan

stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Nias. Informan dalam kategori ini adalah unsur

teknis pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang secara

langsung membidangi pelaksanaan kegiatan-kegiatan teknis pelayanan

administrasi kependudukan.

Kategori informan terakhir adalah informan tambahan yaitu informan

yang tidak terlibat dalam implementasi kebijakan namun memiliki informasi.

Mereka merupakan masyarakat sebagai objek pelayanan administrasi

kependudukan yang ditentukan dengan mempertimbangkan faktor geografi dan

topografi wilayah. Pertimbangan ini diambil dengan melihat realitas bahwa

sebagian kecamatan di Kabupaten Nias berada di daerah pegunungan dan

sebagian lagi berada di daerah dataran rendah atau di daerah pesisir. Informan

lainnya dalam kategori ini adalah unsur DPRD Kabupaten Nias, Camat, unsur

Kepolisian Sektor (Polsek) dan unsur Komando Rayon Militer (Koramil).

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


3. 3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi

dua bagian, yaitu :

a. Data primer; merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan

yang dapat berupa perkataan, perilaku dan bahasa tubuh selama wawancara.

Data primer ini juga dapat berupa hasil observasi peneliti secara langsung

dilapangan.

b. Data sekunder; merupakan data, bahan atau informasi yang diperoleh dari

dokumen-dokumen yang memiliki relevansi yang baik dengan tema

penelitian. Data sekunder ini dapat berupa surat kabar, kliping dan artikel di

media massa, foto, arsip, laporan penelitian, dan catatan hasil diskusi-

diskusi maupun catatan penting lainnya yang relevan dengan tema

penelitian.

3. 4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

atau mengumpulkan data dalam penelitian ini :

1. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan

pelayanan administrasi kependudukan yang dilaksanakan oleh Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias di kecamatan sebagai

wujud implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi

kependudukan.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


2. Wawancara dilakukan dengan menanyakan kepada informan mengenai

hal-hal yang berhubungan dengan tema penelitian. Untuk itu, peneliti telah

menentukan informan dalam penelitian ini yaitu :

a. Informan kunci (key informan) adalah Kepala Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Nias;

b. Informan yang terlibat dalam implementasi kebijakan yaitu Kepala-

kepala Bidang di lingkungan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias, pegawai negeri sipil maupun tenaga honorer yang

bertugas melaksanakan pelayanan di kantor Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Nias;

c. Informan tambahan adalah masyarakat sebagai objek pelayanan

adminitrasi kependudukan. Dengan mempertimbangkan faktor geografi

dan topografi wilayah, tipologi masyarakat ini akan diwakili oleh

masyarakat dari Kecamatan Idanogawo dan Bawolato serta masyarakat

dari Kecamatan Ma‟u dan Kecamatan Ulugawo. Informan tambahan

lainnya adalah anggota DPRD Kabupaten Nias yang berasal dari

Komisi B sebagai mitra kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias, Camat serta personil Polsek dan Koramil.

Dalam melakukan melakukan wawancara ini diperlukan pedoman

wawancara agar pertanyaan-pertanyaan dasar tetap terfokus sekalipun

pengungkapannya akan disesuaikan secara fleksibel dengan konteks yang

ada.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


3. Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengumpulan data berupa

dokumen-dokumen yang relevan untuk diteliti seperti dokumen peraturan

perundang-undangan, artikel, makalah, pemberitaan di media massa dan

dokumen lainnya yang terkait dengan konteks penelitian dan dibutuhkan

sebagai bahan dasar dan orientasi teori dalam melakukan analisis data.

3. 5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara.

Tepatnya pada Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang

beralamat di Jalan Gomo Nomor 31, Kelurahan Pasar Gunungsitoli, Kecamatan

Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari

beberapa pertimbangan. Secara geografis Kabupaten Nias masih berada dalam

wilayah Propinsi Sumatera Utara, sehingga kondisi ini dapat meminimalisir

hambatan bagi peneliti yang saat ini masih menjalani studi di Universitas

Sumatera Utara.

Selain itu, Kabupaten Nias merupakan kabupaten induk yang telah

mengalami pemekaran. Sebagai kabupaten tertua di Kepulauan Nias, sangat

menarik untuk melihat dan meneliti perkembangan peyelenggaraan kewenangan

pemerintahan khususnya di bidang Administrasi Kependudukan pasca pemekaran

serta pasca terbitnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013. Pertimbangan ini

yang dianggap peneliti relevan dan memenuhi kriteria penelitian.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


3. 6. Defenisi Konsep

Defenisi konsep yang dikembangkan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan kebijakan, yaitu

tahapan setelah kebijakan (dalam hal ini undang-undang) ditetapkan. Pada

tahapan ini, kebijakan publik dilaksanakan dalam rupa program-program

pemerintah oleh beberapa aktor, dalam hal ini para birokrat, dengan

mendapat dukungan pembiayaan, ditujukan untuk memenuhi kepentingan

masyarakat, dan outputnya dapat diukur serta memberikan manfaat

(outcomes) yang sebesar-besarnya dalam kerangka pemenuhan kebutuhan

warga negara.

2. Kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan yaitu

suatu kebijakan yang mewajibkan sistem penyelenggara pelayanan

administrasi kependudukan untuk memiliki aksi dan reaksi yang dinamis

dan aktif dalam penyelenggaraan pelayanan tersebut yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Implementasi kebijakan tersebut dilihat dari:

a. Perspektif kepatuhan (compliance) implementator (baik kepatuhan

bawahan kepada atasan maupun kepatuhan implementator terhadap

peraturan) dalam mengimplementasikan sebuah program kebijakan.

Untuk menilai pendekatan ini, dapat dilihat dari dua indikator yaitu :

1) Perilaku implementator adalah sikap yang dimiliki oleh pelaksana

kebijakan seperti respon, komitmen, sikap kemauan, keinginan dan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan

secara sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan

kebijakan dapat diwujudkan.

2) Pemahaman implementator adalah sejauhmana implementator

memahami dan mengerti tentang kebijakan yang telah dibuat,

termasuk proses sosialisasi dan komunikasi antar pelaksana

kebijakan.

b. What‟s Happening and Why? (Apa yang terjadi dan mengapa?) yaitu

suatu perspektif yang akan melihat perubahan yang terjadi setelah

program dilaksanakan dan apabila tidak terjadi perubahan, mengapa?.

Variabel ini dapat dilihat dari indikator:

1) Banyaknya aktor yang terlibat, artinya adanya kewenangan yang

menjamin bahwa program dapat diarahkan sebagaimana yang

diharapkan. Apakah ada fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat

dipergunakan dalam program seperti dana dan sarana prasarana.

2) Kejelasan program; semakin jelas dan terperinci isi (content) sebuah

kebijakan, maka kebijakan tersebut akan mudah diimplementasikan

karena akan lebih mudah dipahami dan diterjemahkan oleh

pelaksananya.

3) Kerumitan program terkait dengan dinamisnya petunjuk pelaksanaan

yang dibuat, termasuk didalamnya pembagian tugas dan pembuatan

standar operasional prosedur (SOP) yang dapat mempengaruhi

berhasil tidaknya implementasi program.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


4) Peran unit-unit pemerintah adalah terkait bagaimana partisipasi dari

semua aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut.

5) Faktor-faktor kendala merupakan faktor-faktor yang tidak terkendali

atau faktor-faktor yang terjadi di luar teknis implementasi (yang

melampaui batas kontrol dari implementator) dan dapat secara

langsung ataupun tidak langsung memberi pengaruh pada

implementasi, menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan

program yang telah dirancang.

3. 7. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen seperti dikutip

Moleong61, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan.

Tahapan analisis data yang dilakukan mengacu pada tahapan analisis data

yang dikemukakan Miles dan Huberman62 yang terdiri dari:

1. Tahap reduksi data, yang dapat diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

61
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005,
hlm. 248
62
Muhammad Idrus, op.cit., hlm. 147-148

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


data kasar yang muncul dari catatan-catatan dilapangan yang berlangsung

secara terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.

2. Tahap penyajian data (display data), yang dimaknai sebagai penyajian

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Namun data yang diperoleh

selama penelitian tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu

dalam penyajian data, peneliti akan menganalisis untuk selanjutnya disusun

secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjawab

atau menjelaskan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, penyajian data

dapat diwujudkan dalam bentuk uraian deskriptif, foto dan gambar sejenisnya

3. Tahap penarikan kesimpulan, yaitu tahapan analisa selanjutnya setelah

reduksi dan display data dimana dilakukan verifikasi secara terus menerus

dari data yang telah diperoleh. Dalam tahapan ini, peneliti berusaha

menganalisa dan mencari pola, tema, hubungan persamaan dan sebagainya.

Kemudian akan disinkronkan dengan teori yang ada dan dianalisa secara

kualitatif sehingga dapat diperoleh gambaran terkait tema penelitian dan

dapat menjadi jawaban atas rumusan masalah penelitian yang disajikan secara

deskriptif.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4. 1. 1. Gambaran Kabupaten Nias

Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah otonom yang berada di

wilayah Propinsi Sumatera Utara dan dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tetang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-

Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis

Kabupaten Nias terletak pada 0°53‟1,5‟‟-1°17‟16,6‟‟LU dan 97°29‟0,7‟‟-

97°58‟29‟‟ BT. Letak geografis ini membuat Kabupaten Nias memiliki posisi

strategis dalam wilayah Kepulauan Nias karena berada diantara jalur-jalur

penghubung wilayah Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Selatan Kepulauan

Nias serta wilayah Kabupaten Nias Utara dan Nias Barat.

Wilayah administrasi Kabupaten Nias memiliki batas wilayah sebagai

berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias

Utara;

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan;

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Gunungsitoli dan Samudera Indonesia;

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias

Utara.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Nias memiliki sepuluh kecamatan dan 170 desa dengan luas

wilayah administratif 1.004,06 km2. Wilayah kecamatan terluas Kecamatan

Idanogawo dengan luas 231,61 km2 (23,07%) dan Kecamatan Botomuzoi

merupakan kecamatan terkecil dengan luas 52,06 km2 (5,18%), seperti terlihat

dalah tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa per Kecamatan
di Kabupaten Nias

No. Kecamatan Luas (km2) Jumlah Desa


1. Idanogawo 231,61 28
2. Bawolato 189,75 25
3. Ulugawo 98,31 14
4. Gido 105,68 21
5. Sogaeadu 89,55 11
6. Ma‟u 69,85 11
7. Somolo-molo 35,39 11
8. Hiliduho 68,4 16
9. Hiliserangkai 63,46 15
10. Botomuzoi 52,06 18
*Diolah dari data BPS Kabupaten Nias

Kondisi alamnya atau topografi wilayahnya berbukit-bukit sempit dan

terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 –

800 meter, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24%,

dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8% dan dari berbukit sampai

pegunungan 51,2% dari keseluruhan luas daratan. Mempunyai kemiringan lereng

rata-rata 8% sampai 25%. Sedangkan daerah dataran dapat dijumpai sepanjang

pantai barat dan pantai timur dengan kemiringan 0-8%.

Kabupaten Nias terletak di daerah khatulistiwa sehingga curah hujan

cukup tinggi. Curah hujan dalam setahun 2000 - 2800 mm atau rata-rata 274 mm

per bulan, dengan banyaknya hari hujan dalam setahun 271 hari atau rata-rata 22

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


hari per bulan. Akibat tingginya curah hujan menyebabkan kondisi alamnya

sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan hujan silih berganti sepanjang

tahun.

Di kabupaten ini terdapat sungai-sungai besar dan kecil yang berfungsi

sebagai sumber air bagi pertanian dan sarana air bersih bagi masyarakat. Namun

struktur batuan dan susunan tanah yang labil sering mengakibatkan banjir

bandang yang mengakibatkan patahan jalan-jalan aspal dan longsor disana sini,

bahkan sering ditemui daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.

4. 1. 2. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Untuk menyelenggarakan kewenangan di bidang pelayanan administrasi

kependudukan, Pemerintah Kabupaten Nias membentuk Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil sebagai salah satu Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Nias. Selain

mengemban amanah konstitusional, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kesatuan

Pemerintah Kabupaten Nias dalam mewujudkan Visi Kabupaten Nias Tahun

2011 – 2016 yaitu “Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan, Sejahtera

dan Mandiri di Kabupaten Nias Yang Nyaman Didiami, Karena Dilayani

Oleh Pemerintah Yang Bersih dan Responsif”. Selaras dengan itu, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias telah menetapkan visi dalam

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan yaitu “Terwujudnya

Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang berbasis SIAK”.

Berdasarkan Peraturan Bupati Nias Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten

Nias, disebutkan bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di

bidang kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan

tugas pembantuan.

Adapun fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias,

adalah:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kependudukan dan Pencatatan sipil;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Kependudukan dan Pencatatan

Sipil;

d. Pengelolaan urusan ketatausahaan;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati Nias sesuai dengan tugas

dan fungsinya. di bidang kependudukan.

Dalam struktur organisasinya, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias dipimpin oleh seorang Kepala Dinas (setingkat eselon IIb) dan

berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris

Daerah. Kepala Dinas dibantu oleh seorang Sekretaris (eselon IIIa) dan tiga orang

Kepala Bidang (eselon IIIb). Pada jabatan setingkat eselon IVa, terdapat enam

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


orang Kepala Seksi dan tiga orang Kepala Sub Bagian. Secara keseluruhan,

terdapat 24 orang PNS (termasuk pejabat eselon) dan 16 orang tenaga operator

entry data. Struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias seperti pada bagan berikut:

Kepala Dinas

Sekretaris

Kepala Sub Kepala Sub Kepala Sub


Bagian Bagian Umum Bagian Program,
Keuangan dan Evaluasi dan
Kepegawaian Pelaporan

Kepala Bidang Kepala Bidang Sistem Kepala Bidang


Pengendalian Penduduk Informasi dan Administrasi Pencatatan Sipil
Kependudukan

Kepala Seksi Pendaftaran Kepala Seksi Pelayanan


Kepala Seksi Data
Kependudukan
Kepala Seksi Perencanaan Kepala Seksi
dan Analisa Dampak Penatausahaan Dokumen
Kependudukan Kepala Bidang Pengelolaan Pencatatan Sipil
Informasi Kependudukan

Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan


Catatan Sipil Kabupaten Nias Berdasarkan Perda
Kab. Nias Nomor 7 Tahun 2008

Adanya tiga bidang dalam struktur organisasi tersebut memperlihatkan

pembagian pengelolaan tugas-tugas pokok administrasi kependudukan yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Administrasi Kependudukan. Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013

diuraikan bahwa penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan terdiri

dari dua kegiatan pelayanan yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Kedua bidang pelayanan tersebut adalah pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil. Kegiatan pendaftaran penduduk adalah kegiatan pencatatan

biodata penduduk, pencatatan atas peristiwa kependudukan, dan pendataan

penduduk rentan administrasi kependudukan serta penerbitan dokumen

kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan. Output

dari kegiatan pelayanan ini adalah penerbitan atau perubahan kartu keluarga, kartu

tanda penduduk dan atau surat keterangan kependudukan.

Pelayanan pencatatan sipil merupakan kegiatan pencatatan peristiwa

penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil pada instansi

pelaksana. Peristiwa penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang

meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,

pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status

kewarganegaraan. Produk atau hasil dari pelayanan pencatatan sipil adalah

dokumen kependudukan berupa akta.

Di dalam struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias, kegiatan pelayanan pendaftaran penduduk menjadi tugas pokok

dari Bidang Pengendalian Penduduk sedangkan kegiatan pelayanan pencatatan

sipil tersentralisasi di Bidang Pencatatan Sipil. Kedua bidang pelayanan ini

terintegrasi dengan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan yang

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


dioperasikan secara on-line yang pengelolaannya ditangani oleh Bidang Sistem

Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK).

Penyelenggaraan pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

merupakan dua kegiatan pelayanan yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan

satu sama lain. Artinya, pelayanan pencatatan sipil tidak dapat berjalan baik

apabila disaat yang bersamaan pelayanan di bidang pendaftaran kependudukan

juga tidak terproses dengan baik mengingat pelayanan ini dilaksanakan dengan

program yang dinamakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

yang dioperasikan secara on-line. Sebelum melaksanakan pelayanan dokumen

kependudukan dan akta-akta catatan sipil harus diketahui terlebih dahulu apakah

data penduduk atau keluarga yang akan dilayani sudah ada pada database/server,

dan jika belum ada maka harus dilaksanakan entry data terlebih dahulu, setelah itu

baru kegiatan pelayanan dapat dilaksanakan. Dan urutannya jelas, yaitu dimulai

dari pendaftaran penduduk.

Awal mula proses pelayanan administrasi kependudukan adalah entry

data penduduk atau dikenal juga dengan istilah perekaman data penduduk. Setelah

data penduduk terekam dan tersimpan dalam data base SIAK, maka yang

bersangkutan akan lebih mudah mendapatkan pelayanan dalam pengurusan Kartu

Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) dan akta

kependudukan.

Untuk melayani warga masyarakat yang mengurus dokumen

kependudukannya, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

menyediakan sebuah ruangan yang difungsikan sebagai loket penerimaan berkas

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


pengurusan dokumen kependudukan dari masyarakat. Melalui loket ini juga,

produk pelayanan administrasi kependudukan didistribusikan kepada masyarakat.

Di loket ini, bidang yang menangani pelayanan pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil memiliki peran yang dominan. Staf dari kedua bidang ini

ditugaskan di loket untuk menerima dan menverifikasi berkas pengurusan

dokumen kependudukan yang diserahkan oleh masyarakat.

4. 1. 3. Anggaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Sebagai salah satu satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung

jawab terhadap pelayanan administrasi kependudukan memiliki anggaran

pembiayaan kegiatan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanjda

Daerah (APBD) Kabupaten Nias dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), dengan besaran seperti dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.2. Anggaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Kabupaten Nias

Jumlah (Rp)
No. Sumber Anggaran
Tahun 2015 Tahun 2016

1. APBD 2.020.000.000 2.300.000.000


2. P-APBD (Pagu Anggaran 2.353.000.000 2.110.000.000
Setelah Perubahan)
3. APBN 1.110.723.000 671.853.000

* diolah dari data Sub Bagian Keuangan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias

Pendanaan yang berasal dari APBN merupakan tindak lanjut dari Pasal

89 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 dan Surat Edaran Menteri Dalam

Negeri Nomor 470/327/SJ tanggal 17 Januari 2014 tentang Perubahan Kebijakan

Dalam Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang salah satu isinya

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


menyebutkan bahwa pendanaan untuk penyelenggaraan program dan kegiatan

administrasi kependudukan, baik di provinsi maupun di kabupaten/kota

dianggarkan dalam APBN dan dimulai pada APBN-P Tahun Anggaran 2014.

4. 1. 4. Persyaratan Dan Tata Cara Pengurusan Dokumen Kependudukan

Persyaratan dan tata cara pengurusan dokumen kependudukan

dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang

Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Persyaratan yang tercantum dalam peraturan ini disosialisasikan baik secara

langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat maupun melalui aparat desa

dalam berbagai kesempatan sosialisasi langsung maupun melalui sosialisasi

menggunakan spanduk atau poster.

Persyaratan dan tata cara pengurusan dokumen kependudukan ini

menjadi pedoman bagi instansi pelaksana pelayanan dalam melaksanakan

penerimaan dan verifikasi berkas pengurusan dokumen kependudukan. Selain

peraturan presiden diatas, terdapat pula persyaratan lainnya yang diatur dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2010 tentang Formulir dan

Buku Yang Digunakan Dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Selain

melengkapi segala persyaratan yang terdapat dalam Perpres Nomor 25 tahun

2008, masyarakat juga diwajibkan mengisi formulir sesuai dengan kegunaannya

sebagaimana dimaksud dalam Permendagri Nomor 19 Tahun 2010.

Selain Perpres Nomor 25 Tahun 2008 dan Permendagri Nomor 19 Tahun

2010, terdapat pula beberapa peraturan perundang-undangan lainnya yang

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


mengatur persyaratan pendaftaran penduduk dan pengurusan dokumen

kependudukan, diantaranya:

a. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu tanda

Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, beserta

dengan perubahannya;

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman

Pendataan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk Rentan

Administrasi Kependudukan;

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman

Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan

Secara Nasional;

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman

Pendataan Penduduk Non Permanen;

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu

Identitas Anak;

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2016 tentang Peningkatan

Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran;

g. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 470/296/SJ tanggal 29 Januari

2016 tentang KTP Elektronik (KTP-el) Berlaku Seumur Hidup;

h. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 472.12/2701/DUKCAPIL

tanggal 17 Maret 2016 tentang Peningkatan Pencatatan Peristiwa Kematian;

i. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 471/1768/SJ tanggal 12 Mei

2016 tentang Percepatan Penerbitan KTP-el dan Akta Kelahiran;

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


j. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 417.13/9686/DUKCAPIL

tanggal 14 September 2016 tentang Pelayanan Perekaman dan Pencetakan

KTP Elektronik.

Diterbitkannya berbagai peraturan perundang-undangan bahkan dalam

bentuk surat edaran merupakan upaya pemerintah untuk mempermudah prosedur,

tata cara dan persyaratan pengurusan dokumen kependudukan yang senantiasa

disesuaikan dengan kondisi dan situasi terkini masyarakat.

4. 2. Karakteristik dan Identitas Informan

Sebagaimana telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa dalam

penelitian ini melibatkan beberapa informan sebagai narasumber yang dapat

memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai tema penelitian yang

ditentukan secara purposive. Key informan adalah Kepala Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dengan deskripsi identitas sebagai berikut:

Tabel 4.3. Identitas Informan Kunci

Umur Pendidikan Masa


No. Nama Jabatan
(Tahun) Terakhir Kerja
1. Yanueli Nazara, BA 56 Diploma Kepala 33 tahun
III Dinas

Selanjutnya adalah informan utama yang berperan sebagai implementator

dan terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pelayanan

administrasi kependudukan. Informan dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4. 4. Identitas Informan Yang Terlibat Dalam Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pelayanan Administrasi Kependudukan

Umur Pendidikan Masa


No. Nama Jabatan
(Tahun) Terakhir Kerja
1. Drs. Aluizaro 54 Strata I Sekretaris Dinas 23 tahun
Gulo
2. Martahani 47 Strata I Kepala Bidang 15 tahun
Matondang, SH SIAK
3. Tehesokhi Hulu, 49 Strata I Kepala Bidang 24 tahun
S.IP Pencatatan Sipil
4. Nisman Setiawan 41 Strata I Kepala Bidang 14 tahun
Zalukhu, SH Pengendalian
Penduduk
5. Nasrul Hak 34 Strata I Kepala Sub 8 tahun
Lubis, SE Bagian Program,
Evaluasi dan
Pelaporan
6. Ely Justman 38 Diploma III Staf 10 tahun
Zebua, A.Md
7 Agusniar Harefa, 38 Diploma III Staf 5 tahun
A.Md

Penelitian ini juga melibatkan informan tambahan yaitu mereka yang

tidak terlibat dalam implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan

administrasi kependudukan namun memiliki informasi yang dibutuhkan untuk

meguatkan data-data mengenai tema penelitian. Informan tersebut adalah

masyarakat Kabupaten Nias yang mendapatkan pelayanan administrasi

kependudukan. Dalam hal ini, peneliti sebisa mungkin mendapatkan informan

yang tidak berasal dari desa atau kecamatan yang sama. Pemilihannya

mempertimbangkan faktor geografi dan topografi wilayah, yang diwakili oleh

masyarakat dari Kecamatan Idanogawo dan Bawolato sebagai kecamatan yang

berada di dataran rendah atau pesisir pantai serta masyarakat dari Kecamatan

Ma‟u dan Kecamatan Ulugawo yang karakteristik wilayahnya berada di dataran

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


tinggi. Informan ditemui saat pelaksanaan pelayanan langsung administrasi di

kecamatan dan secara aksidental di loket pelayanan kantor. Selain masyarakat,

terdapat juga unsur DPRD kabupaten Nias, Camat, personil Polres dan Koramil

yang turut menjadi informan walau tidak terlibat dalam implementasi kebijakan

stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan namun memiliki

informasi yang dibutuhkan untuk menguatkan data-data mengenai tema

penelitian. Deskripsi informan dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Identitas Informan Yang Berasal Dari Masyarakat, Unsur DPRD
Kabupaten Nias, Camat, Personil Polsek dan Koramil

Umur Pendidikan Masa


No. Nama Jabatan
(Tahun) Terakhir Kerja
1. Ameyanus 30 Strata I Wiraswasta -
Telaumbanua
2. Tahali Waruwu 54 SD Petani/ Pekebun -
3. Aliyus Waruwu 46 SMA Petani/ Kepala -
Desa
4. Adilia 45 SD Petani/ Pekebun -
Bawamenewi
5. Hasa‟aro Zai 38 SMA Petani/ Pekebun -
6. Bowoli 48 SMA Anggota DPRD Periode
Zandroto Kabupaten Nias 2014 -
dari Partai 2019
Keadilan dan
Persatuan
Indonesia
(PKPI), Ketua
Komisi A
7. Jellysman B. 36 S-2 Camat 17 tahun
Geya, S.STP, Idanogawo
M.Si
8. Brigadir Dua 22 SMA Personil Polsek 2 tahun
Polisi Eben Bawolato
Panjaitan
9. Sersan Dua TNI 37 SMA Personil Koramil 16 tahun
Buala Hulu Bawolato

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


4. 3. Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi

Kependudukan di Dinas Kependudukan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Mengacu pada rumusan permasalahan yang menjadi tema penelitian ini

yaitu bagaimana upaya implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan

administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias berdasarkan perspektif yang dikemukakan oleh Ripley dan Franklin, maka

pada bagian ini akan diuraikan beberapa kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebagai bentuk kepatuhan

(compliance) terhadap amanah peraturan perundang-undangan sekaligus usaha

untuk meningkatkan output pelayanan administrasi kependudukan.

4. 3. 1. Kepatuhan (Compliance) Implementator Kebijakan

Kepatuhan adalah upaya perilaku yang timbul akibat adanya keinginan

untuk mencapai suatu hasil yang baik yang sesuai dengan aturan. Kepatuhan dari

implementator dapat dilihat dari perilaku dan pemahamannya terhadap

pelaksanaan suatu kebijakan.

4. 3. 1. 1. Pemahaman Implementator

Untuk mengetahui pemahaman implementator terhadap kebijakan stelsel

aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Nias, peneliti

melakukan wawancara terhadap pemangku kepentingan di bidang pelayanan

administrasi kependudukan. Berikut petikan wawancara dengan Yanueli Nazara,

BA, yang mengatakan:

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


“ kita paham, adanya UU Nomor 24 itu mewajibkan penyelenggara
pelayanan administrasi kependudukan yang aktif memberi pelayanan.
istilahnya, kita jemput bola. Tidak mesti menunggu masyarakat datang ke
sini. Sudah beberapa kali kita rakor dengan Kemdagri. Pasti paham.
Teman-teman yang juga paham soal kebijakan ini. Hanya, teknis
pelaksanaannya ini yang mesti dipikirkan. Seperti yang saya katakan tadi,
Disdukcapil Kabupaten Nias pernah mengadopsi model jemput bola itu,
namun tidak efektif. Saat ini, kegiatan pelayanan langsung di kecamatan
sedang jalan...” (Wawancara tanggal 27 Juni 2016)

Penggalan wawancara dengan Tehesokhi Hulu, S.IP., yang mengatakan

“...jelas, Disdukcapil di seluruh Indonesia diwajibkan untuk memberi


pelayanan langsung kepada masyarakat tanpa menunggu. Tinggal
bagaimana masing-masing daerah mewujudkannya dalam bentuk
program kegiatan. Sesuai kebutuhan dan kemampuan serta kondidi
daerah...” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)

Penggalan wawancara dengan Martahani Matondang, SH, yang

mengatakan:

“...aahhhh, kamu ini, pasti paham lah. Udah beberapa kali kita rapat sama
Adminduk (Dirjen Administrasi Kependudukan). baik seluruh Indonesia
maupun tingkat regionalnya. Maksud pemerintah itu kita sudah paham.
dan kembali ke kita di daerah, bagaimana menyikapinya..melalui
program kegiatan. Kalau kita di Nias, kita sudah memprogramkan
pelayanan langsung di kecamatan sejak tahun lalu...” (wawancara tanggal
30 Juni 2016)

Nisman S. Zalukhu, SH, mengatakan:

“...kita tahu stelsel aktif ini mewajibkan Instansi Pelaksana pelayanan


administrasi kependudukan pro aktif mendatangi warga. Entah di daerah
mana itu, mereka menyebutnya pelayanan keliling. Tapi itu tergantung
daerahlah. Sesuai program disduknya. Di Disdukcapil ini, turun lapangan
itu perlu. Selama ini kan kita cuma duduk aja seharian di kantor terima
dan verifikasi berkas. Kalo turun ke masyarakat ke desa gitu, ada variasi,
biar tubuh kita tidak kaku. Sekalian refreshinglah...hahahahah...”
(wawancara tanggal 29 Juni 2016)

Agusniar Harefa, A.Md memberi jawaban ketika peneliti menanyakan

pemahaman dan tanggapannya tentang kebijakan stelsel aktif pada pelayanan

administrasi kependudukan, kutipannya sebagai berikut:

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


“...teman-teman sering bercanda dengan menyebutnya sel-sel
aktif...hahahaha... paham, saya sendiri paham. Intinya, Disdukcapil yang
aktif menjemput bola, mendatangi masyarakat. Makanya sekarang ini,
setiap bulan kita turun ke lapangan....” (wawancara tanggal 30 Juni 2016)

Kutipan wawancara dengan Ely Justman Zebua, A.Md, yang

mengatakan:

“..kalau ditanya tentang pemahaman, saya pasti bilang saya paham dan
mengerti. Itu kan hanya sebuah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
dilaksanakan kita didaerah untuk mempercepat keterlayanan masyarakat.
Bagaimana daerahnya sekarang? Mau gak buat program jemput bola?....”
(wawancara tanggal 29 Juni 2016)

Hasil wawancara tersebut memperlihatkan bahwa Kepala Instansi

Pelaksana pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Nias telah

mengetahui dan memahami kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi

kependudukan sebagai amanah dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.

Pemahaman dari kepala instansi tersebut juga selaras dengan pemahaman

jajarannya. Bahkan implementator di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias mengerti bahwa kebijakan tersebut harus diwujudkan dalam

bentuk program kegiatan SKPD.

4. 3. 1. 2. Perilaku Patuh Implementator

Perilaku yang dimaksud adalah sikap kemauan, keinginan dan

kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara

sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan.

Perilaku patuh implementator ini memiliki kaitan yang erat dengan pemahaman

implementator mengenai kebijakan. Untuk memahami perilaku patuh

implementator, peneliti mengacu pada hasil wawancara yang dimuat pada sub bab

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


sebelumnya. Dari hasil wawancara terlihat bahwa pemahaman terkait kebijakan

dan implementasinya bahkan telah di follow up dengan memunculkan beberapa

kegiatan pelayanan administrasi kependudukan yang bersifat menjangkau

masyarakat.

Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh informasi bahwa terdapat

beberapa program kegiatan tahunan yang pernah dan sedang menjadi program

kegiatan rutin di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dengan

prinsip yang mengedepankan pelayanan langsung yang menjangkau masyarakat

atau memperpendek jarak pelayanan administrasi kependudukan.

Selanjutnya, untuk mensinkronkan hasil wawancara tersebut dengan

kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan, peneliti melakukan elaborasi terhadap

sejumlah dokumen pelaksanaan anggaran kegiatan dan menemukan beberapa

informasi seputar implementasi kebijakan pelayanan administrasi yang

menjangkau masyarakat yang mana kegiatan-kegiatannya telah tertampung dalam

APBD Kabupaten Nias. Program-program kegiatan dengan mengadopsi stelsel

aktif pada pelayanan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut.

1. Program Kegiatan Pelayanan Langsung Administrasi Kependudukan di


Kecamatan

Perubahan pola kebijakan yang penyelenggaraan pelayanan administasi

kependudukan menjadi pola stelsel aktif pada pelayanan administrasi

kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan turut mewarnai dinamika pelayanan yang

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


disediakan oleh seluruh instansi penyelenggara pelayanan administrasi

kependudukan, tidak terkecuali pelayanan yang disediakan Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

Dengan kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi

kependudukan, menuntut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

untuk pro aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pola pelayanan

yang langsung mendatangi masyarakat tersebut sebenarnya telah dilaksanakan

oleh Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebelum Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2013 diterbitkan. Sebagaimana dijelaskan oleh Yanueli

Nazara, BA, Kepala Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

berikut ini:

“Ketika saya resmi dilantik dan mulai aktif menjabat sebagai Kepala
Dinas pada Agustus 2011, satu hal yang terbersit dalam pikiran saya
adalah bagaimana meningkatkan persentase warga Kabupaten Nias yang
memiliki dokumen kependudukan, baik itu Kartu Keluarga, KTP maupun
Akta. Karena di Tahun 2011 ketika saya masuk, anggaran sudah berjalan,
maka di Tahun 2012 saya mencoba memprogramkan kegiatan pelayanan
langsung kepada masyarakat. Cara yang kita lakukan saat itu adalah
dengan mengirim tim berjumlah dua sampai empat orang untuk
menerima berkas pengurusan dokumen kependudukan di Kantor Camat.
Jadwal kita atur. Kalau tidak salah sekali sebulan tim ini turun ke Kantor
Camat menerima berkas selama satu sampai dua hari tergantung jauhnya
lokasi. Yang menjadi koordinatornya adalah Kepala Bidang Pencatatan
Sipil karena kegiatan ini merupakan kegiatan bidang capil” (wawancara
tanggal 27 Juni 2016)

Pada tahun 2012, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi kependudukan yang dalam

DPA-SKPD dinamakan kegiatan Pelayanan Administrasi Pencatatan Sipil

Langsung di Kecamatan dengan Nomor Kegiatan : 1.10.1.10.01.18.03. Sesuai

dengan penjelasan Yanueli Nazara, BA., kegiatan ini dilaksanakan dengan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


menugaskan dua sampai empat orang staf ke kecamatan untuk menerima berkas

pengurusan dokumen kependudukan. Karena kegiatan ini merupakan domain dari

bidang pencatatan sipil, maka staf yang ditugaskan dalam kegiatan tersebut hanya

menerima berkas-berkas pengurusan akta-akta kependudukan.

Namun kegiatan Pelayanan Administrasi Pencatatan Sipil Langsung di

Kecamatan tersebut tidak dilanjutkan pada tahun berikutnya. Lebih lanjut

ditegaskan olehnya:

“Dapat dikatakan bahwa sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 24


Tahun 2013, kita telah mencoba mengadopsi pola pelayanan stelsel aktif
ini sebenarnya. Namun kegiatan pelayanan langsung di kantor camat saat
itu tidak kita teruskan pada tahun berikutnya. Berdasarkan evaluasi dari
Kepala Bidang Capil, jumlah berkas yang diterima sedikit dan tidak
sebanding dengan jumlah biaya perjalanan dinas yang dianggarkan. Jadi
lebih baik fokus saja pada penerimaan berkas di loket” (wawancara
tanggal 27 Juni 2016)

Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan merupakan dua hal yang

selalu menjadi acuan utama dalam evaluasi kegiatan. Apa yang disampaikan oleh

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias diatas

menggambarkan bahwa walau kegiatan tersebut sebenarnya perlu dilakukan untuk

masyarakat, namun jika efektivitas dan efisiensinya tidak linier maka bukan

berarti kegiatan tersebut tetap dilanjutkan. Walaupun demikian, tersirat bahwa

betapa esensialnya implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan

administrasi kependudukan sebagai salah satu upaya untuk menjangkau seluruh

warga masyarakat.

Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan tersebut juga sangat

dipengaruhi oleh tidak adanya sinergitas dari bidang pelayanan lainnya. Seperti

telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk mengurus dokumen kependudukan,

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


seseorang harus memastikan datanya telah direkam dalam data base SIAK. Juga

diwajibkan telah memiliki kartu keluarga dan kartu tanda penduduk. Karena tidak

adanya dukungan dari bidang lain yang menangani data base, KK dan KTP, maka

Bidang Pencatatan Sipil seperti berjalan sendiri dalam kegiatan tersebut.

Akibatnya efektivitas penerimaan berkas tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Program Kegiatan Pelayanan Langsung KK dan KTP Elektronik di


Masing-masing Kecamatan

Terbitnya UU Nomor 24 Tahun 2013 tidak serta merta ditindaklanjuti

dengan terburu-buru oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

yang seyogyanya kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi

kependudukan sudah mendapat lampu hijau untuk diimplementasikan oleh

instansi pelaksana pelayanan administrasi kependudukan pada tahun 2014. Jika

mencermati Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

(DPA-SKPD) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Tahun

Anggaran 2014, tidak mencantumkan sama sekali program atau kegiatan yang

secara spesifik mengacu pada pelayanan administrasi kependudukan yang

ditujukan langsung mendatangi masyarakat. Hal ini disebabkan terbitnya UU

Nomor 24 tahun 2013 yang baru disahkan pada akhir tahun 2013 sedangkan

APBD 2014 telah selesai pembahasannya di legislatif dan bahkan telah disahkan

jauh hari sebelumnya.

Menghadapi Tahun Anggaran 2015, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Nias mengajukan program kegiatan yang berbasis pelayanan

langsung kepada masyarakat untuk ditampung dalam APBD 2015. Berdasarkan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


informasi dari Ely Justman Zebua, staf Sekretariat Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Nias, program kegiatan tersebut diajukan oleh Bidang

Pengendalian Penduduk sebagai bagian dari kegiatan bidang di Tahun Anggaran

2015. Program tersebut diberi nomenklatur Pelayanan Langsung KK dan KTP

Elektronik di Masing-masing Kecamatan dengan nomor kegiatan

1.10.1.10.01.15.13. anggaran yang disetujui untuk program kegiatan ini sebesar

Rp. 58.207.400.000,00. Di kemudian hari program kegiatan ini tidak

dilaksanakan. Seperti yang dikemukakan oleh Ely Justman Zebua, yang juga

merupakan Bendahara Pengeluaran pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias :

“..kadang dalam perencanaan, kan ada yang namanya pagu indikatif.


Biasanya masing-masing bidang memberikan usulan kegiatan. Prinsipnya
ada dulu program kegiatan berdasarkan pagu yang diberikan. Sekian
untuk kegiatan A sekian untuk kegiatan B, seperti belum kita pikirkan
sekali bagaimana nanti program itu dilaksanakan. Pokoknya ada dulu
program kegiatan pelayanan langsung itu dulu. Karena masing-masing
bidang ngusulin program, jadinya tidak ada keterpaduan pembahasan.”
(wawancara tanggal 29 Juni 2016)

Apa yang dikatakan oleh Ely Justman Zebua merupakan gambaran

bahwa diawal implementasi UU Nomor 24 Tahun 2013, instansi pelaksana masih

belum bisa menterjemahkan ide-ide pokok yang terkandung dalam kebijakan

stelsel aktif pada pelayanan. Khusus dalam penanganan administrasi

kependudukan, belum adanya keterpaduan antar bidang dalam suatu organisasi

dalam memahami dan menterjemahkannya menjadi program kegiatan merupakan

jalan berkelok yang harus segera diluruskan. Selain itu, terlihat jelas bahwa masih

terdapat ego bidang dalam mengusulkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Kesan yang muncul adalah kegiatan bidang, bukan kegiatan dari Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

Ide yang terkandung dalam program kegiatan pelayanan langsung KK

dan KTP elektronik di masing-masing kecamatan sebenarnya dapat dikatakan

baik. Artinya, pelayanan KK dan KTP-El tersebut langsung menjangkau

masyarakat. Namun program ini sepertinya tidak efektif karena disisi lain yang

tak kalah pentingnya, pelayanan pencatatan sipil tidak mendapat tempat. Padahal,

pelayanan KK dan KTP-El serta pelayanan pencatatan sipil merupakan dua

bentuk pelayanan yang berada dalam satu tubuh administrasi kependudukan.

Lebih lanjut disampaikan oleh Ely Justman Zebua:

“...usulan program pelayanan langsung KK dan KTP-el itu, dimasa Kabid


Dalduknya Pak Laoli (Yosefo Laoli) tahun 2014 dan seharusnya
dilaksanakan di masa Kabid Pak Alfian (Alfian Temali Harefa, SE) tahun
2015. Tapi itu tadi, karena awal pengusulannya agar ada program, dan
belum tahu benar bagaimana program itu dijalankan, jadinya kegiatan itu
tidak dilaksanakan.” (wawancara tanggal 29 Juni 2016)

Mutasi personil di Bidang Pengendalian Penduduk saat itu memberikan

efek berpengaruh terhadap pelaksanaan program kegiatan tersebut. Pengusulan

program dilaksanakan oleh Kepala Bidang lama namun setelah APBD 2015

disahkan, program kegiatan tersebut seharusnya dilaksanakan oleh Kepala Bidang

baru. Tentunya, terdapat pemahaman yang tidak sama diantara dua orang yang

berbeda dalam memandang pelaksanaan program kegiatan pelayanan langsung

khusus KK dan KTP-El tersebut.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


3. Kegiatan Optimalisasi Pencatatan Sipil Melalui Pelayanan Langsung di
Kecamatan

Pada pertengahan tahun 2015, sesuai dengan roadmap/milestone dari

kegiatan proyek perubahan berjudul Optimalisasi Pencatatan Sipil Melalui

Pelayanan Langsung di Kecamatan, yang saat itu merupakan kegiatan yang

digagas Tehesokhi Hulu, S.IP., Kepala Bidang Pencatatan Sipil, yang sedang

mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III (Diklatpim III),

disepakati pelaksanaan pelayanan langsung administrasi kependudukan di

Kecamatan Bawolato. Wujud dari proyek perubahan tersebut adalah pelayanan

langsung yang bertujuan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan

meminimalisir beban pengeluaran masyarakat. Pelaksanaan pelayanan langsung

mulai dari penerimaan berkas, verifikasi, pengentrian data penduduk, pencetakan,

penandatanganan oleh Kepala Dinas hingga penyerahan kepada masyarakat

dilaksanakan di tempat dan hari pelayanan langsung tersebut.

Dipilihnya Kecamatan Bawolato sebagai lokasi pelaksanaan tidak lepas

dari beberapa alasan objektif yang mengemuka. Diantaranya adalah mengingat

kecamatan ini merupakan kecamatan terjauh dari pusat pelayanan administrasi

kependudukan yang berada di Gunungsitoli. Jarak Kecamatan Bawolato ±70 km

dari Kota Gunungsitoli. Disamping itu ditemukan masih rendahnya persentase

angka kepemilikan dokumen kependudukan di kecamatan ini.

Konsekuensi dari kegiatan ini adalah masalah pendanaan yang sama

sekali tidak memiliki nomenklatur kegiatan dalam APBD 2015. Seperti yang telah

dijelaskan diatas bahwa satu-satunya kegiatan yang berprinsip stelsel aktif pada

pelayanan yang termuat dalam APBD 2015 adalah Kegiatan Pelayanan Langsung

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


KK dan KTP Elektronik di Masing-masing Kecamatan yang pada akhirnya tidak

pernah dilaksanakan. Untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung

administrasi kependudukan dalam rangka proyek perubahan Optimalisasi

Pencatatan Sipil Melalui Pelayanan Langsung di Kecamatan, disepakati untuk

melibatkan tiga bidang dan mempergunakan biaya perjalanan dinas dalam daerah

dari kegiatan bidang lainnya. Nantinya kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan

secara administrasi keuangan sesuai dengan penggunaan anggaran dari kegiatan-

kegiatan tersebut. Tentu, hal ini merupakan sebuah keberanian bagi pengambil

kebijakan di lingkup Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

Pelayanan langsung di Kecamatan Bawolato yang dilaksanakan 15 Juni –

19 Juni 2015 merupakan kegiatan pelayanan perdana yang berpola stelsel aktif

pada pelayanan yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias walau terkait erat dengan proyek perubahan Optimalisasi

Pencatatan Sipil Melalui Pelayanan Langsung di Kecamatan. Pelayanan

langsung yang dilaksanakan selama lima hari tersebut mendapat sambutan luar

biasa. Sebagaimana penuturan Tehesokhi Hulu, S.IP, Kepala Bidang Pencatatan

Sipil:

“pelayanan langsung di Bawolato tahun lalu adalah titik awal dari


kegiatan pelayanan yang mencoba menjangkau masyarakat sebagai
implementasi dari UU Nomor 24 Tahun 2013. Dan ternyata mendapat
sambutan luar biasa dari Camat, Muspika dan Kepala Desa. Bahkan
secara mendadak pada tanggal 16 Juni 2015, Bupati Nias mengontak
Bapak Kepala Dinas untuk mengkonfirmasi akan hadir besoknya
(tanggal 17 juni 2015) untuk melihat dan memberikan dukungan pada
kegiatan pelayanan kita saat itu. Esoknya (tanggal 17 Juni 2015), Bupati
Nias bersama Pak Sekda (Sekretaris Daerah Kabupaten Nias)
menyempatkan memberikan arahan dan bimbingan serta menyerahkan
secara simbolis dokumen hasil pelayanan langsung kepada masyarakat.
Dukungan positif juga diberikan oleh DPRD melalui persetujuan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


terhadap anggaran kegiatan pelayanan langsung ini, yang kita ajukan
melalui Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten
Nias untuk APBD 2016” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)

Pelayanan langsung administrasi kependudukan di Bawolato tahun 2015

menghadirkan efek domino yang luar biasa. Salah satunya adalah disetujuinya

kegiatan dengan nomenklatur “Pelayanan langsung pemrosesan dokumen

kependudukan di seluruh kecamatan Kabupaten Nias” yang diajukan pada P-

APBD Kabupaten Nias 2015 dengan anggaran sebesar Rp. 90.000.000,00

(sembilan puluh juta) yang direncanakan dilaksanakan di tiga kecamatan. Pada

tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah anggaran terhadap kegiatan tersebut yang

tertampung dalam APBD 2016 menjadi sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) yang kegiatannya diasumsikan dilaksanakan di sepuluh kecamatan

yang ada di Kabupaten Nias. Peningkatan yang cukup signifikan apabila

dibandingkan pada tahun anggaran sebelumnya.

Mulusnya pembahasan usulan anggaran ini di DPRD Kabupaten Nias

menunjukkan wujud nyata apresiasi positif dari anggota legistlatif terhadap

kegiatan pelayanan langsung administrasi kependudukan yang mana pola

pelayanan yang aktif dengan mendatangi langsung masyarakat merupakan

jawaban terhadap permasalahan kependudukan selama ini. Sebagai representasi

dari rakyat, DPRD Kabupaten Nias melihat bahwa pelayanan langsung perlu

didukung sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan rakyat dalam hal

administrasi kependudukan.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


4. Kegiatan Pameran Pembangunan Kabupaten Nias Tahun 2015

Bulan Agustus pada tahun yang sama, tahun 2015, bersama dengan

SKPD Kabupaten Nias dan BUMN, BUMD, serta lembaga/instansi lainnya, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias turut ambil bagian dalam

pelaksanaan Pameran Pembangunan 2015 yang merupakan agenda rutin

Pemerintah Kabupaten Nias yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Ulang

Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia setiap 17 Agustus. Agenda ini telah

dimulai sejak tahun 2013 yang lalu dan sama seperti tahun-tahun sebelumnya

lokasi pameran bertempat di Lapangan Beringin, Desa Hiliweto, Kecamatan Gido

yang recananya di kecamatan ini ibukota Kabupaten Nias akan dipindahkan.

Keikutsertaan dalam kegiatan Pameran Pembangunan Kabupaten Nias diikuti

dengan tertampungnya anggaran kegiatan di dalam APBD 2015 sebesar Rp.

20.000.000,00 dengan nomenklatur kegiatan Mengikuti Kegiatan Pameran

Pembangunan nomor kegiatan 1.10.1.10.01.07.01.

Apa yang kemudian ditawarkan oleh stand pameran Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias selama pelaksanaan pameran

tersebut? Sebagai instansi yang keseluruhan aktivitasnya adalah pelayanan

administrasi kependudukan, maka tidak heran jika selama pelaksanaan pameran,

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias membuka pelayanan

administrasi kependudukan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Nias sebagai

kegiatan utamanya selain memberikan sosialisasi secara tidak langsung kepada

masyarakat pengunjung mengenai prosedur dan tatacara pengurusan dokumen

kependudukan.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Selama mengikuti pameran pembangunan ini, antusiasme masyarakat

yang hendak mengurus dokumen kependudukan begitu besar. Mereka datang dari

sepuluh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Nias walau mayoritas

pengunjung masih didominasi oleh warga masyarakat dari Kecamatan Gido.

Kehadiran pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

dalam rangka pameran pembangunan ini secara tidak langsung memperlihatkan

adanya pelayanan administrasi kependudukan yang bersifat langsung dan terpadu,

hadir menjangkau masyarakat.

Partisipasi di dalam pelaksanaan Pameran Pembangunan Kabupaten Nias

Tahun 2015 bukannya tanpa hasil. Selain menerima lebih dari 1000-an berkas

kepengurusan dokumen kependudukan, stand pelayanan Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Nias diganjar dengan keberhasilan meraih Juara II

sebagai stand dengan pelayanan terbaik dan paling banyak dikunjungi masyarakat.

Pada tahun 2016 ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias kembali berperan serta aktif dalam Pameran Pembangunan Kabupaten Nias

yang dimulai tanggal 21 Agustus 2016 dan berakhir pada 25 Agustus 2016.

5. Program Kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen


Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias

Dalam pembahasan P-APBD 2015, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Nias mengajukan kegiatan baru yang dinamai Pelaksanaan

Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan

se-Kabupaten Nias dengan nomor kegiatan 1.10.1.10.01.15.14. mengingat waktu

pelaksanaan kegiatan yang terbatas, yaitu mulai tanggal 1 September 2015 s/d 31

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Desember 2015, anggaran yang diajukan dan disetujui untuk kegiatan tersebut

sebesar Rp. 90.000.000,00 dengan asumsi akan dilaksanakan di tiga kecamatan

dengan budget pelaksanaan mencapai Rp. 30.000.000,00 per kecamatan. Kepada

peneliti, Tehesokhi Hulu, S.IP menceritakan kronologisnya:

“Melihat keberhasilan dua kegiatan pelayanan langsung, baik itu yang


dilaksanakan di Kecamatan Bawolato yang termotivasi dari proyek
perubahan Diklatpim III bertema Optimalisasi Pencatatan Sipil Melalui
Pelayanan Langsung di Kecamatan serta keikutsertaan dalam Pameran
Pembangunan Kabupaten Nias Tahun 2015, Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Nias mencoba merancang suatu kegiatan
pelayananan administrasi kependudukan secara langsung, yang terpadu
dan terintegrasi serta melibatkan seluruh bidang pelayanan yang ada.”
(wawancara tanggal 28 Juni 2016)

“apalagi saat itu, kegiatan di Bidang Dalduk (Pengendalian Penduduk),


yaitu Pelayanan Langsung KK dan KTP Elektronik di Masing-masing
Kecamatan yang sudah ada dalam APBD 2015 tidak jadi dilaksanakan.
Atas petunjuk pimpinan hal ini kemudian dievaluasi. Sehingga kita
sepakat untuk merencanakan dan mengusulkan kegiatan baru melalui P-
APBD. Ya, kegiatan pelayanan langsung tadi..” (wawancara tanggal 28
Juni 2016)

Namun mengingat keterbatasan waktu, kegiatan Pelayanan Langsung

Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias di

tahun 2015 tersebut hanya dapat dilaksanakan di dua kecamatan, yang

sebelumnya direncanakan akan dilaksanakan di tiga kecamatan, yakni

Kecamatan Sogaedau dan Kecamatan Idanogawo. Terkait tidak

dilaksanakannya pelayanan langsung di satu kecamatan lagi, Ely Justman Zebua

menjelaskan:

“..dari tiga kecamatan yang direncanakan, hanya di Kecamatan


Hiliserangkai yang tidak jadi dilaksanakan. Mengingat saat itu telah
masuk Bulan Desember 2015, sehingga pimpinan memutuskan untuk
lebih berkonsentrasi kepada penyelesaian administrasi
pertanggungjawaban keuangan selama Tahun Anggaran 2015.”
(wawancara tanggal 29 Juni 2016)

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Artinya, pelaksanaan pelayanan langsung akan dirampungkan selama

tiga bulan terakhir di tahun 2015. Setiap bulannya akan dilaksanakan pelayanan

langsung di tiga kecamatan yang telah direncanakan. Namun rencana pelaksanaan

pelayanan langsung di Bulan Desember batal dilaksanakan dengan pertimbangan

lebih mengutamakan penyelesaian administrasi pertanggungjawaban pelaksanaan

anggaran Tahun Anggaran 2015. Apabila dipaksakan dilaksanakan, tentu juga

akan menghadapi kendala terkait pengajuan anggaran kegiatan dan administrasi

pertanggungjawabannya yang dipastikan akan memakan waktu yang tidak sedikit.

Untuk Tahun Anggaran 2016, kegiatan Pelayanan Langsung

Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias

kembali diajukan dan mengalami peningkatan anggaran yang signifikan di dalam

APBD 2016 menjadi Rp. 500.000.000,00. Besarnya anggaran tersebut berasal dari

asumsi diperlukan anggaran sebesar Rp. 50.000.000,00 per kecamatan untuk

pelaksanaan pelayanan langsung tersebut. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, mulusnya pembahasan anggaran kegiatan ini di DPRD tidak terlepas

dari kesuksesan pelaksanaan pelayanan langsung di Kecamatan Bawolato pada

bulan Juni 2015.

Apabila mencermati DPA-SKPD Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias Tahun Anggaran 2016, seyogyanya kegiatan pelayanan langsung

pemrosesan dokumen kependudukan ini dapat dilaksanakan di sepuluh kecamatan

yang ada di Kabupaten Nias dengan asumsi jadwal pelaksanaan idealnya dapat

memakan waktu satu bulan untuk pelaksanaan di satu kecamatan. Jika hal tersebut

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


dapat berjalan baik, diperkirakan pelaksanaan kegiatan ini memakan waktu

selama sepuluh bulan.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini termasuk dalam kategori kegiatan

utama yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias sebagai representasi dari implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan

administrasi kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 24 Tahun

2013. Sesuai dengan nama kegiatannya, pelayanan ini bersifat langsung yang

mana Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias akan hadir

memberi pelayanan langsung kepada masyarakat, menerima, menverifikasi dan

memproses berkas pengurusan dokumen kependudukan dari masyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, pada kegiatan pengumpulan data

selanjutnya melalui observasi, wawancara dan penelusuran dokumen, peneliti

menfokuskan pada penggalian informasi seputar pelaksanaan kegiatan pelayanan

Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten

Nias.

Setelah sebelumnya mencoba merancang dan mengusulkan beberapa

kegiatan berpola stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan, namun

pada akhirnya program kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias diyakini merupakan kegiatan

pelayanan administrasi kependudukan yang didasari prinsip stelsel aktif pada

pelayanan. Dengan kata lain, kegiatan tersebut merupakan implementasi dari

kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan. Keterpaduan,

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


sinergitas dan pelaksanaan yang melibatkan seluruh elemen pelayanan merupakan

hal penting yang membedakan kegiatan ini dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

4. 3. 2. Perubahan Apa Yang Terjadi? (What’s Happening?)

Ripley dan Franklin mengemukakan perspektif terakhir terkait dengan

implementasi kebijakan yaitu suatu perspektif yang akan melihat perubahan yang

terjadi setelah program dilaksanakan. Apakah implementasi kebijakan pelayanan

langsung pemrosesan dokumen kependudukan di kecamatan telah mencapai

tujuannya? Apabila tidak terjadi perubahan, mengapa? Apa faktor-faktor apa yang

menyebabkannya?

Kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan

bertujuan untuk meningkatkan persentase penduduk yang telah melakukan

perekaman data dan telah memiliki dokumen kependudukan. Demikian pula

tujuan dari program kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias yang ditujukan untuk

meningkatkan persentase penduduk Kabupaten Nias yang telah merekam datanya

dan memiliki dokumen kependudukan.

Dari data laporan kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias, dapat dilihat output kegiatan

sebagai berikut:

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen
Kependudukan yang Dilaksanakan di Kecamatan Sogaeadu
dan Kecamatan Idanogawo Tahun 2015

Dokumen Kependudukan
No. Kecamatan Kartu Akta Akta Akta Akta
KTP
Keluarga Lahir Kawin Cerai Mati
1. Sogaeadu 351 804 112 48 - 1
2. Idanogawo 561 15 240 61 - 24
Jumlah... 912 819 352 109 0 25
Sumber : Data SIAK Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Tahun 2015

Tabel diatas menggambarkan bahwa masyarakat di kedua kecamatan

lebih banyak yang mengurus kartu keluarga dan kartu tanda penduduk. Sedangkan

hasil pelaksanaan pelayanan langsung pada Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen


Kependudukan di Lima Kecamatan Tahun 2016

Dokumen Kependudukan
No. Kecamatan Kartu Akta Akta Akta Akta
KTP
Keluarga Lahir Kawin Cerai Mati
1. Hiliserangkai 263 327 396 39 - 23
2. Ma‟u 197 148 371 23 - 15
3. Somolo-molo 347 335 741 72 - 44
4. Ulugawo 241 274 433 39 - 24
5. Bawolato 514 454 820 77 - 40
Jumlah... 1562 1538 2761 250 0 146
Sumber : Data SIAK Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Tahun 2016

Dari data tersebut diatas, peneliti mengasumsikan bahwa pelaksanaan

kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di

Kecamatan se-Kabupaten Nias telah memberikan hasil yang baik dengan

antusiasme masyarakat dalam mengurus dokumen kependudukan di kecamatan

walau belum signifikan mengingat kegiatan ini baru dilaksanakan sejak bulan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Oktober 2015. Mendapatkan output yang selaras dengan tujuan dari suatu

pelaksanaan kebijakan merupakan tahapan akhir dari rangkaian implementasi

kebijakan yang mana output yang dihasilkan dapat menjadi jawaban apakah

implementasi kebijakan itu berhasil atau tidak, perlu diteruskan pelaksanaannya

atau tidak.

Untuk mempertajam perspektif ini, peneliti mewawancarai salah seorang

warga masyarakat bernama Ameyanus Telaumbanua, umur 31 tahun, warga Desa

Tetehosi, Kecamatan Idanogawo yang diwawancarai ketika sedang berada di

Kantor Camat Bawolato. Yang bersangkutan datang ke Kecamatan Bawolato

untuk mengurus dokumen kependudukan dalam pelayanan langsung pemrosesan

dokumen kependudukan yang diadakan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias dari tanggal 27 Juni – 1 Juli 2016. Ameyanus Telaumbanua

mengatakan:

“adanya pelayanan langsung ini sangat membantu kami masyarakat.


Pertama dulu, karena kami warga, tidak mesti jauh-jauh datang ke
Gunungsitoli. Berapa uang kami habis untuk bayar RBT 63 atau jika yang
ada kreta64 maka berapa uangnya untuk beli minyak65. Kedua,
seandainya ada kekurangan berkas, dapat cepat kami upayakan. Karena
jaraknya dengan rumah tidak begitu jauh, sehingga tidak lama
perjalanan” (wawancara tanggal 30 Juni 2016)

63
RBT merupakan istilah yang dipakai mayoritas warga di Kepulauan Nias untuk menamai ojek
motor.
64
Kreta merupakan nama lain dari Sepeda Motor atau Kendaraan Roda Dua.
65
Minyak dalam konteks kalimat diatas dimaknai sebagai bensin atau premium, bahan bakar
kendaraan bermotor.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Di samping itu, peneliti juga mewawancari warga masyarakat lainnya

bernama Tahali Waruwu alias Ama Sedari Waruwu, umur 54 tahun. Tahali

Waruwu, warga Desa Sindrondro, Kecamatan Bawolato mengatakan66:

“...berkas saya kalau saya urus ke Kantor Dinas Kependudukan, saya


harus luangkan waktu selama dua hari paling tidak. Kalau di
Gunungsitoli, iya kalau berkas saya sudah bagus dan langsung diterima.
Kalau masih ada kekurangan, saya harus pulang dulu. Karena jauh,
besoknya baru bisa datang lagi. Nah, kalau ada pelayanan di kantor
camat seperti ini, yah luangkan waktu sehari penuhlah. Cukup dengan
uang sepuluh ribu untuk ongkos dan kebutuhan lainnya. Hanya itu
keuntungan kalau ada pelayanan di lapangan ini, uang kita tidak banyak
terbuang untuk ongkos..” (wawancara tanggal 30 Juni 2016)

Di tempat yang berbeda, peneliti juga mewawancarai, Aliyus Waruwu,

umur 42 tahun, Kepala Desa Lasara Siwalubanua Kecamatan Ma‟u,67 yang

mengatakan:

“...sebagai aparat desa, kami dapat mengatakan pelayanan langsung ini


sangat membantu masyarakat. Kehadiran para petugas di Kantor Camat
Ma‟u memperpendek jarak tempuh masyarakat dalam mengurus
dokumen mereka. Sebenarnya inilah yang diharapkan masyarakat.
Pegawai disduk itu datang melayani. Selama ini masyarakat tidak datang
mengurus itu karena jarak tempuh yang jauh tadi. Apalagi kami yang di
Ma‟u, kondisi jalannya seperti yang Bapak tahu sendiri, hanya dapat
dilalui roda dua jika tidak hujan. Baru belakangan ini roda empat bisa
masuk, itupun hanya sampai kecamatan.” (wawancara tanggal 4 Juli
2016)

66
Tahali Waruwu alias Ama Sedari Waruwu diwawancarai ketika sedang berada di Kantor Camat
Bawolato untuk mengurus KTP anaknya dalam pelayanan langsung pemrosesan dokumen
kependudukan yang diadakan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dari tanggal
27 Juni – 1 Juli 2016. Tempat tinggal Tahali Waruwu berjarak ±7 km dari Kantor Camat
Bawolato.
67
Yang bersangkutan diwawancarai pada tanggal 4 Juli 2016, di ruang tunggu loket pelayanan
Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Peneliti juga mewawancarai Hasa‟aro Zai68, warga Desa Holi Kecamatan

Ulugawo, yang mengatakan:

“...ya, sangat terbantu, kami tidak harus datang ke Gunungsitoli untuk


urus berkas. Berapa saja biaya untuk itu. Ongkos, beli bensin kreta,
makan. Lha, belum kalau berkasnya langsung diterima, kalau masih ada
yang kurang bagaimana? Kalau bisa sering-sering maunya ke Ulugawo..”
(wawancara tanggal 4 Juli 2016)

Hasil wawancara tersebut memperlihatkan bagaimana Ameyanus

Telaumbanua, Tahali Waruwu, Aliyus Waruwu dan Hasa‟aro Zai, mengapresiasi

positif pelaksanaan kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias. Dapat disimpulkan bahwa

kegiatan tersebut memberikan pengaruh signifikan kepada masyarakat.

Jarak antara kecamatan-kecamatan di Kabupaten Nias dengan

Gunungsitoli sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Nias dimana Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias juga berada, merupakan

persoalan utama yang dirasakan sebagian besar masyarakat Kabupaten Nias.

Persoalan jarak yang jauh pararel dengan persoalan biaya yang identik dengan

ongkos yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sebagai biaya transportasi dan

akomodasi.

Dalam konteks ini, terdapat beberapa faktor yang turut memberi

pengaruh signifikan terhadap pelaksanaan kebijakan. Untuk mengelaborasinya,

ada lima parameter yang dikemukakan oleh Ripley dan Franklin dalam kaitannya

dengan perspektif What‟s Happening? and Why? sebagaimana dijelaskan lebih

lanjut dibawah ini.

68
Wawancara dilakukan di ruang tunggu loket pelayanan Kantor Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Nias

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


4. 3. 2. 1. Banyaknya Aktor Yang Terlibat

Kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di

Kecamatan se-Kabupaten Nias dilaksanakan dengan terpadu dan melibatkan

seluruh elemen Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebagai

pelaksana kebijakan. Berikut kutipan wawancara dengan Yanueli Nazara, BA

ketika peneliti menanyakan mengenai sumberdaya yang dimiliki oleh Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias saat ini :

“dalam pengamatan saya, sumberdaya yang kita miliki saat ini


sebenarnya masih kurang dari segi kuantitas. Jumlah keseluruhan PNS
ada sekitar 25 orang, termasuk Kepala Dinas. Sedangkan honorer 16
orang. Inilah yang kita berdayakan saat ini dalam pelayanan langsung.
Kebanyakan mereka sudah lama berdinas disini, jadi tidak asing lagi
dengan pelayanan kependudukan. Memang, beberapa kali saya meminta
tambahan pegawai melalui BKD, tapi belum juga ada tambahan.”
(wawancara tanggal 27 Juni 2016)

Data kepegawaian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias memberikan gambaran tingkat pendidikan PNS dan Tenaga Honorer sebagai

berikut:

Tabel 4.8.
Gambaran Tingkat Pendidikan PNS dan Tenaga Honorer pada
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Tingkat Pendidikan
Uraian
SMA D III Strata I Strata II
PNS 9 4 11 1
Tenaga Honorer 8 - 8 -
Jumlah.... 17 4 19 1
* Diolah dari data Sub Umum dan Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias.

Tabel diatas menunjukkan bahwa personil PNS dan Tenaga Honorer

yang bertugas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


memiliki latar belakang pendidikan yang bervariasi. Terdapat 11 orang PNS dan 8

orang tenaga honore yang berpendidikan Sarjana (S-1). Selebihnya berpendidikan

SMA dan D III. Selain itu terdapat satu orang PNS yang berpendidikan Magister

(S-2).

Mengenai jumlah personil yang dilibatkan dalam pelaksanaan pelayanan

langsung tersebut, Tehesokhi Hulu, S.IP., menuturkan:

“Personil yang ditugaskan berjumlah 10 (sepuluh) sampai 15 (lima belas)


orang setiap harinya. Terdiri dari PNS dan juga adik-adik kita tenaga
honorer yang bekerja dalam kapasitas sebagai operator entry data. Seperti
yang saya katakan tadi, mereka dijadwal, dirotasi. Ada yang bertugas dua
hari atau tiga hari. Demikian juga Kepala Bidang, yang harus ada stand
by di lokasi. Mengapa? Selain menjadi koordinator personil di lapangan,
para Kepala Bidang ini menjadi tempat penyelesaian akhir jika ada
permasalahan yang tidak bisa di handle oleh staf selama pelayanan
langsung.” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)

Personil yang ditugaskan dalam kegiatan pelayanan langsung merupakan

personil-personil PNS dan Tenaga Honorer dari Bidang Pencatatan Sipil, Bidang

Pengendalian Penduduk, Bidang SIAK dan Sekretariat Dinas yang mendapat

penugasan dari Kepala Instansi Pelaksana Pelayanan Administrasi Kependudukan,

dalam hal ini Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabuaten Nias.

Perpaduan personil dari berbagai bidang penugasan ini mencerminkan bahwa

kemampuan dan pengetahuan masing-masing personil mengenai pelayanan

administrasi kependudukan sangat baik dan tidak jauh berbeda antara yang satu

dengan yang lain.

Bertugas jauh dari kantor dan berada di lokasi pelayanan selama

beberapa hari, tentu membutuhkan energi. Sehingga penyusunan jadwal yang

memungkinkan setiap personil dapat bertugas dengan energi terbaik merupakan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


strategi yang mumpuni, selain tetap menjaga operasional pelayanan di loket

kantor. Dalam penuturannya, Tehesokhi Hulu, S.IP. mengatakan bahwa lamanya

pelayanan pada umumnya berkisar lima hari kerja yang selalu diupayakan dimulai

di hari Senin dan berakhir di hari Jumat dalam minggu berjalan.69

Selain melibatkan personil internal, keterlibatan pihak lain juga turut

menentukan berjalan tidaknya pelaksanaan pelayanan langsung. Hal yang tidak

kalah pentingnya tergambar dari kutipan wawancara dengan Nisman Zalukhu,

SH, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Nias, berikut ini:

“Kita surati Pak Camat tentang rencana kegiatan pelayanan kita.


Menginformasikan hari dan tanggal pelayanan serta meminta Camat agar
hal ini disebarluaskan kepada masyarakat di wilayahnya melalui Kepala
Desa. Kita juga meminta dukungan Pak Camat untuk menyediakan lokasi
atau ruangan di Kantor Camat dimana kita bisa mengadakan pelayanan
itu. Yang dapat menampung banyak oranglah. Karena pastinya akan ada
banyak masyarakat saat itu.” (wawancara tanggal 29 Juni 2016)

Pemberitahuan kepada Camat memiliki esensi yang sangat vital terhadap

pelaksanaan kegiatan. Pertama, bahwa dalam konteks adat orang timur, hal ini

sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah. Keberadaan Camat yang

dianggap „memiliki wilayah‟ begitu berpengaruh di kecamatan. Kedua, dukungan

yang akan diberikan pihak Kantor Camat tentu akan memberikan nilai tersendiri

bagi kelancaran dan kesuksesan pelayanan langsung. Ketiga, pemberitahuan

tersebut juga sekaligus bentuk sosialisasi kepada masyarakat terkait pelaksanaan

kegiatan. Camat akan memerintahkan para Kepala Desa di wilayahnya untuk

meneruskan informasi pelaksanaan pelayanan langsung kepada masyarakat


69
Wawancara dengan Tehesokhi Hulu, S.IP., Kepala Bidang Pencatatan Sipil Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, pada tanggal 28 Juni 2016, lokasi kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


sekaligus instruksi tak langsung agar para jajaran pemerintahan desa siap

membantu dan mengakomodir penyiapan berkas pengurusan dari masyarakat di

desanya masing-masing.

Pemberitahuan kepada Camat dilakukan paling cepat seminggu sebelum

hari pelaksanaan kegiatan dimulai.70 Hal ini dimaksudkan supaya pihak Kantor

Camat memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk meneruskan informasi serta

mempersiapkan lokasi yang hendak digunakan dalam pelaksanaan kegiatan

pelayanan langsung tersebut.

Selain itu, pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung ini turut melibatkan

personil TNI dan Polri yang berasal dari Komando Rayon Militer dan Kepolisian

Sektor setempat. Walau tidak terlibat secara langsung dalam pelayanan, kehadiran

personil TNI dan Polri ini diharapkan mampu memberikan rasa aman dan nyaman

bagi pelaksana pelayanan dan juga masyarakat yang mengurus dokumen

kependudukan mereka. Harus dimaklumi bahwa dalam kegiatan pelayanan

administrasi kependudukan ini, masih ditemukan warga yang sering merasa tidak

puas terhadap pelayanan yang diberikan. Seperti yang terjadi pada pelayanan

langsung di Bawolato di hari kedua yang mana seorang warga membuat keributan

hanya karena berkasnya ditolak karena tidak melewati verifikasi petugas. Padahal

sebenarnya yang bersangkutan masih memiliki waktu untuk memenuhi

kekurangan berkasnya.71

70
Wawancara dengan Nisman S. Zalukhu, SH, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, pada tanggal 28 Juni 2016, lokasi kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.
71
Observasi langsung yang dilakukan peneliti pada Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen
Kependudukan di Kecamatan Bawolato, terlihat seorang warga memperlihatkan kekecewaanya
dengan mengucapkan kata-kata kasar yang menimbulkan keributan setelah berkasnya tidak lolos

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil wawancara serta penjelasan diatas peneliti menyimpulkan

bahwa dalam pelaksanaan program kegiatan tersebut, terdapat beberapa unsur

aktor yang terlibat yaitu unsur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias, unsur Camat dan jajarannya dari kecamatan lokasi pelaksanaan pelayanan,

dan unsur aparat keamanan dalam hal ini pihak Kepolisian Sektor dan Komando

Rayon Militer di kecamatan setempat.

4. 3. 2. 2. Kejelasan Program

Semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan, maka kebijakan tersebut

akan mudah diimplementasikan, sehingga pelaksana kebijakan mudah memahami

dan menerjemahkan dalam tindakan nyata. Tehesokhi Hulu, S.IP, Kepala Bidang

Pencatatan Sipil menjelaskan:

“...sudah pasti, apabila sebuah kegiatan sudah final dalam perencanaan


maka harus tertuang dalam APBD. Kalau tidak, kegiatan tersebut masih
dalam taraf rencana. Jelas dalam perencanaan tapi tidak bisa
dilaksanakan karena belum masuk APBD...” (wawancara tanggal 28 Juni
2016)

Peneliti menyimpulkan bahwa kejelasan program kegiatan dibuktikan

dengan tertampungnya kegiatan tersebut dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA) SKPD. Oleh karena itu, peneliti memadukan hasil wawancara diatas

dengan data dari DPA SKPD Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Nias Tahun Anggaran 2015 dan Tahun Anggaran 2016.

verifikasi karena yang bersangkutan mempergunakan fotocopy KTP saksi yang sudah tidak
berlaku lagi untuk pengurusan akta kelahiran. Saat itu petugas menyarankan untuk mengganti
fotocopy KTP saksi tersebut dengan fotocopy KTP saksi yang lain yang belum expired.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Dari dokumen DPA tersebut, ditemukan bahwa untuk pertama kalinya

kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di

Kecamatan se-Kabupaten Nias terakomodir dalam P-APBD Kabupaten Nias

Tahun 2015 dengan nomor kegiatan 1.10.1.10.01.15.14 dan kemudian

penganggarannya diteruskan dalam APBD Kabupaten Nias Tahun 2016 dengan

nomor DPA SKPD 1.10.1.10.01.15.14.5.2. Data tersebut juga memperjelas status

kegiatan sebagai salah satu program penting yang harus dilaksanakan dalam tahun

anggaran berjalan.

Jika mengacu pada rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran, kejelasan

program kegiatan ini diuraikan penggunaan anggarannya untuk:

a. Bantuan keuangan kepada petugas keamanan; petugas keamanan yang

dilibatkan dalam setiap pelaksanaan pelayanan langsung di kecamatan berasal

dari personil TNI (Koramil) atau POLRI (Polsek atau Polpos). Selama lima

hari pelaksanaan, personil keamanan ini bertugas mengawasi dan menjaga

stabilitas keamanan lingkungan sekaligus membantu pelaksana pelayanan

dalam mengarahkan warga dan memberikan informasi terkait pelayanan

langsung tersebut. Kepada para petugas keamanan yang telah ditugaskan oleh

satuannya masing-masing diberikan biaya transportasi dan akomodasi

secukupnya sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa lelahnya pada

pelaksanaan kegiatan tersebut.

b. Belanja alat tulis kantor; anggaran ini diperuntukkan untuk pembelanjaan

kebutuhan alat tulis kantor seperti kertas, pulpen, hekter dan lain kebutuhan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


lainnya yang diperkirakan diperlukan selama pelaksanaan kegiatan pelayanan

langsung.

c. Belanja alat listrik dan elektronik; diperuntukkan untuk biaya pembelian

perlatan dan perlengkapan listrik dan elektronik untuk mendukung kegiatan

pelayanan.

d. Jasa publikasi; untuk menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan

pelayanan langsung tersebut diperlukan publikasi.

e. Belanja cetak dan penggandaan; dalam setiap pelaksanaan pelayanan

langsung, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias selalu

menyediakan formulir-formulir pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

dalam jumlah banyak sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada masyarakat

sehingga masyarakat tidak terbebani untuk menfotocopy formulir-formulir

tersebut.

f. Sewa sarana mobilitas darat; untuk menjangkau daerah-daerah tertentu seperti

Kecamatan Ma‟u, Kecamatan Somolo-molo dan Kecamatan Ulugawo,

instansi pelaksana pelayanan langsung terkadang harus menyewa kendaraan

roda empat dengan spesifikasi kendaraan yang mampu melewati daerah-

daerah dengan topografi wilayah yang ekstrim.

g. Anggaran untuk biaya perjalanan dinas dalam daerah.

Biaya perjalanan dinas dalam daerah merupakan anggaran yang paling

banyak dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung. Pada APBD 2016

tercantum anggaran untuk perjalanan dinas kegiatan ini berjumlah Rp.

440.000.000,00 (empat ratus empat puluh juta rupiah) atau mencapai 88%

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


dari total anggaran kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias. Anggaran perjalanan dinas

dalam daerah tersebut dirancang dan ditetapkan mempedomani Keputusan

Bupati Nias Nomor 640/717/K/2015 tanggal 31 Desember 2015 tentang

Standar Satuan Biaya Perjalanan Dinas Berdasarkan Wilayah Tujuan

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Oleh Pejabat, Pegawai Negeri dan Pegawai

Tidak Tetap di Lingkup Pemerintah Kabupaten Nias Tahun Anggaran 2016.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelayanan

langsung tersebut merupakan program kegiatan yang jelas keberadaannya dan

telah melalui proses perencanaan, pengusulan dan pengesahan oleh lembaga

legislatif sehingga kejelasan program kegiatan tersebut terlihat dari

tertampungnya program kegiatan dalam APBD dan APBD Perubahan Kabupaten

Nias.

4. 3. 2. 3. Kerumitan Program Terkait Dengan Dinamisnya Petunjuk

Pelaksanaan Yang Dibuat

Dari observasi langsung yang dilakukan terhadap pelaksanaan program

kegiatan pelayanan langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan

se-Kabupaten Nias di Kecamatan Bawolato pada tanggal 27 Juni 2016 – 1 Juli

2016 yang bertempat di Kantor Camat Bawolato, terlihat bahwa pelaksanan

kegiatan pelayanan langsung merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak terlalu

rumit apabila mencermati kedinamisan petunjuk pelaksanaan.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa

pelayanan langsung yang dilaksanakan pada prinsipnya merupakan kegiatan

pelayanan loket yang dipindahkan aktivitasnya di kantor camat sebagai lokasi

pelaksanaan kegiatan. Apa yang dilakukan oleh personil yang bertugas di loket

kantor tidak jauh berbeda dengan apa yang akan dilaksanakan oleh personil

pelaksana pelayanan langsung di kecamatan yang pada umumnya adalah

menerima dan menverifikasi berkas pengurusan dokumen kependudukan.

Demikian halnya peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan selama kegiatan

pelayanan langsung yang pada umumnya sama dengan apa yang dipergunakan

staf loket pelayanan.

Selain itu, rumit dan dinamisnya isi suatu program kegiatan dapat dilihat

dari adanya petunjuk pelaksanaan kebijakan yang tercermin dari pembuatan

standart operasional prosedur (SOP) pelaksanaan kegiatan tersebut. Hasil

wawancara peneliti dengan Bapak Drs. Aluizaro Gulo72, Sekretaris Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, mengatakan:

“...ya, SOP ini kita pernah buat. Tapi kalau tidak salah, SOP yang
berkaitan dengan pelayanan kita di loket kantor. Yang secara spesifik
untuk pelayanan langsung di kecamatan...kita tidak ada... Kalau dibilang
perlu, ya pasti perlu SOP. Sebagai standar, pedoman...kita coba lihat
kedepan untuk membuat SOP pelayanan langsung...”

72
Wawancara dengan Bapak Drs. Aluizaro Gulo dilaksanakan di ruang kerjanya di Kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias tanggal 15 Juli 2016. Beberapa hari setelahnya,
beliau sakit dan sempat opname di rumah sakit. Selepas dari rumah sakit, beliau harus istirahat
dirumah untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik bahkan sampai dengan penelitian ini
berakhir beliau masih belum berdinas seperti biasa.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Ketika hal yang sama ditanyakan kepada Tehesokhi Hulu, S.IP, beliau

mengatakan:

“..standar pelayanan di loket kita sudah punya. Telah ditandatangani oleh


Pak Kadis. Namun khusus untuk pelayanan langsung kita belum
buat....kan masih belum lama kita laksanakan. Kita lihat nantilah. Untuk
saat ini, kita coba terapkan model pelayanan loket saat pelaksanaan
pelayanan langsung di kecamatan. Nggak jauh berbeda. Tapi tidak
tertutup kemungkinan kedepan, jika perlu, kita kaji untuk penyusunan
SOP pelayanan langsung...” (wawancara tanggal 15 Juli 2016)

“..untuk sementara kita pedomani saja ketentuan-ketentuan dalam


peraturan-peraturan yang ada. Beberapa Permendagri serta Surat-surat
Edaran yang ada dan relevan dengan pelayanan langsung ini, kita ikuti,
kita coba terapkan saat pelayanan langsung. Kita juga konsultasi. Di
masa Mendagri sekarang, banyak peraturan-peraturan baru keluar. Itu
sangat membantu kita di lapangan.“ (wawancara tanggal 15 Juli 2016)

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa Standar Operasional

Prosedur (SOP) untuk pelaksanaan kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan

Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias belum ada. Sehingga

mekanisme pelayanan administrasi kependudukan di loket kantor menjadi

pedoman dalam pelaksanaan pelayanan langsung dengan tetap mengacu pada

sejumlah peraturan-peraturan yang berlaku.

Lebih lanjut mengenai bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan, berikut

penuturan Tehesokhi Hulu, S.IP. :

“untuk melaksanakannya, kita susun Tim dan kita tugaskan berdasarkan


Surat Tugas dari Bapak Kepala Dinas. Kita susun jadwal, bergantian
setiap harinya. Kita upayakan demikian agar loket kita di kantor juga
tetap buka untuk menerima berkas.” (wawancara tanggal 15 Juli 2016)

Selanjutnya ditambahkan oleh Tehesokhi Hulu, S.IP., :

“nah, setelah Surat Tugas di tanda tangani Pak Kadis, personil yang turun
ke lapangan akan di briefing. Memang kita tidak ragu lagi sebenarnya
dengan kemampuan personil kita. Karena ini tugas-tugas rutin yang
setiap hari dihadapi. Penguasaan mereka terhadap apa yang harus

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


dilakukan sudah bagus. Briefing ini hanya penguatan saja, mengingatkan
hal-hal penting yang harus dilakukan dan menyampaikan informasi-
informasi terbaru tentang pelayanan apabila ada.” (wawancara tanggal 15
Juli 2016)

Wawancara diatas menggambarkan tidak adanya kompleksitas

pelaksanaan kegiatan tersebut. Yang membedakannya dengan pelayanan di loket

kantor adalah diperlukannya surat tugas bagi seluruh personil yang terlibat serta

adanya pembagian jadwal pelayanan bagi personil. Sebelum turun ke lokasi

pelayanan, briefing perlu dilakukan sehingga nantinya personil saling

mengingatkan, saling menguatkan, saling meyakinkan, apabila di dalam

penugasan pelayanan menghadapi permasalahan.

4. 3. 2. 4. Peran Unit-unit Pemerintah

Yang dimaksud dalam sub bagian ini adalah partisipasi dan dukungan

dari semua unit pemerintahan yang terlibat dan berkepentingan dalam

implementasi kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di

Kecamatan se-Kabupaten Nias sebagai wujud implementasi kebijakan stelsel aktif pada

pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias.

Bagaimana para stakeholder berpartisipasi dalam implementasi kebijakan

kegiatan pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan di kecamatan?

Mulai dari tingkat kabupaten hingga desa, tentu memiliki peran yang berbeda-

beda.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Terkait dengan kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan, Bowoli Zandroto73, selaku Ketua Komisi A DPRD

Kabupaten Nias memberi tanggapannya:

“kegiatan yang satu ini terobosan. Idenya sangat bagus, jemput bola.
Apalagi ini amanah dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.
Disdukcapil diwajibkan mendatangi warga untuk melakukan pemrosesan
dokumen kependudukan mereka. Sebagai wakil rakyat, saya sangat
senang jika ada program pemerintah yang seperti itu. Pemerintah aktif
mendatangi warga. Untuk masyarakat Kabupaten Nias, hal seperti itu
sangat membantu sekali. Tidak ada alasan bagi kita (DPRD Kabupaten
Nias) untuk tidak mengakomodir usulan kegiatan seperti itu. Bahkan
kalau bisa jangan hanya sampai kecamatan, Disdukcapil harus sampai ke
tingkat desa atau dusun bahkan door to door kerumah-rumah warga.
Sehingga tahu mana yang belum punya mana yang sudah punya. Karena
hanya dengan seperti itu warga bisa mengurus dokumen
kependudukannya...” (wawancara tanggal 12 Juli 2016)

Penjelasan dari Bowoli Zandroto menguatkan adanya dukungan yang

baik dari lembaga legislatif terhadap kegiatan pelayanan langsung ini. Apresiasi

yang dilontarkan bahkan mengarah pada suatu ekspektasi terhadap pelayanan

yang dapat menjangkau masyarakat dari rumah ke rumah. Hal ini menyiratkan

adanya kepedulian lembaga legislatif terhadap pelayanan kepada masyarakat

dalam memperoleh dokumen kependudukan.

Kolaborasi eksekutif – legislatif akan menghasilkan pengesahan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sehingga selanjutnya kegiatan-

kegiatan yang tertampung dalam APBD tersebut akan ditindaklanjuti untuk

dilaksanakan.

Dukungan lainnya disampaikan oleh Jellysman B. Geya, S.STP, M.Si.,

Camat Idanogawo74, yang mengatakan “...tentu kita dukung. Selama kita bisa

73
Wawancara dengan Bapak Bowoli Zandroto dilaksanakan secara aksidental pada tanggal 12 Juli
2016 di Kantor DPRD Kabupaten Nias.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


fasilitasi, kita fasilitasi. Apapun yang dibutuhkan oleh Disdukcapil. Kegiatan ini

juga kan merupakan bagian dari pekerjaan Kantor Camat.”

Selanjutnya, beliau mengatakan:

“...sejauh ini, Disdukcapil biasanya meminta kita untuk menyediakan


ruangan sebagai tempat pelayanan. Lengkap dengan meja dan kursi. Juga
listrik. Kalau padam, ada genset kita. Namun saya dapat info, di tahun ini
pencetakan dokumen tidak lagi dilakukan di lokasi..”

Geya mempertegas dukungannya terhadap kegiatan pelayanan dengan

mengatakan:

“...bahkan kami menghimbau para kades untuk tidak mempersulit warga


dan harus membantu warga yang kesulitan menyiapkan berkas
pengurusannya. Kalau bisa, selama hari pelayanan, para kades kita
himbau tidak berpergian ke laur wilayahnya kecuali ada urusan yang tak
terelakkan.”

Penjelasan dari Jellysman B. Geya, S.STP., M.Si. tersebut

memperlihatkan peranan yang berkaitan antara pihak Kantor Camat dan aparat

pemerintah desa dalam hal ini kepala desa. Dalam pelaksanaan pelayanan

langsung, peran kepala desa menjadi begitu penting karena langsung berhadapan

dengan masyarakat. Selain itu beberapa formulir pengurusan dokumen

kependudukan juga membutuhkan tanda tangan para kepala desa.

Peneliti juga berhasil mewawancarai Sersan Dua TNI Buala Hulu,

anggota Komando Rayon Militer Bawolato. Yang bersangkutan mengatakan

“...bagus, masyarakat terbantu. Dan kami pun bersama teman-teman Polri merasa

ikut berpartisipasi bisa membantu. Kami berterimakasih diberi kesempatan

membantu kegiatan ini..” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)

74
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2016, di ruang kerja Camat Idanogawo
Kabupaten Nias.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Brigadir Dua Polisi Eben Panjaitan, anggota Kepolisian Sektor Bawolato

pada saat yang sama turut memberikan apresiasinya dengan mengatakan:

“....daripada hanya duduk-duduk dipiket sana bang, kan lebih baik ikut
membantu seperti ini. Ada yang bisa kami lakukan. Bukan masalah uang
transportnya, tapi menjaga ketertiban di lokasi pelayanan ini juga sudah
menjadi tugas kewajiban kami sebenarnya...” (wawancara tanggal 28
Juni 2016)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa keterlibatan personil Polsek

dan Koramil ini dilakukan atas permintaan resmi Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Nias.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebagaimana terdeskripsikan

diatas, peneliti menyimpulkan bahwa unit-unit pemerintah berpartisipasi

berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Partisipasi tersebut telah

optimal dilakukan dan memberi pengaruh signifikan terhadap pelaksanaan

kegiatan pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan di kecamatan.

4. 3. 2. 5. Faktor-Faktor Kendala Yang Terjadi Di Luar Teknis Implementasi

Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang terjadi di luar teknis

implementasi adalah faktor yang tidak terkendali (yang telah melampaui batas

kontrol dari implementor) yang secara tidak langsung berhubungan dengan

implementasi, sehingga dapat menghambat, bahkan menggagalkan implementasi

program yang telah dirancang sebelumnya.

Untuk menggali perihal tersebut diatas, peneliti menanyakan faktor-

faktor diluar kontrol implementator kepada Yanueli Nazara, BA. Yang

bersangkutan mengemukakan:

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


“masih banyaknya didapati warga masyarakat yang mempercayakan
pengurusan KK, KTP dan akta melalui calo menjadi salah satu
faktor yang membuat pelayanan terkadang terkendala. Mengapa?
namanya juga calo. Memanfaatkan kekurangtahuan masyarakat tentang
syarat dan prosedur pengurusan. Mereka meminta uang bensin kepada
warga. Yang sulitnya, apabila setelah diverifikasi, berkas yang dibawa
calo ini memerlukan klarifikasi data lebih lanjut. Makanya banyak nanti
yang ditolak dan harus berulang datangnya” (wawancara tanggal 27 Juni
2016)

Senada dengan hal tersebut, Agusniar Harefa, A.Md, staf Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipl Kabupaten Nias yang sehari-hari terlibat dalam

pelayanan adminitrasi kependudukan, mengatakan:

“Keberadaan perantara pengurusan dokumen kependudukan atau calo ini


pada dasarnya tidak pernah kita persoalkan. Malah saya pikir sangat
membantu masyarakat. Masalah akan muncul apabila berkas-berkas yang
mereka bawa tidak memenuhi syarat. Nah, jika ada data yang akan kita
verifikasi, mereka (para perantara) sulit untuk menjawabnya. Sedangkan
masyarakat si empunya berkas tidak ada”. (wawancara 30 Juni 2016)

Dari wawancara tersebut, terlihat bahwa keberadaan calo atau pihak

perantara berkas menjadi salah satu faktor yang justru dapat menghambat

masyarakat dalam mengurus dokumen kependudukannya melalui kegiatan

pelayanan langsung. Apabila ditelisik lebih jauh, banyaknya warga masyarakat

yang meminta bantuan orang lain untuk mengurus dokumen kependudukan

miliknya atau keluarganya disebabkan oleh banyak hal yang begitu kompleks

untuk diurai satu persatu.

Keberadaan calo ini dikarenakan pemahaman masyarakat yang kurang

tentang syarat dan prosedur pengurusan, walau sebelumnya sosialisasi tentang

pelayanan administrasi kependudukan sering dilakukan dalam setiap

kesempatannya. Selain itu dipengaruhi oleh permasalahan tingkat pendidikan

penduduk Kabupaten Nias yang mayoritas berpendidikan sekolah dasar.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Disamping itu, keseharian mereka yang bergelut dengan mata pencaharian di

sektor pertanian dan perkebunan, sangat meminimalkan persinggungan kehidupan

mereka dengan dunia birokrasi pemerintahan.

Faktor kendala lainnya dalam pelaksanaan pelayanan langsung ini,

muncul dari internal pelaksana pelayanan. Patut menyimak apa yang dikatakan

oleh Tehesokhi Hulu, S.IP berikut ini:

“...banyak hal yang menjadi kesulitan dalam pelayanan di Nias ini. Jika
kita melihat dan membaca beberapa peraturan dalam undang-undang,
misalnya proses pelaporan yang sudah melampaui batas waktu yang
harus memperoleh penetapan pengadilan, ketika yang bersangkutan
sudah lahir tetapi ayah ibunya belum menikah secara negara, hanya
secara adat atau secara agama, apa yang harus dilakukan? Bagaimana
mencatat kelahirannya? Kemudian, dia lahir, tetapi ayahnya tidak jelas,
itu banyak kan, bagaimana mencatat itu? Inilah yang kadang-kadang
membuat kita rancu dalam pelayanan, karena kita libatkan
perasaan. Satu satunya instansi yang seharusnya tidak melibatkan
perasaan adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Contoh lain
perubahan tempat dan tanggal lahir serta tahun lahir. Permendagri Nomor
74 yang mengatakan hal itu tidak boleh dirubah kecuali ada penetapan
pengadilan, tapi kita abaikan selama ini...itu tadi karena perasaan,
banuada...” (wawancara tanggal 25 Juli 2016)

Hasil wawancara dengan Tehesokhi Hulu, S.IP., menggambarkan

bagaimana implementator mengedepankan perasaan dalam pelaksanaan

pelayanan. Contoh yang dikemukakan Tehesokhi Hulu, S.IP adalah terkait

pemrosesan perubahan tempat, tanggal lahir dan tahun lahir seseorang. Peneliti

mensinkronkan hal tersebut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74

Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Elemen Data Penduduk Dalam Kartu

Tanda Penduduk Elektronik.

Dijelaskan dalam Permendagri Nomor 74 Tahun 2015 bahwa elemen

data penduduk terdiri dari elemen data statis yaitu nomor induk kependudukan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


(NIK), tempat tanggal lahir, golongan darah, dan elemen data dinamis yaitu

nama, jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), agama, status perkawinan,

alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal

dikelurkannya KTP-el, serta tanda tangan pemilik KTP-el.

Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan tempat tanggal lahir dan

golongan darah, perbaikannya dapat dilakukan dengan melampirkan dokumen

yang sah75:

a. Untuk tempat tanggal lahir melampirkan Kutipan Akta Kelahiran dan/atau

Ijasah; dan

b. Untuk golongan darah melampirkan surat keterangan medis.

Pasal 4 ayat (1) Permendagri Nomor 74 Tahun 20015 disebutkan bahwa

elemen data dinamis dapat dilakukan perubahan melalui perbaikan kesalahan tulis

redaksional dan penetapan pengadilan atau penetapan dari instansi yang

berwenang. Selanjutnya dijelaskan pada Pasal 5 bahwa:

(1) Perbaikan kesalahan tulis redaksional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (1) huruf a, dilakukan dengan melampirkan persyaratan dokumen

pendukung;

(2) Penetapan pengadilan atau penetapan dari instansi yang berwenang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, dilakukan dengan

melampirkan persyaratan:

a. fotocopy salinan penetapan pengadilan dan menunjukkan salinan

penetapan pengadilan; dan

75
Pasal 3 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Perubahan Elemen Data Penduduk Dalam Kartu Tanda Penduduk Elektronik

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


b. fotocopy penetapan dari instansi yang berwenang dan menunjukkan

penetapan dari instansi yang berwenang.

Data dan hasil wawancara tersebut memperlihatkan bahwa apa yang

sudah diatur dalam peraturan perundang-undang merupakan pedoman bagi

implementator dalam memberikan pelayanan. Menegakkan peraturan perundang-

undangan yang ada merupakan kewajiban implementator. Akan tetapi, seringkali

pelaksana pelayanan administrasi kependudukan melibatkan perasaaan, humanity,

dalam mengimplementasikan kebijakan di lapangan, terlebih jika berhadapan

dengan masyarakat yang realitas kehidupannya serba pas-pasan, berpendidikan

rendah dan sulit memahami segala tetek bengek prosedural birokrasi yang

diamanatkan peraturan perundang-undangan.

Namun penjelasan selanjutnya dari Tehesokhi Hulu, S.IP memberikan

gambaran lain tentang persoalan perubahan nama, tempat lahir serta tanggal dan

tahun lahir di Kabupaten Nias, seperti kutipan wawancara berikut:

“...saya melihat bahwa rata-rata pengurusan perubahan nama, tempat


lahir, tanggal lahir dan tahun lahir, disebabkan oleh kesalahan kita dulu
(sebelum SIAK diberlakukan). Besar kemungkinan saat itu, masa transisi
(menuju sistem online) dan peralatan belum lengkap. Dipikiran
masyarakat, yang penting dulu ada, sedangkan di sisi pegawai yang
menangani, yang penting siap. Akibatnya terjadi kesalahan tanpa
menvalidasi data lagi...”(wawancara tanggal 25 Juli 2016)

Perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 yang memuat tentang pelaksanaan pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil secara on line melalui suatu Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

(SIAK) baru efektif lima tahun sejak undang-undang tersebut diundangkan.

Artinya pelaksanaannya baru dimulai tahun 2011. Walaupun demikian, tahun

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


2011 tersebut merupakan masa transisi mengingat masih banyak daerah yang

belum terfasilitasi atau terkoneksi secara on line sehingga pembangunan data base

kependudukan belum sempurna. Akibatnya, produk-produk dokumen

kependudukan yang dicetak secara manual tanpa validasi data yang sangat rentan

dengan kesalahan input nama, tempat lahir, tanggal lahir dan tahun lahir serta

identitas lainnya.

Hal inilah yang dimasa sekarang ini kembali menjadi permasalahan

pelayanan yang ditemui dilapangan. Hanya saja, untuk mengakomodir perubahan-

perubahan tersebut, pelapor harus mendapatkan penetapan pengadilan terlebih

dahulu. Namun tahapan ini dianggap oleh masyarakat sangat memberatkan dan

menyita banyak waktu, tenaga dan materi. Mencermati beragam realitas keluhan

masyarakat, seringkali para implementator pelayanan langsung, dalam hal ini staf

pelayanan, mengabaikan ketiadaan penetapan pengadilan dalam menverifikasi

berkas pelayanan dengan mengedepankan pertimbangan perasaan sebagai

manusia sosial.

Pemekaran wilayah, baik itu kecamatan maupun desa, juga

berpengaruh terhadap pelayanan langsung. Pada tahun 2012, pemekaran desa

disahkan melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012. Terbitnya Perda ini

menambah jumlah desa di Kabupaten Nias menjadi 170 desa. Tidak lama

berselang, terbit Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan

Kecamatan Sogaeadu yang menambah jumlah kecamatan di Kabupaten Nias

menjadi sepuluh kecamatan. Pemekaran wilayah memberikan dampak pada

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


perubahan nama desa dan nama kecamatan pada dokumen kependudukan

seseorang.

Peneliti mewawancarai seorang warga masyarakat bernama Adilia

Bawamenewi, umur 45 tahun, warga Desa Si‟ofaewali Selatan76, Kecamatan

Bawolato:

“ saya sempatkan ke Kantor Camat hari ini daripada harus ke


Gunungsitoli. Untuk mengurus KK dan KTP kami sekeluarga. Perbaikan
KK dan KTP. Kami harus rubah nama desa di KK dan KTP karena
pemekaran desa waktu itu. Sekarang dusun kami menjadi Desa
Si‟ofaewali Selatan. Pemekaran dari Desa Si‟ofaewali...” (wawancara
tanggal 30 Juni 2016)

Hasil wawancara tersebut menegaskan bahwa pemekaran wilayah, baik

itu desa/kelurahan atau kecamatan, memberi pengaruh pada perubahan data

dokumen kependudukan seseorang.

Kendala lain yang memberi pengaruh besar dalam pelaksanaan kegiatan

pelayanan langsung di kecamatan adalah instabilitas arus listrik. Bukan berarti

ke sepuluh kantor camat yang ada di Kabupaten Nias belum terpasang instalasi

listrik, namun ketidakstabilitan arus listrik di hampir seluruh kantor camat

menjadi salah satu kendala utama bagi kegiatan pelayanan ini. Bahkan listrik

dapat padam dalam jangka waktu yang lama.

Berdasarkan pengamatan (observasi) yang dilakukan peneliti pada

pelaksanaan pelayanan langsung di Kecamatan Bawolato, terlihat bahwa faktor

inilah yang menjadi alasan mengapa selama pelayanan langsung tidak lagi

melakukan pencetakan dokumen kependudukan di tempat. Demikian pula halnya

76
Desa Si‟ofaewali Selatan merupakan salah satu dari 51 desa baru hasil pemekaran pada tahun
2012 berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2012. Berjarak sekitar 4 km dari Desa Si‟ofaewali
sebagai desa induk.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


dengan pengiriman hasil perekaman data penduduk ke server Direktorat Jenderal

Administrasi Kependudukan tidak dapat dilakukan.

Peneliti mewawancarai Martahani Matodang, SH yang ditemui di lokasi

pelayanan, yang mengatakan:

“Kita berkaca dari pelayanan langsung tahun 2015 yang lalu, peralatan
pencetakan dokumen kependudukan yang dibawa ke lokasi pelayanan
banyak yang rusak akibat ketidakstabilan arus listrik. Kondisi ini
memaksa kita hanya menerima dan memverifikasi berkas pengurusan
dokumen kependudukan dari masyarakat. Sedangkan pencetakan
dokumen kependudukan sebagai tindak lanjut dari pelayanan langsung
dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Nias..” (wawancara tanggal 30 Juni 2016)

Tentu saja keadaan ini menjadikan efektivitas dan efisiensi pelayanan

menjadi lebih lama. Produk pelayanan langsung baru akan didistribusikan kepada

masyarakat apabila pencetakan selesai dan dokumen kependudukan telah

ditandatangani oleh kepala instansi pelaksana pelayanan. Pendistribusian ini baru

bisa dilakukan antara 2 – 3 minggu setelah pelayanan langsung berakhir.77

Faktor lainnya yang sangat berpengaruh terhadap implementasi

kebijakan stelsel aktif pada pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias adalah kondisi geografi dan topografi wilayah Kabupaten

Nias. Kondisi topografi berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dimana

tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 – 800 m, yang terdiri dari dataran

rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24%, dari tanah bergelombang

sampai berbukit-bukit 28,8% dan dari berbukit sampai pegunungan 51,2%.

77
Berdasarkan wawancara dengan Tehesokhi Hulu, S.IP, Kepala Bidang Pencatatan Sipil
Kabupaten Nias pada tanggal 28 Juni 2016 bertempat di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Kondisi alam ini dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi, mencapai rata-arat 22

hari per bulan.78

Wilayah Kecamatan Gido, Kecamatan Idanogawo dan Kecamatan

Bawolato berada di pesisir pantai dan telah dilalui oleh jalan propinsi. Sedangkan

ketujuh kecamatan lainnya berada di dataran tinggi dengan topografi berbukit dan

berlembah. Akses jalan menuju kecamatan telah tersedia walau kondisinya tidak

begitu baik. Bahkan di tiga kecamatan, Ulugawo, Ma‟u dan Somolo-molo,

pembangunan sarana dan prasana jalan baru dimulai sejak dua tahun belakangan

ini. Belum lagi jika mencermati akses jalan dari kecamatan menuju desa-desa

yang pada umumnya masih belum diaspal, hanya jalan setapak berbatu dan

berlumpur. Hal ini jugalah yang mendasari kegiatan pelayanan langsung tersebut

sampai saat ini hanya dapat dilaksanakan di kecamatan. Belum dapat menjangkau

desa-desa.

4. 4. Pembahasan

Menurut Ripley dan Franklin, implementasi merupakan tahap yang

sangat menentukan dalam proses kebijakan79. Tanpa implementasi kebijakan yang

efektif, kita tidak dapat menyaksikan dan membuktikan keputusan-keputusan

yang diambil oleh para pembuat kebijakan. Dalam konteks kebijakan pemerintah,

implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat

menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan

pemerintah. Melalui aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan instansi pemerintah,

78
www.niaskab.go.id
79
Samodra Wibawa, dkk. Kebijakan Publik, Jakarta : Intermedia, 1994, hlm. 15

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


tujuan kebijakan dapat diwujudkan dengan melibatkan para pihak yang

berkepentingan (policy stakeholder).

Kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan

merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang termuat dalam Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2013 yang mewajibkan pemerintah, dalam hal ini instansi

pelaksana pelayanan administrasi kependudukan, untuk aktif mendatangi warga

masyarakat dalam memberikan pelayanan tersebut. Adanya kebijakan ini,

menuntut instansi pelaksana pelayanan administrasi kependudukan harus mampu

mengadopsi pola kebijakan tersebut dalam setiap program kegiatan pelayanan

administrasi kependudukan.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang merupakan

salah satu instansi pelaksana pelayanan administrasi kependudukan, memaknai

kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan tersebut dengan

menerapkannya dalam kegiatan yang diberi nomen klatur Pelayanan Langsung

Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias.

Penelitian Helmy Iskandar80 menyimpulkan hal tersebut sebagai bentuk

responsivitas implementator yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan serta mengembangkan

program-program pelayanan sesuai dengan kebijakan dan aspirasi masyarakat.

Program kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias ini awalnya di usulkan pada

pembahasan P-APBD Tahun Anggaran 2015 dengan anggaran sebesar Rp.

80
Helmy Iskandar, Kinerja Organisasi Publik: Studi Kasus Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Magelang, Tesis, Yogyakarta: Magister Administrasi Publik – UGM, 2005.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


90.000.000,00 yang akhirnya disetujui. Kemudian anggarannya meningkat

menjadi Rp. 500.000.000,00 pada APBD Tahun Anggaran 2016. Dalam bahasa

Wildavsky81, besarnya anggaran yang dialokasikan terhadap suatu kebijakan atau

program menunjukkan seberapa besar political will terhadap persoalan yang akan

dipecahkan oleh kebijakan tersebut.

Kehadiran kegiatan pelayanan langsung ini disambut positif oleh

berbagai pihak. Peningkatan anggaran kegiatan pada Tahun Anggaran 2016

merupakan bukti bahwa lembaga legislatif sebagai sarana artikulasi partisipasi

masyarakat mengapresiasi positif kehadiran kegiatan tersebut. Dapat dikatakan

bahwa DPRD Kabupaten Nias memahami bahwa program kegiatan pelayanan

langsung merupakan solusi jitu yang harus dilakukan untuk menyikapi kondisi

kekinian masyarakat Kabupaten Nias.

Di pihak lain, masyarakat sebagai objek pelayanan administrasi

kependudukan benar-benar merasakan efek linier dari pelaksanaan kegiatan

tersebut yang efektif memperpendek jarak pelayanan. Sebelumnya pelayanan

administrasi kependudukan tersentralisasi di loket pelayanan Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang berlokasi Kota

Gunungsitoli. Namun dengan pelayanan langsung di kecamatan, sentral pelayanan

berpindah ke kantor-kantor camat se-Kabupaten Nias sebagai lokasi pelaksanaan

pelayanan langsung.

Program pelayanan langsung ini merupakan jawaban bahwa salah satu

bentuk perwujudan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good govenance)

81
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, op. cit., hlm. 86

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


adalah melalui pemberian pelayanan kepada masyarakat. Kolaborasi pemerintah

(eksekutif) – DPRD (legislatif) – masyarakat merupakan bentuk keikutsertaan

semua pihak dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi publik dalam

memberikan pelayanan publik yang optimal.

Keberadaan program Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias mencerminkan adanya asas-asas

pelayanan publik diantaranya pemberian pelayanan yang tidak mengutamakan

kepentingan pribadi dan/atau golongan, adanya jaminan terwujudnya hak dan

kewajiban dalam penyelenggaraan pelayanan, pemberian pelayanan yang tidak

membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi serta

pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik

oleh pemberi maupun penerima pelayanan.

4. 4. 1. Perspektif Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif

pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Perspektif kepatuhan (compliance) implementator kebijakan merupakan

perspektif pertama yang diperkenalkan oleh Ripley dan Franklin. Pendekatan

kepatuhan ini terpusat pada bagaimana tingkat kepatuhan dari para implementator

kebijakan yang dapat dilihat dari pemahaman implementator serta perilakunya

terkait implementasi kebijakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat

keberhasilan implementasi kebijakan dapat dimaknai dengan melihat tingkat

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


kepatuhan terhadap standar, prosedur dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh

suatu kebijakan.

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti

menyimpulkan bahwa para implementator memiliki pemahaman yang baik

terhadap kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013. Pemahaman yang dimiliki

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias berbanding lurus

dengan pemahaman jajarannya, baik pejabat struktural maupun staf.

Pemahaman yang baik tersebut menuntun implementator merencanakan

dan mengusulkan kegiatan-kegiatan yang menjadi wujud dari implementasi

kebijakan, walaupun pada awal berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2013, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias tidak mudah

menemukan program kegiatan yang dapat diandalkan sebagai bentuk pelayanan

administrasi kependudukan yang mendatangi masyarakat.

Adanya program kegiatan Pelayanan Langsung Dokumen Kependudukan

di Kecamatan se-Kabupaten Nias dapat dimaknai sebagai bentuk akhir dari

pemahaman yang merata dari para stakeholder di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Nias. Merilee S. Grindle82 menamai keadaan ini sebagai

compliance and responsiveness. Artinya, selain bersikap patuh terhadap

kebijakan, implementator juga memiliki respon yang baik untuk segera

mengimplementasikannya.

82
Ibid, hlm. 91

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Disamping itu, proses perencanaan dan pengusulan hingga mendapatkan

sebuah bentuk program kegiatan yang tepat sebagai implementasi kebijakan

menggambarkan perilaku yang baik dari para implementator yang mana

tercerminkan melalui sikap kemauan, keinginan dan kecenderungan para pelaku

kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh-sungguh sehingga

apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan.

4. 4. 2. Perspektif Perubahan Apa Yang Terjadi? (Whats Happening?)

Pendekatan ini mencermati perubahan apa yang sudah terjadi (whats

happening?) setelah program kegiatan sebagai wujud implementasi kebijakan

dilaksanakan. Hill dan Hupe83 senada dengan mengatakan bahwa salah satu obyek

studi implementasi adalah hasil kebijakan.

Berdasarkan data dokumen yang diperoleh dan hasil wawancara yang

telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan stelsel

aktif pada pelayanan administrasi kependudukan yang diwujudkan oleh Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias telah memberikan dampak pada

pengurangan persentase penduduk yang belum memiliki dokumen kependudukan.

Implementasi kebijakan ditujukan untuk mewujudkan tujuan dari

kebijakan dengan kompleksitasnya sendiri. Tujuan kebijakan menjadi titik akhir

dan salah satu parameter penilaian keberhasilan implementasi kebijakan. Dalam

konteks pelayanan administrasi kependudukan, output atau hasil pelayanan

menjadi salah satu tujuan yang harus dicapai. Dalam penelitiannya di Nigeria,

83
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, op. cit., hlm. 71

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Taiwo Makinde84 menyimpulkan bahwa kejelasan tujuan kebijakan merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya suatu implementasi

kebijakan.

Di sisi lain, peneliti juga menemukan fakta bahwa pelaksanaan kegiatan

ini mendapat apresiasi yang baik dan positif dari masyarakat. Bahkan terselip

harapan dari warga supaya pelaksanaan pelayanan langsung tersebut ditingkatkan

dengan lebih menjangkau masyarakat di tingkat desa atau dusun. Secara umum,

warga masyarakat merasakan bahwa program kegiatan ini mampu membantu

masyarakat dengan memperpendek jarak pelayanan administrasi kependudukan.

Untuk melihat perspektif apa yang terjadi? (what‟s happening?)

sebagaimana dikemukakan Ripley dan Franklin, terdapat lima faktor yang

mempengaruhi perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi kebijakan, dalam

hal ini yaitu program kegiatan pelayanan langsung pemrosesan dokumen

kependudukan di kecamatan se-Kabupaten Nias.

1. Aktor Yang Terlibat

Aktor yang terlibat adalah mereka yang terlibat dalam pelaksanaan

implementasi kebijakan. Dalam konteks ini, aktor yang terlibat merupakan

pelaksana program kegiatan pelayanan langsung pemrosesan dokumen

kependudukan di kecamatan se-Kabupaten Nias.

Dengan jumlah personil kepegawaian sejumlah 25 orang PNS dan 16

orang Tenaga Honorer, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

84
Taiwo Makinde, Problems of Policy Implementation in Developing Nations: The Nigerian
Experience, Journal of Social Science, Vol. 11 (1), Nigeria: Kamla-Raj, 2005, hlm. 63-69

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


dituntut untuk bijak dalam menyikapi penugasan personilnya untuk melaksanakan

kegiatan pelayanan langsung mengingat disisi lain pelayanan loket yang juga

memerlukan personil harus tetap berjalan setiap hari. Fakta di lapangan

memperlihatkan bahwa jumlah personil yang dibutuhkan untuk melaksanakan

pelayanan langsung berkisar 10 – 15 orang setiap penugasan. Tentu dengan job

description masing-masing yang sudah dipahami betul.

Secara kualitas, kemampuan sumberdaya manusia yang melaksanaan

kegiatan pelayanan langsung ini sudah memadai. Personil yang berasal dari

Bidang SIAK, Bidang Capil dan Bidang Dalduk serta Sekretariat merupakan

personil-personil yang sudah memahami dengan baik syarat dan prosedur tatacara

pendafataran penduduk dan pencatatan sipil.

Namun, secara kuantitas personil kepegawaian yang ada saat ini di Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias belum cukup untuk dapat

menopang kinerja tugas pelayanan adminitrasi kependudukan secara umum dan

pelaksanaan pelayanan langsung secara khusus. Hal ini disebabkan karena

sebagian personil PNS juga dipercaya pada penugasan yang bersifat lebih spesifik

seperti bendahara pengeluaran, pejabat/panitia pengadaan barang, pejabat/panitia

pemeriksa hasil pekerjaan, pejabat penatausahaan keuangan, dan pejabat

pelaksana teknis kegiatan.

Selain itu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias juga

mendapat dukungan dari Camat beserta jajarannya hingga aparatur pemerintahan

desa. Demikian juga halnya dengan personil dari Koramil dan Polsek setempat

yang turut mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


2. Kejelasan Isi Program

Dari hasil observasi dan wawancara serta penelusuran dokumen, peneliti

menyimpulkan bahwa program kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan

Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias merupakan suatu

program yang jelas, terinci dan telah mendapat pengesahan dari lembaga

legislatif. Ini berarti semakin jelas dan rinci sebuah kebijakan atau program akan

mudah diimplementasikan karena implementator mudah memahami dan

menterjemahkannya dalam tindakan nyata.

Merencanakan sebuah program diawali pemikiran apakah program

tersebut tepat dan merupakan bentuk implementasi kebijakan serta masuk akal

(reasonable). Weimer dan Vining85 menyebut hal ini sebagai logika kebijakan.

Tertampungnya kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias dalam P-APBD T.A. 2015 dan

P-APBD T.A. 2016 merupakan bentuk legalisasi terhadap kegiatan tersebut

setelah melalui proses perencanaan, pengusulan dan pembahasan yang matang

(formulasi kebijakan).

3. Kerumitan Program Terkait Dengan Dinamisnya Petunjuk Pelaksanaan


Yang Dibuat

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dari hasil

pengamatan, peneliti mengasumsikan bahwa pelayanan langsung yang

dilaksanakan pada prinsipnya merupakan kegiatan pelayanan loket yang

85
David Weimer dan Aidan R. Vining, Policy Analysis: Concept and Practice, New Jersey:
Prentice Hall, Third Edition Chapter 13, 1999, page396

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


dipindahkan aktivitasnya di kantor camat sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan.

Apa yang dilakukan oleh personil yang bertugas di loket kantor tidak jauh berbeda

dengan apa yang akan dilaksanakan oleh personil pelaksana pelayanan langsung

di kecamatan yang pada umumnya adalah menerima dan menverifikasi berkas

pengurusan dokumen kependudukan. Dengan kata lain, kegiatan pelayanan

langsung yang berlokasi di kantor-kantor camat se-Kabupaten Nias ini merupakan

program kegiatan yang sederhana yang tidak terlalu rumit apabila mencermati

kedinamisan petunjuk pelaksanaan.

Kerumitan sebuah program dapat dilihat dari aturan-aturan program

tersebut yang salah satu bentuknya berupa Standar Operation Prosedur (SOP).

Dalam pemahaman Edwards III86, SOP merupakan salah satu aspek penting dari

setiap organisasi dan menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam

bertindak. Penelitian yang dilakukan Rusli Djaliluddin87 dan Eka Karlina88

menyimpulkan bahwa standar pelayanan yang terangkum dalam sebuah SOP

apabila diterapkan akan menghasilkan pelayanan yang berkualitas. Pembuatan

standar pelayanan ditujukan untuk memberikan kejelasan kepada masyarakat

mengenai pelayanan adminitrasi kependudukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SOP dari program kegiatan

pelayanan langsung yang dilaksanakan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias belum ada. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pelayanan yang

86
AG. Subarsono, op. cit., hlm. 92
87
Rusli Djaliluddin, Evaluasi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (Studi pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banggai Kepulauan), Tesis, Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada, 2015.
88
Eka Karlina, Kualitas Pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Pontianak, Tesis, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2014.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


diberikan. Namun, ketiadaan SOP tersebut disikapi dengan mengadopsi SOP

pelayanan loket serta dengan mempedomani beragam peraturan perundang-

undangan yang mengatur pelayanan administrasi kependudukan.

4. Peran Unit-unit Pemerintah Dalam Implementasi Kebijakan

Dari hasi observasi dan wawancara, peneliti menarik suatu benang merah

bahwa partisipasi dari para stakeholder yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan

pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan di kecamatan se-

Kabupaten Nias sudah berjalan optimal. Peran dari lembaga DPRD Kabupaten

Nias melalui Komisi A yang merupakan mitra dari Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Nias terlihat dari dukungan penganggaran kegiatan.

Peningkatan anggaran di T.A. 2016 dapat dimaknai sebagai bentuk perhatian dan

dukungan legislatif terhadap kegiatan pelayanan langsung administrasi

kependudukan.

Demikian juga halnya dengan peran serta camat dan jajarannya dalam

mendukung pelayanan langsung administrasi kependudukan. Tidak bisa dilupakan

pula keterlibatan personil Koramil dan Polsek dalam setiap pelaksanaan

pelayanan langsung di kantor camat.

Partisipasi dari unit-unit pemerintah tersebut menegaskan terciptanya

koordinasi kerja yang baik. Ketika tujuan kebijakan yang hendak diraih dalam

bentuk program kegiatan telah dipahami dan dimengerti serta disetujui untuk

dilaksanakan demi kepentingan masyarakat, maka kerjasama dari masing-masing

unit pemerintah akan lebih mudah diperoleh. Selaras dengan penelitian Akhmad

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


Sarbini, dkk,89 yang menyimpulkan bahwa komunikasi dan koordinasi yang baik

antara dinas dan kecamatan merupakan faktor pendukung implementasi Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

5. Faktor-faktor Kendala Yang Terjadi Di Luar Teknis Implementasi

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan serta

penelusuran data dokumen yang terkait dengan faktor-faktor yang terjadi di luar

teknis implementasi, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor

tersebut yang signifikan memberi pengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan

pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan di kecamatan se-

Kabupaten Nias, yaitu:

1. Masih maraknya keberadaan calo atau pihak ketiga yang mengurus

dokumen kependudukan masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan

kurangnya pemahaman masyarakat terhadap persyaratan dan prosedur tata

cara pengurusan dokumen kependudukan.

2. Faktor internal pelaksana pelayanan, dalam hal ini seringkali pelaksana

pelayanan melibatkan perasaan untuk menolong penduduk yang berkasnya

tidak lengkap dengan tidak mengindahkan syarat-syarat pengurusan

dokumen yang sesuai prosedur.

89
Akhmad Sarbini, dkk., Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Tentang Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Kutai Kartanegara, dalam Jurnal eJournal Administrative Reform, Volume 4, No. 3, 2016, hlm.
301-313

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


3. Kesalahan-kesalahan input data penduduk dalam kegiatan pelayanan

administrasi kependudukan sebelum Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

diberlakukan.

4. Pemekaran wilayah desa dan kecamatan yang berpengaruh kepada

banyaknya masyarakat yang harus memperbarui dokumen kependudukan

miliknya.

5. Instabilitas listrik yang memberikan pengaruh pada peralatan yang

dipergunakan untuk pelayanan administrasi kependudukan. Hal ini senada

dengan hasil penelitian yang dilakukan Akhmad Sarbini, dkk, 90 yang

menemukan fakta bahwa peralatan seperti alat perekam dan komputer server

yang sering rusak serta signal internet yang masih belum dapat diterima di

wilayah kecamatan merupakan beberapa kendala atau faktor penghambat

pelayanan administrasi kependudukan.

Instabilitas listrik tersebut mengakibatkan:

- Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias tidak lagi

melakukan pencetakan dokumen kependudukan di kantor camat

sebagai lokasi pelayanan;

- Hasil perekaman data penduduk yang dilakukan oleh Dinas

Kependudukan serta laporan-laporan kegiatan pelayanan langsung

lainnya tidak dapat langsung dikirim ke server Pusat Data Direktorat

Jenderal Administrasi Kependudukan, Jakarta.

90
Ibid, hlm. 301-313

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


6. Kondisi geografi dan topografi wilayah Kabupaten Nias yang menjadi salah

satu pertimbangan utama mengapa kegiatan pelayanan langsung tersebut

sampai saat ini baru dapat dilaksanakan di kecamatan. Belum dapat

menjangkau desa-desa.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi

kependudukan yang merupakan kewajiban instansi penyelenggara

pelayanan administrasi kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan pada

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias diwujudnyatakan

melalui kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias.

Kegiatan pelayanan langsung tersebut dilaksanakan di sepuluh kecamatan

yang ada di Kabupaten Nias dengan mengambil tempat di kantor camat.

Substansi kegiatan ini adalah menerima dan menverifikasi berkas

pengurusan dokumen kependudukan dari masyarakat yang dilanjutkan

dengan pencetakan serta pendistribusian dokumen kependudukan kepada

masyarakat. Prinsipnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan pelayanan

administrasi yang dilaksanakan di loket Kantor Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Nias.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


2. Dilihat dari perspektif kepatuhan (compliance) implementator, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebagai implementator

kebijakan telah memiliki pemahaman yang baik terhadap kebijakan stelsel

aktif pada pelayanan administrasi kependudukan yang diikuti dengan

kepatuhan (compliance) untuk melaksanakan implementasi kebijakan

tersebut.

3. Dilihat dari perspektif apa yang terjadi? (what‟s happening?), secara umum

pelaksanaan kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen

Kependudukan di kecamatan se-Kabupaten Nias telah meningkatkan

persentase jumlah penduduk Kabupaten Nias yang telah memiliki dokumen

kependudukan. Selain itu, pelaksanaan kegiatan ini mendapat sambutan dan

apresiasi yang baik dari masyarakat karena pada umumnya mereka sangat

terbantu dalam pengurusan dokumen kependudukan. Adapun beberapa faktor

yang mempengaruhi perspektif ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Aktor yang terlibat dalam kegiatan yaitu personil Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang ditugaskan sebagai pelaksana

kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di

kecamatan se-Kabupaten Nias, jumlahnya masih belum optimal. Hal ini

sebagai implikasi dari terbatasnya jumlah PNS dan Tenaga Honorer yang

ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

b. Kejelasan isi program telah dapat dipahami oleh para implementor.

c. Kerumitan program tidak mempengaruhi implementator mengingat

program pelayanan langsung tersebut merupakan program sederhana dan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


kegiatannya merupakan rutinitas pelayanan. Namun Standar Operational

Prosedure (SOP) kegiatan pelayanan langsung ini belum ada.

d. Peran unit-unit pemerintah telah optimal dalam mendukung kegiatan

pelayanan langsung di kecamatan, mulai dari proses perencanaan hingga

pelaksanaan di kecamatan.

e. Faktor kendala yang melampaui batas kontrol implementator dan

berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung, yaitu:

1) Masih banyaknya penduduk yang mempercayakan pengurusan

dokumen kependudukannya kepada pihak lain atau calo. Hal ini

mencerminkan masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap

prosedur dan persyaratan pengurusan dokumen kependudukan.

2) Sikap implementator yang terlalu perasaan dalam menerima dan

memverifikasi berkas sehingga sering mengabaikan syarat

prosedural untuk menolong masyarakat.

3) Kesalahan input data penduduk dalam pelayanan administrasi

kependudukan pada masa sebelum Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) efektif diberlakukan.

4) Pemekaran wilayah desa dan kecamatan di Kabupaten Nias yang

menuntu masyarakat diwilayah baru harus mengurus perubahan

dokumen kependudukan miliknya.

5) Instabilitas listrik di kecamatan lokasi pelaksanaan kegiatan

pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan.

6) Kondisi geografi dan topografi wilayah Kabupaten Nias.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


5. 2. Saran

1. Pemerintah Kabupaten Nias khususnya Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Nias perlu menjalin kerjasama dan melibatkan PT.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Nias untuk dapat mendukung

pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung di kecamatan sehingga ketika

jadwal pelayanan tiba, stabilitas arus listrik di lokasi pelayanan dapat terjaga

dan tidak terdampak pemadaman.

2. Pelayanan langsung di kecamatan merupakan pelayanan loket yang

berpindah tempat di kantor camat. Oleh karena itu, Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Nias perlu membuat standar operasional

prosedur (SOP) pelaksanaan pelayanan langsung di kecamatan. Hal ini

dapat menciptakan ketenangan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat

terhadap pelayanan.

3. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias tetap melanjutkan

pelaksanaan sosialisasi kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan

administrasi kependudukan. Kegiatan sosialisasi disarankan lebih menyasar

langsung kepada masyarakat daripada aparatur pemerintahan desa dan

kecamatan. Apalagi belakangan ini telah banyak terbit peraturan-peraturan

sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, yang

semuanya ditujukan untuk mempermudah masyarakat dalam pengurusan

dokumen kependudukannya.

Sosialisasi tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman

masyarakat mengenai persyaratan dan tata cara pengurusan dokumen

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara


kependudukan sehingga dengan demikian dapat meminimalisasi

ketergantungan masyarakar terhadap pihak ketiga dalam pengurusan

dokumen kependudukannya.

4. Apabila mencermati luas, geografi dan topografi wilayah Kabuaten Nias

yang terdiri dari sepuluh kecamatan dan 170 desa, Pemerintah Kabupaten

Nias perlu memikirkan pembentukan Unit Pelaksana Teknis Instansi

Pelaksana di kecamatan sebagai salah satu solusi permanen untuk

memperpendek jarak pelayanan administrasi kependudukan.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai