Anda di halaman 1dari 32

Nama : Diego Vicky Ardiansyah

Nim : 180534632017
Prodi : S1 Pendidikan Teknik Elektro Off A’18
Matakuliah : Gangguan dan Sistem Proteksi
Overvoltages and Insulation Requirements
10.1 Introduction
Persyaratan isolasi untuk saluran, kabel dan gardu induk sangat penting dalam desain system
tenaga. Dimana salah satu komponen mengalami gangguan tegagangan tinggi yang diakibatkan
arus dan tegangan yang tinggi. Sehingga dibutuhkan isolasi yang bisa menahan transien tegangan
atau mengatasi gangguan tersebut seperti generator dan transformator tidak hanya itu perangkata
tambahan seperti pembumian berlebih kabel, penangkal petir untuk melindungi system tenaga.
petir sangat menentukan persyaratan isolasi keduanya sistem transmisi dan distribusi. Dengan
tegangan transmisi yang jauh lebih tinggi sekarang digunakan dan dengan jaringan kabel yang
besar, tegangan transien atau lonjakan terjadi untuk beralih, yaitu membuka dan menutup pemutus
sirkuit, telah menjadi pertimbangan utama.
Faktor yang paling penting adalah kontaminasi permukaan isolator yang disebabkan oleh polusi
atmosfer. Ini sangat mengubah kinerja isolasi, yang menjadi sulit untuk dinilai secara tepat.
Adanya kotoran atau garam pada cakram isolator atau permukaan busing mengakibatkan
permukaan ini menjadi sedikit terkonduksi, dan karenanya terjadi flashover.
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam teknologi tegangan tinggi membutuhkan definisi.
sebagai berikut:
1. Tingkat isolasi impuls dasar atau tingkat isolasi dasar (BIL)
2. Tegangan flashover kritis (CFO): Ini adalah tegangan puncak dengan probabilitas 50%
flashover atau pelepasan yang mengganggu.
3. Rasio impuls (untuk flashover atau tusukan isolasi): Ini adalah puncak impuls tegangan
yang menyebabkan flashover atau tusukan dibagi dengan nilai puncak tegangan frekuensi
daya.
10.2 Generation of Overvoltages
10.2.1 Lightening Surges
Petir adalah bipolar, dengan muatan positif di atas dan negative di bawah, biasanya dipisahkan
beberapa kilometer. Saat kuat medan listrik melebihi nilai kerusakan, maka terjadilah pelepasan
petir. Pelepasan pertama terjadi dengan secara bertahap dengan mengikuti sambaran yang
memanjang hingga mendekatai bumi, kemudian terjadi sambaran balik yang cepat dan bergerak
disepanjang saluran awal. Rasio pelepasan negative ke positif berkisar 5:1 di daerah beriklim
sedang. Besarnya pelepasan balik setinggi itu memiliki nilai sebesar 200 kA, meskipun rata-rata
berada di urutan nilai 20 kA.
Selang waktu yang singkat pelepasan kedua terjadi ke bumi, untuk pelepasan kedua ini biasanya
di jalur terionisasi yang dibentuk oleh aslinya. Dan terjadi pelepasan balik, biasanya pelepasan
berikutnya dikenal dengan sambaran panah dengan rata-rata antara tiga dan empat. Urutan
lengkapnya dikenal sebagai kilatan petir multiplest dan representasi sambaran pad a interval waktu
yang berbeda.
Biasanya, hanya arus deras yang mengalir selama 50µs pertama penting dan hubungan saat ini
telah terbukti dalam bentuknya 𝑖 = 𝑖 𝑝𝑒𝑎𝑘 (𝑒 −𝛼𝑡 − 𝑒 −𝛽𝑡 ). Unttk gelombang 1.2/50µ, 𝛼 =
1.46 𝑥 104 dan 𝛽 = 2.56 𝑥 106.

Ketika sambaran mengenai pada konduktor overhead, gelombang arus yang sama dari bentuk
gelombang di atas disebarkan ke dua arah menjauh dari titik benturan. Oleh karena itu, besarnya
1
setiap lonjakan tegangan diatur 2 𝑍0 𝑖 𝑝𝑒𝑎𝑘 (𝑒 −𝛼𝑡 − 𝑒 −𝛽𝑡 ), dimana 𝑍0 adalah impedansi lonjakan
konduktor. Ketika terjadi sambaran yang mengenai menara atau kabel arde akan menimbulkan
gelombang yang mengalir di kedua arah kawat. Saat mecapai menara tetangga, lonjakan Sebagian
dipantulkan dan diteruskan lebih lanjut. Proses ini berlanjut sepanjang garis menara.
Jika sambaran tidak langsung menghantam bumi, maka arus yang diinduksi biasanya memiliki
polaritas positif, dan menciptakan gelombang tegangan dari bentuk gelombang yang sama yang
memiliki amplitude yang tergantung pada jarak dari tanah. Jika sambaran langsung mengenai
menara maka dapat menyebabkan terjadinya back flashover karena tegangan yang dipasang di
induktansi menara dann pondasi resistansi oleh arus petir yang berubah dengan cepat (biasanya 10
kA/µs), ini muncul sebagai tegangan lebih antara bagian atas menara dan konduktor (yang berada
pada tegangan yang lebih rendah).
10.2.2 Switching Surges – Interuption of Short Cisrcuit and Operation Switching
Gelombang switching terdiri dari gelombang osilasi teredam, yang frekuensinya adalah ditentukan
oleh konfigurasi sistem dan parameter; mereka biasanya amplitudo 2–2.8 p.u., meskipun bisa
melebihi 4 p.u. (nilai per unit berdasarkan puncak tegangan operasi line-to-earth).
Gambar 10.3 Pengaturan tegangan restrik pada gangguan gangguan, (a) Diagram sistem, (b)
Sirkuit ekivalen, (c) Bentuk gelombang arus dan tegangan
Jaringan fasa tunggal sederhana yang ditunjukan pada gambar 10.3 (a) digunakan untuk
menjelasakan peralihan gelombang. Jika induktansi kebocoran transformator adalah L, resistansi
seri rangkaian adalah R dan kapasitansi transformator dan ground adalah C, maka rangkaian
ekivalen setelah mendapatkan gangguan dapat digambarkan seperti gambar 10.3 (b). kesalahan
tejadi pada saat P kontak CB mulai terbuka akan tetapi arus terus mengalir melalui busur melintasi
kontak pemutus sirkuit. Ketika busur antara kontak pemutus sirkuit dipadamkan (pada waktu
instan Q), tegagan system penuh akan keluar pada sirkuit R-L-C dan celah terbuka dari kontak
pemutus sisrkuit yang ditunjukkan pada gambar 10.3 (b). tegangan resultan yang muncul di sirkuit
ditunjukkan pada gambar 10.3 (c). terdiri dari komponen frekuensi tinggin nyang ditumpangkan
pada system normal tegangan, total ini dikenal sebagai restriking. Selama waktu dimana frekuensi
tinggi ini bertahan. Perubahan frekuensi daya dapat diabaikan. Oleh karena itu rangkaian ekivalen
dari gambar 10.3 (b) dapat di analisis dengan cara tranformasi laplace dengan asumsi bahwa input
Langkah 𝑉̂ muncul di Q. sirkuit ekivalen laplace dapat dilihat pada gambar 10.4.

Gambar 10.4 Sirkuit ekivalen Laplace dengan Langkah-langkah yang diterapkan


Tegangan yang melintasi kontak pemutus sirkuit, yang melintasi C diberikan oleh:
̂
𝑉
𝑥 1/𝐶𝑠 ̂
𝑉
𝑣(𝑠) = 𝑠
= (10.1)
𝑅+𝐿𝑠+1/𝐶𝑠 𝑠(𝐿𝐶 𝑠2 +𝑅𝐶𝑠+1)

1 𝑅
Mendefinisikan ⍵0 = dan 𝛼 = , persamaan (10.1) dapat ditulis :
√𝐿𝐶 2𝐿

̂ ⍵2
𝑉 ̂ ⍵20
𝑉
𝑣(𝑠) = 𝑠(𝑠2 +2𝛼𝑠+⍵
0
2 =
) 𝑠[( 𝑠+𝛼) 2 +(⍵20 −𝛼2 )]
(10.2)
0

Untuk mendapatkan invers transformasi Laplace, persamaan (10.2) ditulis dalam bentuk:
𝐴 𝐵𝑠+𝐷
𝑣(𝑠) = 𝑉̂ [ 𝑠 − (𝑠+𝛼) 2 +(⍵2 −𝛼2 )] (10.3)
0

Menyamakan pembilang persamaan (10.2) dan (10.3):


𝐴(𝑠 + 𝛼)2 + 𝐴(⍵20 − 𝛼2 ) − 𝐵𝑠 2 − 𝐷𝑠 = ⍵20
Sehingga 𝐴 = 1; 𝐴 − 𝐵 = 0; ∴ B = 1; 2αA − D = 0; ∴ D = 2α. Sekarang persamaan (10.2) dapat
ditulis ulang mejadi :
1 𝑠+2𝛼
𝑣(𝑠) = 𝑉̂ [𝑠 − (𝑠+𝛼) 2 +(⍵2 −𝛼2 )] (10.4)
0

Dengan menggunakan inver laplace :


𝛼
𝑣(𝑡) = 𝑉̂ [1 − 𝑒 −𝛼𝑡 cos (√⍵20 − 𝛼2 ) 𝑡 − ⍵ 𝑒 −𝛼𝑡 sin (√⍵20 − 𝛼2 ) 𝑡] (10.5)
0

Dalam sistem praktis R <<√𝐿/𝐶 dan α<<⍵0 . Sehingga persamaan (10.5) dapat disederhanakan
menjadi :
𝑣(𝑡) = 𝑉̂ [1 − 𝑒 −𝛼𝑡 cos ⍵0 𝑡] (10.6)
Persamaan (10.6) mendefinisikan tegangan restriking pada gambar 10.3 (c) dimana ⍵0 osilasi
frekuensi alami dan 𝛼 adalah koefesien redaman. Nimali maksimum dari tegangan restriking
adalah 2𝑉̂ .

Tingkat awal kenaikan lonjakan sangat penting karena ini menentukan apakah celah kontak, yang
sangat tercemar dengan produk busur, rusak lagi setelah sirkuit terbuka awal terjadi. Dari (10.5)
1 𝐿
jika 𝛼 = ⍵0 , 𝑅 = 2 √𝐶 dan 𝑣 (𝑡) = 𝑉̂ [1 − 𝑒 −𝛼𝑡 ]. Dalam kasus yang sangat teredam ini, tingkat
keparahan transien adalah dikurangi. Lonjakan yang sangat teredam dapat diperoleh dengan
1 𝐿
menghubungkan resistor 2 √𝐶 melintasi kontak pemutus sirkuit.

Example 10.1
Tentukan redaman relatif yang terjadi dalam lima siklus di set lonjakan tegangan lebih pada kabel
66 kV yang diumpankan melalui pemutus sirkuit semburan udara saat pemutus terbuka pada sistem
korsleting. Parameter jaringan adalah sebagai berikut:
𝑅 = 7.8Ω; 𝐿 = 6.4 𝑚𝐻; 𝐶 = 0.0495 µ𝐹

Solusi
Dari parameter jaringan :
1 1
⍵0 = = = 5.618 𝑥 104 𝑟𝑎𝑑/𝑠
√𝐿𝐶 √ 6.4 𝑥 10−3 𝑥 0.0495 𝑥 10−6
4
10
Frekuensi transien = 5.618 𝑥 2𝜋 𝐻𝑧 = 8.93𝑘𝐻𝑍

𝑅 7.8
𝛼= = = 609.4
2𝐿 2 𝑥 6.4 𝑥 10−3
5
Maka, waktu untuk lima siklus = 8.93𝑥 103 = 0.56 𝑚𝑠
Tegangan maksimum yang diatur dengan pembukaan pemutus sirkuit pada gangguan hubung
singkat akan menjadi
66
𝑉̂ = 2 𝑥 𝑥 √2 = 107.78 𝑘𝑉
√3
Dari persamaan (10.6), 𝑣 (𝑡)pada 𝑡 = 0.56 𝑚𝑠 adalah :
−3
𝑣(𝑡) = 107.78[1 − 𝑒 −609 .4 𝑥 0.56 𝑥 10 cos(5.618 𝑥 104 𝑥 0.56 𝑥 10−3 )] = 42.4 𝑘𝑉

10.2.3 Switching Surges-Interuption Of Capacitive Circuit

Gambar 10.5 Bentuk gelombang tegangan saat membuka rangkaian kapasitif


Gangguan rangkaian kapasitif ditunjukkan pada gambar 10.5. pada saat gangguan busur, kapasitor
dibiarkan diisi untuk nilai 𝑉̂ . Jika kapasitansi, C, besar maka tegangan kapasitor meluruh perlahan.
Tegangan di sirkuit pemutus merupakan perbedaan antara tegangan system dan tegangan melintasi
kapasitor. Pada puncak negative dari tegangan system yaitu −𝑉̂, tegangan gap adalah 2𝑉̂ . Jika gap
rusak, transien osilasi diatur sehingga dapat meningkatkan tegangan gap hingga menjadi 3𝑉̂ seperti
yang ditunjukan pada gambar 10.5.
10.2.4 Current Chopping
Pemotongan arus muncul dengan pemutus sirkuit vakum atau dengan pemutus sirkuit semburan
udara yang beroperasi pada tekanan dan kecepatan yang sama untuk semua nilai arus terputus .
Oleh karena itu, pada gangguan arus rendah, pemutus cenderung membuka sirkuit sebelum arus
nol alami, dan energi elektromagnetik yang ada dengan cepat.diubah menjadi energi elektrostatis,
yaitu :
1 1 𝐿
𝐿𝑖 02 = 2 𝐶𝑣02 dan 𝑣 = 𝑖 0 √𝐶 (10.7)
2

Bentuk gelombang tegangan ditunjukkan pada gambar 10.6


Tegangan restriking, 𝑣𝑟 , dapat diperoleh melalui persamaan (10.7) dengan memasukkan resistansi
dan waktu :

𝐿
𝑣𝑟 = 𝑖 0 √ 𝑒 −𝛼𝑡 sin ⍵0 𝑡 (10.8)
𝐶

Dimana ⍵0 = 1/√ 𝐿𝐶 dan 𝑖 0 adalah nilai arus pada saat pemotongan. Tinggi tegangan transien
dapat diatur saat membuka rangkaian yang sangat induktif seperti pada trafo tanpa beban.
10.2.5 Faults
Tegangan lebih dapat dihasilkan oleh jenis gangguan asimetris tertentu, terutama pada sistem
dengan netral yang tidak dibumikan. Tegangan yang diatur ialah frekuensi pengoperasian normal.
Pertimbangan sirkuit dengan gangguan bumi tiga fase seperti yang ditunjukkan pada gambar 10.7.
Jika rangkaian tidak di-ground, tegangan di celah pertama yang harus dibuka adalah 1.5𝑉𝑝ℎ𝑎𝑠𝑒 .

Gambar 10.6 Transien tegangan akibat pemotongan arus: 𝑖𝑓= arus gangguan; 𝑣 = system
tegangan, 𝑖 0 = besarnya arus pada potongan, 𝑣𝑟 = tegangan restriking

10.2.6 Resonance
Sirkuit resonansi dapat terjadi mengalami tegangan yang sangat tinggi, meskipun tidak mungkin
untuk resonansi dalam jaringan suplai dapat terjadi secara normal. Resonansi biasanya dikaitkan
dengan kapasitansi pembumian dan disebabkan oleh fase terbuka seperti konduktor atau sekring
yang rusak. Sedangan pada rangkaian yang mengandung belitan dengan inti besi dapat
menghasilkan feroresonansi dengan menghasilkan tegangan lebih dan perubahan mendadak dari
satu kondisi ke kondisi lainnya.
Gambar 10.7 Sistem tiga fase dengan pembumian netral (pembumian)
10.3 Protection Against Overvoltages
10.3.1 Modification of Transients
Transien dapat dirubah ataupun dapat dihilangkan sebelum mencapai gardu induk, jika ini tidak
memungkinkan, saluran dan peralatan gardu induk munkin dilindungi dari beberapa peralatan
proteksi seperti kabel arde. Konduktor fasa dapat dilindungi dari sambaran petir langsung dan efek
lonjakan yang diinduksi tidak langsung berkurang. Pertahanan yang tidak lengkap, kecuali
mungkin untuk konduktor fasa tepat dibawah kabel arde. Jumlah efektif pertahanan sering
digambarkan dengan sudut (f) seperti yang ditunjukkan pada gambar 10.8. jika terdapat dua kabel
bumi yang terpisah secara horizontal dapat memberikan pertahanan yang jauh lebih baik.

Gambar 10.8 Proteksi kabel arde tunggal; sudut pelindung f


10.3.2 Surge Diverters
Persyaratan dasar untuk pengalih ialah bahwa mereka tidak boleh melewatkan arus pada kondisi
normal tegangan, interupsi arus lanjutan frekuensi daya setelah flashover, dan rusak secepat
mungkin setelah tegangan abnormal tiba.
10.3.2.1 Rod Gap
Bentuk paling sederhana dari pengalih lonjakan arus adalah celah batang yang dihubungkan
melintasi busing atau isolator seperti yang ditunjukkan pada gambar 10.9. Ini juga bisa berbentuk
cincin (busur cincin) di sekitar bagian atas dan bawah string isolator. Tegangan rusaknya karena
celah tertentu bergantung pada polaritas sampai batas tertentu sehingga mengakibatkan adanya
flashover, untuk itu proteksi pada sirkuit harus tetap beroperasi. Kurva khas yang menghubungkan
tegangan flashover kritis dan waktu kerusakan celah batang dengan jarak yang berbeda
ditunjukkan pada Gambar 10.10.
10.3.2.2 Lightning Arrester
Desain penangkal petir terdiri dari busing porselen yang berisis jumlah celah percikan di seri
dengan cakram silicon karbida. Penangkal petir mematuhi hukum 𝑉 = 𝑎𝑙 𝑘 (untuk penahan SiC
𝑘 = 0.2) dimana 𝑎 bergantung pada bahan dan ukurannya.

10.4 Insulation Coordination


Peralatan yang digunakan dalam system tenaga terdiri dari item yang memiliki tegangan tembus
dan ketahanan yang berbeda dan karakteristik waktu tegangan yang berbeda. Agar semua item
dapat dilindungi secara memadai maka diperlukan koordinasi isoalsi untuk flashover, frekuensi
daya, impuls petir dan impuls switching. Koordinasi bisa menjadi sulit dikarenakan karakteristik
tegangan yang berbeda dan perangkat pelindung.
10.5 Propagation of Surges
Persamaan diferensial dasar untuk tegangan dan arus dalam garis konstan terdistribusi adalah
sebagai berikut:
𝜕2 𝑣 𝜕2 𝑣 𝜕2 𝑖 𝜕2 𝑖
= 𝐿𝐶 𝜕𝑡2 dan 𝜕𝑥2 = 𝐿𝐶 𝜕𝑡2
𝜕𝑥2

dan persamaan ini mewakili gelombang yang bergerak. Solusi untuk voltase mungkin
diekspresikan dalam bentuk,

𝑣 = 𝐹1 (𝑡 − 𝑥√𝐿𝐶) + 𝐹2 (𝑡 − 𝑥√𝐿𝐶)

Satu gelombang bergerak kea rah positif dari 𝑥 dan gelombang lainnya kea rah negative. Juga
dapat diunjukkan bahwa
𝜕𝑣 𝜕𝑖
= −𝐿( )
𝜕𝑥 𝜕𝑡
Solusi untuk arus :

𝑖 = √𝐶/𝐿[𝐹1 (𝑡 − 𝑥 √ 𝐿𝐶) + 𝐹2 (𝑡 − 𝑥 √ 𝐿𝐶)] sehingga √𝐶/𝐿 = 1/𝑍0

Jika tegangan di masukkan ke dalam saluran, arus yang sesuai akan mengalir, dan jika kondisi
dengan 𝑑𝑥 apat dipertimbangkan, fluks diatur di antara kabel awal dan balik.
Ф = 𝑖𝐿𝑑𝑥
Dimana 𝐿 adalah induiktansi panjang per unit.
Untuk induksi bagian belakang, −𝑑Ф/𝑑𝑡 , sama dengan tegangan yang diberikan tegangan 𝑣.
𝑑Ф 𝑑𝑥
𝑣 = − 𝑑𝑡 = −𝐿𝑖 𝑑𝑡 = −𝑖𝐿 U (10.9)

Diaman U adalah kecepatan gelombang.


Juga, muatan disimpan dalam kapasitansi melalui 𝑑𝑥, yaitu

𝑄 = 𝑖𝑑𝑡 = 𝑣𝐶𝑑𝑥 dan 𝑖 = 𝑣𝐶𝑈 (10.10)

Dari persamaan (10.9) dan (10.10),

𝑣𝑖 = 𝑣𝑖𝐿𝐶𝑈 2 dan 𝑈 = 1/√ 𝐿𝐶

Subtitusi U ke dalam persamaan (10.10),

𝑣𝐶 𝐶 𝑣
𝑖 = 𝑣𝐶𝑈 = = 𝑣√ =
√ 𝐿𝐶 𝐿 𝑍0

Dimana 𝑍0 adalah karakteristik atau impedansi lonjakan.


Gelombang perjalanan insiden dari 𝑣𝑖 dan 𝑖 𝑖, ketika mereka tiba di persimpangan atau
diskontinuitas, menghasilkan arus yang dipantulkan 𝑖 𝑟 dan tegangan yang dipantulkan 𝑣𝑟 yang
berjalan kembali sepanjang jalur. Insiden dan komponen yang dipantulkan tegangan dan arus
diatur oleh impedansi lonjakan 𝑍0 , sehingga
𝑣𝑖 = 𝑍0 𝑖 𝑖 dan 𝑣𝑟 = −𝑍0 𝑖 0𝑟
Untuk lonjakan 𝑍0 diakhiri dengan 𝑍 dimana :
𝑣𝑖 + 𝑣𝑟 = 𝑍(𝑖 𝑖 + 𝑖 𝑟 )
𝑍0 (𝑖 𝑖 − 𝑖 𝑟 ) = 𝑍(𝑖 𝑖 + 𝑖 𝑟 )

Sehingga
𝑖 𝑟 = (𝑍0 − 𝑍/𝑍0 + 𝑍)𝑖𝑖 (10.11)

Lagi,
𝑣𝑖 + 𝑣𝑟 = 𝑍(𝑖 𝑖 + 𝑖 𝑟 )
= 𝑍(𝑣𝑖 − 𝑣𝑟 /𝑍0 )

Atau,
𝑣𝑟 = (𝑍0 − 𝑍/𝑍0 + 𝑍)𝑣𝑖 = 𝛼𝑣𝑖 (10.12)
Dimana 𝛼 koefesien refleksi dari (𝑍0 − 𝑍/𝑍0 + 𝑍)

Dari persamaan (10.12) dan (10.11), total tegangan dan arus diberikan oleh :
𝑣 = 𝑣𝑖 + 𝑣𝑟 = 𝑣𝑖 + (𝑍0 − 𝑍/𝑍0 + 𝑍)𝑣𝑖 = (2𝑍/𝑍 + 𝑍0 )𝑣𝑖 (10.13)
𝑖 = 𝑖 𝑖 + 𝑖 𝑟 = 𝑖 𝑖 + (𝑍0 − 𝑍/𝑍0 + 𝑍)𝑖 𝑖 = (2𝑍0 /𝑍0 + 𝑍)𝑣𝑖 (10.14)

10.5.1 Termination in Inductance and Capcotance


10.5.1.1 Shunt Capacitance

Gambar 10.9 Pemutusan saluran (impedansi lonjakan Zo) di kapasitor C atau induktansi L
Arus melalui C diberikan oleh,
𝑑𝑣𝑐 2𝑣𝑖 −𝑡 /𝑍 𝐶
𝑖= = 𝑒 0
𝑑𝑡 𝑍0
Gelombang yang dipantulkan,
𝑡 𝑡
− −
𝑣𝑟 = 𝑣𝐶 − 𝑣𝑖 = 2𝑣𝑖 (1 − 𝑒 𝑍0 𝐶 ) − 𝑣𝑖 = 𝑣𝑖 (1 − 2𝑒 𝑍0 𝐶 ) (10.12)

Ketika 𝑡 = 0, 𝑣𝐶 = 0 dan 𝑖 = 2𝑣𝑖 /𝑍0 dan ketika 𝑡 tak terhingga, 𝑣𝐶 = 2𝑣𝑖 dan 𝑖 = 0, sehingga
kapasitor awalnya bertindak sebagai korsleting dan terakhir sebagai rangkaian terbuka.
10.5.1.2 Shunt Inductance
Dengan inductor maka tegangan induktansi,
𝑍
−( 0 ) 𝑡
𝑣𝐿 = 2𝑣𝑖 𝑒 𝐿

Dan
𝑍
−( 0 )𝑡
𝑣𝑟 = 𝑣𝐿 − 𝑣𝑖 = 𝑣𝑖 [2𝑒 𝐿 − 1] (10.13)

induktansi bertindak awalnya sebagai sirkuit terbuka dan akhirnya sebagai sirkuit pendek.
10.5.1.3 Capacitance and Resistance in Parallel
Pertimbangkan sistem praktis yang ditunjukkan pada Gambar 10.10 (a), di mana C digunakan
untuk memodifikasi gelombang. Dari gambar 10.10 (b). tegangan rangkaian terbuka di AB tanpa
kapasitor:
Gambar 10.10 Dua saluran impedansi lonjakan Z1 dan Z2 diardekan di persimpangannya melalui
kapasitor C. (a) Diagram sistem, (b) Sirkuit ekivalen
𝑍2
= 2𝑣𝑖 ( )
𝑍1 + 𝑍2
Resistensi Thevenin yang setara,
𝑍1 𝑍2
=
𝑍1 + 𝑍2
Tegangan melintasi AB adalah,
𝑍 +𝑍
𝑍 −𝑡( 1 2 )
2
𝑣𝐴𝐵 = 2𝑣𝑖 (𝑍 +𝑍 ) (1 − 𝑒 𝑍1 𝑍2 𝐶 ) (10.14)
1 2

Gelombang yang dipantulkan diberikan oleh (𝑣𝐴𝐵 − 𝑣𝑖 ).

Example 10.2

Gambar 10.11 (a) Sistem untuk Contoh 10.2. (b) Sirkuit ekivalen, (c) Tegangan danlonjakan arus
Saluran udara impedansi lonjakan 500 Ω dihubungkan ke kabel impedansi lonjakan 50 Ω melalui
resistor seri (Gambar 10.11 (a)). Tentukan besarnya resistor sedemikian rupa sehingga menyerap
energi maksimum dari lonjakan yang berasal dari saluran udara dan berjalan ke kabel.
Hitung :
a. transien tegangan dan arus dipantulkan kembali ke saluran, dan
b. yang ditransmisikan ke kabel, dalam hal tegangan lonjakan insiden;
c. energi dipantulkan kembali ke garis dan diserap oleh resistor.
Biarkan tegangan dan arus insiden masing-masing menjadi 𝑣𝑖 dan 𝑖 𝑖 . Dari sirkuit ekivalen
(Gambar 10.11 (b)),
2𝑣1 𝑍2
𝑣𝐵 =
𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅
Dimana 𝑣1 = 𝑍1 𝑖 𝑖,
2𝑣1 2𝑍1 𝑖 𝑖
𝑖𝐵 = =
𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅 𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅

Tenaga diserap oleh resistansi,


2𝑍1 𝑖 𝑖
=[ ]2 𝑅
𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅

Daya maksimum ketika


𝑑 𝑅
[ ]=0
𝑑𝑅 (𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅)2
(𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅)2 − 𝑅 𝑥 2(𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅) = 0

∴ 𝑅 = 𝑍1 + 𝑍2

Dengan hambatan ini energi maksimum diserap dari lonjakan. Oleh karena itu R harus menjadi
500 + 50 = 550 Ohm.
a. tegangan yang dipantulkan di A
2𝑣1 (𝑍2 + 𝑅) 𝑍 + 𝑅 − 𝑍1 50 + 550 − 500
𝑣𝑟𝐴 = − 𝑣𝑖 = 2 𝑣𝑖 = 𝑣 = 0.091𝑣𝑖
𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅 𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅 500 + 50 + 550 𝑖
Dan,
𝑍1 − 𝑍2 − 𝑅 500 − 50 − 550
𝑖 𝑟𝐴 = 𝑖 𝐵 − 𝑖 𝑖 = [ ] 𝑖𝑖 = 𝑖 = −0.091𝑖 𝑖
𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅 500 + 50 + 550 𝑖
b. Tegangan dan arus ditransmisikan ke kabel
2 𝑥 500 𝑥 𝑖𝑖
𝑖𝐵 = = 0.91𝑖 𝑖
500 + 50 + 550
𝑣𝐵 = 0.091𝑣𝑖
c. Energi gelombang masuk 𝑍2 = 𝑣𝐵 𝑖 𝐵 = 0.082𝑣𝑖 𝑖𝑖
energi diserap oleh 𝑅 = (0.91𝑖 𝑖 )2 𝑥550
𝑣𝑖
= 455 ( ) 𝑖 = 0.91𝑣𝑖 𝑖𝑖
𝑍1 𝑖
Dan energi yang dipantulkan = 𝑣𝑖 𝑖𝑖 (1 − 0.082 − 0.91) = 0.008𝑣𝑖 𝑖𝑖, untuk gelombang
ditunjukkan pada gambar 10.11(c).
10.6 Determination of System Voltages Produces by Travelling Surges
10.6.1 Bewley Lattice Diagram
Example 10.3
Sistem bebas kerugian yang terdiri dari saluran udara panjang (𝑍1 ) secara seri dengan kabel (𝑍2 )
dipertimbangkan. Biasanya, 𝑍1 adalah 500 Ohm dan 𝑍2 adalah 50 Ohm.

Gambar 10.12 Diagram kisi Bewley – analisis saluran udara panjang dan kabel secara seri, (a)
Posisi lonjakan tegangan pada berbagai instans selama penyelesaian pertama siklus peristiwa,
yaitu gelombang pantulan kedua yang berjalan Kembali garis, (b) Diagram Lattice
Solusi :
Koeffesien refleksi garis ke kabel
50 − 500
𝛼1 = = −0.818
50 + 500
Koeffesien refraksi garis ke kabel
2 𝑥 50
𝛽1 = = 0.182
50 + 500
Koefisien refleksi kabel-ke-garis,
500 − 50
𝛼2 = = 0.818
50 + 500
Koefisien refraksi kabel-ke-garis,
2 𝑥 500
𝛽2 = = 1.818
50 + 500
10.6.2 Short Line Fault
Jika terjadi masalah pemutus sirkuit h.v. system arus akan terganggu dan dapat terjadi beberapa
kilometer pada pemutus sirkuit. Untuk mengatasi terjadinya masalah ini dapat di selesaikan dengan
melihat puncak pertama dari komponen sisi saluran dari tegangan pemulihan transien dari arus
gangguan 𝐼𝑓 dan nilai 𝑍0 . Asumsi gangguan ideal pada arus nol, laju kenaikan tegangan pemulihan
transien adalah

𝑑𝑣 𝑑𝑖 𝑍0 √2𝐼𝑓 𝑉
= 𝑍0 = = √2⍵𝑍0 𝐼𝑓 𝑥 10−6 ( )
𝑑𝑡 𝑑𝑡 1/⍵ µ𝑠
Amplitudo dari puncak pertama gelombang yang dipantulkan adalah
𝑑𝑣
𝑉=𝑡 (𝑉)
𝑑𝑡
di mana t adalah dua kali waktu transit lonjakan melalui 𝑍0 dan v adalah sudut system frekuensi.

10.6.3 Effects of Line Loss


atenuasi gelombang berjalan yang disebabkan oleh korona yang mereduksi kecuraman muka
gelombang di sepanjang garis. Atenuasi juga disebabkan oleh resistansi seri dan resistansi
kebocoran dan ini kuantitas jauh lebih besar dari nilai frekuensi daya.

Gambar 10.13 Bagian garis lossy (L dan C tidak ditampilkan)


Mempertimbangkan daya dan kerugian selama panjang garis 𝑑𝑥, yang ditunjukkan pada gambar
10.13 dimana resistansi dan konduktansi shunt persatuan panjang R(Ω) dan G(Ω^-1).
Kerugian tenaga = 𝑖 2 𝑅𝑑𝑥 + (𝑣 − 𝑑𝑣)2 𝐺𝑑𝑥 ≈ 𝑖 2 𝑅𝑑𝑥 + 𝑖 2 𝑍02 𝐺𝑑𝑥
Tenaga yang memasuki bagian garis = 𝑣𝑖 = 𝑖 2 𝑍0
Tenaga yang meninggalkan bagian garis = (𝑣 − 𝑑𝑣)(𝑖 − 𝑑𝑖 ) = (𝑖 − 𝑑𝑖 )2 𝑍0 ≈ 𝑖 2 𝑍0 − 2𝑖 0 𝑑𝑖

Sehingga,
𝑣𝑖 − (𝑣 − 𝑑𝑣)(𝑖 − 𝑑𝑖 ) = 𝑖 2 𝑅𝑑𝑥 + 𝑖 2 𝑍02 𝐺𝑑𝑥
2𝑖𝑍0 𝑑𝑖 = 𝑖 2 (𝑅 + 𝑍02 𝐺 )𝑑𝑥
𝑑𝑖 1 𝑅
= ( + 𝐺𝑍0 ) 𝑑𝑥
𝑖 2 𝑍0
1 𝑅
Ini memberikan konstanta waktu saat ini sebagai, [2 (𝑍 + 𝐺𝑍0 ) 𝑥] dan lonjakan amplitudo 𝑖 𝑖
0
memasuki bagian garis membusuk karena resistansi dan konduktansi,
1 𝑅
𝑖 = 𝑖 𝑖 𝑒𝑥𝑝[− 2 (𝑍 + 𝐺𝑍0 ) 𝑥] (10.15)
0

Juga, dapat ditunjukan bahwa,


1 𝑅
𝑣 = 𝑣𝑖 𝑒𝑥𝑝[− 2 (𝑍 + 𝐺𝑍0 ) 𝑥] (10.16)
0

Dan tenaga pada x adalah,


1 𝑅
𝑣 = 𝑣𝑖 𝑖 𝑖 𝑒𝑥𝑝[− 2 (𝑍 + 𝐺𝑍0 ) 𝑥] (10.17)
0

10.6.4 Digital Methods


10.6.5 Three Phase Analysis
Analisis fase tunggal dari suatu sistem seperti yang disajikan dalam bab ini mengabaikan
efek timbal balik yang ada antara tiga fase saluran, transformator, dan sebagainya di.
Tegangan transien karena pemberian energi dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan ini
kopling bersama dan juga oleh tiga kontak pemutus sirkuit tidak menutup di saat yang sama.
10.7 Electromagnetic Transient Program (EMTP)
Gambar 10.14 (a) Induktansi lumped, (b) Sirkuit ekivalen
10.7.1 Lumped Element Modelling
Induktansi L dari gambar 10.14 (a)
𝑑𝑖
𝑣 = 𝐿 𝑑𝑡 (10.18)

Persamaan dari (10.18) dapat


𝑡
𝑖 (𝑡) = 𝑖 (𝑡 − 𝛥𝑡) + ∫𝑡−𝛥 𝑣𝑑𝑡 (10.19)

Menerapkan aturan trapezium dimana :


𝛥𝑡
𝑖 (𝑡) = 𝑖(𝑡 − 𝛥𝑡) + [𝑣(𝑡) + 𝑣(𝑡 − 𝛥𝑡)]
2𝐿
𝛥𝑡 𝛥𝑡 𝑣 ( 𝑡)
= 𝑣 (𝑡) + 𝑖 (𝑡 − 𝛥𝑡) + 𝑣(𝑡 − 𝛥𝑡) = +𝐼 (10.20)
2𝐿 2𝐿 𝑅

Dimana ,
2𝐿 𝛥𝑡
𝑅= dan 𝐼 = 𝑖(𝑡 − 𝛥𝑡) + 𝑣(𝑡 − 𝛥𝑡) 2𝐿
𝛥𝑡

Di sini, R konstan dan I bervariasi seiring waktu. Sirkuit ekuivalen ditunjukkan pada Gambar
10.14 (b).
Perlakuan serupa berlaku untuk kapasitansi (C) (lihat Gambar 10.15 (a)). ,
Gambar 10.15 Sirkuit ekivalen untuk analisis transien
Mengintegrasikan dan menerapkan aturan trapesium memberi,

Dapat ditulis ulang,

(10.21)
Dimana

Resistensi diwakili langsung oleh,

(10.22)
Prosedur untuk menyelesaikan jaringan menggunakan EMTP adalah sebagai berikut:
1. Ganti semua elemen yang dikelompokkan dengan model yang dijelaskan dalam
persamaan (10.20), (10.21) dan (10.22).
2. Dari kondisi awal, tentukan𝑖 (𝑡 − 𝛥𝑡) = 𝑖(0) dan 𝑣 = (𝑡 − 𝛥𝑡) = 𝑣(0).
3. Selesaikan untuk i(t) dan v(t). Kenaikan waktu langkah demi 𝛥t dan hitung nilai baru dari
i dan v, dan seterusnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan matriks admitansi nodal
dan Eliminasi Gaussian. Jika ada mutual coupling antar elemen maka representasi menjadi
sangat kompleks.
Problem Bab 10
10.1 Sistem 345 kV, 60 Hz memiliki arus gangguan 40 kA. Kapasitansi busbar yang
dihubungkan dengan pemutus arus adalah 25.000 pF. Hitung lonjakannya impedansi busbar
dan frekuensi tegangan pemulihan (pemulihan) pada pembukaan.
(Jawab: 727 Ohm, 8760 Hz)
10.2 Rangkaian kapasitansi yang sangat kapasitif per fase 100 mF terputus dengan pemutus
sirkuit, induktansi sumber menjadi 1 mH. Celah pemecah pecah turun ketika tegangan yang
melewatinya mencapai dua kali tegangan saluran-ke-netral puncak sistem 38 kV. Hitung
arus yang mengalir dengan breakdown, dan frekuensinya, dan bandingkan dengan arus
pengisian normal dari rangkaian.
(Jawab: 24 kA, 503 Hz; catatan I = 2Vp / Z0)
10.3 Kabel 10 kV 64,5 mm2 mengalami gangguan 9,6 km dari pemutus sirkuit pada sisi
suplai. Hitung frekuensi tegangan penyetelan ulang dan tegangan maksimum lonjakan
setelah dua siklus transien. Kabelnya parameternya adalah (per km), kapasitansi per fase =
1,14 mF, resistansi = 5,37 V, induktansi per fase = 1,72 mH. Resistansi kesalahan adalah 6
Ohm.
(Jawab: 374 Hz; 16 kV)
10.4 Pemutus sirkuit 132 kV menginterupsi arus gangguan yang mengalir ke gangguan
simetris tiga fasa ke bumi pada arus nol. Infeed kesalahan adalah 2500 MVA dan kapasitansi
shunt, C, pada sisi sumber adalah 0,03 mF. Frekuensi sistem adalah 50 Hz. Hitung tegangan
maksimum yang melintasi pemutus sirkuit dan frekuensi tegangan restriksi. Jika arus
gangguan terjadi sebelum waktunya dipotong pada 50 A, perkirakan tegangan maksimum
yang melintasi pemutus arus potongan pertama saat ini.
(Jawab: 215,5 kV; 6,17 kHz; 43 kV)
10.5 Saluran udara impedansi lonjakan 500 V dihubungkan ke kabel lonjakan impedansi 50
Ohm. Tentukan energi yang dipantulkan kembali ke saluran sebagai persentase en ergi
datang.
(Jawaban: energi pantulan = 0.67 energi gelombang insiden)
10.6 Kabel induktansi 0,188 mH per fasa dan kapasitansi per fasa 0,4 mF terhubung ke jalur
induktansi 0,94 mH per fasa dan kapasitansi 0,0075 mF per fasa. Semua kuantitas adalah per
km. Lonjakan 1 p.u. magnitudo bergerak di sepanjang kabel menuju garis. Tentukan voltase
yang disetel di persimpangan garis dan kabel.
(Jawaban: 1,88 p.u)
10.7 Saluran udara yang panjang memiliki impedansi lonjakan 500 Ohm dan resistansi
efektif pada frekuensi lonjakan 7 Ohm / km. Jika terjadi lonjakan sebesar 500 kV memasuki
garis pada titik tertentu, hitung besarnya lonjakan ini setelahnya telah menempuh jarak 100
km dan menghitung rugi daya resistif gelombang selesai jarak ini. Kecepatan gelombang 3 x
10^5 km / s.
(Jawab: 250 kV; 375 MW)
10.8 Lonjakan persegi panjang 1 p.u. magnitudo menabrak kabel bumi (arde) di pusat
rentangnya antara dua menara dengan ketahanan efektif ke tanah 200 dan 50 Ohm. Kabel
arde memiliki impedansi lonjakan 500 Ohm. Tentukan tegangan yang ditransmisikan di luar
menara ke kabel bumi di luar rentang.
(Jawaban: 0,44vi dari menara 200 V dan 0,17vi dari menara 50 V)
10.9 Sebuah sistem terdiri dari elemen-elemen berikut secara seri: garis lonjakan panjang
impedansi 500 kaki, kabel (Z0 dari 50 Ohm), saluran pendek (Z0 dari 500 Ohm), kabel (Z0
dari 50 Ohm), garis panjang (Z0 dari 500 Ohm). Lonjakan membutuhkan waktu 1 ms untuk
melintasi setiap kabel (kabel memiliki panjang yang sama) dan 0,5 ms untuk melintasi garis
pendek yang menghubungkan kabel. Garis pendek adalah setengah panjang setiap kabel.
Tentukan, dengan menggunakan diagram kisi, p.u. tegangan sambungan kabel dan garis
panjang jika lonjakan berasal dari jalur jauh yang jauh.

(Jawaban: lihat Gambar 10.9)


10.10 Generator terhubung-bintang 3 p.h., 50 Hz, 11 kV, dengan titik bintangnya dibumikan,
adalah terhubung melalui pemutus sirkuit ke busbar. Tidak ada beban yang terhubung ke
busbar. Kapasitansi ke bumi di terminal sisi generator rangkaian breaker adalah 0,007mF
per fase. Korsleting tiga fase ke bumi terjadi di busbar dengan arus gangguan subtransien
simetris 5000 A. Masalah kemudian dibersihkan oleh pemutus sirkuit. Asumsikan gangguan
pada nol saat ini. (Sebuah) Buat sketsa tegangan di terminal pemutus sirkuit dari fase
pertama ke bersih. (b) Dengan mengabaikan redaman, hitung nilai puncak transien tegangan
pemulihan fase ini. (c) Tentukan waktu untuk tegangan puncak ini dan karenanya tingkat
rata-rata kenaikan tegangan pemulihan.
(Jawab: (b) 17,96 kV; (c) 16,7ms, 1,075 kV / ms)
10.11 Saluran transmisi AB yang sangat panjang dihubungkan dengan kabel bawah tanah BC
panjangnya 5 km. Di ujung C, kabel dihubungkan ke CD saluran transmisiPanjang 15 km.
Saluran transmisi adalah sirkuit terbuka di D. Kabel memiliki impedansi surja 50 Ohm dan
kecepatan perambatan gelombang pada kabel adalah 150 x10^6 m / s. Saluran transmisi
masing-masing memiliki lonjakan impedansi 500 Ohm. Langkah tegangan sebesar 500 kV
diterapkan pada A dan berjalan di sepanjang AB ke persimpangan B dengan kabel. Gunakan
diagram kisi untuk menentukan tegangan pada:
a. D segera setelah lonjakan mencapai D;
b. D pada saat 210 ms setelah lonjakan pertama mencapai B;
c. B pada saat 210 ms setelah lonjakan pertama mencapai B.
Buat sketsa tegangan pada B selama 210 ms ini.
(Jawab: (a) 330 kV, (b) 823 kV dan (c) 413 kV)

Solusi Problem Bab 10


10.1 Diketahui :

VA=345Kv = 345.00 V
f = 60 Hz
A = 40 kA = 40.000 A
C = 25.000 pF = 2,5x10-8 F
Ditanya :
Z =…..?
F =…..?
Dijawab :
1
F=
2𝜋√𝐿𝐶

1
60 =
2𝑥3,14(√𝐿𝐶 )

1
60 =
6,28(𝐿𝑥2,5𝑥10−8 )1/2
1
60 =
6,28(√ 𝐿𝑥1,581𝑥10−4 )
1
60 =
1,581
6,28(√ 𝐿𝑥 10.000)

1
60 =
6,28(√ 𝐿𝑥0.0001581)
1
60𝑥6,28 =
√ 𝐿𝑥0.0001581
1
376,8 =
√ 𝐿𝑥0.0001581
1
0,0001581𝑥376.8 =
√𝐿
1
0,0596 =
√𝐿
0,0596
1
√𝐿 =
0.0596
√𝐿 = 16.77852

√𝐿 = 4.096 𝐻

XL = 2𝜋xLxF

= 6,28x4,096x60
=1,543Ω

1
X c=
2𝜋𝑓𝑐

1𝑥106
=
6,28𝑥150
=106,2Ω

Z= √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝑐 )2
Z= √8,6252 + (1,543 − 106, ,2)2

Z= √74,39 + (−104,644)

Z= √ 74,39 + 10,944
10.2 Diket = C = 100 𝜇𝐹 = 1 X 10−4 F
L = 1 Mh = 0,001 H
V = 38 Kv = 38000 V
Ditanya = I =....?
f =....?
Jawab
1 𝐿
R= √
2 𝐶

1 0,001
= √
2 0,0001
1
= √10
2
1
= 3,162277660
2
= 0,5 X 3,162277660
= 1,581138830
= 1,58Ω

Arus
𝑉 38𝑘𝑣
a) I = = = 24,05 KA = 24 KA
𝑅 1,58Ω
1
b) f =
2𝜋√𝐿𝐶
1
=
2.2,14√ 0,001 𝑥 0,0001
1
=
6,28√ 0,000000100
1
=
6,20 𝑥 0,000316228
1
=
0,001985910
= 503,547492
= 504 𝐻𝑍
10.3 V = 10kV, 64,5mm2 9,6 km from CB, hitung frekuensi restriksi tegangan dan tegangan max
pada 2 cycle transion
C perk meter = 1,14µF
R perk meter = 5,37ohm
L perk meter = 1,72mH
Rfault = 6ohm
C = 11µF = 10,94µF = 10,94 . 10-6 F
R = 51,55 Ohm + 6 Ohm = 57,55 Ohm
L = 16,512mH = 16,51 . 10-3 H

1 1
𝜔𝑜 = =
√𝐿𝐶 √(61,51 × 10−3 × 10,94 × 10−6 )
= 2,358 × 104 𝑟𝑎𝑑/𝑠
104
1. frekuensi transien = 2,358 × 2𝜋𝐻𝑧
= 37kHz
𝑅 57,55
𝑥= = = 1742,9
2𝐿 2 × 16,52 × 10−3
2
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 2 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 = = 0,05𝑚𝑠
37 × 103
10
2. 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑉𝑚𝑎𝑥 = 2 × √3 𝑥 √ 2 = 16,3𝑘𝑉
−3
𝑣(𝑡) = 16,3[1 − 𝑒 −1742 ,9×0,05×10 × cos (2,358 × 104 × 0,05 × 10−3 )]

10.4 Fault infeed is 2500 MVA


C = 0.03x10-6 F f = 50 Hz
Lline voltage = 132x103 V
(132𝑥1 03 ) 2
Reactance of line = 6.97 𝛺
2500𝑥1 06

XL = 6.97 𝛺
𝑋𝐿 6.97
L= = = 0.022 H
2𝜋𝑓 100𝜋

𝐿
Surge Impedance Zs = √𝐶

0.022
=√ = 856 𝛺
0.03𝑥10 −6

1
Fn = 2𝜋 √𝐿𝐶
1
= 2𝜋 √0.022𝑥0 .03𝑥1 0−6
= 6.17 KHz

Max voltage at CB
2𝑥132𝑥1 03
Vmax = x √2
√3

= 215.5 KV

Current chop V C = 50 x ZS
= 50 x 856
= 42.8 KV
10.5 Tegangan yang ditransmisikan

V "= V + V '

Arus yang ditransmisikan

I "= I + I '

Dimana,
V '= Tegangan yang dipantulkan

V = Tegangan insiden

I '= Arus yang dipantulkan

I = Kejadian saat ini

Koefisien transmisi atau refleksi tegangan Tv = V "/ V

Koefisien transmisi atau refleksi arus Ti = I "/ I


Tv = V "/ V = 2Zl / (Zl + Zs)

Dimana,
Zl = Impedansi lonjakan beban

Zs = Impedansi lonjakan saluran

Oleh karena itu,

V "= 100 * 10³ * 2 * 50/550 = 18,18 kV


10.6 Diketahui: 𝐿 1 = 0,188 mH =0,188 x 1000 = 188 H
𝐶1 = 0,4 F
𝐿 2 = 0,94 mH
𝐶2 = 0,0075 Jf

Ditanya: V?
JAWAB

1 𝐿
R = 2 √𝐶

1 940
=
2
√0,0075

1
= 2 √125,3
1
= 2 𝑥 11,19

= 5,6 p.u

𝑅
𝛼= 2𝐿

5,6
= 2 𝑥 940
5,6
= 1880

= 0,0029
𝜔0= 1
√𝐿.𝐶

1
=
√940 .0,0075

1
=
√7,05

1
=
2,65

= 0,37

𝜔0
F=
2𝜋

0,37
=
2 𝑥 3,14
0,37
=
6,28

= 0,05 Hz

5
t= 0,05 𝑥 10 3

= 0,1s

300
Vmax = 2 x x √2
√3

600 𝑥 √2
=
√3
848
= √3

= 489 Kv
V(t) = Vmax [ 1-𝑒 −𝛼 . 𝑡 cos 𝜔0 . 𝑡]
= 489 [ 1-𝑒 −0,0029 . 0,1 cos 0,37 .0,1]
= 489 [ 1-𝑒 −0,0029 cos 0,37 ]
= 489 [ 1 - 0,99971 . 0,99931]

= 489 [1 – 0,996]
= 489 . 0,004
= 1,9 p.u atau 1,88 p.u
10.7 Sebuah saluran udara memiliki sebuah impedansi surja sebesar 500Ω dan memiliki
efektivitas tahanan frekuensi surja sebesar 7Ω/km.Jika terdapat sebuah surja yang masuk ke
jaringan pada titik tertentu dengan besaran nilai 500kV,hitung besaran surja tersebut setelah
melintasi jaringan dengan jarak 100km dan hitung rugi daya resitif dari gelombang pada
jarak tersebut.Kecepatan gelombang adalah 3 × 105 km/s

SOLUSI
Pertimbangan rugidaya (dp) dalam jangka panjang (dx),dimana resistansi dan shunt
dinyatakan dengan notasi R(Ω) danG(Ω-1 ) maka:

𝑑𝑝 = 𝑖 2 𝑅𝑑𝑥 + (𝑣 − 𝑑𝑣)2 𝐺𝑑𝑥 ≈ 𝑖 2 𝑅𝑑𝑥 + (𝑖 2 𝑍0 2 − 2𝑖𝑍0 2 𝑑𝑖)𝐺𝑑𝑥, 𝐺=0

Daya saatt baru masuk:


𝑝 = 𝑣𝑖 = 𝑖 2 𝑍0

Daya pada akhirnya


𝑝1 = (𝑣 − 𝑑𝑣)(𝑖 − 𝑑𝑖 ) = (𝑖 − 𝑑𝑖)2 𝑍0 ≈ 𝑖 2 𝑍0 − 2𝑖𝑍0 𝑑𝑖

Sehingga,rugi daya dp:


𝑝 − 𝑝1 = −2𝑍0 𝑑𝑖 = 𝑖 2 𝑅𝑑𝑥
𝑑𝑖 1 𝑅 1 𝑅
= − ( ) 𝑑𝑥 → 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑔𝑟𝑎𝑙 → ln 𝑖 = − ( ) 𝑥 + 𝐶
𝑖 2 𝑍0 2 𝑍0
1 𝑅 1 𝑅 1 𝑅
− ( ) 𝑥+𝐶 − ( )𝑥 − ( )𝑥
⇔ 𝑒 ln 𝑖 = 𝑒 2 𝑍0 ⇔ 𝑖 = 𝑒𝐶 𝑒 2 𝑍0 ⇔ 𝑖 = 𝑖 0𝑒 2 𝑍0

Drop tegangan berdasarkan persamaan diatas:


1 𝑅
− ( )𝑥
𝑣𝑥 = 𝑣0 𝑒 2 𝑍0

Maka,nilai besaraan surja pada jarak x=100km:


1 𝑅 1 7
− ( )𝑥 ( )100
𝑣100 = 𝑣0 𝑒 2 𝑍0 = 500 × 𝑒 − 2 500 = 248,3 𝑘𝑉 ≈ 250 𝑘𝑉

Nilai rugi daya resistansinya:


𝑣0 500 × 103
𝑖 0𝑘𝑚 = 𝑖 0 = = = 1000 𝐴
𝑍0 500
𝑣100 250 × 103
𝑖 100𝑘𝑚 = 𝑖 100 = = = 500 𝐴
𝑍0 250
𝑃𝑅𝑈𝐺𝐼 = 𝑃0𝑘𝑚 − 𝑃100𝑘𝑚 = 𝑣0 𝑖 0 − 𝑣100 𝑖100 = (500 × 1 ) − (250 × 0,5)
= 500 − 125 = 375𝑀𝑊

10.8 Pembuktian
Untuk Menara dengan resistansi 200 Ω :
𝑍2 + 𝑅 − 𝑍1
𝑉𝑟𝐴 = 𝑣
𝑍1 + 𝑍2 + 𝑅 𝑖
50 + 500 − 200
= 𝑣
200 + 50 + 500 𝑖
350
= 𝑣
750 𝑖
= 0,466 𝑣𝑖

Untuk Menara dengan resistansi 50 Ω :


𝑉𝑟𝐵 = (𝑉𝑟𝐴 )2 𝑣𝑖
= (0,466)2 𝑣𝑖
= 0,21 𝑣𝑖

Maka diperoleh hasil: 0,466 vi dari menara 200 Ω dan 0,21 vi dari menara 50 Ω.
10.9 Dari gambar pada problem 10.9 dapat diketahui nilai p.u. tegangan sambungan kabel dan
saluran panjang. Karena lonjakan berasal dari saluran panjang, maka nilai tegangan saluran
panjang sama dengan lonjakan (𝑣𝑖 ) yaitu 1 p.u.. Untuk tegangan pada saluran pendek sebagai
berikut :
0,5 𝑥 500
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 = = 0,238 p.u.
500+50+500

10.10 Diketahui :

𝑓 = 50𝐻𝑧

V = 11kV

C = 0.007 nF

A = 5.000 A

Ditanya :

b) Dengan mengabaikan redaman, hitung nilai puncak transien tegangan pemulihan fase ini.
c) Tentukan waktu untuk tegangan puncak ini dan karenanya tingkat rata-rata kenaikan tegangan
pemulihan.

Dijawab :

𝑉 11.000
Perhitungan beban 𝑅 = = = 2.2 Ω
𝐼 5000

1 1
Parameter ∞0 √𝐿𝐶 = √ 6.𝑥10 −3 +7𝑥10 −3 = 4.48𝑥103 𝑟𝑎𝑑/𝑠

4.48𝑥10 3
Frekuensi transient : 𝑓 = = 8.99𝑘𝐻𝑧
50𝐻𝑧

𝑅 2.2 2.2
𝑎= = −3
= = 𝟏𝟕. 𝟏𝟖𝟕𝟓
2𝐿 2𝑥6.4𝑥10 0.128
5 5
Waktu : 8.96𝑥10 3 = 8.9600 = 5.580357143𝑥105

Maxsimal voltage

2𝑋11
𝑉 𝑥√2
√3

22𝑥 √2
=
√3

31.11269837
=
√3

= 17.96292478 𝑉

=17.96 kV
−3
𝑐0𝑠(4.48𝑥10 4 𝑥5.580357143 𝑥10 −3 )
𝑉 (𝑡) = 17.96292478[1 − 𝑒 −17.1875𝑥5 .580357143𝑥 10

= 17.96292478 − 0.93969262 cos 25.000

= 17.023.23216 𝑉

= 17.023 kV

Jadi, hitung nilai puncak transien tegangan pemulihan fase ini adalah 17.96 kV
Dan waktu untuk tegangan puncak ini dan karenanya tingkat rata-rata kenaikan tegangan
pemulihan adalah 𝟏𝟕. 𝟏𝟖𝟕𝟓 𝒎𝒔 , 17.023 kV/ms

10.11

Diketahui :

➢ Zi=500 Ω
➢ 𝑍2 = 50 𝛀
➢ 𝑉𝑖 = 500 𝑘𝑉
• Koef Pantul line to cable
50 − 500
α1 = = 0,818
50 + 500
• Koef refraksi line to cable
2𝑥50
α1 = = 0,182
50 + 500
• Koef refraksi cable to line
50 − 500
α1 = = 0,818
50 + 500

• Koef refraksi cable to line


2𝑥50
α1 = = 0,182
50 + 500
a) Lonjakan tegangan dititik D
= α𝑍 2 𝑉𝑖
= (0,818)2 𝑥550
=334,562 Kv
b) Titik D Ketika 210 µ5 setelah lonjakan pertama di B
= 2α2 𝑉𝑖
= 2𝑥0,818x500
= 818 𝑘𝑉
c) Titik B ketika µ5
= α2 𝑉𝑖
= 0,818𝑥500
= 409 𝑘𝑉

Anda mungkin juga menyukai