1. Untuk unit produksi yang belum selesai di akhir tahun dapat ditentukan apakah produksi tersebut sudah
memenuhi equivalen unit of production (EUP). Ada dua metode untuk menghitung EUP
a. Weighted average dan FIFO
b. FIFO dan LIFO
c. Fair value less cost to sell
d. Weighted average dan LIFO
2. Untuk mengantisipasi hal hal yang tidak terjangkau dalam asumsi berbentuk numeric (analisis kuantitatif).
Seperti karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki dan dituangkan dalam bentuk
analisis
a. Model
b. Kualitatif
c. Kuantitatif
d. Incremental
3. Walaupun secara legal, pengelolaan dana pension harus terpisah dari perusahaan namun perusahaan harus
mencatat
a. Kewajiban pension yang harus dibayar
b. Selisih lebih yang diperoleh pengelola dana pension
c. Net asset yang diperoleh oleh dana pension
d. Total asset yang dikelola oleh dana pension
4. Saham treasuri adalah saham sendiri yang dibeli oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai kas
nganggur, notasi saham treasuri dalam kelompok ekuitas adalah
a. Penambah atau plus
b. Pengurang atau minus
c. Plus atau minus
d. Plus dan minus
5. Contoh biaya tetap produksi yang tidak terpengaruh oleh tingkat produksi adalah
a. Biaya pemeliharaan rutin mesin-mesin produksi
b. Biaya listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin produksi
c. Biaya beban pembantu pembuatan barang
d. Gaji petugas pengamanan pabrik
6. Laporan laba rugi perusahaan yang menggunakan metode variable costing. Revenue dikurang harga pokok
penjualan adalah
a. Net profit margin
b. Gross profit
c. Contribusi margin
d. Profit margin
7. Bila perusahaan ingin meningkatkan volume produksi namun masih dibawah kapasitas maksimal produksi,
maka dana yang dibutuhkan untuk peningkatan volume hanya terkait dengan biaya
a. Semi variable
b. Biaya variable
c. Biaya tetap per unit
d. Biaya tetap
8. Menurut standar akuntansi keuangan, nilai inventory yang tercatat mengandung 4 unsur yaitu ; direct material,
direct labor, variable overhead, dan
a. Fixed overhead control
b. Budgeted overhead
c. Applied fix overhead
d. Semi variable overhead
10. Metode variable costing hanya menetapkan harga pokok barang berdasarkan biaya variable,
diantaranya
a. Biaya admin bagian keuangan
b. Biaya listrik khusus untuk mesin-mesin produksi
c. Biaya sales dan marketing
d. Biaya pemeliharaan gedung kantor
11. Metode standar akuntansi keuangan, perusahaan harus menyajikan nilai perolehan maupun
harga pokok penjualan berdasarkan model perhitungan tertentu. Model dimaksud
a. Variable costing
b. Pool costing
c. Direct costing
d. Absorption costing
12. Persediaan barang jadi di gudang di awal tahun, ditambah barang jadi yang dikirim pabrik disebut
a. Harga pokok barang yang dijual
b. Persediaan barang akhir tahun
c. Barang tersedia untuk dijual
d. Barang sudah laku dijual
14. Karena indirect cost tidak mudah untuk diidentifikasi, karena digunakan bersama oleh sejumlah
produk lainnya, maka digunakan cara untuk memudahkan analisis alokasi biaya, disebut
a. Direct costing
b. Overhead costing
c. Absorption cost
d. Cost pool
15. Merupakan model umum yang digunakan dalam pemecahan pengalokasian sumber-sumber yang
terbatas secara optimal adalah
a. Model incremental
b. Decision model
c. Analisis diferensial
d. Linier programming
17. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual oleh perusahaan
retailer:
Harga beli US $4.95
Beban Penjualan variable US $2.00
Beban admnistrasi variable US $1.00
Biaya tetap US $7.500
Penjualan yang diharapkan/tahun 5000 units
Menggunakan pendekatan kontribusi dalam penetapan harga, manakah harga berikut yang
merupakan harga terendah yang dapat dibebankan pada jangka pendek?
a. $8
b. $9
18. Yang mana dari biaya-biaya ini yang tidak mudah dialokasi ke dalam produk
a. Biaya listrik variable
b. Biaya listrik tetap
c. Upah langsung
d. Bahan mentah
19. Salah satu unsur biaya yang tidak relevan dalam menentukan membuat sendiri atau membeli dari pihak lain
adalah:
a. Sunk cost
b. Fixed cost
c. Semi variable cost
d. Variable cost
20. Salah satu aktivitas dalam sistem penganggaran ABC adalah inspection and Testing. Apa cost driver dari
aktivitas ini?
a. Number of setup
b. Number of product
c. Number of order
d. Number of units produced
21. Kelemahan dari pusat biaya adalah:
a. Adanya potensial pergeseran biaya
b. Adanya potensi pengurangan biaya
c. Adanya potensi pertambahan biaya
d. Adanya penimbunan biaya
22. Bila anda sebagai manajer regional dari suatu produk di argentina, maka organisasi anda adalah:
a. Cost center
b. Profit center
c. Investment center
d. Revenue center
23. Scrap adalah sisa bahan baku karena adanya proses produksi, misalnya sisa lempengan alumunium dalam
proses pembuatan badan pesawat terbang. Jika scrap ini bisa dijual, maka secara akuntasi, perlakuannya
adalah:
a. Mengurangi variable cost
b. Mengurangi biaya factory overhead
c. Mengurangi biaya direct material
d. Dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain
24. Normal spoilage muncul dalam kondisi operasi normal yang tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek.
Dalam rangka efisiensi maka barang cacat normal ini diperlakukan sebagai:
a. Masuk biaya sales dan marketing, karena produk di pesan oleh bagian penjualan
b. Biaya produk, masuk dalam biaya barang yang dihasilkan
c. Masuk biaya lain-lain, karena barang cacat tidak bisa dikendalikan
d. Biaya umum, terpisah dari biaya produksi
26. Contoh-contoh perusahaan yang menggunakan Job Order Costing dan Process Costing adalah:
a. Job order costing: lantai kramik; process costing: bengkel pembuat teralis, pagar rumah
b. Job order costing: pabrik pembuat spidol; process costing: pembuat kapal pesiar
c. Job order costing: pabril pembuat spare part mobil; process costing: kontraktor pembuat rumah
d. Job order costing: pabrik pesawat terbang boeing; process costing; pabrik minuman teh botol
27. Anda adalah manajer pemeliharaan suatu perusahaan. Pengukuran Kinerja yang relevan adalah:
a. Cost driver
b. Fixed cost
c. Semi variable cost
d. Variable cost
28. Dalam menghitung harga pokok barang yang dijual (HPP). Persediaan akhir adalah sebagai unsur:
a. Pengurang
b. Penambah
c. Pengkali
d. Pembagi
30. Untuk menghitung total biaya mixed cost, digunakan rumus: Y = a + bX, dimana:
a. \X\ adalah unit aktivitas
b. \b\ adalah biaya variable perunit dari aktivitas
c. \a\ adalah biaya variable per unit dari aktivitas
d. \Y\ adalah total aktivitas dalam satu periode
31. Satu analisis yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai pilihan untuk dipilih yang paling menguntungkan
a. Analisa benefit
b. Analisa oprtunitas
c. Analisa diferensial
d. Analisa profit
33. Jika perusahaan ingin menjual sebanyak mungkin produk A namun terbatas dengan sumber daya. Maka
keputusan yang harus di ambil adalah memaksimalkan margin \nkontribusi per unit dalam sumber daya yang
terbatas. Analisa ini menggunakan
a. Relevan cost dan decision making
b. Make or buy decision
c. Analisa diferensial dan decision model
d. Capacity constrain dan product mix
34. Break even point dalam rupiah penjualan sama biaya tetap dibagi
a. Average fixed cost
b. Biaya variable
c. Constribution margin ratio
d. Profit margin
35. Biaya yang secara total tetap, tetapi per unitnya berubah, sejalan bertambah atau berkurangnya unit yang
diproduksi disebut
a. Full cost
b. Variable cost
c. Indirect cost
d. Fixed xost
36. Pemicu pendapatan yang dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja yang relevan adalah
a. Biaya pengiriman
b. Analisa distribusi barang
c. Gaji bagian penjualan
d. Customer service
37. Analisa cost volume profit dalam prakteknya sama dengan analisa
a. Break through analysis
b. Economic value added
c. Value added tax
d. Break even point
38. Dalam system penganggaran volume-based (tradisional), biaya tidak langsung (overhead) langsung
dimasukan dalam satu cost-pool tunggal dan dibebankan
a. Keseluruhan produk akhir berdasarkan tipe atau jenis produk
b. Keseluruhan produk akhir berdasarkan kualitas produk
c. Keseluruhan produk akhir dengan pro rata
d. Keseluruhan produk akhir berdasarkan harga produk
40. Analisa cost volume profit adalah analisa yang menghubungkan Antara
a. Harga bahan baku, volume produksi, biaya variable per unit dan total biaya tetap
b. Harga, volume produksi, biaya variable per unit dan biaya tetap per unit
c. Harga, volume produksi, total biaya variable dan total biaya tetap
d. Harga, volume produksi, biaya variable per unit dan total biaya tetap
41. Dalam total biaya, biaya apakah yang menjadi bagian dari prime cost maupun conversion cost
a. Fixed overhead
b. Direct labor
c. Variable overhead
d. Direct materia
42. Manakah dari pilihan berikut yang merupakan jenis jenis entitas yang sering menggunakan sistem process
costing
a. Pabrik furniture
b. Kantor konsultan hokum
c. Galangan kapal
d. Produsen peralatan gas alam
43. Gaji dari presiden direktur sebuah perusahaan akan diklasifikasikan dalam laporan laba/rugi (income
statement) sebagai
a. Biaya tenaga kerja langsung
b. Beban penjualan
c. Biaya manufacturing overhead
d. Beban administrative
45. Dalam laporan laba rugi yang disiapkan menggunakan metode variable-costing, fixed factory overhead akan
a. Digunakan dalam perhitungan contribution margin
b. Diperlakukan sama dengan variable factory overhead
c. Digunakan dalam perhitungan operating income tapi tidak dihitung dalam perhitungan contribution
margin
d. Tidak digunakan
46. Dua atau lebih barang yang diproduksi dari input yang sama disebut
a. Common costs
b. Sunk cost
c. Join products
d. Join costs
47. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu, direct materials, direct labor,
dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead dari produksi mobil adalah
a. Biaya dari ban untuk tiap mobil
b. BIAYA DARI PERALATAN PERALATAN KECIL DALAM PEMASANGAN BAN TIAP MOBIL
49. Tujuan paling cepat yang ingin dicapai oleh analisis theory of constraint (TOC) adalah untuk
a. Memaksimalkan contribution margin melalui batasan batasan
b. Memaksimalkan biaya material langsung
c. Memaksimalkan efisiensi dari seluruh proses produksi
d. Melancarkan aliran produksi untukmenghapuskan cadangan dalam sistem
51. Ketika mempertimbangkan pesanan khusus yang akan memungkinkan perusahaan untuk memnafaatkan
kapasitas menggangurnya (idle capacity), manakah dari pilihan biaya berikut yang irrelevant
a. Overhead manufaktur
b. Depresiasi
c. Material
d. Tenaga kerja langsung
52. Ketika perusahaan multi-product beroperasi penuh, keputusan harus diambil terhadap produk apa saja yang
akan dikembangkan. Dalam membuat keputusan semacam itu, produk harus diranking berdasarkan
a. Contribution margin per unit
b. Contribution margin per unit of the constraining resource
c. Unit sales volume
d. Selling price per unit
53. Steve rogers baru-baru ini bekerja sebagai koki penggoreng di Burger Breath drive Thru namun berpikir untuk
berhenti dari pekerjaannya untuk kuliah pada semester depan. Pernyataan manakah di bawah ini yang akan
dipertimbangkan sebagai opportunity dalam keputusan tersebut
a. Gaji rogers di Burger Breath yang akan hilang
b. Biaya dari buku kuliah
c. Biaya cola yang aka dikonsumsi oleh Rogers selama kuliah
d. Jawaban A dan B benar
56. Pernyataan manakah berikut ini yang berkaitan dengan grafik dari biaya tetap dan varibal yang benar
a. Biaya tetap memiliki nilai nol ketika tidak ada proses produksi
b. Biaya variable dapat digambarkan dengan garis lurus dimana biaya memiliki nilai sama untuk masing2
data
c. Biaya tetap dapat digambarkan dengan garis lurus mulai dari awal dan berlanjut sampai seluru data
d. Biaya variable bernilai nol ketika tidak ada proses produksi
57. Pilihan biaya manakah di bawah ini ayng seharusnya tidak dimasukkan dalam product cost untuk laporan
internal manajemen yang digunakan dalam pengambilan keputusan
a. Biaya biaya organization sustaining activities
b. Biaya biaya product level activities
c. Biaya biaya batch level activities
d. Biaya biaya unit level activities
58. Product costs akan muncul dalam laporan keuangan bagian neraca
a. Hanya jika pada akhir periode barang produksi baru setengah jadi WIP atau tidak terjual pada akhir
periode
b. Hanya jika barang tidak terjual pada akhir periode
c. Hanya jika pada akhir periode barang produski baru setengah jadi WIP
d. Hanya dalam perusahaan dagang
59. Biaya sekarang dan biaya pada masa depan yang akan berbeda pada tiap alternative dipertimbangkan
sebagai … dalam pengambilan keputusan
a. Biaya produksi
b. Biaya relevan
c. Biaya tetap
d. Biaya variable
61. Ketika menerapkan pendekatan cost benefit untuk pengambilan keputusan, kriteria utama adalah bagaimana
tujuan manajemen dapat dicapai dalam hubungannya dengan biaya. Biaya biaya tersebut termasuk juga
a. BIAYA MASA DEPAN YANG BERBEDA ANTAR TINDAKAN DITAMBAH DENGAN FAKTOR
FAKTOR KUALITATITF YANG TIDAK TERUKUR SECARA NOMINAL
62. Biaya pembelian pelumas untuk peralatan operasional produksi dalam pabrik termasuk
a. Prime cost
b. Period cost
c. Direct cost
d. Indirect cost
MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL
KATA PENGANTAR
Kehadiran modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai acuan dan
materi pelatihan sertifikasi QIA, dan juga sebagai referensi di bidang pendidikan dan
pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi auditor internal.
Semoga kehadiran modul ini dapat bermanfaat bagi para peserta pelatihan,
instruktur/fasilitator, dan pembaca yang budiman.
Mohamad Hassan
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ............................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 7
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ 11
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................................. 12
PETA KONSEP MODUL ..................................................................................................... 14
PENDAHULUAN ................................................................................................................
1. Deskripsi Singkat ....................................................................................................
2. Prasyarat Kompetensi ............................................................................................
3. Standar Kompetensi ...............................................................................................
4. Kompetensi Dasar ..................................................................................................
5. Relevansi Modul .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
A. Langkah-Langkah Pembelajaran
Untuk dapat memahami isi dari modul Managerial Accounting ini maka peserta diklat
harus mempersiapkan dan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pahami indikator yang hendak dicapai pada setiap Bagian;
2. Baca modul baik-baik dan pelajarilah dengan teliti semua topik terkait dengan
Bagian yang Anda baca;
3. Cobalah kerjakan latihan yang tersedia;
4. Baca kembali rangkuman yang tersedia untuk lebih meningkatkan pemahaman;
5. Kerjakan tes formatif yang tersedia dan selanjunya pergunakan umpan balik dan
tindak lanjut yang ada untuk menilai kemampuan yang telah anda miliki;
6. Apabila nilai Anda masih kurang, pelajari kembali Bagian yang bersangkutan sebelum
menuju ke Bagian lebih lanjut;
7. Diskusikan secara berkelompok studi kasus agar pemahaman tentang materi
menjadi lebih baik.
8. Kerjakan tes sumatif untuk mengetahui tingkat kompetensi yang telah Anda miliki
secara keseluruhan;
9. Cobalah untuk mencari dan membaca literatur terkait yang disebutkan dalam modul
untuk memperkaya pemahaman Anda;
10. Selamat belajar dan semoga sukses.
B. MetodePembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan konsep
fondasi audit internal, diikuti dengan tanya jawab, diskusi kelompok/studi kasus, dan
presentasi studi kasus.
C. Waktu Pembelajaran
Waktu Pelaksanaan yang dibutuhkan selama 3 sessi atau 3 jam latihan (jamlat), dengan
pembagian waktu sebagai berikut:
Pokok Bahasan Waktu
Process Costing
Responsilibity Accounting
KEGIATAN BELAJAR I
TERMINOLOGI MANAJEMEN BIAYA
Berikut ini pembahasan mendasar mengenai biaya. Secara mendasar atas pengertian
dan ruang lingkup mengenai biaya terdapat tiga hal yang utama yaitu:
Biaya (cost) merupakan sejumlah penggunaan atau pengorbanan sumberdaya yang
terukur untuk tujuan tertentu.
Sebagai contoh dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, suatu pengeluaran secara
akuntansi dapat dibukukan sebagai aset atau aktiva setelah memenuhi definisi tertentu
(dikenal dengan istilah dikapitalisir/capitalized) atau dapat juga dibukukan sebagai
beban periode berjalan (dikenal dengan istilah expense).
Setiap pengeluaran pada umumnya berbentuk pengorbanan sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan.Pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan merupakan pengorbanan
atas asset berupa uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan dalam rangka untuk
memperoleh sesuatu yang dapat berbentuk barang dan jasa. Selain jumlah uang yang
dikorbankan, biaya (cost) juga dapat berbentuk selain uang tunai misalkan dalam bentuk
inventory pada saat proses penjualan terjadi.
Pada saat penjualan maka perusahaan akan menyerahkan inventory yang dimiliki
kepada pembeli sehingga terdapat “pengorbanan” dalam inventory yang bertujuan
untuk mendapatkan asset lain dalam bentuk uang tunai ataupun tagihan (klaim) kepada
pihak ketiga.
Definisi ini merupakan penjelasan dari sisi pengeluaran atau sisi sumber daya
yangdikorbankan. Dari sisi tujuan dapat dijelaskan bahwa atas pengeluaran yang
dilakukan padasaat yang sama perusahaan akan memperoleh sesuatu yang menjadi
tujuan ataspengeluaran tersebut. Pengeluaran untuk membayar tagihan listrik dan air
atas pemakaiandalam periode tertentu akan dibukukan sebagai beban (expense) dan
membebanipendapatan periode yang sama. Expense ini telah dinikmati oleh perusahaan
dalam jangkawaktu yang pendek (dalam hal utilitas periode penggunaan air dan listrik
umumnya untuk 1bulan). Sementara itu pengeluaran lain yang dilakukan untuk
memperoleh aset tertentudimana aset ini dapat digunakan oleh perusahaan akan
dilaporkan sebagai asset terlebihdahulu baru kemudian dibebankan melalui mekanisme
akuntansi yang proper. Pada saatterjadi biaya/pengeluaran maka biaya belum dapat
dibukukan untuk menekan laba bersihperusahaan melainkan dapat dikapitalisir menjadi
asset terlebih dahulu baru kemudian padaakhirnya juga dibebankan.
disepakati oleh perusahaan misalkan seiring dengan masa manfaat pemakaian normal
dan dibukukan sebagai Beban Depresiasi.
Pada akhirnya seluruh pengeluaran akan menjadi nol baik dibukukan sebagai expense
maupun terkapitalisasi sebagai asset. Pengeluaran ini diharapkan akan diikuti dengan
pendapatan yang dihasilkan dari pengeluaran tersebut.
Cost object atau tujuan biaya adalah dimana biaya tersebut relevan untuk dilaporkan
atau dikelompokkan. Secara definisi menurut Horngren cost object adalah segala
sesuatu dimana pengukuran biaya akan diinginkan (cost object are anything for which a
measurement of costs are desired).
Pengelompokan biaya ini akan bermanfaat dalam mendukung interpretasi dan analisis
biaya itu sendiri. Pengelompokkan biaya berdasarkan tujuannya secara umum dapat
dikelompokkan dalam biaya terkait dengan kegiatan memproduksi suatu produk, biaya
terkait dengan sumberdaya manusia, biaya secara departemen, biaya secara periode,
dan lain-lain.
Pengelompokkan biaya dalam karakteristik yang sama akan sangat membantu dalam
melakukan evaluasi dan analisis atas prilaku biaya baik analisis secara horisontal,
vertikal, maupun antar waktu. Biaya yang memiliki karakteristik kelompok yang sama
akan dikelompokkan dalam satu kelompok misalkan biaya terkait kegiatan produksi akan
dikumpulkan dalam satu kelompok biaya. Setelah biaya terkumpul dalam object yang
sama maka analis dapat melakukan evaluasi trend peningkatan/penurunan biaya
produksi periode saat ini dibandingkan dengan periode sebelumnya, ataupun
dibandingkan dengan produk lainnya, ataupun lebih jauh dapat dianalisis prilaku biaya
dalam hal biaya produksi per unit produksi.
Cost driver atau pengacu biaya adalah dasar yang secara rasional dan fair digunakan
dalam mengalokasikan suatu biaya yang umum menjadi biaya berdasarkan tujuannya
(cost object). Sebagaimana dikemukakan dalam cost object melalui pengelompokkan
biaya maka analisis dapat dilakukan namun sering kali terdapat biaya yang tidak unik
dan umum serta jika diteliti lebih lanjut merupakan pengorbanan sumber daya untuk
berbagai tujuan (cost object). Untuk itu diperlukan cost driver yang fair untuk
mengalokasikan biaya bersama ini ke dalam tiap object. Contoh cost driver adalah biaya
jam kerja mesin untuk satu pesawat yang melayani lebih dari dua rute dalam satu
penerbangan. Biaya untuk tiap rute sebagai cost object akan dapat diukur secara andal
khususnya dalam pemakaian bahan bakar dengan menggunakan jam kerja mesin,
demikian juga untuk biaya lainnya.
B. Definisi Dasar
Akuntan mendefinisikan biaya (cost) sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrified)
atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur
dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau
jasa.Biaya adalah ukuran dari sumber daya yang digunakan untuk tujuan tertentu.Dalam
pelaporan keuangan, biaya dapat dikapitalisasi baik sebagai aset maupun beban.
Obyek biaya (cost object) adalah segala entitas dimana biaya-biaya dapat
dilekatkan.Misalnya, produk-produk, proses, tenaga kerja, departemen, dan fasilitas-
fasilitas.
Pemicu biaya (cost driver)adalah variabel yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam
rentang waktu tertentu. Cost driver adalah dasar yang digunakan untuk menetapkan
biaya pada cost object. Cost driver adalah sebuah ukuran aktivitas, seperti jam kerja
direct labor atau jam penggunaan mesin, yang merupakan faktor menyebabkan
timbulnya biaya.Jika biaya desain produk berubah sejalan dengan perubahan jumlah
komponen produk, jumlah komponen adalah pemicu biaya atas biaya desain produk.
Contoh lain adalah kilometer perjalanan kendaraan sering menjadi pemicu biaya atas
biaya distribusi.
C. Manufacturing Vs Non-Manufacturing
Biaya dari produk manufaktur dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe:
1. Biaya bahan langsung (direct material costs) adalah biaya perolehan semua bahan
yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari obyek biaya (barang dalam proses dan
kemdia barang jadi) dan dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan cara ekonomis.
Biaya perolehan bahan langsung mencakup beban angkut (pengiriman
masuk/freight-in), pajak penjualan, serta bea masuk. Contoh biaya bahan langsung
adalah alumunium yang digunakan untuk membuat kaleng kemasan minuman
berenergi.
2. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct manufacturing labor costs) meliputi
kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke obyek
biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis.
Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta
pekerja lini perakitan yang mengonversi bahan langsung yang dibeli menjadi barang
jadi.
3. Biaya manufaktur tidak langsung (indirect manufacturing costs) adalah seluruh biaya
manufaktur yang terkait dengan obyek biaya (barang dalam proses dan kemudian
barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah perlengkapan, bahan
tidak langsung seperti minyak pelumas, biaya tenaga kerja manufaktur tidak
langsung seperti pekerja bagian perawatan mesin dan kebersihan, sewa pabrik,
asuransi pabrik, pajak atas kepemilikan pabrik, penyusutan pabrik, serta kompensasi
bagi manajer pabrik. Kategori biaya ini umumnya disebut sebagai biaya overhead
manufaktur (manufacturing overhead costs) atau biaya overhead pabrik (factory
overhead).
dalam proses dan persediaan barang jadi untuk mengakumulasi biaya penciptaan aktiva
tersebut. Ketika produk terjual, biaya manufaktur dicocokkan dengan pendapatan dari
penjualan tersebut.Harga pokok penjualan mencakup semua biaya manufaktur (biaya
bahan langsung, biaya tenaga kerja manufaktur langsung, dan biaya overhead
manufaktur) yang terjadi untuk membuat barang yang dijual.
Untuk perusahaan sektor jasa, tidak adanya persediaan berarti tidak ada biaya
persediaan (inventoriable costs). Biaya periode adalah semua biaya yang dicantumkan
pada laporan laba-rugi selain harga pokok penjualan.Biaya periode diperlakukan
sebagai beban periode akuntansi ketika biaya itu terjadi karena diharapkan memberi
manfaat lagi pada periode berikutnya.Membebankan jenis biaya ini pada periode
terjadinya berarti menandingkan biaya terhadap pendapatan.
Untuk perusahaan sektor manufaktur, biaya periode yang dicatat dalam laporan laba-
rugi merupakan semua biaya nonmanufaktur (misalnya biaya desain dan biaya
distribusi). Bagi perusahaan sektor perdagangan, biaya periode yang tercantum pada
laporan laba-rugi adalah semua biaya yang tidak berkaitan dengan harga pokok
pembelian barang yang akan dijual kembali. Karena tidak ada biaya eprsediaan pada
perusahaan sektor jasa, maka semua biaya yang dicantumkan dalam laporan laba-rugi
merupakan biaya periode.
Untuk dapat memberikan dasar yang memadai sebelum melakukan analisis terhadap
data-data terkait dengan akuntansi manajemen, dinilai perlu penjelasan mengenai
biaya persediaan (product cost/inventoriable cost) dan biaya terkait dengan periode
waktu (period cost).
Sesuai dengan akuntansi keuangan, akuntansi manajemen juga memandang suatu cost
dapat dikapitalisir menjadi asset atau dibebankan menjadi expense dalam periode
berjalan.
Aset terkait dalam hal ini adalah pengeluaran (cost) yang terkait dengan proses
pabrikase menjadi produk jadi yang semua biaya (kelompok direct material, direct
labor, dan factory overhead) dikapitalisir dalam nilai inventory dan dibukukan sebagai
aset sejak proses produksi selesai sampai dengan produk terjual. Ketika produk tersebut
terjual baru kemudian aset ini akan dibukukan sebagai beban (expense) yang secara
umum dikenal dengan istilah Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold).
Sementara itu beban lain akan dibukukan ketika terjadi (as incurred) dan tidak akan
dikapitalisir dalam nilai persediaan sehingga pada akhirnya tidak akan termasuk dalam
cost of goods sold.
Hal ini sejalan dengan penyajian laporan keuangan sebagaimana diatur dalam standar
akuntansi keuangan yang membagi dua biaya kegiatan perusahaan manufaktur antara
lain:
a. Seluruh biaya manufaktur (direct material cost, direct labor cost, overhead variabel
dan fixed overhead) harus diperlakukan sebagai Product cost)
b. sementara itu biaya pemasaran dan biaya administrasi (baik variabel maupun tetap)
dibukukan dalam period cost.
Model pembukuan seperti ini dikenal dengan istilah Absorption costing atau Full
Costing method. Absorption costing adalah metode pencatatan persediaan yang
membukukan seluruh biaya manufaktur variabel dan biaya manufaktur tetap dalam
inventoriable costs.
Sementara itu indirect cost tidak mudah karena umumnya digunakan bersama oleh
sejumlah produk. Untuk mendapatkan cara mudah maka digunakan analisis alokasi
biaya.
Istilah lain terkait dengan hal –hal ini antara lain cost pool dan common cost.
Cost pool mengandung pengertian pengumpulan sejumlah biaya yang memiliki
kemiripan karakteristrik. Misalkan kelompok biaya overhead manufaktur yang
tidak/sulit untuk diidentifikasi secara langsung, dikumpulkan dalam satu kelompok
(pool) untuk kemudian dialokasi.
Bentuk lain adalah common cost. Common cost merupakan biaya dari sebuah aktivitas
yang digunakan secara bersama oleh dua atau lebih produk/kegiatan. Common cost
juga memerlukan alokasi untuk assignment ke tiap produknya.
F. Rangkuman
Direct material adalah input berwujud ke dalam proses manufaktur yang digunakan
dalam proses produksi secara langsung. Direct labor adalah biaya tenaga kerja yang
digunakan dalam memproduksi barang. Biaya overhead manufaktur terdiri atas biaya-
biaya manufaktur selain direct material atau direct labor. Sedangkan selling (marketing),
yaitu biaya yang muncul dalam rangka mendistribusikan produk ke tangan konsumen
dan beban administratif yang muncul sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan
namun tidak berkaitan dengan proses produksi, merupakan biaya nonmanufaktur.
Prime cost sama dengan direct material ditambah direct labor. Conversion costsama
dengan direct labor ditambah dengan overhead manufaktur. Fungsi dari overhead
manufaktur bisa dibilang mengkonversi raw material menjadi finished good.
Product cost (inventoriable cost) dikapitalisasi sebagai kegaitan belajar dari persediaan
finished goods yang kemudian akan menjadi komponen cost of goods sold. Sedangkan
period costsmerupakan beban-beban yang timbul dan bukan merupakan bagian dari
finished goods inventory sehingga dikeluarkan dari cost of goods sold.
G. Tes Formatif 1
Soal pilihan ganda
1. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu direct
materials, direct labor, dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead
dari produksi mobil adalah….
a. Biaya dari peralatan-peralan kecil dalam pemasangan ban tiap mobil
b. Biaya dari ban untuk tiap mobil
c. Biaya tenaga kerja yang memasang ban pada tiap mobil
d. Biaya pengiriman ban tiap mobil
2. Sebuah perusahaan mengalami kerusakan mesin dari salah satu lini produksi.
Sebagai konsekuensinya terjadi keterlambatan produksi dan sebuah keputusan
diambil untuk melaksanakan lembur supaya bisa kembali ke jadwal produksi yang
direncanakan. Metode mana yang tepat untuk memperhitungkan pembayaran
lembur atas direct labor?
a. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan seluruhnya
sebagai overhead manufaktur (MOH)
b. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan sebagai
direct labor.
c. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan dibebankan sebagai beban perbaikan
dan maintenance, sedangkan upah lembur diperlakukan sebagai direct labor.
d. Durasi jam lembur dikali upah lembur akan dibebankan pada manufacturing
overhead, sedangkan durasi lembur dikali jumlah upah akan masuk sebagai
direct labor.
3. Sebuah pabrik yang memproduksi produk rumah tangga membutuhkan konbinasi
dari bermacam jenis part. Pabrik telah mengidentifikasikan beragam cost pools,
salah satunya terdiri atas materials handling costs. Cost pool ini mencakup upah dan
jaminan keselamatan bagi pegawai yang bertugas menerima material, menginspeksi
material, menyimpan material di gudang, dan mengirimkan material ke tempat
kerja; depresiasi dan pemeliharaan peralatan untuk materials handling (misalnya
forklift); dan biaya perlengkapan yang digunakan sebagai biaya terkait. Di bawah ini
yang merupakan cost driver yang paling tepat untuk menetapkan biaya materials
handling dalam produk-produk yang dibuat adalah…
a. Jam kerja direct labor
b. Jumlah unit yang diproduksi
c. Period cost
d. Nonmanufacturing cost
10. Contoh biaya direct labor adalah upah yang dibayar pada
Operator Supervisor
Mesin Pabrik dalam Pabrik
a. No No
b. No Yes
c. Yes Yes
d. Yes No
Pertanyaan benar-salah
Pertanyaan B S
1. Cost driver berkaitan dengan biaya-biaya yang terakumulasi dalam
cost pools.
2. Asuransi atas bangunan kantor pusat perusahaan bukan
merupakan biaya produksi sehingga dimasukkan dalam period
cost.
3. Product cost seperti material, labor, and overhead melekat pada
produk.
4. Komisi penjualan merupakan period cost. Komisi penjualan bukan
merupakan biaya langsung maupun biaya tidak langsung dari
produk.
5. Direct material merupakan input berwujud dalam proses
manufaktur yang dapat ditelusuri ke dalam produk.
6. Prime cost sama dengan direct material ditambah dengan direct
labor.
7. Conversion cost terdiri atas direct material dan direct labor.
8. Direct labor merupakan bagian dari product cost dan juga
conversion cost.
9. Direct material bukan merupakan elemen dari conversion cost,
melainkan bagian dari prime cost.
10. Conversion cost meliputi direct material dan factory overhead.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.
KEGIATAN BELAJAR II
ABSORPTION AND VARIABLE COSTING
A. Pendahuluan
Penyajian informasi mengenai jumlah biaya produksi secara umum dapat dilihat dalam
laporan keuangan.Atas persediaan yang telah terjual maka biaya produksi perunitnya
dapat dianalisis dari Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold).Sementara itu harga
pokok produksi selanjutnya untuk tiap produk yang telah jadi dilaporkan dalam akun
persediaan.
Nilai yang dilaporkan dalam persediaan ataupun dalam Harga Pokok Penjualan
menggunakan model perhitungan absorption costing atau full costing.Penyajian
berdasarkan model absorption costing merupakan penyajian yang ditetapkan oleh
standar akuntansi keuangan.Perusahaan tidak dapat menyajikan informasi persediaan
dengan menyimpang dari ketentuan standar.
Sementara itu untuk kepentingan analisis internal penyajian yang paling bermanfaat
dalamanalisis adalah membandingkan antara tingkat penjualan yang bersifat variabel
(unit terjual x harga jual) dengan biaya produksi yang juga bersifat variabel.Faktor
pembaginya dalam hal ini satu yaitu unit yang diproduksi atau unit yang terjual
tergantung kasusnya, hal ini disebut dengan Variable Costing.
Sementara itu dalam penyajian yang diperkenankan oleh standar akuntansi memiliki
biaya overhead tetap dalam unsur inventory dan selanjutnya dalam harga pokok
penjualan yang tidak memiliki korelasi langsung dengan unit.
Secara internal untuk kepentingan manajemen variabel costing lebih bermanfaat karena
akan memberikan informasi margin kontribusi yang dapat dihasilkan dari proses
penjualan untuk membiayai biaya perusahaan selanjutnya (biaya tetap, biaya pemasaran
dan biaya administrasi serta biaya lainnya).
Di samping itu analisis unsur variabel dalam biaya manufaktur sangat relevan karena
memiliki hubungan linier antara jumlah unit dengan besaran nilai
moneternya.Sementara itu biaya tetap dalam overhead produksi tidak relevan karena
ada tidaknya produksi tidak berdampak pada keberadaan biaya tetap ini.
B. Absorption Costing
Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya
persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabelataupun
tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi seluruh jenis
biaya produksi, baik tetap maupun variabel.
Pencatatan dan pelaporan nilai (cost) persediaan dengan menggunakan metode ini
adalah membukukan seluruh biaya yang relevan dengan produk dan kegiatan untuk
menghasilkan produksi tersebut dalam satu akun. Unsur-unsur yang terkait erat dengan
kegiatan memproduksi produk dari bahan baku sampai dengan produk jadi dan siap
untuk diperjualbelikan antara lain: bahan langsung; tenaga kerja manufaktur langsung;
manufaktur overhead meliputi overhead variabel dan overhead tetap. Hal ini sejalan
dengan pengertian cost untuk aset dalam standar akuntansi keuangan bahwa cost atau
nilai perolehan dalam aset adalah tidak hanya nilai perolehan aset itu sendiri melainkan
juga harus memperhitungkan segala biaya yang relevan untuk menjadikan aset tersebut
bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi bagi perusahaan.
Dalam definisi ini terdapat unsur biaya yang sangat relevan karena memiliki gerak searah
dan konstan naik/turunnya seiring dengan naik/turunnya produk yang dihasilkan ,
antara lain:
Direct material
Direct Labor
Factory overhead – variabel
Sementara itu proses produksi juga didukung oleh kontribusi dari overhead yang bersifat
tetap. Karena overhead tetap ini memiliki peran dalam pembentukan produk maka
harus dikapitalisir dalam nilai persediaan.
Dalam hal fixed overhead ini menghasilkan lebih dari satu jenis produk maka jumlah
fixed overhead ini harus dialokasikan habis ke seluruh produk jadi dengan menggunakan
pemicu biaya (cost driver) yang tepat.
Penyajian nilai persediaan secara absorption costing atau full costing ini selain sesuai
dengan standar akuntansi keuangan juga sesuai dengan ketentuan dalam perpajakan
khususnya dalam menghitung pajak penghasilan badan.
+
Direct Labor - Finished Goods yang
Variabel dihasilkan
Fixed Overhead -
Finished Goods Akhir
Applied
Fixed Overhead
Control
Beban Penjualan dan Beban Administrasi dilaporkan untuk fix dan variabel. Secara
komersial Standar Akuntansi Keuangan melanjutkan penyajian Harga Pokok Penjualan
dengan unsur lain dan dituangkan dalam Laporan Laba Rugi (Income statement).
Nilai penjualan dalam satu periode setelah memperhitungkan harga pokok penjualan
(atau dengan istilah lain adalah biaya produksi seluruh unit yang terjual dalam periode
yang sama) akan menghasilkan laba kotor.
Laba kotor kemudian dikalkulasikan dengan beban periodik yaitu beban pemasaran
(selling expense) dan beban administrasi (administrative expense) maka akan diperoleh
laba operasi (operating profit). Beban pemasaran dan beban administrasi secara standar
akuntansi keuangan tidak memiliki kontribusi dalam proses pembuatan produk sehingga
harus dibebankan ketika terjadi (incurred) dan menjadi beban periodik. (Period Cost).
Hal ini berbeda treatmentnya dengan unsur biaya produksi yang selama produk
tersebutbelum terjual maka tetap dilaporkan dalam neraca sebagai unsur dari inventory.
C. Variabel Costing
Metode absorption costing atau full costingkurang memberikan manfaat bagi
manajemen karena faktor yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan
keputusan adalah analisis dalam biaya yang memiliki karakteristik biaya tetap dan biaya
variabel.
Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu muncul setiap periode dan tidak
tergantung pada frekuensi produksi. Perhitungan unsur harga pokok produksi hanya
berfokus pada yang memiliki sifat variabel dan memiliki hubungan linier dengan tingkat
produksi. Makin banyak suatu produk dihasilkan, maka secara linier makin tinggi biaya
produksinya.
Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya
terdiri atas variable costs. Variable costing biasa disebut direct
costing atau marginal costing.
Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagian dan manufacturing
overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed manufacturing overhead tidak
diperlakukan sebagai product cost tetapi diperlakukan sebagai period cost.
Biaya tetap, termasuk biaya tetap dalam kelompok biaya overhead, tidak dimasukkan
dalam analysis penetapan nilai persediaan.
Hal-hal yang merupakan unsur dalam penetapan nilai produksi berdasarkan analisis
biaya variabel antara lain:
Direct
Material - Finished Good
Variabel awal -Variabel
plus
Direct Labor - Nilai Inventory
Variabel awal – Variabel
(FG)
minus
Selling & Adm
-Variabel
Finished Good
Cost of Good Sold
akhir – Variabel
Metode ini juga disebut sebagai metode direct karena hanya memasukkan unsur biaya
yang secara langsung berkaitan dengan keeratan terhadap produk (biaya variabel).
Perbedaan komposisi nilai persediaan dan juga pengelompokkan biaya pada awalnya
akan mengakibatkan perbedaan dalam penyajian nilai baik nilai inventory maupun laba
bersih. Namun secara akumulasi laba/rugi setelah sekian periode tertentu akan
mencapai akumulasi nilai yang sama.
Variabel costing merupakan model perhitungan yang digunakan secara internal sehingga
tidak terdapat aturan standar yang mencatat mengenai penjurnalannya. Manajemen
dapat melakukan pancatatan sebagaimana jurnal akuntansi komersial dapat juga
mencatat dalam bentuk lain. Pencatatan ini bersifat internal dan tidak untuk
dipublikasikan dan tidak termasuk dalam sistem akuntansi keuangan secara
keseluruhan.
Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang berkaitan
erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan proses produksi
seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan penurunannya sangat
berkaitan dengan unit produksi. Selain itu manajemen juga fokus pada margin kontribusi
yang dihasilkan untuk kemudian dievaluasi kecukupannya dalam membiayai biaya tetap
yang selalu terjadi setiap periode.
Ketika produksi dan penjualan tidak sama, dua metode tersebut akan melaporkan
operating income yang berbeda, sebagaimana diilustrasikan dalam gambar berikut:
Gambar 2.2
E. Rangkuman
Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya
persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabel
ataupun tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi
seluruh jenis biaya produksi, baik tetap maupun variabel.
Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya
terdiri atas variable costs. Variable costing biasa disebut direct
costing atau marginal costing.
Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagain dan manufacturing
overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed manufacturing overhead tidak
diperlakukan sebagai product cost tetapi diperlakukan sebagai period cost.
Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang berkaitan
erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan proses produksi
seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan penurunannya sangat
berkaitan dengan unit produksi.
F. Tes Formatif 2
Soal Pilihan Ganda
Data berikut digunakan dalam soal-soal di bawahnya:
Januari
Biaya direct material per produk 1.000
Biaya direct labor per produk 2.000
Biaya variable manufacturing overhead 3.000
Total biaya fixed manufacturing overhead 1.000.000
Total biaya fixed selling and administrative 400.000
Jumlah produk yang diproduksi 1.000
Jumlah produk yang dijual 900
Harga jual per produk 8.000
c. 975.000
d. 1.020.000
10. Menggunakan data pada nomor 9 di atas, berapakah nilai operating profit
perusahaan menggunakan variable costing?
a. 750.000
b. 840.000
c. 915.000
d. 975.000
Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Menggunakan absorption costing, overhead manufaktur tetap
akan menjadi bagian dari product cost.
2. Biaya over head manufaktur tetap tidak dapat ditelusuri secara
langsung spesifik pada unit yang diproduksi.
3. Dalam absorption costing, persediaan meliputi seluruh biaya
manufaktur dan biaya overhead manufaktur variabel dan tetap.
4. Activity-based costing mengembangan cost pool untuk tiap
aktivitas dan mengalokasikan biayanya dalam obyek biaya
berdasarkan keputusan manajemen.
5. Variable costing dikeluarkan dari biaya overhead manufaktur tetap
dari biaya persediaan dan diperlakukan sebagai period cost.
6. Absorption (full) costing merupakan metode akuntansi yang
mempertimbangkan seluruh biaya manufaktur sebagai product
cost.
7. Dalam sistem absorption costing ketika volume penjualan melebihi
produksi sehingga persediaan menurun, maka beban faktory
overhead tetap akan menjadi lebih besar.
8. Factory overhead tetap dikurangkan dari contribution margin
untuk menghasilkan operating income.
9. Biaya variabel penjualan dan administrasi merupakan period cost
di bawah baik sistem variable dan sistem absorption cost dalam
penetapan keuntungan.
A. Pendahuluan
Biaya dapat diklasifikasikan sesuai perilakunya. Perilaku biaya mengacu pada bagaimana
sebuah biaya akan berubah seiring dengan perubahan level aktivitas. Manajer yang
memahami bagaimana perilaku biaya akan mampu memprediksikan bagaimana biaya
akan berubah dalam beragam alternatif. Sebaliknya, mengambil keputusan tanpa
melalui pertimbangan dan pemahaman memadai terhadap pola perilaku biaya akan
berdampak buruk. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang mampu menetapkan pola
biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi akan mengeluarkan biaya yang lebih
sedikit dan lebih tepat dibandingkan perusahaan yang hanya menggunakan asumsi atas
biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksinya, umumnya terjadi pada
perusahaan yang kebingungan menetapkan biaya tetap dan biaya variabel, sehingga
memicu penurunan profit. Menghindari hal tersebut, manajer harus mampu
memprediksi secara akurat biaya apa saja yang akan timbul dalam tiap level aktivitas.
Bagian ini akan mengulas tentang biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed
cost) dan perilaku biaya lainnya.
B. Variable Cost
Biaya variabel (variable cost) adalah sebuah biaya yang bervariasi secara total. Biaya
variabel ini nilai totalnya akan berubah secara proporsional sebanding dengan
perubahan volume kegiatan perusahaan. Besar kecilnya total biaya variabel dipengaruhi
oleh besar-kecilnya volume produksi/penjualan secara proporsional.
Biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost) biasanya diartikan dalam
hubungan bagaimana biaya total berubah karena adanya fluktuasi kuantitas dari suatu
aktivitas tertentu. Terdapat beragam dasar aktivitas seperti jumlah order atau pesanan
yang akan diproses, jumlah langganan yang ditagih di bagian penagihan, jumlah
penonton di bioskop, jumlah kilogram yang dikerjakan di gudang, jumlah jam kerja di
bagian perakitan, jumlah tempat duduk di pesawat terbang atau kereta api, atau
berbagai indeks volume yang lain. Jika level aktivitas meningkat, maka total biaya
variabel juga meningkat. Misalnya jika level aktivitas meningkat 10% maka total biaya
variabel juga meningkat sebesar 10%.
Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dan berdampak langsung dalam volume
produksi, misalnya direct material. Nilai biaya variabel perunit akan konstan dalam
jangka pendek (short run) terlepas dari level produksinya.
Variable cost dalam short run
Gambar 3.1
Biaya seragam perunit, tetapi totalnya berfluktuasi, berbanding langsung dengan jumlah
kegiatan atau volume bersangkutan.
Total biaya variabel berubah seiring dengan perubahan proporsi dari volume aktivitas
(aktivitas bisnis yang mempengaruhi biaya). Aktivitas tersebut meliputi penjualan,
produksi, dan distribusi.Aktivitas dapat diukur dengan jumlah produk yang terjual, unit
yang diproduksi, atau kilometer distribusi.
Variable cost daam long run
Gambar 3.2
Contoh lain dari biaya variabel adalah biaya dari hampir semua barang dagangan, bahan
baku, suku cadang, peralatan kantor, komisi, dan berbagai jenis upah.
Tidak seperti biaya variabel, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam
aktivitas. Oleh sebab itu, meskipun level aktivitas meningkat atau menurun, total biaya
tetap tidak berubah (konstan) kecuali dipengaruhi oleh unsur lain seperti perubahan
harga biaya itu sendiri.
Fixed costs secara total nilainya tidak berubah dalam short run terlepas dari level
produksinya. Sebagai contoh, jumlah yang dibayarkan untuk divisi perakitan sama
meskipun proses produksi dihentikan seluruhnya.
Fixed cost dalam short run
Gambar 3.3
Bagaimanapun juga, fixed cost per unit bervariasi secara tidak langsung dengan level
aktivitasnya.
Fixed cost dalam activity level beragam
Gambar 3.4
Karena biaya tetap secara total selalu bernilai konstan, maka rata-rata biaya tetap
perunit akan menjadi semakin kecil secara progresif seiring dengan peningkatan level
aktivitas. Seperti misalnyasebuah pabrik yang memilikikapasitas produksi 1.000 produk
perbulan, dengan biaya tetap senilai Rp100.000.000 maka rata-rata biaya tetap
perproduk adalah sebesar Rp100.000. jika tingkat produksi ditingkatkan menjadi 10.000
produk perbulan, maka dengan biaya tetap sebesar Rp100.000.000 akan menghasilkan
biaya tetap rata-rata sebesar Rp10.000 perproduk.
Untuk contoh Lab. Produa di atas, asumsi satu mesin memiliki kapasitas maksimal
pengujian sebanyak 2.000 kali.Jika Produa hendak meningkatkan kapasitas pengujian
menjadi 3.000-4.000 kali perbulan maka dibutuhkan penambahan sewa mesin yang
berdampak pada peningkatan biaya tetap. Jadi yang disebut dengan biaya tetap
maksudnya adalah biaya tersebut konstan namun dalam batasan kisaran relevan
(relevant range) yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Biaya tetap dapat menimbulkan kerancuan jika diterapkan pada basis perunit.Hal
tersebut diakibatkan oleh peningkatan dan penurunan rata-rata biaya tetap berbanding
terbalik dengan perubahan aktivitas. Sebagai ilustrasi, rata-rata biaya tetap per
pengujian akan turun seiring dengan peningkatan frekuensi pengujian yang dilakukan.
Dan sebaliknya, seiring dengan penurunan frekuensi pengujian, maka rata-rata biaya
tetap akan naik karena biaya tetap sebesar Rp20.000.000 tersebut akan tersebar ke
seluruh biaya pengujian sampel.
Jika Lab. Produa melaksanakan 100 kali pengujian perbulan, maka biaya sewa peralatan
rata-rata Rp200.000 per-pengujian. Namun jika Produa melaksanakan 2.000 kali
pengujian, maka rata-rata biaya akan turun menjadi hanya Rp10.000 per-pengujian.
Contoh lain dari biaya tetap meliputi depresiasi garis lurus, asuransi, pajak properti
(PBB), sewa, gaji supervisor, gaji administrator, dan iklan.
Biaya sebesar Rp100.000 merupakan biaya tetap yang dikenakan konstan perbulan
karena berapa kalipun jasa komunikasi dipergunakan.Sedangkan biaya sebesar
Rp1.000/menit merupakan biaya variabel yang meningkat seiring dengan peningkatan
proporsi pemakaian permenit. Jika penggunaan jasa meningkat dua kali lipat menjadi
200 menit, maka total biaya variabel juga meningkat menjadi Rp200.000. Sehingga total
biaya yang timbul adalah sebesar Rp300.000 (Rp100.000 + (200 menit x Rp1.000).
Untuk menghitung total mixed cost bisa menggunakan formula berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Total mixed cost
a = Total biaya tetap
b = biaya variabel per unit dari aktivitas
X = level aktivitas
Kadang porsi fixed dan variable dalam biaya campuran tidak ditetapkan pada kontrak
sebagaimana dicontohkan sebelumnya sehingga harus diestimasikan. Dua metode
mengestimasikan biaya campuran umumnya adalah:
1. high-low method yang digunakan untuk menghasilkan garis regresi dengan
mendasarkan formula pada nilai tertinggi dan terendah dalam rentang observasi.
Perbedaan dalam biaya antara level aktivitas tertinggi dan terendah (bukan output)
dibagi dengan selisih dalam level aktivitas untuk memenuhi porsi variabel dalam
biaya. Kritik utama dalam metode high-low adalah bahwa titik high dan low mungkin
sebuah kondisi abnormal yang tidak menunjukkan kondisi normal.
2. Metode regresi (scattergraph) yang menentukan tingkat rata-rata variabilitas biaya
campuran, alih-alih variabilitas antara titik high dan low dalam sebuah kisaran.
Contoh:
Relevan range adalah batas normal (limit) dari satu aktivitas atau volume dimana
hubungan antara tingkat volume dengan biayanya terdapat keterkaitan.Aktivitas
perusahaan dalam scope (range) yang relevan akan membawa perusahaan
mampumempertahankan biaya variabel per unit dan fixed cost yang konstan.
Pelaksanaan produksidalam wilayah yang relevan pada umumnya disebut produksi
dalam fase yang short run.
Penjelasan di atas dapat dicontohkan dengan sebuah mesin memiliki kapasitas produksi
100 unit per hari dengan total investasi Rp1.000.000,-. Dengan satu mesin pabrik
tersebut perusahaan memiliki kisaran relevan 100 sampai 200 unit produksi. Apabila
ingin menaikkan produksi menjadi 150 unit per hari maka pabrik harus menambah 1
mesin yang sama dengan tambahan investasi Rp1.000.000 sehingga biaya tetap menjadi
Rp2.000.000 yang akan konstan untuk memenuhi kapasitas produksi 101 – 200 unit per
hari sebagai kisaran relevan baru.Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Kisaran Relevan
Biaya tetap
30.000.000
20.000.000
10.000.000
Kisaran relevan dan biaya marginal merupakan konsep yang berkaitan.Biaya marginal
merupakan biaya tambahan (incremental) muncul dengan menghasilkan satu tambahan
unit output. Dengan demikian, biaya marginal tetap konstan sepanjang kisaran
relevan.Namun, kisaran relevan ada hanya untuk masa waktu tertentu.Oleh karena itu,
seluruh biaya merupakan variabel dalam jangka panjang.
Cost Relationships
Minimum ATC
Minimum AVC
Gambar 3.1
G. Rangkuman
Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi secara langsung terhadap volume produksi
seperti material langsung (direct material) dan biaya variabel bernilai konstan dalam
jangka pendek terlepas dari level produksi. Meskipun demikian, biaya variabel secara
total bervariasi langsung dan proporsional terhadap perubahan volume.
Biaya tetap bernilai tetap (tidak berubah) dalam jangka pendek terlepas dari level
produksinya. Misalnya, jumlah yang dibayarkan pada lini perakitan bernilai sama
meskipun produksinya berhenti sama sekali.
Biaya campuran (mixed cost) mengkombinasikan elemen-elemen biaya tetap dan biaya
variabel.Sebagai contoh, beban sewa kendaraan bisa terdiri atas fee tetap bulanan
ditambah dengan fee untuk penggunaan perkilometer sebagai biaya variabelnya.
H. Tes Formatif3
Soal Pilihan Ganda
1. Perusahaan menetapkan beban depresiasi (misalnya straight-line method) sebagai....
a. Biaya tetap (fixed cost)
b. Biaya campuran (mixed cost)
c. Biaya variabel (variable cost)
d. Semua jawaban salah
2. Jika perusahaan meningkatkan harga penjualan per-unit atas sebuah produ, maka
titik break-even point akan....
a. Meningkat
b. Menurun
c. Tetap
d. Semua jawaban salah
Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Biaya variabel perunit dan total biaya tetap akan bernilai konstan
jika level aktivitas meningkat dalam kisaran relevan.
2. Total biaya variabel berubah ketika terjadi perubahan level
aktivitas dalam kisaran relevan. Biaya perunit untuk biaya variabel
bernilai konstan untuk seluruh level aktivitas dalam kisaran
relevan. Sehingga peningkatan volume aktivitas dalam kisaran
relevan akan berdampak peningkatan total variable cost.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.
KEGIATAN BELAJAR IV
COST VOLUME PROFIT ANALYSIS
A. Pendahuluan
Analisis hubungan antara cost, volume, dan profit (CVP – Cost-Volume-Profit) sering kali
jugadisebut sebagai analisis titik impas (breakeven analysis). CVP analisis merupakan alat
bantu manajeruntuk memahami hubungan antara biaya (cost), volume, dan
profitdengan mengaitkan harga jual produk, volume produk, biaya variabel per unit,
biaya tetapdan juga bauran yang mungkin terjadi pada saat penjualan.
Analisis CVP yang tepat mampu membantu manejemen dalam mengambil keputusan
antara lain jumlah produksi yang akan dilakukan atau dijual, kebijakanharga jual, strategi
pemasaran yang akan digunakan, dan fasilitas-fasilitas produksi yangkemungkinan harus
diakuisisi atau dieliminasi. Manajemen juga akan memperoleh informasi mengenai
profit/loss yangakan diraih dengan membandingkan harga jual dengan biayanya, juga
kuantitas yang akan diproduksi dan dijual.
Dengan harapan memperoleh profit, manajemen fokus pada titik kritis yaitu titik impas
yang merupakan titik penentu dimana perusahaan akan mengalami kerugian. Selain itu
juga manajemen akanfokus pada bagaimana mensikapi biaya tetap yang selalu terjadi
setiap periode dengan atautanpa adanya penjualan.
Seluruh informasi dan tantangan ini akan terjawab dengan analisis hubungan antara
cost, volume, dan profit. Analisis CVP adalah metode sistematis yang menjelaskan
hubungan perubahan antara volume (output), hasil penjualan, biaya dan laba bersih.
Sebagai sebuah model dari hubungan-hubungan ini, analisis CVP menyederhanakan
kondisi yang sesungguhnya dihadapi oleh perusahaan dalam dunia usaha.
Sasaran analisis CVP adalah menetapkan apa yang terjadi terhadap posisi keruangan
perusahaan jika tingkat kegiatan atau volume produksi berfluktuasi. Analisis ini
didasarkan pada hubungan antara hasil penjualan, biaya dan laba dalam jangka pendek,
dimana output perusahaan dibatasi oleh kapasitas operasi yang ada pada saat itu. Dalam
jangka pendek, beberapa input yang bisa ditingkatkan dengan segera misalnya
tambahan bahan baku atau tenaga kerja unskilled. Sedangkan input berupa tenaga kerja
B. Asumsi
Analisis cost value profit mengasumsikan bahwa manajer dapat mengklasifikasi masing-
masing biaya apakah termasuk biaya variabel atau biaya tetap dan mengasumsikan
bahwa satu-satunya faktor yang mempengaruhi biaya adalah volume, dengan catatan
biaya tetap tidak berubah.
Mayoritas bisnis tidak bisa secara sempurna memenuhi asumsi ini jika
mempertimbangkan mayoritas bisnis menggunakan biaya campuran (mixed cost) dalam
perusahaannya, sehingga para manajer tidak menetapkan angka CVP secara tepat,
namun hanya dalam kisaran perkiraan.
Titik ini bisa ditentukan dengan menggunakan analisis CVP memakai metode persamaan.
Model CVP diselesaikan dengan memasukkan nilai-nilai v, p, dan f. N ditetapkan sama
dengan nol kemudian menghitung nilai Q.
( ) ( )
Diketahui:
Q = penjualan perunit
v = biaya variabel perunit
f = total biaya tetap
p = harga perunit
N = laba operasi (tidak termasuk laba dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau tidak
berulang dan pajak penghasilan)
( ) ( )
Dengan mengasumsikan N = 0, maka titik impas adalah Q = 25 unit perbulan (300 unit
pertahun).
Contoh lain, rasio contribution margin perusahaan manufaktur adalah sebesar 66,667%
(US $0,40 ÷ US $0,60). Maka nilai breakeven point in dollars = Fixed costs ÷ CMR, yaitu
US $10,000 ÷ 0,66667. Perhitungan tersebut menghasilkan BEP in dollar sebesar US
$15,000.
E. Margin of safety
Margin of safetymerupakan kelebihan atas penjualan yang diharapkan dibandingkan
penjualan break even.Karena itu Margin of safety menjadi “bantalan” bagi penurunan
penjualan yang mampu ditanggung perusahaan tanpa menderita kerugian. Dengan kata
lain, Margin of safety menunjukkan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum
perusahaan menderita kerugian.
Kegiatan pengujian (penjualan) Lab. Produa dapat turun sampai 150 pengujian atau
sebesar Rp20.000.000 sebelum menderita kerugian. Persentase Margin of safety (150
pengujian) pada Lab. Produa adalah sebesar 42,85% dari total expected sales (350
pengujian). Dengan cara lain, Margin of safety jika dinyatakan dalam persentase, maka
rumusnya:
Metode Margin of safety akan berguna bagi perusahaan untuk menjaga agar penjualan
tidak turun melampaui titik aman. Berikut disajikan ilustrasi perbandingan dua margin
safety yang berbeda:
(Dalam Rupiah)
Penjualan 1.000.000 100% 1.000.000 100%
Biaya variabel 750.000 75% 600.000 60%
CM 250.000 400.000
Biaya Tetap 150.000 300.000
100.000 100.000
BEP Rp150.000 : 25% 600.000
BEP Rp300.000 : 40% 750.000
MS dalam rupiah
1.000.000 – 600.000 400.000
1.000.000 – 750.000 250.000
MS dalam persentase
400.000 : 1.000.000 40%
250.000 : 1.000.000 25%
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa Margin of safety opsi B lebih kecil dibandingkan
opsi A sehingga jika terjadi resesi maka perusahaan yang menggunakan opsi B akan lebih
cepat mengalami kerugian. Tetapi jika terjadi kenaikan penjualan, opsi B lebih baik
dibanding opsi A karena memiliki contribution margin yang lebih baik. Perusahaan yang
memiliki contribution margin tinggi dan biaya tetap rendah merupakan bentuk usaha
yang ideal dalam meraih keuntungan.
Ilustrasi:
Dengan menggunakan asumsi yang sama Harga Jual Per unit $ 0,60 dan biaya variabel
perunit $ 0,20 danbiaya tetap sebesar $ 10,000, apabila perusahaan mentargetkan
pendapatansebesar $ 2,000, berapa unit yang harus terjual.
Jawaban:
2,000 = 0,6Q – 0,2Q – 10,000
Q = 12,000 / (0,4) = 30,000 unit.
Evaluasi atas laba bersih menggunakan CVP bagi target laba harus ditetapkan dalam
terminologi target laba bersih, bukan target laba operasi.Dapat dicontohkan, manajer
ingin mengethaui jumlah unit yang harus terjual untuk mendapatkan laba bersih sebesar
Rp960.000.000 dengan asumsi tarif pajaknya adalah 40%. Dengan menggunakan metode
persamaan:
Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap = Target laba operasi
Target laba bersih = (Target laba operasi) – (Target laba operasi x Tarif pajak)
Target laba bersih = (Target laba operasi) x (1 - Tarif pajak)
Dengan melakukan substitusi atas target laba operasi, kita akan peroleh:
Dengan asumsi pendapatan 200.000.000, biaya variabel 120.000.000, dan biaya tetap
1.000.000.000, kita akan memperoleh hasil:
( ) ( )
( ) ( )
80.000.000 x Q = 2.600.000.000
Q = 20 per unit
Selain itu, kita juga bisa menggunakan metode marjin kontribusi dan persamaan
sebelumnya:
Maka:
H. Rangkuman
Break even point in sales dollars sama dengan biaya tetap dibagi dengan
contributionmargin ratio (CMR). CMR adalah rasio contribution margin terhadap harga
jual baik secara total maupun perunit.
I. Tes Formatif 4
Soal Pilihan Ganda
1. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap dalam produksi sebesar $450.000 dimana
$150.000 merupakan pembiayaan nontunai. Biaya variabel per uni sebesar $15 dan
harga penjualan perunit sebesar $25. Dari data tersebut, volume BEP dalam
penjualan adalah….
a. 18.000
b. 30.000
c. 45.000
d. 60.000
2. Jika pemerintah hendak meningkatkan tarif pajak untuk PPh Badan, hubungan
antara biaya setelah pajak dan volume penghasilan untuk perusahaan tunggal akan
ikut berubah sebagaimana berikut….
a. BEP akan meningkat
b. BEP akan menurun
c. Tidak ada perubahan dalam BEP
d. Tidak ada perubahan apapun dalam cost-volume-profit relationships
3. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap untuk produksinya sebesar $450.000
dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai.biaya variabel perunit sebesar
$15 dan harga penjualan perunit $25. BEP akan tercapai ketika penjualan adalah
sebesar….
a. 18.000 unit
b. 30.000 unit
c. 45.000 unit
d. 60.000 unit
4. Perusahaan retail menetapkan harga jual sebesar 60% dari biaya variabel. Sebagai
tambahan, perusahaan menggunakan harga jual yang sering diturunkan untuk
menstimulasi penjualan. Jika rata-rata penurunan tersebut adala 10%, maka berapa
contribution margin ratio perusahaan?
a. 27,5%
b. 30,6%
c. 37,5%
d. 41,7%
Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Peningkatan tarif pajak tidak berdampak pada BEP.
2. Perusahaan tidak akan berutang pajak jika tidak memiliki
keuntungan.
3. Contribution margin perunit akan lebih rendah jika tarif pajak
perusahaan lebih besar (meningkat), kondisi ini berlaku untuk
seluruh perusahaan yang operasinya berada di atas level BEP.
4. Break even volume dalam penjualan unit sama dengan biaya tetap
dibagi dengan cotribution margin unit.
5. Meningkatkan biaya tetap tidak akan mengubah titik BEP.
6. Menurunkan contribution margin tidak berdampak pada BEP.
7. BEP in dollar sama dengan biaya tetap dibagi dengan rasio
contribution margin.
8. Meningkatkan biaya tetap dan menurunkan contribution margin
akan berdampak pada peningkatan BEP.
9. Biaya variabel dan penjualan (sales revenue) digunakan untuk
menetapkan nilai contribution margin.
10. BEP sama dengan biaya tetap dibagi dengan unit contribution
margin (UCM) yang dihasilkan dari harga jual minus biaya variabel
perunit. Konsekuensinya, jika ada penambahan biaya tetap tidak
akan berdampak pada contribution margin namun mengakibatkan
peningkatan BEP.
KEGIATAN BELAJAR V
BIAYA RELEVAN
A. Pendahuluan
Berkaitan dengan kapasitas atau volume yang dimiliki perusahaan, dalam satu saat
terdapatkondisi adanya space atau kapasitas yang tidak tergunakan karena perusahaan
beroperasisaat ini belum memanfaatkan semaksimal mungkin kapasitas yang tersedia.
Penyebabperusahaan beroperasi di bawah kapasitas maksimal dapat beragam, seperti
kondisi pasarmemang belum sepenuhnya menyerap produksi perusahaan, skala
ekonomis perusahaanakan terlewati jika beroperasi lebih dari kapasitas optimum, dan
sebab lainnya. Untuk ituperusahaan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan excess
capacity denganmenggunakan analisis marginal (analisis diferensial atau analisis
incremental).
Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan asumsi dalam bentuk angka-angka
yang kemudian dimasukkan dalam satu model perhitungan yang dapat diterima secara
umum.Pada setiap alternatif bisa jadi memiliki model perhitungan yang berbeda. Namun
pada akhirnya akan dihasilkan simpulan yang sama tiap alternatif yaitu berapa nilai atau
profit yang dapat dihasilkan dari alternatif tersebut. Kemudian untuk mengantisipasi hal-
hal yang tidak terjangkau dalam asumsi berbentuk numerik dituangkan dalam analisis
kualitatif seperti karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki, dan
sejenisnya.
Tahapan analisis:
Gambar 5.1.
Untuk lebih memahami tentang biaya relevan, akan diilustrasikan dengan data produksi
suatu perusahaan berikut ini:
Direct material 2,00
Direct labor 3,00
Variabel overhead 0,50
Fixed overhead 0,50
Total cost per unit 6,00
Dengan cost per unit 6.00, umumnya perusahaan menjual produk dengan harga jual 10.
Jika terdapat special order (order khusus yang bersifat tambahan) sebesar 5.60 per unit,
apa yang harus perusahaan sikapi atas order special ini?
1. Perusahaan akan menolak karena harga special order di bawah dari rata-rata
biayaproduksi yang mencapai $ 6.00/unit. Keputusan menolak merupakan
keputusanyang tepat jika saat ini perusahaan telah berproduksi pada tingkat
kapasitasmaksimal, atau jika kapasitas yang idle dan tersedia lebih kecil dari
kebutuhanspecial order tersebut.
2. Namun jika masih tersedia kapasitas yang idle maka perusahaan harus
menerimaspecial order ini karena dengan tawaran harga sebesar $ 5.60 masih di
atas biayaproduksi variabel dengan total $ 5.50 (profit special $ 0.10/unit).
3. Biaya yang relevan dalam evaluasi special order adalah fokus pada biaya
variabelyang dipastikan akan terjadi karena tambahan produksi. Biaya tetap menjadi
tidakrelevan selama tidak ada penambahan alat produksi yang baru. Seluruh biaya
tetaptelah diserap oleh produksi normal sehingga produksi special tidak
lagimemperhitungkan biaya tetap. Namun jika terdapat penambahan alat produksi
yangberarti di atas kapasitas normal perhitungannya harus dihitung ulang.
4. Perhitungan biaya produksi variabel sebesar $ 5.50 dan kapasitas masih tersedia
danidle akan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai tawaran dari pesaing
dimanaharga pesaing akan dapat perusahaan kalahkan jika harga yang ditawarkan
masih diatas $ 5.60 atau bahkan $ 5.50.
yang secara teknis perusahaan mampu membuat sendiri atau mengerjakan sendiri
(untuk jasa).
Beberapa hal yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan kajian
perbandingan antara make-or-buy decision antara lain:
Variabel utama dalam analisis ini adalah hanya biaya yang relevan dan
tidakseluruh biaya
Sunk cost atau biaya yang sudah tertanam sudah tidak lagi relevan misalkanbiaya
tahun lalu tidak lagi dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalammenganalisis make or buy decision tahun ini.
Biaya yang tidak berbeda dalam dua alternatif harusnya diabaikan karena
tidakrelevan dalam pengambilan keputusan karena alternatif make atau
alternatif buybiaya ini sudah pasti terjadi
Opportunity cost menjadi bahan pertimbangan jika idle capacity tidak tersedia.
Contoh:
Perusahaan furniture memiliki kebutuhan untuk furniture internal kantor karena
perluasan kantor yang sedang dilakukan. Berikut ini analisis data-data yang relevan
jika kebutuhan furniture ini dikerjakan di workshop sendiri atau beli dari supplier
lain. Perusahaan memiliki kalkulasi biaya memproduksi sebesar $ 15 dan jika
membeli dari luar ada supplier yang menawarkan sebesar $ 13.
Membuat Membeli
Total Variable cost $10
Allocation fix cost $5
Total unit cost $15 $13
Berdasarkan data di atas maka perusahaan lebih baik membeli dari luar dari pada
memproduksi sendiri karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada
memproduksi sendiri.
Gambar 5.1.
Gambar di atas menunjukkan area daerah penyelesaian (feasible region).
3. Divestasi
Keputusan divestasi adalah lawan dari analisis mengenai capital budgeting yang
telah dibahas dalam bab sebelumnya. Keputusan divestasi bisa berupa penghentian
operasi, penghentian produksi satu atau lebih jenis produk, penghentian atau
perubahan segmen bisnis, penutupan cabang, dan lainnya.
Keputusan melakukan divestasi mutlak diambil dalam hal marginal cost dari proyek
yang akan didivestasi lebih besar daripada marginal revenuenya. Atau dengan kata
lain biaya untuk menyelenggarakan lini bisnis ini lebih tinggi dari pada pendapatan
yang berhasil diraih.
Dalam proses ini parameter yang digunakan adalah perusahaan memiliki alternatif
menguntungkan untuk menjual ditengah proses apabila revenue yang dihasilkan
lebih tinggi dari pada cost yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses produksi
ditambah dengan laba yang umumnya diterima.
E. Tes Formatif 5
Soal Pilihan Ganda
1. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual oleh
perusahaan retailer:
Harga beli US $4.95
Beban penjualan variabel US $2.00
Beban administrasi variabel US $1.00
Biaya tetap US $7,500
Penjualan yang diharapkan/tahun 5,000 units
dan level penjualan pada tahun tersebut sebesar $2 million. Full capacity sales level
adalah sebesar….
a. $1.600.000
b. $2.000.000
c. $2.500.000
d. $10.000.000
5. Ketika mempertimbangkan pesanan khusus yang akan memungkinkan perusahaan
untuk memanfaatkan kapasitas menganggurnya (idle capacity), manakah dari pilihan
biaya berikut yang irrelevant?
a. Material
b. Depresiasi
c. Tenaga kerja langsung
d. Overhead manufaktur
6. Sebuah perusahaan membuat dan menjual produk tunggal yang membutuhkan 2
jam mesin/unit. Penjualan tahunan diharapkan sebesar 75.000 unit. Kapasitas
produksi tahunan sebear 200.000 jam (machine hour). Harga jual yang diharapkan
$10.unit. data biaya untuk proses manufaktur dan penjualan produk adalah sebagai
berikut:
Biaya variabel (perunit)
Direct material $3,00
Direct labor $1,00
Variabel manufacturing overhead $0,80
Variable selling $2,00
Biaya tetap (pertahun)
Fixed manufacturing overhead $90.000
Fixed selling $60.000
Perusahaan menerima pesanan khusus sebanyak 10.000 unit dengan harga
$7,60/unit. Biaya variable selling sebesar $1,20/unit. Pesanan khusus ini tidak akan
mempengaruhi penjualan reguler yang sebesar 75.000 unit. Jika perusahaan
menerima pesanan khusus ini, maka profit akan….
a. Meningkat $8.000
b. Meningkat $16.000
c. Menurun $4.000
d. Menurun $12.000
Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Perusahaan retailer tidak akan mengalami kerugian tambahan jika
harga yang ditetapkan telah menutup biaya incremental, yaitu
biaya variabel.
2. Dalam jangka pendek, biaya tetap merupakan sunk cost yang akan
tetap muncul meskipun proses produksi tidak berjalan.
3. Historical cost tidak relevan dengan analisis cost-benefit karena
merupakan cost.
4. Terdapat asumsi bahwa seluruh biaya tetap dan biaya variabel unit
dari direct material, direct labor, dan overhead manufaktur
variabel tidak dipengaruhi dengan adanya pesanan khusus.
5. Karena pabrik telah melewati kapasitas produksi dan penjualan
tidak terdampak, harga minimum yang ditetapkan di atas variabel
cost unit dapat diterima.
KEGIATAN BELAJAR VI
PROCESS COSTING
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 6, peserta diharapkan mampu untuk
mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode
penganggaran weighted-average dan mempersiapkan jurnal entri serta
mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode FIFO serta
jurnal entri terkait.
A. Pendahuluan
Job order costing dan process costing adalah dua metode biaya yang digunakan dalam
menetapkan biaya produk (unit product cost).Sistem job-order costing digunakan ketika
dalam satu periode, perusahaan mengerjakan banyak tugas atau memproses produk
yang beragam.Contoh adalah industri yang menggunakan penganggaran job-order
meliputi pabrik furnitur, percetakan atas pemesanan khusus (special-order), galangan
kapal, dan banyak lagi.
Sebaliknya, process costing adalah metode yang umum digunakan dalam industri
dimana material mentah (raw material) dikonversi ke dalam produk-produk sejenis,
misalnya batu bata, soda, atau kain, secara terus-menerus. Contoh perusahaan yang
menggunakan sistem process costing antara lain PT. Timah, PT. Gula Tani Nirmala, PT.
Semen Gresik. Process costing mungkin juga digunakan dalam peralatan yang
memproduksi gas (contoh: PGN), listrik (PLN), dan air minum (PDAM).
Bab ini akan menjelaskan bagaimana penganggaran produk dijalankan dalam sistem
process costing.
selama periode produksi. Sedangkan job-order sheet yang digunakan dalam job-
prder costing tidak digunakan untuk mengakumulasikan biaya.
c. Sistem proces costing menghitung biaya perunit tiap departemen. Hal tersebut
berbeda dengan job-order costing yang menghitung berdasarkan job
menggunakan job cost sheet.
Job-Order Costing Process Costing
1. Many different jobs are worked on 1. A single product is produced either
during each period, with each job on a continuous basis or for long
having different production periods of time. All units of product
requirements. are identical.
2. Costs are accumulated by individual 2. Costs are accumulated by
job. department.
3. Unit costs are computed by job on 3. Unit costs are computed by
the job cost sheet. department.
D. Akumulasi Biaya
Akumulasi biaya dalam sistem process costing dihitung berdasarkan departemen
daripada proyek.Hal ini merefleksikan proses manufaktur yang secara nature bersifat
homogen dan berlangsung terus menerus. Input fisik yang dibutuhkan dalam proses
produksi diperoleh dari supplier. Material langsung dimasukkan dalam departemen yang
awal melakukan proses produksi. Produk beralih dari satu departemen ke departemen
berikutnya.Departemen kedua memasukkan material langsung tambahan dan biaya-
biaya konversi tambahan.
Ketika proses sudah selesai pada departemen terakhir, seluruh biaya ditransfer ke
finished good. Seiring produk dijual, penjualan dicatat dan biaya-biaya ditransfer ke Cost
of Good Sold (COGS). Perubahan atas akun-akun tersebut selama periode produksi dapat
dirangkum sebagai berikut:
Raw Material Work-in Process Finished Good
Inventory (RM) Inventory (WIP) Inventory (FG)
Beginning RM Beginning WIP Beginning FG
Purchase of RM Convertion Cost Cost of Good
Manufactured
(Ending RM) Raw Material Used (Ending FG)
(Ending WIP)
Raw Material Used COGM COGS
Sedangkan dengan metode First-In First-Out (FIFO), WIP awal harus ditinggalkan karena
hanya biaya yang muncul pada periode berjalan yang dipertimbangkan.EUP duhasilkan
selama periode berjalan didasarkan pada pekerjaan yang diselesaikan pada periode
berjalan. Cara menghitung EUP menggunakan FIFO adalah sebagai berikut:
( ) ( )
Catatan: unit started and completed during current period sebanding dengan (unit
started – WIP akhir)
Versi lain dari penghitungan di atas adalah:
( ( ))
Raw Material
Wages Payable
Manufacturing
Overhead
Terdapat beberapa poin utama antara lain: Pertama, pastikan bahwa akun WIP yang
terpisah-pisah pada beberapa departemen tetap dikelola dengan konsisten. Kedua,
pastikan bahwa produk yang telah selesai pada pemrosesan awal pada Departemen
A ditransfer ke akun WIP pada Departemen B dan selanjutnyaWIP yang diproses di
Departemen B akan ditransfer ke Finished Goods.
Pada akhirnya, biaya material, labor, dan overhead akan dapat dimasukkan pada
masing-masing departemen, tidak hanya di proses awal saja.
2. Abnormal spoilage tidak diharapkan terjadi dalam kondisi normal atau kodisi
operasional yang efisien. Barang cacat ini diperlakukan sebagai period cost
(kerugian).
3. Scrap terdiri atas material sisa dari proses produksi. Jika scrap dijual, akan
mengurangi factory overhead. Jika material sisa ini dibuang, maka akan
ditambahkan dalam biaya barang yang dihasilkan.
H. Rangkuman
Process costing adalah penentuan harga pokok yang digunakan dalam situasi dimana
produksi hanya melibatkan satu produk tunggal saja dan dibuat dalam satu jangka waktu
yang lama secara sekaligus. Beberapa contoh industri yang akan menggunakan
penentuan harga pokok proses (process costing) ini meliputi perusahaan manufaktur
semen, tepung, bensin dan perusahaan yang menghasilkan bahan baku lainnya.
Karakteristik industri ini pada dasarnya menghasilkan produk homogen yang mengalir
secara merata melalui proses produksi secara terus menerus. Process costing adalah
metode yang mengumpulkan biaya dalam suatu operasi tertentu atau departemen
tertentu selama suatu periode penuh dan selanjutnya membagi total dengan jumlah
satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan.
Sistem ini digunakan untuk proses produksi dengan produk yang sama secara massal dan
dilakukan secara terus menerus. Karakteristik process costing antara lain:
1. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen furniture
massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian pemotongan, bagian
finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada perusahaan konveksi yang
memproduksi pakaian secara massal.
2. Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya produksi
per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua metode seperti rata-
rata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi dalam biaya dalam tahapan
proses produksi.
3. Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka untuk
proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit ekuivalen yaitu
menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai sehingga proses
analisis bisa dilakukan.
I. Tes Formatif 6
Soal Pilihan Ganda
1. Sebuah perusahaan agensi periklanan melayani klien dalam lingkup luas meliputi
pabrik, restoran, bisnis jasa, swalayan, dan industri retail. Sistem akuntansi yang
cocok untuk diadopsi oleh agensi iklat tersebut terkait pencatatan dan penghitungan
biayanya adalah…
a. Job-order costing
b. Operation costing
c. Relevant costing
d. Process costing
2. Sebuah perusahaan melakukan sendiri proses panen, pengemasan, dan pengiriman
atas produknya. Perusahaan mengoperasikan tiga lini pengemasan yang tidak
memiliki persediaan awal dan berikut adalah data persediaan yang telah selesai
diproduksi:
Beban gaji pegawai pengemasan $150,000
Beban gaji supervisor pengemasan 90,000
Beban gaji pegawai Quality control 30,000
Beban kotak kemasan 15,000
Beban listrik 3,000
Beban penyusutan 66,000
Biaya akumulasi dalam pengemasan akan diakumulasikan per-bagian dengan
a. Mencatat beban gaji per job kategori pegawai.
b. Menghitung beban depresiasi.
c. Menerbitkan laporan keuangan bulanan.
d. Meramalkan kekurangan material bulanan.
3. Menggunakan data di nomor 3 di atas, pada akhir periode pelaporan, 600.000 unit
telah dikemas dan dikirimkan. Tidak ada persediaan yang masih tersisa di gudang.
Jika perusahaan menggunakan process costing, maka cost per unit menjadi…
a. $0,197
b. $0,275
c. $0,315
d. $0,590
4. Sebuah perusahaan jasa peralatan kantor melayani dua jalur, mengirimkan pegawai
ke kantor pelanggan untuk memperbaiki peralatan atau pelanggan membawa
peralatan yang rusak ke tempat kerja perusahaan tersebut untuk diperbaiki. Metode
pembiayaan yang tepat untuk perusahaan tersebut adalah…
e. A job-order costing system.
f. An activity-based costing system.
g. A process costing system.
h. An operation costing system.
5. Perusahaan yang berkarakter memproduksi produk homogen umumnya akan
menggunakan metode berikut dengan tujuan merata-ratakan biaya dan
menyediakan data biaya-unit kepada manajemen. Metode yang manakah itu?
a. Job-order costing.
b. Direct costing.
c. Absorption costing.
d. Process costing.
6. Sebuah perusahaan memproduksi dua merk produk yang dipasarkan secara grosir
dan ke pelanggan besar. Manakah di bawah ini yang merupakan jenis sistem costing
terbaik untuk digunakan perusahaan tersebut?
a. EOQ system
b. Job-order system
c. Process system
d. Retail inventory system
7. Departemen pembiayaan sebuah perusahaan financing memiliki bisnis peminjaman.
Biaya dalam memproses pinjaman tersebut seringnya mencapai beberapa ribu dolar.
Biaya untuk tiap pinjaman, meliputi labor, telepon, perjalanan dinas, memiliki
perbedaan yang signifikan untuk masing-masing pinjaman. Beberapa pinjaman
membutuhkan tenaga ahli pihak ketiga, misalnya appraisal, jasa legal, dan jasa
konsultasi, dimana pinjaman-pinjaman lain tidak membutuhkan jasa serupa. Metode
akumulasi biaya paling tepat untuk departemen pembiayaan tersebut adalah….
a. Job-order costing.
b. Process costing.
c. Differential costing.
d. Joint product costing.
Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Job-order costing digunakan oleh perusahaan dimana jasa atau
produknya sudah diidentifikasi per unit atau per batch.
2. Operasion costing diterapkan oleh perusahaan yang memproduksi
barang yang memiliki karakteristik biasa dan beberapa barang
dengan karakter unik. Hal ini cocok digunakan oleh perusahaan
jasa dengan basis klien beragam.
3. Process costing diterapkan ketika perusahaan memproduksi
produk sejenis (homogen) secara masal dan berkelanjutan melalui
tahapan-tahapan produksi secara berurutan.
4. Metode weighted-average membedakan antara pekerjaan yang
sudah diselesaikan periode sebelumnya dan pekerjaan yang
diselesaikan dalam periode berjalan.
5. Metode FIFO membedakan antara pekerjaan yang sudah
diselesaikan periode sebelumnya dan pekerjaan yang diselesaikan
dalam periode berjalan.
6. Equivalent units of production (EUP) adalah ukuran pekerjaan yang
dilaksanakan untuk tiap produksi dimana setiap fase dikerjakan
sampai Work-in process pada periode produksi.
7. Dalam metode weighted-average, persediaan awal diperlakukan
sesuai karakternya sebagai persediaan awal produksi dan
persediaan barang yang sudah diselesaikan. Sehingga persediaan
awal tidak termasuk perhitungan EUP.
8. Menggunakan metode FIFO, persediaan awal dikeluarkan dari
bagian penghitungan EUP.
9. Penghitungan EUP akan sama antara dua metode jika terdapat
persediaan awal namun persediaan akhir bernilai nol.
10. Unit produk yang ditransfer dari departemen pertama ke
departemen kedua diperlakukan sebagai bahan dasar pada awal
periode produksi.
A. Pendahuluan
Activity Based Costing (ABC) adalah metode penganggaran yang didisain untuk
menyediakan informasi biaya strategis dan keputusan-keputusan lain kepada para
manajer yang secara potensial akan berdampak pada kapasitas produksi. ABC umumnya
digunakan sepagai masukan atau suplemen kepada sistem penganggaran perusahaan
yang sudah ada, bukan menggantikannya.Mayoritas perusahaan yang menggunakan
metode ABC memiliki dua sistem penganggaran, yaitu sistem penganggaran resmi
(official) yang digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan eksternal dan sistem ABC
yang digunakan untuk keperluan penetapan keputusan internal dan aktivitas
manajemen.
Dalam pasar yang baru-baru ini sangat kompetitif, perusahaan harus mengetahui biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksinya. Informasi biaya sangat dibutuhkan
dalam menetapkan harga jual dalam rangka menutup biaya produksi dan menghasilkan
keuntungan.Supaya mampu bersaing secara lebih kompetitif dengan perusahaan dalam
industri sejenis, perusahaan harus mampu menekan biaya.Kita memahami bahwa
komponen biaya langsung (baik material maupun labor) mudah untuk dialokasikan ke
produk.Namun biaya tidak langsung (indirect cost), seperti utilitas, gaji supervisor,
penyusutan pabrik, tidak demikian adanya. Pun demikian, indirect cost harus tetap
dialokasikan karena signifikan. Salah satu cara mengelola biaya adalah dengan cara
memperbaiki cara pengalokasian indirect cost.
Ketidakakuratan perataan atau penyebaran biaya-biaya tidak langsung pada unit produk
atau jasa yang menggunakan jumlah sumber daya berbeda disebut peanut-butter
costing. Peanut-butter costing menghasilkan subsidi silang biaya produk, yaitu kondisi
dimana kesalahan penganggaran dari satu produk akan berdampak pada kesalahan
penganggaran produk lain. Dampak peanut-butter akibat penggunaan sistem
penganggaran tradisional dapat dirangkum sebagai berikut:
4. Direct labor dan direct material ditelusur pada unit produk atau jasa,
5. Kelompok tunggal atas biaya tidak langsung (overhead) diakumulasikan untuk
dimasukkan dalam tiap unit.
6. Biaya-biaya tidak langsung dalam kelompok (pool) ditetapkan dengan prosedur
alokasi seperti menggunakan tingkat overhead tunggal untuk seluruh departemen.
Dampaknya adalah perataan biaya yang mungkin berakibat ketidakakurasian ketika
unit produk atau jasa tidak menggunakan jumlah resource yang sama.
berikut ini adalah gambaran ilustrasi alur alokasi overhead dalam sistem akumulasi biaya
tradisional.
1. Manfaat
Awalnya perusahaan menerapkan ABC untuk mengurangi distorsi dalam biaya
produk yang sering ditemukan dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan volume
yang mereka miliki. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan volume,
pembuatan banyak prosedur alokasi biaya secara arbitrer sering kali menghasilkan
biaya produk atau jasa yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali hubungan
dengan aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi selama operasi. ABC secara jelas
menunjukkan pengaruh perbedaan aktivitas dan perubahan produk atau jasa
terhadap biaya. Manfaat utama sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang
telah dialami perusahaan antara lain:
a. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik. ABC menyajikan biaya produk yang
lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk
yang lebih akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik
tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar.
b. Keputusan dan kendali yang lebih baik. ABC menyajikan pengukuran yang ebih
akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu
manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat
keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara
lebih baik, dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan
nilai.
c. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas. ABC membantu
manajer mengidentifikasi dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak
terpakai.
2. Keterbatasan
Meskipun ABC memberikan informasi tentang biaya produk atau jasa yang lebih baik
dibandingkan sistem berdasarkan volume, manajer harus memperhatikan
keterbatasan ABC, antara lain:
a. Alokasi. Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya
atau aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin
membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume
yang arbitret sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat
menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pendukung fasilitas
seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, asuransi pabrik, dan pajak
bumi bangunan untuk pabrik.
b. Mengabaikan biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC
cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk
atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk
aktivitas seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan, dan
rekayasa produk, meski sebagian dari biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi
yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya
tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
c. Mahal dan menghabiskan waktu. Sistem ABC tidak murah dan membutuhkan
banyak waktu untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan
organisasi yang telah menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional
berdasarkan volume, pelaksanaan suatu sistem baru ABC cenderung sangat
mahal. Lagipula sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif
biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih untuk mengembangakan dan
melaksanakan ABC dengan sukses.
D. Volume-Based vs Activity-Based
1. Sistem volume-based layak digunakan ketika mayoritas biaya manufaktur
merupakan biaya langsung. Bagaimanapun juga, biaya-biaya overhead tidak selalu
berfluktuasi sesuai volume. ABC menyikapi peningkatan kompleksitas dan
keragaman dari biaya-biaya overhead.
2. Sistem activity-based mencakup beberapa tahapan berikut:
a. Indentifikasi aktivitas-aktivitas organisasi yang menhadilkan overhead
b. Menetapkan biaya-biaya sumber daya yang dikonsusi dalam aktivitas di atas
c. Menetapkan biaya-biaya aktivitas menggunakan pemicu biaya yang tepat untuk
mendapatkan obyek biaya.
Gambar 7.2.
Sebagai contoh, akuntan dalam manajemen sebuah pabrik telah mendisain pemicu
biaya di bawah ini untuk menghubungkan dengan aktivitas korespondennya:
Activity Cost Driver
Product design Number of products
Product setup Number of setups
Machining Number of units produced
Inspection and testing Number of units produced
Production orders Number of orders
Biaya overhead manufaktur per celana: US$ 160.000 ÷ 15.000 = US$ 10,67
Biaya overhead manufaktur per jaket: US$ 40.000 ÷3.000 = US$13,33
Dengan menggunakan sistem ABC, biaya overhead manufaktur dialokasikan sebagai
berikut:
Pants Coats
Plant utilities and 150.000 x (400 ÷ 1.000) 60.000 150.000 x (600 ÷ 1.000) 90.000
real estate taxes
Material handling 40.000 x (10.000 ÷ 25.000 40.000 x (6.000 ÷ 15.000
16.000) 16.000)
Inspection and 10.000 x (15.000 ÷ 8.333 10.000 x (3.000 ÷ 1.667
testing 18.000) 18.000)
93.333 106.667
F. Rangkuman
Sistem volume-based layak digunakan ketika mayoritas biaya manufaktur merupakan
biaya langsung.Bagaimanapun juga, biaya-biaya overhead tidak selalu berfluktuasi sesuai
volume.ABC menyikapi peningkatan kompleksitas dan keragaman dari biaya-biaya
overhead. Sistem penganggaran volume-based (tradisional) langsung memasukkan
overhead dalam satu cost pool tunggal dan menyebarkan ke seluruh produk akhir.
Sedangkan dalam ABC, biaya-biaya tidak langsung disisipkan dalam aktivitas-aktivitas
yang secara rasional akan dialokasikan dalam produk akhir. ABC memungkinkan untuk
digunakan oleh entitas manufaktur, jasa, atau retailer.ABC juga memungkinkan untuk
digunakan dalam sistem job-order atau sistem process costing.
G. Tes Formatif 7
Soal pilihan ganda:
1. Dasar yang masuk akal untuk mengalokasikan biaya material handling pada unit
yang diproduksi berdasarkan sistem ABC adalah….
a. Jumlah produksi yang berlangsung pertahun
b. Jumlah komponen per unit yang selesai diproduksi
c. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit FG
d. Jumlah overhead yang dimasukkan dalam tiap unit FG
Pertanyaan benar-salah
Pertanyaan B S
1. Activity-based costing memungkinkan untuk digunakan oleh
entitas manufaktur, jasa, atau eceran dan dalam sistem job-order
atau process costing.
2. Sebuah sistem ABC sebaiknya digunakan ketika perusahaan
memiliki level indirect cost yang tinggi. Dalam ABC, indirect costs
dimasukkan dalam aktivitas dan dialokasikan pada cost objects
final berdasarkan analisis sebab akibat.
3. Jumlah orang dalam penjualan tidak ada kaitannya dengan
distribusi, namun lebih berkaitan dengan marketing. Begitu juga
dengan volume penjualan dalam uang.
4. Jumlah vendor yang menyediakan material untuk proses produksi S
Organisasi, secara ideal, dibentuk oleh para pimpinan tertinggi yang membagi kegiatan
dan menetapkan suatu hierarki para manajer yang mengatur lingkup kegiatan yang
diterapkan lebih dahulu dan memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan dalam
ruang lingkup itu.Beberapa jenis akuntansi pertanggungjawaban biasanya menyertai
pendelegasian pengambilan keputusan ini.Akuntansi keuntungan (profitability
accounting) dan akuntansi kegiatan (activity costing).
Sebagai ilustrasi, Departemen Pemeliharaan pada hotel JW Marriot adalah pusat biaya
karena manajer pemeliharaan hanya bertanggung jawab atas biaya, sehingga
anggarannya juga menekankan pada biaya.Departemen Penjualan adalah pusat
pendapatan karena manajer penjualan bertanggung jawab terutama atas pendapatan,
sehingga anggarannya juga menekankan pada pendapatan.Manajer hotel merupakan
pusat laba karena bertanggung jawab atas pendapatan maupun biaya, sehingga
anggatannya juga menekankan pada pendapatan dan biaya.Manajer regional yang
bertanggung jawab atas investasi dalam proyek hotel baru dan pendapatan serta biaya
merupakan pusat investasi, sehingga anggatannya juga menekankan pada pendapatan,
biaya, dan investasi.
Pusat biaya, misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas biaya.
1. Pemicu biaya merupakan ukuran kinerja yang relevan,
2. Kelemahan dari pusat biaya adalah adanya potensi pergeseran biaya (cost shifting).
Misalnya, tanggung jawab manajer untuk penetapan biaya variabel yang mungkin
digantikan dengan biaya tetap, padahal bukan tanggung jawabnya.
Kelemahan lainnya adalah permasalahan-permasalahan jangka panjang yang
mungkin disregarded ketika emphasis in on, misalnya jumlah biaya tahunan.
Permasalahan lain adalah alokasi dari biaya departemen jasa dalam pusat biaya.
D. Biaya-Biaya Umum
Biaya-biaya umum merupakan biaya produk, aktivitas, fasilitas, jasa, atau operasional
yang dibagi oleh dua atau lebih obyek biaya. Kata “joint cost” sering kali digunakan
dalam menjelaskan biaya umum dari proses individu yang menghasilkan dua atau lebih
joint product. Biaya-biaya dari pusat jasa dan kantor pusat merupakan contoh-contoh
biaya umum. Karena biaya-biaya umum merupakan biaya tidak langsung (indirect cost),
identifikasi hubungan antara sebab dan dampak langsung antara biaya umum dan aksi
dari obyek biaya yang mana dialokasikan bisa menjadi sulit.Hubungan di atas
mempromosikan penerimaan atas alokasi biaya umum oleh manajer yang melihat
keadilan atas prosedur.
Hubungan semacam itu mempromosikan penerimaan alokasi biaya umum oleh manajer
yang melihat keadilan prosedur.
F. Rangkuman
Pusat biaya, misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas biaya.
Pusat Pendapatan, misalnya departemen penjualan, bertanggung jawab hanya atas
pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan ukuran kinerja yang relevan.Pemicu
pendapatan merupakan hal-hal yang mempengaruhi penjualan unit produk, seperti
misalnya perubahan harga dan produk, customer service, usaha-usaha marketing, dan
G. Tes Formatif 8
Soal Pilihan Ganda
1. Di bawah ini manakah teknik terbaik dalam mengevaluasi kinerja manajemen dari
departemen yang beroperasi sebagai pusat biaya?
a. Return on assets ratio.
b. Return on investment ratio.
c. Payback method.
d. Variance analysis.
2. Membuat pengungkapan segmen merupakan manfaat untuk perusahaan karena hal
tersebut….
a. Memfasilitasi evaluasi dari manajemen perusahaan dengan penyediakan data
untuk segmen tertentu.
b. Mengeliminasi saling ketergantungan antar segmen.
c. Menutupi dampak transfer intersegmen.
d. Menyediakan informasi perbandingan kepada kompetitor pada kinerja
perusahaan.
3. Ketika membandingkan residual income dari beberapa pusat investasi, validitas
perbandingan dapat dirusak oleh….
a. Keunikan-keunikan dari tiap pusat investasi.
b. Perbedaan dalam jumlah income relatif.
c. Penggunaan secara konsisten tingkat bunga yang sudah diperhitungkan.
d. Jumlah umum dari kapital investasi tiap pusat investasi.
4. Kondisi lembur dan pembayaran umumnya ditetapkan oleh departemen HRD.
Departemen produksi baru saja menerima permintaan pesanan tiba-tiba dari
departemen penjualan. Departemen produksi memprotes hal tersebut karena akan
muncul biaya tambahan dalam bentuk lembur yang merupakand ampak dari
pesanan tiba-tiba tersebut. Departemen penjualan berargumen bahwa pesanan
berasal dari pelanggan yang penting. Departemen produksi akhirnya memproses
Pertanyaan benar-salah
Pertanyaan B S
1. Ketergantungan segmen dipengaruhi oleh metode pelaporan. S
2. Fokus dari manajer pusat biaya normalnya akan menjadi lebih S
sempit dibandingkan manajer pusat pendapatan.
3. Return on Asset tidak dapat diperhitungkan dalam pusat biaya B
karena manajer dalam pusat biaya tidak bertanggung jawab atas
pendapatan (return) dari aset yang dimiliki.
4. Manajer hanya bertanggung jawab atas akuntabilitas faktor-faktor S
dimana mereka memiliki pengaruh signifikan.
5. Pusat biaya hanya bertanggung jawab atas biaya saja.
6. Setiap faktor yang berdampak pada kinerja finansial perusahaan B
akan dikendalikan oleh seseorang meskipun level jabatannya
tinggi.
7. Operasi dari bisnis diorganisasikan dalam area-area terpisah yang S
dikendalikan oleh manajer individu ketika sistem akun
pertanggungjawaban ada.
8. Menyediakan informasi kepada kompetitor merupakan kelebihan S
dari segmen pelaporan.
9. Departemen penjualan tidak bertanggung jawab atas biaya lembur S
akibat dari pesanan yang bersifat tiba-tiba di luar rencana
produksi.
10. Manajer pusat biaya fokus pada biaya saja sedangkan manajer B
pusat pendapatan fokus pada biaya dan pendapatan.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.
DAFTAR PUSTAKA
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer.Managerial Accounting.12th Edition.The
McGraw-Hill Company.
Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, George Foster. Akuntansi Biaya dengan Penekanan
Manajerial. Edisi Keduabelas. Penerbit Erlangga.
Horngren, Charles T, Srikant M Datar, dan Madhan Rajan. Cost Accounting a Managerial
Emphasis.14th Edition.Prentice Hall. New Jersey. 2012
AKUNTANSI MANAJERIAL
1 / 82
KATA PENGANTAR
Muhammad Hasan
2 / 82
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...................................................................... 6
PETA KONSEP MODUL .......................................................................................... 8
KEGIATAN BELAJAR I: Terminologi Manajemen Biaya ....................................... 9
1. Pendahuluan ............................................................................................. 9
2. Definisi Dasar ............................................................................................ 10
3. Manufacturing Vs Non-manufacturing ..................................................... 10
4. Biaya Persediaan (Product/Inventoriable Cost) Vs Biaya Periode
(Period Cost) .............................................................................................. 11
5. Direct Vs Indirect cost................................................................................ 12
6. Rangkuman................................................................................................ 12
7. Tes Formatif 1 ........................................................................................... 13
8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ................................................................ 15
3 / 82
7. Tes Formatif 3 .............................................................................................. 33
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................... 34
KEGIATAN BELAJAR VI: Job Order Costing dan Process Costing ........................ 60
1. Pendahuluan ................................................................................................ 61
2. Kegunaan Process Costing ........................................................................... 61
3. Perbandingan antara Job-Order Costing vs Process Costing ....................... 61
4. Akumulasi Biaya........................................................................................... 63
5. Equivalent Unit of Production (EUP)............................................................ 63
7. Produk Cacat dan Sisa ................................................................................. 66
8. Rangkuman .................................................................................................. 66
9. Tes Formatif 6 .............................................................................................. 67
4 / 82
10. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut .................................................................. 69
5 / 82
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Langkah-Langkah Pembelajaran
Untuk dapat memahami isi dari modul Managerial Accounting ini maka peserta
diklat harus mempersiapkan dan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pahami indikator yang hendak dicapai pada setiap kegiatan belajar;
b. Baca modul baik-baik dan pelajarilah dengan teliti semua topik terkait dengan
Kegiatan Belajar yang Anda baca;
c. Cobalah kerjakan latihan yang tersedia;
d. Baca kembali rangkuman yang tersedia untuk lebih meningkatkan
pemahaman;
e. Kerjakan tes formatif yang tersedia dan selanjunya pergunakan umpan balik
dan tindak lanjut yang ada untuk menilai kemampuan yang telah anda miliki;
f. Apabila nilai Anda masih kurang, pelajari kembali Kegiatan Belajar yang
bersangkutan sebelum menuju ke Kegiatan Belajar lebih lanjut;
g. Diskusikan secara berkelompok studi kasus agar pemahaman tentang materi
menjadi lebih baik.
h. Cobalah untuk mencari dan membaca literatur terkait yang disebutkan dalam
modul untuk memperkaya pemahaman Anda;
i. Selamat belajar dan semoga sukses.
2. Metode Pembelajaran
3. Waktu Pembelajaran
Waktu Pelaksanaan yang dibutuhkan selama 3 sessi atau 3 jam latihan (jamlat),
dengan pembagian waktu sebagai berikut:
6 / 82
Pokok Bahasan Waktu
Alat bantu ini bukan merupakan suatu keharusan, tetapi keberadaannya diyakini
akan sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu:
LCD Projector Sound-system
Komputer/Laptop Buku Modul
Papan Tulis/Whiteboard Lembar Praktek
Pointer/Presenter Flipchart
Printer Alat Tulis Kantor Lainnnya (termasuk
seminar kit)
7 / 82
PETA KONSEP MODUL
Relevant Costing
Responsilibity Accounting
8 / 82
KEGIATAN BELAJAR I
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, peserta diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang definisi dasar biaya, definisi biaya manufaktur dan non-
manufaktur serta perbedaannya, memahami dan menjelaskan tentang biaya
persediaan, memahami dan menjelaskan tentang biaya langsung dan biaya tidak
langsung serta perbedaannya.
1. Pendahuluan
9 / 82
2. Definisi Dasar
Biaya (cost)
Adalah variabel yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam rentang waktu
tertentu. Cost driver adalah dasar yang digunakan untuk menetapkan biaya pada
cost object. Cost driver adalah sebuah ukuran aktivitas, seperti jam kerja direct
labor atau jam penggunaan mesin, yang merupakan faktor menyebabkan
timbulnya biaya. Jika biaya desain produk berubah sejalan dengan perubahan
jumlah komponen produk, jumlah komponen adalah pemicu biaya atas biaya
desain produk. Contoh lain adalah kilometer perjalanan kendaraan sering
menjadi pemicu biaya atas biaya distribusi.
3. Manufacturing Vs Non-manufacturing
a. Biaya bahan langsung (direct material costs) adalah biaya perolehan semua bahan
yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari obyek biaya (barang dalam proses dan
barang jadi) dan dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan cara ekonomis. Biaya
perolehan bahan langsung mencakup beban angkut (pengiriman masuk/freight-in),
pajak penjualan, serta bea masuk. Contoh biaya bahan langsung adalah alumunium
yang digunakan untuk memproduksi kaleng kemasan minuman berenergi.
b. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct manufacturing labor costs) meliputi
kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke obyek
10 / 82
biaya (barang dalam proses dan barang jadi) dengan cara yang ekonomis.
Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta
pekerja lini perakitan yang mengonversi bahan langsung yang dibeli menjadi barang
jadi.
Biaya persediaan (inventoriable cost) adalah semua biaya produk yang dianggap
sebagai aset dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya menjadi harga pokok
penjualan ketika produk itu dijual. Untuk perusahaan sektor manufaktur, semua
biaya manufaktur merupakan biaya persediaan. Dalam proses produksi, biaya
bahan langsung (direct material) yang masuk ke dalam proses produksi (diambil
dari persediaan bahan langsung), biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct
labor), dan biaya overhead manufaktur menciptakan aktiva tersebut, dimulai
dengan barang dalam proses sampai menjadi barang jadi. Dengan demikian,
biaya manufaktur meliputi persediaan barang dalam proses dan persediaan
barang jadi untuk mengakumulasi biaya penciptaan aset tersebut. Ketika produk
terjual, biaya manufaktur dicocokkan dengan pendapatan dari penjualan
tersebut. Harga pokok penjualan mencakup semua biaya manufaktur (biaya
bahan langsung, biaya tenaga kerja manufaktur langsung, dan biaya overhead
manufaktur) yang terjadi untuk memproduksi barang yang dijual.
Biaya periode (periode cost) adalah semua biaya yang dicantumkan pada
laporan laba-rugi selain harga pokok penjualan. Biaya periode diperlakukan
sebagai beban periode akuntansi ketika biaya itu terjadi karena diharapkan
memberi manfaat lagi pada periode berikutnya. Membebankan jenis biaya ini
pada periode terjadinya berarti menandingkan biaya terhadap pendapatan.
11 / 82
Untuk perusahaan sektor manufaktur, biaya periode yang dicatat dalam laporan
laba-rugi merupakan semua biaya nonmanufaktur (misalnya biaya desain dan
biaya distribusi).
Dalam pembahasan biaya produksi (biaya tetap dan variabel) terdapat dua
kelompok biaya ketika di assign ke dalam cost object yaitu Direct cost dan
Indirect cost. Direct cost adalah biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi
dengan mudah.
Sementara itu indirect cost tidak mudah untuk diidentifikasi karena umumnya
digunakan bersama oleh sejumlah produk. Untuk mendapatkan cara mudah
maka digunakan analisis alokasi biaya.
Istilah lain terkait dengan pengelompokkan biaya antara lain adalah cost pool
dan common cost. Cost pool mengandung pengertian pengumpulan sejumlah
biaya yang memiliki kemiripan karakteristrik. Misalkan kelompok biaya overhead
manufaktur yang tidak/sulit untuk diidentifikasi secara langsung, dikumpulkan
dalam satu kelompok (pool) untuk kemudian dialokasi. Common cost merupakan
biaya dari sebuah aktivitas yang digunakan secara bersama oleh dua atau lebih
produk/kegiatan. Common cost juga memerlukan alokasi untuk assignment ke
tiap produknya.
6. Rangkuman
Prime cost sama dengan direct material ditambah direct labor. Conversion cost
sama dengan direct labor ditambah dengan overhead manufaktur. Fungsi dari
overhead manufaktur mengkonversi raw material menjadi finished good.
12 / 82
Product cost (inventoriable cost) dikapitalisasi sebagai bagian dari persediaan
finished goods yang kemudian akan menjadi komponen cost of goods sold.
Sedangkan period costs merupakan beban-beban yang timbul dan bukan
merupakan bagian dari finished goods inventory sehingga dikeluarkan dari cost of
goods sold.
7. Tes Formatif 1
1. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu direct
materials, direct labor, dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead
dari produksi mobil adalah….
a. Biaya dari peralatan-peralan kecil dalam pemasangan ban tiap mobil
b. Biaya dari ban untuk tiap mobil
c. Biaya tenaga kerja yang memasang ban pada tiap mobil
d. Biaya pengiriman ban tiap mobil
2. Sebuah perusahaan mengalami kerusakan mesin dari salah satu lini produksi.
Sebagai konsekuensinya terjadi keterlambatan produksi dan sebuah keputusan
diambil untuk melaksanakan lembur supaya bisa kembali ke jadwal produksi yang
direncanakan. Metode mana yang tepat untuk memperhitungkan pembayaran
lembur atas direct labor?
a. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan seluruhnya
sebagai overhead manufaktur (MOH)
b. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan sebagai
direct labor.
c. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan dibebankan sebagai beban perbaikan
dan maintenance, sedangkan upah lembur diperlakukan sebagai direct labor.
d. Durasi jam lembur dikali upah lembur akan dibebankan pada manufacturing
overhead, sedangkan durasi lembur dikali jumlah upah akan masuk sebagai
direct labor.
13 / 82
a. Jam kerja direct labor
b. Jumlah unit yang diproduksi
c. Jumlah vendor yang terlibat
d. Jumlah part yang digunakan
7. Jika sebuah produk membutuhkan listrik dalam jumlah besar untuk proses produksi
dan harga minyak mentah meningkat, manakan biaya di bawah ini yang juga ikut
meningkat?
a. Direct material
b. Direct labor
c. Prime cost
d. Conversion cost
a. Prime cost
b. Period cost
14 / 82
c. Product cost
d. Product dan period cost
a. Prime cost
b. Conversion cost
c. Period cost
d. Nonmanufacturing cost
10. Contoh biaya direct labor adalah upah yang dibayar pada
Operator Supervisor
Mesin Pabrik dalam Pabrik
a. No No
b. No Yes
c. Yes Yes
Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:
Prosentase 90% - 100% = baik sekali
Prosentase 80% - 89% = baik
Prosentase 70% - 79% = sedang
Prosentase 40% - 69% = kurang
Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
15 / 82
KEGIATAN BELAJAR II
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2, peserta diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang absorption costing dan variable costing, memahami dan
menjelaskan perbedaan antara absorption costing dan variable costing, serta
pengaruhnya terhadap pendapatan.
1. Pendahuluan
Penyajian informasi mengenai jumlah biaya produksi secara umum dapat dilihat
dalam laporan keuangan. Atas persediaan yang telah terjual maka biaya produksi
perunitnya dapat dianalisis dari Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold).
Sementara itu harga pokok produksi selanjutnya untuk tiap produk yang telah
jadi dilaporkan dalam akun persediaan.
Nilai yang dilaporkan dalam persediaan ataupun dalam Harga Pokok Penjualan
menggunakan model perhitungan absorption costing atau full costing. Penyajian
berdasarkan model absorption costing merupakan penyajian yang ditetapkan
oleh standar akuntansi keuangan. Perusahaan tidak dapat menyajikan informasi
persediaan dengan menyimpang dari ketentuan standar.
16 / 82
Secara internal untuk kepentingan manajemen variabel costing lebih bermanfaat
karena akan memberikan informasi margin kontribusi yang dapat dihasilkan dari
proses penjualan untuk membiayai biaya perusahaan selanjutnya (biaya tetap,
biaya pemasaran dan biaya administrasi serta biaya lainnya).
Di samping itu analisis unsur variabel dalam biaya manufaktur sangat relevan
karena memiliki hubungan linier antara jumlah unit dengan besaran nilai
moneternya. Sementara itu biaya tetap dalam overhead produksi tidak relevan
karena ada tidaknya produksi tidak berdampak pada keberadaan biaya tetap ini.
2. Absorption costing
Dalam definisi ini terdapat unsur biaya yang sangat relevan karena memiliki
gerak searah dan konstan naik/turunnya seiring dengan naik/turunnya produk
yang dihasilkan , antara lain:
Direct material
Direct labor
17 / 82
Factory overhead – variabel
Sementara itu proses produksi juga didukung oleh kontribusi dari overhead yang
bersifat tetap. Karena overhead tetap ini memiliki peran dalam pembentukan
produk maka harus dikapitalisasi dalam nilai persediaan.
Dalam hal fixed overhead ini menghasilkan lebih dari satu jenis produk maka
jumlah fixed overhead ini harus dialokasikan habis ke seluruh produk jadi dengan
menggunakan pemicu biaya (cost driver) yang tepat.
Penyajian nilai persediaan secara absorption costing atau full costing ini selain
sesuai dengan standar akuntansi keuangan juga sesuai dengan ketentuan dalam
perpajakan khususnya dalam menghitung pajak penghasilan badan.
Cost of Goods
Sold
Fixed
Overhead
Control
18 / 82
Fixed factory overhead applied diperoleh dari fixed overhead control yang
menampung seluruh fixed overhead yang digunakan secara bersama dan
kemudian dialokasikan dengan menggunakan cost driver tertentu.
Pada tahapan selanjutnya, apabila perusahaan menggunakan metode
pencatatan persediaan secara periodik, maka setelah ditambahkan dengan
nilai persediaan inventory awal maka diperoleh Persediaan (Inventory)
tersedia untuk dijual. Pencatatan ini berdasarkan alur akuntansi yang
menginformasikan menggunakan alur nilai moneternya. Secara fisik setelah
barang selesai di produksi maka saat barang tersedia di gudang maka
sesungguhnya barang tersebut telah siap untuk dijual.
Kemudian pada setiap akhir periode manajemen melakukan perhitungan atas
persediaan yang belum terjual pada tanggal akhir periode tersebut dan
didapatkan nilai persediaan akhir. Secara fisik persediaan akhir adalah
persediaan yang belum terjual ketika tanggal laporan keuangan akan disusun.
Selisih antara Persediaan tersedia untuk dijual (cost of finished goods
available for sale) dengan persediaan akhir merupakan Harga Pokok
Penjualan (cost of goods sold). COGS adalah nilai (cost) dari seluruh produk
yang telah terjual dalam satu periode.
Tahap selanjutnya adalah penentuan Laba Operasi dengan langkah penghitungan
sebagai berikut:
Beban Penjualan dan Beban Administrasi dilaporkan untuk fixed dan variabel.
Secara komersial Standar Akuntansi Keuangan melanjutkan penyajian Harga
Pokok Penjualan dengan unsur lain dan dituangkan dalam Laporan Laba Rugi
(Income statement).
19 / 82
Nilai penjualan dalam satu periode setelah memperhitungkan harga pokok
penjualan (atau dengan istilah lain adalah biaya produksi seluruh unit yang
terjual dalam periode yang sama) akan menghasilkan laba kotor.
Laba kotor kemudian dikalkulasikan dengan beban periodik yaitu beban
pemasaran (selling expense) dan beban administrasi (administrative expense)
maka akan diperoleh laba operasi (operating profit). Beban pemasaran dan
beban administrasi secara standar akuntansi keuangan tidak memiliki kontribusi
dalam proses pembuatan produk sehingga harus dibebankan ketika terjadi
(incurred) dan menjadi beban periodik. (Period Cost).
Hal ini berbeda treatmentnya dengan unsur biaya produksi yang selama produk
tersebut belum terjual maka tetap dilaporkan dalam neraca sebagai unsur dari
inventory.
3. Variabel Costing
Metode absorption costing atau full costing kurang memberikan manfaat bagi
manajemen karena faktor yang paling menentukan dalam analisis dan
pengambilan keputusan adalah analisis dalam biaya yang memiliki karakteristik
biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu muncul setiap periode dan tidak
tergantung pada volume (jumlah unit) produksi. Perhitungan unsur harga pokok
produksi hanya berfokus pada yang memiliki sifat variabel dan memiliki
hubungan linier dengan tingkat produksi. Makin banyak suatu produk dihasilkan,
maka secara linier makin tinggi biaya produksinya.
Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang
hanya terdiri atas variable costs. Variable costing biasa disebut direct
costing atau marginal costing.
Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagian
dan manufacturing overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed
manufacturing overhead tidak diperlakukan sebagai product cost tetapi
diperlakukan sebagai period cost.
Biaya tetap, termasuk biaya tetap dalam kelompok biaya overhead, tidak
dimasukkan dalam analysis penetapan nilai persediaan.
20 / 82
Hal-hal yang merupakan unsur dalam penetapan nilai produksi berdasarkan
analisis biaya variabel antara lain:
plus
Direct labor - Nilai Inventory
Variabel awal – Variabel
(FG)
minus
Selling & Adm
- Variabel
Finished Good Cost of Good
akhir – Variabel Sold
21 / 82
Metode ini juga disebut sebagai metode direct costing karena hanya
memasukkan unsur biaya yang secara langsung berkaitan dengan keeratan
terhadap produk (biaya variabel).
Perbedaan komposisi nilai persediaan dan juga pengelompokkan biaya pada
awalnya akan mengakibatkan perbedaan dalam penyajian nilai baik nilai
inventory maupun laba bersih. Namun secara akumulasi laba/rugi setelah sekian
periode tertentu akan mencapai akumulasi nilai yang sama.
Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang
berkaitan erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan
proses produksi seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan
penurunannya sangat berkaitan dengan unit produksi. Selain itu manajemen juga
fokus pada margin kontribusi yang dihasilkan untuk kemudian dievaluasi
kecukupannya dalam membiayai biaya tetap yang selalu terjadi setiap periode.
4. Rangkuman
22 / 82
Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang
berkaitan erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan
proses produksi seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan
penurunannya sangat berkaitan dengan unit produksi.
5. Tes Formatif 2
23 / 82
6. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan variable costing?
a. 600.000
b. 700.000
c. 711.100
d. 800.000
8. Metode costing mana yang menunjukkan contribution margin tiap produk pada
laporan laba/rugi?
a. Absorption costing
b. Variable costing
c. Blended costing
d. Semua jawaban benar
Perusahaan mampu menjual 85.000 unit produk dengan harga penjualan 30 perunit.
Menggunakan absorption costing, berapakah nilai operating profit perusahaan?
a. 750.000
b. 900.000
c. 975.000
d. 1.020.000
10. Menggunakan data pada nomor 9 di atas, berapakah nilai operating profit
perusahaan menggunakan variable costing?
a. 750.000
b. 840.000
c. 915.000
d. 975.000
Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
24 / 82
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
25 / 82
KEGIATAN BELAJAR III
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3, peserta diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan variable cost dan fixed cost, mixed cost dan kisaran relevan (relevant
range).
1. Pendahuluan
2. Variable Cost
Biaya variabel (variable cost) adalah sebuah biaya yang bervariasi secara total.
Biaya variabel ini nilai totalnya akan berubah secara proporsional sebanding
dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Besar kecilnya total biaya
variabel dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi/penjualan secara
proporsional.
26 / 82
Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dan berdampak langsung dalam
volume produksi, misalnya direct material. Nilai biaya variabel perunit akan
konstan dalam jangka pendek (short run) terlepas dari level produksinya.
Variable cost dalam short run
Gambar 3.1
Biaya seragam perunit, tetapi totalnya berfluktuasi, berbanding langsung dengan
jumlah kegiatan atau volume bersangkutan.
Total biaya variabel berubah seiring dengan perubahan proporsi dari volume
aktivitas (aktivitas bisnis yang mempengaruhi biaya). Aktivitas tersebut meliputi
penjualan, produksi, dan distribusi. Aktivitas dapat diukur dengan jumlah produk
yang terjual, unit yang diproduksi, atau kilometer distribusi.
Variable cost dalam long run
Gambar 3.2
Contoh lain dari biaya variabel adalah biaya dari hampir semua barang dagangan,
bahan baku, suku cadang, peralatan kantor, komisi, dan berbagai jenis upah.
Biaya yang tidak akan berubah secara total selama periode waktu tertentu,
sekalipun terjadi perubahan atas tingkat aktivitas atau volume terkait. Total biaya
tetap (fixed cost) selalu konstan dengan kisaran relevan dari aktivitas.
27 / 82
Tidak seperti biaya variabel, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam
aktivitas. Oleh sebab itu, meskipun level aktivitas meningkat atau menurun, total
biaya tetap tidak berubah (konstan) kecuali dipengaruhi oleh unsur lain seperti
perubahan harga biaya itu sendiri.
Fixed costs secara total nilainya tidak berubah dalam short run terlepas dari level
produksinya. Sebagai contoh, jumlah yang dibayarkan untuk divisi perakitan
sama meskipun proses produksi dihentikan seluruhnya.
Gambar 3.3
Bagaimanapun juga, fixed cost per unit bervariasi secara tidak langsung dengan
level aktivitasnya.
Gambar 3.4
Biaya yang memiliki komponen baik variabel maupun tetap disebut sebagai biaya
campuran (mixed cost). Sebagai contoh, Perusahaan Telekomunikasi
mengenakan biaya sebesar Rp100.000 perbulan atas jasa komunikasi yang
disediakan dan Rp1.000 untuk penggunaan per menit. Jika konsumen
menggunakan telepon selama 100 menit, Perusahaan Telekomunikasi akan
mengenakan biaya sebesar Rp200.000 (Rp100.000 + (100 menit x Rp1.000).
Biaya sebesar Rp100.000 merupakan biaya tetap yang dikenakan konstan
perbulan karena berapa kalipun jasa komunikasi dipergunakan. Sedangkan biaya
sebesar Rp1.000/menit merupakan biaya variabel yang meningkat seiring dengan
peningkatan proporsi pemakaian permenit. Jika penggunaan jasa meningkat dua
kali lipat menjadi 200 menit, maka total biaya variabel juga meningkat menjadi
Rp200.000. Sehingga total biaya yang timbul adalah sebesar Rp300.000
(Rp100.000 + (200 menit x Rp1.000).
Untuk menghitung total mixed cost bisa menggunakan formula berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Total mixed cost
a = Total biaya tetap
b = biaya variabel per unit dari aktivitas
X = level aktivitas
29 / 82
Kadang porsi fixed dan variable dalam biaya campuran tidak ditetapkan pada
kontrak sebagaimana dicontohkan sebelumnya sehingga harus diestimasikan.
Dua metode mengestimasikan biaya campuran umumnya adalah:
a. High-low method yang digunakan untuk menghasilkan garis regresi dengan
mendasarkan formula pada nilai tertinggi dan terendah dalam rentang
observasi. Perbedaan dalam biaya antara level aktivitas tertinggi dan
terendah (bukan output) dibagi dengan selisih dalam level aktivitas untuk
memenuhi porsi variabel dalam biaya. Kritik utama dalam metode high-low
adalah bahwa titik high dan low mungkin sebuah kondisi abnormal yang tidak
menunjukkan kondisi normal.
b. Metode regresi (scattergraph) yang menentukan tingkat rata-rata variabilitas
biaya campuran, alih-alih variabilitas antara titik high dan low dalam sebuah
kisaran.
Contoh:
30 / 82
5. Relevant range and Marginal cost
Kisaran relevan merupakan sebuah ikatan volume dimana total biaya tetap
bernilai tetap dan biaya variabel perunit juga konstan. Untuk memperkirakan
biaya yang timbul, manajer perlu memahami tentang kisaran relevan karena
total biaya “tetap” dapat berbeda dari satu kisaran range satu ke kisaran lain dan
biaya variabel per unit juga dapat berbeda dalam beragam kisaran relevan.
Relevan range adalah batas normal (limit) dari satu aktivitas atau volume dimana
hubungan antara tingkat volume dengan biayanya terdapat keterkaitan. Aktivitas
perusahaan dalam scope (range) yang relevan akan membawa perusahaan
mampu mempertahankan biaya variabel per unit dan fixed cost yang konstan.
Pelaksanaan produksi dalam wilayah yang relevan pada umumnya disebut
produksi dalam fase yang short run.
Penambahan kapasitas terpasang karena mengantisipasi peluang akan
membawa konsekuensi instalasi sarana produksi dan ini umumnya bersifat
jangka panjang. Bahkan secara jangka panjang (long run) seluruh biaya (termasuk
biaya tetap) akan menjadi biaya variabel.
Penjelasan di atas dapat dicontohkan dengan sebuah mesin memiliki kapasitas
produksi 100 unit per hari dengan total investasi Rp1.000.000,-. Dengan satu
mesin pabrik tersebut perusahaan memiliki kisaran relevan 100 sampai 200 unit
produksi. Apabila ingin menaikkan produksi menjadi 150 unit per hari maka
pabrik harus menambah 1 mesin yang sama dengan tambahan investasi
Rp1.000.000 sehingga biaya tetap menjadi Rp2.000.000 yang akan konstan untuk
memenuhi kapasitas produksi 101 – 200 unit per hari sebagai kisaran relevan
baru. Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Kisaran Relevan
Biaya tetap
30.000.000
20.000.000
10.000.000
31 / 82
Perilaku Biaya (dalam kisaran relevan)
Biaya
Dalam Total Per-Unit
Biaya Variabel Total biaya variabel Biaya variabel perunit
meningkat dan menurun tetap
sebanding dengan
perubahan level
aktivitas
Biaya Tetap Total biaya tetap tidak Biaya tetap perunit
dipengaruhi oleh berkurang seiring
perubahan dalam level peningkatan level
aktivitas dalam kisaran aktivitas dan meningkat
range seiring penurunan level
aktivitas
Kisaran relevan dan biaya marginal merupakan konsep yang berkaitan. Biaya
marginal merupakan biaya tambahan (incremental) muncul dengan
menghasilkan satu tambahan unit output. Dengan demikian, biaya marginal
tetap konstan sepanjang kisaran relevan. Namun, kisaran relevan ada hanya
untuk masa waktu tertentu. Oleh karena itu, seluruh biaya merupakan variabel
dalam jangka panjang.
6. Rangkuman
Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi secara langsung terhadap volume
produksi seperti material langsung (direct material) dan biaya variabel bernilai
konstan dalam jangka pendek terlepas dari level produksi. Meskipun demikian,
biaya variabel secara total bervariasi langsung dan proporsional terhadap
perubahan volume.
Biaya tetap bernilai tetap (tidak berubah) dalam jangka pendek terlepas dari
level produksinya. Misalnya, jumlah yang dibayarkan pada lini perakitan bernilai
sama meskipun produksinya berhenti sama sekali.
32 / 82
7. Tes Formatif 3
Soal Pilihan Ganda
1. Biaya bulanan untuk menyewa pabrik produksi adalah
a. prime cost dan inventoriable cost.
b. prime cost dan period cost.
c. conversion cost dan inventoriable cost.
d. conversion cost dan period cost
5. Biaya-biaya manakah di bawah ini yang nilainya secara total akan konstan ketika level
pemicu aktivitas (activity driver) berubah?
a. Conversion cost
b. Direct cost
c. Fixed cost
d. Variable cost
33 / 82
7. Mengapa managerial judgment terlalu kritis dalam menetapkan perilaku
biaya (cost behavior)?
a. Seluruh metode statistik terkenal tidak reliable.
b. Metode-metode statistik memiliki keakuratan tinggi dalam
menggambarkan kondisi lampau namun tidak mampu mereamalkan masa
depan.
c. Rincian biaya tetap dan variabel dicatat dalam catatan akuntansil
manajemen hanya perlu mengetahui akun yang layak untuk dicari.
d. Managerial judgment tidak kritis; metode statistik dapat menangkap
seluruh keahlian manajer tanpa ada bias.
8. Perusahaan XYZ memiliki biaya variabel sebesar $120.000 jika memproduksi barang
sebanyak 15.000 unit. Kisaran relevan adalah 10.000 – 20.000 unit. Jika terjadi
produksi barang sebanyak 12.000 unit, maka biaya variabel yang muncul adalah
sebesar:
a. $10 perunit
b. $120.000 secara total
c. $8 perunit
d. $90.000 secara total
9. Perusahaan PRQ memiliki total biaya tetap sebesar $64.000 jika 8.000 unit
diproduksi. Kisaran relevan sebesar 8.000 – 16.000 unit. Jika 10.000 unit diproduksi,
maka biaya tetap adalah sebesar:
a. $80.000 secara total.
b. $8 per unit.
c. $48.000 secara total.
d. $6,40 per unit.
10. Dengan menggunakan klasifikasi manufacturing costs, yaitu prime costs and
conversion costs, komponen biaya yang ada di keduanya adalah:
a. Biaya material langsung
b. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung
c. Biaya variable manufacturing overhead
d. Biaya fixed manufacturing overhead
Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
34 / 82
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
35 / 82
KEGIATAN BELAJAR IV
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4, peserta diharapkan mampu memahami
dan menjelaskan tentang asumsi yang digunakan dalam cost volume profit
analysis, memahami dan menjelaskan tentang cara penentuan break-even-point
(BEP), penentuan BEP unit dan BEP dollar, memahami dan menjelaskan margin
of safety, target operating income, dan target net income.
1. Pendahuluan
Dengan harapan memperoleh profit, manajemen fokus pada titik kritis yaitu titik
impas yang merupakan titik penentu dimana perusahaan akan mengalami
kerugian. Selain itu juga manajemen akan fokus pada bagaimana menyikapi biaya
tetap yang selalu terjadi setiap periode dengan atau tanpa adanya penjualan.
36 / 82
Seluruh informasi dan tantangan ini akan terjawab dengan analisis hubungan
antara cost, volume, dan profit.
Sasaran analisis CVP adalah menetapkan apa yang terjadi terhadap posisi
keruangan perusahaan jika tingkat kegiatan atau volume produksi berfluktuasi.
Analisis ini didasarkan pada hubungan antara hasil penjualan, biaya dan laba
dalam jangka pendek, dimana output perusahaan dibatasi oleh kapasitas operasi
yang ada pada saat itu. Dalam jangka pendek, beberapa input yang bisa
ditingkatkan dengan segera misalnya tambahan bahan baku atau tenaga kerja
unskilled. Sedangkan input berupa tenaga kerja berpengalaman, tenaga kerja
terampil, perluasan pabrik, penambahan mesin yang sudah ada tidak akan bisa
diadakan segera.
2. Asumsi
Mayoritas bisnis tidak bisa secara sempurna memenuhi asumsi ini jika
pertimbangkannya mayoritas bisnis menggunakan biaya campuran (mixed cost),
sehingga para manajer tidak menetapkan angka CVP secara tepat, namun hanya
dalam kisaran perkiraan.
a. Hubungan cost dan revenue dapat diprediksi dan bersifat linier dalam aktivitas range
yang relevan.
b. Total variabel cost berubah secara proporsional dengan volume dalam range yang
relevan.
c. Perubahan dalam jumlah inventory misalkan hilang, menyusut, dan lainnya jika ada,
secara jumlah tidak signifikan
37 / 82
d. Biaya Tetap selalu konstan dalam range yang relevan dengan volume.
h. Semua biaya baik yang tetap maupun yang Variabel dalam jangka waktu yang sesuai
akan memiliki sifat yang sama , namun apabila dianalisis dalam jangka waktu yang
lebih lama semua biaya sepertinya akan bersifat variabel.
j. Pendapatan dan biaya akan bervariasi hanya disebabkan karena perubahan volume.
Volume merupakan satu-satunya pemicu (driver).
Titik impas (break even point) adalah tingkatan dari output dimana pada titik
tersebut total pendapatan sama dengan total biaya sehingga profit sama dengan
Nol. Setiap penambahan unit yang diproduksi di atas BEP akan menghasilkan
operating income. Penghitungan paling sederhana dalam menetapkan breakeven
dalam unit adalah dengan membagi biaya tetap dengan unit contribution margin
(UCM). UCM sebanding dengan harga penjualan dikurangi biaya variabel unit.
Titik ini bisa ditentukan dengan menggunakan analisis CVP memakai metode
persamaan. Model CVP diselesaikan dengan memasukkan nilai-nilai v, p, dan f. N
ditetapkan sama dengan nol kemudian menghitung nilai Q.
38 / 82
Barang tersebut dijual senilai $200/unit. Jika perusahaan manufaktur tersebut
menjual 5 unit produk, maka dengan persamaan akan diperoleh laba operasi
sebesar:
𝑝×𝑄 = 𝑓+𝑣×𝑄+𝑁
200 × 5 = 2.000 + 120 × 5 + 𝑁
𝑁 = (200 × 5) − 2.000 − (120 × 5)
𝑁 = 1.000 − 2.000 − 600
𝑁 = −1.600
Diketahui:
Q = penjualan perunit
p = harga perunit
N = laba operasi (tidak termasuk laba dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
tidak berulang dan pajak penghasilan)
𝑝×𝑄 = 𝑓+𝑣×𝑄+𝑁
200 × 𝑄 = 2.000 + 120 × 𝑄 + 𝑁
0 = (200 × 𝑄 ) − 2.000 − (120 × 𝑄 )
80𝑄 = 2.000
𝑄 = 25 𝑢𝑛𝑖𝑡
Dengan mengasumsikan N = 0, maka titik impas adalah Q = 25 unit perbulan (300
unit pertahun).
Jumlah unit yang dijual, biaya variabel perunit, dan harga jual terkadang tidak
diketahui atau tidak praktis untuk ditentukan. Misalnya sebuah perusahaan
memiliki banyak produk dan ingin menentukan titik impas keseluruhan untuk
semua produk secara bersama-sama. Untuk itu, tidaklah praktis menentukan titik
impas dalam unit setiap produk, tapi dimungkinkan untuk menemukan titik
impas dalam satuan nilai penjualan semua produk. Kita menggunakan metode
titik impas yang sedikit dimodifikasi, dengan Y adalah titik impas dalam satuan
nilai penjualan:
𝑌 = (𝑣⁄𝑝) × 𝑌 + 𝑓 + 𝑁
39 / 82
Dengan menggunakan prinsip aljabar, dapat kita lihat bahwa persamaan ini
ekuivalen dengan persamaan yang digunakan sebelumnya untuk titik impas
berdasarkan unit, tetapi Q digantikan oleh Y/p, yaitu jumlah penjualan adalah Y =
Q x p. Dengan menggunakan data ilustrasi contoh di atas, kita anggap bahwa kita
belum tahu harganya Rp 75 dan biaya variabel perunit adalah Rp35, melainkan
kita hanya mengetahui biaya variabel total (Rp 84.000) dan total penjualan
(Rp180.000). kita bisa mendapatkan rasio v/p = 0,4667 (Rp84.000/Rp180.000)
dan menghitung titik impas dalam dolar:
𝑌 = (0,4667) × 𝑌 + 𝑅𝑝5.000
𝑌 = 𝑅𝑝9.375 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
5. Margin of safety
40 / 82
sales currency
150 pengujian X Rp100.000 = Rp20.000.000
Kegiatan pengujian (penjualan) Lab. Produa dapat turun sampai 150 pengujian
atau sebesar Rp20.000.000 sebelum menderita kerugian. Persentase Margin of
safety (150 pengujian) pada Lab. Produa adalah sebesar 42,85% dari total
expected sales (350 pengujian). Dengan cara lain, Margin of safety jika
dinyatakan dalam persentase, maka rumusnya:
𝐸𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 − 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘 𝐸𝑣𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑀𝑆 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐸𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
Metode Margin of safety akan berguna bagi perusahaan untuk menjaga agar
penjualan tidak turun melampaui titik aman. Berikut disajikan ilustrasi
perbandingan dua margin safety yang berbeda:
(Dalam Rupiah)
Penjualan 1.000.000 100% 1.000.000 100%
Biaya variabel 750.000 75% 600.000 60%
CM 250.000 400.000
Biaya Tetap 150.000 300.000
100.000 100.000
MS dalam rupiah
1.000.000 – 600.000 400.000
1.000.000 – 750.000 250.000
MS dalam persentase
400.000 : 1.000.000 40%
250.000 : 1.000.000 25%
Sejauh ini kita telah mengabaikan dampak pajak penghasilan dalam analisis CVP
atau biaya-volume-laba. Target laba yang ingin dicapai manajer dinyatakan
dalam istilah laba bersih pada rencana strategisnya, yaitu laba operasi dikurangi
pajak penghasilan. Karena manajemen puncak ingin agar para manajer di
bawahannya memperhitungkan dampak keputusannya terhadap laba operasi
setelah pahak penghasilan dibayarkan. Beberapa keputusan mungkin tidak
berdampak besar terhadap laba operasi. Namun bisa jadi keputusan itu dapat
menurunkan pajak sehingga menarik dari sudut pandang laba bersih sehingga
berpengaruh terhadap dividen saham yang akan dibagikan dan meningkatkan
kemampuan pengembalian atas investasi.
Evaluasi atas laba bersih menggunakan CVP bagi target laba harus ditetapkan
dalam terminologi target laba bersih, bukan target laba operasi. Dapat
dicontohkan, manajer ingin mengetahaui jumlah unit yang harus terjual untuk
mendapatkan laba bersih sebesar Rp 960.000.000 dengan asumsi tarif pajaknya
adalah 40%. Dengan menggunakan metode persamaan:
Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap = Target laba operasi
Target laba bersih = (Target laba operasi) – (Target laba operasi x Tarif pajak)
42 / 82
Target laba bersih = (Target laba operasi) x (1 - Tarif pajak)
Target Laba bersih
Target laba operasi =
1 − 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
Dengan melakukan substitusi atas target laba operasi, kita akan peroleh:
960.000.000
(200.000.000 x Q)– (120.000.000x Q) – 1.000.000.000 =
1 − 0,40
80.000.000 x Q = 2.600.000.000
1.600.000.000
𝑄= 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
80.000.000
Q = 20 per unit
Selain itu, kita juga bisa menggunakan metode marjin kontribusi dan persamaan
sebelumnya:
Maka:
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 +
1−𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
Jumlah unit output yang harus dijual = 𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
8. Rangkuman
Break even point nilai penjualan sama dengan biaya tetap dibagi dengan
contribution margin ratio (CMR). CMR adalah rasio contribution margin terhadap
harga jual baik secara total maupun perunit.
43 / 82
Margin of safety adalah sebuah ukuran yang mengantisipasi risiko. Perusahaan
menghadapi ketidakpastian pendapatan. Disatu sisi terdapat titik impas sehingga
margin of safety merupakan tingkat penjualan yang di anggarkan di atas titik
impas. Jika risiko terjadi maka margin of safety adalah titik aman yang kritis
dimana setelah titik aman ini terlewati maka secara pasti perusahaan akan
mengalami kerugian.
9. Tes Formatif 4
Soal Pilihan Ganda
1. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap dalam produksi sebesar $450.000
dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai. Biaya variabel per uni
sebesar $15 dan harga penjualan perunit sebesar $25. Dari data tersebut,
volume BEP dalam penjualan adalah….
a. 18.000
b. 30.000
c. 45.000
d. 60.000
44 / 82
4. Perusahaan retail menetapkan harga jual sebesar 60% dari biaya variabel.
Sebagai tambahan, perusahaan menggunakan harga jual yang sering
diturunkan untuk menstimulasi penjualan. Jika rata-rata penurunan tersebut
adala 10%, maka berapa contribution margin ratio perusahaan?
a. 27,5%
b. 30,6%
c. 37,5%
d. 41,7%
45 / 82
9. Peningkatan pada contribution margin per unit…
a. Menurunkan BEP
b. Meningkatkan BEP
c. Tidak mengubah BEP
d. Artinya terdapat perubahan pada fixed cost per unit
10. Jika biaya tetap suatu produk meningkat sementara biaya variabel dan harga
penjualan tetap, apa yang akan terjadi pada contribution margin dan BEP?
CM BEP
a. Meningkat Menurun
b. Menurun Meningkat
c. Tetap Increase
d. Tetap Tetap
Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
46 / 82
KEGIATAN BELAJAR V
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 5, peserta diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang analisis differensial/inkremental, memahami dan menjelaskan
tentang biaya relevan dan model biaya relevan lain.
1. Pendahuluan
Berkaitan dengan kapasitas atau volume yang dimiliki perusahaan, dalam satu
saat terdapat kondisi adanya space atau kapasitas yang tidak tergunakan karena
perusahaan beroperasi saat ini belum memanfaatkan semaksimal mungkin
kapasitas yang tersedia. Penyebab perusahaan beroperasi di bawah kapasitas
maksimal dapat beragam, seperti kondisi pasar memang belum sepenuhnya
menyerap produksi perusahaan, skala ekonomis perusahaan akan terlewati jika
beroperasi lebih dari kapasitas optimum, dan sebab lainnya. Untuk itu
perusahaan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan excess capacity dengan
menggunakan analisis marginal (analisis diferensial atau analisis incremental).
Untuk pemanfaatan kapasitas yang berlebih ini perusahaan menghadapi
berbagai pilihan atau alternative. Masing-masing alternatif memiliki karakteristik
potensi pendapatan dan juga cost yang harus ditanggung dalam setiap alternatif.
Alternatif pengambilan keputusan dapat berupa:
a. Membeli atau memproduksi sendiri
b. Produx Mix dengan Batasan Kapasitas
c. Divestasi
d. Menjual atau memproses lebih lanjut hasil produksi
47 / 82
kemudian dipilih satu alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
Dalam bahasa lain disebutkan teknik ini sebagai model pengambilan keputusan
(decision model). Decision model adalah metode formal dalam pembuatan
keputusan yang sering kali menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.
Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan asumsi dalam bentuk
angka-angka yang kemudian dimasukkan dalam satu model perhitungan yang
dapat diterima secara umum. Pada setiap alternatif bisa jadi memiliki model
perhitungan yang berbeda. Namun pada akhirnya akan dihasilkan simpulan yang
sama tiap alternatif yaitu berapa nilai atau profit yang dapat dihasilkan dari
alternatif tersebut. Kemudian untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terjangkau
dalam asumsi berbentuk numerik dituangkan dalam analisis kualitatif seperti
karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki, dan sejenisnya.
Tahapan analisis:
Gambar 5.1.
48 / 82
pendapatan yang akan diharapkan diterima di masa depan. Baik biaya relevan
dan juga penerimaan relevan akan berbeda untuk tiap alternatif.
Revenue atau biaya yang tidak memiliki kaitan atas pelaksanaan satu alternatif
disebutkan sebagai sesuatu yang tidak berhubungan (irrelevant).
Prasyarat suatu relevant revenue dan relevant cost antara lain:
a. Terjadi di masa depan (occur in the future) – setiap keputusan akan ditetapkan
berdasarkan hasil yang diharapkan terjadi dimasa depan
b. Terdapat perbedaan antara berbagai alternatif yang tersedia (differ among
the alternatives course of action) – Jika tidak ada perbedaan antara revenue
dan cost dari berbagai alternatif maka tidak akan ada pilihan, namun
karakteristiknya adalah setiap alternatif membawa konsekuensi pendapatan
dan biaya yang berbeda.
Untuk lebih memahami tentang biaya relevan, akan diilustrasikan dengan data
produksi suatu perusahaan berikut ini:
Direct material 2,00
Direct labor 3,00
Variabel overhead 0,50
Fixed overhead 0,50
Total cost per unit 6,00
Dengan cost per unit 6.00, umumnya perusahaan menjual produk dengan harga
jual 10. Jika terdapat special order (order khusus yang bersifat tambahan)
sebesar 5.60 per unit, apa yang harus perusahaan sikapi atas order special ini?
a. Perusahaan akan menolak karena harga special order di bawah dari rata-rata
biaya produksi yang mencapai $ 6.00/unit. Keputusan menolak merupakan
keputusan yang tepat jika saat ini perusahaan telah berproduksi pada tingkat
kapasitas maksimal, atau jika kapasitas yang idle dan tersedia lebih kecil dari
kebutuhan special order tersebut.
b. Namun jika masih tersedia kapasitas yang idle maka perusahaan harus
menerima special order ini karena dengan tawaran harga sebesar $ 5.60
masih di atas biaya produksi variabel dengan total $ 5.50 (profit special $
0.10/unit).
49 / 82
c. Biaya yang relevan dalam evaluasi special order adalah fokus pada biaya
variabel yang dipastikan akan terjadi karena tambahan produksi. Biaya tetap
menjadi tidak relevan selama tidak ada penambahan alat produksi yang baru.
Seluruh biaya tetap telah diserap oleh produksi normal sehingga produksi
special tidak lagi memperhitungkan biaya tetap. Namun jika terdapat
penambahan alat produksi yang berarti di atas kapasitas normal
perhitungannya harus dihitung ulang.
d. Perhitungan biaya produksi variabel sebesar $ 5.50 dan kapasitas masih
tersedia dan idle akan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai tawaran
dari pesaing dimana harga pesaing akan dapat dikalahkan jika harga yang
ditawarkan masih di atas $ 5.60 atau bahkan $ 5.50.
50 / 82
Variabel utama dalam analisis ini adalah hanya biaya yang relevan dan
tidak seluruh biaya
Sunk cost atau biaya yang sudah tertanam sudah tidak lagi relevan
misalkan biaya tahun lalu tidak lagi dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisis make or buy decision tahun ini.
Biaya yang tidak berbeda dalam dua alternatif harusnya diabaikan karena
tidak relevan dalam pengambilan keputusan karena alternatif make atau
alternatif buy biaya ini sudah pasti terjadi
Opportunity cost menjadi bahan pertimbangan jika idle capacity tidak
tersedia.
Berdasarkan data di atas maka perusahaan lebih baik membeli dari luar dari
pada memproduksi sendiri karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah
daripada memproduksi sendiri.
51 / 82
memberikan pengetahuan tentang product mix yang memaksimalkan
operating income.
Produk A Produk B
Harga jual per unit 10.000 15.000
Biaya variabel per unit 4.000 7.000
Margin kontribusi per unit 6.000 8.000
Konsumsi jam mesin per unit 3 jam 6 jam
Dengan data di atas dapat dilihat bahwa lebih menguntungkan untuk menjual
produk B saja dari pada menjual produk A karena margin kontribusi produk B
lebih besar.
Jika perusahaan ingin menjual kedua produk tersebut, maka harus dicari
komposisi terbaik kedua produk tersebut dengan mencari keuntungan
maksimum. Secara sederhana komposisi tersebut digambarkan : 3XA + 6XB <
24.000; XA = Kuantitas Produk A; XB = Kuantitas Produk B.
52 / 82
optimal akan dapat dinilai dengan menggunakan bantuan teknik linear
programming.
Contoh:
Solusi:
a. Fungsi Tujuan
b. Fungsi Batasan
A < 90
- Departemen 1 memiliki kapasitas 500 Jam kerja Langsung per minggu. Setiap
53 / 82
unit produk A memerlukan 5 JKL dan produk B 2,5 JKL
- Departemen 2 memiliki kapasitas 600 Jam kerja Langsung per minggu. Setiap unit
Cara Matematis :
3A + 5B = 600 x 1 3A + 5B = 600
7A = 400
A = 57,14 = 57
5A + 2,5B = 500
B = 85,72 = 86
c. Divestasi
Keputusan melakukan divestasi mutlak diambil dalam hal marginal cost dari
proyek yang akan didivestasi lebih besar daripada marginal revenuenya. Atau
dengan kata lain biaya untuk menyelenggarakan lini bisnis ini lebih tinggi dari
pada pendapatan yang berhasil diraih.
54 / 82
Tahapan yang harus diambil dalam proses keputusan divestasi:
1) Identifikasi fix cost yang melekat yang akan dihindari pada project
tersebut
5. Rangkuman
55 / 82
depan. Baik biaya relevan dan juga penerimaan relevan akan berbeda untuk tiap
alternatif.
6. Tes Formatif 5
Soal Pilihan Ganda
1. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual
oleh perusahaan retailer:
Harga beli US $4.95
Beban penjualan variabel US $2.00
Beban administrasi variabel US $1.00
Biaya tetap US $7,500
Penjualan yang diharapkan/tahun 5,000 units
Menggunakan pendekatan kontribusi dalam penetapan harga, manakah
harga berikut yang merupakan harga terendah yang dapat dibebankan pada
jangka pendek?
a. $5
b. $7
c. $8
d. $9
56 / 82
4. Produksi sebuah entitas tiap tahun telah melampaui batas produksi
(kaitannya dengan properti, instalasi, dan peralatan produksi). Jika dalam
satu tahun aset-aset tersebut hanya digunakan untuk produksi dengan
kapasitas 80% dari seharusnya dan level penjualan pada tahun tersebut
sebesar $2 million. Full capacity sales level adalah sebesar….
a. $1.600.000
b. $2.000.000
c. $2.500.000
d. $10.000.000
57 / 82
8. Tujuan paling cepat yang ingin dicapai oleh analisis theory of constraint (TOC)
adalah untuk…
a. Memaksimalkan efisiensi dari seluruh proses produksi.
b. Memaksimalkan biaya material langsung.
c. Memaksimalkan contribution margin melalui batasan-batasan.
d. Melancarkan aliran produksi untuk menhapuskan cadangan dalam sistem.
10. Untuk memproduksi satu buah barang, perusahaan mengeluarkan biaya bahan
baku Rp 1.000, biaya upah Rp 2.000 dan FOH Rp 3.000. Perusahaan
mempertimbangkan untuk meng outsourcing pembuatan barang ke pihak luar
dengan harga Rp 4.000. Pertimbangan tersebut:
a. Tepat karena total biaya lebih besar dari harga outsourcing
b. Tidak tepat karena biaya menjadi lebih mahal, karena perusahaan
masih mananggung FOH plus harga outsourcing
c. Tidak tepat karena harga menjadi lebih murah
d. Tepat karena perusahaan tidak menanggung biaya FOH
Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:
Prosentase 90% - 100% = baik sekali
Prosentase 80% - 89% = baik
Prosentase 70% - 79% = sedang
Prosentase 40% - 69% = kurang
Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik,
apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun
58 / 82
apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang
mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.
59 / 82
KEGIATAN BELAJAR VI JOB ORDER COSTING dan PROCESS COSTING
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 6, peserta diharapkan mampu untuk
memahami sistem job order costing dan proses costing, perbedaan dengan sistem
penganggaran lain, dan mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan
metode penganggaran weighted-average dan mempersiapkan jurnal entri serta
mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode FIFO serta jurnal
entri terkait.
1. Pendahuluan
Job order costing dan process costing adalah dua metode biaya yang digunakan
dalam menetapkan biaya produk (unit product cost). Sistem job-order costing
digunakan ketika dalam satu periode, perusahaan mengerjakan banyak tugas
atau memproses produk yang beragam. Contoh adalah industri yang
menggunakan penganggaran job-order meliputi pabrik furnitur, percetakan atas
pemesanan khusus (special-order), galangan kapal, dan banyak lagi.
Sebaliknya, process costing adalah metode yang umum digunakan dalam industri
dimana material mentah (raw material) dikonversi ke dalam produk-produk
sejenis, misalnya batu bata, soda, atau kain, secara terus-menerus. Contoh
perusahaan yang menggunakan sistem process costing antara lain PT. Timah, PT.
Gula Tani Nirmala, PT. Semen Gresik. Process costing mungkin juga digunakan
dalam peralatan yang memproduksi gas (contoh: PGN), listrik (PLN), dan air
minum (PDAM).
a. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen furniture
massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian pemotongan, bagian
finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada perusahaan konveksi yang
memproduksi pakaian secara massal.
b. Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya produksi
per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua metode seperti
60 / 82
rata-rata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi dalam biaya dalam
tahapan proses produksi.
c. Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka untuk
proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit ekuivalen
yaitu menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai sehingga proses
analisis bisa dilakukan.
2. Kegunaan Process Costing
Process costing menghitung biaya rata-rata dari seluruh unit sebagai berikut:
a. Biaya diakumulasikan untuk obyek biaya yang terdiri atas sejumlah besar barang-
barang/jasa sejenis.
61 / 82
2) Kedua sistem menggunakan dasar akun-akun manufaktur yang sama,
meliputi Manufacturing Overhead, Raw Material, Work in Process, dan
Finished Goods.
62 / 82
4. Akumulasi Biaya
Ketika proses sudah selesai pada departemen terakhir, seluruh biaya ditransfer
ke finished good. Seiring produk dijual, penjualan dicatat dan biaya-biaya
ditransfer ke Cost of Good Sold (COGS). Perubahan atas akun-akun tersebut
selama periode produksi dapat dirangkum sebagai berikut:
Pada akhir periode umumnya terdapat unit yang belum selesai melalui proses
produksi (setengah jadi). Untuk memperhitungkan biaya yang melekat dalam
produk setengah jadi tersebut, dilakukan penetapan ulang unit/produk yang
sudah memenuhi equivalent unit of production (EUP). EUP adalah jumlah dari
barang jadi yang telah diproduksi dari material input dalam satu periode. EUP
untuk direct material atau conversion cost adalah jumlah dari direct material
atau conversion cost yang dibutuhkan untuk melengkapi satu unit fisik produksi
(produk jadi). Contohnya seribu unit WIP, telah dilengkapi dengan 80% direct
material dan 60% conversion cost, akan merepresentasikan 800 EUP dari direct
material (1.000 x 80%) dan 600 EUP dari conversion cost (1.000 x 60%).
EUP conversion membutuhkan penetapan unit ekuivalen dan penghitungan
biaya perunit. Dua kalkulasi tersebut dibuat terpisah untuk direct material dan
63 / 82
conversion cost. Conversion cost diasumsikan muncul seragam. Biaya masukan
dari departemen sebelumnya (transferred-in cost) didefinisikan sebagai barang
100% lengkap dari departemen sebelumnya. Biaya transferred-in dari
departemen sebelumnya termasuk dalam penghitungan EUP di departemen
kedua. Biaya ini diperlakukan sama dengan direct material yang dimasukkan
dalam awal periode.
Aliran kuantitas aktual dari produksi didasarkan pada formula berikut:
Beginning WIP + Units started this period = Unit transferred out (completed) + Ending
WIP
Dua metode dalam emnghitung EUP adalah metode weighted average dan FIFO.
Menggunakan metode weighted-average, unit WIP awal diperlakukan sama
dengan unit yang baru mulai diproses sampai dengan lengkap di periode
berjalan. Metode ini merata-rata biaya dari WIP awal dengan biaya produksi
periode berjalan. Penghitungan EUP dengan weighted-average method adalah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 (𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟𝑟𝑒𝑑 𝑜𝑢𝑡) 𝑡ℎ𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑊𝐼𝑃 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 )
𝐸𝑈𝑃 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 − 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒
biaya EUP menggunakan metode weighted-average dihitung dengan formula:
𝑏𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑊𝐼𝑃 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠 + 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 − 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝐸𝑈𝑃 =
𝐸𝑈𝑃
Sedangkan dengan metode First-In First-Out (FIFO), WIP awal harus ditinggalkan
karena hanya biaya yang muncul pada periode berjalan yang dipertimbangkan.
EUP duhasilkan selama periode berjalan didasarkan pada pekerjaan yang
diselesaikan pada periode berjalan. Cara menghitung EUP menggunakan FIFO
adalah sebagai berikut:
(𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 % 𝑙𝑒𝑓𝑡 𝑡𝑜 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒) + 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑑𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑)
𝐸𝑈𝑃 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝐹𝐼𝐹𝑂
Catatan: unit started and completed during current period sebanding dengan
(unit started – WIP akhir)
Versi lain dari penghitungan di atas adalah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑡ℎ𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑖𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑))
𝐸𝑈𝑃 𝐹𝐼𝐹𝑂
Biaya per EUP menggunakan FIFO dihitung dengan formula:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝐸𝑈𝑃 =
𝐸𝑈𝑃
64 / 82
Setelah unit ekuivalen dihitung, biaya perunit menggunakan masing-masing
metode dapat diperoleh.
i. Menggunakan metode weighted-average, seluruh direct material dan
conversion cost yang muncul do periode berjalan dan WIP awal dirata-
ratakan.
Contoh:
$80.000
𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = = $8,08
9.900 𝐸𝑈𝑃
$60.000
Conversion 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = = $6,19
9.700 𝐸𝑈𝑃
Total unit cost menggunakan weighted-average adalah $8,08 + $6,19 =
$14,27.
ii. Menggunakan metode FIFO, hanya biaya yang timbul di periode berjalan
yang dimasukkan dalam perhitungan:
$55.000
𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = = $6,63
8.300 𝐸𝑈𝑃
65 / 82
$50.000
Conversion 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = = $5,62
8.900 𝐸𝑈𝑃
Total unit cost menggunakan FIFO adalah $6,63 + $5,62 = $12,25.
Ketika nilai WIP awal sama dengan nol, maka kedua metode akan
menunjukkan hasil yang sama.
a. Normal spoilage muncul dalam kondisi operasi normal yang tidak dapat dikendalikan
dalam jangka pendek. Dalam rangka efisiensi maka barang cacat normal ini
diperlakukan sebagai biaya produk (cost product), yang tentu saja masuk dalam
biaya barang yang dihasilkan.
b. Abnormal spoilage tidak diharapkan terjadi dalam kondisi normal atau kodisi
operasional yang efisien. Barang cacat ini diperlakukan sebagai period cost
(kerugian).
c. Scrap terdiri atas material sisa dari proses produksi. Jika scrap dijual, akan
mengurangi factory overhead. Jika material sisa ini dibuang, maka akan ditambahkan
dalam biaya barang yang dihasilkan.
d. Rangkuman
Process costing adalah penentuan harga pokok yang digunakan dalam situasi
dimana produksi hanya melibatkan satu produk tunggal saja dan dibuat dalam
satu jangka waktu yang lama secara sekaligus. Beberapa contoh industri yang
akan menggunakan penentuan harga pokok proses (process costing) ini meliputi
perusahaan manufaktur semen, tepung, bensin dan perusahaan yang
menghasilkan bahan baku lainnya. Karakteristik industri ini pada dasarnya
menghasilkan produk homogen yang mengalir secara merata melalui proses
produksi secara terus menerus. Process costing adalah metode yang
mengumpulkan biaya dalam suatu operasi tertentu atau departemen tertentu
selama suatu periode penuh dan selanjutnya membagi total dengan jumlah
satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan.
Sistem ini digunakan untuk proses produksi dengan produk yang sama secara
massal dan dilakukan secara terus menerus. Karakteristik process costing antara
lain:
1. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen
furniture massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian
66 / 82
pemotongan, bagian finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada
perusahaan konveksi yang memproduksi pakaian secara massal.
2. Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya
produksi per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua
metode seperti rata-rata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi
dalam biaya dalam tahapan proses produksi.
3. Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka
untuk proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit
ekuivalen yaitu menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai
sehingga proses analisis bisa dilakukan.
e. Tes Formatif 6
67 / 82
g. Menerbitkan laporan keuangan bulanan.
h. Meramalkan kekurangan material bulanan.
68 / 82
7. Departemen pembiayaan sebuah perusahaan financing memiliki bisnis
peminjaman. Biaya dalam memproses pinjaman tersebut seringnya mencapai
beberapa ribu dolar. Biaya untuk tiap pinjaman, meliputi labor, telepon,
perjalanan dinas, memiliki perbedaan yang signifikan untuk masing-masing
pinjaman. Beberapa pinjaman membutuhkan tenaga ahli pihak ketiga,
misalnya appraisal, jasa legal, dan jasa konsultasi, dimana pinjaman-pinjaman
lain tidak membutuhkan jasa serupa. Metode akumulasi biaya paling tepat
untuk departemen pembiayaan tersebut adalah….
a. Job-order costing.
b. Process costing.
c. Differential costing.
d. Joint product costing.
9. Unit ekuivalen dari direct material atau conversion cost sebanding dengan…
a. Jumlah direct material atau conversion cost yang diperlukan untuk
melengkapi satu unit produksi.
b. Sebuah unit persediaan setengah jadi (work-in-process).
c. Jumlah direct material atau conversion cost diperlukan dalam memulai
produksi unit work-in-process.
d. 50% dari direct material atau conversion cost dari sebuah persediaan
barang jadi (finished goods).
Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
69 / 82
Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:
Prosentase 90% - 100% = baik sekali
Prosentase 80% - 89% = baik
Prosentase 70% - 79% = sedang
Prosentase 40% - 69% = kurang
Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
70 / 82
KEGIATAN BELAJAR VII
RESPONSIBILITY ACCOUNTING
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 7, peserta diharapkan mampu memahami
yang dimaksud dengan akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting), mampu menggambarkan pusat pertanggungjawaban dan
akuntansi pertanggungjawaban, menerapkan akuntansi pertanggungjawaban,
serta menjelaskan hubungan antara kemampuan mengendalikan dengan
akuntansi pertanggungjawaban.
71 / 82
Akuntansi pertanggungjawaban menekankan suatu pelajaran penting para
manajer maupun para akuntan, yaitu perilaku para manajer seringkali sangat
dipengaruhi oleh bagaimana prestasi kerja (performance) mereka diukur. Jadi
akuntansi sama sekali bukan bagian yang kosong dari kehidupan seorang
manajer profesional. Sebaliknya sistem akuntansi memainkan peranan kunci
dalam memotivasi para manajer ke arah keinginan pimpinan tertinggi atau
menjauhkan dari padanya.
Akuntansi pertanggungjawaban:
a. Mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban berdasarkan sejauh mana
kewenangan masing-masing manajer individu.
b. Menghindarkan tanggung jawab manajer dari penyimpangan antara tujuan
yang telah dianggarkan dengan hasil aktual.
c. Mendorong manajer untuk membenahi perbedaan yang tidak
menguntungkan dan mengkomunikasikan feedback kepada manajemen yang
lebih tinggi atas sumber-sumber perbedaan yang menguntungkan dan yang
tidak.
d. Menghubungkan tanggung jawab dan pengetahuan tertentu dengan
pengukuran kinerja tertentu.
e. Personalisasi informasi akuntansi dengan memperhatikan biaya-biaya dari
sudut pandang kendali personal.
Seorang manajer bertanggung jawab menentukan jenis pusat
pertanggungjawaban dan jenis ukuran kinerja yang cocok untuknya. Manajer
dengan tanggung jawab lebih umumnya memproduksi keputusan yang lebih
kompleks dan memiliki kontrol lebih atas faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan.
72 / 82
memiliki wewenangn untuk memproduksi keputusan menyangkut semua fungsi
bisnis (manufaktur, pemasaran, dan penjualan) pada divisi masing-masing.
Setiap manajer merupakan pusat pertanggungjawaban. Pusat
pertanggungjawaban (responsibility center) adalah bagian, segmen, atau subunit
dari organisasi dimana manajernya bertanggung jawab atas segenap aktivitas
tertentu. Semakin tinggi tingkatan manajer, semakin luas pusat
pertanggungjawabannya dan secara umum semakin banyak jumlah bawahannya.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur rencana,
anggaran, tingakan, dan hasil aktual dari setiap pusat pertanggungjawaban. Ada
empat jenis pusat pertanggungjawaban; yaitu:
a. Pusat biaya (Cost Center), manajer hanya bertanggung jawab atas biaya yang
terjadi.
b. Pusat pendapatan (Revenue Center), manajer hanya bertanggung jawab atas
pendapatan yang diperoleh.
c. Pusat laba (Profit Center), manajer bertanggung jawab atas pendapatan dan
biaya.
d. Pusat investasi (Investment Center), manajer bertanggung jawab atas
investasi, pendapatan, dan biaya.
Sebagai ilustrasi, Departemen Pemeliharaan pada hotel JW Marriot adalah pusat
biaya karena manajer pemeliharaan hanya bertanggung jawab atas biaya,
sehingga anggarannya juga menekankan pada biaya. Departemen Penjualan
adalah pusat pendapatan karena manajer penjualan bertanggung jawab
terutama atas pendapatan, sehingga anggarannya juga menekankan pada
pendapatan. Manajer hotel merupakan pusat laba karena bertanggung jawab
atas pendapatan maupun biaya, sehingga anggatannya juga menekankan pada
pendapatan dan biaya. Manajer regional yang bertanggung jawab atas investasi
dalam proyek hotel baru dan pendapatan serta biaya merupakan pusat investasi,
sehingga anggarannya juga menekankan pada pendapatan, biaya, dan investasi.
Pusat pertanggungjawaban dapat dibentuk untuk menyelaraskan antara tujuan
unit dengan tujuan perusahaan.
73 / 82
3. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban
74 / 82
4. Ukuran Kinerja dan Motivasi Manajer
75 / 82
manajer pusat penerimaan tetapi dapat dikendalikan oleh vice president
divisi dimana manajer mempertanggungjawabkan kinerjanynya.
b. Penyamaan tujuan. Pengukuran kinerja ini harus didisain sehingga tujuan
manajer atas hal tersebut terikat secara langsung dengan keseluruhan tujuan
organisasi yang harus dicapai.
5. Biaya-Biaya Umum
Ukuran kinerja nonkeuangan tidak distandarkan dan oleh karena itu dapat
menggunakan bentuk apapun yang sesuai dengan strategic business unit (SBU) di
bawah pemantauan.
7. Rangkuman
8. Tes Formatif 6
Soal Pilihan Ganda
1. Di bawah ini manakah teknik terbaik dalam mengevaluasi kinerja manajemen
dari departemen yang beroperasi sebagai pusat biaya?
a. Return on assets ratio.
b. Return on investment ratio.
c. Payback method.
d. Variance analysis.
78 / 82
8. Return on investment (ROI) merupakan ukuran yang populer yang diterapkan
dalam mengevaluasi kinerja dari segmen-segmen perusahaan karena
menyatukan seluruh bahan profitabilitas meliputi pendapatan, biaya, dan
investasi. Kombinasi aksi antara pendapatan, biaya dan investasi manakah di
bawah ini yang mampu memproduksi ROI selalu meningkat?
Pendapatan Biaya Investasi
Meningkat Menurun Meningkat
a.
Menurun Menurun Menurun
b.
Meningkat Meningkat Meningkat
c.
Meningkat Menurun Menurun
d.
9. Item manakah yang paling tidak dimasukkan dalam perhitungan basis
investasi divisi ketika menggunakan pendekatan residual income untuk
pengukuran dan evaluasi kinerja?
a. Aset tetap yang digunakan dalam divisi operasi.
b. Tanah yang dikuasai oleh divisi sebagai lokasi pabrik baru.
c. Persediaan divisi ketika manajemen divisi menguji kendali atas level
persediaan.
d. Utang divisi ketika manajemen divisi menguji kendali atas jumlah kredit
jangka pendek yang digunakan.
10. Residual income merupakan ukuran yang lebih baik dalam evaluasi kinerja
dari manajer investment center dibandingkan ROI karena….
a. Permasalahan-permasalahan yang terhubung dengan pengukuran basis
aset dihilangkan.
b. Keputusan investasi yang diinginkan tidak akan ditelantarkan oleh divisi
yang menginginkan high-return.
c. Hanya nilai buku kotor dari aset yang perlu dihitung.
d. Argumen tentang biaya implisit dari bunga dihilangkan.
Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
79 / 82
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
80 / 82
KUNCI JAWABAN
Test S O A L
Formatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A D D B B C D D B D
2 B B
3 C C A B C B B C D B
4 C C C B A B D B A D
5 C C B C B C B
6 D A A C D B B
81 / 82
DAFTAR PUSTAKA
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer. Managerial Accounting. 12th
Edition. The McGraw-Hill Company.
82 / 82