Anda di halaman 1dari 195

SOAL AKUNTANSI MANAJERIAL

1. Untuk unit produksi yang belum selesai di akhir tahun dapat ditentukan apakah produksi tersebut sudah
memenuhi equivalen unit of production (EUP). Ada dua metode untuk menghitung EUP
a. Weighted average dan FIFO
b. FIFO dan LIFO
c. Fair value less cost to sell
d. Weighted average dan LIFO

2. Untuk mengantisipasi hal hal yang tidak terjangkau dalam asumsi berbentuk numeric (analisis kuantitatif).
Seperti karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki dan dituangkan dalam bentuk
analisis
a. Model
b. Kualitatif
c. Kuantitatif
d. Incremental

3. Walaupun secara legal, pengelolaan dana pension harus terpisah dari perusahaan namun perusahaan harus
mencatat
a. Kewajiban pension yang harus dibayar
b. Selisih lebih yang diperoleh pengelola dana pension
c. Net asset yang diperoleh oleh dana pension
d. Total asset yang dikelola oleh dana pension

4. Saham treasuri adalah saham sendiri yang dibeli oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai kas
nganggur, notasi saham treasuri dalam kelompok ekuitas adalah
a. Penambah atau plus
b. Pengurang atau minus
c. Plus atau minus
d. Plus dan minus

5. Contoh biaya tetap produksi yang tidak terpengaruh oleh tingkat produksi adalah
a. Biaya pemeliharaan rutin mesin-mesin produksi
b. Biaya listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin produksi
c. Biaya beban pembantu pembuatan barang
d. Gaji petugas pengamanan pabrik

6. Laporan laba rugi perusahaan yang menggunakan metode variable costing. Revenue dikurang harga pokok
penjualan adalah
a. Net profit margin
b. Gross profit
c. Contribusi margin
d. Profit margin

7. Bila perusahaan ingin meningkatkan volume produksi namun masih dibawah kapasitas maksimal produksi,
maka dana yang dibutuhkan untuk peningkatan volume hanya terkait dengan biaya
a. Semi variable
b. Biaya variable
c. Biaya tetap per unit
d. Biaya tetap
8. Menurut standar akuntansi keuangan, nilai inventory yang tercatat mengandung 4 unsur yaitu ; direct material,
direct labor, variable overhead, dan
a. Fixed overhead control
b. Budgeted overhead
c. Applied fix overhead
d. Semi variable overhead

9. Rumus mencari Target Laba Bersih adalah:


a. Target Laba Bersih = (Target Laba Operasi) + (1 + Tarif pajak)
b. Target Laba Bersih = (Target Laba Operasi) x (1 + Tarif pajak)
c. Target Laba Bersih = (Target Laba Bersih) x (1 - Tarif pajak)
d. Target Laba Bersih = (Target Laba Operasi) x (1 - Tarif pajak)

10. Metode variable costing hanya menetapkan harga pokok barang berdasarkan biaya variable,
diantaranya
a. Biaya admin bagian keuangan
b. Biaya listrik khusus untuk mesin-mesin produksi
c. Biaya sales dan marketing
d. Biaya pemeliharaan gedung kantor

11. Metode standar akuntansi keuangan, perusahaan harus menyajikan nilai perolehan maupun
harga pokok penjualan berdasarkan model perhitungan tertentu. Model dimaksud
a. Variable costing
b. Pool costing
c. Direct costing
d. Absorption costing

12. Persediaan barang jadi di gudang di awal tahun, ditambah barang jadi yang dikirim pabrik disebut
a. Harga pokok barang yang dijual
b. Persediaan barang akhir tahun
c. Barang tersedia untuk dijual
d. Barang sudah laku dijual

13. Dalam grafik, biaya tetap digambarkan dengan gambar


a. Garis yang membentuk sudut 45 derajat
b. Garis yang berflutuasi membentuk ular
c. Garis lurus mendatar/horizontal
d. Garis lurus vertical

14. Karena indirect cost tidak mudah untuk diidentifikasi, karena digunakan bersama oleh sejumlah
produk lainnya, maka digunakan cara untuk memudahkan analisis alokasi biaya, disebut
a. Direct costing
b. Overhead costing
c. Absorption cost
d. Cost pool
15. Merupakan model umum yang digunakan dalam pemecahan pengalokasian sumber-sumber yang
terbatas secara optimal adalah
a. Model incremental
b. Decision model
c. Analisis diferensial
d. Linier programming

16. Sistem penganggaran ABC digunakan oleh perusahaan untuk


a. Keperluan penetapan keputusan eksternal dan aktivitas manajemen
b. Keperluan penetapan keputusan internal dan investasi dalam manajemen
c. Keperluan penetapan keputusan internal dan prioritas manajemen
d. Keperluan penetapan keputusan internal dan aktivitas manajemen

17. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual oleh perusahaan
retailer:
Harga beli US $4.95
Beban Penjualan variable US $2.00
Beban admnistrasi variable US $1.00
Biaya tetap US $7.500
Penjualan yang diharapkan/tahun 5000 units
Menggunakan pendekatan kontribusi dalam penetapan harga, manakah harga berikut yang
merupakan harga terendah yang dapat dibebankan pada jangka pendek?
a. $8
b. $9

18. Yang mana dari biaya-biaya ini yang tidak mudah dialokasi ke dalam produk
a. Biaya listrik variable
b. Biaya listrik tetap
c. Upah langsung
d. Bahan mentah

19. Salah satu unsur biaya yang tidak relevan dalam menentukan membuat sendiri atau membeli dari pihak lain
adalah:
a. Sunk cost
b. Fixed cost
c. Semi variable cost
d. Variable cost

20. Salah satu aktivitas dalam sistem penganggaran ABC adalah inspection and Testing. Apa cost driver dari
aktivitas ini?
a. Number of setup
b. Number of product
c. Number of order
d. Number of units produced
21. Kelemahan dari pusat biaya adalah:
a. Adanya potensial pergeseran biaya
b. Adanya potensi pengurangan biaya
c. Adanya potensi pertambahan biaya
d. Adanya penimbunan biaya

22. Bila anda sebagai manajer regional dari suatu produk di argentina, maka organisasi anda adalah:
a. Cost center
b. Profit center
c. Investment center
d. Revenue center

23. Scrap adalah sisa bahan baku karena adanya proses produksi, misalnya sisa lempengan alumunium dalam
proses pembuatan badan pesawat terbang. Jika scrap ini bisa dijual, maka secara akuntasi, perlakuannya
adalah:
a. Mengurangi variable cost
b. Mengurangi biaya factory overhead
c. Mengurangi biaya direct material
d. Dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain

24. Normal spoilage muncul dalam kondisi operasi normal yang tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek.
Dalam rangka efisiensi maka barang cacat normal ini diperlakukan sebagai:
a. Masuk biaya sales dan marketing, karena produk di pesan oleh bagian penjualan
b. Biaya produk, masuk dalam biaya barang yang dihasilkan
c. Masuk biaya lain-lain, karena barang cacat tidak bisa dikendalikan
d. Biaya umum, terpisah dari biaya produksi

25. Sebuah perusahaan manufaktur memiliki data biaya sebagai berikut:


Direct material…………………………..Rp 8.000.000
Manufacturing overhead……………Rp 12.000.000
Direct labor………………………………..Rp 10.000.000
Peningkatan WIP………………………..Rp 4.000.000
Nilai prime cost perusahaan tersebut adalah:
a. Rp 26.000.000
b. Rp 30.000.000
c. Rp
d. Rp

26. Contoh-contoh perusahaan yang menggunakan Job Order Costing dan Process Costing adalah:
a. Job order costing: lantai kramik; process costing: bengkel pembuat teralis, pagar rumah
b. Job order costing: pabrik pembuat spidol; process costing: pembuat kapal pesiar
c. Job order costing: pabril pembuat spare part mobil; process costing: kontraktor pembuat rumah
d. Job order costing: pabrik pesawat terbang boeing; process costing; pabrik minuman teh botol

27. Anda adalah manajer pemeliharaan suatu perusahaan. Pengukuran Kinerja yang relevan adalah:
a. Cost driver
b. Fixed cost
c. Semi variable cost
d. Variable cost

28. Dalam menghitung harga pokok barang yang dijual (HPP). Persediaan akhir adalah sebagai unsur:
a. Pengurang
b. Penambah
c. Pengkali
d. Pembagi

29. Keputusan divestasi mutlak diambil dalam hal:


a. Marginal cost masih diperimbangan akan turun
b. Marginal cost melebihi marginal revenue
c. Marginal cost sama besar dengan marginal revenue
d. Marginal cost lebih kecil dari marginal revenue

30. Untuk menghitung total biaya mixed cost, digunakan rumus: Y = a + bX, dimana:
a. \X\ adalah unit aktivitas
b. \b\ adalah biaya variable perunit dari aktivitas
c. \a\ adalah biaya variable per unit dari aktivitas
d. \Y\ adalah total aktivitas dalam satu periode

31. Satu analisis yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai pilihan untuk dipilih yang paling menguntungkan
a. Analisa benefit
b. Analisa oprtunitas
c. Analisa diferensial
d. Analisa profit

32. Salah satu manfaat sistem penganggaran ABC adalah:


a. Pengukuran cost lebih akurat dan informatif karena profit lebih besar
b. Pengukuran likuiditas yang lebih baik karena cost of product lebih akurat dan informatif
c. Jumlah profit lebih stabil karena cost of product lebih akurat dan informatif
d. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik karena cost of product lebih akurat dan informatif

33. Jika perusahaan ingin menjual sebanyak mungkin produk A namun terbatas dengan sumber daya. Maka
keputusan yang harus di ambil adalah memaksimalkan margin \nkontribusi per unit dalam sumber daya yang
terbatas. Analisa ini menggunakan
a. Relevan cost dan decision making
b. Make or buy decision
c. Analisa diferensial dan decision model
d. Capacity constrain dan product mix

34. Break even point dalam rupiah penjualan sama biaya tetap dibagi
a. Average fixed cost
b. Biaya variable
c. Constribution margin ratio
d. Profit margin

35. Biaya yang secara total tetap, tetapi per unitnya berubah, sejalan bertambah atau berkurangnya unit yang
diproduksi disebut
a. Full cost
b. Variable cost
c. Indirect cost
d. Fixed xost
36. Pemicu pendapatan yang dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja yang relevan adalah
a. Biaya pengiriman
b. Analisa distribusi barang
c. Gaji bagian penjualan
d. Customer service

37. Analisa cost volume profit dalam prakteknya sama dengan analisa
a. Break through analysis
b. Economic value added
c. Value added tax
d. Break even point

38. Dalam system penganggaran volume-based (tradisional), biaya tidak langsung (overhead) langsung
dimasukan dalam satu cost-pool tunggal dan dibebankan
a. Keseluruhan produk akhir berdasarkan tipe atau jenis produk
b. Keseluruhan produk akhir berdasarkan kualitas produk
c. Keseluruhan produk akhir dengan pro rata
d. Keseluruhan produk akhir berdasarkan harga produk

39. Ukuran keberhasilan keuangan di investment center berupa


a. Internal rate of return
b. Return of equity
c. Expected return
d. Return on assets

40. Analisa cost volume profit adalah analisa yang menghubungkan Antara
a. Harga bahan baku, volume produksi, biaya variable per unit dan total biaya tetap
b. Harga, volume produksi, biaya variable per unit dan biaya tetap per unit
c. Harga, volume produksi, total biaya variable dan total biaya tetap
d. Harga, volume produksi, biaya variable per unit dan total biaya tetap
41. Dalam total biaya, biaya apakah yang menjadi bagian dari prime cost maupun conversion cost
a. Fixed overhead
b. Direct labor
c. Variable overhead
d. Direct materia
42. Manakah dari pilihan berikut yang merupakan jenis jenis entitas yang sering menggunakan sistem process
costing
a. Pabrik furniture
b. Kantor konsultan hokum
c. Galangan kapal
d. Produsen peralatan gas alam

43. Gaji dari presiden direktur sebuah perusahaan akan diklasifikasikan dalam laporan laba/rugi (income
statement) sebagai
a. Biaya tenaga kerja langsung
b. Beban penjualan
c. Biaya manufacturing overhead
d. Beban administrative

44. Indirect labor merupakan


a. Prime cost
b. Nonmanufacturing cost
c. Conversion cost
d. Period cost

45. Dalam laporan laba rugi yang disiapkan menggunakan metode variable-costing, fixed factory overhead akan
a. Digunakan dalam perhitungan contribution margin
b. Diperlakukan sama dengan variable factory overhead
c. Digunakan dalam perhitungan operating income tapi tidak dihitung dalam perhitungan contribution
margin
d. Tidak digunakan

46. Dua atau lebih barang yang diproduksi dari input yang sama disebut
a. Common costs
b. Sunk cost
c. Join products
d. Join costs

47. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu, direct materials, direct labor,
dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead dari produksi mobil adalah
a. Biaya dari ban untuk tiap mobil
b. BIAYA DARI PERALATAN PERALATAN KECIL DALAM PEMASANGAN BAN TIAP MOBIL

48. Biaya material langsung merupakan


a. Prime cost maupun conversion cost
b. Bukan merupakan prime cost maupun conversion cost
c. Prime cost
d. Conversion cost

49. Tujuan paling cepat yang ingin dicapai oleh analisis theory of constraint (TOC) adalah untuk
a. Memaksimalkan contribution margin melalui batasan batasan
b. Memaksimalkan biaya material langsung
c. Memaksimalkan efisiensi dari seluruh proses produksi
d. Melancarkan aliran produksi untukmenghapuskan cadangan dalam sistem

50. Biaya tenaga kerja langsung merupakan


a. Bagian dari prime cost dan juga conversion cost
b. Bukan prime cost maupuan conversion cost
c. Prime cost
d. Conversion cost

51. Ketika mempertimbangkan pesanan khusus yang akan memungkinkan perusahaan untuk memnafaatkan
kapasitas menggangurnya (idle capacity), manakah dari pilihan biaya berikut yang irrelevant
a. Overhead manufaktur
b. Depresiasi
c. Material
d. Tenaga kerja langsung

52. Ketika perusahaan multi-product beroperasi penuh, keputusan harus diambil terhadap produk apa saja yang
akan dikembangkan. Dalam membuat keputusan semacam itu, produk harus diranking berdasarkan
a. Contribution margin per unit
b. Contribution margin per unit of the constraining resource
c. Unit sales volume
d. Selling price per unit
53. Steve rogers baru-baru ini bekerja sebagai koki penggoreng di Burger Breath drive Thru namun berpikir untuk
berhenti dari pekerjaannya untuk kuliah pada semester depan. Pernyataan manakah di bawah ini yang akan
dipertimbangkan sebagai opportunity dalam keputusan tersebut
a. Gaji rogers di Burger Breath yang akan hilang
b. Biaya dari buku kuliah
c. Biaya cola yang aka dikonsumsi oleh Rogers selama kuliah
d. Jawaban A dan B benar

54. Berikut merupakan langkah-langkah menerapkan ABC kecuali


a. MENGUMPULKAN AKTIVITAS DALAM COST DRIVER

55. Menggunakan absorption costing, biaya biaya overhead manufaktur tetap


a. Tidak ada jawaban benar
b. Selalu diperlakukan sebagai period cost
c. Dikeluarkan dari persediaan ketika produksi melebihi penjualan
d. Ditangguhkan dalam persediaan ketika produksi melebihi penjualan

56. Pernyataan manakah berikut ini yang berkaitan dengan grafik dari biaya tetap dan varibal yang benar
a. Biaya tetap memiliki nilai nol ketika tidak ada proses produksi
b. Biaya variable dapat digambarkan dengan garis lurus dimana biaya memiliki nilai sama untuk masing2
data
c. Biaya tetap dapat digambarkan dengan garis lurus mulai dari awal dan berlanjut sampai seluru data
d. Biaya variable bernilai nol ketika tidak ada proses produksi

57. Pilihan biaya manakah di bawah ini ayng seharusnya tidak dimasukkan dalam product cost untuk laporan
internal manajemen yang digunakan dalam pengambilan keputusan
a. Biaya biaya organization sustaining activities
b. Biaya biaya product level activities
c. Biaya biaya batch level activities
d. Biaya biaya unit level activities

58. Product costs akan muncul dalam laporan keuangan bagian neraca
a. Hanya jika pada akhir periode barang produksi baru setengah jadi WIP atau tidak terjual pada akhir
periode
b. Hanya jika barang tidak terjual pada akhir periode
c. Hanya jika pada akhir periode barang produski baru setengah jadi WIP
d. Hanya dalam perusahaan dagang

59. Biaya sekarang dan biaya pada masa depan yang akan berbeda pada tiap alternative dipertimbangkan
sebagai … dalam pengambilan keputusan
a. Biaya produksi
b. Biaya relevan
c. Biaya tetap
d. Biaya variable

60. Dalam variable costing


a. Biaya persediaan akan lebih rendah disbanding dalam absorption costing
b. Operating income bersih akan cenderung bervariasi seiring perubahan produksi
c. Operating income bersih akan cenderung naik dan turun sebagai tanggapan perubahan level produksi
d. Operating income bersih akan selalu lebih tinggi daripada dalam absorption costing

61. Ketika menerapkan pendekatan cost benefit untuk pengambilan keputusan, kriteria utama adalah bagaimana
tujuan manajemen dapat dicapai dalam hubungannya dengan biaya. Biaya biaya tersebut termasuk juga
a. BIAYA MASA DEPAN YANG BERBEDA ANTAR TINDAKAN DITAMBAH DENGAN FAKTOR
FAKTOR KUALITATITF YANG TIDAK TERUKUR SECARA NOMINAL

62. Biaya pembelian pelumas untuk peralatan operasional produksi dalam pabrik termasuk
a. Prime cost
b. Period cost
c. Direct cost
d. Indirect cost
MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KATA PENGANTAR

Kehadiran modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai acuan dan
materi pelatihan sertifikasi QIA, dan juga sebagai referensi di bidang pendidikan dan
pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi auditor internal.

Segala kritikan, masukan, dan saran yang konstruktif terhadap penyempurnaan


modul ini tentunya sangat diharapkan dari para pembaca sekalian yang budiman. Tim
penyusun telah menyiapkan saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan
kritikan, masukan, dan saran tersebut sebagaimana tercantum pada bagian akhir modul ini.

Semoga kehadiran modul ini dapat bermanfaat bagi para peserta pelatihan,
instruktur/fasilitator, dan pembaca yang budiman.

Pusat Pengembangan Internal Audit - YPIA


Direktur Akademis

Mohamad Hassan

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 1


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 7
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ 11
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................................. 12
PETA KONSEP MODUL ..................................................................................................... 14

PENDAHULUAN ................................................................................................................
1. Deskripsi Singkat ....................................................................................................
2. Prasyarat Kompetensi ............................................................................................
3. Standar Kompetensi ...............................................................................................
4. Kompetensi Dasar ..................................................................................................
5. Relevansi Modul .....................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR 1:Terminologi Manajemen Biaya ................................................... 15


1. Pendahuluan dan Definisi Dasar .......................................................................... 15
2. Definisi Dasar ....................................................................................................... 18
3. Manufacturing Vs Non-Manufacturing ............................................................... 19
4. Biaya Persediaan (Product/Inventoriable Cost) Vs Biaya Periode
(Period Cost) ........................................................................................................ 20
5. Direct Vs Indirect Cost ......................................................................................... 22
6. Rangkuman .......................................................................................................... 22
7. Tes Formatif 1 ...................................................................................................... 23
a. Soal pilihan ganda ......................................................................................... 23
b. Pertanyaan benar-salah ................................................................................ 26
8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ........................................................................... 27

KEGIATAN BELAJAR 2: Absorption vs Variable Costing ................................................. 28


1. Pendahuluan .......................................................................................................... 28
2. Absorption Costing ................................................................................................. 29
3. Variable Costing ..................................................................................................... 32
4. Pengaruhnya terhadap Pendapatan ...................................................................... 34
5. Rangkuman............................................................................................................. 35

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 2


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

6. Tes Formatif 2 ........................................................................................................ 35


a. Soal pilihan ganda ........................................................................................... 35
b. Pertanyaan benar-salah .................................................................................. 38
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............................................................................. 39

KEGIATAN BELAJAR 3: Perilaku Biaya dan Relevan Range ............................................ 39


1. Pendahuluan ......................................................................................................... 40
2. Variable Cost .......................................................................................................... 40
3. Fixed Cost .............................................................................................................. 42
4. Other Cost Behaviour ............................................................................................ 44
5. Relevant Range and Marginal Cost ....................................................................... 46
6. Hubungan Marginal Cost dan Average Total Cost ................................................ 48
7. Rangkuman............................................................................................................. 48
8. Tes Formatif 3 ........................................................................................................ 49
a. Soal pilihan ganda ........................................................................................... 49
b. Pertanyaan benar-salah .................................................................................. 49
9. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............................................................................. 50

KEGIATAN BELAJAR 4: COST VOLUME PROFIT ANALYSIS............................................... 52


1. Pendahuluan .......................................................................................................... 52
2. Asumsi .................................................................................................................... 53
3. Penentuan BEP Unit .............................................................................................. 54
4. Penentuan BEP Dollar ........................................................................................... 55
5. Margin of safety ..................................................................................................... 56
6. Target Operating Income ...................................................................................... 58
7. Target Net Income ................................................................................................. 58
8. Rangkuman............................................................................................................. 60
9. Tes Formatif 4 ........................................................................................................ 60
a. Soal pilihan ganda ........................................................................................... 60
b. Pertanyaan benar-salah .................................................................................. 63
10. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............................................................................. 64

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 3


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR 5: Relevant Cost ............................................................................. 65


1. Pendahuluan .......................................................................................................... 65
2. Analisis Diferensial/Analisis Inkremental/Decision Model .................................... 65
3. Biaya Relevan (Relevant Cost) ................................................................................ 66
4. Model Biaya Relevan Lain ...................................................................................... 68
5. Rangkuman............................................................................................................. 72
6. Tes Formatif 5 ........................................................................................................ 72
c. Soal Pilihan Ganda ........................................................................................... 72
d. Pertanyaan Benar-Salah .................................................................................. 75
7. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ............................................................................. 76

KEGIATAN BELAJAR 6: Process Costing ........................................................................... 78


1. Pendahuluan .......................................................................................................... 78
2. Kegunaan Process Costing ..................................................................................... 78
3. Perbandingan antara Job-Order Costing vs Process Costing ................................. 79
4. Akumulasi Biaya ..................................................................................................... 80
5. Equivalent Unit of Production (EUP) ...................................................................... 81
6. Aliran Biaya dalam Process Costing ....................................................................... 84
7. Produk Cacat dan Sisa ............................................................................................ 86
8. Rangkuman............................................................................................................. 86
9. Tes Formatif 6 ........................................................................................................ 87
a. Soal Pilihan Ganda ........................................................................................... 87
b. Pertanyaan Benar-Salah .................................................................................. 90
10. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ............................................................................. 91

KEGIATAN BELAJAR 7: Activity Based Costing ............................................................... 93


1. Pendahuluan .......................................................................................................... 93
2. Mengembangkan Sistem Penganggaran Berbasis Aktivitas (ABC System) ............ 94
3. Manfaat dan Keterbatasan Sistem ABC ................................................................. 96
4. Volume-Based vs Activity-Based ............................................................................ 98
5. Langkah-Langkah Menerapkan ABC....................................................................... 98
6. Rangkuman............................................................................................................. 101
7. Tes Formatif 7 ........................................................................................................ 102
a. Soal pilihan ganda ............................................................................................ 102

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 4


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

b. Pertanyaan benar-salah................................................................................... 104


8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ............................................................................. 106

KEGIATAN BELAJAR 8: Responsibility Accounting .......................................................... 107


1. Gagasan Umum Mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility
Accounting) .......................................................................................................... 107
2. Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban .................................................... 108
3. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban ............................................................... 109
4. Biaya-Biaya Umum............................................................................................... 110
5. Ukuran Finansial vs Non-Finansial ....................................................................... 110
6. Rangkuman .......................................................................................................... 111
7. Tes Formatif 8 ...................................................................................................... 111
a. Soal Pilihan Ganda ........................................................................................ 111
b. Pertanyaan benar-salah ................................................................................ 113
8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ........................................................................... 114

KUNCI JAWABAN .............................................................................................................


DAFTAR ISTILAH ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 5


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: xxxxxxxxxx ...............................................................................................................


Gambar 2.1: xxxxxxxxxx ..............................................................................................................
Gambar 3.1: xxxxxxxxxx ..............................................................................................................

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 6


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Langkah-Langkah Pembelajaran
Untuk dapat memahami isi dari modul Managerial Accounting ini maka peserta diklat
harus mempersiapkan dan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pahami indikator yang hendak dicapai pada setiap Bagian;
2. Baca modul baik-baik dan pelajarilah dengan teliti semua topik terkait dengan
Bagian yang Anda baca;
3. Cobalah kerjakan latihan yang tersedia;
4. Baca kembali rangkuman yang tersedia untuk lebih meningkatkan pemahaman;
5. Kerjakan tes formatif yang tersedia dan selanjunya pergunakan umpan balik dan
tindak lanjut yang ada untuk menilai kemampuan yang telah anda miliki;
6. Apabila nilai Anda masih kurang, pelajari kembali Bagian yang bersangkutan sebelum
menuju ke Bagian lebih lanjut;
7. Diskusikan secara berkelompok studi kasus agar pemahaman tentang materi
menjadi lebih baik.
8. Kerjakan tes sumatif untuk mengetahui tingkat kompetensi yang telah Anda miliki
secara keseluruhan;
9. Cobalah untuk mencari dan membaca literatur terkait yang disebutkan dalam modul
untuk memperkaya pemahaman Anda;
10. Selamat belajar dan semoga sukses.

B. MetodePembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan konsep
fondasi audit internal, diikuti dengan tanya jawab, diskusi kelompok/studi kasus, dan
presentasi studi kasus.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 7


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

C. Waktu Pembelajaran
Waktu Pelaksanaan yang dibutuhkan selama 3 sessi atau 3 jam latihan (jamlat), dengan
pembagian waktu sebagai berikut:
Pokok Bahasan Waktu

 Terminologi Manajemen Biaya 1,0 jamlat


 Absorption vs Variable Costing 0,5 jamlat
 Perilaku Biaya dan Relevan Range 0,5 jamlat
 Cost Volume Profit Analysis 0,5 jamlat
 Relevant Costing 0,5 jamlat
 Process Costing 0,5 jamlat
 Activity Based Costing 0,5 jamlat
 Responsibility Accounting 0,5 jamlat
 Diskusi dan Tanya Jawab 0,5 jamlat
Jumlah 3,0 jamlat

D. Alat Bantu Ajar


Alat bantu ini bukan merupakan suatu keharusan, tetapi keberadaannya diyakini akan
sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu:
 LCD Projector  Sound-system
 Komputer/Laptop  Buku Modul
 Papan Tulis/Whiteboard  Lembar Praktek
 Pointer/Presenter  Flipchart
 Printer  Alat Tulis Kantor Lainnnya (termasuk seminar
kit)

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 8


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

PETA KONSEP MODUL

Terminologi Manajemen Biaya

Absorption vs Variable Costing

Perilaku Biaya dan Relevant Range

Cost Volume Profit Analysis


Managerial Accounting
Relevant Costing

Process Costing

Activity Based Costing

Responsilibity Accounting

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 9


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR I
TERMINOLOGI MANAJEMEN BIAYA

A. Pendahuluan dan Definisi Dasar


Mempelajari biaya (cost) akan memberikan berbagai informasi yang memiliki banyak
manfaat dan juga pemanfaatannya bisa juga dipandang dari berbagai sudut. Diperlukan
latihan yang memadai dalam melakukan analisis biaya sehingga hasil analisisnya pada
akhirnya dapat digunakan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
Biaya merupakan salah satu dari fokus dalam akuntansi manajemen karena terdapat
berbagai prilaku biaya yang dapat dipandang dari berbagai sisi sesuai dengan kebutuhan
manajemen sepanjang relevan dengan keputusan yang akan di ambil. Berbagai
keputusan bisnis yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh hasil analisis biaya antara
lain:
1. Kebijakan penetapan harga yang akan dikenakan kepada pelanggan dikaitkandengan
keinginan perusahaan untuk mempertahankan rasio laba kotor ataupun rata-rata
perkembangan harga produk kompetitor
2. Evaluasi atas kebijakan untuk menaikkan/menurunkan kegiatan overtime
perusahaan
3. Evaluasi atas rencana penambahan pegawai terkait dengan kegiatan produksi dan
non produksi
4. Keputusan untuk kenaikan gaji pegawai
5. Keputusan untuk pemilihan model pemasaran yang dinilai lebih efektif
6. Dan berbagai keputusan manajemen lainnya.

Berikut ini pembahasan mendasar mengenai biaya. Secara mendasar atas pengertian
dan ruang lingkup mengenai biaya terdapat tiga hal yang utama yaitu:
Biaya (cost) merupakan sejumlah penggunaan atau pengorbanan sumberdaya yang
terukur untuk tujuan tertentu.

Sebagai contoh dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, suatu pengeluaran secara
akuntansi dapat dibukukan sebagai aset atau aktiva setelah memenuhi definisi tertentu
(dikenal dengan istilah dikapitalisir/capitalized) atau dapat juga dibukukan sebagai
beban periode berjalan (dikenal dengan istilah expense).

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 10


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Setiap pengeluaran pada umumnya berbentuk pengorbanan sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan.Pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan merupakan pengorbanan
atas asset berupa uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan dalam rangka untuk
memperoleh sesuatu yang dapat berbentuk barang dan jasa. Selain jumlah uang yang
dikorbankan, biaya (cost) juga dapat berbentuk selain uang tunai misalkan dalam bentuk
inventory pada saat proses penjualan terjadi.

Pada saat penjualan maka perusahaan akan menyerahkan inventory yang dimiliki
kepada pembeli sehingga terdapat “pengorbanan” dalam inventory yang bertujuan
untuk mendapatkan asset lain dalam bentuk uang tunai ataupun tagihan (klaim) kepada
pihak ketiga.

Definisi ini merupakan penjelasan dari sisi pengeluaran atau sisi sumber daya
yangdikorbankan. Dari sisi tujuan dapat dijelaskan bahwa atas pengeluaran yang
dilakukan padasaat yang sama perusahaan akan memperoleh sesuatu yang menjadi
tujuan ataspengeluaran tersebut. Pengeluaran untuk membayar tagihan listrik dan air
atas pemakaiandalam periode tertentu akan dibukukan sebagai beban (expense) dan
membebanipendapatan periode yang sama. Expense ini telah dinikmati oleh perusahaan
dalam jangkawaktu yang pendek (dalam hal utilitas periode penggunaan air dan listrik
umumnya untuk 1bulan). Sementara itu pengeluaran lain yang dilakukan untuk
memperoleh aset tertentudimana aset ini dapat digunakan oleh perusahaan akan
dilaporkan sebagai asset terlebihdahulu baru kemudian dibebankan melalui mekanisme
akuntansi yang proper. Pada saatterjadi biaya/pengeluaran maka biaya belum dapat
dibukukan untuk menekan laba bersihperusahaan melainkan dapat dikapitalisir menjadi
asset terlebih dahulu baru kemudian padaakhirnya juga dibebankan.

Contoh pengeluaran yang tidak langsung menjadi beban:


- Pembelian/proses pabrikasi pembuatan inventory. Untuk semua pengeluaran baik
pembelian produk jadi, langsung dijual, atau pembelian bahan baku untuk kemudian
diproses menjadi produk jadi akan menjadi beban ketika produk tersebut terjual
kepada pihak pembeli atau menjadi beban dalam bentuk harga pokok penjualan
ketika produk terjual.
- Seluruh Pengeluaran untuk produk mesin sampai dengan mesin dapat digunakan
dikapitalisir dan kemudian menjadi beban seiring dengan pola depresiasi yang

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 11


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

disepakati oleh perusahaan misalkan seiring dengan masa manfaat pemakaian normal
dan dibukukan sebagai Beban Depresiasi.

Pada akhirnya seluruh pengeluaran akan menjadi nol baik dibukukan sebagai expense
maupun terkapitalisasi sebagai asset. Pengeluaran ini diharapkan akan diikuti dengan
pendapatan yang dihasilkan dari pengeluaran tersebut.

Cost object atau tujuan biaya adalah dimana biaya tersebut relevan untuk dilaporkan
atau dikelompokkan. Secara definisi menurut Horngren cost object adalah segala
sesuatu dimana pengukuran biaya akan diinginkan (cost object are anything for which a
measurement of costs are desired).

Pengelompokan biaya ini akan bermanfaat dalam mendukung interpretasi dan analisis
biaya itu sendiri. Pengelompokkan biaya berdasarkan tujuannya secara umum dapat
dikelompokkan dalam biaya terkait dengan kegiatan memproduksi suatu produk, biaya
terkait dengan sumberdaya manusia, biaya secara departemen, biaya secara periode,
dan lain-lain.

Pengelompokkan biaya dalam karakteristik yang sama akan sangat membantu dalam
melakukan evaluasi dan analisis atas prilaku biaya baik analisis secara horisontal,
vertikal, maupun antar waktu. Biaya yang memiliki karakteristik kelompok yang sama
akan dikelompokkan dalam satu kelompok misalkan biaya terkait kegiatan produksi akan
dikumpulkan dalam satu kelompok biaya. Setelah biaya terkumpul dalam object yang
sama maka analis dapat melakukan evaluasi trend peningkatan/penurunan biaya
produksi periode saat ini dibandingkan dengan periode sebelumnya, ataupun
dibandingkan dengan produk lainnya, ataupun lebih jauh dapat dianalisis prilaku biaya
dalam hal biaya produksi per unit produksi.

Contoh lainnya pengelompokkan biaya secara departemen akan dapat dibandingkan


perbandingan antara biaya departemen marketing dibandingkan dengan anggaran biaya
marketing dan kemudian dikomparasikan dengan perbandingan antara biaya sumber
daya manusia dibandingkan dengan anggarannya yang bertujuan untuk menilai kinerja
penyerapan anggaran. Contoh lain adalah pertumbuhan biaya marketing dianalisis

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 12


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

dengan pertumbuhan pendapatan untuk menilai efektifitas program pemasaran yang


saat ini sedang dilaksanakan.

Cost driver atau pengacu biaya adalah dasar yang secara rasional dan fair digunakan
dalam mengalokasikan suatu biaya yang umum menjadi biaya berdasarkan tujuannya
(cost object). Sebagaimana dikemukakan dalam cost object melalui pengelompokkan
biaya maka analisis dapat dilakukan namun sering kali terdapat biaya yang tidak unik
dan umum serta jika diteliti lebih lanjut merupakan pengorbanan sumber daya untuk
berbagai tujuan (cost object). Untuk itu diperlukan cost driver yang fair untuk
mengalokasikan biaya bersama ini ke dalam tiap object. Contoh cost driver adalah biaya
jam kerja mesin untuk satu pesawat yang melayani lebih dari dua rute dalam satu
penerbangan. Biaya untuk tiap rute sebagai cost object akan dapat diukur secara andal
khususnya dalam pemakaian bahan bakar dengan menggunakan jam kerja mesin,
demikian juga untuk biaya lainnya.

B. Definisi Dasar
Akuntan mendefinisikan biaya (cost) sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrified)
atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur
dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau
jasa.Biaya adalah ukuran dari sumber daya yang digunakan untuk tujuan tertentu.Dalam
pelaporan keuangan, biaya dapat dikapitalisasi baik sebagai aset maupun beban.
Obyek biaya (cost object) adalah segala entitas dimana biaya-biaya dapat
dilekatkan.Misalnya, produk-produk, proses, tenaga kerja, departemen, dan fasilitas-
fasilitas.

Pemicu biaya (cost driver)adalah variabel yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam
rentang waktu tertentu. Cost driver adalah dasar yang digunakan untuk menetapkan
biaya pada cost object. Cost driver adalah sebuah ukuran aktivitas, seperti jam kerja
direct labor atau jam penggunaan mesin, yang merupakan faktor menyebabkan
timbulnya biaya.Jika biaya desain produk berubah sejalan dengan perubahan jumlah
komponen produk, jumlah komponen adalah pemicu biaya atas biaya desain produk.
Contoh lain adalah kilometer perjalanan kendaraan sering menjadi pemicu biaya atas
biaya distribusi.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 13


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

C. Manufacturing Vs Non-Manufacturing
Biaya dari produk manufaktur dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe:
1. Biaya bahan langsung (direct material costs) adalah biaya perolehan semua bahan
yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari obyek biaya (barang dalam proses dan
kemdia barang jadi) dan dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan cara ekonomis.
Biaya perolehan bahan langsung mencakup beban angkut (pengiriman
masuk/freight-in), pajak penjualan, serta bea masuk. Contoh biaya bahan langsung
adalah alumunium yang digunakan untuk membuat kaleng kemasan minuman
berenergi.
2. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct manufacturing labor costs) meliputi
kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke obyek
biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis.
Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta
pekerja lini perakitan yang mengonversi bahan langsung yang dibeli menjadi barang
jadi.
3. Biaya manufaktur tidak langsung (indirect manufacturing costs) adalah seluruh biaya
manufaktur yang terkait dengan obyek biaya (barang dalam proses dan kemudian
barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah perlengkapan, bahan
tidak langsung seperti minyak pelumas, biaya tenaga kerja manufaktur tidak
langsung seperti pekerja bagian perawatan mesin dan kebersihan, sewa pabrik,
asuransi pabrik, pajak atas kepemilikan pabrik, penyusutan pabrik, serta kompensasi
bagi manajer pabrik. Kategori biaya ini umumnya disebut sebagai biaya overhead
manufaktur (manufacturing overhead costs) atau biaya overhead pabrik (factory
overhead).

D. Biaya Persediaan (Product/InventoriableCost) Vs Biaya Periode (Period Cost)


Biaya persediaan (inventoriable cost) adalah semua biaya produk yang dianggap sebagai
aktiva dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya menjadi harga pokok penjualan
ketika produk itu dijual.Untuk perusahaan sektor manufaktur, semua biaya manufaktur
merupakan biaya persediaan. Dalam proses produksi, biaya bahan langsung (direct
material) yang masuk ke dalam proses produksi (diambil dari persediaan bahan
langsung), biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct labor), dan biaya overhead
manufaktur menciptakan aktiva tersebut, dimulai dengan barang dalam proses sampai
menjadi barang jadi. Dengan demikian, biaya manufaktur meliputi persediaan barang

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 14


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

dalam proses dan persediaan barang jadi untuk mengakumulasi biaya penciptaan aktiva
tersebut. Ketika produk terjual, biaya manufaktur dicocokkan dengan pendapatan dari
penjualan tersebut.Harga pokok penjualan mencakup semua biaya manufaktur (biaya
bahan langsung, biaya tenaga kerja manufaktur langsung, dan biaya overhead
manufaktur) yang terjadi untuk membuat barang yang dijual.

Untuk perusahaan sektor jasa, tidak adanya persediaan berarti tidak ada biaya
persediaan (inventoriable costs). Biaya periode adalah semua biaya yang dicantumkan
pada laporan laba-rugi selain harga pokok penjualan.Biaya periode diperlakukan
sebagai beban periode akuntansi ketika biaya itu terjadi karena diharapkan memberi
manfaat lagi pada periode berikutnya.Membebankan jenis biaya ini pada periode
terjadinya berarti menandingkan biaya terhadap pendapatan.

Untuk perusahaan sektor manufaktur, biaya periode yang dicatat dalam laporan laba-
rugi merupakan semua biaya nonmanufaktur (misalnya biaya desain dan biaya
distribusi). Bagi perusahaan sektor perdagangan, biaya periode yang tercantum pada
laporan laba-rugi adalah semua biaya yang tidak berkaitan dengan harga pokok
pembelian barang yang akan dijual kembali. Karena tidak ada biaya eprsediaan pada
perusahaan sektor jasa, maka semua biaya yang dicantumkan dalam laporan laba-rugi
merupakan biaya periode.

Untuk dapat memberikan dasar yang memadai sebelum melakukan analisis terhadap
data-data terkait dengan akuntansi manajemen, dinilai perlu penjelasan mengenai
biaya persediaan (product cost/inventoriable cost) dan biaya terkait dengan periode
waktu (period cost).

Sesuai dengan akuntansi keuangan, akuntansi manajemen juga memandang suatu cost
dapat dikapitalisir menjadi asset atau dibebankan menjadi expense dalam periode
berjalan.

Aset terkait dalam hal ini adalah pengeluaran (cost) yang terkait dengan proses
pabrikase menjadi produk jadi yang semua biaya (kelompok direct material, direct
labor, dan factory overhead) dikapitalisir dalam nilai inventory dan dibukukan sebagai
aset sejak proses produksi selesai sampai dengan produk terjual. Ketika produk tersebut

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 15


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

terjual baru kemudian aset ini akan dibukukan sebagai beban (expense) yang secara
umum dikenal dengan istilah Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold).

Sementara itu beban lain akan dibukukan ketika terjadi (as incurred) dan tidak akan
dikapitalisir dalam nilai persediaan sehingga pada akhirnya tidak akan termasuk dalam
cost of goods sold.

Hal ini sejalan dengan penyajian laporan keuangan sebagaimana diatur dalam standar
akuntansi keuangan yang membagi dua biaya kegiatan perusahaan manufaktur antara
lain:
a. Seluruh biaya manufaktur (direct material cost, direct labor cost, overhead variabel
dan fixed overhead) harus diperlakukan sebagai Product cost)
b. sementara itu biaya pemasaran dan biaya administrasi (baik variabel maupun tetap)
dibukukan dalam period cost.

Model pembukuan seperti ini dikenal dengan istilah Absorption costing atau Full
Costing method. Absorption costing adalah metode pencatatan persediaan yang
membukukan seluruh biaya manufaktur variabel dan biaya manufaktur tetap dalam
inventoriable costs.

E. Direct VS Indirect Cost


Pembahasan mengenai biaya produksi maupun biaya tetap dan variabel dapat
disimpulkan ada dua kelompok biaya ketika di assign ke dalam cost object yaitu Direct
Cost dan Indirect Cost. Direct cost adalah biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi
dengan mudah.

Sementara itu indirect cost tidak mudah karena umumnya digunakan bersama oleh
sejumlah produk. Untuk mendapatkan cara mudah maka digunakan analisis alokasi
biaya.
Istilah lain terkait dengan hal –hal ini antara lain cost pool dan common cost.
Cost pool mengandung pengertian pengumpulan sejumlah biaya yang memiliki
kemiripan karakteristrik. Misalkan kelompok biaya overhead manufaktur yang
tidak/sulit untuk diidentifikasi secara langsung, dikumpulkan dalam satu kelompok
(pool) untuk kemudian dialokasi.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 16


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Bentuk lain adalah common cost. Common cost merupakan biaya dari sebuah aktivitas
yang digunakan secara bersama oleh dua atau lebih produk/kegiatan. Common cost
juga memerlukan alokasi untuk assignment ke tiap produknya.

F. Rangkuman
Direct material adalah input berwujud ke dalam proses manufaktur yang digunakan
dalam proses produksi secara langsung. Direct labor adalah biaya tenaga kerja yang
digunakan dalam memproduksi barang. Biaya overhead manufaktur terdiri atas biaya-
biaya manufaktur selain direct material atau direct labor. Sedangkan selling (marketing),
yaitu biaya yang muncul dalam rangka mendistribusikan produk ke tangan konsumen
dan beban administratif yang muncul sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan
namun tidak berkaitan dengan proses produksi, merupakan biaya nonmanufaktur.

Prime cost sama dengan direct material ditambah direct labor. Conversion costsama
dengan direct labor ditambah dengan overhead manufaktur. Fungsi dari overhead
manufaktur bisa dibilang mengkonversi raw material menjadi finished good.

Product cost (inventoriable cost) dikapitalisasi sebagai kegaitan belajar dari persediaan
finished goods yang kemudian akan menjadi komponen cost of goods sold. Sedangkan
period costsmerupakan beban-beban yang timbul dan bukan merupakan bagian dari
finished goods inventory sehingga dikeluarkan dari cost of goods sold.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 17


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

G. Tes Formatif 1
Soal pilihan ganda
1. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu direct
materials, direct labor, dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead
dari produksi mobil adalah….
a. Biaya dari peralatan-peralan kecil dalam pemasangan ban tiap mobil
b. Biaya dari ban untuk tiap mobil
c. Biaya tenaga kerja yang memasang ban pada tiap mobil
d. Biaya pengiriman ban tiap mobil
2. Sebuah perusahaan mengalami kerusakan mesin dari salah satu lini produksi.
Sebagai konsekuensinya terjadi keterlambatan produksi dan sebuah keputusan
diambil untuk melaksanakan lembur supaya bisa kembali ke jadwal produksi yang
direncanakan. Metode mana yang tepat untuk memperhitungkan pembayaran
lembur atas direct labor?
a. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan seluruhnya
sebagai overhead manufaktur (MOH)
b. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan sebagai
direct labor.
c. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan dibebankan sebagai beban perbaikan
dan maintenance, sedangkan upah lembur diperlakukan sebagai direct labor.
d. Durasi jam lembur dikali upah lembur akan dibebankan pada manufacturing
overhead, sedangkan durasi lembur dikali jumlah upah akan masuk sebagai
direct labor.
3. Sebuah pabrik yang memproduksi produk rumah tangga membutuhkan konbinasi
dari bermacam jenis part. Pabrik telah mengidentifikasikan beragam cost pools,
salah satunya terdiri atas materials handling costs. Cost pool ini mencakup upah dan
jaminan keselamatan bagi pegawai yang bertugas menerima material, menginspeksi
material, menyimpan material di gudang, dan mengirimkan material ke tempat
kerja; depresiasi dan pemeliharaan peralatan untuk materials handling (misalnya
forklift); dan biaya perlengkapan yang digunakan sebagai biaya terkait. Di bawah ini
yang merupakan cost driver yang paling tepat untuk menetapkan biaya materials
handling dalam produk-produk yang dibuat adalah…
a. Jam kerja direct labor
b. Jumlah unit yang diproduksi

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 18


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

c. Jumlah vendor yang terlibat


d. Jumlah part yang digunakan
4. Alokasi dari biaya overhead umum untuk mengoperasikan departemen paling tidak
dapat disesuaikan dalam menetapkan….
a. Pendapatan dari sebuah produk atau unit fungsional
b. Biaya pengambilan keputusan manajemen
c. Biaya untuk kontrak dengan pemerintah dengan biaya tambahan
d. Pajak penghasilan
5. Manakah dari pilihan berikut merupakan product cost pada perusahaan
manufaktur?
a. Asuransi untuk bangunan kantor pusat perusahaan
b. Pajak bumi dan bangunan pabrik
c. Depresiasi kendaraan pegawai penjualan
d. Gaji dari manajer penjualan
6. Dalam operasi manufaktur tradisional, biaya langsung normalnya akan mencakup
a. Perbaikan mesin dalam pabrik otomotif
b. Listrik dalam instalasi elektronik
c. Kayu dalam pabrik furnitur
d. Komisi yang dibayarkan kepada personel penjualan
7. Jika sebuah produk membutuhkan listrik dalam jumlah besar untuk proses produksi
dan harga minyak mentah meningkat, manakan biaya di bawah ini yang juga ikut
meningkat?
a. Direct material
b. Direct labor
c. Prime cost
d. Conversion cost
8. Manakah pilihan berikut yang mendeskripsikan direct labor?
a. Prime cost
b. Period cost
c. Product cost
d. Product dan period cost
9. Indirect labor merupakan….
a. Prime cost
b. Conversion cost

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 19


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

c. Period cost
d. Nonmanufacturing cost
10. Contoh biaya direct labor adalah upah yang dibayar pada
Operator Supervisor
Mesin Pabrik dalam Pabrik
a. No No
b. No Yes
c. Yes Yes
d. Yes No

Pertanyaan benar-salah
Pertanyaan B S
1. Cost driver berkaitan dengan biaya-biaya yang terakumulasi dalam
cost pools.
2. Asuransi atas bangunan kantor pusat perusahaan bukan
merupakan biaya produksi sehingga dimasukkan dalam period
cost.
3. Product cost seperti material, labor, and overhead melekat pada
produk.
4. Komisi penjualan merupakan period cost. Komisi penjualan bukan
merupakan biaya langsung maupun biaya tidak langsung dari
produk.
5. Direct material merupakan input berwujud dalam proses
manufaktur yang dapat ditelusuri ke dalam produk.
6. Prime cost sama dengan direct material ditambah dengan direct
labor.
7. Conversion cost terdiri atas direct material dan direct labor.
8. Direct labor merupakan bagian dari product cost dan juga
conversion cost.
9. Direct material bukan merupakan elemen dari conversion cost,
melainkan bagian dari prime cost.
10. Conversion cost meliputi direct material dan factory overhead.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 20


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.

Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 21


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR II
ABSORPTION AND VARIABLE COSTING

A. Pendahuluan
Penyajian informasi mengenai jumlah biaya produksi secara umum dapat dilihat dalam
laporan keuangan.Atas persediaan yang telah terjual maka biaya produksi perunitnya
dapat dianalisis dari Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold).Sementara itu harga
pokok produksi selanjutnya untuk tiap produk yang telah jadi dilaporkan dalam akun
persediaan.

Nilai yang dilaporkan dalam persediaan ataupun dalam Harga Pokok Penjualan
menggunakan model perhitungan absorption costing atau full costing.Penyajian
berdasarkan model absorption costing merupakan penyajian yang ditetapkan oleh
standar akuntansi keuangan.Perusahaan tidak dapat menyajikan informasi persediaan
dengan menyimpang dari ketentuan standar.

Sementara itu untuk kepentingan analisis internal penyajian yang paling bermanfaat
dalamanalisis adalah membandingkan antara tingkat penjualan yang bersifat variabel
(unit terjual x harga jual) dengan biaya produksi yang juga bersifat variabel.Faktor
pembaginya dalam hal ini satu yaitu unit yang diproduksi atau unit yang terjual
tergantung kasusnya, hal ini disebut dengan Variable Costing.

Sementara itu dalam penyajian yang diperkenankan oleh standar akuntansi memiliki
biaya overhead tetap dalam unsur inventory dan selanjutnya dalam harga pokok
penjualan yang tidak memiliki korelasi langsung dengan unit.

Secara internal untuk kepentingan manajemen variabel costing lebih bermanfaat karena
akan memberikan informasi margin kontribusi yang dapat dihasilkan dari proses
penjualan untuk membiayai biaya perusahaan selanjutnya (biaya tetap, biaya pemasaran
dan biaya administrasi serta biaya lainnya).
Di samping itu analisis unsur variabel dalam biaya manufaktur sangat relevan karena
memiliki hubungan linier antara jumlah unit dengan besaran nilai
moneternya.Sementara itu biaya tetap dalam overhead produksi tidak relevan karena
ada tidaknya produksi tidak berdampak pada keberadaan biaya tetap ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 22


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Analisis detail mengenai perbandingan antara absorption costing dengan variabel


costing terurai dalam bahasan berikut ini.

B. Absorption Costing
Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya
persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabelataupun
tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi seluruh jenis
biaya produksi, baik tetap maupun variabel.

Pencatatan dan pelaporan nilai (cost) persediaan dengan menggunakan metode ini
adalah membukukan seluruh biaya yang relevan dengan produk dan kegiatan untuk
menghasilkan produksi tersebut dalam satu akun. Unsur-unsur yang terkait erat dengan
kegiatan memproduksi produk dari bahan baku sampai dengan produk jadi dan siap
untuk diperjualbelikan antara lain: bahan langsung; tenaga kerja manufaktur langsung;
manufaktur overhead meliputi overhead variabel dan overhead tetap. Hal ini sejalan
dengan pengertian cost untuk aset dalam standar akuntansi keuangan bahwa cost atau
nilai perolehan dalam aset adalah tidak hanya nilai perolehan aset itu sendiri melainkan
juga harus memperhitungkan segala biaya yang relevan untuk menjadikan aset tersebut
bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi bagi perusahaan.

Dalam definisi ini terdapat unsur biaya yang sangat relevan karena memiliki gerak searah
dan konstan naik/turunnya seiring dengan naik/turunnya produk yang dihasilkan ,
antara lain:
 Direct material
 Direct Labor
 Factory overhead – variabel

Sementara itu proses produksi juga didukung oleh kontribusi dari overhead yang bersifat
tetap. Karena overhead tetap ini memiliki peran dalam pembentukan produk maka
harus dikapitalisir dalam nilai persediaan.

Dalam hal fixed overhead ini menghasilkan lebih dari satu jenis produk maka jumlah
fixed overhead ini harus dialokasikan habis ke seluruh produk jadi dengan menggunakan
pemicu biaya (cost driver) yang tepat.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 23


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Penyajian nilai persediaan secara absorption costing atau full costing ini selain sesuai
dengan standar akuntansi keuangan juga sesuai dengan ketentuan dalam perpajakan
khususnya dalam menghitung pajak penghasilan badan.

Direct Material - Finished Goods Awal


Variabel

+
Direct Labor - Finished Goods yang
Variabel dihasilkan

Factory Overhead - Finished Goods


Variabel Available for Sale

Fixed Overhead -
Finished Goods Akhir
Applied

Cost of Goods Sold

Fixed Overhead
Control

Berdasarkan ilustrasi gambar dapat disimpulkan:


 Nilai tercatat inventory sesuai dengan standar akuntansi terdiri dari 4 unsur yaitu
Direct Material + Direct Labor + Variabel Overhead + Alokasi dari Fixed Overhead
yang dibebankan pada produk tersebut (applied)
 Fixed factory overhead applied diperoleh dari fixed overhead control
yangmenampung seluruh fixed overhead yang digunakan secara bersama dan
kemudian dialokasikan dengan menggunakan cost driver tertentu.
 Pada tahapan selanjutnya, apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan
persediaan secara periodik (metode pencatatan persediaan dijelaskan dalam sisipan
bab ini), maka setelah ditambahkan dengan nilai persediaan inventory awal maka
diperoleh Persediaan (Inventory) tersedia untuk dijual. Pencatatan ini berdasarkan
alur akuntansi yang menginformasikan menggunakan alur nilai moneternya. Secara
fisik setelah barang selesai di produksi maka saat barang tersedia di etalase maka
sesungguhnya barang tersebut telah siap untuk dijual.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 24


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

 Kemudian pada setiap akhir periode manajemen melakukan perhitungan


ataspersediaan yang belum terjual pada tanggal akhir periode tersebut dan
didapatkan nilai persediaan akhir. Secara fisik persediaan akhir adalah persediaan
yang belum terjual ketika tanggal laporan keuangan akan disusun.
 Selisih antara Persediaan tersedia untuk dijual (cost of finished goods available for
sale) dengan persediaan akhir merupakan Harga Pokok Penjualan (cost of goods
sold). COGS adalah nilai (cost) dari seluruh produk yang telah terjual dalam satu
periode.

Tahap selanjutnya adalah penentuan Laba Operasi dengan langkah penghitungan


sebagai berikut:
Penjualan (Sales Revenue) XXX
Less: Harga Pokok Penjualan (COGS) (XXX)
Laba Kotor (Gross Profit) XXX
Less: Beban Penjualan dan Administrasi (XXX)
(Selling and Administrative Expenses)
Laba Operasi (Operating Income) XXX

Beban Penjualan dan Beban Administrasi dilaporkan untuk fix dan variabel. Secara
komersial Standar Akuntansi Keuangan melanjutkan penyajian Harga Pokok Penjualan
dengan unsur lain dan dituangkan dalam Laporan Laba Rugi (Income statement).
Nilai penjualan dalam satu periode setelah memperhitungkan harga pokok penjualan
(atau dengan istilah lain adalah biaya produksi seluruh unit yang terjual dalam periode
yang sama) akan menghasilkan laba kotor.

Laba kotor kemudian dikalkulasikan dengan beban periodik yaitu beban pemasaran
(selling expense) dan beban administrasi (administrative expense) maka akan diperoleh
laba operasi (operating profit). Beban pemasaran dan beban administrasi secara standar
akuntansi keuangan tidak memiliki kontribusi dalam proses pembuatan produk sehingga
harus dibebankan ketika terjadi (incurred) dan menjadi beban periodik. (Period Cost).
Hal ini berbeda treatmentnya dengan unsur biaya produksi yang selama produk
tersebutbelum terjual maka tetap dilaporkan dalam neraca sebagai unsur dari inventory.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 25


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

C. Variabel Costing
Metode absorption costing atau full costingkurang memberikan manfaat bagi
manajemen karena faktor yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan
keputusan adalah analisis dalam biaya yang memiliki karakteristik biaya tetap dan biaya
variabel.

Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu muncul setiap periode dan tidak
tergantung pada frekuensi produksi. Perhitungan unsur harga pokok produksi hanya
berfokus pada yang memiliki sifat variabel dan memiliki hubungan linier dengan tingkat
produksi. Makin banyak suatu produk dihasilkan, maka secara linier makin tinggi biaya
produksinya.

Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya
terdiri atas variable costs. Variable costing biasa disebut direct
costing atau marginal costing.

Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagian dan manufacturing
overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed manufacturing overhead tidak
diperlakukan sebagai product cost tetapi diperlakukan sebagai period cost.
Biaya tetap, termasuk biaya tetap dalam kelompok biaya overhead, tidak dimasukkan
dalam analysis penetapan nilai persediaan.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 26


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Hal-hal yang merupakan unsur dalam penetapan nilai produksi berdasarkan analisis
biaya variabel antara lain:

Direct
Material - Finished Good
Variabel awal -Variabel

plus
Direct Labor - Nilai Inventory
Variabel awal – Variabel
(FG)

FOH -Variabel Finished Good


Available for Sale
-Variabel

minus
Selling & Adm
-Variabel
Finished Good
Cost of Good Sold
akhir – Variabel

Finished Good Inventory Awal XXX


Work In Process Inventory Awal XXX
Material Inventory Awal XXX
Purchase of Inventory XXX
Cost of Material Available for Use XXX
Less: Material Inventory Akhir (XXX)
Cost of Direct Material Used XXX
Direct Labor XXX
Factory Overhead XXX
Total Manufacturing Cost Incurred XXX
Total Manufacturing Cost XXX
Less: Work In Process Akhir XXX
Cost of Good Manufactured XXX
Cost of Finished Available for Sale XXX
Less: Finished Good Akhir (XXX)
Cost of Good Sold XXX

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 27


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Metode ini juga disebut sebagai metode direct karena hanya memasukkan unsur biaya
yang secara langsung berkaitan dengan keeratan terhadap produk (biaya variabel).
Perbedaan komposisi nilai persediaan dan juga pengelompokkan biaya pada awalnya
akan mengakibatkan perbedaan dalam penyajian nilai baik nilai inventory maupun laba
bersih. Namun secara akumulasi laba/rugi setelah sekian periode tertentu akan
mencapai akumulasi nilai yang sama.

Variabel costing merupakan model perhitungan yang digunakan secara internal sehingga
tidak terdapat aturan standar yang mencatat mengenai penjurnalannya. Manajemen
dapat melakukan pancatatan sebagaimana jurnal akuntansi komersial dapat juga
mencatat dalam bentuk lain. Pencatatan ini bersifat internal dan tidak untuk
dipublikasikan dan tidak termasuk dalam sistem akuntansi keuangan secara
keseluruhan.

Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang berkaitan
erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan proses produksi
seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan penurunannya sangat
berkaitan dengan unit produksi. Selain itu manajemen juga fokus pada margin kontribusi
yang dihasilkan untuk kemudian dievaluasi kecukupannya dalam membiayai biaya tetap
yang selalu terjadi setiap periode.

D. Pengaruhnya terhadap Pendapatan


Perubahan dalam produksi dan penjualan memiliki dampak bervariasi pada operating
income. Ketika produksi dan penjualan sama untuk tiap periode maka dua metode
(variable costing dan absorption costing) melaporkan nilai operating income yang sama.
Total biaya-biaya tetap dalam satu periode dibebankan menggunakan dua metode
tersebut dalam periode terkait.

Ketika produksi dan penjualan tidak sama, dua metode tersebut akan melaporkan
operating income yang berbeda, sebagaimana diilustrasikan dalam gambar berikut:

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 28


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Gambar 2.2

E. Rangkuman
Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya
persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabel
ataupun tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi
seluruh jenis biaya produksi, baik tetap maupun variabel.

Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya
terdiri atas variable costs. Variable costing biasa disebut direct
costing atau marginal costing.

Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagain dan manufacturing
overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed manufacturing overhead tidak
diperlakukan sebagai product cost tetapi diperlakukan sebagai period cost.

Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang berkaitan
erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan proses produksi
seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan penurunannya sangat
berkaitan dengan unit produksi.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 29


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

F. Tes Formatif 2
Soal Pilihan Ganda
Data berikut digunakan dalam soal-soal di bawahnya:
Januari
Biaya direct material per produk 1.000
Biaya direct labor per produk 2.000
Biaya variable manufacturing overhead 3.000
Total biaya fixed manufacturing overhead 1.000.000
Total biaya fixed selling and administrative 400.000
Jumlah produk yang diproduksi 1.000
Jumlah produk yang dijual 900
Harga jual per produk 8.000

1. Berapa total absorption cost per produk untuk bulan Januari?


a. 6.000
b. 7.000
c. 7.111
d. 7.400
2. Berapa total biaya variabel per produk untuk bulan Januari?
a. 6.000
b. 7.000
c. 7.111
d. 7.400
3. Berapa operating income untuk bulan Januari menggunakan absorption costing?
a. 900.000
b. 400.000
c. 500.000
d. 1.800.000
4. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan absorption costing?
a. 600.000
b. 700.000
c. 711.100
d. 800.000

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 30


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

5. Berapa operating income untuk bulan Januari menggunakan variable costing?


a. 900.000
b. 400.000
c. 500.000
d. 2.000
6. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan variable costing?
a. 600.000
b. 700.000
c. 711.100
d. 800.000
7. Bonus untuk manajemen seharusnya tidak dimasukkan dalam operating income di
bawah metode costing mana?
a. Absorption costing
b. Variable costing
c. Blended costing
d. Semua jawaban benar
8. Metode costing mana yang menunjukkan contribution margin tiap produk pada
laporan laba/rugi?
a. Absorption costing
b. Variable costing
c. Blended costing
d. Semua jawaban benar
9. Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi dan menjual sebuah produk tunggal.
Tahun pertama mampu memproduksi 100.000 unit produk dengan rincian biaya
sebagai berikut:
Manufacturing Nonmanufacturing
Variable 600.000 500.000
Fixed 400.000 300.000

Perusahaan mampu menjual 85.000 unit produk dengan harga penjualan 30


perunit.Menggunakan absorption costing, berapakah nilai operating profit
perusahaan?
a. 750.000
b. 900.000

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 31


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

c. 975.000
d. 1.020.000
10. Menggunakan data pada nomor 9 di atas, berapakah nilai operating profit
perusahaan menggunakan variable costing?
a. 750.000
b. 840.000
c. 915.000
d. 975.000

Pertanyaan Benar-Salah

Pertanyaan B S
1. Menggunakan absorption costing, overhead manufaktur tetap
akan menjadi bagian dari product cost.
2. Biaya over head manufaktur tetap tidak dapat ditelusuri secara
langsung spesifik pada unit yang diproduksi.
3. Dalam absorption costing, persediaan meliputi seluruh biaya
manufaktur dan biaya overhead manufaktur variabel dan tetap.
4. Activity-based costing mengembangan cost pool untuk tiap
aktivitas dan mengalokasikan biayanya dalam obyek biaya
berdasarkan keputusan manajemen.
5. Variable costing dikeluarkan dari biaya overhead manufaktur tetap
dari biaya persediaan dan diperlakukan sebagai period cost.
6. Absorption (full) costing merupakan metode akuntansi yang
mempertimbangkan seluruh biaya manufaktur sebagai product
cost.
7. Dalam sistem absorption costing ketika volume penjualan melebihi
produksi sehingga persediaan menurun, maka beban faktory
overhead tetap akan menjadi lebih besar.
8. Factory overhead tetap dikurangkan dari contribution margin
untuk menghasilkan operating income.
9. Biaya variabel penjualan dan administrasi merupakan period cost
di bawah baik sistem variable dan sistem absorption cost dalam
penetapan keuntungan.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 32


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

10. Pada metode variable costing, contribution margin sama dengan


penjualan dikurangi beban-beban variabel. Biaya penjualan dan
administrative tetap (fixed selling and administrative cost) dan
factory overhead tetap dikurangkan dari contribution margin
sehingga akan menghasilkan operating income.

G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 33


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR III


PERILAKU BIAYA DAN RELEVANT RANGE

A. Pendahuluan
Biaya dapat diklasifikasikan sesuai perilakunya. Perilaku biaya mengacu pada bagaimana
sebuah biaya akan berubah seiring dengan perubahan level aktivitas. Manajer yang
memahami bagaimana perilaku biaya akan mampu memprediksikan bagaimana biaya
akan berubah dalam beragam alternatif. Sebaliknya, mengambil keputusan tanpa
melalui pertimbangan dan pemahaman memadai terhadap pola perilaku biaya akan
berdampak buruk. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang mampu menetapkan pola
biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi akan mengeluarkan biaya yang lebih
sedikit dan lebih tepat dibandingkan perusahaan yang hanya menggunakan asumsi atas
biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksinya, umumnya terjadi pada
perusahaan yang kebingungan menetapkan biaya tetap dan biaya variabel, sehingga
memicu penurunan profit. Menghindari hal tersebut, manajer harus mampu
memprediksi secara akurat biaya apa saja yang akan timbul dalam tiap level aktivitas.

Bagian ini akan mengulas tentang biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed
cost) dan perilaku biaya lainnya.

B. Variable Cost
Biaya variabel (variable cost) adalah sebuah biaya yang bervariasi secara total. Biaya
variabel ini nilai totalnya akan berubah secara proporsional sebanding dengan
perubahan volume kegiatan perusahaan. Besar kecilnya total biaya variabel dipengaruhi
oleh besar-kecilnya volume produksi/penjualan secara proporsional.

Biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost) biasanya diartikan dalam
hubungan bagaimana biaya total berubah karena adanya fluktuasi kuantitas dari suatu
aktivitas tertentu. Terdapat beragam dasar aktivitas seperti jumlah order atau pesanan
yang akan diproses, jumlah langganan yang ditagih di bagian penagihan, jumlah
penonton di bioskop, jumlah kilogram yang dikerjakan di gudang, jumlah jam kerja di
bagian perakitan, jumlah tempat duduk di pesawat terbang atau kereta api, atau
berbagai indeks volume yang lain. Jika level aktivitas meningkat, maka total biaya

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 34


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

variabel juga meningkat. Misalnya jika level aktivitas meningkat 10% maka total biaya
variabel juga meningkat sebesar 10%.

Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dan berdampak langsung dalam volume
produksi, misalnya direct material. Nilai biaya variabel perunit akan konstan dalam
jangka pendek (short run) terlepas dari level produksinya.
Variable cost dalam short run

Gambar 3.1
Biaya seragam perunit, tetapi totalnya berfluktuasi, berbanding langsung dengan jumlah
kegiatan atau volume bersangkutan.

Total biaya variabel berubah seiring dengan perubahan proporsi dari volume aktivitas
(aktivitas bisnis yang mempengaruhi biaya). Aktivitas tersebut meliputi penjualan,
produksi, dan distribusi.Aktivitas dapat diukur dengan jumlah produk yang terjual, unit
yang diproduksi, atau kilometer distribusi.
Variable cost daam long run

Gambar 3.2
Contoh lain dari biaya variabel adalah biaya dari hampir semua barang dagangan, bahan
baku, suku cadang, peralatan kantor, komisi, dan berbagai jenis upah.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 35


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

C. Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya yang tidak akan berubah secara total selama periode waktu tertentu, sekalipun
terjadi perubahan atas tingkat aktivitas atau volume terkait. Total biaya tetap (fixed
cost) selalu konstan dengan kisaran relevan dari aktivitas.

Tidak seperti biaya variabel, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam
aktivitas. Oleh sebab itu, meskipun level aktivitas meningkat atau menurun, total biaya
tetap tidak berubah (konstan) kecuali dipengaruhi oleh unsur lain seperti perubahan
harga biaya itu sendiri.

Fixed costs secara total nilainya tidak berubah dalam short run terlepas dari level
produksinya. Sebagai contoh, jumlah yang dibayarkan untuk divisi perakitan sama
meskipun proses produksi dihentikan seluruhnya.
Fixed cost dalam short run

Gambar 3.3
Bagaimanapun juga, fixed cost per unit bervariasi secara tidak langsung dengan level
aktivitasnya.
Fixed cost dalam activity level beragam

Gambar 3.4

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 36


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Contohnya adalah biaya sewa.Misalnya Laboratorium Produa menyewa mesin penguji


sampel senilai Rp20.000.000 perbulan. Biaya sewa yang timbul akan tetap sebesar
Rp20.000.000 selama sebulan mengesampingkan frekuensi pengujian sampel yang
dilaksanakan.

Karena biaya tetap secara total selalu bernilai konstan, maka rata-rata biaya tetap
perunit akan menjadi semakin kecil secara progresif seiring dengan peningkatan level
aktivitas. Seperti misalnyasebuah pabrik yang memilikikapasitas produksi 1.000 produk
perbulan, dengan biaya tetap senilai Rp100.000.000 maka rata-rata biaya tetap
perproduk adalah sebesar Rp100.000. jika tingkat produksi ditingkatkan menjadi 10.000
produk perbulan, maka dengan biaya tetap sebesar Rp100.000.000 akan menghasilkan
biaya tetap rata-rata sebesar Rp10.000 perproduk.

Untuk contoh Lab. Produa di atas, asumsi satu mesin memiliki kapasitas maksimal
pengujian sebanyak 2.000 kali.Jika Produa hendak meningkatkan kapasitas pengujian
menjadi 3.000-4.000 kali perbulan maka dibutuhkan penambahan sewa mesin yang
berdampak pada peningkatan biaya tetap. Jadi yang disebut dengan biaya tetap
maksudnya adalah biaya tersebut konstan namun dalam batasan kisaran relevan
(relevant range) yang akan dijelaskan lebih lanjut.

Biaya tetap dapat menimbulkan kerancuan jika diterapkan pada basis perunit.Hal
tersebut diakibatkan oleh peningkatan dan penurunan rata-rata biaya tetap berbanding
terbalik dengan perubahan aktivitas. Sebagai ilustrasi, rata-rata biaya tetap per
pengujian akan turun seiring dengan peningkatan frekuensi pengujian yang dilakukan.
Dan sebaliknya, seiring dengan penurunan frekuensi pengujian, maka rata-rata biaya
tetap akan naik karena biaya tetap sebesar Rp20.000.000 tersebut akan tersebar ke
seluruh biaya pengujian sampel.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 37


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Ilustrasi tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:


Biaya Sewa Bulanan Frekuensi Pengujian Rata-Rata Biaya Tetap
Sampel (per-pengujian)
Rp20.000.000 100 Rp200.000
Rp20.000.000 1.000 Rp20.000
Rp20.000.000 2.000 Rp10.000

Jika Lab. Produa melaksanakan 100 kali pengujian perbulan, maka biaya sewa peralatan
rata-rata Rp200.000 per-pengujian. Namun jika Produa melaksanakan 2.000 kali
pengujian, maka rata-rata biaya akan turun menjadi hanya Rp10.000 per-pengujian.
Contoh lain dari biaya tetap meliputi depresiasi garis lurus, asuransi, pajak properti
(PBB), sewa, gaji supervisor, gaji administrator, dan iklan.

D. Other Cost Behavior


Biaya yang memiliki komponen baik variabel maupun tetap disebut sebagai biaya
campuran (mixed cost). Sebagai contoh, Perusahaan Telekomunikasi mengenakan biaya
sebesar Rp100.000 perbulan atas jasa komunikasi yang disediakan dan Rp1.000 untuk
penggunaan per menit.Jika konsumen menggunakan telepon selama 100 menit,
Perusahaan Telekomunikasi akan mengenakan biaya sebesar Rp200.000 (Rp100.000 +
(100 menit x Rp1.000).

Biaya sebesar Rp100.000 merupakan biaya tetap yang dikenakan konstan perbulan
karena berapa kalipun jasa komunikasi dipergunakan.Sedangkan biaya sebesar
Rp1.000/menit merupakan biaya variabel yang meningkat seiring dengan peningkatan
proporsi pemakaian permenit. Jika penggunaan jasa meningkat dua kali lipat menjadi
200 menit, maka total biaya variabel juga meningkat menjadi Rp200.000. Sehingga total
biaya yang timbul adalah sebesar Rp300.000 (Rp100.000 + (200 menit x Rp1.000).
Untuk menghitung total mixed cost bisa menggunakan formula berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Total mixed cost
a = Total biaya tetap
b = biaya variabel per unit dari aktivitas
X = level aktivitas

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 38


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Kadang porsi fixed dan variable dalam biaya campuran tidak ditetapkan pada kontrak
sebagaimana dicontohkan sebelumnya sehingga harus diestimasikan. Dua metode
mengestimasikan biaya campuran umumnya adalah:
1. high-low method yang digunakan untuk menghasilkan garis regresi dengan
mendasarkan formula pada nilai tertinggi dan terendah dalam rentang observasi.
Perbedaan dalam biaya antara level aktivitas tertinggi dan terendah (bukan output)
dibagi dengan selisih dalam level aktivitas untuk memenuhi porsi variabel dalam
biaya. Kritik utama dalam metode high-low adalah bahwa titik high dan low mungkin
sebuah kondisi abnormal yang tidak menunjukkan kondisi normal.
2. Metode regresi (scattergraph) yang menentukan tingkat rata-rata variabilitas biaya
campuran, alih-alih variabilitas antara titik high dan low dalam sebuah kisaran.
Contoh:

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 39


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

E. Relevant Range and Marginal Cost


Kisaran relevan merupakan sebuah ikatan volume dimana total biaya tetap bernilai tetap
dan biaya variabel perunit juga konstan. Untuk memperkirakan biaya yang timbul,
manajer perlu memahami tentang kisaran relevan karena total biaya “tetap” dapat
berbeda dari satu kisaran range satu ke kisaran lain dan biaya variabel per unit juga
dapat berbeda dalam beragam kisaran relevan.

Relevan range adalah batas normal (limit) dari satu aktivitas atau volume dimana
hubungan antara tingkat volume dengan biayanya terdapat keterkaitan.Aktivitas
perusahaan dalam scope (range) yang relevan akan membawa perusahaan
mampumempertahankan biaya variabel per unit dan fixed cost yang konstan.
Pelaksanaan produksidalam wilayah yang relevan pada umumnya disebut produksi
dalam fase yang short run.

Penambahan kapasitas terpasang karena mengantisipasi peluang akan


membawakonsekuensi instalasi sarana produksi dan ini umumnya bersifat jangka
panjang. Bahkansecara jangka panjang (long run) seluruh biaya (termasuk biaya tetap)
akan menjadi biaya variabel.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 40


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Penjelasan di atas dapat dicontohkan dengan sebuah mesin memiliki kapasitas produksi
100 unit per hari dengan total investasi Rp1.000.000,-. Dengan satu mesin pabrik
tersebut perusahaan memiliki kisaran relevan 100 sampai 200 unit produksi. Apabila
ingin menaikkan produksi menjadi 150 unit per hari maka pabrik harus menambah 1
mesin yang sama dengan tambahan investasi Rp1.000.000 sehingga biaya tetap menjadi
Rp2.000.000 yang akan konstan untuk memenuhi kapasitas produksi 101 – 200 unit per
hari sebagai kisaran relevan baru.Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Kisaran Relevan
Biaya tetap

30.000.000

20.000.000

10.000.000

0 50 100 150 200 250 300


Volume dalam jam

Perilaku Biaya (dalam kisaran relevan)


Biaya
Dalam Total Per-Unit
Biaya Variabel Total biaya variabel Biaya variabel perunit
meningkat dan menurun tetap
sebanding dengan
perubahan level aktivitas
Biaya Tetap Total biaya tetap tidak Biaya tetap perunit
dipengaruhi oleh berkurang seiring
perubahan dalam level peningkatan level aktivitas
aktivitas dalam kisaran dan meningkat seiring
range penurunan level aktivitas

Kisaran relevan dan biaya marginal merupakan konsep yang berkaitan.Biaya marginal
merupakan biaya tambahan (incremental) muncul dengan menghasilkan satu tambahan
unit output. Dengan demikian, biaya marginal tetap konstan sepanjang kisaran
relevan.Namun, kisaran relevan ada hanya untuk masa waktu tertentu.Oleh karena itu,
seluruh biaya merupakan variabel dalam jangka panjang.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 41


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

F. Hubungan antara Biaya Marginal dan Average Total Cost


Biaya total dari produksi (TC) terdiri atas total biaya tetap dan total biaya variabel.
TC = FC + VC
Average Total Cost (ATC) sama dengan jumlah biaya tetap rata-rata dengan biaya
variabel rata-rata.
ATC = TC ÷ Q
AFC = FC ÷ Q
AVC = VC ÷ Q
Q adalah kuantitas dari produk yang dihasilkan.
Setiap peningkatan dalam kurva biaya marginal (MC) akan selalu bersimpangan dengan
kurva ATC dan kurva AVC pada titik terendah (minimum) mereka.

Cost Relationships

Minimum ATC

Minimum AVC

Gambar 3.1
G. Rangkuman
Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi secara langsung terhadap volume produksi
seperti material langsung (direct material) dan biaya variabel bernilai konstan dalam
jangka pendek terlepas dari level produksi. Meskipun demikian, biaya variabel secara
total bervariasi langsung dan proporsional terhadap perubahan volume.

Biaya tetap bernilai tetap (tidak berubah) dalam jangka pendek terlepas dari level
produksinya. Misalnya, jumlah yang dibayarkan pada lini perakitan bernilai sama
meskipun produksinya berhenti sama sekali.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 42


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Biaya campuran (mixed cost) mengkombinasikan elemen-elemen biaya tetap dan biaya
variabel.Sebagai contoh, beban sewa kendaraan bisa terdiri atas fee tetap bulanan
ditambah dengan fee untuk penggunaan perkilometer sebagai biaya variabelnya.

H. Tes Formatif3
Soal Pilihan Ganda
1. Perusahaan menetapkan beban depresiasi (misalnya straight-line method) sebagai....
a. Biaya tetap (fixed cost)
b. Biaya campuran (mixed cost)
c. Biaya variabel (variable cost)
d. Semua jawaban salah
2. Jika perusahaan meningkatkan harga penjualan per-unit atas sebuah produ, maka
titik break-even point akan....
a. Meningkat
b. Menurun
c. Tetap
d. Semua jawaban salah
Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Biaya variabel perunit dan total biaya tetap akan bernilai konstan
jika level aktivitas meningkat dalam kisaran relevan.
2. Total biaya variabel berubah ketika terjadi perubahan level
aktivitas dalam kisaran relevan. Biaya perunit untuk biaya variabel
bernilai konstan untuk seluruh level aktivitas dalam kisaran
relevan. Sehingga peningkatan volume aktivitas dalam kisaran
relevan akan berdampak peningkatan total variable cost.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 43


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

I. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.

Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 44


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR IV
COST VOLUME PROFIT ANALYSIS

A. Pendahuluan
Analisis hubungan antara cost, volume, dan profit (CVP – Cost-Volume-Profit) sering kali
jugadisebut sebagai analisis titik impas (breakeven analysis). CVP analisis merupakan alat
bantu manajeruntuk memahami hubungan antara biaya (cost), volume, dan
profitdengan mengaitkan harga jual produk, volume produk, biaya variabel per unit,
biaya tetapdan juga bauran yang mungkin terjadi pada saat penjualan.

Analisis CVP yang tepat mampu membantu manejemen dalam mengambil keputusan
antara lain jumlah produksi yang akan dilakukan atau dijual, kebijakanharga jual, strategi
pemasaran yang akan digunakan, dan fasilitas-fasilitas produksi yangkemungkinan harus
diakuisisi atau dieliminasi. Manajemen juga akan memperoleh informasi mengenai
profit/loss yangakan diraih dengan membandingkan harga jual dengan biayanya, juga
kuantitas yang akan diproduksi dan dijual.

Dengan harapan memperoleh profit, manajemen fokus pada titik kritis yaitu titik impas
yang merupakan titik penentu dimana perusahaan akan mengalami kerugian. Selain itu
juga manajemen akanfokus pada bagaimana mensikapi biaya tetap yang selalu terjadi
setiap periode dengan atautanpa adanya penjualan.

Seluruh informasi dan tantangan ini akan terjawab dengan analisis hubungan antara
cost, volume, dan profit. Analisis CVP adalah metode sistematis yang menjelaskan
hubungan perubahan antara volume (output), hasil penjualan, biaya dan laba bersih.
Sebagai sebuah model dari hubungan-hubungan ini, analisis CVP menyederhanakan
kondisi yang sesungguhnya dihadapi oleh perusahaan dalam dunia usaha.

Sasaran analisis CVP adalah menetapkan apa yang terjadi terhadap posisi keruangan
perusahaan jika tingkat kegiatan atau volume produksi berfluktuasi. Analisis ini
didasarkan pada hubungan antara hasil penjualan, biaya dan laba dalam jangka pendek,
dimana output perusahaan dibatasi oleh kapasitas operasi yang ada pada saat itu. Dalam
jangka pendek, beberapa input yang bisa ditingkatkan dengan segera misalnya
tambahan bahan baku atau tenaga kerja unskilled. Sedangkan input berupa tenaga kerja

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 45


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

berpengalaman, tenaga kerja terampil, perluasan pabrik, penambahan mesin yang


sudah ada tidak akan bisa diadakan segera.

B. Asumsi
Analisis cost value profit mengasumsikan bahwa manajer dapat mengklasifikasi masing-
masing biaya apakah termasuk biaya variabel atau biaya tetap dan mengasumsikan
bahwa satu-satunya faktor yang mempengaruhi biaya adalah volume, dengan catatan
biaya tetap tidak berubah.

Mayoritas bisnis tidak bisa secara sempurna memenuhi asumsi ini jika
mempertimbangkan mayoritas bisnis menggunakan biaya campuran (mixed cost) dalam
perusahaannya, sehingga para manajer tidak menetapkan angka CVP secara tepat,
namun hanya dalam kisaran perkiraan.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam CVP lainnya adalah:


a. Hubungan cost dan revenue dapat diprediksi dan bersifat linier dalam aktivitas range
yang relevan.
b. Total variabel cost berubah secara proporsional dengan volume dalam range yang
relevan.
c. Perubahan dalam jumlah inventory misalkan hilang, menyusut, dan lainnya jika ada,
secara jumlah tidak signifikan
d. Biaya Tetap selalu konstan dalam range yang relevan dengan volume.
e. Harga jual dan kondisi pasar konstan
f. Tingkat produksi sama dengan tingkat yang terjual
g. Revenue dari bauran pemasaran konstan
h. Semua biaya baik yang tetap maupun yang Variabel dalam jangka waktu yang sesuai
akan memiliki sifat yang sama , namun apabila dianalisis dalam jangka waktu yang
lebih lama semua biaya sepertinya akan bersifat variabel.
i. Teknologi dan tingkat efisiensi produksi konstan
j. Pendapatan dan biaya akan bervariasi hanya disebabkan karena perubahan volume.
Volume merupakan satu-satunya pemicu (driver).
k. Titik impas berhubungan langsung dengan biaya dan kebalikannya berhubungan
dengan anggaran Margin of safety dan contribution margin.
l. Time value of money diabaikan.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 46


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Penggunaan asumsi-asumsi ini mengharuskan analisis CVP dilakukan dalam situasi


kepastian. Namun dalam pelaksanaannya pengambilan putusan dibuat dalam situasi
yang tidak pasti. Dalam hal ini probabilitas mengenai keragaman hasil yang akan diraih
dan juga sensitivitasnya sangat perlu dianalisis terutama dalam hal adanya
ketidakpastian.

C. Penentuan BEP Unit


Titik impas (break even point) adalah tingkatan dari output dimana pada titik tersebut
totalpendapatan sama dengan total biaya sehingga profit sama dengan Nol.Setiap
penambahan unit yang diproduksi di atas BEP akan menghasilkan operating income.
Penghitungan paling sederhana dalam menetapkan breakeven dalam unit adalah
dengan membagi biaya tetap dengan unit contribution margin (UCM).UCM sebanding
dengan harga penjualan dikurangi biaya variabel unit.

Titik ini bisa ditentukan dengan menggunakan analisis CVP memakai metode persamaan.
Model CVP diselesaikan dengan memasukkan nilai-nilai v, p, dan f. N ditetapkan sama
dengan nol kemudian menghitung nilai Q.

Sebagai permisalan, sebuah perusahaan manufaktur dalam memproduksi barang


membutuhkan biaya variabel $120, biaya tetap $2.000, margin kontribusi $80.Barang
tersebut dijual senilai $200/unit. Jika perusahaan manufaktur tersebut menjual 5 unit
produk, maka dengan persamaan akan ditemukanlaba operasi sebesar:

( ) ( )

Diketahui:
Q = penjualan perunit
v = biaya variabel perunit
f = total biaya tetap
p = harga perunit
N = laba operasi (tidak termasuk laba dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau tidak
berulang dan pajak penghasilan)

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 47


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Untuk mendapatkan nilai BEP, maka asumsikan N = 0, sehingga:

( ) ( )

Dengan mengasumsikan N = 0, maka titik impas adalah Q = 25 unit perbulan (300 unit
pertahun).

D. Penentuan BEP Dollar


Jumlah unit yang dijual, biaya variabel perunit, dan harga jual terkadang tidak diketahui
atau tidak praktis untuk ditentukan.Misalnya sebuah perusahaan memiliki banyak
produk dan ingin menentukan titik impas keseluruhan untuk semua produk secara
bersama-sama.Untuk itu, tidaklah praktis menentukan titik impas dalam unit setiap
produk, tapi dimungkinkan untuk menemukan titik impas dalam satuan dolar penjualan
semua produk. Kita menggunakan metode titik impas yang sedikit dimodifikasi, dengan Y
adalah titik impas dalam satuan dolar penjualan:
( ⁄ )
Dengan menggunakan prinsip aljabar, dapat kita lihat bahwa persamaan ini ekuivalen
dengan persamaan yang digunakan sebelumnya untuk titik impas berdasarkan unit,
tetapi Q digantikan oleh Y/p, yaitu jumlah penjualan adalah Y = Q x p. Dengan
menggunakan data ilustrasi contoh di atas, kita anggap bahwa kita belum tahu harganya
Rp75 dan biaya variabel perunit adalah Rp35, melainkan kita hanya mengetahui biaya
variabel total (Rp84.000) dan total penjualan (Rp180.000). kita bisa mendapatkan rasio
v/p = 0,4667 (Rp84.000/Rp180.000) dan menghitung titik impas dalam dolar:
( )

Contoh lain, rasio contribution margin perusahaan manufaktur adalah sebesar 66,667%
(US $0,40 ÷ US $0,60). Maka nilai breakeven point in dollars = Fixed costs ÷ CMR, yaitu
US $10,000 ÷ 0,66667. Perhitungan tersebut menghasilkan BEP in dollar sebesar US
$15,000.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 48


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

E. Margin of safety
Margin of safetymerupakan kelebihan atas penjualan yang diharapkan dibandingkan
penjualan break even.Karena itu Margin of safety menjadi “bantalan” bagi penurunan
penjualan yang mampu ditanggung perusahaan tanpa menderita kerugian. Dengan kata
lain, Margin of safety menunjukkan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum
perusahaan menderita kerugian.

Manager menggunakan Margin of safety untuk mengevaluasi risiko baik operasional


perusahaan yang sedang berjalan dan rencana mereka di masa depan. Sebagai
permisalan, Lab. Produa memiliki titik break even setelah 100 pengujian sampel. Dengan
asumsi bahwa Produa akan mampu melayani 350 pengujian sampel, maka Margin of
safety adalah:
Expected sales - Breakeven sales = Margin of safety sales
350 pengujian - 200 pengujian = 150 pengujian

Margin of safety sales X Sales price = Margin of safety in currency


150 pengujian X Rp100.000 = Rp20.000.000

Kegiatan pengujian (penjualan) Lab. Produa dapat turun sampai 150 pengujian atau
sebesar Rp20.000.000 sebelum menderita kerugian. Persentase Margin of safety (150
pengujian) pada Lab. Produa adalah sebesar 42,85% dari total expected sales (350
pengujian). Dengan cara lain, Margin of safety jika dinyatakan dalam persentase, maka
rumusnya:

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 49


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Metode Margin of safety akan berguna bagi perusahaan untuk menjaga agar penjualan
tidak turun melampaui titik aman. Berikut disajikan ilustrasi perbandingan dua margin
safety yang berbeda:

(Dalam Rupiah)
Penjualan 1.000.000 100% 1.000.000 100%
Biaya variabel 750.000 75% 600.000 60%
CM 250.000 400.000
Biaya Tetap 150.000 300.000
100.000 100.000
BEP Rp150.000 : 25% 600.000
BEP Rp300.000 : 40% 750.000

MS dalam rupiah
1.000.000 – 600.000 400.000
1.000.000 – 750.000 250.000

MS dalam persentase
400.000 : 1.000.000 40%
250.000 : 1.000.000 25%

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa Margin of safety opsi B lebih kecil dibandingkan
opsi A sehingga jika terjadi resesi maka perusahaan yang menggunakan opsi B akan lebih
cepat mengalami kerugian. Tetapi jika terjadi kenaikan penjualan, opsi B lebih baik
dibanding opsi A karena memiliki contribution margin yang lebih baik. Perusahaan yang
memiliki contribution margin tinggi dan biaya tetap rendah merupakan bentuk usaha
yang ideal dalam meraih keuntungan.

F. Target Operating Income


Maka perusahaan selain bisa memprediksi Break Even dimana Operating Income = 0,
makadapat juga digunakan sebagai sarana untuk menetapkan operating income yang
akan diraih.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 50


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Dengan adanya target operating income, maka perusahaan dapat memprediksi


padakuantitas berapa penjualan harus dilakukan berikut dengan upaya-upaya yang
harus dilakukan.

Ilustrasi:
Dengan menggunakan asumsi yang sama Harga Jual Per unit $ 0,60 dan biaya variabel
perunit $ 0,20 danbiaya tetap sebesar $ 10,000, apabila perusahaan mentargetkan
pendapatansebesar $ 2,000, berapa unit yang harus terjual.
Jawaban:
2,000 = 0,6Q – 0,2Q – 10,000
Q = 12,000 / (0,4) = 30,000 unit.

G. Target Net Income


Sejauh ini kita telah mengabaikan dampak pajak penghasilan dalam analisis CVP atau
biaya-volume-laba.Target laba yang ingin dicapai manajer dinyatakan dalam istilah laba
bersih pada rencana strategisnya, yaitu laba operasi dikurangi pajak penghasilan.Karena
manajemen puncak ingin agar para manajer di bawahannya memperhitungkan dampak
keputusannya terhadap laba operasi setelah pahak penghasilan dibayarkan.Beberapa
keputusan mungkin tidak berdampak besar terhadap laba operasi. Namun bisa jadi
keputusan itu dapat menurunkan pajak sehingga menarik dari sudut pandang laba
bersih sehingga berpengaruh terhadap dividen saham yang akan dibagikan dan
meningkatkan kemampuan pengembalian atas investasi.

Evaluasi atas laba bersih menggunakan CVP bagi target laba harus ditetapkan dalam
terminologi target laba bersih, bukan target laba operasi.Dapat dicontohkan, manajer
ingin mengethaui jumlah unit yang harus terjual untuk mendapatkan laba bersih sebesar
Rp960.000.000 dengan asumsi tarif pajaknya adalah 40%. Dengan menggunakan metode
persamaan:
Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap = Target laba operasi
Target laba bersih = (Target laba operasi) – (Target laba operasi x Tarif pajak)
Target laba bersih = (Target laba operasi) x (1 - Tarif pajak)

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 51


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Dengan melakukan substitusi atas target laba operasi, kita akan peroleh:

Dengan asumsi pendapatan 200.000.000, biaya variabel 120.000.000, dan biaya tetap
1.000.000.000, kita akan memperoleh hasil:

( ) ( )

( ) ( )
80.000.000 x Q = 2.600.000.000

Q = 20 per unit
Selain itu, kita juga bisa menggunakan metode marjin kontribusi dan persamaan
sebelumnya:

Jumlah unit output yang harus dijual =

Target laba operasi =

Maka:

Jumlah unit output yang harus dijual =

Dengan menggunakan angka pada contoh di atas, maka diperoleh hasil:

Jumlah unit output yang harus dijual = = 32,5 unit

H. Rangkuman
Break even point in sales dollars sama dengan biaya tetap dibagi dengan
contributionmargin ratio (CMR). CMR adalah rasio contribution margin terhadap harga
jual baik secara total maupun perunit.

Margin of safety adalah sebuah ukuran yang mengantisipasi risiko. Perusahaan


menghadapi ketidakpastian pendapatan.Disatu sisi terdapat titik impas sehingga margin
of safety merupakan tingkat penjualan yang di anggarkan di atas titik impas. Jika risiko
terjadi maka margin of safety adalah titik aman yang kritis dimana setelah titik aman ini
terlewati maka secara pasti perusahaan akan mengalami kerugian.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 52


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

I. Tes Formatif 4
Soal Pilihan Ganda
1. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap dalam produksi sebesar $450.000 dimana
$150.000 merupakan pembiayaan nontunai. Biaya variabel per uni sebesar $15 dan
harga penjualan perunit sebesar $25. Dari data tersebut, volume BEP dalam
penjualan adalah….
a. 18.000
b. 30.000
c. 45.000
d. 60.000
2. Jika pemerintah hendak meningkatkan tarif pajak untuk PPh Badan, hubungan
antara biaya setelah pajak dan volume penghasilan untuk perusahaan tunggal akan
ikut berubah sebagaimana berikut….
a. BEP akan meningkat
b. BEP akan menurun
c. Tidak ada perubahan dalam BEP
d. Tidak ada perubahan apapun dalam cost-volume-profit relationships
3. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap untuk produksinya sebesar $450.000
dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai.biaya variabel perunit sebesar
$15 dan harga penjualan perunit $25. BEP akan tercapai ketika penjualan adalah
sebesar….
a. 18.000 unit
b. 30.000 unit
c. 45.000 unit
d. 60.000 unit
4. Perusahaan retail menetapkan harga jual sebesar 60% dari biaya variabel. Sebagai
tambahan, perusahaan menggunakan harga jual yang sering diturunkan untuk
menstimulasi penjualan. Jika rata-rata penurunan tersebut adala 10%, maka berapa
contribution margin ratio perusahaan?
a. 27,5%
b. 30,6%
c. 37,5%
d. 41,7%

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 53


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

5. Sebuah perusahaan memiliki penjualan $500.000, biaya variabel $300.000 dan


pendapatan sebelum pajak $150.000. Jika perusahaan meningkatkan harga jual
perunit sebesar 10%, mengurangi biaya tetap 20%, dan biaya variabel tetap, maka
BEP in sales dollar yang baru adalah….
a. $88.000
b. $100.000
c. $110.000
d. $125.000
6. Strategi untuk menurunkan BEP umumnya adalah…
a. Meningkatkan baik biaya tetap maupun contribution margin
b. Menurunkan baik biaya tetap maupun contribution margin
c. Menurunkan baik biaya tetap dan meningkatkan contribution margin
d. Meningkatkan baik biaya tetap dan menurunkan contribution margin
7. Pada titik BEP, nilai contribution margin sama dengan…
a. Biaya variabel
b. Penjualan
c. Biaya penjualan dan administrasi
d. Biaya tetap
8. Dalam menggunakan CVP untuk menghitung unit yang diharapkan terjual (expected
unit sales) , manakah dari pilihan berikut yang sebaiknya ditambahkan pada biaya
tetap sebagai pembilang.
a. Prediksi kerugian operasional
b. Prediksi keuntungan operasional
c. Unit contribution margin (UCM)
d. Biaya variabel
9.
10. Jika biaya tetap suatu produk meningkat sementara biaya variabel dan harga
penjualan tetap, apa yang akan terjadi pada contribution margin dan BEP?
CM BEP
a. Meningkat Menurun
b. Menurun Meningkat
c. Tetap Increase
d. Tetap Tetap

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 54


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Peningkatan tarif pajak tidak berdampak pada BEP.
2. Perusahaan tidak akan berutang pajak jika tidak memiliki
keuntungan.
3. Contribution margin perunit akan lebih rendah jika tarif pajak
perusahaan lebih besar (meningkat), kondisi ini berlaku untuk
seluruh perusahaan yang operasinya berada di atas level BEP.
4. Break even volume dalam penjualan unit sama dengan biaya tetap
dibagi dengan cotribution margin unit.
5. Meningkatkan biaya tetap tidak akan mengubah titik BEP.
6. Menurunkan contribution margin tidak berdampak pada BEP.
7. BEP in dollar sama dengan biaya tetap dibagi dengan rasio
contribution margin.
8. Meningkatkan biaya tetap dan menurunkan contribution margin
akan berdampak pada peningkatan BEP.
9. Biaya variabel dan penjualan (sales revenue) digunakan untuk
menetapkan nilai contribution margin.
10. BEP sama dengan biaya tetap dibagi dengan unit contribution
margin (UCM) yang dihasilkan dari harga jual minus biaya variabel
perunit. Konsekuensinya, jika ada penambahan biaya tetap tidak
akan berdampak pada contribution margin namun mengakibatkan
peningkatan BEP.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 55


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

J. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila
hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila
ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali
materi yang terkandung dalam modul ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 56


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR V
BIAYA RELEVAN

A. Pendahuluan
Berkaitan dengan kapasitas atau volume yang dimiliki perusahaan, dalam satu saat
terdapatkondisi adanya space atau kapasitas yang tidak tergunakan karena perusahaan
beroperasisaat ini belum memanfaatkan semaksimal mungkin kapasitas yang tersedia.
Penyebabperusahaan beroperasi di bawah kapasitas maksimal dapat beragam, seperti
kondisi pasarmemang belum sepenuhnya menyerap produksi perusahaan, skala
ekonomis perusahaanakan terlewati jika beroperasi lebih dari kapasitas optimum, dan
sebab lainnya. Untuk ituperusahaan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan excess
capacity denganmenggunakan analisis marginal (analisis diferensial atau analisis
incremental).

Untuk pemanfaatan kapasitas yang berlebih ini perusahaan menghadapi berbagai


pilihanatau alternatif yang masing-masing alternatif memiliki karakteristik potensi
pendapatan danjuga cost yang harus ditanggung untuk setiap alternatif.

B. Analisis Diferensial/Analisis Inkremental/Decision Model


Analisis diferensial atau analisis inkremental ini bertujuan untuk melakukan analisis dan
evaluasi atas berbagai pilihan (alternatif) yang tersedia untuk kemudian dipilih satu
alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Dalam bahasa lain disebutkan
teknik ini sebagai model pengambilan keputusan (decision model). Decision model
adalah metode formal dalam pembuatan keputusan yang sering kali menggunakan
analisis kuantitatif dan kualitatif.

Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan asumsi dalam bentuk angka-angka
yang kemudian dimasukkan dalam satu model perhitungan yang dapat diterima secara
umum.Pada setiap alternatif bisa jadi memiliki model perhitungan yang berbeda. Namun
pada akhirnya akan dihasilkan simpulan yang sama tiap alternatif yaitu berapa nilai atau
profit yang dapat dihasilkan dari alternatif tersebut. Kemudian untuk mengantisipasi hal-
hal yang tidak terjangkau dalam asumsi berbentuk numerik dituangkan dalam analisis
kualitatif seperti karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki, dan
sejenisnya.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 57


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Tahapan analisis:

Identifikasi Problem, Ketidakpastian,dan


Peluang

Memperoleh informasi yang dibutuhkan


model

Pembuatan prediksi untuk setiap alternatif

Pengambilan keputusan di antara alternatif

Implementasi keputusan, evaluasi, penilaian,


dan pembelajaran

Gambar 5.1.

C. Biaya Relevan (Relevant Cost)


Atas analisis di atas disebutkan bahwa dalam setiap alternatif terdapat potensi
pendapatan dan juga potensi biaya, secara teoritikal hal ini disebut sebagai biaya relevan
(relevant costs). Relevan cost adalah biaya masa depan yang diharapkan, dan selain ada
biaya, juga mengandung penerimaan relevan (relevant revenue) yaitu pendapatan yang
akan diharapkan diterima di masa depan. Baik biaya relevan dan juga penerimaan
relevan akan berbeda untuk tiap alternatif.
Revenue atau biaya yang tidak memiliki kaitan atas pelaksanaan satu alternatif
disebutkan sebagai sesuatu yang tidak berhubungan (irrelevant).

Prasyarat suatu relevant revenue dan relevant cost antara lain:


1. Terjadi di masa depan (occur in the future) – setiap keputusan akan
ditetapkanberdasarkan hasil yang diharapkan terjadi dimasa depan
2. Terdapat perbedaan antara berbagai alternatif yang tersedia (differ among
thealternatives course of action) – Jika tidak ada perbedaan antara revenue dan
costdari berbagai alternatif maka tidak akan ada pilihan, namun karakteristiknya
adalah setiap alternatif membawa konsekuensi pendapatan dan biaya yang berbeda.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 58


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Untuk lebih memahami tentang biaya relevan, akan diilustrasikan dengan data produksi
suatu perusahaan berikut ini:
 Direct material 2,00
 Direct labor 3,00
 Variabel overhead 0,50
 Fixed overhead 0,50
 Total cost per unit 6,00
Dengan cost per unit 6.00, umumnya perusahaan menjual produk dengan harga jual 10.
Jika terdapat special order (order khusus yang bersifat tambahan) sebesar 5.60 per unit,
apa yang harus perusahaan sikapi atas order special ini?
1. Perusahaan akan menolak karena harga special order di bawah dari rata-rata
biayaproduksi yang mencapai $ 6.00/unit. Keputusan menolak merupakan
keputusanyang tepat jika saat ini perusahaan telah berproduksi pada tingkat
kapasitasmaksimal, atau jika kapasitas yang idle dan tersedia lebih kecil dari
kebutuhanspecial order tersebut.
2. Namun jika masih tersedia kapasitas yang idle maka perusahaan harus
menerimaspecial order ini karena dengan tawaran harga sebesar $ 5.60 masih di
atas biayaproduksi variabel dengan total $ 5.50 (profit special $ 0.10/unit).
3. Biaya yang relevan dalam evaluasi special order adalah fokus pada biaya
variabelyang dipastikan akan terjadi karena tambahan produksi. Biaya tetap menjadi
tidakrelevan selama tidak ada penambahan alat produksi yang baru. Seluruh biaya
tetaptelah diserap oleh produksi normal sehingga produksi special tidak
lagimemperhitungkan biaya tetap. Namun jika terdapat penambahan alat produksi
yangberarti di atas kapasitas normal perhitungannya harus dihitung ulang.
4. Perhitungan biaya produksi variabel sebesar $ 5.50 dan kapasitas masih tersedia
danidle akan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai tawaran dari pesaing
dimanaharga pesaing akan dapat perusahaan kalahkan jika harga yang ditawarkan
masih diatas $ 5.60 atau bahkan $ 5.50.

D. Model Biaya Relevan Lain


1. Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri
Perusahaan dalam situasi normal seharusnya memanfaatkan sumber daya yang ada
dan tersedia di perusahaan daripada membeli dari luar untuk sebuah kebutuhan

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 59


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

yang secara teknis perusahaan mampu membuat sendiri atau mengerjakan sendiri
(untuk jasa).

Namun untuk memberikan dasar yang memadai dalam pengambilan keputusan


maka secara internal manajemen harus melakukan analisis membandingkan biaya
yang diperlukan jika dikerjakan sendiri dengan biaya yang harus dikeluarkan jika
membeli/mengadakan dari luar perusahaan. Saat ini kecenderungan untuk
menyerahkan sebagian urusan kepada pihak ketiga telah menjadi suatu praktek
bisnis yang lazim. Sejumlah jasa yang umumnya dioutsorce ke pihak ketiga antara
lain penanganan pengelolaan informasi yang terkomputerisasi, layanan jasa hukum,
jasa akuntansi, jasa internal audit, ataupun pelatihan. Kecenderungan ini sudah
dipastikan telah melalui proses perbandingan antara biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan lebih tinggi jika dikerjakan sendiri daripada biaya yang harus dikeluarkan
ke pihak ketiga.

Beberapa hal yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan kajian
perbandingan antara make-or-buy decision antara lain:

 Variabel utama dalam analisis ini adalah hanya biaya yang relevan dan
tidakseluruh biaya
 Sunk cost atau biaya yang sudah tertanam sudah tidak lagi relevan misalkanbiaya
tahun lalu tidak lagi dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalammenganalisis make or buy decision tahun ini.
 Biaya yang tidak berbeda dalam dua alternatif harusnya diabaikan karena
tidakrelevan dalam pengambilan keputusan karena alternatif make atau
alternatif buybiaya ini sudah pasti terjadi
 Opportunity cost menjadi bahan pertimbangan jika idle capacity tidak tersedia.
Contoh:
Perusahaan furniture memiliki kebutuhan untuk furniture internal kantor karena
perluasan kantor yang sedang dilakukan. Berikut ini analisis data-data yang relevan
jika kebutuhan furniture ini dikerjakan di workshop sendiri atau beli dari supplier
lain. Perusahaan memiliki kalkulasi biaya memproduksi sebesar $ 15 dan jika
membeli dari luar ada supplier yang menawarkan sebesar $ 13.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 60


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Membuat Membeli
Total Variable cost $10
Allocation fix cost $5
Total unit cost $15 $13
Berdasarkan data di atas maka perusahaan lebih baik membeli dari luar dari pada
memproduksi sendiri karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada
memproduksi sendiri.

2. Capacity Constraint dan Product Mix


Analisis marginal juga dapat diterapkan pada pengambilan keputusan dalam hal
produk dan jasa yang dijual memiliki keterbatasan.Sebagai contoh jika perusahaan
dapat menjual sebanyak yang diproduksi namun memiliki keterbatasan dalam hal
sumber daya, maka keputusan yang harus di ambil adalah memaksimalkan margin
kontribusi per unit dalam sumber daya yang terbatas. Jika terdapat keterbatasan
yang lebih dari satu misalkan dalam kombinasi antara sumber daya yang dibutuhkan
untuk produksi maka hasil optimal akan dapat dinilai dengan menggunakan bantuan
teknik linear programming.

Linear programming merupakan suatu model umum yang digunakan dalam


pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal.
Misalnya, suatu keadaan dimana bagian produksi perusahaan dihadapkan pada
masalah penentuan tingkat produksi masing-masing jenis produk dengan
mempehatikan batasan faktor-faktor produksi seperti mesin, tenaga kerja, bahan
menta, dan lain sebagainya untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau
biaya minimal.

Fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran di dalam permasalahan LP yang


berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya – sumber daya, untuk
memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 61


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Gambar 5.1.
Gambar di atas menunjukkan area daerah penyelesaian (feasible region).

3. Divestasi
Keputusan divestasi adalah lawan dari analisis mengenai capital budgeting yang
telah dibahas dalam bab sebelumnya. Keputusan divestasi bisa berupa penghentian
operasi, penghentian produksi satu atau lebih jenis produk, penghentian atau
perubahan segmen bisnis, penutupan cabang, dan lainnya.

Keputusan melakukan divestasi mutlak diambil dalam hal marginal cost dari proyek
yang akan didivestasi lebih besar daripada marginal revenuenya. Atau dengan kata

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 62


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

lain biaya untuk menyelenggarakan lini bisnis ini lebih tinggi dari pada pendapatan
yang berhasil diraih.

Tahapan yang harus diambil dalam proses keputusan divestasi:


a. Identifikasi fix cost yang melekat yang akan dihindari pada project tersebut
b. Menentukan pendapatan yang dibutuhkan untuk menjustifikasi kelanjutan
operasi. Jumlah pendapatan yang harus dihasilkan setidaknya sama dengan
dengan biayayang dibutuhkan untuk kelanjutan operasi.
c. Menentukan opportunity cost dari dana yang diterima hasil divestasi.
d. Menentukan apakah nilai carrying asset sama dengan nilai ekonomisnya.

4. Keputusan Penjualan atau Produksi


Perusahaan yang memiliki proses produksi khususnya yang memerlukan sejumlah
tahapan memiliki potensi untuk dapat menjual produk di tengah flow process dan
market untuk produk yang belum jadi ini tersedia. Dalam situasi ini perusahaan
dapat menentukan apakah melanjutkan proses produksi menjadi produk akhir atau
menjual di tengah proses.

Dalam proses ini parameter yang digunakan adalah perusahaan memiliki alternatif
menguntungkan untuk menjual ditengah proses apabila revenue yang dihasilkan
lebih tinggi dari pada cost yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses produksi
ditambah dengan laba yang umumnya diterima.

E. Tes Formatif 5
Soal Pilihan Ganda
1. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual oleh
perusahaan retailer:
Harga beli US $4.95
Beban penjualan variabel US $2.00
Beban administrasi variabel US $1.00
Biaya tetap US $7,500
Penjualan yang diharapkan/tahun 5,000 units

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 63


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Menggunakan pendekatan kontribusi dalam penetapan harga, manakah harga


berikut yang merupakan harga terendah yang dapat dibebankan pada jangka
pendek?
a. $5
b. $7
c. $8
d. $9
2. Ketika menerapkan pendekatan cost-benefit untuk pengambilan keputusan, kriteria
utama adalah bagaimana tujuan manajemen dapat dicapai dalam hubungannya
dengan biaya. Biaya-biaya tersebut termasuk juga…
a. Biaya variabel untuk program tindakan namun tidak diharapkan biaya tetap
karena hanya biaya variabel diharapkan yang relevan.
b. Biaya incremental out-of-pocket seperti halnya expected continuing cost yang
biasa menjadi alternatif program tindakan.
c. Biaya masa depan yang berbeda antar tindakan ditambah dengan faktor-
faktor kualitatif yang tidak terukur secara nominal.
d. Biaya historis dan biaya masa depan yang terkait dengan program tindakan
termasuk di dalamnya seluruh faktor kualitatif yang tidak dapat diukur secara
nominal.
3. Sebuah perusahaan memproduksi dan menjual 100,000 unit komponen dengan
variable cost perunit sebesar $20. Dari proses produksi, diketahui terdapat 1.200
produk tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sehingga muncul biaya
tambahan untuk pengulangan sebesar $12 per unit. Produk yang diproses ulang
(reworked)tersebut dijual dengan harga $45/unit, sedangkan produk berkualitas
prima dijual seharga $50/unit. Jika perusahaan telah menerapkan progran quality
assuranceuntuk memastikan seluruh unit diproduksi sesuai spesifikasi, peningkatan
dalamcontributionmargin untuk komponen tersebut menjadi…
a. $14.400
b. $20.400
c. $21.600
d. $39.600
4. Produksi sebuah entitas tiap tahun telah melampaui batas produksi (kaitannya
dengan properti, instalasi, dan peralatan produksi). Jika dalam satu tahun aset-aset
tersebut hanya digunakan untuk produksi dengan kapasitas 80% dari seharusnya

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 64


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

dan level penjualan pada tahun tersebut sebesar $2 million. Full capacity sales level
adalah sebesar….
a. $1.600.000
b. $2.000.000
c. $2.500.000
d. $10.000.000
5. Ketika mempertimbangkan pesanan khusus yang akan memungkinkan perusahaan
untuk memanfaatkan kapasitas menganggurnya (idle capacity), manakah dari pilihan
biaya berikut yang irrelevant?
a. Material
b. Depresiasi
c. Tenaga kerja langsung
d. Overhead manufaktur
6. Sebuah perusahaan membuat dan menjual produk tunggal yang membutuhkan 2
jam mesin/unit. Penjualan tahunan diharapkan sebesar 75.000 unit. Kapasitas
produksi tahunan sebear 200.000 jam (machine hour). Harga jual yang diharapkan
$10.unit. data biaya untuk proses manufaktur dan penjualan produk adalah sebagai
berikut:
Biaya variabel (perunit)
Direct material $3,00
Direct labor $1,00
Variabel manufacturing overhead $0,80
Variable selling $2,00
Biaya tetap (pertahun)
Fixed manufacturing overhead $90.000
Fixed selling $60.000
Perusahaan menerima pesanan khusus sebanyak 10.000 unit dengan harga
$7,60/unit. Biaya variable selling sebesar $1,20/unit. Pesanan khusus ini tidak akan
mempengaruhi penjualan reguler yang sebesar 75.000 unit. Jika perusahaan
menerima pesanan khusus ini, maka profit akan….
a. Meningkat $8.000
b. Meningkat $16.000
c. Menurun $4.000
d. Menurun $12.000

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 65


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

7. Menggunakan data di atas, jika harga penjualan diturunkan menjadi $9,30/unit


maka penjualan diharapkan menjadi 90.000 unit pertahun. Jika biaya tetap dan
variabel tidak berubah, maka profit akan menjadi….
a. Menurun $5.000
b. Menurun $15.000
c. Menurun $45.000
d. Meningkat $15.000
8. …
a.
b.
c.
d.
9. ….
Job-order costing Operation Costing Process costing
a. Auto repair Clothing manufacturer Oil refining
b. Loan processing Drug manufacturing Custom printing
c. Custom printing Paint manufacturing Paper manufacturing
d. Engineering design Auto assembly Motion picture production

Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Perusahaan retailer tidak akan mengalami kerugian tambahan jika
harga yang ditetapkan telah menutup biaya incremental, yaitu
biaya variabel.
2. Dalam jangka pendek, biaya tetap merupakan sunk cost yang akan
tetap muncul meskipun proses produksi tidak berjalan.
3. Historical cost tidak relevan dengan analisis cost-benefit karena
merupakan cost.
4. Terdapat asumsi bahwa seluruh biaya tetap dan biaya variabel unit
dari direct material, direct labor, dan overhead manufaktur
variabel tidak dipengaruhi dengan adanya pesanan khusus.
5. Karena pabrik telah melewati kapasitas produksi dan penjualan
tidak terdampak, harga minimum yang ditetapkan di atas variabel
cost unit dapat diterima.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 66


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas.Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 67


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR VI
PROCESS COSTING
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 6, peserta diharapkan mampu untuk
mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode
penganggaran weighted-average dan mempersiapkan jurnal entri serta
mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode FIFO serta
jurnal entri terkait.

A. Pendahuluan
Job order costing dan process costing adalah dua metode biaya yang digunakan dalam
menetapkan biaya produk (unit product cost).Sistem job-order costing digunakan ketika
dalam satu periode, perusahaan mengerjakan banyak tugas atau memproses produk
yang beragam.Contoh adalah industri yang menggunakan penganggaran job-order
meliputi pabrik furnitur, percetakan atas pemesanan khusus (special-order), galangan
kapal, dan banyak lagi.

Sebaliknya, process costing adalah metode yang umum digunakan dalam industri
dimana material mentah (raw material) dikonversi ke dalam produk-produk sejenis,
misalnya batu bata, soda, atau kain, secara terus-menerus. Contoh perusahaan yang
menggunakan sistem process costing antara lain PT. Timah, PT. Gula Tani Nirmala, PT.
Semen Gresik. Process costing mungkin juga digunakan dalam peralatan yang
memproduksi gas (contoh: PGN), listrik (PLN), dan air minum (PDAM).
Bab ini akan menjelaskan bagaimana penganggaran produk dijalankan dalam sistem
process costing.

B. Kegunaan Process Costing


Akuntansi biaya proses (process cost) menetapkan biaya-biaya ke barang persediaan
atau jasa. Kondisi tersebut diaplikasikan ke produk-produk yang relatif homogen dan
diproduksi massal secara berkesinambungan, misalnya produk minyak, benang, dan
monitor komputer.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 68


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Daripada menggunakan jurnal pembantu untuk menelusuri pekerjaan spesifik (specific


job), proses costing umumnya menggunakan akun work-in process yang menjadi output
produksi untuk masing-masing departemen.
Process costing menghitung biaya rata-rata dari seluruh unit sebagai berikut:
1. Biaya diakumulasikan untuk obyek biaya yang terdiri atas sejumlah besar barang-
barang/jasa sejenis.
2. Work-in process dinyatakan dalam bentuk unit ekuivalen.
3. Biaya unit ditetapkan.

C. Perbandingan antara Job-Order Costing vs Process Costing


Dalam beberapa hal, process costing memiliki kesamaan dengan job-order costing, dan
sebaliknya bisa sangat berbeda. Pada bagian ini, akan dipelajari persamaan dan
perbedaan sebagai pondasi pemahaman dan diskusi lebih jauh tentang process costing.
1. Persamaan antara Job-Order dengan Process Costing
Persamaan antara Job-Order dengan Process Costing dapat dirangkum sebagai
berikut:
a. Kedua sistem memiliki persamaan tujuan dasar, yaitu menetapkan biaya
material, labor, dan manufacturing overhead ke dalam produk dan menyediakan
mekanisme untuk menghitung biaya produk unit.
b. Kedua sistem menggunakan dasar akun-akun manufaktur yang sama, meliputi
Manufacturing Overhead, Raw Material, Work in Process, dan Finished Goods.
c. Aliran biaya ke dalam akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk kedua
sistem tersebut.
2. Perbedaan antara Job-Order dan Process Costing
Terdapat tiga perbedaan antara job-order dan process costing:
a. Process costing digunakan ketika perusahaan secara terus menerus
memproduksi barang yang tidak dapat dibedakan satu sama lain. Job-order
costing digunakan ketika sebuah perusahaan memproduksi beragam pekerjaan
yang memiliki kebutuhan produksi yang unik atau berbeda-beda.
b. Dalam process costing, tidak akan bisa dilakukan identifikasi biaya material,
labor, maupun overhead dengan permintaan konsumen secara terpisah
(sebagaimana dilakukan dalam job-order costing). Dengan demikian, process
costing mengakumulasikan biaya dari tiap departemen dan menetapkan biaya
tersebut secara seragam pada seluruh unit yang melewati departemen terkait

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 69


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

selama periode produksi. Sedangkan job-order sheet yang digunakan dalam job-
prder costing tidak digunakan untuk mengakumulasikan biaya.
c. Sistem proces costing menghitung biaya perunit tiap departemen. Hal tersebut
berbeda dengan job-order costing yang menghitung berdasarkan job
menggunakan job cost sheet.
Job-Order Costing Process Costing
1. Many different jobs are worked on 1. A single product is produced either
during each period, with each job on a continuous basis or for long
having different production periods of time. All units of product
requirements. are identical.
2. Costs are accumulated by individual 2. Costs are accumulated by
job. department.
3. Unit costs are computed by job on 3. Unit costs are computed by
the job cost sheet. department.

D. Akumulasi Biaya
Akumulasi biaya dalam sistem process costing dihitung berdasarkan departemen
daripada proyek.Hal ini merefleksikan proses manufaktur yang secara nature bersifat
homogen dan berlangsung terus menerus. Input fisik yang dibutuhkan dalam proses
produksi diperoleh dari supplier. Material langsung dimasukkan dalam departemen yang
awal melakukan proses produksi. Produk beralih dari satu departemen ke departemen
berikutnya.Departemen kedua memasukkan material langsung tambahan dan biaya-
biaya konversi tambahan.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 70


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Ketika proses sudah selesai pada departemen terakhir, seluruh biaya ditransfer ke
finished good. Seiring produk dijual, penjualan dicatat dan biaya-biaya ditransfer ke Cost
of Good Sold (COGS). Perubahan atas akun-akun tersebut selama periode produksi dapat
dirangkum sebagai berikut:
Raw Material Work-in Process Finished Good
Inventory (RM) Inventory (WIP) Inventory (FG)
Beginning RM Beginning WIP Beginning FG
Purchase of RM Convertion Cost Cost of Good
Manufactured
(Ending RM) Raw Material Used (Ending FG)
(Ending WIP)
Raw Material Used COGM COGS

E. Equivalent Unit of Production (EUP)


Pada akhir periode umumnya terdapat unit yang belum selesai melalui proses produksi
(setengah jadi). Untuk memperhitungkan biaya yang melekat dalam produk setengah
jadi tersebut, dilakukan penetapan ulang unit/produk yang sudah memenuhi equivalent
unit of production (EUP). EUP adalah jumlah dari barang jadi yang telah diproduksi dari
material input dalam satu periode. EUP untuk direct material atau conversion cost
adalah jumlah dari direct material atau conversion cost yang dibutuhkan untuk
melengkapi satu unit fisik produksi (produk jadi). Contohnya seribu unit WIP, telah
dilengkapi dengan 80% direct material dan 60% conversion cost, akan
merepresentasikan 800 EUP dari direct material (1.000 x 80%) dan 600 EUP dari
conversion cost (1.000 x 60%).

EUP conversion membutuhkan penetapan unit ekuivalen dan penghitungan biaya


perunit. Dua kalkulasi tersebut dibuat terpisah untuk direct material dan conversion
cost. Conversion cost diasumsikan muncul seragam. Biaya masukan dari departemen
sebelumnya (transferred-in cost) didefinisikan sebagai barang 100% lengkap dari
departemen sebelumnya. Biaya transferred-in dari departemen sebelumnya termasuk
dalam penghitungan EUP di departemen kedua. Biaya ini diperlakukan sama dengan
direct material yang dimasukkan dalam awal periode.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 71


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Aliran kuantitas aktual dari produksi didasarkan pada formula berikut:


Beginning WIP + Units started this period = Unit transferred out (completed) + Ending
WIP
Dua metode dalam emnghitung EUP adalah metode weighted average dan FIFO.
Menggunakan metode weighted-average, unit WIP awal diperlakukan sama dengan unit
yang baru mulai diproses sampai dengan lengkap di periode berjalan. Metode ini
merata-rata biaya dari WIP awal dengan biaya produksi periode berjalan. Penghitungan
EUP dengan weighted-average method adalah:
( ) ( )

biaya EUP menggunakan metode weighted-average dihitung dengan formula:

Sedangkan dengan metode First-In First-Out (FIFO), WIP awal harus ditinggalkan karena
hanya biaya yang muncul pada periode berjalan yang dipertimbangkan.EUP duhasilkan
selama periode berjalan didasarkan pada pekerjaan yang diselesaikan pada periode
berjalan. Cara menghitung EUP menggunakan FIFO adalah sebagai berikut:
( ) ( )

Catatan: unit started and completed during current period sebanding dengan (unit
started – WIP akhir)
Versi lain dari penghitungan di atas adalah:
( ( ))

Biaya per EUP menggunakan FIFO dihitung dengan formula:

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 72


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Setelah unit ekuivalen dihitung, biaya perunit menggunakan masing-masing metode


dapat diperoleh.
1. Menggunakan metode weighted-average, seluruh direct material dan conversion
cost yang muncul do periode berjalan dan WIP awal dirata-ratakan.
Contoh:

Total unit cost menggunakan weighted-average adalah $8,08 + $6,19 = $14,27.


2. Menggunakan metode FIFO, hanya biaya yang timbul di periode berjalan yang
dimasukkan dalam perhitungan:

Total unit cost menggunakan FIFO adalah $6,63 + $5,62 = $12,25.


Ketika nilai WIP awal sama dengan nol, maka kedua metode akan menunjukkan hasil
yang sama.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 73


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

F. Aliran Biaya dalam Process Costing


Berikut adalah penjelasan tentang aliran biaya manufaktur menggunakan sistem process
costing.

1. Aliran Biaya Material, Labor, dan Overhead


Akumulasi biaya lebih sederhana disajikan dalam sistem process costing
dibandingkan dengan job-order costing. Berikut diilustrasikan aliran biaya
menggunakan T-Account,

Raw Material

Wages Payable

Manufacturing
Overhead

Work in Process- Work in Process-


Departemen A Departemen B
XXX
XXX XXX

Cost of Goods Sold Finished Goods


XXX XXX

Terdapat beberapa poin utama antara lain: Pertama, pastikan bahwa akun WIP yang
terpisah-pisah pada beberapa departemen tetap dikelola dengan konsisten. Kedua,
pastikan bahwa produk yang telah selesai pada pemrosesan awal pada Departemen
A ditransfer ke akun WIP pada Departemen B dan selanjutnyaWIP yang diproses di
Departemen B akan ditransfer ke Finished Goods.

Pada akhirnya, biaya material, labor, dan overhead akan dapat dimasukkan pada
masing-masing departemen, tidak hanya di proses awal saja.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 74


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

2. Jurnal Biaya Material, Labor, dan Overhead


Sebagaimana dalam job-order costing, material dambil dari gudang penyimpanan
menggunakan form permintaan material. Material dapat dimasukkan di seluruh
departemen pemrosesan dengan beberapa departemen menambahkan hanya biaya
labor dan biaya overhead sebagai unit yang komplit meskipun prosesnya terpisah-
pisah.

Berikut akan disajikan penjurnalan yang dilakukan oleh masing-masing departemen,


seperti perumusan (RnD), pembotolan. Jurnal penggunaan material yang dibuat
pada Departemen perumusan adalah sebagai berikut:
Work in Process—Formulating ............................................................................ XXX
Raw Materials .......................................................................................... XXX
Jurnal yang dibuat pada departemen pembotolan adalah sebagai berikut:
Work in Process—Bottling ................................................................................... XXX
Raw Materials .......................................................................................... XXX
Sedangkan jurnal untuk mencatat penggunaan biaya labor pada departemen RnD:
Work in Process—Formulating ............................................................................ XXX
Salaries and Wages Payable .................................................................... XXX
Begitu juga dengan Departemen bottling akan dilaksanakan penjurnalan serupa.
Terakhir penjurnalan untuk mencatat penggunaan biaya labor pada departemen
RnD:
Work in Process—Formulating ............................................................................ XXX
Manufacturing Overhead ......................................................................... XXX
Begitu juga dengan Departemen bottling akan dilaksanakan penjurnalan serupa.

3. Penyelesaian Aliran Biaya


Begitu proses produksi telah diselesaikan dalam departemen, unit produksi
ditransfer ke departemen berikutnya untuk proses lanjutan.

G. Produk Cacat dan Sisa


1. Normal spoilage muncul dalam kondisi operasi normal yang tidak dapat dikendalikan
dalam jangka pendek. Dalam rangka efisiensi maka barang cacat normal ini
diperlakukan sebagai biaya produk (cost product), yang tentu saja masuk dalam
biaya barang yang dihasilkan.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 75


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

2. Abnormal spoilage tidak diharapkan terjadi dalam kondisi normal atau kodisi
operasional yang efisien. Barang cacat ini diperlakukan sebagai period cost
(kerugian).
3. Scrap terdiri atas material sisa dari proses produksi. Jika scrap dijual, akan
mengurangi factory overhead. Jika material sisa ini dibuang, maka akan
ditambahkan dalam biaya barang yang dihasilkan.

H. Rangkuman
Process costing adalah penentuan harga pokok yang digunakan dalam situasi dimana
produksi hanya melibatkan satu produk tunggal saja dan dibuat dalam satu jangka waktu
yang lama secara sekaligus. Beberapa contoh industri yang akan menggunakan
penentuan harga pokok proses (process costing) ini meliputi perusahaan manufaktur
semen, tepung, bensin dan perusahaan yang menghasilkan bahan baku lainnya.
Karakteristik industri ini pada dasarnya menghasilkan produk homogen yang mengalir
secara merata melalui proses produksi secara terus menerus. Process costing adalah
metode yang mengumpulkan biaya dalam suatu operasi tertentu atau departemen
tertentu selama suatu periode penuh dan selanjutnya membagi total dengan jumlah
satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan.

Sistem ini digunakan untuk proses produksi dengan produk yang sama secara massal dan
dilakukan secara terus menerus. Karakteristik process costing antara lain:
1. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen furniture
massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian pemotongan, bagian
finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada perusahaan konveksi yang
memproduksi pakaian secara massal.
2. Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya produksi
per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua metode seperti rata-
rata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi dalam biaya dalam tahapan
proses produksi.
3. Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka untuk
proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit ekuivalen yaitu
menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai sehingga proses
analisis bisa dilakukan.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 76


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

I. Tes Formatif 6
Soal Pilihan Ganda
1. Sebuah perusahaan agensi periklanan melayani klien dalam lingkup luas meliputi
pabrik, restoran, bisnis jasa, swalayan, dan industri retail. Sistem akuntansi yang
cocok untuk diadopsi oleh agensi iklat tersebut terkait pencatatan dan penghitungan
biayanya adalah…
a. Job-order costing
b. Operation costing
c. Relevant costing
d. Process costing
2. Sebuah perusahaan melakukan sendiri proses panen, pengemasan, dan pengiriman
atas produknya. Perusahaan mengoperasikan tiga lini pengemasan yang tidak
memiliki persediaan awal dan berikut adalah data persediaan yang telah selesai
diproduksi:
Beban gaji pegawai pengemasan $150,000
Beban gaji supervisor pengemasan 90,000
Beban gaji pegawai Quality control 30,000
Beban kotak kemasan 15,000
Beban listrik 3,000
Beban penyusutan 66,000
Biaya akumulasi dalam pengemasan akan diakumulasikan per-bagian dengan
a. Mencatat beban gaji per job kategori pegawai.
b. Menghitung beban depresiasi.
c. Menerbitkan laporan keuangan bulanan.
d. Meramalkan kekurangan material bulanan.
3. Menggunakan data di nomor 3 di atas, pada akhir periode pelaporan, 600.000 unit
telah dikemas dan dikirimkan. Tidak ada persediaan yang masih tersisa di gudang.
Jika perusahaan menggunakan process costing, maka cost per unit menjadi…
a. $0,197
b. $0,275
c. $0,315
d. $0,590

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 77


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

4. Sebuah perusahaan jasa peralatan kantor melayani dua jalur, mengirimkan pegawai
ke kantor pelanggan untuk memperbaiki peralatan atau pelanggan membawa
peralatan yang rusak ke tempat kerja perusahaan tersebut untuk diperbaiki. Metode
pembiayaan yang tepat untuk perusahaan tersebut adalah…
e. A job-order costing system.
f. An activity-based costing system.
g. A process costing system.
h. An operation costing system.
5. Perusahaan yang berkarakter memproduksi produk homogen umumnya akan
menggunakan metode berikut dengan tujuan merata-ratakan biaya dan
menyediakan data biaya-unit kepada manajemen. Metode yang manakah itu?
a. Job-order costing.
b. Direct costing.
c. Absorption costing.
d. Process costing.
6. Sebuah perusahaan memproduksi dua merk produk yang dipasarkan secara grosir
dan ke pelanggan besar. Manakah di bawah ini yang merupakan jenis sistem costing
terbaik untuk digunakan perusahaan tersebut?
a. EOQ system
b. Job-order system
c. Process system
d. Retail inventory system
7. Departemen pembiayaan sebuah perusahaan financing memiliki bisnis peminjaman.
Biaya dalam memproses pinjaman tersebut seringnya mencapai beberapa ribu dolar.
Biaya untuk tiap pinjaman, meliputi labor, telepon, perjalanan dinas, memiliki
perbedaan yang signifikan untuk masing-masing pinjaman. Beberapa pinjaman
membutuhkan tenaga ahli pihak ketiga, misalnya appraisal, jasa legal, dan jasa
konsultasi, dimana pinjaman-pinjaman lain tidak membutuhkan jasa serupa. Metode
akumulasi biaya paling tepat untuk departemen pembiayaan tersebut adalah….
a. Job-order costing.
b. Process costing.
c. Differential costing.
d. Joint product costing.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 78


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

8. Sebuah perusahaan konsultasi menyediakan jasa konsultasi kepada rumah sakit.


Penugasan konsultasi berbeda antar rumah sakit, baik jenis konsultasi yang
diberikan maupun ruang lingkupnya. Atas hal tersebut, sistem poduct costing yang
paling tepat untuk perusahaan tersebut adalah…
a. Process costing system.
b. Job-order costing system.
c. Operation costing system.
d. Just-in-time costing system.
9. Unit ekuivalen dari direct material atau conversion cost sebanding dengan…
a. Jumlah direct materialatau conversion cost yang diperlukan untuk melengkapi
satu unit produksi.
b. Sebuah unit persediaan setengah jadi (work-in-process).
c. Jumlah direct material atau conversion cost diperlukan dalam memulai produksi
unit work-in-process.
d. 50% dari direct material atau conversion cost dari sebuah persediaan barang jadi
(finished goods).
10. Terdapat tiga sistem yang digunakan dalam product costing, yaitu job-order costing,
operation costing, dan process costing. Sesuaikan jenis lingkungan produksi berikut
dengan metode costing yang digunakan….
Job-order costing Operation Costing Process costing
a. Auto repair Clothing manufacturer Oil refining
b. Loan processing Drug manufacturing Custom printing
c. Custom printing Paint manufacturing Paper manufacturing
d. Engineering design Auto assembly Motion picture production

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 79


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Pertanyaan Benar-Salah
Pertanyaan B S
1. Job-order costing digunakan oleh perusahaan dimana jasa atau
produknya sudah diidentifikasi per unit atau per batch.
2. Operasion costing diterapkan oleh perusahaan yang memproduksi
barang yang memiliki karakteristik biasa dan beberapa barang
dengan karakter unik. Hal ini cocok digunakan oleh perusahaan
jasa dengan basis klien beragam.
3. Process costing diterapkan ketika perusahaan memproduksi
produk sejenis (homogen) secara masal dan berkelanjutan melalui
tahapan-tahapan produksi secara berurutan.
4. Metode weighted-average membedakan antara pekerjaan yang
sudah diselesaikan periode sebelumnya dan pekerjaan yang
diselesaikan dalam periode berjalan.
5. Metode FIFO membedakan antara pekerjaan yang sudah
diselesaikan periode sebelumnya dan pekerjaan yang diselesaikan
dalam periode berjalan.
6. Equivalent units of production (EUP) adalah ukuran pekerjaan yang
dilaksanakan untuk tiap produksi dimana setiap fase dikerjakan
sampai Work-in process pada periode produksi.
7. Dalam metode weighted-average, persediaan awal diperlakukan
sesuai karakternya sebagai persediaan awal produksi dan
persediaan barang yang sudah diselesaikan. Sehingga persediaan
awal tidak termasuk perhitungan EUP.
8. Menggunakan metode FIFO, persediaan awal dikeluarkan dari
bagian penghitungan EUP.
9. Penghitungan EUP akan sama antara dua metode jika terdapat
persediaan awal namun persediaan akhir bernilai nol.
10. Unit produk yang ditransfer dari departemen pertama ke
departemen kedua diperlakukan sebagai bahan dasar pada awal
periode produksi.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 80


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

J. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 81


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR VII


ACTIVITY BASED COSTING
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 7, peserta diharapkan mampu
memahami activity-based cost (ABC), mengembangkan pengetahuan tentang
ABC, dan mengembangkan sistem ABC.

A. Pendahuluan
Activity Based Costing (ABC) adalah metode penganggaran yang didisain untuk
menyediakan informasi biaya strategis dan keputusan-keputusan lain kepada para
manajer yang secara potensial akan berdampak pada kapasitas produksi. ABC umumnya
digunakan sepagai masukan atau suplemen kepada sistem penganggaran perusahaan
yang sudah ada, bukan menggantikannya.Mayoritas perusahaan yang menggunakan
metode ABC memiliki dua sistem penganggaran, yaitu sistem penganggaran resmi
(official) yang digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan eksternal dan sistem ABC
yang digunakan untuk keperluan penetapan keputusan internal dan aktivitas
manajemen.

Dalam pasar yang baru-baru ini sangat kompetitif, perusahaan harus mengetahui biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksinya. Informasi biaya sangat dibutuhkan
dalam menetapkan harga jual dalam rangka menutup biaya produksi dan menghasilkan
keuntungan.Supaya mampu bersaing secara lebih kompetitif dengan perusahaan dalam
industri sejenis, perusahaan harus mampu menekan biaya.Kita memahami bahwa
komponen biaya langsung (baik material maupun labor) mudah untuk dialokasikan ke
produk.Namun biaya tidak langsung (indirect cost), seperti utilitas, gaji supervisor,
penyusutan pabrik, tidak demikian adanya. Pun demikian, indirect cost harus tetap
dialokasikan karena signifikan. Salah satu cara mengelola biaya adalah dengan cara
memperbaiki cara pengalokasian indirect cost.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 82


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

B. Mengembangkan Sistem Penganggaran Berbasis Aktivitas (ABC System)


ABC merupakan respon terhadap peningkatan signifikan atas timbulnya biaya-biaya
tidak langsung yang dihasilkan dari peningkatan teknologi yang pesat.ABC merupakan
sistem penyempurnaan dari sistem penganggaran yang ada yaitu job-order atau process
costing. Jika dalam sistem penganggaran volume-based (tradisional), overhead langsung
dimasukkan dalam satu cost pool tunggal dan menyebarkan ke seluruh produk akhir.
Sedangkan dalam ABC, biaya-biaya tidak langsung disisipkan dalam aktivitas-aktivitas
yang secara rasional akan dialokasikan dalam produk akhir. ABC memungkinkan untuk
digunakan oleh entitas manufaktur, jasa, atau retailer.ABC juga memungkinkan untuk
digunakan dalam sistem job-order atau sistem process costing.

Ketidakakuratan perataan atau penyebaran biaya-biaya tidak langsung pada unit produk
atau jasa yang menggunakan jumlah sumber daya berbeda disebut peanut-butter
costing. Peanut-butter costing menghasilkan subsidi silang biaya produk, yaitu kondisi
dimana kesalahan penganggaran dari satu produk akan berdampak pada kesalahan
penganggaran produk lain. Dampak peanut-butter akibat penggunaan sistem
penganggaran tradisional dapat dirangkum sebagai berikut:
4. Direct labor dan direct material ditelusur pada unit produk atau jasa,
5. Kelompok tunggal atas biaya tidak langsung (overhead) diakumulasikan untuk
dimasukkan dalam tiap unit.
6. Biaya-biaya tidak langsung dalam kelompok (pool) ditetapkan dengan prosedur
alokasi seperti menggunakan tingkat overhead tunggal untuk seluruh departemen.
Dampaknya adalah perataan biaya yang mungkin berakibat ketidakakurasian ketika
unit produk atau jasa tidak menggunakan jumlah resource yang sama.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 83


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

berikut ini adalah gambaran ilustrasi alur alokasi overhead dalam sistem akumulasi biaya
tradisional.

C. Manfaat dan Keterbatasan Sistem ABC


Dari tahun ke tahun jumlah perusahaan yang menerapkan sistem ABC terus
meningkat.Perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan ABC karena manfaat yang
ditawarkannya.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 84


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

1. Manfaat
Awalnya perusahaan menerapkan ABC untuk mengurangi distorsi dalam biaya
produk yang sering ditemukan dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan volume
yang mereka miliki. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan volume,
pembuatan banyak prosedur alokasi biaya secara arbitrer sering kali menghasilkan
biaya produk atau jasa yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali hubungan
dengan aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi selama operasi. ABC secara jelas
menunjukkan pengaruh perbedaan aktivitas dan perubahan produk atau jasa
terhadap biaya. Manfaat utama sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang
telah dialami perusahaan antara lain:
a. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik. ABC menyajikan biaya produk yang
lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk
yang lebih akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik
tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar.
b. Keputusan dan kendali yang lebih baik. ABC menyajikan pengukuran yang ebih
akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu
manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat
keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara
lebih baik, dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan
nilai.
c. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas. ABC membantu
manajer mengidentifikasi dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak
terpakai.

2. Keterbatasan
Meskipun ABC memberikan informasi tentang biaya produk atau jasa yang lebih baik
dibandingkan sistem berdasarkan volume, manajer harus memperhatikan
keterbatasan ABC, antara lain:
a. Alokasi. Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya
atau aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin
membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume
yang arbitret sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat
menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pendukung fasilitas

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 85


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, asuransi pabrik, dan pajak
bumi bangunan untuk pabrik.
b. Mengabaikan biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC
cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk
atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk
aktivitas seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan, dan
rekayasa produk, meski sebagian dari biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi
yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya
tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
c. Mahal dan menghabiskan waktu. Sistem ABC tidak murah dan membutuhkan
banyak waktu untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan
organisasi yang telah menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional
berdasarkan volume, pelaksanaan suatu sistem baru ABC cenderung sangat
mahal. Lagipula sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif
biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih untuk mengembangakan dan
melaksanakan ABC dengan sukses.

D. Volume-Based vs Activity-Based
1. Sistem volume-based layak digunakan ketika mayoritas biaya manufaktur
merupakan biaya langsung. Bagaimanapun juga, biaya-biaya overhead tidak selalu
berfluktuasi sesuai volume. ABC menyikapi peningkatan kompleksitas dan
keragaman dari biaya-biaya overhead.
2. Sistem activity-based mencakup beberapa tahapan berikut:
a. Indentifikasi aktivitas-aktivitas organisasi yang menhadilkan overhead
b. Menetapkan biaya-biaya sumber daya yang dikonsusi dalam aktivitas di atas
c. Menetapkan biaya-biaya aktivitas menggunakan pemicu biaya yang tepat untuk
mendapatkan obyek biaya.

E. Langkah-Langkah Menerapkan ABC


1. Analisis Aktivitas
Aktivitas merupakan bentuk tindakan yang dikerjakan dalam entitas dan didukung
dengan kelompok biaya (cost pool) untuk masing-masing aktivitas.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 86


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Analisis mengidentifikasi aktivitas yang bernilai tambah (value-added activities) yang


berkontribusi memberikan kepuasan pelanggan.Namun perlu diingat bahwa non-
value-adding activities sebaiknya dikurangi atau dihilangkan.

Aktivitas diklasifikasikan dalam hirarki berdasarkan tingkatan proses produksi


dimana mereka timbul. Aktivitas diklasifikasikan dalam satun hirarki sesuai dengan
proses produksinya. Contoh aktivitas berikut dengan analisis hirarkinya:
a. Unit level activities yaitu aktivitas yang dilaksanakan untuk tiap output yang
diproduksi.
b. Batch level acitivities berada pada tiap kelompok hasil produksi.
c. Product sustaining activities adalah kelompok kegiatan yang mendukung proses
produksi satu produk tertentu dan tidak terkait dengan tingatan produksi seperti
desain product, dan pengujian produk.
d. Facility sustaining activities adalah aktivitas yang concern pada aktivitas seluruh
produksi namun tidak dapat ditrace ke salah satu proses produksi seperti bagian
akuntansi, bagian personalia, bagian keuangan.

2. Tetapkan biaya sumber daya dalam tiap aktivitas


a. Setelah aktivitas di desain dalam proses produksi, tahapan berikutnya adalah
meng-assign biaya-biaya dari sumber daya ke aktivitas. Hal ini disebut dengan
nama alokasi tahap pertama.
b. Identifikasi biaya sumber daya tidak semudah alokasi biaya dalam sistem
akuntansi biaya tradisional yang berbasis volume melainkan harus memperoleh
informasi yang lengkap mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam
aktivitastersebut yang bisa saja tersebar dalam sejumlah account dalam sistem
akuntansi keuangan.
c. Setelah resources teridentifikasi, maka resource driver didesain untuk digunakan
sebagai dasar melakukan alokasi resource ke sejumlah aktivitas.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 87


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Penetapan Biaya Tidak Langsung dalam Sistem ABC

Gambar 7.2.

3. Alokasi Biaya Aktivitas kepada Obyek Biaya


Langkah akhir dalam sistem ABC adalah mengalokasikan activity cost pool pada
obyek biaya final. Ini disebut juga alokasi tahap kedua.Biaya biasanya ditetapkan
ulang pada tahap akhir obyek biaya berdasarkan aktivitas pemicu biaya. Aktivitas
pemicu biaya (activity cost driver) mengukur permintaan yang dibuat oleh aktivitas
pada cost object tahap selanjutnya, seperti jumlah bagian (part) dari produk yang
digunakan dalam mengukur aktivitas perakitan. Pemicu merupakan faktor yang
mengakibatkan perubahan biaya.Pemicu biaya merupakan dasar penetapan yang
digunakan dalam mengalokasikan biaya overhead manufaktur pada obyek biaya.
Pemicu tersebut harus dipilih berdasarkan hubungan sebab-akibat antara sumber
daya atau activity cost yang dialokasikan, tidak semata-mata berdasarkan korelasi
yang positif dan tinggi saja.

Sebagai contoh, akuntan dalam manajemen sebuah pabrik telah mendisain pemicu
biaya di bawah ini untuk menghubungkan dengan aktivitas korespondennya:
Activity Cost Driver
Product design Number of products
Product setup Number of setups
Machining Number of units produced
Inspection and testing Number of units produced
Production orders Number of orders

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 88


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Sebagai contoh perhitungan, berikut disajikan data sebuah pabrik manufaktur


konveksi yang memproduksi celana dan jaket. Informasi-informasi dalam satu bulan
aktivitas adalah:
Manufacturing overhead costs US$ Cost driver
Plant utilities and real estate tax 150.000 Square footage
Material handling 40.000 Pounds of direct material used
Inspection and testing 10.000 Number of unit produced
200.000
Level aktivitas bulan berjalan:
Pants Coats Total
Direct labor hours 20.000 5.000 25.000
Plant square footage 400 600 1.000
Pounds of direct material used 10.000 6.000 16.000
Number of units produced 15.000 3.000 18.000
Dengan menggunakan jam kerja tenaga kerja langsung (direct labor hours)
berdasarkan alokasi overhead menggunakan sistem alokasi tradisional, biaya
overhead manufaktur dialokasikan sebagai berikut:
Pants: US$ 200.000 x (20.000 ÷ 25.000) = US$ 160.000
Coats: US$ 200.000 x (5.000 ÷ 25.000) = US$ 40.000

Biaya overhead manufaktur per celana: US$ 160.000 ÷ 15.000 = US$ 10,67
Biaya overhead manufaktur per jaket: US$ 40.000 ÷3.000 = US$13,33
Dengan menggunakan sistem ABC, biaya overhead manufaktur dialokasikan sebagai
berikut:
Pants Coats
Plant utilities and 150.000 x (400 ÷ 1.000) 60.000 150.000 x (600 ÷ 1.000) 90.000
real estate taxes
Material handling 40.000 x (10.000 ÷ 25.000 40.000 x (6.000 ÷ 15.000
16.000) 16.000)
Inspection and 10.000 x (15.000 ÷ 8.333 10.000 x (3.000 ÷ 1.667
testing 18.000) 18.000)
93.333 106.667

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 89


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Manufacturing overhead costs per pants = 93.333 ÷ 15.000 = US$ 6,22


Manufacturing overhead costs per coat = 106.667 ÷ 3.000 = US$ 35,56

F. Rangkuman
Sistem volume-based layak digunakan ketika mayoritas biaya manufaktur merupakan
biaya langsung.Bagaimanapun juga, biaya-biaya overhead tidak selalu berfluktuasi sesuai
volume.ABC menyikapi peningkatan kompleksitas dan keragaman dari biaya-biaya
overhead. Sistem penganggaran volume-based (tradisional) langsung memasukkan
overhead dalam satu cost pool tunggal dan menyebarkan ke seluruh produk akhir.
Sedangkan dalam ABC, biaya-biaya tidak langsung disisipkan dalam aktivitas-aktivitas
yang secara rasional akan dialokasikan dalam produk akhir. ABC memungkinkan untuk
digunakan oleh entitas manufaktur, jasa, atau retailer.ABC juga memungkinkan untuk
digunakan dalam sistem job-order atau sistem process costing.

Sistem activity-based mencakup beberapa tahapan berikut:


1. Indentifikasi aktivitas-aktivitas organisasi yang menhadilkan overhead
2. Menetapkan biaya-biaya sumber daya yang dikonsusi dalam aktivitas di atas
3. Menetapkan biaya-biaya aktivitas menggunakan pemicu biaya yang tepat untuk
mendapatkan obyek biaya

Langkah-Langkah Menerapkan ABC


1. Analisis Aktivitas
2. Tetapkan biaya sumber daya dalam tiap aktivitas
3. Alokasi Biaya Aktivitas kepada Obyek Biaya

G. Tes Formatif 7
Soal pilihan ganda:
1. Dasar yang masuk akal untuk mengalokasikan biaya material handling pada unit
yang diproduksi berdasarkan sistem ABC adalah….
a. Jumlah produksi yang berlangsung pertahun
b. Jumlah komponen per unit yang selesai diproduksi
c. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit FG
d. Jumlah overhead yang dimasukkan dalam tiap unit FG

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 90


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

2. Sebuah perusahaan dengan tiga produk mengklasifikasikan biayanya menurut


fungsi, yaitu disain, produksi, marketing distribusi, dan customer services. Untuk
tujuan penetapan harga, seluruh biaya perusahaan dimasukkan dalam tiga produk
tersebut. Biaya langsung dari masing-masing fungsi escara lagnsung dimasukkan
dalam ketiga produk. Sedangakan biaya tidak langsung dikelompokkan dalam lima
cost pools terpisah dan dimasukkan dalam tiga produk emnggunakan dasar alokasi
yang tepat. Dasar alokasi yang mungkin terbaik untuk fungsi distribusi adalah…
a. Number of customer phone calls.
b. Number of shipments.
c. Number of sales persons.
d. Dollar sales volume.
3. Alokasi biaya adalah proses penetapan indirect costs ke dalam cost object. Indirect
costs dikelompokkan dalam cost pools dan kemudia dialokasikan berdasarkan
alokasi umum ke cost object. Dasar penetapan alokasi cost pool yang homogen
sebaiknya….
a. Memiliki sebab-akibat hubungan dengan butir-butir biaya dalam cost pool.
b. Menetapkan biaya dalam pool secara seragam pada cost objects meskipun cost
objects menggunakan sumber dengan cara yang tidak seragam.
c. Menjadi ukuran nonfinansial karena lebih obyektif.
d. Memiliki korelasi tinggi dengan butir-butir biaya dalam cost pool sebagai kriteria
yang solid untuk seleksi.
4. Manakah pernyataan tentang activity-based costing (ABC) berikut yang tidak tepat?
a. Activity-based costing bermanfaat dalam mengalokasikan biaya marketing dan
distribusi.
b. Activity-based costing cenderung menghasilkan perbedaan besar dibandingkan
sistem penganggaran tradisional jika perusahaan hanya memproduksi satu
produk.
c. Dalam activity-based costing, cost driver merupakan hal-hal yang
mengakibatkan biaya timbul.
d. Activity-based costing differs from traditional costing systems in that products
arenot cross-subsidized.
5. Mana dari pilihan berikut yang merupakan dasar yang masuk akal untuk
mengalokasikan biaya material handling pada unit yang diproduksi dalam activity-
based costing system?

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 91


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

a. Jumlah produksi yang dijalankan pertahun.


b. Jumlah komponen per unit yang selesai diproduksi.
c. Jumlah dari waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi satu unit.
d. Jumlah overhead yang dimasukkan dalam unit selesai diproduksi.
6. Seluruh pilihan berikut digunakan sebagai dasar alokasi biaya dalam activity-
basedcosting kecuali…
a. Jumlah perbedaan material yang digunakan dalam memproduksi
barang/produk.
b. Unit material yang digunakan dalam memproduksi barang/produk.
c. Jumlah vendor yang menyediakan material untuk memproduksi barang/produk.
d. Biaya dari material yang digunakan dalam memproduksi barang/produk.
7. Apa dampak normal dari jumlah cost pool dan dasar penetapan biaya ketika activity-
based cost (ABC) system menggantikan traditional cost system?
Cost Pool Cost Assignment
Bases
a. No effect No effect
b. Meningkat No effect
c. No effect Meningkat
d. Meningkat Meningkat

Pertanyaan benar-salah
Pertanyaan B S
1. Activity-based costing memungkinkan untuk digunakan oleh
entitas manufaktur, jasa, atau eceran dan dalam sistem job-order
atau process costing.
2. Sebuah sistem ABC sebaiknya digunakan ketika perusahaan
memiliki level indirect cost yang tinggi. Dalam ABC, indirect costs
dimasukkan dalam aktivitas dan dialokasikan pada cost objects
final berdasarkan analisis sebab akibat.
3. Jumlah orang dalam penjualan tidak ada kaitannya dengan
distribusi, namun lebih berkaitan dengan marketing. Begitu juga
dengan volume penjualan dalam uang.
4. Jumlah vendor yang menyediakan material untuk proses produksi S

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 92


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

tidak dapat menjadi cost driver karena jumlah suplier tidak


merefleksikan level aktivitas produksi secara langsung.
5. ABC menetapkan aktivitas yang akan menjadi cost object dan
kemudian mengakumulasikan cost pool untuk masing-masing
aktivitas dengan menggunakan dasar alokasi yang tepat (cost
driver).
6. Salah satu elemen sistem ABC yang esensial adalah analisis pemicu
yang mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara aktivitas
dengan sumber daya konsumsinya dan untuk aktivitas berikut
permintaannya dengan cost object.
7. Jumlah dari penggunaan material yang berbeda-beda untuk proses
produksi dapat menjadi cost driver karena membutuhkan
pemasangan berbeda sehingga membutuhkan pegawai dengan
jumlah yang proporsional.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 93


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

H. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 94


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

KEGIATAN BELAJAR VIII


RESPONSIBILITY ACCOUNTING
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 8, peserta diharapkan mampu
memahami yang dimaksud dengan akuntansi pertanggungjawaban
(responsibility accounting), mampu menggambarkan pusat
pertanggungjawaban dan akuntansi pertanggungjawaban, menerapkan
akuntansi pertanggungjawaban, serta menjelaskan hubungan antara
kemampuan mengendalikan dengan akuntansi pertanggungjawaban.

A. Gagasan Umum Mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility Accounting)


Perbedaan utama antara organisasi sentralisasi atau desentralisasi ada di derajat
kebebasan pengambilan keputusan oleh manajer di berbagai level. Sentralisasi
mengasumsikan pengambilan keputusan harus terkonsolidasi sehingga aktivitas yang
dilaksanakan perusahaan lebih terkoordinasi secara lebih efektif. Dalam desentralisasi,
pengambilan keputusan muncul pada level serendah mungkin. Desentralisasi khususnya
mencerminkan perusahaan besar dibagi dalam beberapa segmen.Pendekatan
desentralisasi ini umum terjadi dalam perusahaan-perusahaan.

Organisasi, secara ideal, dibentuk oleh para pimpinan tertinggi yang membagi kegiatan
dan menetapkan suatu hierarki para manajer yang mengatur lingkup kegiatan yang
diterapkan lebih dahulu dan memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan dalam
ruang lingkup itu.Beberapa jenis akuntansi pertanggungjawaban biasanya menyertai
pendelegasian pengambilan keputusan ini.Akuntansi keuntungan (profitability
accounting) dan akuntansi kegiatan (activity costing).

Akuntansi pertanggungjawaban menekankan suatu pelajaran penting para manajer


maupun para akuntan, yaitu perilaku para manajer seringkali sangat dipengaruhi oleh
bagaimana prestasi kerja (performance) mereka diukur. Jadi akuntansi sama sekali
bukan bagian yang kosong dari kehidupan seorang manajer profesional. Sebaliknya
sistem akuntansi memainkan peranan kunci dalam memotivasi para manajer ke arah
keinginan pimpinan tertinggi atau menjauhkan dari padanya.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 95


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

B. Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban


Struktur organisasi adalah pengaturan lini pertanggungjawaban dalam organisasi.
Perusahaan bisa diorganisir menurut fungsi bisnis antara lain eksplorasi, pemurnian, dan
pemasaran, dimana setiap manajer mempunyai wewenang membuat keputusan atas
fungsi bisnisnya. Perusahaan juga bisa diorganisasikan menurut lini atau brand
produk.Manajer dari setiap divisi memiliki wewenangn untuk membuat keputusan
menyangkut semua fungsi bisnis (manufaktur, pemasaran, dan penjualan) pada divisi
masing-masing.

Setiap manajer merupakan pusat pertanggungjawaban.Pusat pertanggungjawaban


(responsibility center) adalah bagian, segmen, atau subunit dari organisasi dimana
manajernya bertanggung jawab atas segenap aktivitas tertentu.Semakin tinggi tingkatan
manajer, semakin luas pusat pertanggungjawabannya dan secara umum semakin banyak
jumlah bawahannya.Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur
rencana, anggaran, tingakan, dan hasil aktual dari setiap pusat pertanggungjawaban.
Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban; yaitu:
a. Pusat biaya, manajer hanya bertanggung jawab atas biaya yang terjadi.
b. Pusat pendapatan, manajer hanya bertanggung jawab atas pendapatan yang
diperoleh.
c. Pusat laba, manajer bertanggung jawab atas pendapatan dan biaya.
d. Pusat investasi, manajer bertanggung jawab atas investasi, pendapatan, dan biaya.

Sebagai ilustrasi, Departemen Pemeliharaan pada hotel JW Marriot adalah pusat biaya
karena manajer pemeliharaan hanya bertanggung jawab atas biaya, sehingga
anggarannya juga menekankan pada biaya.Departemen Penjualan adalah pusat
pendapatan karena manajer penjualan bertanggung jawab terutama atas pendapatan,
sehingga anggarannya juga menekankan pada pendapatan.Manajer hotel merupakan
pusat laba karena bertanggung jawab atas pendapatan maupun biaya, sehingga
anggatannya juga menekankan pada pendapatan dan biaya.Manajer regional yang
bertanggung jawab atas investasi dalam proyek hotel baru dan pendapatan serta biaya
merupakan pusat investasi, sehingga anggatannya juga menekankan pada pendapatan,
biaya, dan investasi.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 96


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Pusat pertanggungjawaban dapat dibentuk untuk menyelaraskan antara tujuan individu


dan tujuan perusahaan. Sampai saat ini, OPD

C. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban


Sebuah sistem pertanggungjawaban akuntansi yang didisain dengan baik akan
menciptakan suatu pusat-pusat pertanggungjawaban (disebut juga unit bisnis strategis).
Tujuan mereka adalah:
1. Meningkatkan keberanian manajemen untuk berusaha attain tujuan-tujuan
organisasi (perusahaan),
2. Memotivasi para manejer untuk membuat keputusan yang konsisten dengan tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan,
3. Menyediakan dasar bagi kompensasi manajerial .

Pusat biaya, misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas biaya.
1. Pemicu biaya merupakan ukuran kinerja yang relevan,
2. Kelemahan dari pusat biaya adalah adanya potensi pergeseran biaya (cost shifting).
Misalnya, tanggung jawab manajer untuk penetapan biaya variabel yang mungkin
digantikan dengan biaya tetap, padahal bukan tanggung jawabnya.
Kelemahan lainnya adalah permasalahan-permasalahan jangka panjang yang
mungkin disregarded ketika emphasis in on, misalnya jumlah biaya tahunan.
Permasalahan lain adalah alokasi dari biaya departemen jasa dalam pusat biaya.

Pusat Pendapatan, misalnya departemen penjualan, bertanggung jawab hanya atas


pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan ukuran kinerja yang relevan.Pemicu
pendapatan merupakan hal-hal yang mempengaruhi penjualan unit produk, seperti
misalnya perubahan harga dan produk, customer service, usaha-usaha marketing, dan
persyaratan pengiriman.

Pusat penghasilan, misalnya appliance department di toko eceran, bertanggung jawab


atas penerimaan dan beban. Pusat Investasi, misalnya kantor cabang, bertanggung
jawab atas pendapatan, beban, dan modal investasi. Kinerja dari pusat investasi dapat
dievaluasi berdasarkan return on investment (ROI) seperti pada efektivitas penggunaan
aset.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 97


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

D. Biaya-Biaya Umum
Biaya-biaya umum merupakan biaya produk, aktivitas, fasilitas, jasa, atau operasional
yang dibagi oleh dua atau lebih obyek biaya. Kata “joint cost” sering kali digunakan
dalam menjelaskan biaya umum dari proses individu yang menghasilkan dua atau lebih
joint product. Biaya-biaya dari pusat jasa dan kantor pusat merupakan contoh-contoh
biaya umum. Karena biaya-biaya umum merupakan biaya tidak langsung (indirect cost),
identifikasi hubungan antara sebab dan dampak langsung antara biaya umum dan aksi
dari obyek biaya yang mana dialokasikan bisa menjadi sulit.Hubungan di atas
mempromosikan penerimaan atas alokasi biaya umum oleh manajer yang melihat
keadilan atas prosedur.

Hubungan semacam itu mempromosikan penerimaan alokasi biaya umum oleh manajer
yang melihat keadilan prosedur.

E. Ukuran Finansial vs Non-Finansial


Masing-masing jenis pusat pertanggungjawaban dijelaskan memiliki ukuran kinerja
keuangan sendiri-sendiri, antara lain:
1. Pusat biaya: biaya variabel, total biaya,
2. Pusat pendapatan: penjualan kotor, penjualan bersih,
3. Pusat penghasilan: penjualan, keuntungan bruto, keuntungan operasional
4. Pusat investasi:
a. Return of Investment (ROI), sisa pendapatan,
b. Return on Asset (ROA), return on common equity, economic rate of return on
common stock, economic value added
Ukuran kinerja nonkeuangan tidak distandarkan dan oleh karena itu dapat
menggunakan bentuk apapun yang sesuai dengan strategic business unit (SBU) di bawah
pemantauan.

F. Rangkuman
Pusat biaya, misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas biaya.
Pusat Pendapatan, misalnya departemen penjualan, bertanggung jawab hanya atas
pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan ukuran kinerja yang relevan.Pemicu
pendapatan merupakan hal-hal yang mempengaruhi penjualan unit produk, seperti
misalnya perubahan harga dan produk, customer service, usaha-usaha marketing, dan

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 98


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

persyaratan pengiriman.Pusat penghasilan, misalnya appliance department di toko


eceran, bertanggung jawab atas penerimaan dan beban. Pusat Investasi, misalnya kantor
cabang, bertanggung jawab atas pendapatan, beban, dan modal investasi. Kinerja dari
pusat investasi dapat dievaluasi berdasarkan return on investment (ROI) seperti pada
efektivitas penggunaan aset.

G. Tes Formatif 8
Soal Pilihan Ganda
1. Di bawah ini manakah teknik terbaik dalam mengevaluasi kinerja manajemen dari
departemen yang beroperasi sebagai pusat biaya?
a. Return on assets ratio.
b. Return on investment ratio.
c. Payback method.
d. Variance analysis.
2. Membuat pengungkapan segmen merupakan manfaat untuk perusahaan karena hal
tersebut….
a. Memfasilitasi evaluasi dari manajemen perusahaan dengan penyediakan data
untuk segmen tertentu.
b. Mengeliminasi saling ketergantungan antar segmen.
c. Menutupi dampak transfer intersegmen.
d. Menyediakan informasi perbandingan kepada kompetitor pada kinerja
perusahaan.
3. Ketika membandingkan residual income dari beberapa pusat investasi, validitas
perbandingan dapat dirusak oleh….
a. Keunikan-keunikan dari tiap pusat investasi.
b. Perbedaan dalam jumlah income relatif.
c. Penggunaan secara konsisten tingkat bunga yang sudah diperhitungkan.
d. Jumlah umum dari kapital investasi tiap pusat investasi.
4. Kondisi lembur dan pembayaran umumnya ditetapkan oleh departemen HRD.
Departemen produksi baru saja menerima permintaan pesanan tiba-tiba dari
departemen penjualan. Departemen produksi memprotes hal tersebut karena akan
muncul biaya tambahan dalam bentuk lembur yang merupakand ampak dari
pesanan tiba-tiba tersebut. Departemen penjualan berargumen bahwa pesanan
berasal dari pelanggan yang penting. Departemen produksi akhirnya memproses

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 99


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

pesanan. Untuk mengendalikan biaya, departemen manakah yang sebaiknya tidak


dibebani biaya lembur akibat pesanan dimaksud?
a. Human resources department.
b. Production department.
c. Sales department.
d. Baik production department dan sales department.
5. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting), manajer
akuntable untuk ….
a. Biaya variabel namun bukan untuk biaya tetap.
b. Product cost namun bukan untuk period cost.
c. Biaya tambahan (incremental cost).
d. Biaya lebih yang berdampak signifikan.
6. Berikut ini yang merupakan pernyataan tidak benar atas akuntansi
pertanggungjawaban…
a. Manajer seharusnya hanya memegang akuntabilitas dari faktor-faktor dimana
mereka memiliki pengaruh signifikan.
b. Fokus dari manajer pusat biaya normalnya akan lebih kecil dibandingkan
manajer pusat pendapatan.
c. Setiap faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan pada akhirnya
dikendalikan oleh seseorang, meskipun jika seseorang tersebut adalah petinggi
perusahaan.
d. Ketika sistem akun pertanggungjawaban ada, bisnis operasi diorganisasi ke
dalam area-area terpisah yang dikendalikan oleh manajer individu.
7. Return on investment (ROI) merupakan ukuran yang populer yang diterapkan dalam
mengevaluasi kinerja dari segmen-segmen perusahaan karena menyatukan seluruh
bahan profitabilitas meliputi pendapatan, biaya, dan investasi. Kombinasi aksi antara
pendapatan, biaya dan investasi manakah di bawah ini yang mampu membuat ROI
selalu meningkat?
Pendapatan Biaya Investasi
a. Meningkat Menurun Meningkat
b. Menurun Menurun Menurun
c. Meningkat Meningkat Meningkat
d. Meningkat Menurun Menurun

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 100


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Pertanyaan benar-salah
Pertanyaan B S
1. Ketergantungan segmen dipengaruhi oleh metode pelaporan. S
2. Fokus dari manajer pusat biaya normalnya akan menjadi lebih S
sempit dibandingkan manajer pusat pendapatan.
3. Return on Asset tidak dapat diperhitungkan dalam pusat biaya B
karena manajer dalam pusat biaya tidak bertanggung jawab atas
pendapatan (return) dari aset yang dimiliki.
4. Manajer hanya bertanggung jawab atas akuntabilitas faktor-faktor S
dimana mereka memiliki pengaruh signifikan.
5. Pusat biaya hanya bertanggung jawab atas biaya saja.
6. Setiap faktor yang berdampak pada kinerja finansial perusahaan B
akan dikendalikan oleh seseorang meskipun level jabatannya
tinggi.
7. Operasi dari bisnis diorganisasikan dalam area-area terpisah yang S
dikendalikan oleh manajer individu ketika sistem akun
pertanggungjawaban ada.
8. Menyediakan informasi kepada kompetitor merupakan kelebihan S
dari segmen pelaporan.
9. Departemen penjualan tidak bertanggung jawab atas biaya lembur S
akibat dari pesanan yang bersifat tiba-tiba di luar rencana
produksi.
10. Manajer pusat biaya fokus pada biaya saja sedangkan manajer B
pusat pendapatan fokus pada biaya dan pendapatan.

H. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 101


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.

Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil
penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata
masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi
yang terkandung dalam modul ini.

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 102


MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL

DAFTAR PUSTAKA
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer.Managerial Accounting.12th Edition.The
McGraw-Hill Company.

Gleim, Irvin N. CIA Review. 17th Edition.Gleim Publication. 2013.

Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, George Foster. Akuntansi Biaya dengan Penekanan
Manajerial. Edisi Keduabelas. Penerbit Erlangga.

Horngren, Charles T, M. Suzanne Oliver. Managerial Accounting. Pearson Education Inc.2010

Horngren, Charles T, Srikant M Datar, dan Madhan Rajan. Cost Accounting a Managerial
Emphasis.14th Edition.Prentice Hall. New Jersey. 2012

©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) 103


Modul Tingkat Lanjutan
Sertifikasi Qualified Internal Auditor

AKUNTANSI MANAJERIAL

Pusat Pengembangan Internal Audit


Yayasan Pendidikan Internal Audit

1 / 82
KATA PENGANTAR

Kata pengantar ini akan isi oleh pak Hasan

Yayasan Pendidikan Internal Audit


Direktur Akademis

Muhammad Hasan

2 / 82
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...................................................................... 6
PETA KONSEP MODUL .......................................................................................... 8
KEGIATAN BELAJAR I: Terminologi Manajemen Biaya ....................................... 9
1. Pendahuluan ............................................................................................. 9
2. Definisi Dasar ............................................................................................ 10
3. Manufacturing Vs Non-manufacturing ..................................................... 10
4. Biaya Persediaan (Product/Inventoriable Cost) Vs Biaya Periode
(Period Cost) .............................................................................................. 11
5. Direct Vs Indirect cost................................................................................ 12
6. Rangkuman................................................................................................ 12
7. Tes Formatif 1 ........................................................................................... 13
8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ................................................................ 15

KEGIATAN BELAJAR II: Absorption vs Variable costing ...................................... 16


1. Pendahuluan ............................................................................................... 16
2. Absorption costing ...................................................................................... 17
3. Variable costing .......................................................................................... 20
4. Rangkuman .................................................................................................. 22
5. Tes Formatif 2 .............................................................................................. 23
6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................... 24

KEGIATAN BELAJAR III: Perilaku Biaya dan Relevan Range ............................... 26


1. Pendahuluan ............................................................................................... 26
2. Variable Cost ............................................................................................... 26
3. Fixed Cost .................................................................................................... 27
4. Other Cost Behaviour .................................................................................. 29
5. Relevant range and Marginal cost ............................................................. 31
6. Rangkuman .................................................................................................. 32

3 / 82
7. Tes Formatif 3 .............................................................................................. 33
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................... 34

KEGIATAN BELAJAR IV: Cost Volume Profit Analysis ......................................... 36


1. Pendahuluan ............................................................................................... 36
2. Asumsi ......................................................................................................... 37
3. Penentuan BEP dalam Unit ......................................................................... 38
4. Penentuan BEP dalam Nilai Uang ............................................................... 39
5. Margin of safety ......................................................................................... 40
6. Target Operating Income ........................................................................... 42
7. Target Net Income ...................................................................................... 42
8. Rangkuman .................................................................................................. 43
9. Tes Formatif 4 .............................................................................................. 44
10. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................... 46

KEGIATAN BELAJAR V: Biaya Relevan (Relevant Cost) ....................................... 47


1. Pendahuluan ................................................................................................ 47
2. Analisis Diferensial/Analisis Inkremental/Decision Model .......................... 48
3. Biaya Relevan (Relevant Cost) ..................................................................... 48
4. Model Biaya Relevan Lain............................................................................ 50
5. Rangkuman .................................................................................................. 55
6. Tes Formatif 5 .............................................................................................. 56
7. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut .................................................................. 58

KEGIATAN BELAJAR VI: Job Order Costing dan Process Costing ........................ 60
1. Pendahuluan ................................................................................................ 61
2. Kegunaan Process Costing ........................................................................... 61
3. Perbandingan antara Job-Order Costing vs Process Costing ....................... 61
4. Akumulasi Biaya........................................................................................... 63
5. Equivalent Unit of Production (EUP)............................................................ 63
7. Produk Cacat dan Sisa ................................................................................. 66
8. Rangkuman .................................................................................................. 66
9. Tes Formatif 6 .............................................................................................. 67
4 / 82
10. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut .................................................................. 69

KEGIATAN BELAJAR VII: Responsibility Accounting ........................................... 71


1. Gagasan Umum Mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility
Accounting).................................................................................................. 71
2. Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban ............................................ 72
3. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban ....................................................... 74
4. Ukuran Kinerja dan Motivasi Manajer …………………………………………………….. 75
5. Biaya-Biaya Umum ………………………………………………………………………………….. 76
6. Ukuran Finansial vs Non-Finansial............................................................ … 76
7. Rangkuman .................................................................................................. 76
8. Tes Formatif 8 .............................................................................................. 77
9. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut .................................................................. 79

KUNCI JAWABAN .................................................................................................. 81


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 82

5 / 82
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Langkah-Langkah Pembelajaran

Untuk dapat memahami isi dari modul Managerial Accounting ini maka peserta
diklat harus mempersiapkan dan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pahami indikator yang hendak dicapai pada setiap kegiatan belajar;
b. Baca modul baik-baik dan pelajarilah dengan teliti semua topik terkait dengan
Kegiatan Belajar yang Anda baca;
c. Cobalah kerjakan latihan yang tersedia;
d. Baca kembali rangkuman yang tersedia untuk lebih meningkatkan
pemahaman;
e. Kerjakan tes formatif yang tersedia dan selanjunya pergunakan umpan balik
dan tindak lanjut yang ada untuk menilai kemampuan yang telah anda miliki;
f. Apabila nilai Anda masih kurang, pelajari kembali Kegiatan Belajar yang
bersangkutan sebelum menuju ke Kegiatan Belajar lebih lanjut;
g. Diskusikan secara berkelompok studi kasus agar pemahaman tentang materi
menjadi lebih baik.
h. Cobalah untuk mencari dan membaca literatur terkait yang disebutkan dalam
modul untuk memperkaya pemahaman Anda;
i. Selamat belajar dan semoga sukses.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan


diikuti dengan tanya jawab, diskusi kelompok/studi kasus, dan presentasi studi
kasus.

3. Waktu Pembelajaran

Waktu Pelaksanaan yang dibutuhkan selama 3 sessi atau 3 jam latihan (jamlat),
dengan pembagian waktu sebagai berikut:

6 / 82
Pokok Bahasan Waktu

 Terminologi Manajemen Biaya 1,0 jamlat


 Absorption vs Variable costing 1,0 jamlat
 Perilaku Biaya dan Relevan Range 1,0 jamlat
 Cost Volume Profit Analysis 1,5 jamlat
 Relevant Costing 2,5 jamlat
 Job Order Costing dan Process Costing 1,0 jamlat
 Responsibility Accounting 1,0 jamlat
 Diskusi dan Tanya Jawab 1,0 jamlat
Jumlah 10,0 jamlat

4. Alat Bantu Ajar

Alat bantu ini bukan merupakan suatu keharusan, tetapi keberadaannya diyakini
akan sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu:
 LCD Projector  Sound-system
 Komputer/Laptop  Buku Modul
 Papan Tulis/Whiteboard  Lembar Praktek
 Pointer/Presenter  Flipchart
 Printer  Alat Tulis Kantor Lainnnya (termasuk
seminar kit)

7 / 82
PETA KONSEP MODUL

Terminologi Manajemen Biaya

Absorption vs Variable Costing

Perilaku Biaya dan Relevant Range

Managerial Accounting Cost Volume Profit Analysis

Relevant Costing

Job Order Costing dan


Process Costing

Responsilibity Accounting

8 / 82
KEGIATAN BELAJAR I

TERMINOLOGI MANAJEMEN BIAYA

Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, peserta diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang definisi dasar biaya, definisi biaya manufaktur dan non-
manufaktur serta perbedaannya, memahami dan menjelaskan tentang biaya
persediaan, memahami dan menjelaskan tentang biaya langsung dan biaya tidak
langsung serta perbedaannya.

1. Pendahuluan

Mempelajari biaya (cost) akan memberikan berbagai informasi yang memiliki


banyak manfaat karena biaya merupakan salah satu dari fokus dalam akuntansi
manajerial yang dapat dipandang dari berbagai sisi sesuai dengan kebutuhan
manajemen sepanjang relevan dengan keputusan yang akan di ambil. Berbagai
keputusan bisnis yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh hasil analisis biaya
antara lain:

a. Kebijakan penetapan harga jual dikaitkan dengan keinginan perusahaan untuk


mempertahankan rasio laba kotor ataupun rata-rata perkembangan harga produk
kompetitor
b. Evaluasi atas kebijakan untuk menaikkan/menurunkan kegiatan overtime
perusahaan
c. Evaluasi atas rencana penambahan pegawai terkait dengan kegiatan produksi dan
non produksi
d. Keputusan untuk kenaikan gaji pegawai
e. Keputusan untuk pemilihan model pemasaran yang dinilai lebih efektif; dan
f. Berbagai keputusan manajemen lainnya.

9 / 82
2. Definisi Dasar

Biaya (cost)

Akuntan mendefinisikan biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrified)


atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya
diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan
barang atau jasa. Biaya adalah ukuran dari sumber daya yang digunakan untuk
tujuan tertentu. Dalam pelaporan keuangan, biaya dapat dikapitalisasi baik
sebagai aset maupun beban.

Obyek biaya (cost object)

Adalah segala entitas dimana biaya-biaya dapat dilekatkan. Objek biaya


tujuannya agar relevan untuk dikelopokkan, dilaporkan dan dianalisa, misalnya,
produk-produk, proses, tenaga kerja, departemen, dan fasilitas-fasilitas

Pemicu biaya (cost driver)

Adalah variabel yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam rentang waktu
tertentu. Cost driver adalah dasar yang digunakan untuk menetapkan biaya pada
cost object. Cost driver adalah sebuah ukuran aktivitas, seperti jam kerja direct
labor atau jam penggunaan mesin, yang merupakan faktor menyebabkan
timbulnya biaya. Jika biaya desain produk berubah sejalan dengan perubahan
jumlah komponen produk, jumlah komponen adalah pemicu biaya atas biaya
desain produk. Contoh lain adalah kilometer perjalanan kendaraan sering
menjadi pemicu biaya atas biaya distribusi.

3. Manufacturing Vs Non-manufacturing

Biaya dari produk manufaktur dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe:

a. Biaya bahan langsung (direct material costs) adalah biaya perolehan semua bahan
yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari obyek biaya (barang dalam proses dan
barang jadi) dan dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan cara ekonomis. Biaya
perolehan bahan langsung mencakup beban angkut (pengiriman masuk/freight-in),
pajak penjualan, serta bea masuk. Contoh biaya bahan langsung adalah alumunium
yang digunakan untuk memproduksi kaleng kemasan minuman berenergi.

b. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct manufacturing labor costs) meliputi
kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke obyek
10 / 82
biaya (barang dalam proses dan barang jadi) dengan cara yang ekonomis.
Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta
pekerja lini perakitan yang mengonversi bahan langsung yang dibeli menjadi barang
jadi.

c. Biaya manufaktur tidak langsung (indirect manufacturing costs) adalah seluruh


biaya manufaktur selain dari direct material dan direct labor yang terkait dengan
obyek biaya (barang dalam proses dan barang jadi) dengan cara yang ekonomis.
Contohnya adalah perlengkapan, bahan tidak langsung seperti minyak pelumas,
biaya tenaga kerja manufaktur tidak langsung seperti pekerja bagian perawatan
mesin dan kebersihan, sewa pabrik, asuransi pabrik, pajak atas kepemilikan pabrik,
penyusutan pabrik, serta kompensasi bagi manajer pabrik. Kategori biaya ini
umumnya disebut sebagai biaya overhead manufaktur (manufacturing overhead
costs) atau biaya overhead pabrik (factory overhead).

4. Biaya Persediaan (Product/Inventoriable Cost) Vs Biaya Periode (Period Cost)

Biaya persediaan (inventoriable cost) adalah semua biaya produk yang dianggap
sebagai aset dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya menjadi harga pokok
penjualan ketika produk itu dijual. Untuk perusahaan sektor manufaktur, semua
biaya manufaktur merupakan biaya persediaan. Dalam proses produksi, biaya
bahan langsung (direct material) yang masuk ke dalam proses produksi (diambil
dari persediaan bahan langsung), biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct
labor), dan biaya overhead manufaktur menciptakan aktiva tersebut, dimulai
dengan barang dalam proses sampai menjadi barang jadi. Dengan demikian,
biaya manufaktur meliputi persediaan barang dalam proses dan persediaan
barang jadi untuk mengakumulasi biaya penciptaan aset tersebut. Ketika produk
terjual, biaya manufaktur dicocokkan dengan pendapatan dari penjualan
tersebut. Harga pokok penjualan mencakup semua biaya manufaktur (biaya
bahan langsung, biaya tenaga kerja manufaktur langsung, dan biaya overhead
manufaktur) yang terjadi untuk memproduksi barang yang dijual.

Biaya periode (periode cost) adalah semua biaya yang dicantumkan pada
laporan laba-rugi selain harga pokok penjualan. Biaya periode diperlakukan
sebagai beban periode akuntansi ketika biaya itu terjadi karena diharapkan
memberi manfaat lagi pada periode berikutnya. Membebankan jenis biaya ini
pada periode terjadinya berarti menandingkan biaya terhadap pendapatan.
11 / 82
Untuk perusahaan sektor manufaktur, biaya periode yang dicatat dalam laporan
laba-rugi merupakan semua biaya nonmanufaktur (misalnya biaya desain dan
biaya distribusi).

5. Direct Vs Indirect cost

Dalam pembahasan biaya produksi (biaya tetap dan variabel) terdapat dua
kelompok biaya ketika di assign ke dalam cost object yaitu Direct cost dan
Indirect cost. Direct cost adalah biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi
dengan mudah.

Sementara itu indirect cost tidak mudah untuk diidentifikasi karena umumnya
digunakan bersama oleh sejumlah produk. Untuk mendapatkan cara mudah
maka digunakan analisis alokasi biaya.

Istilah lain terkait dengan pengelompokkan biaya antara lain adalah cost pool
dan common cost. Cost pool mengandung pengertian pengumpulan sejumlah
biaya yang memiliki kemiripan karakteristrik. Misalkan kelompok biaya overhead
manufaktur yang tidak/sulit untuk diidentifikasi secara langsung, dikumpulkan
dalam satu kelompok (pool) untuk kemudian dialokasi. Common cost merupakan
biaya dari sebuah aktivitas yang digunakan secara bersama oleh dua atau lebih
produk/kegiatan. Common cost juga memerlukan alokasi untuk assignment ke
tiap produknya.

6. Rangkuman

Direct material adalah input berwujud ke dalam proses manufaktur yang


digunakan dalam proses produksi secara langsung. Direct labor adalah biaya
tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi barang. Biaya overhead
manufaktur terdiri atas biaya-biaya manufaktur selain direct material atau direct
labor. Sedangkan selling (marketing), yaitu biaya yang muncul dalam rangka
mendistribusikan produk ke tangan konsumen dan beban administratif yang
muncul sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan namun tidak berkaitan
dengan proses produksi, merupakan biaya nonmanufaktur.

Prime cost sama dengan direct material ditambah direct labor. Conversion cost
sama dengan direct labor ditambah dengan overhead manufaktur. Fungsi dari
overhead manufaktur mengkonversi raw material menjadi finished good.
12 / 82
Product cost (inventoriable cost) dikapitalisasi sebagai bagian dari persediaan
finished goods yang kemudian akan menjadi komponen cost of goods sold.
Sedangkan period costs merupakan beban-beban yang timbul dan bukan
merupakan bagian dari finished goods inventory sehingga dikeluarkan dari cost of
goods sold.

7. Tes Formatif 1

Soal pilihan ganda

1. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu direct
materials, direct labor, dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead
dari produksi mobil adalah….
a. Biaya dari peralatan-peralan kecil dalam pemasangan ban tiap mobil
b. Biaya dari ban untuk tiap mobil
c. Biaya tenaga kerja yang memasang ban pada tiap mobil
d. Biaya pengiriman ban tiap mobil

2. Sebuah perusahaan mengalami kerusakan mesin dari salah satu lini produksi.
Sebagai konsekuensinya terjadi keterlambatan produksi dan sebuah keputusan
diambil untuk melaksanakan lembur supaya bisa kembali ke jadwal produksi yang
direncanakan. Metode mana yang tepat untuk memperhitungkan pembayaran
lembur atas direct labor?
a. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan seluruhnya
sebagai overhead manufaktur (MOH)
b. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan sebagai
direct labor.
c. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan dibebankan sebagai beban perbaikan
dan maintenance, sedangkan upah lembur diperlakukan sebagai direct labor.
d. Durasi jam lembur dikali upah lembur akan dibebankan pada manufacturing
overhead, sedangkan durasi lembur dikali jumlah upah akan masuk sebagai
direct labor.

3. Sebuah pabrik yang memproduksi produk rumah tangga membutuhkan kombinasi


dari bermacam jenis part. Pabrik telah mengidentifikasikan beragam cost pools,
salah satunya terdiri atas materials handling costs. Cost pool ini mencakup upah dan
jaminan keselamatan bagi pegawai yang bertugas menerima material, menginspeksi
material, menyimpan material di gudang, dan mengirimkan material ke tempat
kerja; depresiasi dan pemeliharaan peralatan untuk materials handling (misalnya
forklift); dan biaya perlengkapan yang digunakan sebagai biaya terkait. Di bawah ini
yang merupakan cost driver yang paling tepat untuk menetapkan biaya materials
handling dalam produk-produk yang dibuat adalah…

13 / 82
a. Jam kerja direct labor
b. Jumlah unit yang diproduksi
c. Jumlah vendor yang terlibat
d. Jumlah part yang digunakan

4. Alokasi dari biaya overhead untuk mengoperasikan departemen paling tidak

dapat disesuaikan dalam menetapkan….

a. Pendapatan dari sebuah produk atau unit fungsional


b. Biaya pengambilan keputusan manajemen
c. Biaya untuk kontrak dengan pemerintah dengan biaya tambahan
d. Pajak penghasilan

5. Manakah dari pilihan berikut merupakan product cost pada perusahaan


manufaktur?
a. Asuransi untuk bangunan kantor pusat perusahaan
b. Pajak bumi dan bangunan pabrik
c. Depresiasi kendaraan pegawai penjualan
d. Gaji dari manajer penjualan

6. Dalam operasi manufaktur tradisional, biaya langsung normalnya akan mencakup


a. Perbaikan mesin dalam pabrik otomotif
b. Listrik dalam instalasi elektronik
c. Kayu dalam pabrik furnitur
d. Komisi yang dibayarkan kepada personel penjualan

7. Jika sebuah produk membutuhkan listrik dalam jumlah besar untuk proses produksi
dan harga minyak mentah meningkat, manakan biaya di bawah ini yang juga ikut
meningkat?

a. Direct material
b. Direct labor
c. Prime cost
d. Conversion cost

8. Manakah pilihan berikut yang mendeskripsikan direct labor?

a. Prime cost
b. Period cost
14 / 82
c. Product cost
d. Product dan period cost

9. Indirect labor merupakan….

a. Prime cost
b. Conversion cost
c. Period cost
d. Nonmanufacturing cost

10. Contoh biaya direct labor adalah upah yang dibayar pada

Operator Supervisor
Mesin Pabrik dalam Pabrik

a. No No

b. No Yes

c. Yes Yes

8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:
 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.

15 / 82
KEGIATAN BELAJAR II

ABSORPTION VS VARIABLE COSTING

Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2, peserta diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang absorption costing dan variable costing, memahami dan
menjelaskan perbedaan antara absorption costing dan variable costing, serta
pengaruhnya terhadap pendapatan.

1. Pendahuluan

Penyajian informasi mengenai jumlah biaya produksi secara umum dapat dilihat
dalam laporan keuangan. Atas persediaan yang telah terjual maka biaya produksi
perunitnya dapat dianalisis dari Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold).
Sementara itu harga pokok produksi selanjutnya untuk tiap produk yang telah
jadi dilaporkan dalam akun persediaan.

Nilai yang dilaporkan dalam persediaan ataupun dalam Harga Pokok Penjualan
menggunakan model perhitungan absorption costing atau full costing. Penyajian
berdasarkan model absorption costing merupakan penyajian yang ditetapkan
oleh standar akuntansi keuangan. Perusahaan tidak dapat menyajikan informasi
persediaan dengan menyimpang dari ketentuan standar.

Sementara itu untuk kepentingan analisis internal penyajian yang paling


bermanfaat dalam analisis adalah membandingkan antara tingkat penjualan yang
bersifat variabel (unit terjual x harga jual per unit) dengan biaya produksi yang
juga bersifat variabel. Faktor pembaginya dalam hal ini satu yaitu unit yang
diproduksi atau unit yang terjual tergantung kasusnya, hal ini disebut dengan
Variable costing.

Sementara itu dalam penyajian yang diperkenankan oleh standar akuntansi


memiliki biaya overhead tetap dalam unsur inventory dan selanjutnya dalam
harga pokok penjualan yang tidak memiliki korelasi langsung dengan unit.

16 / 82
Secara internal untuk kepentingan manajemen variabel costing lebih bermanfaat
karena akan memberikan informasi margin kontribusi yang dapat dihasilkan dari
proses penjualan untuk membiayai biaya perusahaan selanjutnya (biaya tetap,
biaya pemasaran dan biaya administrasi serta biaya lainnya).

Di samping itu analisis unsur variabel dalam biaya manufaktur sangat relevan
karena memiliki hubungan linier antara jumlah unit dengan besaran nilai
moneternya. Sementara itu biaya tetap dalam overhead produksi tidak relevan
karena ada tidaknya produksi tidak berdampak pada keberadaan biaya tetap ini.

Analisis detail mengenai perbandingan antara absorption costing dengan variabel


costing terurai dalam bahasan berikut ini.

2. Absorption costing

Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya


persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabel
ataupun tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi
seluruh jenis biaya produksi, baik tetap maupun variabel.

Pencatatan dan pelaporan nilai (cost) persediaan dengan menggunakan metode


ini adalah membukukan seluruh biaya yang relevan dengan produk dan kegiatan
untuk menghasilkan produksi tersebut dalam satu akun. Unsur-unsur yang
terkait erat dengan kegiatan memproduksi produk dari bahan baku sampai
dengan produk jadi dan siap untuk diperjualbelikan antara lain: bahan langsung;
tenaga kerja manufaktur langsung; manufaktur overhead meliputi overhead
variabel dan overhead tetap. Hal ini sejalan dengan pengertian cost untuk aset
dalam standar akuntansi keuangan bahwa cost atau nilai perolehan dalam aset
adalah tidak hanya nilai perolehan aset itu sendiri melainkan juga harus
memperhitungkan segala biaya yang relevan untuk menjadikan aset tersebut
bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi bagi perusahaan.

Dalam definisi ini terdapat unsur biaya yang sangat relevan karena memiliki
gerak searah dan konstan naik/turunnya seiring dengan naik/turunnya produk
yang dihasilkan , antara lain:

 Direct material

 Direct labor
17 / 82
 Factory overhead – variabel

Sementara itu proses produksi juga didukung oleh kontribusi dari overhead yang
bersifat tetap. Karena overhead tetap ini memiliki peran dalam pembentukan
produk maka harus dikapitalisasi dalam nilai persediaan.

Dalam hal fixed overhead ini menghasilkan lebih dari satu jenis produk maka
jumlah fixed overhead ini harus dialokasikan habis ke seluruh produk jadi dengan
menggunakan pemicu biaya (cost driver) yang tepat.

Penyajian nilai persediaan secara absorption costing atau full costing ini selain
sesuai dengan standar akuntansi keuangan juga sesuai dengan ketentuan dalam
perpajakan khususnya dalam menghitung pajak penghasilan badan.

Direct material - Finished Goods


Variabel Awal

Direct labor - Finished Goods


Variabel yang dihasilkan

Factory Overhead Finished Goods


- Variabel Available for Sale

Fixed Overhead - Finished Goods


Applied Akhir

Cost of Goods
Sold
Fixed
Overhead
Control

Berdasarkan ilustrasi gambar dapat disimpulkan:


 Nilai tercatat inventory terdiri dari 4 unsur yaitu Direct material + Direct labor
+ Variabel Overhead + Alokasi dari Fixed Overhead yang dibebankan pada
produk tersebut (applied)

18 / 82
 Fixed factory overhead applied diperoleh dari fixed overhead control yang
menampung seluruh fixed overhead yang digunakan secara bersama dan
kemudian dialokasikan dengan menggunakan cost driver tertentu.
 Pada tahapan selanjutnya, apabila perusahaan menggunakan metode
pencatatan persediaan secara periodik, maka setelah ditambahkan dengan
nilai persediaan inventory awal maka diperoleh Persediaan (Inventory)
tersedia untuk dijual. Pencatatan ini berdasarkan alur akuntansi yang
menginformasikan menggunakan alur nilai moneternya. Secara fisik setelah
barang selesai di produksi maka saat barang tersedia di gudang maka
sesungguhnya barang tersebut telah siap untuk dijual.
 Kemudian pada setiap akhir periode manajemen melakukan perhitungan atas
persediaan yang belum terjual pada tanggal akhir periode tersebut dan
didapatkan nilai persediaan akhir. Secara fisik persediaan akhir adalah
persediaan yang belum terjual ketika tanggal laporan keuangan akan disusun.
 Selisih antara Persediaan tersedia untuk dijual (cost of finished goods
available for sale) dengan persediaan akhir merupakan Harga Pokok
Penjualan (cost of goods sold). COGS adalah nilai (cost) dari seluruh produk
yang telah terjual dalam satu periode.
Tahap selanjutnya adalah penentuan Laba Operasi dengan langkah penghitungan
sebagai berikut:

Penjualan (Sales Revenue) XXX


Less: Harga Pokok Penjualan (COGS) (XXX)
Laba Kotor (Gross Profit) XXX
Less: Beban Penjualan dan Administrasi (XXX)
(Selling and Administrative Expenses)
Laba Operasi (Operating Income) XXX

Beban Penjualan dan Beban Administrasi dilaporkan untuk fixed dan variabel.
Secara komersial Standar Akuntansi Keuangan melanjutkan penyajian Harga
Pokok Penjualan dengan unsur lain dan dituangkan dalam Laporan Laba Rugi
(Income statement).

19 / 82
Nilai penjualan dalam satu periode setelah memperhitungkan harga pokok
penjualan (atau dengan istilah lain adalah biaya produksi seluruh unit yang
terjual dalam periode yang sama) akan menghasilkan laba kotor.
Laba kotor kemudian dikalkulasikan dengan beban periodik yaitu beban
pemasaran (selling expense) dan beban administrasi (administrative expense)
maka akan diperoleh laba operasi (operating profit). Beban pemasaran dan
beban administrasi secara standar akuntansi keuangan tidak memiliki kontribusi
dalam proses pembuatan produk sehingga harus dibebankan ketika terjadi
(incurred) dan menjadi beban periodik. (Period Cost).
Hal ini berbeda treatmentnya dengan unsur biaya produksi yang selama produk
tersebut belum terjual maka tetap dilaporkan dalam neraca sebagai unsur dari
inventory.

3. Variabel Costing

Metode absorption costing atau full costing kurang memberikan manfaat bagi
manajemen karena faktor yang paling menentukan dalam analisis dan
pengambilan keputusan adalah analisis dalam biaya yang memiliki karakteristik
biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu muncul setiap periode dan tidak
tergantung pada volume (jumlah unit) produksi. Perhitungan unsur harga pokok
produksi hanya berfokus pada yang memiliki sifat variabel dan memiliki
hubungan linier dengan tingkat produksi. Makin banyak suatu produk dihasilkan,
maka secara linier makin tinggi biaya produksinya.
Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang
hanya terdiri atas variable costs. Variable costing biasa disebut direct
costing atau marginal costing.
Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagian
dan manufacturing overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed
manufacturing overhead tidak diperlakukan sebagai product cost tetapi
diperlakukan sebagai period cost.
Biaya tetap, termasuk biaya tetap dalam kelompok biaya overhead, tidak
dimasukkan dalam analysis penetapan nilai persediaan.

20 / 82
Hal-hal yang merupakan unsur dalam penetapan nilai produksi berdasarkan
analisis biaya variabel antara lain:

Direct material Finished Good


- Variabel awal - Variabel

plus
Direct labor - Nilai Inventory
Variabel awal – Variabel
(FG)

FOH - Variabel Finished Good


Available for Sale
- Variabel

minus
Selling & Adm
- Variabel
Finished Good Cost of Good
akhir – Variabel Sold

Finished Good Inventory Awal XXX


Work In Process Inventory Awal XXX
Material Inventory Awal XXX
Purchase of Inventory XXX
Cost of Material Available for Use XXX
Less: Material Inventory Akhir (XXX)
Cost of Direct material Used XXX
Direct labor XXX
Factory Overhead XXX
Total Manufacturing Cost Incurred XXX
Total Manufacturing Cost XXX
Less: Work In Process Akhir XXX
Cost of Good Manufactured XXX
Cost of Finished Available for Sale XXX
Less: Finished Good Akhir (XXX)
Cost of Good Sold XXX

21 / 82
Metode ini juga disebut sebagai metode direct costing karena hanya
memasukkan unsur biaya yang secara langsung berkaitan dengan keeratan
terhadap produk (biaya variabel).
Perbedaan komposisi nilai persediaan dan juga pengelompokkan biaya pada
awalnya akan mengakibatkan perbedaan dalam penyajian nilai baik nilai
inventory maupun laba bersih. Namun secara akumulasi laba/rugi setelah sekian
periode tertentu akan mencapai akumulasi nilai yang sama.

Variabel costing merupakan model perhitungan yang digunakan secara internal


sehingga tidak terdapat aturan standar yang mencatat mengenai
penjurnalannya. Manajemen dapat melakukan pancatatan sebagaimana jurnal
akuntansi komersial dapat juga mencatat dalam bentuk lain. Pencatatan ini
bersifat internal dan tidak untuk dipublikasikan dan tidak termasuk dalam sistem
akuntansi keuangan secara keseluruhan.

Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang
berkaitan erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan
proses produksi seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan
penurunannya sangat berkaitan dengan unit produksi. Selain itu manajemen juga
fokus pada margin kontribusi yang dihasilkan untuk kemudian dievaluasi
kecukupannya dalam membiayai biaya tetap yang selalu terjadi setiap periode.

4. Rangkuman

Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya


persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabel
ataupun tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi
seluruh jenis biaya produksi, baik tetap maupun variabel.
Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang
hanya terdiri atas variable costs. Variable costing biasa disebut direct
costing atau marginal costing.
Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagain
dan manufacturing overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed
manufacturing overhead tidak diperlakukan sebagai product cost tetapi
diperlakukan sebagai period cost.

22 / 82
Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang
berkaitan erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan
proses produksi seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan
penurunannya sangat berkaitan dengan unit produksi.

5. Tes Formatif 2

Soal Pilihan Ganda

Data berikut digunakan dalam soal-soal di bawahnya:


Januari
Biaya direct material per produk 1.000
Biaya direct labor per produk 2.000
Biaya variabel manufacturing overhead 3.000
Total biaya fixed manufacturing overhead 1.000.000
Total biaya fixed selling and administrative 400.000
Jumlah produk yang diproduksi 1.000
Jumlah produk yang dijual 900
Harga jual per produk 8.000
1. Berapa total absorption cost per produk untuk bulan Januari?
a. 6.000
b. 7.000
c. 7.111
d. 7.400

2. Berapa total biaya variabel per produk untuk bulan Januari?


a. 6.000
b. 7.000
c. 7.111
d. 7.400

3. Berapa operating income untuk bulan Januari menggunakan absorption costing?


a. 900.000
b. 400.000
c. 500.000
d. 1.800.000

4. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan absorption costing?


a. 600.000
b. 700.000
c. 711.100
d. 800.000

5. Berapa operating income untuk bulan Januari menggunakan variable costing?


a. 900.000
b. 400.000
c. 500.000
d. 2.000

23 / 82
6. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan variable costing?
a. 600.000
b. 700.000
c. 711.100
d. 800.000

7. Bonus untuk manajemen seharusnya tidak dimasukkan dalam operating income di


bawah metode costing mana?
a. Absorption costing
b. Variable costing
c. Blended costing
d. Semua jawaban benar

8. Metode costing mana yang menunjukkan contribution margin tiap produk pada
laporan laba/rugi?
a. Absorption costing
b. Variable costing
c. Blended costing
d. Semua jawaban benar

9. Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi dan menjual sebuah produk tunggal.


Tahun pertama mampu memproduksi 100.000 unit produk dengan rincian biaya
sebagai berikut:
Manufacturing Nonmanufacturing
Variable 600.000 500.000
Fixed 400.000 300.000

Perusahaan mampu menjual 85.000 unit produk dengan harga penjualan 30 perunit.
Menggunakan absorption costing, berapakah nilai operating profit perusahaan?
a. 750.000
b. 900.000
c. 975.000
d. 1.020.000

10. Menggunakan data pada nomor 9 di atas, berapakah nilai operating profit
perusahaan menggunakan variable costing?
a. 750.000
b. 840.000
c. 915.000
d. 975.000

6. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:

24 / 82
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.

25 / 82
KEGIATAN BELAJAR III

PERILAKU BIAYA DAN RELEVANT RANGE

Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3, peserta diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan variable cost dan fixed cost, mixed cost dan kisaran relevan (relevant
range).

1. Pendahuluan

Biaya dapat diklasifikasikan sesuai perilakunya. Perilaku biaya mengacu pada


bagaimana sebuah biaya akan berubah seiring dengan perubahan level aktivitas.
Manajer yang memahami bagaimana perilaku biaya akan mampu
memprediksikan bagaimana biaya akan berubah dalam beragam alternatif.
Sebaliknya, mengambil keputusan tanpa melalui pertimbangan dan pemahaman
memadai terhadap pola perilaku biaya akan berdampak buruk. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan yang mampu menetapkan pola biaya yang dibutuhkan dalam
proses produksi akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dan lebih tepat
dibandingkan perusahaan yang hanya menggunakan asumsi atas biaya-biaya
yang dibutuhkan dalam proses produksinya, umumnya terjadi pada perusahaan
yang kebingungan menetapkan biaya tetap dan biaya variabel, sehingga memicu
penurunan profit. Menghindari hal tersebut, manajer harus mampu memprediksi
secara akurat biaya apa saja yang akan timbul dalam tiap level aktivitas.
Bab ini akan mengulas tentang biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap
(fixed cost) dan perilaku biaya lainnya.

2. Variable Cost

Biaya variabel (variable cost) adalah sebuah biaya yang bervariasi secara total.
Biaya variabel ini nilai totalnya akan berubah secara proporsional sebanding
dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Besar kecilnya total biaya
variabel dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi/penjualan secara
proporsional.
26 / 82
Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dan berdampak langsung dalam
volume produksi, misalnya direct material. Nilai biaya variabel perunit akan
konstan dalam jangka pendek (short run) terlepas dari level produksinya.
Variable cost dalam short run

Gambar 3.1
Biaya seragam perunit, tetapi totalnya berfluktuasi, berbanding langsung dengan
jumlah kegiatan atau volume bersangkutan.
Total biaya variabel berubah seiring dengan perubahan proporsi dari volume
aktivitas (aktivitas bisnis yang mempengaruhi biaya). Aktivitas tersebut meliputi
penjualan, produksi, dan distribusi. Aktivitas dapat diukur dengan jumlah produk
yang terjual, unit yang diproduksi, atau kilometer distribusi.
Variable cost dalam long run

Gambar 3.2
Contoh lain dari biaya variabel adalah biaya dari hampir semua barang dagangan,
bahan baku, suku cadang, peralatan kantor, komisi, dan berbagai jenis upah.

3. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya yang tidak akan berubah secara total selama periode waktu tertentu,
sekalipun terjadi perubahan atas tingkat aktivitas atau volume terkait. Total biaya
tetap (fixed cost) selalu konstan dengan kisaran relevan dari aktivitas.

27 / 82
Tidak seperti biaya variabel, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam
aktivitas. Oleh sebab itu, meskipun level aktivitas meningkat atau menurun, total
biaya tetap tidak berubah (konstan) kecuali dipengaruhi oleh unsur lain seperti
perubahan harga biaya itu sendiri.

Fixed costs secara total nilainya tidak berubah dalam short run terlepas dari level
produksinya. Sebagai contoh, jumlah yang dibayarkan untuk divisi perakitan
sama meskipun proses produksi dihentikan seluruhnya.

Fixed cost dalam short run

Gambar 3.3

Bagaimanapun juga, fixed cost per unit bervariasi secara tidak langsung dengan
level aktivitasnya.

Fixed cost dalam activity level beragam

Gambar 3.4

Contohnya adalah biaya sewa. Misalnya Laboratorium Produa menyewa mesin


penguji sampel senilai Rp20.000.000 perbulan. Biaya sewa yang timbul akan
tetap sebesar Rp20.000.000 selama sebulan mengesampingkan frekuensi
pengujian sampel yang dilaksanakan.
Karena biaya tetap secara total selalu bernilai konstan, maka rata-rata biaya
tetap perunit akan menjadi semakin kecil secara progresif seiring dengan
peningkatan level aktivitas. Seperti misalnya sebuah pabrik yang memiliki
28 / 82
kapasitas produksi 1.000 produk perbulan, dengan biaya tetap senilai
Rp100.000.000 maka rata-rata biaya tetap perproduk adalah sebesar Rp100.000.
jika tingkat produksi ditingkatkan menjadi 10.000 produk perbulan, maka dengan
biaya tetap sebesar Rp100.000.000 akan menghasilkan biaya tetap rata-rata
sebesar Rp10.000 perproduk.
Contoh lain dari biaya tetap meliputi depresiasi garis lurus, asuransi, pajak
properti (PBB), sewa, gaji supervisor, gaji administrator, dan iklan.

4. Other Cost Behavior

Biaya yang memiliki komponen baik variabel maupun tetap disebut sebagai biaya
campuran (mixed cost). Sebagai contoh, Perusahaan Telekomunikasi
mengenakan biaya sebesar Rp100.000 perbulan atas jasa komunikasi yang
disediakan dan Rp1.000 untuk penggunaan per menit. Jika konsumen
menggunakan telepon selama 100 menit, Perusahaan Telekomunikasi akan
mengenakan biaya sebesar Rp200.000 (Rp100.000 + (100 menit x Rp1.000).
Biaya sebesar Rp100.000 merupakan biaya tetap yang dikenakan konstan
perbulan karena berapa kalipun jasa komunikasi dipergunakan. Sedangkan biaya
sebesar Rp1.000/menit merupakan biaya variabel yang meningkat seiring dengan
peningkatan proporsi pemakaian permenit. Jika penggunaan jasa meningkat dua
kali lipat menjadi 200 menit, maka total biaya variabel juga meningkat menjadi
Rp200.000. Sehingga total biaya yang timbul adalah sebesar Rp300.000
(Rp100.000 + (200 menit x Rp1.000).
Untuk menghitung total mixed cost bisa menggunakan formula berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Total mixed cost
a = Total biaya tetap
b = biaya variabel per unit dari aktivitas
X = level aktivitas

29 / 82
Kadang porsi fixed dan variable dalam biaya campuran tidak ditetapkan pada
kontrak sebagaimana dicontohkan sebelumnya sehingga harus diestimasikan.
Dua metode mengestimasikan biaya campuran umumnya adalah:
a. High-low method yang digunakan untuk menghasilkan garis regresi dengan
mendasarkan formula pada nilai tertinggi dan terendah dalam rentang
observasi. Perbedaan dalam biaya antara level aktivitas tertinggi dan
terendah (bukan output) dibagi dengan selisih dalam level aktivitas untuk
memenuhi porsi variabel dalam biaya. Kritik utama dalam metode high-low
adalah bahwa titik high dan low mungkin sebuah kondisi abnormal yang tidak
menunjukkan kondisi normal.
b. Metode regresi (scattergraph) yang menentukan tingkat rata-rata variabilitas
biaya campuran, alih-alih variabilitas antara titik high dan low dalam sebuah
kisaran.
Contoh:

30 / 82
5. Relevant range and Marginal cost

Kisaran relevan merupakan sebuah ikatan volume dimana total biaya tetap
bernilai tetap dan biaya variabel perunit juga konstan. Untuk memperkirakan
biaya yang timbul, manajer perlu memahami tentang kisaran relevan karena
total biaya “tetap” dapat berbeda dari satu kisaran range satu ke kisaran lain dan
biaya variabel per unit juga dapat berbeda dalam beragam kisaran relevan.
Relevan range adalah batas normal (limit) dari satu aktivitas atau volume dimana
hubungan antara tingkat volume dengan biayanya terdapat keterkaitan. Aktivitas
perusahaan dalam scope (range) yang relevan akan membawa perusahaan
mampu mempertahankan biaya variabel per unit dan fixed cost yang konstan.
Pelaksanaan produksi dalam wilayah yang relevan pada umumnya disebut
produksi dalam fase yang short run.
Penambahan kapasitas terpasang karena mengantisipasi peluang akan
membawa konsekuensi instalasi sarana produksi dan ini umumnya bersifat
jangka panjang. Bahkan secara jangka panjang (long run) seluruh biaya (termasuk
biaya tetap) akan menjadi biaya variabel.
Penjelasan di atas dapat dicontohkan dengan sebuah mesin memiliki kapasitas
produksi 100 unit per hari dengan total investasi Rp1.000.000,-. Dengan satu
mesin pabrik tersebut perusahaan memiliki kisaran relevan 100 sampai 200 unit
produksi. Apabila ingin menaikkan produksi menjadi 150 unit per hari maka
pabrik harus menambah 1 mesin yang sama dengan tambahan investasi
Rp1.000.000 sehingga biaya tetap menjadi Rp2.000.000 yang akan konstan untuk
memenuhi kapasitas produksi 101 – 200 unit per hari sebagai kisaran relevan
baru. Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Kisaran Relevan
Biaya tetap

30.000.000

20.000.000

10.000.000

0 50 100 150 200 250 300

Volume dalam jam

31 / 82
Perilaku Biaya (dalam kisaran relevan)
Biaya
Dalam Total Per-Unit
Biaya Variabel Total biaya variabel Biaya variabel perunit
meningkat dan menurun tetap
sebanding dengan
perubahan level
aktivitas
Biaya Tetap Total biaya tetap tidak Biaya tetap perunit
dipengaruhi oleh berkurang seiring
perubahan dalam level peningkatan level
aktivitas dalam kisaran aktivitas dan meningkat
range seiring penurunan level
aktivitas

Kisaran relevan dan biaya marginal merupakan konsep yang berkaitan. Biaya
marginal merupakan biaya tambahan (incremental) muncul dengan
menghasilkan satu tambahan unit output. Dengan demikian, biaya marginal
tetap konstan sepanjang kisaran relevan. Namun, kisaran relevan ada hanya
untuk masa waktu tertentu. Oleh karena itu, seluruh biaya merupakan variabel
dalam jangka panjang.

6. Rangkuman

Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi secara langsung terhadap volume
produksi seperti material langsung (direct material) dan biaya variabel bernilai
konstan dalam jangka pendek terlepas dari level produksi. Meskipun demikian,
biaya variabel secara total bervariasi langsung dan proporsional terhadap
perubahan volume.

Biaya tetap bernilai tetap (tidak berubah) dalam jangka pendek terlepas dari
level produksinya. Misalnya, jumlah yang dibayarkan pada lini perakitan bernilai
sama meskipun produksinya berhenti sama sekali.

Biaya campuran (mixed cost) mengkombinasikan elemen-elemen biaya tetap dan


biaya variabel. Sebagai contoh, beban sewa kendaraan bisa terdiri atas fee tetap
bulanan ditambah dengan fee untuk penggunaan perkilometer sebagai biaya
variabelnya.

32 / 82
7. Tes Formatif 3
Soal Pilihan Ganda
1. Biaya bulanan untuk menyewa pabrik produksi adalah
a. prime cost dan inventoriable cost.
b. prime cost dan period cost.
c. conversion cost dan inventoriable cost.
d. conversion cost dan period cost

2. Secara umum, biaya yang paling mudah diprediksi adalah


a. fixed cost per unit.
b. total cost per unit.
c. variable cost per unit.
d. total variable costs.

3. Perusahaan menetapkan beban depresiasi (misalnya straight-line method)


sebagai....
a. Biaya tetap (fixed cost)
b. Biaya campuran (mixed cost)
c. Biaya variabel (variable cost)
d. Semua jawaban salah

4. Jika perusahaan meningkatkan harga penjualan per-unit atas sebuah produk,


maka titik break-even point akan....
a. Meningkat
b. Menurun
c. Tetap
d. Semua jawaban salah

5. Biaya-biaya manakah di bawah ini yang nilainya secara total akan konstan ketika level
pemicu aktivitas (activity driver) berubah?
a. Conversion cost
b. Direct cost
c. Fixed cost
d. Variable cost

6. Pernyataan mana di bawah ini yang menjelaskan perbedaan antara high-low


method dan scatterplot method?
a. High-low method menggunakan seluruh activity points; scatterplot
method hanya menggunakan dua poin.
b. High-low method menggunakan poin aktivitas tinggi dan rendah;
scatterplot method menggujinkan pengguna untuk memilih dua poin yang
lebih baik dalam merepresentasikan hubungan antara aktivitas dengan
biaya.
c. High-low method menggunakan koefisien korelasi; scatterplot method
menggunakan koefisien determinasi.
d. High-low method menggunakan biaya dari catatan akuntansi; scatterplot
method menggunakan biaya dari catatan operasional.

33 / 82
7. Mengapa managerial judgment terlalu kritis dalam menetapkan perilaku
biaya (cost behavior)?
a. Seluruh metode statistik terkenal tidak reliable.
b. Metode-metode statistik memiliki keakuratan tinggi dalam
menggambarkan kondisi lampau namun tidak mampu mereamalkan masa
depan.
c. Rincian biaya tetap dan variabel dicatat dalam catatan akuntansil
manajemen hanya perlu mengetahui akun yang layak untuk dicari.
d. Managerial judgment tidak kritis; metode statistik dapat menangkap
seluruh keahlian manajer tanpa ada bias.

8. Perusahaan XYZ memiliki biaya variabel sebesar $120.000 jika memproduksi barang
sebanyak 15.000 unit. Kisaran relevan adalah 10.000 – 20.000 unit. Jika terjadi
produksi barang sebanyak 12.000 unit, maka biaya variabel yang muncul adalah
sebesar:
a. $10 perunit
b. $120.000 secara total
c. $8 perunit
d. $90.000 secara total

9. Perusahaan PRQ memiliki total biaya tetap sebesar $64.000 jika 8.000 unit
diproduksi. Kisaran relevan sebesar 8.000 – 16.000 unit. Jika 10.000 unit diproduksi,
maka biaya tetap adalah sebesar:
a. $80.000 secara total.
b. $8 per unit.
c. $48.000 secara total.
d. $6,40 per unit.

10. Dengan menggunakan klasifikasi manufacturing costs, yaitu prime costs and
conversion costs, komponen biaya yang ada di keduanya adalah:
a. Biaya material langsung
b. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung
c. Biaya variable manufacturing overhead
d. Biaya fixed manufacturing overhead

8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:

34 / 82
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik,
apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun
apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang
mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.

35 / 82
KEGIATAN BELAJAR IV

COST VOLUME PROFIT ANALYSIS

Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4, peserta diharapkan mampu memahami
dan menjelaskan tentang asumsi yang digunakan dalam cost volume profit
analysis, memahami dan menjelaskan tentang cara penentuan break-even-point
(BEP), penentuan BEP unit dan BEP dollar, memahami dan menjelaskan margin
of safety, target operating income, dan target net income.

1. Pendahuluan

Analisis hubungan antara cost, volume, dan profit (CVP – Cost-Volume-Profit)


sering kali juga disebut sebagai analisis titik impas (breakeven analysis). CVP
analisis merupakan alat bantu manajer untuk memahami hubungan antara biaya
(cost), volume, dan profit dengan mengaitkan harga jual produk, volume produk,
biaya variabel per unit, biaya tetap dan juga bauran yang mungkin terjadi pada
saat penjualan.

Analisis CVP yang tepat mampu membantu manejemen dalam mengambil


keputusan antara lain jumlah produksi yang akan dilakukan atau dijual, kebijakan
harga jual, strategi pemasaran yang akan digunakan, dan fasilitas-fasilitas
produksi yang kemungkinan harus diakuisisi atau dieliminasi. Manajemen juga
akan memperoleh informasi mengenai profit/loss yang akan diraih dengan
membandingkan harga jual dengan biayanya, juga kuantitas yang akan
diproduksi dan dijual.

Dengan harapan memperoleh profit, manajemen fokus pada titik kritis yaitu titik
impas yang merupakan titik penentu dimana perusahaan akan mengalami
kerugian. Selain itu juga manajemen akan fokus pada bagaimana menyikapi biaya
tetap yang selalu terjadi setiap periode dengan atau tanpa adanya penjualan.

36 / 82
Seluruh informasi dan tantangan ini akan terjawab dengan analisis hubungan
antara cost, volume, dan profit.

Analisis CVP adalah metode sistematis yang menjelaskan hubungan perubahan


antara volume (output), hasil penjualan, biaya dan laba bersih. Sebagai sebuah
model dari hubungan-hubungan ini, analisis CVP menyederhanakan kondisi yang
sesungguhnya dihadapi oleh perusahaan dalam dunia usaha.

Sasaran analisis CVP adalah menetapkan apa yang terjadi terhadap posisi
keruangan perusahaan jika tingkat kegiatan atau volume produksi berfluktuasi.
Analisis ini didasarkan pada hubungan antara hasil penjualan, biaya dan laba
dalam jangka pendek, dimana output perusahaan dibatasi oleh kapasitas operasi
yang ada pada saat itu. Dalam jangka pendek, beberapa input yang bisa
ditingkatkan dengan segera misalnya tambahan bahan baku atau tenaga kerja
unskilled. Sedangkan input berupa tenaga kerja berpengalaman, tenaga kerja
terampil, perluasan pabrik, penambahan mesin yang sudah ada tidak akan bisa
diadakan segera.

2. Asumsi

Analisis cost value profit mengasumsikan bahwa manajer dapat mengklasifikasi


masing-masing biaya ke dalam biaya variabel atau biaya tetap dan
mengasumsikan bahwa satu-satunya faktor yang mempengaruhi biaya adalah
volume, dengan catatan biaya tetap tidak berubah.

Mayoritas bisnis tidak bisa secara sempurna memenuhi asumsi ini jika
pertimbangkannya mayoritas bisnis menggunakan biaya campuran (mixed cost),
sehingga para manajer tidak menetapkan angka CVP secara tepat, namun hanya
dalam kisaran perkiraan.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam CVP lainnya adalah:

a. Hubungan cost dan revenue dapat diprediksi dan bersifat linier dalam aktivitas range
yang relevan.

b. Total variabel cost berubah secara proporsional dengan volume dalam range yang
relevan.

c. Perubahan dalam jumlah inventory misalkan hilang, menyusut, dan lainnya jika ada,
secara jumlah tidak signifikan
37 / 82
d. Biaya Tetap selalu konstan dalam range yang relevan dengan volume.

e. Harga jual dan kondisi pasar konstan

f. Tingkat produksi sama dengan tingkat yang terjual

g. Revenue dari bauran pemasaran konstan

h. Semua biaya baik yang tetap maupun yang Variabel dalam jangka waktu yang sesuai
akan memiliki sifat yang sama , namun apabila dianalisis dalam jangka waktu yang
lebih lama semua biaya sepertinya akan bersifat variabel.

i. Teknologi dan tingkat efisiensi produksi konstan

j. Pendapatan dan biaya akan bervariasi hanya disebabkan karena perubahan volume.
Volume merupakan satu-satunya pemicu (driver).

k. Titik impas berhubungan langsung dengan biaya dan kebalikannya berhubungan


dengan anggaran Margin of safety dan contribution margin.

l. Time value of money diabaikan.

Penggunaan asumsi-asumsi ini mengharuskan analisis CVP dilakukan dalam


situasi kepastian. Namun dalam pelaksanaannya pengambilan putusan dibuat
dalam situasi yang tidak pasti. Dalam hal ini probabilitas mengenai keragaman
hasil yang akan diraih dan juga sensitivitasnya sangat perlu dianalisis terutama
dalam hal adanya ketidakpastian.

3. Penentuan BEP Dalam Unit

Titik impas (break even point) adalah tingkatan dari output dimana pada titik
tersebut total pendapatan sama dengan total biaya sehingga profit sama dengan
Nol. Setiap penambahan unit yang diproduksi di atas BEP akan menghasilkan
operating income. Penghitungan paling sederhana dalam menetapkan breakeven
dalam unit adalah dengan membagi biaya tetap dengan unit contribution margin
(UCM). UCM sebanding dengan harga penjualan dikurangi biaya variabel unit.

Titik ini bisa ditentukan dengan menggunakan analisis CVP memakai metode
persamaan. Model CVP diselesaikan dengan memasukkan nilai-nilai v, p, dan f. N
ditetapkan sama dengan nol kemudian menghitung nilai Q.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan manufaktur dalam memproduksi barang


membutuhkan biaya variabel $120, biaya tetap $2.000, margin kontribusi $80.

38 / 82
Barang tersebut dijual senilai $200/unit. Jika perusahaan manufaktur tersebut
menjual 5 unit produk, maka dengan persamaan akan diperoleh laba operasi
sebesar:

𝑝×𝑄 = 𝑓+𝑣×𝑄+𝑁
200 × 5 = 2.000 + 120 × 5 + 𝑁
𝑁 = (200 × 5) − 2.000 − (120 × 5)
𝑁 = 1.000 − 2.000 − 600
𝑁 = −1.600
Diketahui:

Q = penjualan perunit

v = biaya variabel perunit

f = total biaya tetap

p = harga perunit

N = laba operasi (tidak termasuk laba dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
tidak berulang dan pajak penghasilan)

Untuk mendapatkan nilai BEP, maka asumsikan N = 0, sehingga:

𝑝×𝑄 = 𝑓+𝑣×𝑄+𝑁
200 × 𝑄 = 2.000 + 120 × 𝑄 + 𝑁
0 = (200 × 𝑄 ) − 2.000 − (120 × 𝑄 )
80𝑄 = 2.000
𝑄 = 25 𝑢𝑛𝑖𝑡
Dengan mengasumsikan N = 0, maka titik impas adalah Q = 25 unit perbulan (300
unit pertahun).

4. Penentuan BEP dalam Nilai Uang

Jumlah unit yang dijual, biaya variabel perunit, dan harga jual terkadang tidak
diketahui atau tidak praktis untuk ditentukan. Misalnya sebuah perusahaan
memiliki banyak produk dan ingin menentukan titik impas keseluruhan untuk
semua produk secara bersama-sama. Untuk itu, tidaklah praktis menentukan titik
impas dalam unit setiap produk, tapi dimungkinkan untuk menemukan titik
impas dalam satuan nilai penjualan semua produk. Kita menggunakan metode
titik impas yang sedikit dimodifikasi, dengan Y adalah titik impas dalam satuan
nilai penjualan:

𝑌 = (𝑣⁄𝑝) × 𝑌 + 𝑓 + 𝑁
39 / 82
Dengan menggunakan prinsip aljabar, dapat kita lihat bahwa persamaan ini
ekuivalen dengan persamaan yang digunakan sebelumnya untuk titik impas
berdasarkan unit, tetapi Q digantikan oleh Y/p, yaitu jumlah penjualan adalah Y =
Q x p. Dengan menggunakan data ilustrasi contoh di atas, kita anggap bahwa kita
belum tahu harganya Rp 75 dan biaya variabel perunit adalah Rp35, melainkan
kita hanya mengetahui biaya variabel total (Rp 84.000) dan total penjualan
(Rp180.000). kita bisa mendapatkan rasio v/p = 0,4667 (Rp84.000/Rp180.000)
dan menghitung titik impas dalam dolar:

𝑌 = (0,4667) × 𝑌 + 𝑅𝑝5.000
𝑌 = 𝑅𝑝9.375 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

Contoh lain, rasio contribution margin perusahaan manufaktur adalah sebesar


66,667% (US $0,40 ÷ US $0,60). Maka nilai breakeven point in dollars = Fixed
costs ÷ CMR, yaitu US $10,000 ÷ 0,66667. Perhitungan tersebut menghasilkan
BEP in dollar sebesar US $15,000.

5. Margin of safety

Margin of safety merupakan kelebihan atas penjualan yang diharapkan


dibandingkan penjualan break even. Karena itu Margin of safety menjadi
“bantalan” bagi penurunan penjualan yang mampu ditanggung perusahaan
tanpa menderita kerugian. Dengan kata lain, Margin of safety menunjukkan
seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita
kerugian.

Manager menggunakan Margin of safety untuk mengevaluasi risiko baik


operasional perusahaan yang sedang berjalan dan rencana mereka di masa
depan. Sebagai permisalan, Lab. Produa memiliki titik break even setelah 100
pengujian sampel. Dengan asumsi bahwa Produa akan mampu melayani 350
pengujian sampel, maka Margin of safety adalah:

Expected sales - Breakeven sales = Margin of safety sales


350 pengujian - 200 pengujian = 150 pengujian

Margin of safety X Sales price = Margin of safety in

40 / 82
sales currency
150 pengujian X Rp100.000 = Rp20.000.000

Kegiatan pengujian (penjualan) Lab. Produa dapat turun sampai 150 pengujian
atau sebesar Rp20.000.000 sebelum menderita kerugian. Persentase Margin of
safety (150 pengujian) pada Lab. Produa adalah sebesar 42,85% dari total
expected sales (350 pengujian). Dengan cara lain, Margin of safety jika
dinyatakan dalam persentase, maka rumusnya:
𝐸𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 − 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘 𝐸𝑣𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑀𝑆 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐸𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

Metode Margin of safety akan berguna bagi perusahaan untuk menjaga agar
penjualan tidak turun melampaui titik aman. Berikut disajikan ilustrasi
perbandingan dua margin safety yang berbeda:

(Dalam Rupiah)
Penjualan 1.000.000 100% 1.000.000 100%
Biaya variabel 750.000 75% 600.000 60%
CM 250.000 400.000
Biaya Tetap 150.000 300.000
100.000 100.000

BEP Rp150.000 : 25% 600.000


BEP Rp300.000 : 40% 750.000

MS dalam rupiah
1.000.000 – 600.000 400.000
1.000.000 – 750.000 250.000

MS dalam persentase
400.000 : 1.000.000 40%
250.000 : 1.000.000 25%

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa Margin of safety opsi B lebih kecil


dibandingkan opsi A sehingga jika terjadi resesi maka perusahaan yang
menggunakan opsi B akan lebih cepat mengalami kerugian. Tetapi jika terjadi
kenaikan penjualan, opsi B lebih baik dibanding opsi A karena memiliki
contribution margin yang lebih baik. Perusahaan yang memiliki contribution
margin tinggi dan biaya tetap rendah merupakan bentuk usaha yang ideal dalam
meraih keuntungan.
41 / 82
6. Target Operating Income

Selain bisa memprediksi Break Even dimana Operating Income = 0, mperusahaan


dapat juga menggunakan CVP sebagai sarana untuk menetapkan operating
income yang akan diraih.
Dengan adanya target operating income, maka perusahaan dapat memprediksi
pada kuantitas berapa penjualan harus dilakukan berikut dengan upaya-upaya
yang harus dilakukan.
Ilustrasi:
Dengan menggunakan asumsi yang sama Harga Jual Per unit $ 0,60 dan biaya
variabel per unit $ 0,20 dan biaya tetap sebesar $ 10,000, apabila perusahaan
mentargetkan pendapatan sebesar $ 2,000, berapa unit yang harus terjual.
Jawaban:
2,000 = 0,6Q – 0,2Q – 10,000
Q = 12,000 / (0,4) = 30,000 unit.

7. Target Net Income

Sejauh ini kita telah mengabaikan dampak pajak penghasilan dalam analisis CVP
atau biaya-volume-laba. Target laba yang ingin dicapai manajer dinyatakan
dalam istilah laba bersih pada rencana strategisnya, yaitu laba operasi dikurangi
pajak penghasilan. Karena manajemen puncak ingin agar para manajer di
bawahannya memperhitungkan dampak keputusannya terhadap laba operasi
setelah pahak penghasilan dibayarkan. Beberapa keputusan mungkin tidak
berdampak besar terhadap laba operasi. Namun bisa jadi keputusan itu dapat
menurunkan pajak sehingga menarik dari sudut pandang laba bersih sehingga
berpengaruh terhadap dividen saham yang akan dibagikan dan meningkatkan
kemampuan pengembalian atas investasi.
Evaluasi atas laba bersih menggunakan CVP bagi target laba harus ditetapkan
dalam terminologi target laba bersih, bukan target laba operasi. Dapat
dicontohkan, manajer ingin mengetahaui jumlah unit yang harus terjual untuk
mendapatkan laba bersih sebesar Rp 960.000.000 dengan asumsi tarif pajaknya
adalah 40%. Dengan menggunakan metode persamaan:
Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap = Target laba operasi
Target laba bersih = (Target laba operasi) – (Target laba operasi x Tarif pajak)

42 / 82
Target laba bersih = (Target laba operasi) x (1 - Tarif pajak)
Target Laba bersih
Target laba operasi =
1 − 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
Dengan melakukan substitusi atas target laba operasi, kita akan peroleh:

Target Laba bersih


Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap =
1 − 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

Dengan asumsi pendapatan 200.000.000, biaya variabel 120.000.000, dan biaya


tetap 1.000.000.000, kita akan memperoleh hasil:

960.000.000
(200.000.000 x Q)– (120.000.000x Q) – 1.000.000.000 =
1 − 0,40

(200.000.000 x Q)– (120.000.000x Q) – 1.000.000.000 = 1.600.000.000

80.000.000 x Q = 2.600.000.000

1.600.000.000
𝑄= 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
80.000.000

Q = 20 per unit

Selain itu, kita juga bisa menggunakan metode marjin kontribusi dan persamaan
sebelumnya:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖


Jumlah unit output yang harus dijual = 𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


Target laba operasi = 1−𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

Maka:
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 +
1−𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
Jumlah unit output yang harus dijual = 𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

Dengan menggunakan angka pada contoh di atas, maka diperoleh hasil:


960.000.000
1.000.000.000 +
1−0,4
Jumlah unit output yang harus dijual = = 32,5 unit
80.000.000

8. Rangkuman

Break even point nilai penjualan sama dengan biaya tetap dibagi dengan
contribution margin ratio (CMR). CMR adalah rasio contribution margin terhadap
harga jual baik secara total maupun perunit.

43 / 82
Margin of safety adalah sebuah ukuran yang mengantisipasi risiko. Perusahaan
menghadapi ketidakpastian pendapatan. Disatu sisi terdapat titik impas sehingga
margin of safety merupakan tingkat penjualan yang di anggarkan di atas titik
impas. Jika risiko terjadi maka margin of safety adalah titik aman yang kritis
dimana setelah titik aman ini terlewati maka secara pasti perusahaan akan
mengalami kerugian.

9. Tes Formatif 4
Soal Pilihan Ganda
1. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap dalam produksi sebesar $450.000
dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai. Biaya variabel per uni
sebesar $15 dan harga penjualan perunit sebesar $25. Dari data tersebut,
volume BEP dalam penjualan adalah….
a. 18.000
b. 30.000
c. 45.000
d. 60.000

2. Jika pemerintah hendak meningkatkan tarif pajak untuk PPh Badan,


hubungan antara biaya setelah pajak dan volume penghasilan untuk
perusahaan tunggal akan ikut berubah sebagaimana berikut….
a. BEP akan meningkat
b. BEP akan menurun
c. Tidak ada perubahan dalam BEP
d. Tidak ada perubahan apapun dalam cost-volume-profit relationships

3. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap untuk produksinya sebesar


$450.000 dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai.biaya variabel
perunit sebesar $15 dan harga penjualan perunit $25. BEP akan tercapai
ketika penjualan adalah sebesar….
a. 18.000 unit
b. 30.000 unit
c. 45.000 unit
d. 60.000 unit

44 / 82
4. Perusahaan retail menetapkan harga jual sebesar 60% dari biaya variabel.
Sebagai tambahan, perusahaan menggunakan harga jual yang sering
diturunkan untuk menstimulasi penjualan. Jika rata-rata penurunan tersebut
adala 10%, maka berapa contribution margin ratio perusahaan?
a. 27,5%
b. 30,6%
c. 37,5%
d. 41,7%

5. Sebuah perusahaan memiliki penjualan $500.000, biaya variabel $300.000


dan pendapatan sebelum pajak $150.000. Jika perusahaan meningkatkan
harga jual perunit sebesar 10%, mengurangi biaya tetap 20%, dan biaya
variabel tetap, maka BEP in sales dollar yang baru adalah….
a. $88.000
b. $100.000
c. $110.000
d. $125.000

6. Strategi untuk menurunkan BEP umumnya adalah…


a. Meningkatkan baik biaya tetap maupun contribution margin
b. Menurunkan baik biaya tetap maupun contribution margin
c. Menurunkan baik biaya tetap dan meningkatkan contribution margin
d. Meningkatkan baik biaya tetap dan menurunkan contribution margin

7. Pada titik BEP, nilai contribution margin sama dengan…


a. Biaya variabel
b. Penjualan
c. Biaya penjualan dan administrasi
d. Biaya tetap

8. Dalam menggunakan CVP untuk menghitung unit yang diharapkan terjual


(expected unit sales) , manakah dari pilihan berikut yang sebaiknya
ditambahkan pada biaya tetap sebagai pembilang.
a. Prediksi kerugian operasional
b. Prediksi keuntungan operasional
c. Unit contribution margin (UCM)
d. Biaya variabel

45 / 82
9. Peningkatan pada contribution margin per unit…
a. Menurunkan BEP
b. Meningkatkan BEP
c. Tidak mengubah BEP
d. Artinya terdapat perubahan pada fixed cost per unit

10. Jika biaya tetap suatu produk meningkat sementara biaya variabel dan harga
penjualan tetap, apa yang akan terjadi pada contribution margin dan BEP?
CM BEP

a. Meningkat Menurun

b. Menurun Meningkat

c. Tetap Increase

d. Tetap Tetap

10. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.

46 / 82
KEGIATAN BELAJAR V

BIAYA RELEVAN (Relevant Cost)

Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 5, peserta diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang analisis differensial/inkremental, memahami dan menjelaskan
tentang biaya relevan dan model biaya relevan lain.

1. Pendahuluan

Berkaitan dengan kapasitas atau volume yang dimiliki perusahaan, dalam satu
saat terdapat kondisi adanya space atau kapasitas yang tidak tergunakan karena
perusahaan beroperasi saat ini belum memanfaatkan semaksimal mungkin
kapasitas yang tersedia. Penyebab perusahaan beroperasi di bawah kapasitas
maksimal dapat beragam, seperti kondisi pasar memang belum sepenuhnya
menyerap produksi perusahaan, skala ekonomis perusahaan akan terlewati jika
beroperasi lebih dari kapasitas optimum, dan sebab lainnya. Untuk itu
perusahaan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan excess capacity dengan
menggunakan analisis marginal (analisis diferensial atau analisis incremental).
Untuk pemanfaatan kapasitas yang berlebih ini perusahaan menghadapi
berbagai pilihan atau alternative. Masing-masing alternatif memiliki karakteristik
potensi pendapatan dan juga cost yang harus ditanggung dalam setiap alternatif.
Alternatif pengambilan keputusan dapat berupa:
a. Membeli atau memproduksi sendiri
b. Produx Mix dengan Batasan Kapasitas
c. Divestasi
d. Menjual atau memproses lebih lanjut hasil produksi

2. Analisis Diferensial/Analisis Inkremental/Decision Model

Analisis diferensial atau analisis inkremental ini bertujuan untuk melakukan


analisis dan evaluasi atas berbagai pilihan (alternatif) yang tersedia untuk

47 / 82
kemudian dipilih satu alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
Dalam bahasa lain disebutkan teknik ini sebagai model pengambilan keputusan
(decision model). Decision model adalah metode formal dalam pembuatan
keputusan yang sering kali menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.
Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan asumsi dalam bentuk
angka-angka yang kemudian dimasukkan dalam satu model perhitungan yang
dapat diterima secara umum. Pada setiap alternatif bisa jadi memiliki model
perhitungan yang berbeda. Namun pada akhirnya akan dihasilkan simpulan yang
sama tiap alternatif yaitu berapa nilai atau profit yang dapat dihasilkan dari
alternatif tersebut. Kemudian untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terjangkau
dalam asumsi berbentuk numerik dituangkan dalam analisis kualitatif seperti
karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki, dan sejenisnya.

Tahapan analisis:

Identifikasi Problem, Ketidakpastian,dan


Peluang

Memperoleh informasi yang dibutuhkan


model

Pembuatan prediksi untuk setiap alternatif

Pengambilan keputusan di antara alternatif

Implementasi keputusan, evaluasi, penilaian,


dan pembelajaran

Gambar 5.1.

3. Biaya Relevan (Relevant Cost)

Dalam setiap alternatif pengambilan keputusan terdapat potensi pendapatan


dan juga potensi biaya, secara teoritikal hal ini disebut sebagai biaya relevan
(relevant costs). Relevan cost adalah biaya masa depan yang diharapkan, dan
selain ada biaya, juga mengandung penerimaan relevan (relevant revenue) yaitu

48 / 82
pendapatan yang akan diharapkan diterima di masa depan. Baik biaya relevan
dan juga penerimaan relevan akan berbeda untuk tiap alternatif.
Revenue atau biaya yang tidak memiliki kaitan atas pelaksanaan satu alternatif
disebutkan sebagai sesuatu yang tidak berhubungan (irrelevant).
Prasyarat suatu relevant revenue dan relevant cost antara lain:
a. Terjadi di masa depan (occur in the future) – setiap keputusan akan ditetapkan
berdasarkan hasil yang diharapkan terjadi dimasa depan
b. Terdapat perbedaan antara berbagai alternatif yang tersedia (differ among
the alternatives course of action) – Jika tidak ada perbedaan antara revenue
dan cost dari berbagai alternatif maka tidak akan ada pilihan, namun
karakteristiknya adalah setiap alternatif membawa konsekuensi pendapatan
dan biaya yang berbeda.
Untuk lebih memahami tentang biaya relevan, akan diilustrasikan dengan data
produksi suatu perusahaan berikut ini:
 Direct material 2,00
 Direct labor 3,00
 Variabel overhead 0,50
 Fixed overhead 0,50
 Total cost per unit 6,00

Dengan cost per unit 6.00, umumnya perusahaan menjual produk dengan harga
jual 10. Jika terdapat special order (order khusus yang bersifat tambahan)
sebesar 5.60 per unit, apa yang harus perusahaan sikapi atas order special ini?
a. Perusahaan akan menolak karena harga special order di bawah dari rata-rata
biaya produksi yang mencapai $ 6.00/unit. Keputusan menolak merupakan
keputusan yang tepat jika saat ini perusahaan telah berproduksi pada tingkat
kapasitas maksimal, atau jika kapasitas yang idle dan tersedia lebih kecil dari
kebutuhan special order tersebut.
b. Namun jika masih tersedia kapasitas yang idle maka perusahaan harus
menerima special order ini karena dengan tawaran harga sebesar $ 5.60
masih di atas biaya produksi variabel dengan total $ 5.50 (profit special $
0.10/unit).

49 / 82
c. Biaya yang relevan dalam evaluasi special order adalah fokus pada biaya
variabel yang dipastikan akan terjadi karena tambahan produksi. Biaya tetap
menjadi tidak relevan selama tidak ada penambahan alat produksi yang baru.
Seluruh biaya tetap telah diserap oleh produksi normal sehingga produksi
special tidak lagi memperhitungkan biaya tetap. Namun jika terdapat
penambahan alat produksi yang berarti di atas kapasitas normal
perhitungannya harus dihitung ulang.
d. Perhitungan biaya produksi variabel sebesar $ 5.50 dan kapasitas masih
tersedia dan idle akan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai tawaran
dari pesaing dimana harga pesaing akan dapat dikalahkan jika harga yang
ditawarkan masih di atas $ 5.60 atau bahkan $ 5.50.

4. Model Biaya Relevan Lain

a. Keputusan Membeli atau Memproduksi Sendiri

Perusahaan dalam situasi normal seharusnya memanfaatkan sumber daya


yang ada dan tersedia di perusahaan daripada membeli dari luar untuk
sebuah kebutuhan yang secara teknis perusahaan mampu memproduksi
sendiri atau mengerjakan sendiri (untuk jasa).
Namun untuk memberikan dasar yang memadai dalam pengambilan
keputusan maka secara internal manajemen harus melakukan analisis
membandingkan biaya yang diperlukan jika dikerjakan sendiri dengan biaya
yang harus dikeluarkan jika membeli/mengadakan dari luar perusahaan. Saat
ini kecenderungan untuk menyerahkan sebagian urusan kepada pihak ketiga
telah menjadi suatu praktek bisnis yang lazim. Sejumlah jasa yang umumnya
dioutsorce ke pihak ketiga antara lain penanganan pengelolaan informasi
yang terkomputerisasi, layanan jasa hukum, jasa akuntansi, jasa internal
audit, ataupun pelatihan. Kecenderungan ini sudah dipastikan telah melalui
proses perbandingan antara biaya yang harus dikeluarkan perusahaan lebih
tinggi jika dikerjakan sendiri daripada biaya yang harus dikeluarkan ke pihak
ketiga.
Beberapa hal yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan
kajian perbandingan antara make-or-buy decision antara lain:

50 / 82
 Variabel utama dalam analisis ini adalah hanya biaya yang relevan dan
tidak seluruh biaya
 Sunk cost atau biaya yang sudah tertanam sudah tidak lagi relevan
misalkan biaya tahun lalu tidak lagi dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisis make or buy decision tahun ini.
 Biaya yang tidak berbeda dalam dua alternatif harusnya diabaikan karena
tidak relevan dalam pengambilan keputusan karena alternatif make atau
alternatif buy biaya ini sudah pasti terjadi
 Opportunity cost menjadi bahan pertimbangan jika idle capacity tidak
tersedia.

Contoh: Perusahaan furniture memiliki kebutuhan untuk furniture internal


kantor karena perluasan kantor yang sedang dilakukan. Berikut ini analisis
data-data yang relevan jika kebutuhan furniture ini dikerjakan di workshop
sendiri atau beli dari supplier lain. Perusahaan memiliki kalkulasi biaya
memproduksi sebesar $ 15 dan jika membeli dari luar ada supplier yang
menawarkan sebesar $ 13.
Memproduksi Membeli
Total Variable cost $10
Allocation fix cost $5
Total unit cost $15 $13

Berdasarkan data di atas maka perusahaan lebih baik membeli dari luar dari
pada memproduksi sendiri karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah
daripada memproduksi sendiri.

b. Product Mix dengan Batasan Kapasitas

Dalam menetapkan product mix, manajer memaksimalkan operating


income dengan tunduk pada batasan seperti kapasitas dan permintaan
(demand). Dalam pembahasan ini diasumsikan ketika perubahan jangka
pendek dalam product mix muncul, satu-satunya biaya yang akan berubah
adalah biaya yang bervariabel dengan jumlah produksi barang (dijual).
Berdasarkan asumsi tersebut, analisis margin kontribusi atas produk individu

51 / 82
memberikan pengetahuan tentang product mix yang memaksimalkan
operating income.

Analisis margin juga dapat diterapkan pada pengambilan keputusan dalam


hal produk dan jasa yang dijual memiliki keterbatasan. Sebagai contoh jika
perusahaan dapat menjual sebanyak yang diproduksi namun memiliki
keterbatasan dalam hal sumber daya, maka keputusan yang harus di ambil
adalah memaksimalkan margin kontribusi per unit dalam sumber daya yang
terbatas. Contoh:

Misalnya perusahaan membuat dua macam produk, A dan B dengan data


sebagai berikut:

Produk A Produk B
Harga jual per unit 10.000 15.000
Biaya variabel per unit 4.000 7.000
Margin kontribusi per unit 6.000 8.000
Konsumsi jam mesin per unit 3 jam 6 jam

Dengan data di atas dapat dilihat bahwa lebih menguntungkan untuk menjual
produk B saja dari pada menjual produk A karena margin kontribusi produk B
lebih besar.

Bagaimana apabila kapasitas mesin terbatas hanya 24.000 jam?

Produk A = 24.000: 3 = 8.000 unit. Maka produk A = 8.000 x Rp 6.000= Rp


48.000.000. Produk B = 24.000: 6 = 4.000 unit. Maka produk B = 4.000 x Rp
8.000 = Rp 32.000.000. Dengan keterbatasan yang dimiliki ternyata lebih
menguntungkan menjual produk A saja.

Jika perusahaan ingin menjual kedua produk tersebut, maka harus dicari
komposisi terbaik kedua produk tersebut dengan mencari keuntungan
maksimum. Secara sederhana komposisi tersebut digambarkan : 3XA + 6XB <
24.000; XA = Kuantitas Produk A; XB = Kuantitas Produk B.

Jika terdapat keterbatasan yang lebih dari satu misalkan dalam


kombinasi antara sumber daya yang dibutuhkan untuk produksi maka hasil

52 / 82
optimal akan dapat dinilai dengan menggunakan bantuan teknik linear
programming.

Linear programming (LP) merupakan suatu model umum yang


digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang
terbatas secara optimal. Misalnya, suatu keadaan dimana bagian produksi
perusahaan dihadapkan pada masalah penentuan tingkat produksi masing-
masing jenis produk dengan mempehatikan batasan faktor-faktor produksi
seperti mesin, tenaga kerja, bahan mentah, dan lain sebagainya untuk
memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau biaya minimal.

Fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran di dalam permasalahan LP yang


berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya – sumber daya,
untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.

Contoh:

Departement Jam kerja per unit Kapasitas


Produk A Produk B
Departemen 1 5 JKL 2,5 JKL 500 JKL/mg
Departemen 2 3 JKL 5 JKL 600 JKL/mg
Kebijakan Manajemen :

Produk A hanya bisa dibuat sebanyak-banyaknya 90 unit per minggu, sedangkan


produk B tidak ditentukan. Margin kontribusi per satuan masing-masing produk
adalah Produk A Rp 2.000 dan Produk B Rp 2.500. Berapa satuan Produk A dan
Produk B yang harus diproduksi agar diperoleh margin kontribusi maksimum?

Solusi:

a. Fungsi Tujuan

Fmax = 2.000A + 2.500B

b. Fungsi Batasan

- Produk A hanya diproduksi sebanyak-banyaknya 90 unit/mg

A < 90

- Departemen 1 memiliki kapasitas 500 Jam kerja Langsung per minggu. Setiap

53 / 82
unit produk A memerlukan 5 JKL dan produk B 2,5 JKL

Persamaan1: 5A + 2,5B < 500

- Departemen 2 memiliki kapasitas 600 Jam kerja Langsung per minggu. Setiap unit

produk A memerlukan 3 JKL dan produk B 5 JKL

Persamaan2: 3A + 5B < 600

Cara Matematis :

5A + 2,5B = 500 x 2 10A + 5B = 1.000

3A + 5B = 600 x 1 3A + 5B = 600

7A = 400

A = 57,14 = 57

5A + 2,5B = 500

5(57,14) + 2,5B = 500

2,5B = 500 – 285,7

B = 85,72 = 86

kombinasi produk A dan B yang memberikan kontribusi maksimum adalah 57


satuan produk A dan 86 satuan produk B. Kontribusi yang diberikan adalah :

Fmax = 2.000A + 2.500B

= 2.000(57) + 2.500(86) = Rp 329.000

c. Divestasi

Keputusan divestasi adalah lawan dari analisis mengenai capital budgeting.


Keputusan divestasi bisa berupa penghentian operasi, penghentian produksi
satu atau lebih jenis produk, penghentian atau perubahan segmen bisnis,
penutupan cabang, dan lainnya.

Keputusan melakukan divestasi mutlak diambil dalam hal marginal cost dari
proyek yang akan didivestasi lebih besar daripada marginal revenuenya. Atau
dengan kata lain biaya untuk menyelenggarakan lini bisnis ini lebih tinggi dari
pada pendapatan yang berhasil diraih.

54 / 82
Tahapan yang harus diambil dalam proses keputusan divestasi:

1) Identifikasi fix cost yang melekat yang akan dihindari pada project
tersebut

2) Menentukan pendapatan yang dibutuhkan untuk menjustifikasi


kelanjutan operasi. Jumlah pendapatan yang harus dihasilkan setidaknya
sama dengan dengan biaya yang dibutuhkan untuk kelanjutan operasi.

3) Menentukan opportunity cost dari dana yang diterima hasil divestasi.

4) Menentukan apakah nilai carrying asset sama dengan nilai ekonomisnya.

d. Keputusan Menjual atau Memproses Lebih Lanjut hasil Produksi

Perusahaan yang memiliki proses produksi khususnya yang memerlukan


sejumlah tahapan memiliki potensi untuk dapat menjual produk di tengah
flow process dan market untuk produk yang belum jadi ini tersedia. Dalam
situasi ini perusahaan dapat menentukan apakah melanjutkan proses
produksi menjadi produk akhir atau menjual di tengah proses.

Dalam proses ini parameter yang digunakan adalah perusahaan memiliki


alternatif menguntungkan untuk menjual ditengah proses apabila revenue
yang dihasilkan lebih tinggi dari pada cost yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proses produksi ditambah dengan laba yang umumnya
diterima.

5. Rangkuman

Analisis diferensial atau analisis inkremental ini bertujuan untuk melakukan


analisis dan evaluasi atas berbagai pilihan (alternatif) yang tersedia untuk
kemudian dipilih satu alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
Decision model adalah metode formal dalam pembuatan keputusan yang sering
kali menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Setiap alternatif terdapat
potensi pendapatan dan juga potensi biaya, secara teoritikal hal ini disebut
sebagai biaya relevan (relevant costs). Relevan cost adalah biaya masa depan
yang diharapkan, dan selain ada biaya, juga mengandung penerimaan relevan
(relevant revenue) yaitu pendapatan yang akan diharapkan diterima di masa

55 / 82
depan. Baik biaya relevan dan juga penerimaan relevan akan berbeda untuk tiap
alternatif.

6. Tes Formatif 5
Soal Pilihan Ganda
1. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual
oleh perusahaan retailer:
Harga beli US $4.95
Beban penjualan variabel US $2.00
Beban administrasi variabel US $1.00
Biaya tetap US $7,500
Penjualan yang diharapkan/tahun 5,000 units
Menggunakan pendekatan kontribusi dalam penetapan harga, manakah
harga berikut yang merupakan harga terendah yang dapat dibebankan pada
jangka pendek?
a. $5
b. $7
c. $8
d. $9

2. Ketika menerapkan pendekatan cost-benefit untuk pengambilan keputusan,


kriteria utama adalah bagaimana tujuan manajemen dapat dicapai dalam
hubungannya dengan biaya. Biaya-biaya tersebut termasuk juga…
a. Biaya variabel untuk program tindakan namun tidak diharapkan biaya
tetap karena hanya biaya variabel diharapkan yang relevan.
b. Biaya incremental out-of-pocket seperti halnya expected continuing cost
yang biasa menjadi alternatif program tindakan.
c. Biaya masa depan yang berbeda antar tindakan ditambah dengan faktor-
faktor kualitatif yang tidak terukur secara nominal.
d. Biaya historis dan biaya masa depan yang terkait dengan program
tindakan termasuk di dalamnya seluruh faktor kualitatif yang tidak dapat
diukur secara nominal.
3. Sebuah perusahaan memproduksi dan menjual 100,000 unit komponen
dengan variable cost perunit sebesar $20. Dari proses produksi, diketahui
terdapat 1.200 produk tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sehingga
muncul biaya tambahan untuk pengulangan sebesar $12 per unit. Produk
yang diproses ulang (reworked) tersebut dijual dengan harga $45/unit,
sedangkan produk berkualitas prima dijual seharga $50/unit. Jika perusahaan
telah menerapkan progran quality assurance untuk memastikan seluruh unit
diproduksi sesuai spesifikasi, peningkatan dalam contribution margin untuk
komponen tersebut menjadi…
a. $14.400
b. $20.400
c. $21.600
d. $39.600

56 / 82
4. Produksi sebuah entitas tiap tahun telah melampaui batas produksi
(kaitannya dengan properti, instalasi, dan peralatan produksi). Jika dalam
satu tahun aset-aset tersebut hanya digunakan untuk produksi dengan
kapasitas 80% dari seharusnya dan level penjualan pada tahun tersebut
sebesar $2 million. Full capacity sales level adalah sebesar….
a. $1.600.000
b. $2.000.000
c. $2.500.000
d. $10.000.000

5. Ketika mempertimbangkan pesanan khusus yang akan memungkinkan


perusahaan untuk memanfaatkan kapasitas menganggurnya (idle capacity),
manakah dari pilihan biaya berikut yang irrelevant?
a. Material
b. Depresiasi
c. Tenaga kerja langsung
d. Overhead manufaktur

6. Sebuah perusahaan memproduksi dan menjual produk tunggal yang


membutuhkan 2 jam mesin/unit. Penjualan tahunan diharapkan sebesar
75.000 unit. Kapasitas produksi tahunan sebear 200.000 jam (machine hour).
Harga jual yang diharapkan $10.unit. data biaya untuk proses manufaktur dan
penjualan produk adalah sebagai berikut:
Biaya variabel (perunit)
Direct material $3,00
Direct labor $1,00
Variabel manufacturing overhead $0,80
Variable selling $2,00
Biaya tetap (pertahun)
Fixed manufacturing overhead $90.000
Fixed selling $60.000
Perusahaan menerima pesanan khusus sebanyak 10.000 unit dengan harga
$7,60/unit. Biaya variabel selling sebesar $1,20/unit. Pesanan khusus ini tidak
akan mempengaruhi penjualan reguler yang sebesar 75.000 unit. Jika
perusahaan menerima pesanan khusus ini, maka profit akan….
a. Meningkat $8.000
b. Meningkat $16.000
c. Menurun $4.000
d. Menurun $12.000

7. Menggunakan data di atas, jika harga penjualan diturunkan menjadi


$9,30/unit maka penjualan diharapkan menjadi 90.000 unit pertahun. Jika
biaya tetap dan variabel tidak berubah, maka profit akan menjadi….
a. Menurun $5.000
b. Menurun $15.000
c. Menurun $45.000
d. Meningkat $15.000

57 / 82
8. Tujuan paling cepat yang ingin dicapai oleh analisis theory of constraint (TOC)
adalah untuk…
a. Memaksimalkan efisiensi dari seluruh proses produksi.
b. Memaksimalkan biaya material langsung.
c. Memaksimalkan contribution margin melalui batasan-batasan.
d. Melancarkan aliran produksi untuk menhapuskan cadangan dalam sistem.

9. Dalam laporan laba rugi yang disiapkan menggunakan metode variable-


costing, fixed factory overhead akan…
a. Tidak digunakan
b. Digunakan dalam penghitungan operating income tapi tidak dihitung
dalam perhitungan contribution margin.
c. Digunakan dalam penghitungan contribution margin.
d. Diperlakukan sama dengan variabel factory overhead.

10. Untuk memproduksi satu buah barang, perusahaan mengeluarkan biaya bahan
baku Rp 1.000, biaya upah Rp 2.000 dan FOH Rp 3.000. Perusahaan
mempertimbangkan untuk meng outsourcing pembuatan barang ke pihak luar
dengan harga Rp 4.000. Pertimbangan tersebut:
a. Tepat karena total biaya lebih besar dari harga outsourcing
b. Tidak tepat karena biaya menjadi lebih mahal, karena perusahaan
masih mananggung FOH plus harga outsourcing
c. Tidak tepat karena harga menjadi lebih murah
d. Tepat karena perusahaan tidak menanggung biaya FOH

7. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal
Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:
 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.
Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik,
apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun

58 / 82
apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang
mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.

59 / 82
KEGIATAN BELAJAR VI JOB ORDER COSTING dan PROCESS COSTING

Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 6, peserta diharapkan mampu untuk
memahami sistem job order costing dan proses costing, perbedaan dengan sistem
penganggaran lain, dan mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan
metode penganggaran weighted-average dan mempersiapkan jurnal entri serta
mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode FIFO serta jurnal
entri terkait.

1. Pendahuluan

Job order costing dan process costing adalah dua metode biaya yang digunakan
dalam menetapkan biaya produk (unit product cost). Sistem job-order costing
digunakan ketika dalam satu periode, perusahaan mengerjakan banyak tugas
atau memproses produk yang beragam. Contoh adalah industri yang
menggunakan penganggaran job-order meliputi pabrik furnitur, percetakan atas
pemesanan khusus (special-order), galangan kapal, dan banyak lagi.

Sebaliknya, process costing adalah metode yang umum digunakan dalam industri
dimana material mentah (raw material) dikonversi ke dalam produk-produk
sejenis, misalnya batu bata, soda, atau kain, secara terus-menerus. Contoh
perusahaan yang menggunakan sistem process costing antara lain PT. Timah, PT.
Gula Tani Nirmala, PT. Semen Gresik. Process costing mungkin juga digunakan
dalam peralatan yang memproduksi gas (contoh: PGN), listrik (PLN), dan air
minum (PDAM).

Karakteristik process costing antara lain:

a. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen furniture
massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian pemotongan, bagian
finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada perusahaan konveksi yang
memproduksi pakaian secara massal.
b. Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya produksi
per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua metode seperti

60 / 82
rata-rata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi dalam biaya dalam
tahapan proses produksi.
c. Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka untuk
proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit ekuivalen
yaitu menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai sehingga proses
analisis bisa dilakukan.
2. Kegunaan Process Costing

Akuntansi biaya proses (process cost) menetapkan biaya-biaya ke barang


persediaan atau jasa. Kondisi tersebut diaplikasikan ke produk-produk yang
relatif homogen dan diproduksi massal secara berkesinambungan, misalnya
produk minyak, benang, dan monitor komputer.

Daripada menggunakan jurnal pembantu untuk menelusuri pekerjaan spesifik


(specific job), process costing umumnya menggunakan akun work-in process yang
menjadi output produksi untuk masing-masing departemen.

Process costing menghitung biaya rata-rata dari seluruh unit sebagai berikut:

a. Biaya diakumulasikan untuk obyek biaya yang terdiri atas sejumlah besar barang-
barang/jasa sejenis.

b. Work-in process dinyatakan dalam bentuk unit ekuivalen.

c. Biaya unit ditetapkan.

3. Perbandingan antara Job Order Costing vs Process Costing

Dalam beberapa hal, process costing memiliki kesamaan dengan job-order


costing, dan sebaliknya bisa sangat berbeda. Pada bagian ini, akan dipelajari
persamaan dan perbedaan sebagai pondasi pemahaman dan diskusi lebih jauh
tentang process costing.

a. Persamaan antara Job-Order dengan Process Costing

Persamaan antara Job-Order dengan Process Costing dapat dirangkum


sebagai berikut:

1) Kedua sistem memiliki persamaan tujuan dasar, yaitu menetapkan biaya


material, labor, dan manufacturing overhead ke dalam produk dan menyediakan
mekanisme untuk menghitung biaya produk unit.

61 / 82
2) Kedua sistem menggunakan dasar akun-akun manufaktur yang sama,
meliputi Manufacturing Overhead, Raw Material, Work in Process, dan
Finished Goods.

3) Aliran biaya ke dalam akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk


kedua sistem tersebut.

b. Perbedaan antara Job-Order dan Process Costing

Terdapat tiga perbedaan antara job-order dan process costing:

1) Process costing digunakan ketika perusahaan secara terus menerus


memproduksi barang yang tidak dapat dibedakan satu sama lain. Job-order
costing digunakan ketika sebuah perusahaan memproduksi beragam pekerjaan
yang memiliki kebutuhan produksi yang unik atau berbeda-beda.

2) Dalam process costing, tidak akan bisa dilakukan identifikasi biaya


material, labor, maupun overhead dengan permintaan konsumen secara
terpisah (sebagaimana dilakukan dalam job-order costing). Dengan
demikian, process costing mengakumulasikan biaya dari tiap departemen
dan menetapkan biaya tersebut secara seragam pada seluruh unit yang
melewati departemen terkait selama periode produksi. Sedangkan job-
order sheet yang digunakan dalam job-prder costing tidak digunakan
untuk mengakumulasikan biaya.

3) Sistem proces costing menghitung biaya perunit tiap departemen. Hal


tersebut berbeda dengan job-order costing yang menghitung berdasarkan
job menggunakan job cost sheet.

Job Order Costing Process Costing


1. Many different jobs are worked 1. A single product is produced
on during each period, with each either on a continuous basis or
job having different production for long periods of time. All units
requirements. of product are identical.
2. Costs are accumulated by 2. Costs are accumulated by
individual job. department.
3. Unit costs are computed by job 3. Unit costs are computed by
on the job cost sheet. department.

62 / 82
4. Akumulasi Biaya

Akumulasi biaya dalam sistem process costing dihitung berdasarkan departemen


daripada proyek. Hal ini merefleksikan proses manufaktur yang secara nature
bersifat homogen dan berlangsung terus menerus. Input fisik yang dibutuhkan
dalam proses produksi diperoleh dari supplier. Material langsung dimasukkan
dalam departemen yang awal melakukan proses produksi. Produk beralih dari
satu departemen ke departemen berikutnya. Departemen kedua memasukkan
material langsung tambahan dan biaya-biaya konversi tambahan.

Ketika proses sudah selesai pada departemen terakhir, seluruh biaya ditransfer
ke finished good. Seiring produk dijual, penjualan dicatat dan biaya-biaya
ditransfer ke Cost of Good Sold (COGS). Perubahan atas akun-akun tersebut
selama periode produksi dapat dirangkum sebagai berikut:

Raw Material Work-in Process Finished Good


Inventory (RM) Inventory (WIP) Inventory (FG)
Beginning RM Beginning WIP Beginning FG
Purchase of RM Convertion Cost Cost of Good
Manufactured
(Ending RM) Raw Material Used (Ending FG)
(Ending WIP)
Raw Material Used COGM COGS

5. Equivalent Unit of Production (EUP)

Pada akhir periode umumnya terdapat unit yang belum selesai melalui proses
produksi (setengah jadi). Untuk memperhitungkan biaya yang melekat dalam
produk setengah jadi tersebut, dilakukan penetapan ulang unit/produk yang
sudah memenuhi equivalent unit of production (EUP). EUP adalah jumlah dari
barang jadi yang telah diproduksi dari material input dalam satu periode. EUP
untuk direct material atau conversion cost adalah jumlah dari direct material
atau conversion cost yang dibutuhkan untuk melengkapi satu unit fisik produksi
(produk jadi). Contohnya seribu unit WIP, telah dilengkapi dengan 80% direct
material dan 60% conversion cost, akan merepresentasikan 800 EUP dari direct
material (1.000 x 80%) dan 600 EUP dari conversion cost (1.000 x 60%).
EUP conversion membutuhkan penetapan unit ekuivalen dan penghitungan
biaya perunit. Dua kalkulasi tersebut dibuat terpisah untuk direct material dan

63 / 82
conversion cost. Conversion cost diasumsikan muncul seragam. Biaya masukan
dari departemen sebelumnya (transferred-in cost) didefinisikan sebagai barang
100% lengkap dari departemen sebelumnya. Biaya transferred-in dari
departemen sebelumnya termasuk dalam penghitungan EUP di departemen
kedua. Biaya ini diperlakukan sama dengan direct material yang dimasukkan
dalam awal periode.
Aliran kuantitas aktual dari produksi didasarkan pada formula berikut:
Beginning WIP + Units started this period = Unit transferred out (completed) + Ending
WIP
Dua metode dalam emnghitung EUP adalah metode weighted average dan FIFO.
Menggunakan metode weighted-average, unit WIP awal diperlakukan sama
dengan unit yang baru mulai diproses sampai dengan lengkap di periode
berjalan. Metode ini merata-rata biaya dari WIP awal dengan biaya produksi
periode berjalan. Penghitungan EUP dengan weighted-average method adalah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 (𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟𝑟𝑒𝑑 𝑜𝑢𝑡) 𝑡ℎ𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑊𝐼𝑃 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 )
𝐸𝑈𝑃 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 − 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒
biaya EUP menggunakan metode weighted-average dihitung dengan formula:
𝑏𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑊𝐼𝑃 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠 + 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 − 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝐸𝑈𝑃 =
𝐸𝑈𝑃

Sedangkan dengan metode First-In First-Out (FIFO), WIP awal harus ditinggalkan
karena hanya biaya yang muncul pada periode berjalan yang dipertimbangkan.
EUP duhasilkan selama periode berjalan didasarkan pada pekerjaan yang
diselesaikan pada periode berjalan. Cara menghitung EUP menggunakan FIFO
adalah sebagai berikut:
(𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 % 𝑙𝑒𝑓𝑡 𝑡𝑜 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒) + 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑑𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑)
𝐸𝑈𝑃 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝐹𝐼𝐹𝑂
Catatan: unit started and completed during current period sebanding dengan
(unit started – WIP akhir)
Versi lain dari penghitungan di atas adalah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑡ℎ𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑖𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑))
𝐸𝑈𝑃 𝐹𝐼𝐹𝑂
Biaya per EUP menggunakan FIFO dihitung dengan formula:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝐸𝑈𝑃 =
𝐸𝑈𝑃

64 / 82
Setelah unit ekuivalen dihitung, biaya perunit menggunakan masing-masing
metode dapat diperoleh.
i. Menggunakan metode weighted-average, seluruh direct material dan
conversion cost yang muncul do periode berjalan dan WIP awal dirata-
ratakan.
Contoh:
$80.000
𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = = $8,08
9.900 𝐸𝑈𝑃
$60.000
Conversion 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = = $6,19
9.700 𝐸𝑈𝑃
Total unit cost menggunakan weighted-average adalah $8,08 + $6,19 =
$14,27.
ii. Menggunakan metode FIFO, hanya biaya yang timbul di periode berjalan
yang dimasukkan dalam perhitungan:
$55.000
𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = = $6,63
8.300 𝐸𝑈𝑃

65 / 82
$50.000
Conversion 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = = $5,62
8.900 𝐸𝑈𝑃
Total unit cost menggunakan FIFO adalah $6,63 + $5,62 = $12,25.
Ketika nilai WIP awal sama dengan nol, maka kedua metode akan
menunjukkan hasil yang sama.

6. Produk Cacat dan Sisa

a. Normal spoilage muncul dalam kondisi operasi normal yang tidak dapat dikendalikan
dalam jangka pendek. Dalam rangka efisiensi maka barang cacat normal ini
diperlakukan sebagai biaya produk (cost product), yang tentu saja masuk dalam
biaya barang yang dihasilkan.
b. Abnormal spoilage tidak diharapkan terjadi dalam kondisi normal atau kodisi
operasional yang efisien. Barang cacat ini diperlakukan sebagai period cost
(kerugian).
c. Scrap terdiri atas material sisa dari proses produksi. Jika scrap dijual, akan
mengurangi factory overhead. Jika material sisa ini dibuang, maka akan ditambahkan
dalam biaya barang yang dihasilkan.

d. Rangkuman

Process costing adalah penentuan harga pokok yang digunakan dalam situasi
dimana produksi hanya melibatkan satu produk tunggal saja dan dibuat dalam
satu jangka waktu yang lama secara sekaligus. Beberapa contoh industri yang
akan menggunakan penentuan harga pokok proses (process costing) ini meliputi
perusahaan manufaktur semen, tepung, bensin dan perusahaan yang
menghasilkan bahan baku lainnya. Karakteristik industri ini pada dasarnya
menghasilkan produk homogen yang mengalir secara merata melalui proses
produksi secara terus menerus. Process costing adalah metode yang
mengumpulkan biaya dalam suatu operasi tertentu atau departemen tertentu
selama suatu periode penuh dan selanjutnya membagi total dengan jumlah
satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan.
Sistem ini digunakan untuk proses produksi dengan produk yang sama secara
massal dan dilakukan secara terus menerus. Karakteristik process costing antara
lain:
1. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen
furniture massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian
66 / 82
pemotongan, bagian finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada
perusahaan konveksi yang memproduksi pakaian secara massal.
2. Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya
produksi per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua
metode seperti rata-rata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi
dalam biaya dalam tahapan proses produksi.
3. Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka
untuk proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit
ekuivalen yaitu menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai
sehingga proses analisis bisa dilakukan.

e. Tes Formatif 6

Soal Pilihan Ganda


1. Sebuah perusahaan agensi periklanan melayani klien dalam lingkup luas
meliputi pabrik, restoran, bisnis jasa, swalayan, dan industri retail. Sistem
akuntansi yang cocok untuk diadopsi oleh agensi iklat tersebut terkait
pencatatan dan penghitungan biayanya adalah…
a. Job-order costing
b. Operation costing
c. Relevant costing
d. Process costing

2. Sebuah perusahaan melakukan sendiri proses panen, pengemasan, dan


pengiriman atas produknya. Perusahaan mengoperasikan tiga lini
pengemasan yang tidak memiliki persediaan awal dan berikut adalah data
persediaan yang telah selesai diproduksi:
Beban gaji pegawai pengemasan $150,000
Beban gaji supervisor pengemasan 90,000
Beban gaji pegawai Quality control 30,000
Beban kotak kemasan 15,000
Beban listrik 3,000
Beban penyusutan 66,000
Biaya akumulasi dalam pengemasan akan diakumulasikan per bagian dengan
e. Mencatat beban gaji per job kategori pegawai.
f. Menghitung beban depresiasi.

67 / 82
g. Menerbitkan laporan keuangan bulanan.
h. Meramalkan kekurangan material bulanan.

3. Menggunakan data di nomor 3 di atas, pada akhir periode pelaporan,


600.000 unit telah dikemas dan dikirimkan. Tidak ada persediaan yang masih
tersisa di gudang. Jika perusahaan menggunakan process costing, maka cost
per unit menjadi…
a. $0,197
b. $0,275
c. $0,315
d. $0,590

4. Sebuah perusahaan jasa peralatan kantor melayani dua jalur, mengirimkan


pegawai ke kantor pelanggan untuk memperbaiki peralatan atau pelanggan
membawa peralatan yang rusak ke tempat kerja perusahaan tersebut untuk
diperbaiki. Metode pembiayaan yang tepat untuk perusahaan tersebut
adalah…
a. Job-order costing system.
b. Activity-based costing system.
c. Process costing system.
d. Operation costing system.

5. Perusahaan yang berkarakter memproduksi produk homogen umumnya akan


menggunakan metode berikut dengan tujuan merata-ratakan biaya dan
menyediakan data biaya-unit kepada manajemen. Metode yang manakah
itu?
a. Job-order costing.
b. Direct costing.
c. Absorption costing.
d. Process costing.

6. Sebuah perusahaan memproduksi dua merk produk yang dipasarkan secara


grosir dan ke pelanggan besar. Manakah di bawah ini yang merupakan jenis
sistem costing terbaik untuk digunakan perusahaan tersebut?
a. EOQ system
b. Job-order system
c. Process system
d. Retail inventory system

68 / 82
7. Departemen pembiayaan sebuah perusahaan financing memiliki bisnis
peminjaman. Biaya dalam memproses pinjaman tersebut seringnya mencapai
beberapa ribu dolar. Biaya untuk tiap pinjaman, meliputi labor, telepon,
perjalanan dinas, memiliki perbedaan yang signifikan untuk masing-masing
pinjaman. Beberapa pinjaman membutuhkan tenaga ahli pihak ketiga,
misalnya appraisal, jasa legal, dan jasa konsultasi, dimana pinjaman-pinjaman
lain tidak membutuhkan jasa serupa. Metode akumulasi biaya paling tepat
untuk departemen pembiayaan tersebut adalah….
a. Job-order costing.
b. Process costing.
c. Differential costing.
d. Joint product costing.

8. Sebuah perusahaan konsultasi menyediakan jasa konsultasi kepada rumah


sakit. Penugasan konsultasi berbeda antar rumah sakit, baik jenis konsultasi
yang diberikan maupun ruang lingkupnya. Atas hal tersebut, sistem poduct
costing yang paling tepat untuk perusahaan tersebut adalah…
a. Process costing system.
b. Job-order costing system.
c. Operation costing system.
d. Just-in-time costing system.

9. Unit ekuivalen dari direct material atau conversion cost sebanding dengan…
a. Jumlah direct material atau conversion cost yang diperlukan untuk
melengkapi satu unit produksi.
b. Sebuah unit persediaan setengah jadi (work-in-process).
c. Jumlah direct material atau conversion cost diperlukan dalam memulai
produksi unit work-in-process.
d. 50% dari direct material atau conversion cost dari sebuah persediaan
barang jadi (finished goods).

f. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

69 / 82
Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:
 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.

Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik,


apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun
apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang
mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.

70 / 82
KEGIATAN BELAJAR VII

RESPONSIBILITY ACCOUNTING
Indikator:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 7, peserta diharapkan mampu memahami
yang dimaksud dengan akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting), mampu menggambarkan pusat pertanggungjawaban dan
akuntansi pertanggungjawaban, menerapkan akuntansi pertanggungjawaban,
serta menjelaskan hubungan antara kemampuan mengendalikan dengan
akuntansi pertanggungjawaban.

1. Gagasan Umum Mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility


Accounting)

Akuntansi pertanggungjawaban mencakup pusat pertanggungjawaban


manajemen atau area dari organisasi yang diperkuat untuk memproduksi
keputusan sendiri namun biaya dan pengeluaran di bawah kendalinya harus
dipertanggungjawabankan dan akuntabel.
Perbedaan utama antara organisasi sentralisasi atau desentralisasi ada pada
derajat kebebasan pengambilan keputusan oleh manajer di berbagai level.
Sentralisasi mengasumsikan pengambilan keputusan harus terkonsolidasi
sehingga aktivitas yang dilaksanakan perusahaan lebih terkoordinasi secara lebih
efektif. Dalam desentralisasi, pengambilan keputusan muncul pada level
serendah mungkin. Desentralisasi khususnya mencerminkan perusahaan besar
dibagi dalam beberapa segmen. Pendekatan desentralisasi ini umum terjadi
dalam perusahaan-perusahaan.
Organisasi, secara ideal, dibentuk oleh para pimpinan tertinggi yang membagi
kegiatan dan menetapkan suatu hierarki para manajer yang mengatur lingkup
kegiatan yang diterapkan lebih dahulu dan memiliki kebebasan untuk mengambil
keputusan dalam ruang lingkup itu. Beberapa jenis akuntansi
pertanggungjawaban biasanya menyertai pendelegasian pengambilan keputusan
ini. Akuntansi keuntungan (profitability accounting) dan akuntansi kegiatan
(activity costing).

71 / 82
Akuntansi pertanggungjawaban menekankan suatu pelajaran penting para
manajer maupun para akuntan, yaitu perilaku para manajer seringkali sangat
dipengaruhi oleh bagaimana prestasi kerja (performance) mereka diukur. Jadi
akuntansi sama sekali bukan bagian yang kosong dari kehidupan seorang
manajer profesional. Sebaliknya sistem akuntansi memainkan peranan kunci
dalam memotivasi para manajer ke arah keinginan pimpinan tertinggi atau
menjauhkan dari padanya.
Akuntansi pertanggungjawaban:
a. Mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban berdasarkan sejauh mana
kewenangan masing-masing manajer individu.
b. Menghindarkan tanggung jawab manajer dari penyimpangan antara tujuan
yang telah dianggarkan dengan hasil aktual.
c. Mendorong manajer untuk membenahi perbedaan yang tidak
menguntungkan dan mengkomunikasikan feedback kepada manajemen yang
lebih tinggi atas sumber-sumber perbedaan yang menguntungkan dan yang
tidak.
d. Menghubungkan tanggung jawab dan pengetahuan tertentu dengan
pengukuran kinerja tertentu.
e. Personalisasi informasi akuntansi dengan memperhatikan biaya-biaya dari
sudut pandang kendali personal.
Seorang manajer bertanggung jawab menentukan jenis pusat
pertanggungjawaban dan jenis ukuran kinerja yang cocok untuknya. Manajer
dengan tanggung jawab lebih umumnya memproduksi keputusan yang lebih
kompleks dan memiliki kontrol lebih atas faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan.

2. Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban

Struktur organisasi adalah pengaturan lini pertanggungjawaban dalam organisasi.


Perusahaan bisa diorganisasi menurut fungsi bisnis antara lain eksplorasi,
pemurnian, dan pemasaran, dimana setiap manajer mempunyai wewenang
memproduksi keputusan atas fungsi bisnisnya. Perusahaan juga bisa
diorganisasikan menurut lini atau brand produk. Manajer dari setiap divisi

72 / 82
memiliki wewenangn untuk memproduksi keputusan menyangkut semua fungsi
bisnis (manufaktur, pemasaran, dan penjualan) pada divisi masing-masing.
Setiap manajer merupakan pusat pertanggungjawaban. Pusat
pertanggungjawaban (responsibility center) adalah bagian, segmen, atau subunit
dari organisasi dimana manajernya bertanggung jawab atas segenap aktivitas
tertentu. Semakin tinggi tingkatan manajer, semakin luas pusat
pertanggungjawabannya dan secara umum semakin banyak jumlah bawahannya.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur rencana,
anggaran, tingakan, dan hasil aktual dari setiap pusat pertanggungjawaban. Ada
empat jenis pusat pertanggungjawaban; yaitu:
a. Pusat biaya (Cost Center), manajer hanya bertanggung jawab atas biaya yang
terjadi.
b. Pusat pendapatan (Revenue Center), manajer hanya bertanggung jawab atas
pendapatan yang diperoleh.
c. Pusat laba (Profit Center), manajer bertanggung jawab atas pendapatan dan
biaya.
d. Pusat investasi (Investment Center), manajer bertanggung jawab atas
investasi, pendapatan, dan biaya.
Sebagai ilustrasi, Departemen Pemeliharaan pada hotel JW Marriot adalah pusat
biaya karena manajer pemeliharaan hanya bertanggung jawab atas biaya,
sehingga anggarannya juga menekankan pada biaya. Departemen Penjualan
adalah pusat pendapatan karena manajer penjualan bertanggung jawab
terutama atas pendapatan, sehingga anggarannya juga menekankan pada
pendapatan. Manajer hotel merupakan pusat laba karena bertanggung jawab
atas pendapatan maupun biaya, sehingga anggatannya juga menekankan pada
pendapatan dan biaya. Manajer regional yang bertanggung jawab atas investasi
dalam proyek hotel baru dan pendapatan serta biaya merupakan pusat investasi,
sehingga anggarannya juga menekankan pada pendapatan, biaya, dan investasi.
Pusat pertanggungjawaban dapat dibentuk untuk menyelaraskan antara tujuan
unit dengan tujuan perusahaan.

73 / 82
3. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban

Sebuah sistem pertanggungjawaban akuntansi yang didisain dengan baik akan


menciptakan suatu pusat-pusat pertanggungjawaban (disebut juga unit bisnis
strategis). Tujuan mereka adalah:
a. Meningkatkan keberanian manajemen untuk berusaha mencapai tujuan-
tujuan organisasi (perusahaan),
b. Memotivasi para manejer untuk memproduksi keputusan yang konsisten
dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan,
c. Menyediakan dasar bagi kompensasi manajerial.

Pusat biaya (Cost Center), misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung


jawab hanya atas biaya.
a. Pemicu biaya merupakan ukuran kinerja yang relevan,
b. Kelemahan dari pusat biaya adalah adanya potensi pergeseran biaya (cost
shifting). Misalnya, tanggung jawab manajer untuk penetapan biaya variabel
yang mungkin digantikan dengan biaya tetap, padahal bukan tanggung
jawabnya.
Kelemahan lainnya adalah permasalahan-permasalahan jangka panjang yang
mungkin diabaikan, misalnya jumlah biaya tahunan.
Permasalahan lain adalah alokasi dari biaya departemen jasa dalam pusat
biaya.

Pusat Pendapatan (Revenue Center), misalnya departemen penjualan,


bertanggung jawab hanya atas pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan
ukuran kinerja yang relevan. Pemicu pendapatan merupakan hal-hal yang
mempengaruhi penjualan unit produk, seperti misalnya perubahan harga dan
produk, customer service, usaha-usaha marketing, dan persyaratan pengiriman.
Pusat Investasi (Investment Center), misalnya kantor cabang, bertanggung
jawab atas pendapatan, beban, dan modal investasi. Kinerja dari pusat investasi
dapat dievaluasi berdasarkan return on investment (ROI) seperti pada efektivitas
penggunaan aset.

74 / 82
4. Ukuran Kinerja dan Motivasi Manajer

Manajer pusat pertanggungjawaban dievaluasi berdasarkan pengukuran kinerja


baik secara keuangan dan non-keuangan. Evaluasi sebaiknya hanya berdasarkan
faktor-faktor yang secara khusus berada dalam kendali manajer. Pengukungan
kinerja yang efektif akan mengarahkan kepada hasil strategis yang diharapkan
dari manajer dan para pegawai terkait untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengukuran kinerja yang umum adalah:
a. Return on Investment (ROI). Membagi keuntungan (kecuali beban bunga)
yang dihasilkan dari pusat investasi dengan aset total dari pusat investasi.
b. Residual income/Economic Value Added (EVA). Menghitung perbedaan antara
keuntungan pusat investasi atau operating income dengan opportunity cost
dari penggunaan aset.
c. Transfer pricing. Mengenali interaksi dari pusat-pusat pertanggungjawaban
yang berbeda terhadap sistem pricing barang atau jasa yang ditransfer dalam
organisasi yang sama.
d. Produktivitas. Rasio yang mengukur output berbanding input.
e. Penghasilan, pasar saham, dan biaya operasional.
f. Analisis profitabilitas untuk barang, unit bisnis, dan pelanggan.
g. Benchmark values dari manajer atau organisasi lain.
h. Critical Success Factor. Faktor keberhasila kunci dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan, dapat diukur secara khusus dan haru dipenuhi dalam rangka
mencapai strategi organisasi yang meliputi ukuran finansial dan nonfinansial .

Setiap pusat pertanggungjawaban disusun sehingga kelompok operasi akan


berada di bawah arahan satu manajer. Ukuran didisain untuk setiap pusat
pertanggungjawaban untuk memantau kinerja.
a. Pengendalian. Pengukuran kinerja yang menjadi dasar pemberian insentif
kepada para manajer, harus berada dibawah kendali manajer secara
langsung. Faktor-faktor pengendalian dapat dipertimbangkan sebagai
faktor-faktor dimana manajer dapat mempengaruhi dalam periode waktu
tertentu. Biaya pengendalian tidak sama dengan biaya variabel. Seringkali
pengelompokan ini spesifik pada level organisasi. Singkatnya, biaya tetap
dari depresiasi bukan merupakan biaya yang dapat dikendalikan oleh

75 / 82
manajer pusat penerimaan tetapi dapat dikendalikan oleh vice president
divisi dimana manajer mempertanggungjawabkan kinerjanynya.
b. Penyamaan tujuan. Pengukuran kinerja ini harus didisain sehingga tujuan
manajer atas hal tersebut terikat secara langsung dengan keseluruhan tujuan
organisasi yang harus dicapai.

5. Biaya-Biaya Umum

Biaya-biaya umum merupakan biaya produk, aktivitas, fasilitas, jasa, atau


operasional yang dibagi oleh dua atau lebih obyek biaya. Kata “joint cost” sering
kali digunakan dalam menjelaskan biaya umum dari proses individu yang
menghasilkan dua atau lebih joint product. Biaya-biaya dari pusat jasa dan kantor
pusat merupakan contoh-contoh biaya umum. Karena biaya-biaya umum
merupakan biaya tidak langsung (indirect cost), identifikasi hubungan antara
sebab dan dampak langsung antara biaya umum dan aksi dari obyek biaya yang
mana dialokasikan bisa menjadi sulit.

6. Ukuran Finansial vs Non-Finansial

Masing-masing jenis pusat pertanggungjawaban dijelaskan memiliki ukuran


kinerja keuangan sendiri-sendiri, antara lain:
a. Pusat biaya: biaya variabel, total biaya,
b. Pusat pendapatan: penjualan kotor, penjualan bersih,
c. Pusat penghasilan: penjualan, keuntungan bruto, keuntungan operasional
d. Pusat investasi:
a. Return of Investment (ROI), Residual Income,
b. Return on Asset (ROA), return on common equity (ROE), economic rate of
return on common stock, economic value added

Ukuran kinerja nonkeuangan tidak distandarkan dan oleh karena itu dapat
menggunakan bentuk apapun yang sesuai dengan strategic business unit (SBU) di
bawah pemantauan.

7. Rangkuman

Pusat biaya, misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas


biaya. Pusat Pendapatan, misalnya departemen penjualan, bertanggung jawab
hanya atas pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan ukuran kinerja yang
76 / 82
relevan. Pemicu pendapatan merupakan hal-hal yang mempengaruhi penjualan
unit produk, seperti misalnya perubahan harga dan produk, customer service,
usaha-usaha marketing, dan persyaratan pengiriman. Pusat penghasilan,
misalnya appliance department di toko eceran, bertanggung jawab atas
penerimaan dan beban. Pusat Investasi, misalnya kantor cabang, bertanggung
jawab atas pendapatan, beban, dan modal investasi. Kinerja dari pusat investasi
dapat dievaluasi berdasarkan return on investment (ROI) seperti pada efektivitas
penggunaan aset.

8. Tes Formatif 6
Soal Pilihan Ganda
1. Di bawah ini manakah teknik terbaik dalam mengevaluasi kinerja manajemen
dari departemen yang beroperasi sebagai pusat biaya?
a. Return on assets ratio.
b. Return on investment ratio.
c. Payback method.
d. Variance analysis.

2. Memproduksi pengungkapan segmen merupakan manfaat untuk perusahaan


karena hal tersebut….
a. Memfasilitasi evaluasi dari manajemen perusahaan dengan penyediakan
data untuk segmen tertentu.
b. Mengeliminasi saling ketergantungan antar segmen.
c. Menutupi dampak transfer intersegmen.
d. Menyediakan informasi perbandingan kepada kompetitor pada kinerja
perusahaan.

3. Ketika membandingkan residual income dari beberapa pusat investasi,


validitas perbandingan dapat dirusak oleh….
a. Keunikan-keunikan dari tiap pusat investasi.
b. Perbedaan dalam jumlah income relatif.
c. Penggunaan secara konsisten tingkat bunga yang sudah diperhitungkan.
d. Jumlah umum dari kapital investasi tiap pusat investasi.

4. Ketentuan lembur dan pembayaran umumnya ditetapkan oleh departemen


HRD. Departemen produksi baru saja menerima permintaan pesanan tiba-
tiba dari departemen penjualan. Departemen produksi memprotes hal
77 / 82
tersebut karena akan muncul biaya tambahan dalam bentuk lembur yang
merupakan dampak dari pesanan tiba-tiba tersebut. Departemen penjualan
berargumen bahwa pesanan berasal dari pelanggan yang penting.
Departemen produksi akhirnya memproses pesanan. Untuk mengendalikan
biaya, departemen manakah yang sebaiknya tidak dibebani biaya lembur
akibat pesanan dimaksud?
a. Departemen HRD.
b. Departemen Produksi.
c. Departemen Penjualan.
d. Baik departemen produksi maupun departemen penjualan.

5. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting),


manajer akuntabel untuk ….
a. Biaya variabel namun bukan untuk biaya tetap.
b. Product cost namun bukan untuk period cost.
c. Biaya tambahan (incremental cost).
d. Biaya lebih yang berdampak signifikan.

6. Berikut ini yang merupakan pernyataan tidak benar atas akuntansi


pertanggungjawaban…
a. Manajer seharusnya hanya memegang akuntabilitas dari faktor-faktor
dimana mereka memiliki pengaruh signifikan.
b. Fokus dari manajer pusat biaya normalnya akan lebih kecil dibandingkan
manajer pusat pendapatan.
c. Setiap faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan pada
akhirnya dikendalikan oleh seseorang, meskipun jika seseorang tersebut
adalah petinggi perusahaan.
d. Ketika sistem akun pertanggungjawaban ada, bisnis operasi diorganisasi
ke dalam area-area terpisah yang dikendalikan oleh manajer individu.

7. Perusahaan dengan bentuk desentralisasi dapat mendelegasikan otoritas dan


tetap mempertahankan kendali dan pemantauan kinerja manajer dengan
penataan organisasi menjadi pusat pertanggungjawaban. Dimanakah
segment organisasi berikut yang menyerupai bisnis independen?
a. Revenue center
b. Profit center
c. Cost center
d. Investment center

78 / 82
8. Return on investment (ROI) merupakan ukuran yang populer yang diterapkan
dalam mengevaluasi kinerja dari segmen-segmen perusahaan karena
menyatukan seluruh bahan profitabilitas meliputi pendapatan, biaya, dan
investasi. Kombinasi aksi antara pendapatan, biaya dan investasi manakah di
bawah ini yang mampu memproduksi ROI selalu meningkat?
Pendapatan Biaya Investasi
Meningkat Menurun Meningkat
a.
Menurun Menurun Menurun
b.
Meningkat Meningkat Meningkat
c.
Meningkat Menurun Menurun
d.
9. Item manakah yang paling tidak dimasukkan dalam perhitungan basis
investasi divisi ketika menggunakan pendekatan residual income untuk
pengukuran dan evaluasi kinerja?
a. Aset tetap yang digunakan dalam divisi operasi.
b. Tanah yang dikuasai oleh divisi sebagai lokasi pabrik baru.
c. Persediaan divisi ketika manajemen divisi menguji kendali atas level
persediaan.
d. Utang divisi ketika manajemen divisi menguji kendali atas jumlah kredit
jangka pendek yang digunakan.

10. Residual income merupakan ukuran yang lebih baik dalam evaluasi kinerja
dari manajer investment center dibandingkan ROI karena….
a. Permasalahan-permasalahan yang terhubung dengan pengukuran basis
aset dihilangkan.
b. Keputusan investasi yang diinginkan tidak akan ditelantarkan oleh divisi
yang menginginkan high-return.
c. Hanya nilai buku kotor dari aset yang perlu dihitung.
d. Argumen tentang biaya implisit dari bunga dihilangkan.

9. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan
mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas
sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima
peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara
menggunakan rumus di bawah ini:

79 / 82
Jumlah jawaban yang benar x 100%
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Soal

Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:


 Prosentase 90% - 100% = baik sekali
 Prosentase 80% - 89% = baik
 Prosentase 70% - 79% = sedang
 Prosentase 40% - 69% = kurang
 Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.

Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik,


apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun
apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang
mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.

80 / 82
KUNCI JAWABAN
Test S O A L
Formatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A D D B B C D D B D
2 B B
3 C C A B C B B C D B
4 C C C B A B D B A D
5 C C B C B C B
6 D A A C D B B

81 / 82
DAFTAR PUSTAKA
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer. Managerial Accounting. 12th
Edition. The McGraw-Hill Company.

Gleim, Irvin N. CIA Review. 17th Edition. Gleim Publication. 2013.

Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, George Foster. Akuntansi Biaya dengan


Penekanan Manajerial. Edisi Keduabelas. Penerbit Erlangga.

Horngren, Charles T, M. Suzanne Oliver. Managerial Accounting. Pearson Education


Inc.2010

Horngren, Charles T, Srikant M Datar, dan Madhan Rajan. Cost Accounting a


Managerial Emphasis. 14th Edition. Prentice Hall. New Jersey. 2012

82 / 82

Anda mungkin juga menyukai