LANDASAN TEORI
A. Gempa Bumi
1. Pengertian gempa bumi
Gempa bumi adalah peristiwa alam di mana terjadi getaran pada
permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari
pusat gempa yang berada di dalam bumi (Hipocenter). Energi yang
dilepaskan merambat melalui tanah berbentuk gelombang getaran.
Getaran yang kita rasakan disebut gempa bumi [CITATION Nug16 \l 1033 ].
Secara ilmu fisika, gempa bumi merupakan gelombang yang
merambat seperti gelombang air, yang bergerak ke segala arah dari pusat
gempa. Pergeseran arah vertikal yang disebabkan oleh gelombang
disebut amplitudo, jarak antar gelombang disebut panjang gelombang,
waktu antar dua gelombang disebut periode, dan jumlah gelombang yang
melintasi suatu titik. Gelombang seismik adalah gelombang yang
merambat dikarenakan adanya gempa bumi, sumber gelombang bisa
berupa tumbukan atau pun ledakan. Terdapat jenis-jenis gelombang
diantaranya gelombang badan dan gelombang permukaan.
Mb=log ( TA )+ Q(∆ . h)
Nilai A adalah magnitudo maksimum, T adalah periode,
sedangkan Q merupakan fungsi dari jarak epicenter dan
kedalaman hipocenter. Pusat seismologi internasional (IASPEI)
menetapkan jarak ideal penggunaan Mb adalah 20o-100o.
2. Klasifikasi Situs
Klasifikasi situs berguna dalam menentukan kriteria desain berupa
faktor-faktor amplifikasi pada bangunan. Kriteria desain seismik suatu
bangunan di rumuskan pada permukaan tanah untuk suatu situs, maka
situs tersebut harus diklasifikasi berdasarkan jenis tanah pada 30 m
paling atas dari permukaan tanah.
Menurut SNI 1726-2019 pasal 5 menjelaskan tentang prosedur
klasifiaksi situs untuk bangunan dengan kriteria desain seismik berupa
faktor amplifikasi pada bangunan. Perumusan kriteria desain seismik
suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran
percepatan gempa puncak pada batuan dasar ke permukaan tanah untuk
suatu situs, maka hal tersebut harus diklarifikasi terlebih dahulu. Profil
tanah disitus harus diklarifikasi sesuai degan Tabel 3. berdasarkan profil
tanah lapisan 30 m paling atas jika tidak ditemukan data tanah yang
spesifik, maka penentuan tanah harus melalui penyelidikan laboratorium
yang dilakukan oleh seorang ahli geoteknik dengan percobaan 3
parameter tanah yang tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Situs
Kategori Risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D
Sumber: SNI 1726-2019
Tabel 7. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons
Percepatan Pada Periode 1 Detik
Kategori Risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D
0,20 ≤ SD1 D D
Sumber: SNI 1726-2019
C. Sistem Pembebanan
1. Beban Vertikal
a. Beban Mati
Beban mati adalah beban dari semua bagian suatu gedung yang
bersifat tetap dan termasuk semua unsur tambahan elemen-elemen
pelengkap bersifat tetap. Contoh berat sendiri bahan bangunan dan
komponen gedung berdasarkan peraturan pembebebanan Indonesia
untuk gedung (PPPURG 1987).
1) Baja = 7850 kg/m3
2) Beton bertulang = 2400 kg/m3
b. Beban Hidup
Beban hidup merupakan beban akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, beban-beban yang bisa bergerak dan
peralatan yang tidak bagian tidak terpisahkan dari gedung. Beban
hidup terdistribusai merata menurut SNI 1727-2013. Pada bangunan
pasar raya digunakan beban grosir (disemua lantai) sebesar 6 KN/m2.
2. Beban Horizontal
a. Beban Angin
Beban angin merupakan beban yang berkerja pada gedung atau
bagian bangunan yang di sebabkan selisih tekanan udara. Beban
angin ditetapkan menggunakan adanya tekanan positif dan tekanan
negatif yang tegak lurus pada bidang-bidang ditinjau.
Menurut SNI 1727-2013 menyatakan tekanan angin SPBU
(sistem penahan beban aingin utama) adalah dengan melalui
beberapa langkah yaitu:
1) Menentukan kategori risiko bangunan gedung atau struktur lain
2) Menentukan kecepatan angin dasar (v) m/s
3) Menentukan parameter beban angin berupa arah angin, kategori
eksposur, topografi, efek tiupan angin, klasifikasi tutupan,
koefesien tekanan internal
4) Menentukan koefesien eksposur tekanan velositas
5) Menentukan tekanan velositas q atau qh (n/m2)
6) Menentukan koefesien tekanan eksternal cp, cn
b. Beban Gempa
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada gedung yang
menurukan pengaruh dari getaran tanah akibat gempa. Pada analisa
beban gempa memiliki beberapa metode yaitu linear dan non-linear.
Metode linear terdiri dari respons spektrum dan pushover, sedangkan
metode non-linear respons spektrum dan time historis.
D. Kriteria Bangunan Aman Gempa
Bangunan tahan gempa harus tahan terhadap gempa kecil tanpa
mengalami kerusakan, tahan terhadap gempa sedang walaupun terjadi
kerusakan hanya pada bagian non-struktur, tahan terhadap gempa besar tanpa
runtuh walaupun terjadi kerusakan pada bagian struktur dan bagian non-
struktur [ CITATION IrK84 \l 1033 ].
Bangunan gedung tahan gempa sebaiknya denahnya berbentuk
sederhana beraturan tidak memilki tonjolan vertikal yang berlebihan,
bangunan yang tidak beraturan pada daerah rawan gempa dikhawatirkan
mengalami kerusakan cukup fatal pada bagian tertentu [ CITATION Faj15 \l 1033
].
E. Dilatasi Bangunan
Dilatasi adalah pemisahan denah bangunan yang dikarenakan bangunan
tidak termasuk kepada bangunan yang simetris atau beraturan. Dilatasi pada
umumnya diterapkan pada sambungan atau pertemuan bangunan yang rendah
dengan yang tinggi atau dengan bangunan induk dan bangunan sayap serta
bangunan yang denahnya tidak simetris. Hal ini dikarenakan akumulasi gaya
yang sangat besar pada dimensi bangunan yang lebih besar dan akan
menyebabkan timbulnya retakan atau keruntuhan struktur. Bangunan yang
terlalu besar atau terlalu panjang perlunya dibagi menjadi beberapa bagian.
[ CITATION Sch98 \l 1033 ] prisip desain pada bangunan tahan gempa
adalah memastikan semua massa umum pada gedung dari lantai bawah
sampai lantai paling atas memiliki lokasi yang simetris satu sama lainya,
lokasi yang tidak simetris akan menimbulkan momen torsi terhadap bangunan
yang pada akhirnya dapat meruntukan bangunan bagian lain. Bentuk-bentuk
gedung yang dikehendaki sebagai desain bangunan aman gempa adalah
bangunan denah sederhana berbentuk lingkaran, bujur sangkar, bentuk bentuk
L, T, atau H biasanya bentuk denah yang sulit digunakan dalam bangunan
aman gempa.
Tujuan penggunaan dilatasi adalah antisipasi benturan yang terjadi pada
bangunan dan menyebabkan kerusakan pada bangunan saat terjadi gaya
vertikal maupun horizontal. Kerusakan biasanya terjadi pada pojok-pojok
bangunan, akibat terjadinya beban lateral maka beban bergetar sendiri-
sendiri. Perlunya pemisah bangunan dengan jarak yang telah diperhitugkan
agar tidak bertumbukan.
Gambar 6. Dilatasi pada Bangunan Asimetris
Sumber:
Dilatasi memiliki beberapa jenis yaitu dilatasi balok kantilever,
dilatasi menggunakan 2 kolom, dilatasi balok gerber, dilatasi balok gerber.
Berikut jenis -jenis dilatasi yaitu:
1. Dilatasi Menggunakan Balok Kantilever
Balok kantilever adalah balok yang hanya memiliki satu tumpuan.
Balok kantilever dapat digunakan sebagai sistem dilatasi dengan syarat
maksimal bentang dilatasi adalah 1/3 dari bentang balok induk dan
bentang balok di sekitar dilatasi juga diperkecil menjadi 2/3 dari balok
lainya.
Daftar Pustaka
Ahmad, Ramli. 2016. Analisis Kinerja Seismik Struktur Beton Dengan Metode
Pushover Menggunakan Program SAP 200 V.14. Skripsi Mataram.
Fakltas Teknik. Jurusan Teknik sipil. Universitas Mataram. Padang
Agustiana, Ambar. 2016. Analisis Model Keruntuhan Bangunan Gedung C-DAST
II akibat gaya dengan menggunakan metode statik nonlinear. Skripsi
universitas jember. Jurusan teknik sipil universitas jember. Jember
ATC-40. 1996. Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings, Volume 1.
California. Seismic Safety Commission State of California
Badan Standarisasi Nasional. 1989. SNI 1727;1989 Pedoman Perencanaan
Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung. Jakarta. Badan Standarisasi
nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 1727;2013 Pedoman Perencanaan
Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung. Jakarta. Badan Standarisasi
nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 1726;2012 tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk bangunan gedung dan non gedung. Jakarta.
Badan Standarisasi nasional.
El Husna, Annisa. 2017. Sistem Perkuatan Struktur Pada Bangunan
Shelter/Tempat Evaluasi Sementara (TES) Padang JL. Ulak Karang
Padang Utara Yang Tidak Kuat Terhadap Beban Tsunami. Skripsi
Unand. Fakltas Teknik. Jurusan Teknik sipil. Universitas Andalas.
Padang
FEMA-273. 1997. NEHRP Guidelines For The Seismic Rehabilitation Of
Buildings. Virginia. American Society of Civil Engineers.
Nasution, Amrinsyah. 2016. Rekayasa Gempa & Sistem Struktur Tahan Gempa.
Penerbit ITB. Bandung.
Nugroho, Fajar. 2015. Evaluasi Kinerja Bangunan Gedung Hotel A.N.S Dengan
Dilatasi (Model B2) di Daerah Rawan Gempa. Jurnal Momentum. Padang
Nugroho, Fajar. 2016. Evaluasi Kinerja Bangunan Gedung Berdasarkan SNI-1726-
2002 Dan Fema 356 di Daerah Rawan Gempa. Jurnal momentum vol 18 no
1. Padang
Prabowo, S. W. (2018). Evaluasi Pengaruh Kolom Dilatasi Terhadap Kinerja
Struktur Pada Gedung Berbentuk Linear Menggunakan Metode
Srpmm. Kurva S Jurnal Mahasiswa, 1(1), 673-690.
Lestari, Suci. 2019. Analisis Jarak Dilatasi Bangunan Ber – Layout L Dan
Perhitungan Penulangan Elemen Balok Dan Kolom Disekitar Dilatasi.
Skripsi Unand . padang .