Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROYEK


KONSTRUKSI DI MASA PANDEMI COVID-19

DISUSUN OLEH:
Anggit Sadewo 19051417070

DOSEN PENGAMPU:
Feriza Nadiar, S.T., M.T.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
D4 TEKNIK SIPIL
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus baru COVID-19 memiliki penyebaran yang cepat dan luas, sehingga
seluruh dunia menerapkan kondisi pandemi global. Pandemi Covid-19 yang merebak
di seluruh penjuru dunia memberikan dampak yang signifikan terhadap stabilitas
ekonomi, salah satunya sektor konstruksi. Sektor jasa konstruksi sebagai bagian dari
pelaku ekonomi, merasakan dampak yang sangat besar atas wabah covid-19. Elemen
pelaksanaan konstruksi seperti material, tukang, peralatan, transportasi,waktu dan
mobilitas terkait langsung dengan wabah covid-19, sehingga dapat menimbulkan
ketidakpastian dan terlambatnya waktu penyelesaian suatu proyek konstruksi.

Hal ini disebabkan material dan tukangnya diangkut dari kabupaten tetangga,
terganggu mobilitas transportasinya karena pemberlakuan kebijakan karantina wilayah
yang diberlakukan pimpinan di daerah tersebut. Oleh karena itu, Pemerintah dalam
upaya pencegahan dampak COVID-19 tersebut telah menetapkan protokol Pencegahan
Penyebaran COVID-19 dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi bagi Pengguna dan
Penyedia Jasa, yang merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan untuk mewujudkan
keselamatan konstruksi termasuk keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan publik,
dan keselamatan lingkungan pada setiap tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi [1].

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disebut K3


adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi dalam
mewujudkan pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan
yang menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik, harta
benda, material, peralatan, konstruksi dan lingkungan [2]. Keselamatan kerja telah
menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis konstruksi. Permasalahan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari permasalahan dari dunia
industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan erat dengan peningkatan
produksi dan produktivitas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Apalagi di masa
pandemi tentu menambah penyakit baru terhadap pekerja dalam suatu pembangunan
konstruksi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena proses pembangunan belum
1
diimbangi dengan peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja sehingga
bahaya dan risikonya terus meningkat [3].

Menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar dapat


memberi rasa aman dalam kecelakaan kerja dan upaya pencegahan penyebaran virus
COVID-19 terhadap pekerja, pengguna, dan penyedia jasa di lokasi proyek konstruksi
dapat dilakukan untuk meminimalisirkan yang terpapar virus covid-19 dan tetap
meningkatkan semangat ataupun kinerja para pekerja lainnya. Penelitian membahas
mengenai mekanisme dari sistem pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dari kebijakan pemerintah untuk diimplementasikan terhadap kinerja pekerja suatu
proyek konstruksi yang terdampak akibat masa pandemi virus COVID-19.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap kinerja pekerja
proyek konstruksi ?2
2. Apakah manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat beperan di proyek
konstruksi 3?
3. Bagaimana penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di proyek
konstruksi ?41
4. Bagaimana pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja suatu pryek konstruksi?
56
5. Bagaimana kebijakan pemerintah terkait protokol pencegahan COVID-19 di proyek
konstruksi?
6. Bagaimana implementasi K3 selama pelaksanaan konstruksi berjalan di masa
pandemi COVID -19 era Normal Baru?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengaruh K3 terhadap kinerja pekerja proyek konstruksi.

2. Untuk peran manajemen K3 di proyek konstruksi.

3. Untuk mengetahui dan memahami penerapan manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja di proyek konstruksi.
4. Untuk mengetahui pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja suatu pryek
konstruksi.
5. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terkait protokol pencegahan COVID-19 di
proyek konstruksi.
6. Untuk mengetahui implementasi K3 selama pelaksanaan konstruksi berjalan di
masa pandemi COVID -19 era Normal Baru.
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh K3 terhadap Kinerja Proyek


Kinerja Proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan
membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang
disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana [4]. Untuk memudahkan
pengendalian proyek yang berjalan, kesalamatan dan kesehatan kerja menjadi faktor
yang dominan dalam upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang
lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Faktor K3 dominan
yang diterapkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung adalah faktor
perlindungan publik. Faktor perlindungan publik merupakan suatu upaya untuk
memberikan perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja dan di luar
tempat kerja, agar berada dalam kondisi aman saat kegiatan proyek sedang berlangsung
[5]. Oleh karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri.
Penerapan K3 terhadap kinerja proyek pada pelaksanaan proyek konstruksi
terdiri dari beberapa faktor. Adapun faktor tersebut antara lain :

 Faktor Keamanan

 Faktor Peralatan dan Pakaian Kerja

 Faktor Jalur Kendaraan

 Faktor Kebakaran

 Faktor Peralatan dan Mesin

 Faktor Listrik dan Suara

 Faktor Perlindungan Publik

 Faktor Umum

 Faktor Kesehatan Kerja

B. Peran Manajemen K3 di Proyek Konstruksi


3
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif [6]. Keselamatan perlu diintegrasikan dalam
proyek, mulai dari konsepsi sampai proyek selesai, selanjutnya bahwa kegiatan
penilaian tentang keselamatan, kesehatan dan lingkungan perlu dimulai dari tahap
perencanaan proyek (project plan), kontrak, evaluasi tender, konstruksi, sampai ke
tahap pemeliharaan dan bahkan sampai ke perobohan.
Manajemen K3 sangat berperan dalam pencegahan kecelakaan di proyek
konstruksi. Peran tersebut dimulai dari beberapa fungsi sebagai tersebut :
1. Fungsi Perencanaan
Pada fungsi perencanaan, disamping terfokus pada tugas operasional juga
harus mencakup usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yang
dipersiapkan untuk pencegahan terjadinya kecelakaan. Perlu pula menganalisis
bahaya-bahaya apa saja yang mungkin akan timbul pada suatu pekerjaan dan
bagaimana mengatasinya. Dalam suatu kontrak kerja pekerjaan keinsinyuran perlu
dibuat pasal- pasal yang mengatur secara preventif keselamatan kerja dengan
menunjuk UU dan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh menunjuk UU
Ketenagakerjaan, UU Jamsostek, UU Kerja dan sebagainya. Kontrak- kontrak
internasional (FIDIC, SIA, JTC) telah mencantumkan artikel atau pasal tentang K3.
Proses perencanaan keselamatan untuk masa depan (tahap konstruksi) juga
diusulkan oleh Chua DKH & YM Goh (2004).
2. Fungsi Organisasi
Pada fungsi organisasi, perlu dibentuk satuan tugas yang dapat melaksanakan
K3 dengan baik. Untuk itu perlu disediakan kantor yang mencukupi dan organisasi
yang memadai. Dalam suatu perusahaan perlu dibentuk P2K3 (Panitia
Penyelenggara K3) yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja
di kegiatan industri. Diselenggarakan safety meeting untuk supervisor lapangan dan
owner ikut dalam safety meeting, dan pekerjakan supervisor keselamatan secara
full-time.
3. Fungsi Pelaksanaan
Pada fungsi pelaksanan, apa yang telah direncanakan hendaknya
4
dilaksanakan dengan baik. Karena kecelakaan yang terjadi sebagian besar
ditimbulkan oleh faktor manusia, manajemen dituntut memberikan pengarahan
pelaksanaan dan petunjuk yang jelas (directing) dan koordinasi.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi yang penting karena merupakan
tindakan kontrol apakah semua yang direncanakan itu telah dilaksanakan, dan
apakah ada kendala dan persoalan-persoalan yang perlu dicari
penyelesaiannya.Untuk menjamin bahwa sistem manajemen K3 dilaksanakan
dengan baik, dilaksanakan audit berkala oleh petugas berwenang. Pada setiap
minggu/bulan, perlu adanya meeting untuk membahas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan K3 di perusahaan, sehingga semua informasi dan persoalan dapat
diketahui oleh seluruh bagian yang terkait.

C. Penerapan Manajemen K3 di proyek Konstruksi


Pemerintah menghimbau semua perusahaan dan pelaku usaha untuk
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan atau area proyek
konstruksi, agar tetap produktif sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan aman dan
sehat. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja memberikan pengaruh besar
terhadap peningkatan produktivitas kerja konstruksi. Selain itu dengan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja dapat membentuk perilaku pekerja terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja [7] sehingga pekerja lebih siap untuk menghadapi
kondisi pandemi seperti saat ini dalam upaya untuk mempertahankan keberlangsungan
usaha dan perlindungan pekerja atau buruh dalam rangka pencegahan penyebaran virus
Covid-19 serta penanggulangan Covid- 19 di lingkungan kerja.
Penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di proyek konstruksi
[8], anatara lain sebagai berikut :
1. Rekruitmen
2. Pelatihan
3. Alat Pelindung Diri
a. Helm Proyek (Safety Helmet)
b. Sepatu Kerja (Safety Shoes)
c. Pelindung Mata (Safety glass)
d. Pelindung telinga (Ear plug /ear muff)
e. Kacamata las dengan pelindung muka (face shield)

5
f. Pelindung Tangan
g. Body harness
h. Masker
i. Rompi Traffic
j. Pelindung Dada
k. Jas Hujan
l. Air Respirator
m. Pelampung
4. Rambu-rambu dan Tanda K3
5. Inspeksi K3
6. Instruksi Keselamatan Kerja
7. Rencana Tanggap Darurat
8. Penghargaan dan Sanksi
9. Pemeliharaan Peralatan

D. Pengendalian K3 terhadap Proyek Konstruksi

Aspek K3 juga berkaitan dengan pengendalian kerugian [9], baik langsung dan
tidak langsung. Kerugian langsung misalnya cedera pada pekerja dan kerusakan pada
sarana produksi atau disebut non injury incident tau damage accident. Kerugian tak
langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga sering disebut kerugian
tersembunyi ( hidden loss ) misalnya, kerugian akibat terhentinya proses produksi,
penurunan produksi, klaim,dampak sosial, citra dan kepercayaan konsumen. Karena
itu, salah satu obyektif K3 adalah untuk mencegah dan mengendalikan kerugian atau
sering disebut loss control management.

Dengan adanya Sistem Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


memiliki tujuan utama mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan
kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak
biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang [10].

Pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja proyek adalah dengan


cara mematuhi dan memenuhi semua aturan yang berlaku tentang keselamatan dan

6
kesehatan kerja baik telah diatur didalam undang-undang maupun peraturan dari
pemerintah. Mengendalikan risiko harus mengenal terlebih dahulu risiko-risiko yang
akan terjadi nantinya sehingga risiko yang akan terjadi akan dapat diminimalisir atau
bahkan hilang. Upaya pengendalian pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan
kerja adalah :

a. Mengidentifikasi risiko yang akan terjadi.

b. Merumuskan dampak yang akan terjadi.

c. Menganalisa penyabab dari risiko- risiko yang akan terjadi.

d. Memutuskan penanganan dari risiko-risiko yang akan terjadi nantinya.

E. Protokol Pencegahan COVID-19 di Proyek Konstruksi

Protokol ini dimaksudkan sebagai panduan umum bagi Pemilik / Pengguna /


Penyelenggara bersarna Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendor / Supplier dan
Fabrikator, Mandor serta para Pekerja dalam mencegah wabah COVID-19 di proyek
konstruksi. Protokol ini merupakan bagian dari keseluruhan kebiiakan untuk
mewujudkan keselamatan konstruksi. Keselamatan konstruksi adalah keselamatan dan
kesehatan kerja, keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan dalam setiap tahapan
penyelenggaraan konstruksi (life cycle of building and infrastructure development).
Protokol ini berlaku di proyek konstruksi yarg disebnggarakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah dan/atau BUMN, maupun investasi swasta dan/atau
gabungan [11].

Secara garis besar, skema protokol pencegahan COVID-19 dalam


penyelenggaraan jasa konstruksi mengatur beberapa hal sebagai berikut:

1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID-19

 Pemilik/Pengguna/Penyelenggara bersama Konsultan Pengawas dan/atau


Kontraktor wajib mernbentuk Satuan Tugas Pencegahan COVID-19.

 Satuan Tugas tersebut berjurmlah paling sedikit 5 (lima) orang terdiri dari
Ketua merangkap anggota dan 4 (empat) Anggota yang mewakili Pemilik/
Pengguna/ Penyebnggtrna, Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendorl

7
Supplier.

 Satuan Tugas tersebut memiliki tugas, tanggung jawab dan kewenangan


melakukan: (i) sosialisasi, (ii) edukasi, (iii) promosi teknik dan (iv) metode
pencegahaan COVlDl9 serta (v) perneriksaan (examination) potensi terinfeksi
kepada semua orang, baik para manager, insinyur, arsitek, karyawan / staf,
mandor, pekeda dan tamu proyek.

2. Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di Lapangan

 Satgas Pencegahan Covid-19 berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan


Covid-19 Kementerian PUPR untuk menentukan :

a. Identifikasi potensi risiko lokasi proyek terhadap pusat sebaran penyebaran


Covid- 19 di daerah yang bersangkutan;

b. Kesesuaian fasilitas kesehatan di Lapangan dengan protokol penanganan


Covid-19 yang dikeluarkan Oleh Pemerintah;

c. Tindak lanjut terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

 Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi :

a. Memiliki risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran;

b. Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam


Pengawasan (PDP); atau

c. Pimpinan Kementerian/Lembaga/ Instansi/ KepaIa Daerah telah


mengeluarkan peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara akibat
keadaan kahar, Maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat
diberhentikan sementara akibat Keadaaan Kahar;

 Penghentian Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana di maksud huruf b


diatas dilakukan sesuai ketentuan.

 Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan


urgensinya tetap harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan dampak
sosial dan ekonomi dari COVID- 19, maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
8
tersebut dapat diteruskan dengan ketentuan :

a. Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat;

b. Melaksanakan protokol pencegahan Covid- 19 dengan disiplin tinggi dan


dilaporkan secara berkala Oleh Satgas Pencegahan Covid-19.

3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan

 Kontraktor wajib menyediakan ruang klinik di lapangan dilengkapi dengan


sarana kesehatan yang memdai, seperti: tabung oksigen, pengukur suhu badan
(fhermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan, dan petugas medis.

 Kontraktor wajib memiliki kedasama operasional perlindungan kesehatan dan


pencegahan COVlD-19 dengan rumah sakit dan/ atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat dengan lapangan proyek untuk tindakan darurat
(emergency).

 Kontraktor wajib menyediakan fasilitas pengukur suhu badan (thermoscan),


pencuci tangan dengan sabun disinfektan (hand sanitizer, tissue, masker di
kantor dan lapangan proyek bagi para manager, insinyur, arsitek, karyawan/
staf, mandor, pekeria dan tamu proyek.

4. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di Lapangan

 Satuan Tugas memasang poster (flyers) baik digital maupun fisik tentang
himbauan/ anjuran penegahan COVID-I9, seperti mencuci tangan, memakai
masker, untuk disebarluaskan atiau dipasang di tempat-tempat strategis di
lapangan prcyek.

 Satuan Tugas bersama Petugas Medis harus menyampaikan penjelasan, anjuran,


kampanye, promosi teknik pencegahan COVlD-19 dalam setiap kegiatan
penyuluhan K3 pagi hari (safety moming talk).

 Satuan Tugas melarang seseorarg yang sakit dengan indikasi suhu > 38 derajat
Celcius (seluruh manager, insinyur, arsitek, karyawan/ staf, mandor, pekerja
dan tamu proyek) datang ke lokasi proyek.
9
 Petugas Medis melaksanakan pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekeria,
dan karyawan bersama para Satuan Pengaman Proyek (Security Sfaff) dan
Petugas Keamanan setiap pagi, siang dan sore.

 Apabila ditemukan manager, insinyur, arsitek, karyawan/ staf, mandor dan


pekerja di lapangan proyek terpapar virus covid-19, Petugas Medis dibantu
Petugas Keamanan proyek melakukan evakuasi dan penyemprotan disinfektan
pada tempat, fasilitas, pegangan dan peralatan kerja.

F. Implementasi K3 Pelaksanaan Konstruksi di masa pandemi era Normal Baru

Pandemi tidak kunjung berakhir namun ekonomi sudah harus normal


kembali, yang artinya menjalankan kegiatan secara normal dengan
mengaplikasikan kebijakan pencegahan COVID-19. Untuk setiap sektor industri
termasuk industri konstruksi, perlu juga dikeluarkan pembaharuan K3 yang dapat
menanggulangi pandemi COVID-19. Hal ini karena proyek konstruksi merupakan
merupakan proyek yang padat karya, sehingga memiliki risiko untuk menjadi
tempat penyebaran COVID-19. Namun jika dibandingkan dengan total kasus yang
ada, klaster dari proyek konstruksi terbilang sedikit. Hal ini dikarenakan proyek
konstruksi umumnya berada pada ruangan terbuka yang sehingga sirkulasi udara
baik sehingga potensi ada pekerja yang terindikasi semakin kecil.

Beberapa proyek yang telah di tinjau telah melakukan kebijakan K3 normal


baru yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan seperti physical distancing
menjadi kebijakan tertulis, tetapi pada pelaksanaannya susah untuk dilakukan,
terutama pada pekerjaan mengangkat barang berat seperti pekerjaan finishing
(kusen, jendela) atau bekisting pada pekerjaan struktur [12]. Beberapa proyek,
terutama pada pekerjaan finishing dapat mengantisipasi dengan mengurangi jumlah
orang di proyek, dengan hanya memasukkan pekerja yang ada jadwal
pekerjaannya.

Hal yang perlu diperhatikan lebih adalah tingkat kepatuhan para pekerja pada
kebijakan-kebijakan yang sudah dibuat, terlebih penggunaan masker. Salah satu
solusi agar pekerja dapat disiplin menggunakan masker adalah HSEO yang tegas

10
dan rajin memberi contoh dan mengingatkan. Selain usaha dari pihak kontraktor,
pihak owner juga dapat membantu merealisasikan K3 normal baru di proyek
konstruksi. Hal ini sangat berpengaruh terutama pada kebijakan yang
membutuhkan fasilitas tambahan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pandemi Covid-19 yang merebak di seluruh penjuru dunia memberikan
dampak yang signifikan terhadap stabilitas ekonomi, salah satunya sektor
konstruksi. Sehingga keselamatan dan kesehatan kerja sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan proyek kontruksi kinerja pekerja. Manajemen K3 sangat berperan
dalam pencegahan kecelakaan di proyek konstruksi. Peran tersebut mulai dari
perancanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja dapat membentuk perilaku pekerja terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja dalam upaya untuk mempertahankan keberlangsungan usaha dan
perlindungan pekerja atau buruh dalam rangka pencegahan penyebaran virus
Covid-19 serta penanggulangan Covid- 19 di lingkungan kerja.
Pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja proyek adalah dengan
cara mematuhi dan memenuhi semua aturan yang berlaku tentang keselamatan dan
kesehatan kerja baik telah diatur didalam undang-undang maupun peraturan dari
pemerintah. Implementasi Manajemen Keselamatan Konstruksi dalam penerapan
Protokol Pencegahan Penyebaran Covid-19 dalam Penyelenggaraan Manajemen
Keselamatan Konstruksi ini, dapat dipastikan bahwa penyelenggaraan Jasa
Konstruksi tetap berjalan secara efektif dan efisien, serta tidak mengganggu
pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

B. Saran

11
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca agar
tertarik untuk terus dapat meningkatkan keingintahuan nya terhadap informasi
baru yang bermanfaat. Demi kesempurnaan makalah ini, saya berharap kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar makalah ini bisa lebih baik
untuk ke depannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

[1] L. Parinduri and T. Parinduri, “Implementasi Manajemen Keselamatan Konstruksi,”


Bul. Utama Tek., vol. 15, no. 3, pp. 222–228, 2020.
[2] Pusdiklat SDA dan Konstruksi, Modul 3 Pengetahuan Dasar Keselamatan
Konstruksi. 2019.
[3] P. Waluyo, “Penerapan Pekerjaan Proyek Konstruksi Pada Masa Pandemi Covid-19
Menggunakan Pendekatan OHSAS 18001,” J. Konstr., vol. 12, no. 1, pp. 69–80,
2020.
[4] B. A. B. Ii and D. Proyek, “No Title,” pp. 6–21, 2009.
[5] B. Bunial, M. Muttaqin, and A. Rauzana, “Faktor-Faktor Penerapan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Yang Mempengaruhi Kinerja Proyek Konstruksi Gedung Di
Provinsi Aceh,” J. Arsip Rekayasa Sipil dan Perenc., vol. 1, no. 4, pp. 130–137,
2018, doi: 10.24815/jarsp.v1i4.12463.
[6] J. T. Sipil, “Peranan Manajemen K3 Dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja
Konstruksi,” J. Tek. Sipil Unika Soegijapranata, vol. 3, no. 1, pp. 8–15, 2006.
[7] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, “No 主観的健康感を中心とした在宅
高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title,” no. June, 2016.
[8] F. Pangkey, G. Y. Malingkas, and D. O. R. Walangitan, “PENERAPAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA
PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA (Studi Kasus: Pembangunan Jembatan
Dr. Ir. Soekarno-Manado),” J. Ilm. MEDIA Eng., vol. 2, no. 2, pp. 100–113, 2012.
[9] I. W. Jawat, “Pengendalian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Proyek
Pembangunan Hotel,” Paduraksa, vol. 6, no. 1, pp. 13–33, 2017.
[10] J. Atmaja, E. Suardi, M. Natalia, Z. Mirani, and M. P. Alpina, “Penerapan Sistem
Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi
di Kota Padang,” J. Ilm. Rekayasa Sipil, vol. 15, no. 2, pp. 64–76, 2018, doi:
10.30630/jirs.15.2.125.
[11] A. Pengantar, “PENCEGAHAN COVID-1g D! PROYEK KONSTRUKSI,” vol. 4,
no. i, pp. 3–6.
[12] J. Jonathan, A. O. Candra, and R. S. Alifen, “STUDI BANDING K3 NORMAL
BARU PADA PROYEK KONSTRUKSI MASA PANDEMI COVID-19,” pp. 26–
12
34.

13

Anda mungkin juga menyukai