Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANAJEMEN RISIKO PROYEK KONSTRUKSI

Analisis Manajemen Risiko Pada Proyek Pembangunan


Jembatan Mahakam Samarinda

Disusun Oleh:

Alya Agil 41117010048


Rizky Syifa 41117010056
Romi Janeiro T 41117010094
Muhammad Haris 41117010079

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Risiko Proyek
Konstruksi Jembatan Selat Sunda ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Manajemen Risiko Proyek Konstruksi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Risiko Proyek Konstruksi Jembatan Selat
Sunda bagi para pembaca dan bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Bernadette Detty Kusumardianadewi,


ST, MT, selaku dosen mata kuliah Manajemen Risiko Proyek Konstruksi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucap terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 5 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen risiko adalah untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty),


mengidentifikasi sumber ketidakpastian dan risiko yang terkait dengannya, dan
kemudian mengelola risiko tersebut sehingga hasil negative diminimalkan (atau
dihindari sama sekali), dan setiap hasil positif dikapitalisasi. Kebutuhan untuk
mengelola ketidakpastian melekat pada sebagian besar proyek yang memerlukan
pengelolaan proyek formal. Dalam melihat manajemen risiko dan peran manajer
proyek, perlu dicatat bahwa manajemen risiko tidak dapat hanya dimiliki oleh satu
orang dalam sebuah proyek dan bahwa semua anggota tim harus ‘sadar terhadap
risiko’ dan berpartisipasi dalam kegiatan untuk memperbaiki posisi proyek , melalui
rencana aksi, yang merupakan bagian dari rencana proyek utama.
Dua tujuan untuk penerapan disiplin manajemen risiko adalah :
 Merencanakan dan mengambil tindakan manajemen untuk mencapai tujuan
menghapus atau mengurangi kemungkinan dan dampak risiko sebelum terjadi
dan menangani masalah aktual saat melakukannya, dan
 Untuk terus memantau dampak potensial dari risiko, tinjau rencana tindakan
terkait, dan berikan dan kelola kontinjensi finansial dan jadwal yang memadai
untuk risiko jika terjadi.

Agar efektif sepenuhnya, manajer proyek perlu menyadari bahwa ada risiko dan
secara aktif mengelolanya, ini harus dilihat sebagai indikasi pengelolaan proyek
yang baik, bukan sebagai pengakuan kegagalan. Dengan melihat ke depan pada
kejadian potensial yang dapat mempengaruhi proyek dan meletakkan tindakan
untuk mengatasinya (jika sesuai), tim proyek dapat secara proaktif mengelola
risiko dan meningkatkan peluang untuk berhasil mengantarkan proyek sesuai
dengan kebutuhan proyek, biaya dan kualitas proyek. Sementara pada masa-masa
awal pengelolaan proyek, penekanan besar ditempatkan pada pengelolaan biaya
dan kepatuhan jadwal, di tahun 1980-an perusahaan mengakui kebutuhan untuk
mengintegrasikan risiko teknis dengan risiko biaya, jadwal dan kualitas sehingga
sistem manajemen risiko dikembangkan menjadi sebuah kunci disipli manajemen
proyek.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja sumber risiko yang kemungkinan terjadi pada proyek konstruksi
jembatan?
b. Bagaimana cara untuk mengidentifikasi sumber risiko dalam proyek
konstruksi jembatan?

1.3 Tujuan Pembahasan

a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep manajemen risiko


b. Mahasiswa mampu mengetahui cara untuk mengidentifikasi sumber risiko dan
mengelola suber risiko tersebut sesuai dengan tujuan proyek.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manajemen Risiko Proyek

Secara umum, tujuan manajemen risiko yang utama adalah mencegah atau
meminimisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui
penghindaran risiko atau persiapan rencana kontingensi yang berkaitan dengan risiko
tersebut. Dalam manajemen proyek risiko proyek adalah suatu peristiwa atau kondisi
yang tidak pasti, dan jika terjadi mempunyai pengaruh positif atau bisa juga negatif
pada tujuan proyek. Suatu risiko mempunyai sebab dan bila terjadi akan membawa
dampak, oleh karena itu risiko dapat dinyatakan sebagai fungsi dari kemungkinan dan
dampak.

Lebih jauh, dalam konteks manajemen proyek, manajemen risiko proyek dipahami
sebagai seni dan ilmu untuk mengidentifikasi, menganalisis dan merespon risiko
selama umur proyek dan tetap menjamin tercapainya tujuan proyek. Manajemen
risiko proyek yang baik akan mampu memperbaiki tingkat keberhasilan proyek secara
signifikan. Bagaimanapun, manajemen risiko proyek akan memberikan suatu
pengaruh positif dalam hal memilih proyek, menentukan lingkup proyek, membuat
jadwal yang realistis dan estimasi biaya yang baik.

Manajemen risiko dalam konteks manajemen proyek konstruksi adalah cara


komprehensif dan sistematis untuk mengidentifikasi, menganalisis dan merespons
risiko untuk mencapai tujuan proyek. Manfaat dari proses manajemen risiko meliputi
identifikasi dan analisis risiko , dan perbaikan proses manajemen proyek konstruksi
dan penggunaan sumber daya yang efektif.

Manajemen risiko memiliki aspek manajemen proyek yang paling sulit,. Seorang
manajer proyek harus dapat mengenali serta mengidentifikasi akar penyebab risiko
dan untuk melacak sebab-sebab ini melalui proyek atas konsekuensinya.
2.2 Sumber Risiko dalam Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi sangat kompleks dan dapat menimbulkan berbagai risiko internal
dan eksternal, tidak ada cara untuk benar-benar menghindari risiko karena ada
beberapa faktor yang tidak diketahui yang timbul selama proyek berlangsung. Salah
satu cara terbaik untuk mengelola risiko adalah dengan mengenali dan memahami
sumber risiko jenis dan bagaimana mengelolanya. Jika dapat mengidentifikasi dan
mengkategorikan serta mengelola sumber risiko sebelum memulai sebuah proyek,
anda dapat mengoptimalkan potensi risiko dan menghindari kemungkinan kerugian.

Peluang terbesar terjadinya sebuah peristiwa risiko (misal kesalahan estimasi waktu,
estimasi biaya, atau teknologi desain) adalah dalam hal konsep, perencanaan, dan
tahap mulai (start-up) dari proyek.

Sumber risiko dapat diartikan sebagai faktor yang menimbulkan kejadian yang
bersifat negative atau positif. Sebagai contoh, di bawah ini adalah sumber risiko yang
berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi :
 Ketepatan pekerjaan dan produk design engineering
 Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal, harga dan kualitas)
 Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas)
 Tersedianya tenaga ahli dan penyedia
 Tersedianya tenaga kerja lapangan
 Variasi dalam produktifitas kerja
 Kondisi lokasi dan site
 Ditemukannya teknologi baru dalam proses konstruksi

2.3. Jembatan

Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transfortasi


melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan
adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian
jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur
sungai saluran irigasi dan pembuang . Jalan ini yang melintang yang tidak sebidang
dan lain-lain. Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas
jalan yang dilalui rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari
suatu jalan, baik jalan raya atau jalan kereta api. Berikut beberapa jenis jembatan :
1. Jembatan diatas sungai
2. Jembatan diatas saluran sungai irigasi/ drainase
3. Jembatan diatas lembah
4. Jembatan diatas jalan yang ada / viaduct
Bagian-bagian Konstruksi Jembatan Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri
dari enam bagian pokok, yaitu :
1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan.

1. Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures)


Konstruksi bagian atas jembatan meliputi :
•Trotoar :
- Sandaran + tiang sandaran
-Peninggian trotoar / kerb
-Konstruksi trotoar
•Lantai kendaraan + perkerasan
•Balok diafragma / ikatan melintang
•Balok gelagar
•Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem,ikatan tumbukan)
•Perletakan (rol dan sendi)

Sesuai dengan istilahnya, bangunan atas berada pada bagian atas suatu jembatan,
berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh suatu lintasan orang,
kendaraan, dll, kemudian menyalurkan pada bangunan bawah.

2. Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures) Konstruksi bagian bawah jembatan


meliuputi :
1. Pilar, berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya vertical dan horizontal dari bangunan
atas pada pondasi.
2. Pangkal (abutment), pangkal menyalurkan gaya vertical dan horizontal dari bangunan
atas pada pondasi dengan fungsi tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari
timbunan jalan pendekat ke bangunan atas jembatan. Ada beberapa tipe dan jenis abutment,
yaitu:
 Tipe gravitasi, kontruksi terbuat dari pasangan batu kali. Digunakan bila tanah
keras dekat dengan permukaan.
 Tipe T terbalik (kantilever), kontruksi terbuat dari beton bertulang, bentuknya
langsing sehingga dalam proses pembuatannya sangat mudah dari pada tipe-
tipe yang lain.
 Tipe dengan penopang, bentuknya kontruksinya sama dengan
tipe kantilever  tetapi ditambahkan penopang dibelakangnya, yang berguna
untuk melawan pengaruh tekanan tanah dan gaya angkat (bouyvancy)
BAB III
STUDI KASUS
Jembatan Mahakam sendiri dibangun dan diresmikan oleh Presiden Soeharto. Jembatan
Mahakam dibangun oleh kontraktor PT. Hutama Karya (Persero) dengan Panjang 400 meter,
lebar 10 meter dan tinggi sekitar 5 meter di atas permukaan aspal. Pertambahan jumlah
penduduk dan prasarana transportasi tiap tahunnya kian bertambah yang menyebabkan
kapasitas kendaran yang melalui Jembatan Mahakam semakin bertambah hingga
menyebabkan kemacetan di ruas jalan tidak dapat di hindari. Sehingga direncanakan
pembangunan Jembatan Mahakam IV atau lebih di kenal dengan Jembatan Kembar Samarinda.
Dibangun untuk mengatasi permasalahan “overcapacity” kendaraan di Jembatan Mahakam.
Panjang bentang jembatan 220 meter, lebar 16,9 meter, dan tinggi clearance vertical sepanjang
22 meter dibangun melalui APBD Kaltim, kontrak tahun 2012-2013 senilai Rp. 171 Miliyar dan
di lanjutkan pembangunan melalui Multiyears Contract APBD Kaltim 2015-2018 Rp. 253
Milyar. Pembangunan jembatan Mahakam IV atau jembatan kembar Samarinda di harapkan
dapat mengurangi kemacetan.
Proyek konstruksi pembangunan jembatan Mahakam IV Samarinda pada bentang
panjang memiliki risiko yang tinggi dari segi geografis dan aplikasi teknologi. Hal ini juga
menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut, mengingat kondisi geografis di Indonesia yang
beragam. Teknologi pun menjadi salah satu permasalahan tersendiri, sehingga risiko yang
mungkin terjadi. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas
dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin
terjadi secara tak terduga.
3.1 Cara Mengidentifikasi Sumber Resiko Dalam Proyek Konstruksi Jembatan
Dalam mengidentifikasi dapat dilakuukan dengan cara melalukan survey kepada
responden atau masyarakat di sekitar pembangunan proyek konstruksi jembatan. Dalam
melakukan survey utama, responden diberi pertanyaan melalui kuisioner mengenai tingkat
probabilitas dan dampak yang terjadi pada suatu risiko menurut responden. Langkah
selanjutnya adalah menganalisa data dari hasil survey utama untuk mengetahui tingkat
besaran atau probabilitas terjadinya risiko terhadap kelangsungan proyek. Hasil analisa yang
telah didapat akan di ploting kedalam matriks probabilitas dampak untuk mengetahui tingkat
risiko. Dari hasil ploting yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui risiko mana saja
yang berdampak signifikan. Untuk mengetahui bagaimana respon yang ditentukan pada suatu
risiko dilakukan wawancara terhadap beberapa responden mengenai respon risiko terhadap
risiko-risiko yang telah didapat.
3.2 Sumber Resiko

Jenis Resiko
Biaya / Anggaran  Kurangnya alokasi dana
 Biaya tidak terduga
 Kenaikan harga material/bahan

Peralatan (Equipment)  Kekurangan jumlah peralatan


 Kerusakan alat
 Ketidaklayakan peralatan
 Keterlambatan pengiriman alat
 Kesulitan mendatangkan peralatan
 Ketidaksediaan alat yang modern

Sumber Daya Manusia  Kurangnya tenaga ahli


 Rendahnya produktivitas tenaga kerja
 Kurangnya jumlah tenaga kerja
 Kurangnya kemampuan dan
pengalaman

Bahan (Materials)  Kurangnya jumlah material


 Rendahnya kualitas material
 Ketidaktersediaan material
 Keterlambatan pengiriman material
 Perubahan penambahan spesifikasi
material yang digunakan

Metode Pelaksanaan  Kurangnya implementasi manajemen


proyek
 Ketidaksesuaian metode kerja
 Perubahan/penambahan desain
konstruksi
 Investigasi / survey awal yang tidak
akurat
 Respon yang lambat
 Kurangnya kemampuan manajerial
di lapangan
 Lambat dalam mengambil keputusan

Waktu  Reschedule time

Teknis  Terjadi penurunan permukaan


 Perubahan akibat penyesuaian
dengan kondisi di lapangan
 Kendala saat pengerjaan

Lingkungan  Lalu lintas


 Kerusakan lingkungan sekitar
 Kondisi Fisik di Lapangan
 Kebisingan yang mengganggu
saat pekerjaan berlangsung
 Kondisi lapangan yang tidak terduga
 Kondisi pembebasan lahan
yang masih digunakan
 Kondisi tanah yang kurang baik

Faktor Eksternal  Curah hujan


 Pasang surut air sungai
 Pengaruh gelombang
 Pengaruh angin
 Terjadi genangan air di sekitar
lokasi proyek
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam setiap proyek dalam perancangan maupun pelaksanaan mempunyai beberapa
risiko yang dapat menghambat progres suatu proyek, contoh nya dari pembangunan
jembatan Mahakam ini yang memiliki beberapa risiko dari segi biaya,peralatan,sumber daya
manusia, material, metode pelaksanaan,waktu,teknis,lingkungan,factor eksternal. Secara
umum, tujuan manajemen risiko yang utama adalah mencegah atau meminimisasi pengaruh
yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui penghindaran risiko atau
persiapan rencana kontingensi yang berkaitan dengan risiko tersebut.

4.2 Saran
Dari risiko-risiko yang telah diebutkan diatas ada beberapa saran yang dapat
dilakukan :

1. Dengan cara membagi risiko (Risk Sharing). Strategi ini dilakukan apabila
penanganan risiko dan dampak risiko hampir sama besarnya. Pembagian risiko yang
mendistribusikan risiko yang ada ke pihak yang dianggap lebih mampu akan
membuat biaya penanganan risiko akan lebih kecil sehingga lebih layak untuk
diterima.

2. Dengan cara mengurangi risiko (Risk Reducing). Strategi ini dilakukan apabila risiko
diketahui dimana penanganan risiko masih lebih rendah dari risiko itu sendiri.
Tindakan mitigasi lebih diarahkan untuk mengurangi dampak risiko. Caranya dengan
pendekatan alternatif seperti mengusulkan perubahan lingkup pekerjaan, perubahan
metode, mutu, atau schedulenya. Pada strategi ini, diyakini perusahaan mampu
mengendalikan dengan suatu perencanaan yang matang.

3. Diabaikan (Risk Ignoring). Tindakan strategi ini apabila risiko diketahui dimana
dampak dan frekuensi risiko kecil atau sangat kecil dimana organisasi dan prosedur
yang ada diyakini akan dapat meminalisir risiko.

Anda mungkin juga menyukai