Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKUNTANSI MURABAHAH

DOSEN PENGAMPU :

DEDDY ARDIANSYAH SUIS, SE.,M.Ak

DISUSUN OLEH :

NUR FARIDATUL AISAH (1812311053)

CITRA MEYLINDASARI (1812311054)

DWI ARDYANTI AGUSTINA (1812311067)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang universal. Islam agama yang mengatur segala aspek
kehidupan manusia, secara garis besar islam mengatur dua bagian pokok, yaitu ibadah dan
muamalah. Ibadah adalah Hubungan secara vertikal, Yakni mengatur manusia dalam
berhubungan kepada Allah swt sebagai tuhannya. Sedangkan muamalah ialah hubungan
secara horizontal, yakni kegiatan-kegiatan yang menyangkut hubungan antara manusia
dengan manusia yang meliputi aspek ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya. Untuk
kegiatan muamalah yang menyangkut aspek ekonomi seperti jual beli, simpan pinjam, hutang
piutang, usaha bersama dan lain sebagainya.
Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ia berkaitan dengan
berbagai macam kebutuhan, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan, serta kebutuhan
lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, sudah seharusnya manusia bekerja dengan
mengolah segala yang telah disediakan di alam semesta ini, dan dari hasil kebutuhan tersebut
kebutuhan manusia dapat terpenuhi, baik kebutuhan primer, sekunder, dan tertier.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai hak dan kewajiban
yang sama antara satu dengan yang lainnya, seseorang tidak melecehkan hak dan kewajiban
orang lain dengan hawa nafsu, ketamakan, dan keserakahan. Bentuk-bentuk pelecehan
tersebut antara lain seperti adanya riba, penimbunan harta, tidak memberikan upah kerja yang
seyogyanya, memanipulasi harga, dan monopoli.
Dalam membimbing manusia menuju kesejahteraan, doktrin ekonomi yang telah
mendominasi dunia kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan doktrin negara kesejahteraan,
semuanya terlalu lemah, dan dinilai telah gagal. Lain halnya dengan Islam, dalam
membimbing manusia menuju kesejahteraan Islam berupaya menegakkan sistem ekonomi
yang mengkombinasikan kemajuan ekonomi dan keadilan dan menjadi standar hidup yang
lebih tinggi yang disertai dengan moral yang adil, bijak dan luhur, baik itu dalam kegiatan
ekonomi mikro maupun dalam ekonomi makro.
Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul karena manusia ditugaskan oleh
Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah. Sehingga akuntansi sesungguhnya adalah
alat pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta dan sesama makhluk, yang digunakan oleh
manusia untuk mencapai kodratnya sebagai khalifah.
Salah satu pembiayaan yang berlandaskan syariah adalah pembiayaan murabahah,
pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk pembiayaan di perbankan syariah yang
paling mendominasi dan banyak diminati oleh masyarakat indonesia. Hal ini tampak pada
Statistik Perbankan Syariah Indonesia Mei 2016 yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan. Nilai transaksi murabahah berada di peringkat pertama dengan jumlah 203,72
trilliun rupiah, kemudian disusul oleh akad musyarakah dengan jumlah 64,52 trilliun rupiah
dan mudharabah dengan jumlah 14,86 trilliun rupiah (Otoritas jasa keuangan, 2016). Statistik
ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat tertarik pada produk murabahah yang
ditawarkan oleh Bank Syariah di indonesia.

Dalam pembiayaan murabahah diperlukan adanya perlakuan akuntansi, perlakuan


akuntansi merupakan sistem akuntansi untuk melihat bagaimana proses pencatatan terhadap
produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak-pihak yang terkait menjadi
sistem akuntansi yang dipakai lembaga keuangan syariah. Sedangkan manfaat dari perlakuan
akuntansi akan berdampak pada laporan keuangan syariah yang disajikan sesuai dengan
PSAK No. 101 yang digunakan untuk mengukur kinerja penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan dan berguna untuk pengambilan keputusan.

Namun kenyataannya perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah belum di imbangi


dengan perlakuan akuntansi yang baik, buktinya masih banyak entitas atau bank syariah yang
masih melanggar ketentuan yang ada di PSAK No 102. Berikut penelitian yang terkait
dengan perlakuan akuntansi murabahah yang mengungkapkan bahwa penjual masih salah
dalam penerapannya: Novan (2013), Nurdiani (2014) dan Usyaqi (2014). Meneliti
diperbankan syariah dan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi
murabahah tidak mematuhi PSAK 102 Tahun 2007 dan PSAK 102 Revisi Tahun 2013.
karena memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk memperoleh persediaan murabahah
dan mengukur keuntungan murabahah menggunakan metode anuitas adalah dua perlakuan
akuntansi yang diatur PSAK 55. Sedangkan dari segi pencatatan pada perlakuan akuntansi
murabahah belum sesuai dengan PSAK No 102 dan pencatatan jurnal pada saat perhitungan
tunggakan berdasarkan PSAK No 102.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan. Maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut.:
1. Apa definisi akad murabahah?
2. Apa saja jenis – jenis akad murabahah?
3. Bagaimana perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas. maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa definisi akad murabahah
2. Untuk mengetahui apa saja jenis – jenis akad murabahah
3. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi penulis, Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang
akad murabahah, serta dapat memperoleh nilai tugas untuk mata kuliah akuntansi
syariah.
2. Bagi pihak lain, Makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta untuk bahan referensi dalam melakukan penelitian
ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Akad Murabahah

Secara luas jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela,
menurut (sabiq 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat
dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang
dengan barang (barter) atau pertukaran uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata
uang dengan yen.

Muslim harus mengetahui jual beli yang diperbolehkan dalam syariah, agar harta yang
dimiliki halal dan baik. Seperti kita ketahui, jual beli adalah salah satu aspek dalam
muamalah (hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar semua boleh kecuali
ada dalil yang melarang. Kalau belum tahu mana yang di bolehkan dalam syariah, atau belum
mengetahui suatu ilmu tertentu, kita wajib mencari tahu sebagaimana sabda rasulullah:
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).

Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti kelebihan
dan tambahan (keuntungan), atau murabahah juga berarti Al-Irbaah karena salah satu dari dua
orang yang bertransaksi memberikan keuntungan kepada yang lainnya (Ibnu Al-Mandzur.,
hal. 443.). sedangkan secara istilah, Bai’ul murabahah adalah jual beli dengan harga awal
disertai dengan tambahan keuntungan (Azzuhaili, 1997., hal. 3765). Menurut PSAK 59
tentang Akuntansi Perbankan Syariah paragraf 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah akad
jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.

Menurut Para ahli hukum Islam mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai berikut :

Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai menjual barang


dengan harga pokok beserta keuntungan dengan syarat-syarat tertentu.

Ibn Rusyd filosof dan ahli hukum Maliki mendefinisikannya sebagai jual-beli di mana
penjual menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan meminta suatu
margin keuntungan kepada pembeli.
Dengan demikian, dapat disimpulkan jual-beli murabahah adalah suatu bentuk jual
beli di mana penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan
pembeli membelinya berdasarkan harga pokok tersebut kemudian memberikan margin
keuntungan kepada penjual sesuai dengan kesepakatan beserta dengan syarat – syarat
tertentu. Tentang “keuntungan yang disepakati”, penjual harus memberi tahu pembeli tentang
harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut.

2.2 Jenis - Jenis Akad Murabahah


1. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pesanan
dari pembeli. Pada bank syariah, bank baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual
beli apa bila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru di lakukan
jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait
langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut. Murabahah dengan pesanan dapat
bersifat mengikat dan tidak mengikat pembeli untuk membeli barang pesananya , kalau
bersifat mengikat maka pembeli harus membeli barang pesanannya dan tidak dapat
membatalkan pesananya . jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual dalam
murabahah pesanan mengikat, mangalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada
pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai
akad.

Keterangan :

(1) Melakukan akad murabahah


(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
2. Murabahah tanpa pesanan

Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat, dimana pembeli langsung membeli barang
dagang yang telah tersedia untuk dijual oleh si penjual. Pada bank syariah Barang yang di
sediakan oleh pihak bank adalah merupakan menjadi tanggung jawab dari pihak bank itu
sendiri sebagai penjual.

Dimana bank syariah menyediakan barang ataupun persediaan barang yang akan diperjual
belikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak. Sehingga
proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual beli murabahah dilakukan.

Keterangan :

(1) Melakukan akad murabahah


(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2.3 Perlakuan Akuntansi Murabahah (PSAK 102)

PSAK No.102 merupakan sistem akuntansi yang melihat bagaimana proses


pencataan terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak-pihak yang
terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah.
a. Akuntansi untuk penjualan
1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan
(D) Aset Murabahah xxx
(K) Kas xxx
2. Untuk murabahah pesanan meningkat, pengukuran aset murabahah setelah perolehan
adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai aset karena
usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai
terebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Jika terjadi penurunan nilai
untuk murabahah pesanan meningkat, maka jurnalnya:
(D) Beban penurunan nilai xxx
(K) Aset Murabahah xxx
Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak meningkat, maka
jurnalnya
(D) Kerugian penurunan nilai xxx
(K) Aset murabahah xxx

3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka :


a) Akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad
murabahah, Jurnal:
(D) Aset Murabahah (net) xxx
(K) Kas xxx
b) Menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai
akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
(D) Kas xxx
(K) Utang xxx
c) Menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan
seusai akad menjadi hak penjual.
(D) Kas xxx
(K) Keuntungan Murabahah xxx
d) Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan
dalam akad
(D) Kas xxx
(K) Pendapatan Operasional lain xxx

4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan


tereliminasi pada saat :
a.) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, Jurnal:
(D) Utang xxx
(K) Kas xxx
b.) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau
oleh penjual :
(D) Utang xxx
(K) Kas xxx
(D) Dana kebajikan – kas xxx
(K) Dana Kebajikan-
Pendapatan denda xxx

5. Pengakuan keuntungan murabahah:


a) Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa, angsuran
murabahah tidak melebihi 1 periode laporan keuangan, maka murabahah diakui pada
saat terjadinya akad murabahah:
(D) Kas xxx
(D) Piutang Murabahah xxx
(K) Aset Murabahah xxx
(K) Keuntungan xxx
b) Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah sebagai
berikut:
1.) keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila resiko
penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a.
2.) keutungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari
piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh
dimana ada resiko piutang tidak tertagih relatif besar dan / beban untuk mengelolah
dan menagih piutang yang re;latif besar, maka jurnalnya:
(D) Piutang Murabahah xxx
(K) aset murabahah xxx
(K) Keuntungan tangguhan xxx
Pada saat penerimaan angsuran:
(D) Kas xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(D) Keuntungan tangguhan xxx
(K) Keuntungan xxx
3.) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, metode ini
digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak tertagih
dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Pencatatanya
sama dengan poin 2, hanya saja jurnal pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh
piutang telah salesai ditagih.

6. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang
murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi
konvensional, Yaitu: saldo piutang – penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk
penyisihan piutang tak tertagih:
(D) Beban Piutang tak tertagih xxx
(K) Penyisihan piutang tak tertagih xxx

7. Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan pada saat pelunasan, diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah dan dapat dilakukan dengan cara:
a) Diberikan pada saat pelunasan, jurnal:
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan murabahah xxx
(net setelah dikurangi potongan pelunasan)
b) memberikan setelah pelunasan (penjual menerima pelunasan dan membayarkan
potongan kepada pembeli). Jurnal:
Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan murabahah xxx
Pada saat pengembalian kepada pembeli:
(D) Keuntungan murabahah xxx
(K) Kas xxx
c) Jika potongan diberikan karena adanya penurunan kemampuan pembayaran pembeli
diakui sebagai beban.
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(D) Beban xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan Murabahah xxx

8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda yang
diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
(D) Dana Kebajikan-Kas xxx
(K) Dana Kebajikan-
Pendapatan denda xxx

9. Pengakuan dan pengukuran uang muka :


- uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima ;
- pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai pembayaran
piutang (merupakan bagian pokok)
- Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah diperhitungkan dengan biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka:
a) Penerimaan uang muka dari pembeli:
(D) Kas xxx
(K) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
b) Apabila murabahah jadi dilaksanakan
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
Sehingga untuk penentuan marjin keuntungan diberdasarkan atas nilai piutang (harga
jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka).

10. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih besar
daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon pembeli.
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
(K) Kas /Utang xxx
Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil
daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk membayarkan
kekurangannya kekurangannya
(D) Kas/Piutang xxx
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
Pesanan dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangan nya atau uang muka
sama dengan beban yang dikeluarkan:
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx

11. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan:
saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.

12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada:
a) Harga perolehan aset murabahah
b) Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau
bukan; dan
c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah

b. Akuntansi untuk Pembeli


a) Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai.
(D) Aset xxx
(K) Kas xxx
Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang
murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan), aset
dicatat sebesar biaya perolehan tunai dan selisih antara harga beli yang disepakati
dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
(D) Aset xxx
(D) Beban Murabahah
Tangguhan xxx
(K) Utang murabahah xxx

b) Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi


pelunasan utang murabahah.
(D) Utang murabahah xxx
(K) Kas xxx
(D) Beban xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx

c) Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diperlakukan sebagai


pengurang beban murabahah tangguhan.
Jurnal Diskon pembelian yg diterima setelah akad Murabahah

(D) Kas xxx

(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx

Jurnal potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah:

(D) Utang Murabahah xxx


(D) Beban Murabahah xxx
(K) Kas xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx

d) Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan
akad diakui sebagai kerugian.
(D) Kerugian xxx
(K) Kas/Utang xxx

e) Uang muka
Pembeli membayarkan uang muka.
(D) Uang muka xxx
(K) Kas xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya:
(D) Aset xxx
(D) Beban murabahah tangguhan xxx
(K) Uang muka xxx
(K) Utang murabahah xxx
Jika pembeli membatalkan dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai kerugian.
Apabila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang muka, maka jurnalnya:
(D) Kas xxx
(D) Kerugian xxx
(K) Uang muka xxx
Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, maka jurnalnya:
(D) Kerugian xxx
(K) Uang muka xxx
(K) Kas atau uatang xxx
Pengakuan dan pengukuran urbun (uang muka) adalah sebagai berikut:
1. Urbun diakui sebagai uang muka pembeli sebesar jumlah yang diterima bank pada
saat diterima.
2. Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah maka urbun diakui sebagai pembayaran
piutang.
3. Jika barang batal dibeli oleh nasabah maka urbun dikembalikan kepada nasabah
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh bank.

c) Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang
murabahah.
d) Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi
tidak terbatas pada:
a. Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
b. Jangka waktu murabahah tangguh
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
2.4 Ilustrasi Akuntansi Akad Murabahah
Transaksi Murabahah Tunai Dengan Pesanan
Penjual Pembeli
Transaksi (dalam ribuan rupiah)
Debit Kredit Debit Kredit
1 januari 2016 Aset Kas / Utang
Penjual dan pembeli melakukan akad Murabahah 100.000
murabahah. penjual membeli dari 100.000
pihak lain barang  yang  akan dijual
kepada pembeli. Penjual membeli
persediaan dari pihak lain dengan
harga Rp100.000 dan akan
diserahkan pada 1 juni 2016.
Pesanan meningkat.
1 maret 2016 Beban Aset
Jika terjadi penurunan nilai sebelum Penurunan Murabahah
barang pesanan diserahkan kepada Nilai 5.000
pembeli sebesar Rp5.000 5.000

1 juni 2016 Kas Pendapatan Aset Kas


Penjual sesuai akad menyerahkan 115.000 Margin 115.000 115.000
barang kepada pembeli dengan nilai Murabahah
Rp115.000 20.000

Aset
murabahah
95.000
Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Tidak Mengikat
Penjual Pembeli
Transaksi (dalam ribuan rupiah)
Debit Kredit Debit Kredit
1 januari 2016 Aset Kas / Utang
Jika penjual memperoleh aset Murabaha 100.000
murabahah dengan harga beli h 100.000
sebesar  Rp100.000
1 maret 2016 Kerugian Aset
Jika terjadi penurunan nilai sebelum Penurunan Murabahah
barang pesanan diserahkan kepada Nilai 5.000
pembeli sebesar Rp5.000. Pesanan 5.000
tidak mngikat.

15 maret 2016 Kas Pendapatan Aset Kas


Penjual sesuai akad menyerahkan 115.000 Margin 115.000 115.000
barang kepada pembeli dengan nilai Murabahah
Rp115.000. Secara tunai. 20.000

Aset
Murabahah
95.000
1 april 2016
Apabila diskon diberikan oleh pihak
ketiga setelah akad ditandatangani
oleh pembeli dan penjual, sebesar
Rp5.000 dan biaya pengembalian
diskon Rp1.000.

Pada saat menerima diskon dari


pihak ketiga
Jika merupakan hak pembeli :
Kas Utang
Saat diskon diterima
4.000 4.000
Saat diskon dibayarkan kepada Utang Kas Kas Aset
pembeli 4.000 4.000 4.000 4.000
Saat diskon tidak dapat dibayarkan Dana Dana
kepada pembeli karena pembeli Kebajikan- Kebajikan-
tidak diketahui secara pasti Kas Denda
keberadaanya 4.000 4.000
Jika merupakan hak penjual :
Kas Pendapatan
Saat diskon diterima dan 4.000 Margin
diperjanjikan dalam akad Murabahah
4.000
Kas Pendapatan
4.000 Operasional
Jika tidak dijanjikan dalam akad Lain
4.000

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi berdasarkan isi makalah yang telah dipaparkan oleh penulis maka dapat
disimpulkan :
1. Berdasarkan asal kata dan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa akad
murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual memberi tahu kepada
pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan
harga pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual
sesuai dengan kesepakatan.
2. Jenis – jenis akad murabahah ada 2 yaitu, murabahah dengan pesanan dan murabahah
tanpa pesanan. Murabahah dengan pesanan adalah penjual tidak melakukan
pembelian barang sebelum adanya akad murabahah. Murabahah tanpa pesanan adalah
penjual memiliki persediaan barang dagang/murabahah.
3. Dasar hukum akad murabahah terdiri dari alqur’an, as-sunnah, ijma, kaidah syariah
dan fatwa DSN MUI.
4. Perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102 adalah bagaimana proses
pencataan terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak-
pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah. Terdiri
dari akuntansi untuk penjual dan pembeli mulai dari perolehan sampai pada
pengungkapan.

DAFTAR PUSTAKA

Sri Wahyuni dan Wasilah. 2008. Akuntansi syariah di Indonesia. Jakarta : Penerbit Salemba
Empat

Wiroso.2011. Akuntansi transaksi syariah. Jakarta : Penerbit Ikatan Akuntan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai