Ahmad Chalifar Hikmawan (705130058-Kelas B)
Ahmad Chalifar Hikmawan (705130058-Kelas B)
Pendahuluan
masalah ekonomi atau konflik-konflik dalam keluarga yang sudah tidak dapat
akan terjadi pada anak mereka melalui perceraian. Akibatnya, anak-anak yang
Definisi
2006), “perceraian adalah tindakan dari hasil pernikahan yang tidak baik” (h.
436). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), perceraian adalah putusnya
hubungan antara suami dan istri. Dari kedua pengertian tersebut dapat
disebabkan oleh hubungan yang kurang baik atau karena adanya kesepakatan
keluarga adalah kelompok sosial yang tinggal bersama yang memiliki ikatan
menyebabkan perceraian adalah (a) faktor ekonomi, (b) perbedaaan selisih usia
yang jauh, (c) keinginan untuk memperoleh anak, (d) perbedaan cara mendidik
anak, dan (e) pengaruh dari luar keluarga (Dagun, 2002). Sedangkan menurut
Lamanna dan Riedmann (2009) faktor penyebab perceraian ada dua, yaitu faktor
ekonomi dan tuntutan yang tinggi dalam pernikahan. White (dikutip dalam
perceraian dapat terjadi karena kondisi keuangan yang tidak memadai dan
Troll, Miller, dan Atchley (dikutip dalam Lamanna & Riedmann, 2009)
mengatakan bahwa pasangan dengan tuntutan yang lebih praktis, puas terhadap
ekspresif.
ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional” (h. 19). Menurut
maupun psikis (rohaniah)” (h. 19). Dari dua pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan merupakan perubahan pola tingkah laku
manusia sesuai dengan bertambahnya usia. Menurut Erikson (dikutip dalam King
2013) tahap perkembangan individu terdiri dari delapan bagian, yaitu (a) infancy,
(b) toddlerhood, (c) early childhood, (d) middle and late childhood, (e)
adolescence, (f) early adulthood, (g) middle adulthood, dan (h) late adulthood.
Tabel 1
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan usia dini
anak terjadi sejak anak baru lahir hingga usia lima tahun.
perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi
dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin” (h. 135). Menurut Willis (dikutip
dalam Susanto, 2011), emosi dapat memberikan dampak pada perilaku anak
usia dini, yaitu (a) emosi dapat menambah kesenangan anak, (b) emosi dapat
terlihat pada ekspresi anak, (c) emosi dapat memengaruhi kualitas belajar anak,
(d) emosi dapat menurunkan keterampilan anak, (e) emosi dapat terlihat melalui
gerak tubuh, (f) baik buruknya kehidupan keluarga sangat memengaruhi emosi
anak, dan (g) emosi dapat membangkitkan gairah anak.
Akibat dari perceraian tersebut, anak akan mengalami trauma. Anak akan
mengalami rasa cemas dan selalu ingin mencari ketenangan. Ketika ayah dan
ibu berada dalam status cerai, akan tampak perbedaan dalam hal mengasuh
anaknya. Jika anak berada dalam asuhan ibu, khususnya anak laki-laki, seorang
ibu menjadi kurang perhatian terhadap anaknya. Ibu akan cenderung bersikap
acuh tak acuh terhadap ibunya, agresif, motivasinya tidak jelas, dan emosinya
saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan ini, atau
goyahnya pola-pola kehidupan yang ada” (h. 134-135). Menurut Sears (dikutip
dalam Syam, 2012), “psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara
mengamati orang lain dan situasi sosial, (b) bagaimana orang lain bereaksi
terhadap kita, dan (c) bagaimana kita dipengaruhi oelh [sic] situasi sosial” (h. 12).
perilaku dan kepribadian anak. Oleh karena itu periode usia dini dapat diartikan
sebagai periode penyesuaian sosial agar anak dapat diterima dalam pergaulan.
Pola perilaku sosial anak menurut Hurlock terdiri dari (a) meniru, (b) persaingan,
(c) kerjasama, (d) simpati, (e) empati, (f) dukungan sosial, (g) membagi, dan (h)
perilaku akrab (Susanto, 2011).
Anak-anak seperti ini cenderung memilih teman yang usianya lebih muda. Pada
akhirnya anak-anak seperti ini akan memiliki teman yang lebih sedikit daripada
Simpulan
perkembangan anak usia dini merupakan masa-masa kritis. Dalam hal ini peran
perkembangan usia dini akan sangat menentukan perilaku anak di masa yang
akan datang. Pola asuh dan kondisi hubungan keluarga sangat memengaruhi
Dalam hal ini, psikoemosional dan psikososial tidak dapat dipisahkan dan
dalam bergaul dan bekerjasama. Apabila sosialisasi anak terhambat, maka akan
Daftar Pustaka
Dagun, S. M. (2002). Psikologi keluarga: Peranan ayah dalam keluarga. Jakarta:
Rineka Cipta.
Gramedia Pustaka Utama. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi ke-4).
Jakarta: Penerbit.
King, L. A. (2013). The science of psychology: An appreciate view (2nd ed.). New
Lamanna, M. A., & Riedmann, A. (2009). Marriages and families: Making choices
Olson, D. H., & DeFrain, J. (2006). Marriages & families: Intimacy, diversity, and