1252 2508 1 PB
1252 2508 1 PB
56/DIKTI/Kep/2005
Ibnu Hamad
ABSTRACT
Discourse analysis gains more and more popularity in the field of media and communication
studies. Focused on how media represented and framed the Text, it is the goals of discourse
analysis to explore many implications underlie such representations. In order to utilize
this approach effectively, a deeper knowledge concerning variety of methods and systematic
ways on discourse theory was needed, as well as bins of critical and sociopolitical theories.
The validity of discourse analysis will be judged by 7 (seven) indicators consisted of research
aims, statement of problems, substantive theories being used, discourse theory being chosen,
research paradigm being picked up, method being applied and analysis
technique being employed.
Discourse atau
Realitas yang Dikonstruksian
(Text, Talk, Act dan Artifact)
(8)
yang disebut proses kontruksi realitas. (Lihat pelakukonstruksi tentu saja sangat mempengaruhi
gambar 1. Uraian lengkap lihat, Hamad, “Commu- proses kontruksi. Ini juga menunjukkan bahwa
nication as Discourse” dalam Jurnal Mediator pembentukan wacana tidak berada dalam ruang
edisi……..). Hasil dari proses ini adalah bentuk vakum. Pengaruh itu bisa datang dari pribadi
wacana (naskah) berupa Text (wacana dalam wujud si pembuat dalam bentuk kepentingan
tulisan/garfis), Talks (wacana dalam wujud idealis, ideologis, dan sebagainya maupun dari
ucapan), Act (wacana dalam wujud tindakan), dan kepentingan eksternal dari khalayak sasaran
Artifact (wacana dalam wujud jejak). sebagai pasar, sponsor, dan sebagainya (5).
Berdasarkan sebuah penelitian (Hamad, 2004), Untuk melakukan konstruksi realitas, pelaku
sebuah wacana muncul dari proses konstruksi konstruksi memakai suatu strategi tertentu (6).
realitas oleh pelaku (2) yang dimulai dengan Tidak terlepas dari pengaruh eksternal dan inter-
adanya realitas pertama berupa keadaan, benda, nal, strategi konstruksi ini mencakup pilihan
pikiran, orang, pristiwa, dan sebagainya (1). Secara bahasa mulai dari kata hingga paragraf; pilihan
umum, sistem komunikasi adalah faktor yang fakta yang akan dimasukkan/dikeluarkan dari
mempengaruhi sang pelaku dalam membuat wacana yang populer disebut strategi framing; dan
wacana. Dalam sistem komunikasi yang bebas (lib- pilihan teknik menampilkan wacana di depan publik
ertarian), wacana yang terbentuk akan berbeda misalnya di halaman muka/dalam, di prime time/
dalam sistem komunikasi yang terkekang bukan atau taktik priming (7). Selanjutnya, hasil
(otoritarian). Secara lebih khusus, dinamika inter- dari proses ini adalah wacana (discourse) atau
nal dan eksternal (4) yang mengenai diri si realitas yang dikonstruksian (8) berupa tulisan
diseleraskan dengan metode penelitian yang terdapat kemiripan antara satu metode dengan
berlaku pada kajian linguistik yang lebih humaniora. metode lain dalam hal fokusnya pada analisis
Sedangkan dalam analisis wacana sosial, sintagmatis suatu naskah. Cara penerapan keempat
pertanggungjawaban ilmiahnya diseleraskan metode analisis naskah sintagmatik ini pada
dengan metode penelitian yang berlaku pada ilmu- dasarnya sama; yaitu membaca/menafsirkan makna
ilmu sosial (social sciences). instrinsik dan ekstrinstik kalimat demi kalimat
Untuk analisis wacana sintagmatis, alternatif sebuah naskah dengan memperhatikan hubungan
metode yang dapat diterapkan antara lain ada empat antar bagian dalam kalimat, paragraf, bait, frase,
seperti tampak dalam Tabel 1. baik yang bersifat menghubungkan (conjuntion),
Dari uraian tabel 1 di atas, tampak bahwa berlawanan (oppositional) dan seterusnya.
Tabel 1: Ragam Metode Analisis Naskah Sintagmatik
N Nama Dimensi Teoritis (Sebuah Abstraksi) Penggunaan sebagai Metode Analisis
o Metode Wacana
1 MCD Membership Categorization Device Analysis Dimulai dengan satu dua kalimat yang
(Titscher, atau MCD saja adalah metode analisis wacana secara gramatikal berhubungan (misalnya,
2000:105- yang bertujuan untuk memahami kapan dan kalimat majemuk) dalam sebuah teks; guna
109) bagaimana para anggota suatu masyarakat dianalisis struktur dan aturannya yang
membuat sebuah deskripsi supaya segera berlaku dalam kalimat tersebut, yang
setelah itu diketahui mekanisme yang lazimnya mencakup aspek-aspek indeksial
digunakan untuk memproduksi deskripsi (fenomena yang dibicarakan), refleksifitas
tersebut secara pantas dan cocok. (fakta yang terkandung), dan demonstrasi
(aturan yang dipakai).
2 CA Conversation Analysis (CA) bertujuan Menganalisis suatu percakapan antara dua
(Titscher, menemukan prinsip dan prosedur yang orang atau lebih dengan memperhatikan
2000:109- dipergunakan partisipan dalam memproduksi cara mereka berinteraksi seperti sikap saling
114) struktur dan aturan dari suatu situasi bergantian berbicara, situasi komunikasi
komunikasi. yang terjadi, dsb.
3 FP (Titscher, Functional Pragmatic (FP) membahas bentuk Memperhatikan prosedur dan pola (pattern)
2000:171- percakapan (speech action) dan prilaku percakapan. Prosedur adalah unit terkecil
184) percakapan (speech act) untuk menemukan dari tindakan percakapan seperti saya, di
tujuan (purpose) dari partisipan sebuah sini, sekarang; Pola adalah potensi yang
percakapan. mendukung pada tindakan percakapan,
seperti setting tugas, pemenuhan tugas,
penalaran yang efektif.
4 DTA Distinction Theory Approach (DTA) melihat Menganalisis aspek pembeda bagian luar
((Titscher, bahwa komunikasi terdiri dari tiga unsure: (explicit distinction) dan aspek pembeda
2000:185- informasi, ucapan/penyampaian (utterance), bagian dalam (implicit distinction) suatu
197) dan pemahaman. DTA menganalisis aspek- naskah dengan menemukan konsep-konsep
aspek utterance ini baik segi eksplisitnya serta memberinya makna. Kemudian
maupun segi implisitnya. membadingkan aspek eksplisit dan implisit;
menganalisisnya; dan menarik kesimpulan.
5 Objective Metode ini berusaha memahami makna sebagai Memperhatikan aspek-aspek konteks
Hermeneutik sesuatu yang bersifat objektif berdasarkan internal dan eksternal dari sebuah wacana,
a (Titscher, struktur sosial (as an objective social structure) melakukan interpretasi ekstensif, interpretasi
2000:198- yang muncul secara interaktif. Makna adalah menyeluruh, dan mengajukan hipotesis
212) hasil interaksi mutual, walaupun para pelakunya individual tentang kepentingan ekonomi para
tidak dapat mengaksesnya, sehingga diperlukan aktor. Analisis dimulai dengan yang bersifat
pihak luar untuk menelitinya. sekuensial, kemudian dilanjutkan dengan
analisis rinci.
6 Semiotika Semiotika sosial memandang bahwa sebuah naskah Mengamati suatu naskah untuk mene mukan apa medan
Sosial terdiri dari tiga komponen utama: medan wacana (cara wacana yang ada di sana; siapa yang menjadi pelibat
(Halliday, pembuat wacana me mperlakukan suatu peristiwa); wacananya, dan bagaimana sarana wacananya. Ke mudian
1993) pelibat wacana (sumber yang dikutip atau orang-orang menafsirkannya sesuai perspektif teori yang dipergunakan
yang dilibatkan beserta atribut sosial mereka dalam suatu dalam penelitian yang sedang dilakukan.
wacana), dan sarana wacana (cara pembuat wacana
menggunakan bahasa dalam manggambarkan pe ristiwa).
7 Ethnographic of Berasal dala m tradisi Antropologi yang melihat bahwa Mengamati pola interaksi komunikasi yang terjadi di
SPEAKING penggunaan symbol komunikasi dan cara komunikasi itu lapangan untuk melihat siapa di antara partisipan berperan
(Titscher, terikat dengan budaya. Pendekatan terhadap masalahnya apa. Menganalisis rekaman (lebih mudah bila dalam bentuk
2000:94-99) menggabungkan teori antropologi dan linguistik untuk film) suatu interaksi komunikasi melalui komponen-
komunikasi. Tujuan: untuk melihat pola interaksi komponen S (setting, scene), P (participants), E (ends, goal,
komunikasi antar partisipan sesuai konteks, tempat da n purpose), A (act sequence), K (key, tone, manner), I
waktu. Untuk menggambarkan siapa di antara partisipan (instrumentalities), norms (belief), Genre (textual
berperan apa. categories)
8 Grounded Grounded Theory (GT) dalam analisis teks mencoba Memperhatikan bagian de mi bagian dari teks untuk
Theory membangun konsep atau kategori berdasarkan data dari mene mukan sedikitnya sepuluh kategori konsep (coding
(Titscher, teks. Penggunaan GT untuk analisis teks mencoba families) antara lain c-families (causes, consequences...),
2000:74-89) mengkonseptualisasi asumsi-asumsi basis da ta. process families (stages, phases, duration...), culture
families (norms, values, sosially shared attitudes)....
9 SYM LOG System for M ultiple Observation of Group (Symlog) Menganalisis tujuh aspek dari wacana: waktu interaksi,
(Titscher, menganalisis tindakan komunikasi suatu kelompok na ma aktor, nama ala mat, bahasa simpel sebagai komentar
2000:136-143) dengan mengamati tiga level: perilaku verbal dan atas prilaku/ide, nilai yang diekspresikan pelaku (pro-
nonverbal, ide yang muncul sela ma komunikasi, dan nilai kontra), catatan atas orientasi prilaku dan ide aktor dalam
(pro kontra) saat berkomunikasi. ruang ketika berinterkasi dalam kelompok, dan alokasi dari
salah satu ide tentang diri, orang lain, kelompok, situasi,
masyarakat, dan fantasi
Untuk CDA dari Ruth Wodak (Titscher, 2000: sebagaimana tampak dalam Tabel 4. Posisi metode
155) menyajikan model seperti tampak dalam pengumpulan data menunjukkan prioritas. Jika
gambar CCC. Model ini melihat naskah memiliki urutan pertama tidak dapat dilakukan, maka urutan
sejarah perjalanannya, sehingga ia dikenal dengan selanjutnya.
Discourse- Historical Method. Perjalanan tersebut Sebagai perbandingan, dunia analisis naskah
bukan saja terjadi pada dimensi bahasa, melainkan juga mengenal dua metode yang lebih kuantitatif,
juga pada dimensi pemikiran si pembuat naskah. yaitu analisis isi (content analysis) dan analisis
Keduanya dipengaruhi oleh dimensi psikologis si bibiliometrika (bibliometric survey). Untuk uraian
pembuat naskah yang berinteraksi dengan situasi singkat, lihat Tabel 5. Sebagai metode yang
dan kondisi komunikasi. serumpun dengan analisis wacana, kedua analisis
Seperti halnya untuk model CDA Fairclough, isi dan bibliometrika mencoba mengetahui
agar kita dapat menangkap makna naskah dan kandungan isi naskah dengan pendekatan
sejarah perjalanan yang mempengaruhinya, kita kuantitatif, termasuk menggunakan perhitungan
perlu menggali data pada setiap dimensi matematik dan statistik
Socio- Pengaruh sosial dan Proses - Pengamatan Terlibat proses pembuatan teks
Psycological psikologis terhadap pembuatan Teks - Wawancara mendalam tentang pembuatan teks
Dimension Teks - Secondary data tentang pembuatan teks
Linguistic Realized Text Teks yang - Satu/gabungan metode analisis naskah (sintagmatis atau
Dimension terwujud paradigmatis)
D. Teknik Melakukan Analisis Wacana (entah dengan metode analisis sintagmatis atau
paradigmatis) melainkan kita mesti menelusuri
Sekarang, bagaimana melakukan konteks atau sejarah lahirnya puisi tersebut. Untuk
(mempraktikkan) analisis wacana? Jawabannya pembahasan ini akan diuraikan berbarengan
kembali ke tipe analisis wacana. Jika jenisnya dengan analisis wacana sosial. Hanya saja jika
analisis wacana linguistik dengan pendekatan bentuknya analisis wacana linguistik, maka
sintagmatis, maka bacalah naskah, kemudian pelaksanaan CDA-nya tidak memakai suatu
pilihlah metode analisis naskah berjenis sintagmatis paradigma penelitian dan penghampiran teori sosial
(lihat kembali tabel 1). Kalau jenisnya analisis (lihat juga gambar 3).
wacana linguistik dengan pendekatan Sedangkan jika kita akan melakukan metode
paradigmatis, maka bacalah naskah dengan metode analisis wacana sosial, baik dengan metode jenis
analisis naskah berjenis paradigmatis (lihat kembali sintagmatik, paradigmatik, maupun dengan CDA,
tabel 2). Untuk penerapan kedua jenis metode ini maka pelaksanaannya kurang lebih dapat
lihat contoh aplikasi metode Fungsional Pragmatis divisualisasikan dalam gambar 3. Untuk
dan metode Semiotika Barthes pada bagian E. pendekatan teori, analisis wacana sosial lazimnya
Jika kita bermaksud memakai analisis wacana memakai dua jenis teori: teori substantif dan teori
kritis (critical discourse analysis/CDA) maka wacana. Teori substantif di sini adalah teori tertentu
bukan hanya pada level naskah yang dianalisis yang sesuai dengan tema penelitian, misalnya teori
logika Toulmin, teori ini niscaya bermanfaat Sudah barang tentu, masih banyak teori-teori
untuk mengetahui “adanya kepentingan” di makna dan hermeneutika yang sangat penting
balik naskah. dipelajari untuk memperkaya, memperlua,
memperdalam, dan mempertajam analisis wacana.
Penampang 7 : Lay-out Argument Kegiatan melakukan penelitian analisis wacana
(Logika Toulmin) sesering mungkin niscaya akan menambah
kepercayaan diri dengan hasil analisis wacana
Warrant walaupun jangan lekas puas dengan satu kali
interpretasi.
E. Contoh Penerapan Analisis Wacana
Dari uraian pada bagian D ada dua hal yang
belum tuntas, (1) kapankah kita menentukan
Ground Claim
analisis wacana, apakah hanya pada level naskah
atau harus sampai CDA? (2) Bagaimana kita
Penampang 8 : Relasi Lambang, Rujukan, menetapkan sintagmatis, paradigmatis, atau CDA;
Tujuan (Formula Larutan) jenis mana dari ketiga kelompok tersebut yang akan
dipakai? Apakah alasan kita menggunakan satu
Lambang
metode analisis wacana dan mengapa tidak yang
lainnya?
Seperti halnya kegiatan penelitian lainnya,
pemakaian metode analisis wacana, pertama-
tama, sangat tergantung pada permasalahan dan
tujuan. Jika hanya secara ekstrinsik bermaksud
Rujukan Tujuan menganalisis pada level naskah, pakailah salah satu
atau gabungan metode analisis naskah saja. Kalau
(5) Analisis Pentad. Kurang lebih sama dengan bermaksud mengetahui isi naskah beserta konteks
yang lain, pemikiran Kenneth Burke seperti atau historisnya, gunakanlah CDA. Tetapi kalau
tampak dalam gambar 9 (dalam Foss, et.al 1985: secara intrinsik bertujuan menemukan “muatan
168-171), melihat bahwa penggunaan suatu khusus” dari wacana, maka pilihlah metode yang
simbol (act) memiliki latar belakang (scene), tepat menemukan muatan yang spesifik tersebut.
pelaksana (agent) dan media atau alat Jadi, perhatikanlah ciri khas setiap metode, karena
(agency) dalam rangka mencapai suatu tujuan masing-masing memiliki keunikan, kelebihan dan
tertentu (purpose). kekurangan. Dalam konteks analisis wacana sosial,
tentang muatan yang spesifik ini lazimnya berkaitan
dengan pilihan paradigma penelitian. Seperti
Gambar 9 : Pentad Analysis tampak dalam Tabel 6, setiap paradigma memiliki
perhatian pada jenis data yang dihimpun yang
Act Scene Purpose berbeda-beda.
Kedua, tergantung pada jenis wacana yang
akan dianalisis. Kalau secara kasat mata naskah
Agent tersebut banyak mengandung gambar dan simbol-
simbol, lebih mudah dianalisis dengan semiotika.
Jika naskah berupa paparan yang seperti berita
Agency
atau artikel, mungkin analisis framing lebih tepat.
Andai berupa puisi, lebih gampang dengan salah
/Orang ditanya untuk diukur kadar derajatnya/ bahwa Jasita adalah pemuda lugu lagi miskin
di bait ketiga. Begitu materialistik hidup di ibu kota, namun punya cita-cita tinggi dan kemauan keras
sehingga hukum dan moral bahkan agama tak untuk mengubah nasibnya bermodalkan harapan
dipedulikan lagi. Teman makan teman adalah hal dan tenaga/.
yang biasa, seperti dinyatakan dalam kalimat / Dalam bait kedua, kita mendapatkan tanda
sambil berharap ada yang dapat dimanfaatkan dalam simbol-simbol tentang gemerlapnya fisik
darinya/. kota Jakarta, yang diwakili dengan kalimat, Kerlap-
Merasa tak cocok hidup dalam situasi kerlip lampu neon ibu kota/ menghias taman dan
materialistik seperti itu, Jasita bertekad kembali ke jalan raya/. Sekaigus menghadirkan simbol
desanya. Ia muak dengan cara hidup orang kota; tentang rendahnya rasa sosial warga kota dalam
demi mengejar ambisi pribadi tega mengelabui bait ketiga terutama melalui kalimat Orang ditanya
teman sendiri. Untuk itu, Jasita berkata /Biarlah untuk diukur kadar derajatnya.
aku hanya seekor kunang-kunang di sana/. Ia Dalam bait keempat, kita bisa menangkap
merindukan suasana saling menghargai karena “mitos” romantisme Jasita akan suasana kehidupan
kegunaannya, seperti kunang-kunang memberi desa yang saling menghargai, melalui kalimat,
cahaya pada lingkungan sekitar yang gelap gulita Biarlah aku hanya seekor kunang-kunang di
walau hanya seluas satu centi meter persegi saja. sana/’tapi aku bangga karena dianggap ada.
Dari hubungan antarparagraf (bait), secara Dus, secara keseluruhan mitos yang ada dalam
keseluruhan puisi ini tampak menyajikan kisah puisi ini adalah hadirnya sosok yang lugu dan
perjalanan seorang pemuda lugu dan tetap lugu bening analisisnya dalam merespon perkembangan
sekalipun sudah disentuh kehidupan kota Jakarta sosial di kota dan di desa dimana sang tokoh ini
yang bising dan glamour. Kita menangkap adalah aktornya. Puisi ini adalah balada anak desa
kejernihan mata hati Jasita dalam melihat yang tak hendak tergilas oleh meriahnya kehidupan
lingkungan sosialnya, baik di desanya maupun di metropolitan.
Jakarta. Ia membandingkan keduanya, Sebutlah, kita ingin melakukan analisis CDA
menganalisisnya, mensintesiskannya, kemudian Wodak dengan paradigma konstruktivis terhadap
mengambil keputusan berdasarkan pilihan puisi tersebut; mungkin menarik jika kita
sosialnya. Jasita, si sederhana yang cerdas dan menerapkan psikoanalisis pada level naskah;
kritis serta matang emosinya. Dari situ pula kita wawancara mendalam dengan pengarang puisi
dapat menarik kesimpulan bahwa puisi ini jika tentang riwayat lahirnya karya tersebut dan latar
dibaca dengan FP mengandung pesan belakang kehidupan sang pengarang. Juga kita
kemunusiaan yang mulai terkikis di kota metropoli- kumpulkan data sekunder (studi literatur) tentang
tan. perjalanan hidup si pengarang. Kemudian kita tarik
Seandainya kita gunakan analisis wacana kesimpulan.
paradigmatis atas puisi tersebut, dalam hal ini kita Dalam contoh berikut ini, akan dipaparkan
pakai metode semiotika posstrukturalis (lihat hasil penerapan analisis naskah paradigmatik
kembali tabel 2), maka caranya adalah dengan dengan semiotika sosial dan berparadigma kiritikal
membaca sejumlah tanda (sign) terutama dalam serta teori hegemoni atas pemberitaan tentang
bentuk simbol dan indeks yang terdapat dalam puisi hilangnya pupuk di pasaran. Mengacu kepada
itu. Hal ini dilakukan untuk menemukan “mitos” proses analisis wacana sebagai metode penelitian
(istilah yang digunakan Roland Barthes (1993), sosial (lihat lagi Gambar 3), dalam riset ini peneliti
tokoh semiotika posstrukturalis, untuk menunjuk menggunakan teori semiotika sosial sebagai teori
pada benang merah isi naskah) yang terkadung wacana, teori hegemoni sebagai teori substantif,
dalam puisi tersebut. Boleh saja cara melakukannya paradigma kritikal sebagai paradigma penelitian,
adalah membaca bait demi bait. Dalam bait pertama, serta semiotika sosial sebagai metode analisis
kita menangkap tanda dalam bentuk indeksial wacananya.
Dari perspektif teori hegemoni serta paradigma dan memilih CDA Norman Fairclough sebagai
kritikal, hasil analisis ini menunjukkan bahwa strategi risetnya serta menerapkan analisis fram-
“Suara Kebenaran” percaya adanya ing Robert Entman untuk menganalisis naskahnya.
persekongkolan (hegemoni) dari pihak-pihak Jika peneliti B mengulangi riset tersebut dengan
tertentu atas hilangnya pupuk dari pasaran. Suara peralatan penelitian yang sama dengan si A,
Kebenaran juga sekaligus memperlihatkan sikap niscaya hasil penelitian keduanya mesti sama.
pemihakannya pada petani. Dengan mengutip Kalau terjadi perbedaan, besar kemungkinan salah
petani lapangan sebagai narasumber dan satu peralatan riset di antara keduanya yang
pengamatan lapangan yang dilakukan berbeda, misalnya berbeda dalam paradigma
wartawannya di sembilan dusun Unggul Harjo penelitian!
menujukkan bahwa Suara Kebenaran memiliki Lagian, seperti tampak dalam tabel 1 dan
komitmen pada nasib petani. Demikian pula dari tabel 2 masing-masing metode analisis memiliki
segi penggunaan bahasa yang menggambarkan karakteristik tersendiri. Demikian pula paradigma
terancamnya nasib para petani memperlihatkan penelitian memiliki kiteria kualitas dan cara berpikir
sikap pemihakan Suara Kebenaran kepada para sendiri (Tabel 6). Semua itu berpengaruh pada
petani. Begitulah, secara kritikal hasil analisis pada objektivitas yang akan diperoleh oleh analisis
level naskah menjadi petunjuk untuk menemukan wacana.
ada kekuatan (power) yang dimiliki media sebagai Jadi, objektivitas hasil penelitian analisis
alat perjuangan melawan kelas penindas. Alhasil, wacana terletak pada konsistensi si peneliti
hasil analisis ini menyadarkan kita tentang tindakan mengaplikasikan suatu pendekatan teori,
apa yang diperlukan untuk membela petani; bukan paradigma penelitian dan jenis riset serta metode
sekadar tahu apa yang terjadi dengan hilangnya analisis wacana. Selama ia mengacu sekuat tenaga
pupuk. pada peralatan riset tersebut dalam rangka
menjawab permasalah dan membuktikan tujuan
F. Penutup: Menjaga “Objektvitas” penelitian, maka hasil risetnya dapat dikatakan
Analisis Wacana dan Pemanfaatan sudah objektif. Oleh karena itu, hindarilah opini
Hasil Analisis pribadi dan selalulah memakai kriteria kualitas
paradigma penelitian dan karakter metode analisis
Pertanyaan yang sering diajukan,
wacana yang dipakai sebelum, selama, dan
bagaimanakah cara menjaga “objektivitas” hasil
sesudah penelitian dilakukan. Upaya untuk
analisis wacana? Untuk menjawab pertanyaan ini,
senantiasa konsisten dengan kriteria kualitas
pertama-tama kita harus sepakat terlebih dahulu
paradigma penelitian ini pada gilirannya bagian dari
mengenai pengertian objektif, yaitu kemampuan
usaha peneliti menjaga validitas hasil penelitian
dapat diulanginya kembali sebuah riset analisis
analisis wacana sesuai paradigma masing-masing.
wacana dengan hasil yang sama.
Seandainya sebuah hasil analisis wacana
Dalam konteks itu, sebuah riset analisis
berbeda dari hasil analisis wacana lainnya, mana
wacana dapat dapat diulangi kembali dengan hasil
yan g har us dipercayai? Untuk i ni perlu
yang sama jika pengulangan tersebut
diperhatikan 7 (tujuh) aspek utama yang ada
menggunakan pendekatan teori yang sama,
dalam penelitian: perumusan masalah, tujuan
paradigma penelitian yang sama, serta tipe dan
penelitian, teori substantif yang dipakai, teori
metode analisis yang sama. Misalnya, peneliti A
wacana yang digunakan, paradigma penelitian
melakukan riset analisis wacana tajuk rencana koran
yang dipilih, metode analisis wacana yang
X tentang “Mahalnya Biaya Pendidikan” yang
diterapkan serta teknik analisis yang dilakukan.
dimuat tanggal 2 Mei 2006. Teori yang digunakan
Jika dua atau lebih penelitian sama dalam ketujuh
adalah “teori kewajiban negara” (pada teori
aspek tersebut, seharusnya sama hasilnya dan
substantifnya) dan teori framing (pada teori
sama validnya. Kalau sebuah penelitian memiliki
wacananya), memakai paradigma konstruktivis,
signifikansi sosial tersebut, penggunaan analisis ————— (1995). Critical Discourse Analy-
wacana setidak-tidaknya menyadarkan para sis, London-NY : Longman.
penafsir naskah untuk lebih bertanggung jawab
Foss, Sonja K, at.all, (1985) Contemporary Per-
atas “bacaan” yang dilakukannya, tidak semata-
spectives on Rethoric, Illinois : Waveland.
mata didasarkan atas pendapat pribadi melainkan
dipandu oleh prinsip-prinsip metode penelitian. Gee, James Paul, (2005). an Introduction to Dis-
course Discourse Analysis, Theory and
Me t hod, Lon d on a n d New Yor k :
Routledge.
Daftar Pustaka Halliday, MAK (1993), Language as Social
Semiotic, The Social Interpretation of
Barthes, Roland, (1993). Mythologies, London: Language and Meaning, London : The
Vintage Books. Open University Set Book.
Berger, Arthur Asa, (1982). Media Analysis Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas
Techniques, Beverly Hills : Sage Publica- Politik di Media Massa sebuah Study
tions, Critical Discourse Analysis Discourse.
Denzin, Norman K dan Yvonna S. Lincoln Jakarta: Granit.
(2005), Handbook of Qualitative Re- Mills, Sara, (1997). Discourse, London and New
search, London : Sage Publication. York : Routledge,
Dijk, Teun A. Van, (1988), News As Discourse, Norris, Sigrid dan Rodney H. Jones (2005), Dis-
Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum course in Action, London and New York:
Associate. Routledge
Eriyanto, (2002), Analisis Framing, Yogyakarta: Schiffrin, Deborah at.al, editor. (2005). The
LkiS. Ha n dbook of Di sc our se An a l ysi s.
Fairclough, Norman (2006). Discourse and So- Blackwell Publishing.
cial Change. Cambridge: Polity Press Sobur, Alex (2001) Analisis Teks Media,
————— (2005). Analysing Discourse, Tex- Bandung : Rosdakarya, 2001
tual analysis for social research. London Titscher, Stefan at.al, (2000) Methods of Text
and New York: Routledge. and Discourse Analysis, Sage Publication
————— (1995). Media Discourse, London: Thesis Jurnal Penelitian Komunikasi Volume IV/
Edward Arnold. No. 1 Januari-April 2005.