Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN DAN PENGAMATAN AMILUM

OLEH :

NAMA : NURLATIFAH AMALIA RAHMAN


NIM : N011171534
KELOMPOK : II (DUA)
GOLONGAN : SELASA PAGI
ASISTEN : NURUL AZIZAH HAMID

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tumbuhan yang

beraneka ragam yang dapat diolah menjadi makanan pokok ataupun

sebagai obat tradisional. Makanan pokok masyarakat Indonesia umumnya

beras, jagung, sagu, singkong, atau ubi. Semua jenis makanan pokok

masyarakat Indonesia tersebut mengandung karbohidrat yang dapat

menjadi sumber energi sehari-hari.

Karbohidrat diklasifikasikan menjadi empat golongan, yaitu

monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida

merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana, disakarida adalah

gabungan dari dua monosakarida yang terikat dengan ikatan glikosidik,

oligosakarida adalah gabungan dari tiga hingga sepuluh unit

monosakarida, sedangkan polisakarida adalah gabungan lebih dari

sepuluh unit monosakarida (1).

Salah satu contoh polisakarida adalah amilum, yang merupakan

polisakarida yang banyak ditemukan di alam, khususnya tanaman.

Amilum banyak terdapat di umbi, daun, batang, dan biji-bijian. Amilum

banyak terkandung makanan pokok masyarakat Indonesia yang telah

disebutkan sebelumnya (2)

Walaupun makanan pokok tersebut sama-sama mengandung

amilum, tentunya jenis amilum yang dikandung masing-masing berbeda.


Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas, maka praktikum ini dilakukan

untuk mengetahui jenis-jenis amilum yang dikandung oleh tanaman yang

dijadikan sebagai makanan pokok tersebut.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui

cara pembuatan amilum, identifikasi keberadaan amilum di dalam sampel

dengan menggunakan larutan I-KI, serta praktikan dapat membedakan

tipe-tipe amilum disetiap sampel tersebut.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat membuat

amilum dengan baik dan benar, dapat identifikasi keberadaan amilum di

dalam sampel dengan menggunakan larutan I-KI, serta praktikan dapat

membedakan tipe-tipe amilum disetiap sampel tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Taksonomi tanaman

a. Solanum tuberosum (Kentang)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae Gambar 1. Morfologi Kentang

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L. (3)

b. Curcuma xanthhorrhiza (Temulawak)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae
Gambar 2. Morfologi Temulawak

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza, Roxb (4)


c. Manihot utilissima (Singkong)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae Gambar 3. Morfologi Singkong

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima (5).

d. Curcuma caesia (Kunyit hitam)

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae Gambar 4. Morfologi Kunyit Hitam

Genus : Curcuma L.

Spesies : Curcuma caesia Roxb (6).

e. Zea mays (Jagung)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae Gambar 5. Morfologi Jagung


Genus : Zea

Spesies : Zea mays L. (4)

f. Oryza sativa (Padi)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae
Gambar 6. Morfologi Padi

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L. (4)

g. Metroxylon sagu Rottb. (Sagu)

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae Gambar 7. Morfologi Sagu

Genus : Metroxylon Rottb.

Spesies : Metroxylon sagu Rottb. (4)


II.1.2 Morfologi Tanaman
a. Solanum tuberosum (Kentang)

Kentang merupakan tumbuhan dikotil dengan habitus

semak. Batangnya ada di atas permukaan tanah dengan warna

hijau, kemerahan, atau ungu tua. Warna dari batang dapat

dipengaruhi oleh usia dari tanaman itu sendiri dan keadaan dari

lingkungannya. Pada tingkat kesuburan tanah yang lebih baik atau

kering, warna dari batang tumbuhan yang lebih tuaakan jauh lebih

mencolok warnanya, atau berwarna terang. Batangnya berbentuk

segi empat atau segi lima, tergantung varietasnya. Batang

kentang tidak berkayu dan bertekstur agak keras dengan

permukaan batang halus, umumnya lemah hingga mudah roboh

bila terkena angin kencang. Warna batang umunya hijau tua

dengan pigmen ungu. Batang bercabang dan setiap cabang

ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun. Ruas batang tempat

tumbuhnya cabang mengalami penebalan (7).

Tanaman kentang memiliki perakaran tunggang dan serabut.

Akar tunggang menembus tanah sampai kedalaman 45 cm,

danakar serabut tumbuh menyebar ke arah samping. Akar

berwarna keputih-putihan dan berukuran sangat kecil. Di antara

akar-akar ada yang nantinya berubah bentuk dan fungsi menjadi

bakal umbi (stolon) yang selanjutnya menjadi umbi kentang (7).


Tanaman kentang ada yang berbunga, dan ada yang tidak

tergantung varietasnya, begitu pula dengan warna bunga yang

juga bervariasi. Bunga kentang tumbuh dari ketiak daun ketujuh.

Buah berbentuk buni dan didalamnya terdapat banyak biji.

Umbi kentang secara morfologis merupakan modifikasi dari

batang dan merupakan organ penyimpanan makanan utama bagi

tanaman. Sebuah umbi mempunyai dua ujung, yaitu heel yang

berhubungan dengan stolon dan ujung lawannya disebut

apical/distal/rose. Mata umbi berjumlah dua sampai empat belas

buah, tergantung pada ukuran umbi. Mata umbi tersusun dalam

lingkaran spiral (8).

b. Curcuma xanthhorrhiza (Temulawak)

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh

merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat

mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas

beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki dua

sampai sembilan helai daun.Daun tanaman temulawak bentuknya

panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun

bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50-55 cm, lebarnya kurang

lebih 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang

posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset

memanjang berwana hijau tua dengan garis-garis coklat.


Bunga tanaman temulawak dapat berbunga terus-menerus

sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya

atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup

dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga

kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang

tangkai bunga kurang lebih 3 cm dan rangkaian bunga mencapai

1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.

Rimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, dan

berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian

samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki

rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna rimpang cabang

umumnya lebih muda dari pada rimpang induk. Warna kulit rimpang

sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning atau coklat

kemerahan. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman

kurang lebih 16 cm. Tiap rumpun tanaman temulawak umumnya

memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda.

Sistem perakaran tanaman temulawak termasuk akar serabut.

Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar

sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (9).

c. Manihot utilissima (Singkong)


Daun pada tanaman singkong termasuk kedalam jenis daun

tunggal yang berbentuk menjari dan memiliki tulang daun. Daun

singkong mempunyai tangkai yang panjang dengan helaian daun


yang menyerupai telapak tangan sementara disetiap tangkainya

mempunyai daun sekitar tiga sampai dengan delapan lembar.

Ketika masih muda umumnya warrna dari daun singkong adalah

hijau muda namun ketika sudah tua daunnya berwarna hijau tua.

Batang tanaman singkong berkayu serta permukaannya

beruas-ruas, batang singkong juga memiliki lubang, lubang tersebut

berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti

gabus. Warna batangnya beragam ketika masih muda namun

umumnya berwarna hijau, kemudian setelah tua warna berubah

menjadi kelabu, keputihan, atau hijau kelabu.

Bunga pada tanaman singkong mengalami penyerbukan

silang dan berumah satu sehingga menyebabkan tanaman ini

jarang berbuah. Bunga tanaman singkong berada dalam tandan

yang tak rapat serta terkumpul pada bagian ujung batang.

Sementara umbi singkong yang terbentuk merupakan suatu

modifikasi akar yang menggelembung, akar ini berfungsi sebagai

tempat penampung cadangan makanan. Bentuk umbi biasanya

bulat memanjang, terdiri atas kulit dalam agak tebal berwarna

keputih-putihan (basah) dan daging berwarna putih atau kuning

yang tergantung variasinya dan kulit luar tipis atau yang biasa

disebut dengan ari berwarna kecokelat-coklatan dan bersifat kering

(5).
d. Curcuma caesia (Kunyit hitam)
Kunyit hitam memiliki tinggi sekitar 0,4 – 0,6 m dengan

bentuk rimpang yang berbentuk telur dan bergerombol. Rimpang

kunyit ini memiliki warna biru kehitaman, semakin tua tanaman ini,

maka warna birunya akan semakin pekat. Diameter rimpangnya

berukuran 2-3,5 cm dengan permukaan yang berwarna cokelat

gelap, hitam kebiru-biruan, atau kekuningan.

Akar dari tanaman ini berjenis tunggang dengan berwarna

kuning kecoklatan dan memiliki akar anakan yang bergerombol.

Bunga dari kunyit hitam berwarna kuning pucat dengan ukuran 10-

15 mm dengan bertumpuk bergerigi tiga (10).

II.2 Koleksi Spesimen

Koleksi spesimen dapat digunakan untuk pembelajaran mengenai

morfologi dan taksonomi tanaman ataupun tumbuhan. Koleksi spesimen

adalah bagian tubuh tumbuhan yang lengkap, yang terdiri atas bagian

vegetatif dan generstif. Bagian vegetatif terdiri dari akar, batang dan

cabang, dan daun. Sedangkan bagian generatif berupa bunga, buah, dan

biji tanaman.

Cara koleksi dari tumbuhan bervariasi tergantung dari berbagai

macam habit serta besar kecilnya tumbuhan tersebut. Untuk tumbuhan

berukuran kecil seperti rumput-rumputan, herba dan perdu dikoleksi

secara lengkap (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji). Untuk
tumbuhan berukuran besar dan tinggi seperti pohon, liana, semak besar

dan lainnya cukup dikoleksi sebagian yang dapat mewakili tumbuhannya

dengan ukuran lebih kurang 30 cm.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik pengambilan

sampel, dalam hal ini adalah daun. Cara pengambilan tentunya akan

menentukan morfologi dan metabolit sekunder dari bagian tanaman

setelah melalui proses pengawetan. Untuk pengambilan sampel daun,

berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan (11) :

a. Dilakukan pada akhir musim hujan

b. Dilakukan pada pagi hari, mulai pukul 07.00 – 11.00, waktu ini

bertepatan dengan waktu tanaman berfotosintesis

c. Untuk bagian daun, baiknya mengambil daun kelima dari pucuk

d. Untuk tanaman yang dipupuk, maka jarak pengambilannya

adalah minimal 2 bulan sebelum atau sesudah pemupukan

Untuk mempertahankan morfologi dari sampel, maka diperlukan

proses pengawetan yang dapat berupa pengeringan ataupun yang

lainnya. Spesimen kering pada umumnya telah dipres dan dikeringkan,

sedangkan spesimen basah yaitu koleksi yang diawetkan dengan

menggunakan larutan tertentu, seperti FAA (larutan yang terdiri dari

formalin, alkohol, asam glasial dengan formula tertentu) dan alkohol (12)

Beberapa sifat dan karakter morfologi maupun biologinya yang akan

berubah setelah menjadi specimen herbarium, diamati dan dicatat. Seperti


lokasi berupa petanya (rt, rw, dusun, desa, kecamatan, kabupaten, dan

wilayah), waktu membuat koleksi (jam, hari, tanggal, dan tahun)warna,

bau serta karakter lain, habitus tumbuhan (pohon, perdu, herba,diameter

batang, tinggi tanaman, dan lain-lain), habitat tumbuhan yang dikoleksi

(danau/rawa, sungai, pohon, pantai mangrove, bukit pasir, dan lain-lain),

eksudat (latex, resin, warna getah, dan lain-lain), bentuk dan warna, data

ekologi dan biologinya serta data observasinya ,nomor koleksi dan

pengkoleksi, nama lokal atau daerah dan nama ilmiah, serta manfaatnya

(13,14)

II.3 Herbarium

Pengertian dari herbarium adalah spesimen yang telah diawetkan

(15). Berdasarkan jenisnya, herbarium dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Herbarium basah

Herbarium basah yaitu pengawetan spesimen tumbuhan,

khususya pada bagian tubuh tumbuhan yang memiliki tekstur yang

lebih tebal.

Herbarium basah sebagian besar hanya digunakan tumbuh-

tumbuhan jenis bryophyte. Adapun cairan atau larutan yang biasa

digunakan adalah alkohol, formalin, atau FAA (larutan yang terdiri

dari formalin, alkohol, asam glasial dengan formula tertentu) (12).

Larutan pengawet tersebut masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangan. Alkohol memiliki kekurangan yaitu dapat


menyebabkan hilangnya warna asli tumbuhan dan juga harga

alkohol relatif mahal. Sedangkan formalin lebih murah harganya

dibandingkan alkohol. Selain itu, formalin tidak terlalu besar daya

larutnya terhadap warna-warna yang terdapat pada tumbuhan (16).

Kelebihan dari herbarium basah ialah spesimen yang diawetkan

tidak kehilangan sifat-sifat aslinya, seperti bentuk, susunan, bahkan

warnanya. Selain itu, pembuatan herbarium/awetan basah dapat

dilakukan dengan cepat, asalkan larutan pengawet dan wadah

sudah tersedia (16).

b. Herbarium kering

Herbarium kering adalah pemgawetan spesimen tumbuhan

yang diawetkan dengan melalui proses pengeringan. Baik

pengeriman secara manual, seperti dijemur dan menggunakan

panas matahari, ataupun menggunakan alat seperti oven dengan

suhu 50̊C. Kelebihan dari herbarium ini adalah lebih mudah dibuat

daripada herbarium basah, karena tumbuhan atau spesimen yang

digunakan hanya dikeringkan saja dan mempermudah untuk proses

pengenalan morfologi suatu tanaman.

II.4 Habitus Tanaman


Berdasarkan habitat dan fungsinya, maka tumbuhan dan tanaman

adalah dua hal yang berbeda. Tanaman adalah tumbuhan yang

dibudidayakan karena hasil yang diinginkan oleh manusia. Sedangkan

tumbuhan adalah tumbuhan yang tidak dibudidayakan, yang tumbuh pada

habitat alami (17).

Berdasarkan perawakan atau habitus, maka tumbuhan dibedakan

menjadi tiga, yaitu pohon, semak (shrubs), herba (herbaceous), dan

tumbuhan pemanjat (climbing plants). Pohon dan semak adalah tumbuhan

berkayu; pohon mempunyai ciri memiliki batang utama, sedangkan semak

lebih pendek dan tidak memiliki batang utama tetapi melainkan

bercabang-cabang. Herba kurang atau tidak memiliki jaringan berkayu.

Tumbuhan pemanjat dapat berupa liana (berkayu), atau vine

(herbaceous), atau diantara keduanya (suffrutescent plants). Ada juga

pembagian habitus tumbuhan sebagai pohon, perdu, semak, dan terna

(18).

BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain

gunting,kain hitam, dan wadah.

III.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain air,

daun lengkeng, kertas hvs, dan selotip.

III.2 Cara kerja

Pertama, sampel, yaitu daun lengkeng diambil dengan cara

manual, yakni dipetik dengan menggunakan tangan pada saat

pukul 09.00 WITA. Daun yang diambil adalah daun kelima dari

pucuk. Daun kemudian disortasi basah, dipisahkan dari kotoran-

kotoran yang mengganggu. Selanjutnya sampel dicuci dengan

menggunakan air mengalir untuk membersihkan daun daribkotoran

dan debu. Setelah itu, sampel kemudian dikeringkan dengan cara

dijemur di bawah panas matahari dengan dilapisi kain hitam untuk

menghalangi sampel terkena langsung dengan cahaya matahari.

Setelah kering, daun ditempelkan di kertas hvs dengan

menggunakan selotip. Kemudian dicatat informasi mengenai

tanaman, waktu pengambilan, dan tempat pengambilan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Sampel yaitu berupa daun lengkeng dengan tinggi tanaman

kurang lebih 2 meter 30 cm yang berlokasi di Jl.Dg.Tata, Kompleks

Hartaco Indah yang diambil pada pukul 09.00 WITA. Berikut hasil

koleksi spesimen setelah melalui proses pengeringan dan catatan

mengenai informasi spesimen.

Gambar 2. Perawakan Tanaman Lengkeng

Gambar 3. Sampel yang telah dikeringkan


Gambar 4. Koleksi specimen

IV.2 Pembahasan

Pada saat pengambilan sampel, yaitu daun lengkeng, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan. Untuk sampel daun,

sebaiknya mengambil daun kelima dari pucuk. Selain itu, waktu

pengambilan juga perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi

metabolit sekunder sampel saat diambil. Waktu pengambelan

sampel yang baik adalah di saat pagi hari, yakni pukul 09.00-12.00.

Waktu-waktu tersebut merupakan waktu tanaman dan tumbuhan

berfotosintesis, sehingga kadar metabolit sekunder dalam sampel

akan maksimal.

Morfologi daun lengkeng yang dijadikan sampel antara lain

bentuknya menyirip, berwarna hijau, dengan permukaan yang

halus dan rata, dan tepi daun yang bergelombang.


Sebelum melakukan proses selanjutnya, sebaiknya morfologi

dari sampel dicatat , dikarenakan setelah melalui proses

pengeringan, tentunya morfologi dari sampel akan berubah.

Pada saat proses pengeringan dengan menggunakan vantuan

sinar matahari, perlunya sampel dilapisi dengan kain hitam. Hal ini

bertujuan untuk menghalangi sampel agar tidak terkena langsung

dengan sinar matahari. Karena dalam kondisibpaparan sinar

matahari yang berlebihan dapat merusak kestabilan metabolit

sekunder yang terdapat dalam sampel.

Untuk pengepakan, pentingnya menambahkan kertas merah

dan kertas bebas asam, dikarenakan dapat mempengaruhi kondisi

fisik spesimen dan herbarium.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Koleksi specimen dan herbarium adalah langkah yang

pertama dan penting yang dapat mempengaruhi dari suatu proses

identifikasi tanaman selanjutnya sehingga perlu diperhatikan

langkah-langkahnya. Koleksi specimen merupakan perwakilan

seluruh bagian tumbuhan. Koleksi specimen yang telah melalui

proses pengawetan disebut dengan herbarium, yang terbagi

menjadi dua berdasarkan proses pengawetannya, yaitu herbarium

kering dan basah yang masing-masing memiliki kelebihan dan

kekurangan.

V.2 Saran

Karena praktikum yang diadakan di rumah masing-masing,

maka tentunya akan mempengaruhi kelengkapan fasilitas dan

proses pembuatan koleksi specimen dan herbarium. Karena

adanya keterbatasan alat dan bahan-bahan dalam pembuatannya,

sehingga sebaiknya sebelum praktikum, dihimbau bahan-bahan

dan alat-alat yang sangat penting dan dapat mempengaruhi hasil

praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Khira Firani N. Metabolisme Karbohidrat : Tinjauan Biokimia dan


Patologis. Malang: UB Press; 20919.
2. Poedjiadi A et al. Dasar-Dasar Biokimia. Depok: UI Press; 2012.
3. I.R. S. Tanaman Kentang dan Pengendalian Hama dan Penyakit.
Malang: UB Press; 2011.
4. G.S. T. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 1988.
5. Djoko Pekik I. Pedoman Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta: CV. Andi OFFSET; 2017.
6. Global Biodiversity Information Facility [Internet]. Available from:
https://www.gbif.org/species/2757606
7. B. S. Kentang dan Analisis Usaha tani. Yogyakarta: Kanisius; 2007.
115 p.
8. Soelarso. Umbi Kentang Secara Morfologis. Jakarta: Bumi Aksara;
2001.
9. Rukmana R. Temulawak, Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta:
Kanisius; 1995.
10. Sudewo B. Basmi Kanker dengan Herbal. Jakarta Selatan:
Transmedia Pustaka; 2012.
11. Astuti M. Panduan Praktek Lapangan Jurusan Budidaya Pertanian.
Yogyakarta: Institut Petanian STIPER Yogyakarta; 2017.
12. Murni et al. Lokakarya Pembuatan Herbarium untuk
Pengembangan Media Pembelajaran Biologi di MAN Cendikia
Muaro Jambi. J Pengabdi pada Masyarakat 30 1-6.
13. E.F. DV. Manual of Herbarium Taxonomi Theori and Practice. The
Netherlands: Unesco; 1987.
14. Batoro J. Pengelolaan Lingkungan : Dengan Pendekatan
Etnobiologi-Etnobotani. Malang: UB Press; 2015.
15. Tjitrosoepomo G. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas
Gajahmada; 1991.
16. Tjitrosoepomo G. Taksonomi umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press; 2005.
17. Pahan I. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemin Agribisnir dari
Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya; 2008.
18. Azrai E, Heryanti E. Biodiversitas Tumbuhan Semak Di Hutan Tropis
Dataran Rendah Cagar Alam Pangandaran, Jawa Barat. Pros
Semirata 2015 Bid MIPA BKS-PTN Barat. 2015;403–8.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

Sampel Daun Lengkeng


(Dimocarpus longan L.)

- Diambil dengan cara manual, yaitu dipetik


- Disortasi basah lalu dicuci dengan air
mengalir
- Dikeringkan dengan menggunakan bantuan
sinar matahari dengan kain hitam
- Disortasi kering dan pengepakan

Koleksi specimen dan herbarium


daun lengkeng (Dimocarpus
longan L.)
(Dimocarp

Lampiran 2. Perhitungan

Lampiran 3. Kunci Determinasi

1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b10b-11b-12b-13b-14a-15b-197b-208b-219b-220b-224b-

225b-227b-229b-230a-231a-232a

Famili Sapindaceae
Lampiran 4. Gambar

Gambar 5. Perawakan Tanaman Lengkeng

Gambar 6. Sampel yang telah dikeringkan


Gambar 7. Koleksi specimen

Anda mungkin juga menyukai