Pertemuan ke-2
Umum
• Dari kebanyakan bahan logam, besi merupakan bahan yang paling banyak
digunakan untuk berbagai macam keperluan teknik.
• Besi diperoleh dari tambang bijih besi dalam bentuk oksida besi (Fe2O3).
• Jumlah kandungan besi dalam bijih besi tergantung tempat
pengambilannya dan biasanya bercampur dengan bahan-bahan lain,
misalnya silika (SiO2), alumina (Al2O3), mangaan, belerang, fosfor.
• Bahan besi yang diperoleh dari alam disebut besi gubal (pig iron) yang
merupakan bahan dasar logam besi. Besi gubal bersifat lunak dan getas
sehingga tidak dapat digunakan untuk struktur.
• Logam besi dapat dibagi menjadi tiga macam:
Besi tuang/cor
Besi tempa
Baja
Pemakaian besi tempa telah lama digantikan oleh baja struktur (mild
steel), dan hanya digunakan jika dibutuhkan bahan yang kuat, misalnya
untuk paku keling, pipa air, pipa gas, baut, sekrup, tapal kuda, rantai.
Baja (steel)
Proses
pembuatan
Proses
pembuatan
Proses
pembuatan
Untuk lebih meningkatkan lagi daya gunanya, baja dapat diproses lagi dengan menambah bahan
logam lain dan disebut baja paduan.
• Untuk meningkatkan kekuatan tarik dapat ditambahkan mangan, nikel, kromium, dan vanadium
dengan kadar tertentu.
• Untuk meningkatkan daya tahan terhadap karat dapat ditambahkan kromium (13—20%) dan
disebut baja tahan karat (stainless steel).
• Untuk meningkatkan ketahanan tehadap panas yang tinggi dapat ditambahkan titanium,
aluminium, dan molibdenum.
• Untuk meningkatkan ketahanan terhadap suhu rendah dapat ditambahkan silikon, mangan, nikel,
kromium atau natrium.
Klasifikasi baja
Berdasarkan kegunaannya, baja paduan dapat dibedakan menjadi tiga:
• Baja konstruksi, terbagi atas tiga golongan sesuai kadar unsur paduannya:
Baja paduan rendah ( 2%)
Baja paduan menengah (2—5%)
Baja paduan tinggi (> 5%)
• Baja perkakas:
Baja perkakas paduan rendah, kekerasannya tak berubah hingga pada suhu 250C
Baja perkakas paduan tinggi, kekerasannya tak berubah hingga pada suhu 600C
• Baja dengan sifat fisik khusus:
Baja tahan karat
Baja tahan panas
Baja tahan pakai pada suhu tinggi
Pencegahan korosi
Korosi adalah perubahan logam menjadi bentuk oksida akibat reaksi dengan
udara bebas. Cara mencegah/memperlambat terjadinya proses korosi:
Tarring: permukaan baja dilapisi dengan gas batu bara (coal tar) yang
diproses dengan temperatur tinggi dan dengan bantuan sikat. Gas batu bara
ini akan sedikit meresap di permukaan baja.
Electroplating: permukaan baja dilapisi dengan perak, tembaga, nikel, dsb,
dengan proses yang disebut electrolysis.
Galvanizing: permukaan baja yang telah dibersihkan direndam dalam cairan
seng sehingga permukaan baja terlapisi seng.
Metal spraying: permukaan baja disemprot dengan gas/cairan seng,
aluminium atau timah.
Dilapisi cat: permukaan baja dilapisi cat dan pengecatan dapat dilakukan
dengan sikat/kuas atau disemprotkan.
Dimasukkan ke dalam beton: batang baja ditutup dengan beton, dengan
dasar ini pula baja tulangan tidak berkarat karena berada di dalam beton
(beton bertulang)
Industri baja
Industri baja
Industri baja
Industri baja
Standar mutu
Standar mutu
Baja profil
Ada dua bentuk baja profil berdasarkan cara pembuatannya:
• Hot rolled shapes
Profil baja dibentuk dengan cara blok-blok baja yang panas diproses
melalui rol-rol dalm pabrik. Hot rolled shapes mengandung tegangan
residu (residual stress). Jadi, sebelum batang dibebanipun sudah ada
residual stress yang berasal dari pabrik
• Cold formed shapes (canai dingin)
Profil baja dibentuk dari pelat-pelat yang sudah jadi, menjadi profil baja
dalam temperatur atmosfir (dalam keadaan dingin). Tebal pelat yang
dibentuk menjadi profil, kurang dari 3/16 inci. Profil semacam ini ringan,
dan sering disebut sebagai light gage cold form steel.
Baja lunak:
banyak digunakan
untuk pekerjaan
struktur, baik
berupa baja
tulangan maupun
baja profil. Jenis
baja tulangan yang
ada berupa
batang, kawat dan
jaring kawat baja
las (wire mesh)
Baja keras
Sifat-sifat baja keras:
• Dapat diberi muatan magnet permanen
• Dapat dilas
• Lebih elastis dan lebih kuat daripada baja lunak
• Mudah berkarat
• Berat jenis 7,9
• Temperatur leleh sekitar 1300C
• Kuat tarik dan kuat geser hampir sama besar
• Banyak dipakai untuk bagian alat yang sering menerima
beban kejut dan getaran
Struktur baja terbentuk akibat proses pembekuan atau pendinginan besi cair panas
setelah mengalami oksidasi lagi dengan pembakaran pada suhu tinggi.
Struktur baja berupa ferit atau sel satuan kubus pemusatan ruang dengan karbon
berbentuk sementit (Fe3C) bebas atau tersusun dalam lapisan-lapisan dengan ferit
yang disebut perlit. Walaupun merupakan bahan paduan namun ikatan logam
tetap mendominasi sehingga sifat-sifat utama ikatan ini sangat menentukan sifat
fisika maupun mekanika baja.
Sifat fisik
Secara fisik, baja merupakan bahan bangunan yang
mempunyai:
Berat jenis : 7,85
Berat isi : 7850 kg/m3
Kekerasan : 150—190 HB [dengan uji Brinell]
Titik lebur : 1500C
Konduktivitas panas : 50 W/mC
Koefisien pemuaian : 12106/C
Perilaku mekanik
Perilaku mekanik
Persamaan konstitutif
Model Burn & Siess, 1962:
𝜀 𝑠𝐸𝑠 ; 𝜀𝑠 ≤ 𝜀𝑦
𝑓𝑦 ; 𝜀𝑦 ≤ 𝜀𝑠 ≤ 𝜀𝑠ℎ
𝑓𝑠 = 𝑚 𝜀𝑠 − 𝜀𝑠ℎ + 2 𝜀𝑠 − 𝜀𝑠ℎ 60 − 𝑚
𝑓𝑦 + ; 𝜀𝑠ℎ ≤ 𝜀𝑠 ≤ 𝜀𝑢
60 𝜀𝑠 − 𝜀𝑠ℎ + 2 2 30𝑟 + 1 2
fs
fu
fy
s
εy εsh εu
Sifat mekanik
Baja karbon rendah dan sedang merupakan bahan liat, bersifat homogen
dan isotropis dan elastis linier dengan daerah plastis dan pengerasan
nonlinier sampai titik patahnya (titik fraktur).
Kuat tarik leleh (fy) : 250—300 MPa
Kuat tarik putus (fu) : 400—550 MPa
Perpanjangan : 20—23%
Modulus elastisitas (Es) : 190—210 GPa
Modulus geser (G) : 75—80 GPa
Rasio Poisson () : 0,27—0,3
Baja karbon tinggi bersifat getas (brittle), homogen, isotropis, dan elastis
linier tanpa daerah plastis dan pengerasan nonlinier sampai titik patahnya.
Baja kekuatan tarik tinggi bersifat liat, homogen, isotropis, dan elastis
linier tanpa daerah plastis namun dengan pengerasan nonlinier.
SNI 1729:2015
Kondisi leleh
Keruntuhan getas
Penguatan regangan
Efek penguatan regangan
Sobekan lamelar
Fatik
Pembebanan berulang dapat menyebabkan keruntuhan
yg disebut fatik, meskipun tegangan leleh tak tercapai.
Tiga faktor yg mempengaruhi keruntuhan fatik:
• Jumlah siklus
• Daerah tegangan layan (perbedaan antara tegangan
maksimum dan minimum)
• Cacat-cacat dalam material baja: retak-retak, lubang
baut, takikan
Referensi
1. Dewobroto, Wiryanto. 2015. Struktur Baja: Perilaku, Analisis & Desain – AISC 2010. Tangerang:
LUMINA Press.
2. Nurlina, Siti. 2011. Teknologi Bahan I. Malang: Bargie Media.
3. Park, R. dan T. Paulay. 1975. Reinforced Concrete Structures. Cet.5. Toronto: John Willey & Sons.
4. Salmon, Charles G. dan Johnson, John E. 1990. Struktur Baja: Desain dan perilaku. Edisi ketiga.
Jilid 1. Diterjemahkan oleh Prihminto Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
5. Setiawan, Agus. 2013. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729-2002). Edisi Kedua. Cet. 2. Jakarta: Erlangga.
6. SNI 03-1729-2002. Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung.
7. SNI 1729:2015. Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
8. Suseno, Hendro. 2010. Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil. Malang: Bargie Media.