Anda di halaman 1dari 10

Simbolisme Pada Upacara Pencucian Alat Pusaka Pada Acara Accerak

Kalompoang di Rumah Adat


Balla Lompoa Kabupaten Gowa

Hizbi Fauzi, Moh. Thamrin Mappalahere, Pangeran Paita Yunus


Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar
hizbyzaputra95@gmail.com
thamrinM@gmail.com
pangeranpaita69@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui makna dan simbolis yang
terdapat dalam upacara Accera Kalompoang yang dilaksanakan di rumah adat Balla
Lompoa Kabupaten Gowa. (2) Untuk mengetahui fungsi upacara adat Accera
Kalompoang yang dilaksanakan di rumah adat Balla Lompoa Kabupaten Gowa. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif, sasaran dalam penelitian ini adalah acara pencucian
alat pusaka pada acara Accera Kalompoang di rumah adat Balla Lompoa di
Kabupaten Gowa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi
(pengamatan), wawancara, dan dokumentasi. Makna simbolis terdapat pada setiap
proses ritual berlangsung seperti (1) Allekka Jeknek dimulai pada pagi hari karena
pagi adalah simbol kehidupan. (2) Gandrang Tunrung Pakballe menandakan
kegembiraan dan rasa hormat terhadap leluhur. (3) Lalu untuk proses Ammolong
Tedong kerbau adalah simbol kekuatan, integritas, dan sosial yang tinggi, Kerbau
yang diarak mengelilingi istana Balla Lompoa untuk meminta restu kepada leluhur.
(4) Untuk Appidalleki kalompoang dilakukan pada malam hari karna memiliki
suasana yang menenangkan dan itu adalah waktu yang tepat untuk berdoa, Barasanji
dilakukan dalam ritual ini karena barasanji adalah sebuah doa, jadi dalam ritual
Appidalleki, Barasanji adalah perpaduan antara budaya dan Islam. (4) Sedangkan
pada ritual Allangngiri Kalompoang darah yang digunakan untuk membersihkan
pusaka mewakili semua hal buruk itu mungkin terjadi atau menghindari bencana,
penimbangan mahkota Salokoa untuk mengetahui kehidupan masyarakat Gowa
dimasa depan. Fungsi Accera Kalompoang yaitu untuk mengetahui apa yang akan
terjadi pada masyarakatnya dimasa akan dating melalui proses Allangngiri
Kalompoang atau penimbangan mahkota raja (Salokoa).

Abstract

The purpose of this study is (1) To find out the meaning and
symbolism found in the Accera Kalompoang ceremony held at the
traditional house of Balla Lompoa, Gowa Regency. (2) To find out

1
the function of the Accera Kalompoang traditional ceremony held in
the traditional house of Balla Lompoa, Gowa Regency. This type of
research is qualitative, the target in this study is the washing of
heirlooms at the Accera Kalompoang event at the Balla Lompoa
traditional house in Gowa Regency. The technique used in this
study is observation (observation), interviews, and documentation.
Symbolic meanings found in every ritual process take place such as
(1) Allekka Jeknek starts in the morning because morning is a
symbol of life. (2) Gandrang Tunrung Pakballe signifies joy and
respect for ancestors. (3) Then for the Ammolong Tedong buffalo
process is a symbol of high strength, integrity, and social, the
Buffalo is paraded around Balla Lompoa's palace to ask the
ancestors for their blessing. (4) For Appidalleki kalompoang done at
night because it has a calming atmosphere and it is the right time
to pray, Barasanji is done in this ritual because barasanji is a prayer,
so in Appidalleki ritual, Barasanji is a blend of culture and Islam. (4)
Whereas in the Allangngiri Kalompoang ritual the blood used to
cleanse the inheritance represents all the bad things that may
occur or avoid disaster, weighing the crown of Salokoa to find out
the life of the people of Gowa in the future. The function of Accera
Kalompoang is to find out what will happen to the community in the
future through the Allangngiri Kalompoang process or weighing the
crown of the king (Salokoa).

A. PENDAHULUAN setelah dilaksanakannya shalat Idul


Adha.
Bangsa Indonesia merupakan Pernyataan perasaan
bangsa yang masyarakatnya sangat keindahan merupakan sesuatu yang
majemuk terdiri atas beberapa suku, bersifat naluriah bagi manusia. Sejak
agama, budaya dan adat istiadat. masih hidup di gua, manusia telah
Kabupaten Gowa merupakan etnik menunjukkan kegiatan atau hasil
Makassar yang mempunyai tradisi karya yang dapat dikategorikan
accera kalompoang yang sarat sebagai seni. Sebagai sesuatu yang
dengan makna dan simbol. dilakukan atau dihasilakan oleh
Penduduk Kab. Gowa mengenal manusia, seni senantiasa
tradisi accera kalompoang yang mencerminkan keprcayaan atau
dilakukan sekali dalam setahun pandangan dari manusia.

2
Accera kalompoang Sultan Malikussaid Tumenanga Ri
merupakan upacara adat untuk Papambatuna, mentradisikan
membersihkan benda-benda pusaka upacara ini pada setiap tanggal 10
kerajaan Gowa yang tersimpan Zulhijjah, yakni setiap selesai shalat
dimuseum Balla Lompoa. Inti dari Idul Adha. Selanjutnya, Raja Gowa
upacara ini adalah allangiri XVI, I Mallombasi Daeng
kalompoang, yaitu pembersihan dan Mattawang Karaeng
penimbangan salokoa (mahkota) I Bontomanggape Sultan Hasanuddin
Tumanurunga, yang kemudian Tumenanga ri Balla Pangkana yang
disimbolkan dalam pelantikan raja- bergelar Ayam Jantan dari timur,
raja Gowa berikutnya. memasukkan unsur-unsur agama
Upacara adat yang sakral ini Islam kedalam upacara ini, yaitu
pertama kali dilaksanakan oleh Raja penyembelihan hewan kurban.
Gowa yang pertama kali memluk Dalam hal ini, sehingga
islam, yakni I Mangngarrangi penulis sebagai salah satu
Daeng Mangrabbia Karaeng mahasiswa Program Studi
Lakiung Sultan Alaudidin pada Pendidikan Seni Rupa yang berminat
tanggal 9 Jumadil Awal 1051 H. atau ingin melakukan penelitian
20 September 1605. Meskipun Raja pengamatan langsung mengenai
Gowa XIV itu telah memulainya, budaya makna dan simbolis yang
namun upacara ini belum dijadikan terdapat dalam upacara Accera
sebagai tradisi. Raja Gowa XV, I Kalompoang yang dilaksanakan di
Mannuntungi Daeng Mattola rumah adat Ballalompoa kabupaten
Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Gowa.

B. METODE PENELITIAN tangan peneliti. Dalam


penelitian kualitif, peneliti
Metode kualitif merupakan instrumen utama
merupakan sebuah metode (human instrumen) sedangkan
penelitian yang memandang pengumpulan data dilakukan
realistis sosial sebagai suatu secara triangulasi (gabungan).
kesatuan yang utuh, kompleks, Analisis data bersifat induktif
dinamis, dan penuh makna. berdasarkan data yang
Penelitian dilakukan pada ditemukan dilapangan agar
objek yang alamiah dan mendapatkan data yang
berkembang apa adanya tanpa
adanya manipulasi dan campur

3
memiliki kedalam makna dari narasumber yaitu
(sugiyono, 2012;34). pengurus museum Balla
Penelitian ini Lompoa Kabupaten Gowa.
menggunakan pendekatan
kualitatif, yang berusaha 3. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto-
mendapatkan informasi
foto benda pusaka dan
selengkap-lengkapnya
proses upacara Accera
mengenai simbolisme pada
Kalompoang di rumah adat
upacara pencucian alat pusaka
Balla Lompoa di kabupaten
pada acara accera
Gowa.
kalompoang di rumah rumah
adat balla lompoa Kabupaten C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gowa. a. Makna dan simbolis yang
terdapat dalam upacara
Untuk memperoleh data Accera Kalompoang yang
dalam penelitian ini, penulis dilaksanakan dirumah adat
menggunakan beberapa teknik Balla Lompoa Kabupaten
atau metode. Adapun teknik Gowa
pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah: Dari hasil wawancara dengan
bapak Andi Jefri Tenribali selaku
1. Observasi pengurus museum Balla Lompoa
Observasi dilakukan untuk mengatakan bahwa kalompoang
melengkapi format berasal dari bahasa Makassar yang
pengamatan sebagai berarti Lompo atau Malompo yang
instrumen untuk menggali berarti besar. Kalompoang adalah
lebih dalam mengenai benda kebesaran (religia). Benda ini
upacara adat accera diyakini bertuah dan keramat karena
kalompoang di rumah adat dianggap berasal dari dunia lain serta
Balla Lompoa Kabupaten sejumlah benda-benda yang dimiliki
Gowa. dalam perkembangan kerajaan Gowa
sebagai simbolisasi kekuasaan dan
2. Wawancara kemuliaan seorang raja. Kisah benda
Wawancara dilakukan inti Kalompoang sangat berkaitan
untuk mendapatkan dengan Tumanurung-Baineya di
informasi tentang upacara Tamalate dan Tumanurung Karaeng
adat accera kalompoang Bayo yang muncul di Butta-Gowa, I

4
Daeng Matanre-lah yang menggunakan gayung yang
mengharuskan penyelenggaraan terbuat dari unsur alam (nabati),
pencucian benda Kalompoang setiap yang dipimpin oleh Anrong
tahun secara sederhana, pelaksaannya (guru) dengan memohon doa
dipercayakan kepada kerabat raja kepada Allah SWT serta
bersama lembaga adat Bate-Salapang, bersalawat kepada Nabiullah
tokoh ritual dan kelompok khusus Muhammad SAW seraya
yang paham tentang upacara tersebut. meminta restu leluhur, tetapi
Setiap proses pencucian alat pusaka mengapa harus menggunakan
tersebut memiliki makna tersendiri gayung yang terbuat dari unsur
mulai dari hari pertama hingga hari ke- alam (nabati), mengapa tidak
dua, berikut rincian wawancara dengan menggunakan gayung pada
bapak Andi Jefri Tenribali. umumnya? karena antara
manusia dan alam membutuhkan
1. Allekka Jeknek harmonisasi dan media yang
Alekka Jekne adalah
harus berasal dari unsur-unsur
penjemputan atau pengambilan
alam. Selain itu, kegiatan ini
air bertuah atau air suci di sumur
sudah menjadi tradisi, sehingga
tua kerajaan Gowa. Allekka
apa yang digunakan oleh leluhur
Jekne dilakukan pada pukul 7:30
begitu juga dilakukan secara
sampai 9:00 (Situnrung Bulo).
turun-temurun oleh keluarga
Peneliti menanyakan mengapa
kerajaan.
harus dipagi hari? karena di pagi, Air yang sudah tersimpan
matahari menyinari bumi, pada guci, bersama para
memberi tahu kepada semua rombongan iring-iringan dan
makhluk di alam semesta ini segenap perangkat upacara
untuk memulai aktivitas. Adapun mengelilingi batu Tumanurunga
iring-iringan oleh penari atau atau batu Pallantikang mengapa
pemusik yang dalam bahasa harus batu Tumanurunga bukan
Makassar Tunrung Pakballe yang batu yang lain? Karna batu
memiliki makna bahwa Tunrung Tumanurunga memiliki nilai
Pakballe adalah salah satu historis yang tinggi. Setelah
penghormatan terhadap leluhur mengambil air suci maka para
atau sebagai bentuk kegembiraan rombongan atau iring-iringan
untuk pelaksanaan Accera mengelilingi batu Tumanurunga
Kalompoang. Pengambilan air di yang bertujuan untuk memberi
sumur Bungung Lompoa penghormatan kepada leluhur

5
dan diberitahu bahwa ritual akan Bungung-Lompoa dan dilakukan
dimulai. pensucian khusus kurban
(Apparurui-Tedong). Mengapa
2. Ammolong Tedong kerbau tersebut harus disucikan?
Upacara pemotongan
Karena untuk meminta restu
kerbau yang sudah terjamin
kepada leluhur tentang kerbau ini
kesehatannya untuk
kepada anak cucu kita dan
penyembelihan hewan kurban.
memberi hormat kepada leluhur.
Kegiatan pada saat posisi sinar
selanjutnya kerbau tersebut
matahari dipertengahan bumi
diarak mengitari kawasan istana
(Allabbang-lino). Makna
Balla Lompoa dan diarahkan
mengapa penyembelihan kerbau
ketempat khusus pemotongan,
dilakukan saat sinar matahari
sebelah timur, samping istana
berada dipertengahan bumi
Balla Lompoa. Khusus kepada
karena nenek moyang di masa
hewan kurban (kerbau) disimpan
lalu menghormati waktu-waktu
dibilik Kalompoang. Mengapa
tersebut. Dalam waktu tersebut
hanya bagian kepala kerbau saja?
kita tidak bisa melihat bayangan
Bukan dagingnya? Karena kepala
kita. Selain itu panitia
kerbau tersebut sudah mewakili
penyelenggara dan masyarakat
kerbau itu sendiri untuk
yang terlibat dalam upacara
persembahan kepada leluhur.
tersebut akan melakukan sholat
Dzhuhur berjamaah setelah 3. Appidalleki Kalompoang
melakukan penyembelihan. Apa Pengertian Appideki
makna yang terkandung dalam Kalompoang adalah upacara
ritual Ammolong Tedong? kerbau persembahan sesajian kepada
adalah hal yang penting dalam leluhur yang berisikan daging
kehidupan manusia karena aspek kerbau, ayam dan lauk-pauk
sosial di luar agro seperti bersamaan dengan kue-kue
pertanian mereka menggunakan dalam kemasan tradisional
kerbau untuk membajak (makanan tradisional). Kegiatan
pertanian mereka. Jadi itulah ini dilaksanakan pada malam hari
mengapa kerbau melambangkan atau sesudah baddah Isya dan
kekuasaan, integritas, dan sosial malam takbiran Idul Adha.
yang tinggi. Upacara ritual ini juga dipimpin
Diawali Appasili Tedong langsung oleh Anrong. Mengapa
(pemberkahan kurban) dengan harus dilaksanakan pada malam
sebagian air bertuah sumur

6
hari? Karena malam hari untuk anggota keluarga
dianggap memiliki situasi yang kerajaan atau yang memiliki
tenang dan bagus untuk kepentingan, karena keluarga
melakukan sholat, upacara ini kerajaan memiliki garis darah
dibarengin pula dengan dengan raja Gowa dan orang-
pembacaan barasanji. Mengapa orang dengan otoritas adalah
harus dibarengi Barasanji? pemimpin tradisional, agama,
Karena Barasanji dalam ritual masyarakat, dan pemerintah.
Appidalleki adalah asimilasi Ritual ini berfungsi untuk
antara budaya dan Islam. mengetahui apa yang akan
Acara ini dimulai dengan terjadi pada masyarakat Gowa
bertujuan sebagai pertanda rasa di masa depan. Jika berat
syukur kepada Allah SWT dan mahkota Salokoa berkurang
suatu penghormatan kepada maka akan terjadi sebuah
leluhur, untuk lantunan irama bencana atau ketidak jayaan
senandung religi (royong) serta pada masyarakatnya,
irama musik tradisional sebaliknya jika timbangan
dilakukan disaat-saat tertentu, mahkota Salokoa lebih berat
yaitu Danniari (menjelang dari biasanya maka pertanda
subuh), Attangnga Allo (tengah kemakmuran pada masyarakat
hari), Aklabbu Allo (petang hari), Gowa.
Attangnga Bangngi (tengah
malam). b. Fungsi Accera Kalompoang
Pencucian benda-benda
4. Allangngiri Kalompoang kalompoang secara rutin dilakukan
Allangngiri merupakan turun-temurun setiap tahun, namun
upacara puncak dari Accera pada tahun 2017 untuk pertama
Kalompoang yaitu mencuci kalinya Accera Kalompoang
benda pusaka yang terbuat dari ditiadakan setelah 402 tahun
emas, seperti mahkota lamanya ritual sakral ini digelar.
(Salokoa), kalung, rantai, Sebagai dorongan mendasar untuk
giwang, cincin dan mempertahankan dan melestarikan
piringan/kancing yang akan hidup dan kehidupannya
dibersihkan dengan air bertuah diwujudkan dalam hubungannya
yang berasal dari sumur dengan sesama manusia,
Bungung Lompoa serta diberi lingkungannya dan dengan hal-hal
ramuan khusus untuk yang religius atau emosi
pensucian. Ritual ini hanya keagamaan.

7
Benda-benda ini diyakini antara proses pencucian benda
memiliki bertuah dan sakral pusaka di Gowa dan ditempat-
sehingga dianggap memberi nilai tempat lainnya misalnya di
tambah untuk kharisma atau Kabupaten Bone.
wibawa, terlebih lagi bagi
penguasa sebai tumpuan tokoh D. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
panutan. Berdampak untuk
Berdasarkan hasil peneltian
melestarikan ketertiban hidup
dan pembahasan yang dipaparkan
dalam bermasyarakat. Oleh karena
dibab sebelumnya maka dapat
itu dirasa perlu untuk menanamkan
disimpulkan.
nilai-nilai budaya dan gagasan vital 1. Makna dan simbol terdapat
agar tidak kehilangan pegangan pada setiap proses Accera
atau arah tujuan hidup. Kalompoang misalnya pada
Sebenarnya fungsi utama
proses Alleka jekne dimulai
Accera Kalompoang yakni untuk
pada pagi hari karena pagi
mengetahui apa yang akan terjadi
adalah simbol kehidupan. Pada
pada masyarakat Gowa dimasa
proses Ammolong Tedong
depan, yang menurut peneliti
Kerbau adalah simbol
fungsinya sebagai acuan atau
kekuatan, integritas, dan sosial
sebagai nasihat kepada masyarakat.
yang tinggi. Pada proses
Karena menurut orang-orang
Appidalleki. Appidalleki
Makassar terdahulu bilamana
dilakukan pada malam hari
timbangan mahkota raja kurang
karna memiliki suasana yang
dari biasanya maka aka ada
menenangkan dan itu adalah
malapetaka yang akan menimpa
waktu yang tepat untuk
negerinya, atau tidak
berdoa. Pada proses
mendatangkan keberhasilan dalam
Allangngiri Kalompoang darah
lahan pertanian mereka.
yang digunakan untuk
Sebaliknya jika timbanga mahkota
membersihkan pusaka
raja lebih berat dari biasanya maka
mewakili semua hal buruk itu
akan mendatangkan kemakmuran
mungkin terjadi atau
bagi rakyatnya. Fungsi sosial pada
menghindari bencana.
Accera Kalompoang yaitu agar fungsi Accera Kalompoang adalah
masyarakat pendatang atau untuk mengetahui apa yang akan
rantauan dapat ikut serta dalam terjadi pada masyarakatnya dimasa
Accera Kalompoang dan dapat akan dating melalui proses
mengetahui atau melihat perbedaan Allangngiri kalompoang atau

8
penimbangan mahkota raja
(Salokoa). Fungsi sosial pada
Accera Kalompoang yaitu agar Daftar Pustaka
masyarakat pendatang atau Agus, Skripsi Kajian Bentuk dan
rantauan dapat ikut serta dalam Makna Corak Kain Sutera
Accera Kalompoang dan dapat Sengkang Kabupaten Wajo.
mengetahui atau melihat perbedaan FSD, UNM, Pendidikan Seni
antara proses pencucian benda Rupa 2018.
pusaka di Gowa dan ditempat- Alsof. 2016. Subjek Penelitian,
tempat lainnya misalnya di Sampel, Informan, teknik,
Kabupaten Bone. Strategi, dan Metode
Pengumpulan Serta Analisis
Data Penelitian (online.21:09
Wita)
b. Saran https://alsof.wordpress.com/20
Berdasarkan kesimpulan yang 16/03/26/subjek-penelitian-
telah dikemukakan di atas. Dapat sampel-informan-teknik-
disarankan sebagai berikut: strategi-dan-metode-
1. Bagi Pemerintah dan pengumpulan-serta-analisis-
keluarga/kerabat kerajaan data-penelitian/
sebaiknya tetap menjaga
kelestarian budaya/tradsi Al Khaufi, Faisal Muchtar. 2012.
Accera Kalompoang yang ada Definisi Upacara Adat (online)
di Rumah Adat Balla Lompoa https://catatansenibudaya.blogs
Kabupaten Gowa. Dan pot.co.id/2012/05/definisi-
membuat memahami sejarah upacara-adat.html?m=1
Accera Kalompoang.
Bagi masyarakat, hendaknya https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fungsi
turut serta dalam proses (online)
upacara pencucian benda-
benda Accera Kalompoang, M., Yabu. 2016. Hand Out,
dan menjaga kelastarian Metodologi Penelitian.
budaya/tradisi tersebut. Dan Program Studi Pendidikan Seni
juga agar dapat mengetahui Rupa Fakultas Seni dan Desain
perbedaan upacara pencucian Universitas Negeri Makassar
alat pusaka di Gowa dan Tika, Zainuddin. 2004. Legenda Objek
ditempat lain. Wisata Gowa. Sungguminasa

9
Maleong, LExy J. 2012. Metodologi
Penelitian kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Nasyarudin, Anwar. 2007. Manusia


Makassar. Makassar: Refleksi.

Suardi, Suratman. 2015. Upacara Adat


Accera Kalompoang (online)
http://summongroup.blogspot.c
o.id/2015/03/upacara-adat-
accera-kalompoang.html?m=1
Di akses. (Senin, 09 Maret
2015).

Sulistiyawati 2005. Kamus Lengkap


Bahasa Indonesia.Jakarta: CV
Buana Raya.

Syahrul YL. Adi Suryadi, Z. Tika,


Profil Sejarah, Budaya dan
Pariwisata Gowa,

Tanpa Nama.2015. Upacara Adat


Tradisional di Sulawesi
(online) http://tugas-

makalahmu.blogspot.co.id/201
5/02/upacara-tradisional-di-
sulawesi.html?m=1 Di
akses. (Selasa, 03 Februari
2015).

Pemda Gowa – Yayasan Eksponen


Angkatan 66, Gowa 1995.

10

Anda mungkin juga menyukai