6706 16744 1 PB PDF
6706 16744 1 PB PDF
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang latar belakang terbentuknya Gaukang
dalam masyarakat Sulawesi Selatan, Upacara Gaukang Tu Bajeng pada masa awal kemerdekaan
dan masa sekarang, serta Pandangan masyarakat terhadap Upacara Gaukang Tu Bajeng kabupaten
Gowa. Penelitian ini bersifat deskriptif historis dengan menggunakan metode penelitian
sejarah,melalui tahapan-tahapan kerja yang meliputi; heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Heuristik adalah tahap pengumpulan sumber- sumber sejarah, sumber tersebut kemudian dikritik
untuk mendapatkan fakta dengan fakta lainnya. Sebagai tahap terakhir adalah historiografi atau
penyajian, yaitu merekontruksi peristiwa-peristiwa sejarah menjadi kisah sejarah dalam bentuk
deskriptif historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gaukang sebagai simbol kekuatan leluhur
dipercaya oleh masyarakat sebagai jimat yang dapat menyelamatkan mereka.Gaukang menjadi
benda yang sakral dan sangat dihormati.Ketertarikan Tuan Fukusima untuk melihat benda
Gaukang di Bajeng/ Limbung membuat masyarakat Limbung mengadakan suatu Upacara yang
bernama Upacara Gaukang tu Bajeng.Upacara ini terus diaksanakan setiap tahun untuk
mengenang para pahlawan di wilayah Limbung/Bajeng dalam merebut maupun mempertahankan
kemerdekaan.
Abstrac
This study aims to know the background behind the formation of Gaukang in South Sulawesi
society, Gaukang Tu Bajeng Ceremony in the early days of independence and now, and the public
view of Gaukang Tu Bajeng ceremony of Gowa district. This study is historical descriptive by using
historical research methods, through the stages of work that includes; heuristics, criticism,
interpretation, and historiography. Heuristics is the stage of collecting historical sources, the source
is then criticized for getting the facts with other facts. As the last stage is historiography or
presentation, which is reconstructing historical events into historical stories in the form of historical
descriptive. The results showed that Gaukang as a symbol of the strength of ancestors believed by
the public as a talisman that can save them. Gaukang become a sacred and highly respected object.
The interest of Mr. Fukusima to see Gaukang objects in Bajeng / Limbung make Limbung society
hold a ceremony called Ceremony Gaukang tu Bajeng. This ceremony is held every year to
commemorate the heroes of the Limbung / Bajeng region in seizing and maintaining
independence.
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 101
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 102
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 103
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
jawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi manusia.Karena Dewa Tanah tidak mampu
maupun manipulasi (Helius Sjamsuddin, berkomunikasi dengan manusia dalam
2012) Interprestasi: Tahapan selanjutnya bentuk seperti itu, jadi perlu ada perantara
setelah proses kritik adalah bagi manusia dan dewa.Orang yang menjadi
penginterpretasian. Pada tahap interpretasi perantara diangkat oleh sesama mereka
ini, subyektivitas seorang peneliti akan mulai menjadi pemimpin spiritual dan keduniawian
tampak. Hal ini dapat dipahami karena pada bagi komunitasnya karena perannya sebagai
tahap ini imajinasi dibutuhkan untuk juru bicara bagi Dewa Tanah.Batu-batu
menafsirkan seluruh kejadian berdasarkan keramat di Champa ini kelihatannya
fakta-fakta sejarah yang telah diperoleh pada mempunyai kesamaan asal – usul, makna dan
tahapan sebelumnya. Terlepas dari hal fungsi dengan Gaukang di Sulawesi Selatan
demikian, peneliti harus bersifat obyektif agar (Andaya, 2013)
karya yang diperoleh nantinya merupakan Menurut tradisi yang hidup didalam
karya sejarah yang berkualitas. Historiografi:, masyarakat menyangkut riwayat terbentuknya
yakni menyampaikan sintesa yang diperoleh kesatuan masyarakat bahwa terbentuknya
dalam bentuk kisah sejarah, ini merupakan banua-banua (kerajaan kecil), diawali dengan
langkah terakhir menyajikan data dan fakta ditemukannya sebuah benda yang terbentuk
yang telah dirumuskan dan di analisa ke aneh, biasanya berbentuk atau berwujud ;
dalam bentuk penyajian yang utuh dan sepotong kayu, sebuah gambar, sepotong besi,
menarik.Kegiatan ini disebut historiografi sepotong umbi kering dan yang paling umum
(penulisan seejarah). adalah sebuah batu(Arfah, 1993).Benda yang
ditemukan secara ajaib dan dipandang sebagai
C. Hasil dan Pembahasan benda titisan dewata serta dipercaya memiliki
1. Latar Belakang Lahirnya Gaukang atau mempunyai kekuatan ajaib yang
dalam Masyarakat Sulawesi Selatan menguasai alam dan manusia.
Meski hampir tidak ada pembahasan Benda itu kemudian dikenal dengan
mengenai asal-usul gaukeng atau arti penting sebutan gaukang (bahasa Makassar) atau
dari gaukang, akan tetapi kita masih dapat gaukeng (bahasa Bugis).Gaukang ini oleh
memahaminya melalui contoh serupa di masyarakat dipercaya sebagai pelindung jiwa
tempat lain di wilayah Asia tenggara. masyarakat.Penemu gaukang tersebut
Kepercayaan terhadap dewa-dewa penjaga kemudian diangkat sebagai pemimpin
yang bersemayam di batu-batu dapat masyarakat.Kesatuan masyarakat tersebut
ditemukan di Asia Tenggara, india dan China disebut sebagai masyarakat gaukang (gaukang
dan salah satu penjelasan terinci tentang hal community. Sedangkan ahli lain menjelaskan
ini dibuat oleh ilmuwan Prancis, Paul Mus bahwa kelompok tersebut dianggap sebagai
yang menjelaskan tentang batu-batu keramat I kelompok kaum kesatuan anang.
Champa kini Vietnam bagian tengah. Daerah yang merupakan tempat asli
Champa adalah nama sebuah kerajaan yang gaukang, yang kemudian ditentukan sebagai
penduduknya dari ras bangsa Indonesia yang batas wilayah sebuah komunitas, tidak
mengembangkan peradaban mengesankan mampu lagi mencukupi keperluan kelompok
antara abad ke-9 hingga ke-14. Menurut Mus komunitas ini.Bagian batu dari komunitas
orang-orang Cham percaya bahwa Dewa induk pun diberikan, setiap kelompok
Tanah, yang mengandung energi - energi mendapat gaukang masing-masing.
pemberi hidup bagi dunia, bersemayam Komunitas ini dianggap sebagai “anak” oleh
dalam batu-batu tadi.Batu- batu ini bukanlah komunitas “ibu” yang merupakan komunitas
representasi, namun Dewa Tanah yang gaukang asli, dan gaukang milik komunitas
sebenarnya dibuat kasat mata bagi
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 104
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
“anak” ini dianggap sebagai “ pembantu “ bagi keluarga kerajaan Bajeng yang melakukannya
gaukang asli itu(Andaya, 2013). tidak dapat digantikan oleh masyarakat
1. Pesta adat Upacara Gaukang tu Bajeng umum. Pasussuru‟ merupakan orang yang
Upacara Gaukang dikenal dengan memasukkan bendera kerajaan dan bendera
penampilan berbagai macam benda-benda perang yang dimasukkan kedalam sebuah
suci yang turut memberikan makna terhadap bambu khusus yang bernama bulo banua
upacara Gaukang. Upacara Gaukang tu yang panjangnya sekitar 5 meter, sementara
Bajeng dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan memasukkan bendera kerajaan dan
penghormatan terhadap benda-benda suci bendera perang kedalam bambu disebut
peninggalan kerajaan Bajeng yang dianggap Assussuru‟. Bendera yang dimasukkan
suci dan dihormati. Bentuk penghormatan ini kedalam bambu tidak menggunakan tali
dilakukan agar generasi muda kedepannya, (seperti memasukkan bendera pada upacara
dapat mengetahui, menghormati dan kemerdekaan) melainkan bendera tersebut
mengingat akan adanya benda- benda suci terdapat sebuah kain yang berentuk seperti
(Gaukang) di Balla Lompoa. lobang yang berguna untuk memasukkan
Upacara Gaukang dilaksanakan di Balla bendera kerajaan dan bendera perang
Lompoa Bajeng karena di tempat tersebut kedalam bambu.
benda- benda Gaukang disimpan.Benda- Benda- benda Gaukang ini setiap 2 tahun
benda tersebut merupakan peninggalan sekali akan diarak ke Bungung Barania,
kerajaan Bajeng yang digunakan untuk menurut kepercayaan masyarakat Bajeng,
berperang dan peralatan lainnya.Didirikan Bungung Barania merupakan tempat yang
pada tahun 1906 oleh Batang Banoa sakral, pada masa kerajaan Bajeng yakni masa
Limbung yang merupakan istana raja pada Karaeng Loe sumur ini digunakan untuk
zaman dahulu(Raodah, 2014) memandikan para prajurit Bajeng, agar
Keberadaan benda-benda kerajaan ini mereka lebih berani menghadapi musuh
dianggap sakral dan keramat oleh (Dg.Muang, 2018). Tidak semua benda yang
masyarakat(Raodah, 2014). Yang berhak tersimpan di Balla Lompoa Limbung akan di
untuk memegang dan mensucikan benda- keluarkan saat upacara Gaukang tu Bajeng
benda suci tersebut adalah hanya keturunan dilaksanakan, adapun benda- benda yang
dari kerajaan Bajeng yang disebut Paerang akan dikeluarkan adalah sebagai berikut:
yang terdiri dari 10 - 12 orang salah satunya a. Bendera
berasal dari Panciro. Masyarakat umum tidak Sebuah bendera berwarna merah dengan
ada yang berani melakukannya karena benda- ornamen putih, menurut pesan orang orang
benda tersebut adalah benda sakral atau tua bendera itu adalah bendera kerajaan
keramat(Dg.Muang, 2018).Sebelum Paerang Bajeng bernama Jole-Jolea dan sebuah
ini mengambil Benda- benda suci yang bendera merah polos segi empat panjang
disimpan dalam sebuah kotak Gaukang, adalah bendera perang, dan bila keduanya
mereka mengambil air wudhu terlebih dikibarkan bersama, maka berarti bahwa
dahulu. Bukan hanya Paerang akan tetapi Bajeng dalam keadaan darurat atau
semua penyelenggara dalam kegiatan upacara perang(seputarselatan, 2017).
Gaukang ini melakukan hal tersebut untuk b. Poke‟
menghormati dan menjaga kesucian dari Poke‟ kadang juga diasosiasikan dengan
benda-benda Gaukang(Nojeng, 2018). linggis karena dua fungsinya yang berbeda
Selain Paerang dan juga Batang Banoa sebagai senjata tajam dan juga dimanfaatkan
yang harus hadir dalam kegiatan ini adalah untuk kegiatan lain, walaupun sebenarnya
Pasussuru‟ bendera. Sama halnya dengan Poke‟lebih identik dengan tombak. Ada
Paerang, Passussuru‟ juga harus keturunan empat jenis poke‟ yang akan dikeluarkan saat
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 105
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 106
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
kedalam bambu, dimana bendera perang Tu Bajenga yaitu sebuah Gaukang (Benda-
yang dimasukkan terlebih dahulu kemudian benda kebesaran) dari Tu bajeng. Dalam
bendera Jole-Jolea, keduanya dimasukkan gaukang tersebut terdapat sebuah bendera
kedalam bulo banua. Di ikat kemudian 7-9 perang dikibarkan menandakan bahwa
orang membawanya kelapangan Balla masyarakat akan berada pada situasi yang
Lompoa, dimasukkan kedalam sebuah lubang sangat genting atau situasi dalam siap
yang berdekatan dengan tiang bendera merah melakukan peperangan. Bagi masyarakat
putih , kemudian 7-9 orang ini akan Bajeng (dulunya distrik limbung) kegiatan
memegang bendera jole-jolea secara bersama- upacara gaukang pada masa awal
sama. Ketika bendera sudah berdiri tegak, kemerdekaan, bukan hanya perayaan adat
salah seorang dari Bontomaero akan semata tetapi memberikan pengaruh yang
membacakan Aru‟ (Angngaru‟).Kemudian besar bagi perjuangan rakyat Limbung dalam
baru upacara pengibaran bendera merah- mempertahankan kemerdekaan.
putih. Dari 37 kepala kampung atau kepala
(c) Pengiringan Benda Pusaka ke Bungung desa tersebut, wilayah Batang Banoa Appaka
Barania menjadi daerah paling penting dalam pusat
Pengiringan benda pusaka ke Bungung pemerintahan masyarakat Limbung, selain
Barania tidak dilakukan setiap tahun akan dengan adanya kantor Distrik pada masa
tetapi hanya tiga atau dua tahun sekali, selain kemerdekaan, tempat itu juga menjadi daerah
karena itu merupakan aturan adat terdahulu basis perjuangan orang-orang limbung,
hal ini juga menurut kami adalah jika tepatnya dirumah kebesaran masyarakat
situasinya memungkinkan, maka benda Bajeng atau Ballalompoa ri Limbung,
pusaka tersebut akan di bawa ke bungung ditempat itulah orang-orang limbung sering
barania namun jika terhalang oleh kendala dikumpulkan untuk membicarakan atau
apapun maka benda tersebut tidak akan kami untuk menyusun strategi apa yang akan
bawa ke bunggung barania (dg.ngerang, digunakan dalam menghadapi penjajahan
2018.). bangsa Belanda.Selain itu karena tempatnya
2. Upacara Gaukang Pada Masa Awal juga yang letaknya masih seperti hutan
Kemerdekaan Dan Masa Sekarang membuat tepat tersebut menjadi salah satu
a. Masa Awal Kemerdekaan tempat strategis bagi masyarakat Limbung
Pada awal Bulan Agustus 1945 di (Arfah Muhammad, 1995). Di Limbung pada
Limbung selain kegiatan latihan militer yang masa menjelang kemerdekaan, datang
dijalani para pemuda, muncul suatu idea atau seorang perwira Jepang yang benama
gagasan yang dicetuskan dari para pemuka- Fakusima.Ia datang dengan cara yang lain
pemuka masyarakat Limbung yang dikenal dengan sifatnya yang tidak sama pula dengan
sebagai “tu bajenga”. Dalam gagasan tersebut orang jepang lainnya. (Arfah Muhammad,
ialah untuk mengobarkan jiwa dan semangat 1995).
perjuangan tu Bajenga yang masih terpendam Pada tanggal 14 agustus dengan suatu
dalam jiwa semua putra-putri dalam upacara kebesaran yang baru kali ini
mempertahankan hak dan disertai dengan dilakukan dengan disaksikan oleh berpuluh-
keinginan untuk rela berkorban dalam segala puluh ribu rakyat dari seluruh rakyat
hal yang diperlukan, bahkan dengan nyawa Limbung dan sekitarnya yang mengaku
sekalipun. dirinya keturunan rakyat Limbung. Untuk
Untuk mewujudkan dasar pemikiran pertama kalinya bendera kebesaran rakyat
dalam mengobarkan semangat juang para Tu Limbung di lihatnya, yang menurut cerita
Bajenga tersebut, maka pada saat itu Sejarah bernama “jole-jolea (Bole-bolea)”.
disepakati untuk membuka perbendaharaan Dengan didampingi oleh bendera perang
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 107
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
yang berwarnah merah berkibar dengan Bukan hanya dalam perayaan Upacara
megahnya depan Balla Lompoa di Limbung Gaukang yang berlangsung meriah namun di
dimana berarti pula bahwa mulai saat itu tahun yang sama yakni pada tahun 2013 dan
semangat rakyat Limbung yang terkenal dan 2016 pihak keluarga dari kerajaan Bajeng
sekian lamanya terpendam da bersembunyi melakukan pemotongan sapi sebagai bentuk
bahkan tinggal menjadi sebutan saja, telah tanda syukur terhadap para leluhur dan
muncul dan bangkit kembali dalam dada dan pejuang terdahulu.
jiwa sebagai rakyat Limbung utamanya Kegiatan upacara Gaukang tu Bajeng
pemuda-pemuda dan sekaligus menandakan tidak hanya dilaksanakan di wilayah Balla
bahwa Limbung dengan rakyatnya siap dalam Lompoa semata. Akan tetapi, selang waktu 2
mempertahankan hak dan kebenaran (Arfah tahun sekali, benda- benda gaukang seperti
Muhammad, 1995) keris, poke tamannyala dan benda Gaukang
Peranan Batang Banoa dalam upacara lainnya akan di giring ke Bungung Barania.
Gaukang, sangatlah penting, Batang Banoa Hal ini berkaitan dengan sejarah pada
Appaka merupakan wakil rakyat Bajeng atau masa kerajaan bajeng, dimana saat masyarakat
legislative, sekaligus eksekutif di wilayah Bajeng ingin berperang, para kesatria Bajeng
kekuasaan Bajeng silam. Batang Banoa mandi terlebih dahulu di Bungung Barania
Appaka berarti empat daerah perkampungan agar para kesatria merasa lebih berani. Hal
dalam wilayah kerajaan Bajeng yang mewakili lain yang membedakan antara Upacara
seluruh daerah kekuasaan dalam wilayah Gaukang pada masa awal kemerdekaan
kerajaan Bajeng. Ke empat daerah dimaksud dengan masa sekarang adalah kurangnya
masing-masing Batang Banoa Limbung, kesadaran masyarakat dalam menjaga dan
Pammase, Mata Allo dan Ballo. Seperti merawat benda pusaka yang ada di Balla
halnya yang dilakukan Tuan Fukusima salah Lompoa. Warisan budaya bangsa adalah
seorang pimpinan tentara Jepang, ketika cermin tingginya peradaban bangsa.Dan salah
melihat tentara Belanda sudah memasuki satu ciri bangsa besar dan maju adalah bangsa
daerah pedesaan di kerajaan Gowa maupun yang mampu menghargai dan melestarikan
Sulawesi Selatan, Tuan Fukusima melakukan warisan budaya nenek moyang mereka.
pendekatan dengan anggota Batang Banoa Semakin banyak warisan budaya masa lampau
Appaka yang bisa digali dan dilestarikan, maka sudah
Jika pada masa awal kemerdekaan semestinyalah peninggalan budaya tersebut
upacara Gaukang tu Bajeng dilaksanakan semakin dihargai. Barulah disadari betapa
secara sederhana yakni berupa pengeluaran kaya dan melimpah ruahnya warisan budaya
benda pusaka dari kotak Gaukang, yang nenek moyang kita yang ternyata selama ini
hanya dihadiri oleh para Batang banoa dan terabaikan, terlantar dan tidak dipedulikan.
juga masyarakat setempat.Namun pada masa Penyebabnya bisa karena ketidaktahuan,
sekarang, kini kegiatan upacara Gaukang tu kurangnya kesadaran dan pemahaman akan
Bajeng dapat terlaksana lebih meriah. Seperti pentingnya warisan budaya, maupun karena
pada tahun 2013 dan 2016 kegiatan upacara ingin mendapatkan keuntungan pribadi
Gaukang tu Bajeng, Para Tamu yang hadir dengan mengoleksi atau
terdiri dari Tokoh- Tokoh adat, dan keluarga memperdagangkannya.
besar Kerajaan Bajeng yang memadati Balla Warisan atau khazanah budaya bangsa
Lompoa, di dalam dan di luar Kompleks, merupakan karya cipta, rasa, dan karsa
diawal dan diakhir acara dihibur dengan masyarakat di seluruh wilayah tanah air
Ganrang Pamanca, Ganrang Pakarena, Tari- Indonesia yang dihasilkan secara sendiri-
Tarian Salonreng, Tari 'Gandarang Bulo'. sendiri maupun akibat interaksi dengan
budaya lain sepanjang sejarah keberadaanya
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 108
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
dan terus berkembang sampai saat ini. juga benda – benda pusaka Gaukang tidak
Warisan budaya itu mencakup sesuatu yang lagi di giring ke Bungung Barania. Meskipun
berwujud seperti candi, istana, bangunan, demikian, mengingat besarnya perjuangan
tarian, musik, bahasa, manuskrip (naskah para pejuang terdahulu pada masa awal
kuno), dan yang tidak berwujud seperti kemerdekaan, sebagian masyarakat baik itu
filosofi, nilai, keyakinan, kebiasaan, konvensi, yang berada di luar wilayah Bajeng, seperti
adat-istiadat, etika dan lain sebagainya. Maros, Takalar dan wilayah lain, jika merasa
Sebagai sebuah negara yang kaya dengan sebagai bagian dari keluarga kerajaan Bajeng
warisan budaya, sudah sepatutnya pemerintah maka setiap tanggal 14- Agustus, mereka akan
dan seluruh warga negara Indonesia datang berkunjung ke Balla Lompoa untuk
berkomitmen untuk melestarikan warisan melaksanakan upacara Gaukang tu Bajeng,
yang sangat tinggi nilainya itu agar tidak meskipun tanpa mengenakan pakaian adat
musnah, hancur, lapuk, dipindahtangankan, (baju bodo).
ataupun hilang karena dicuri, dirampas baik
dengan terang-terangan maupun secara halus.
Namun, yang terjadi pada masyarakat justru b. Pandangan Masyarakat Bajeng Terhadap
mengabaikan dan tidak memperdulikan akan Upacara Gaukang
pentingnya pemeliharaan dan menghargai Tanggapan – tanggapan tentang dunia gaib
benda- benda pusaka. yang berasal dari nenek moyang serta yang
Pelaksanaan pengiringan benda – benda tampak pada berbagai upacara, diantaranya
Gaukang ke bungung Barania terhenti pada seperti upacara turun sawah, yang disebut
tahun 2013, hal ini dikarenakan terkendala Palili. Lukuh kerajaan diarak keliling yang
oleh dana dan juga hal- hal lain yang memang upacara- upacara tersebut dipimpin oleh
memberatkan untuk diadakannya pengiringan “puang matowa” dan pengkeramatan
benda pusaka ke bungung barania, harusnya terhadap benda-benda seperti “ Kalompoang”
dalam 2 tahun berselang benda pusaka akan atau “Gaukang” merupakan benda- benda
dibawa ke bungung Barania, rencananya akan pusaka kerajaan (ornament) yang dianggap
dilaksanakan pada tahun 2015 namun oleh masyarakat memiliki kekuatan
terhenti lagi, kemudian juga pada tahun 2017 supernatural.
juga terhenti. Selain itu kini dari tahun ke Berbagai pandangan masyarakat Bajeng
tahun benda-benda pusaka Gaukang sudah terhadap upacara Gaukang di Balla Lompoa,
semakin berkurang jumlahnya hal ini dimana dalam upacara tersebut mengandung
dikarenakan terlalu banyak yang pernah berbagai makna, pengibaran bendera pusaka
menangani, mereka yang tertarik untuk dan juga pencucian benda-benda kerajaan
mengambil benda –benda Gaukang ini yang diakhiri dengan membawa benda-benda
menjadi hak milik tidak segan- segan untuk pusaka tersebut ke bungung barania, dimana
mengambilnya dan menyimpannya menjadi sebagian masyarakat Bajeng mempercayai
koleksi pribadi. Sekarang hanya ada 4 – 6 bahwa dengan melaksanakan Upacara
benda pusaka yang tersisa saat upacara Gaukang ini para nenek moyang atau leluhur
Gaukang tu Bajeng dilaksanakan (dg.ngerang, kita terdahulu akan memberi berkat atau
2018.) restu terhadap kesuksesan dan keberhasilan
Berbeda dengan tahun 2013 dan 2016 dalam melaksanakan kegiatan misalnya saja,
perayaan upacara Gaukang tu Bajeng yang dalam pelaksanaan pesta pernikahan. Adapun
berlangsung lebih meriah. Pada tahun 2017 tanggapan masyarakat Bajeng terhadap
pelaksanaan upacara Gaukang tu Bajeng upacara Gaukang yang dilaksanakan di Balla
hanya diselenggerakan secara sederhana, Lompoa Limbung yaitu sebagai berikut:
tanpa adanya tari – tarian yang mengiringi dan
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 109
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
a. Menurut Syamsul Rijal Kepala seksi trantip Balla Lompoa, seiring berjalannya waktu
dan bagian keluarga besar dari kerajaan upacara Gaukang tu Bajeng pada masa
Bajeng, yang sekaligus sebagai salah satu sekarang dimanfaatkan sebagai upacara untuk
pelaksana dari upacara Gaukang menghormati dan mengenang para leluhur.
beranggapan bahwa Upacara Gaukang Masyarakat beranggapan bahwa Upacara
memang menjadi agenda tahunan yang Gaukang tu Bajeng merupakan upacara yang
digelar di Balla Lompoa Limbung yang wajib dihadiri oleh keluarga kerajaan Bajeng
dilaksanakan oleh masyarakat Bajeng(Rijal, dan masyarakat umum lainnya.
2018).
b. Menurut Syahrir Dg. Situru Staf
pemerintahan dan kepala lingkungan di
Kelurahan Limbung beranggapan bahwa
Upacara Gaukang ini dilaksanakan setiap
tanggal 14 Agustus , Upacara ini
dilaksanakan untuk mengenang jasa-jasa
para pahlawan, bahkan Upacara Gaukang DAFTAR PUSTAKA
ini dianggap sebagai upacara kemerdekaan
(Situru, 2018). Andaya, Y. L., 2013. Warisan arung Pallakka,
c. Menurut Muh. Kasir Dg. Nojeng Sejarah Sulawesi selatan abad ke 17.
beranggapan bahwa upacara Gaukang Makassar: Inninnawa.
terkait upacara kemerdekaan yaitu untuk Arfah Muhammad, d., 1995. Sejarah
memperingati Sejarah perjuangan bangsa, Perjuangan Bangsa di Daerah Sulawesi
dalam pelaksanaannya dikibarkan 3 Selatan. Ujung Pandang: Departemen
Bendera yaitu bendera pusaka, bendera pendidikan dan Kebudayaan.
kerajaan dan juga bendera perang. Upacara Arfah, M. d., 1993. Haji Andi Mappanyukki
Gaukang ini dihadiri oleh pemuka Biografi Pahlawan Haji Andi
masyarakat bahkan pernah juga dihadiri Mappanyukki, Sultan Ibrahim Profil
oleh pak Bupati (tanggal, 2018). Nasionalis dan Patriotik Sejati Yang
konsekuen terhadap Republi. Ujung
D. Kesimpulan Pandang: Departemen Pendidikan dan
Adapun Kesimpulan yang didapatkan kebudayaan..
dari pembahasan diatas diantaranya: benda Arief, A., 1995. Kamus Makassar Indonesia.
yang ditemukan secara ajaib dan dipandang Ujung Pandang: Kapita DDI Ujung
sebagai benda titisan dewata serta dipercaya Pandang.
memiliki atau mempunyai kekuatan ajaib Dg.Muang, M., 2018. Upacara Gaukang tu
yang menguasai alam dan manusia. Benda Bajeng [Interview] (12 April 2018).
tersebut berwujud seperti sepotong kayu, dg.ngerang, H. m., 2018.. Upacara Gaukang
sebuah gambar, sepotong besi, dan yang tu Bajeng [Interview] (16 05 2018.).
paling umum adalah berbentuk batu. Benda Dg.Nojeng, M., 2018. Wawancara tentang
itu kemudian dikenal dengan sebutan alat- alat yang digunakan saat Upacara
gaukang (bahasa Makassar) atau gaukeng Gaukang tu Bajeng [Interview] (03 mei
(bahasa Bugis). Gaukang ini oleh masyarakat 2018).
dipercaya sebagai pelindung jiwa masyarakat. Helius Sjamsuddin, 2012. Metodologi
Upacara Gaukang tu Bajeng pada masa Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
kemerdekaan dilatar belakangi karena Marhaeni, S. d., 2011. Accera Kalompoang:
ketertarikan Tuan Fukusima terhadap benda Studi Sejarah di Balla Lompoa di
– benda kerajaan Bajeng yang tersimpan di
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 110
JURNAL PATTINGALLOANG
©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 101-110 | 111