Anda di halaman 1dari 6

TEORI KONSUMSI DALAM SYARIAH ISLAM: SOLUSI OPTIMAL

Trisna Taufik Darmawansyah, S.Si, M.E


Shovy Ikhlasiyah
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Email: Shovyikhlasiyah09@gmail.com

Abstrak
Tujuan artikel ini adalah untuk menemukan solusi optimal dari permasalahan ekonomi, yang
mana berfokus pada konsep ekonomi Islam. Dalam kehidupan manusia, keinginan manusia
tidak terbatas, sedemikian sehingga berbagai macam upaya dilakukan untuk memuaskan
keinginan manusia yang cenderung ingin memenuhi semua keinginan yang ada dalam diri.
Padahal, tidak semua keinginan harus dipenuhi. Syariah Islam memiliki batasan dalam upaya
memenuhi keinginan manusia, baik dalam hal peralatan untuk memenuhi kebutuhan, dan
kebutuhan itu sendiri. Selanjutnya teori konsumsi Islam akan menjaga keberlangsungan
kehidupan manusia melalui pembatasan dalam konsumsi. Untuk mencapai tingkat optimalisasi
konsumen, seorang konsumen dibatasi oleh garis ganggaran dari pendapatannya atau berbagai
komoditas yang dapat dibelinya. Dengan demikian, kepuasan maksimum seorang konsumen
terjadi pada titik di mana terjadi persinggungan antara kurva indifference dengan budget line.
Konsumen akan memaksimalkan pilihannya dengan dua cara, yaitu memaksimalkan utility
function pada budget line tertentu dan meminimalkan budget line pada utility function tertentu.

Keyword: konsumsi, utilitas, optimal solution, dan corner solution.

Pendahuluan
Dalam kehidupan manusia, keinginan manusia tidak terbatas, sedemikian sehingga berbagai
macam upaya dilakukan untuk memuaskan kebutuhan manusia cenderung ingin memenuhi
semua kebutuhan yang ada pada diri. Naluri setiap manusia yaitu untuk memenuhi kebutuhan
hidup sesuai dengan keinginannya yang telah dibentuk dari mulai lahir sampai meninggal
dengan berbagai cara. Padahal tidak semua keinginan harus terpenuhi. Menurut Adiwarman A.
Karim (2007:51) dalam bukunya yang berjudul ekonomi mikro islami edisi ketiga menyatakan
bahwa teori kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa merupakan teori pokok
dalam analisis mikro ekonomi. Kepuasan konsumsi merupakan bagian dari teori perilaku
konsumen. Seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa sehingga memperoleh
kepuasan selalu menggunakan kerangka rasionalitas. Sehingga manusia rasional adalah
manusia yang berusaha mencapai kepuasan maksimum dalam kegiatan konsumsinya. Perilaku
rasional mempunyai dua makna yaitu metode dan hasil. Dalam makna metode, perilaku
rasional berarti tindakan yang dipilih berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan berdasarkan
kebiasaan, prasangka atau emosi. Sedangkan dalam makna hasil, perilaku rasional berarti
tindakan yang benar-benar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam ekonomi
konvensional, konsumen diasumsikan bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam
kegiatan konsumsinya. Utility secara bahasa berarti berguna (usefulness), membantu
(helpfulness) atau menguntungkan (advantage). Teori perilaku konsumen yang dibangun
berdasarkan syariah Islam, memiliki perbedaan yang mendasar dengan teori konvensional.
Perbedaan ini menyangkut nilai dasar yang menjadi pondasi teori, motif dan tujuan konsumsi,
hingga teknik pilihan dan alokasi anggaran untuk berkonsumsi. Perilaku konsumsi berdasarkan
syariah Islam selalu berpedoman pada ajaran Islam. Menurut Adiwarman A. Karim (2007) di
antara ajaran yang penting yang berkaitan dengan konsumsi, misalnya perlunya
memperhatikan orang lain. Dalam hadits disampaikan bahwa setiap muslim wajib membagi
makanan yang dimasaknya kepada tetangganya yang merasakan bau dari makanan tersebut.
Selanjutnya juga, diharamkan bagi seorang muslim hidup dalam keadaan serba berkelebihan
sementara ada tetangganya yang menderita kelaparan. Hal lain adalah tujuan konsumsi itu
sendiri, dimana seorang muslim akan lebih mempertimbangkan maslahah daripada utilitas.
Fungsi dan Peningkatan Utilitas
Menurut M. Nur Rianto Al Arif & Dr. Euis Amalia (2010:64) dalam teori fungsi utility
digunakan tiga aksioma pilihan rasional :
a. Completeness, yaitu bahwa setiap individu dapat menentukan yang disukainya diantara
2 pilihan
b. Transitivity, yaitu bahwa jika individu mengatakan a lebih disukai daripada b dan b
lebih disukai dari pada c, maka a lebih disukai daripada c
c. Continuity, yaitu jika a lebih disukai daripada b maka keadaan yang mendekati a juga
lebih disukai daripada b
Ketiga asumsi ini diterjemahkan dalam bentuk geometris yang dinamakan indefference
curve (IC). IC adalah kurva yang melambangkan tingkat kepuasan konstan atau sebagai tempat
kedudukan masing-masing titik yang melambangkan kombinasi 2 macam komoditas atau
berbgai macam komoditas yang memberikan tingkat kepuasan sama. Utility map untuk dua
barang inilah yang digambarkan dengan grafik dua dimensi dengan sumbu x dengan barang
yang disukai dan sumbu y sebagai barang lain yang disukai. (M. Nur Rianto Al Arif & Dr. Euis
Amalia., hal 64-65).
Solusi Optimal
Sesuai dengan asumsi rasionalitas, maka konsumsi seorang muslim akan selalu bertindak
rasional. Oleh karena itu, pengambilan keputusan dari seorang konsumen senantiasa
didasarkan pada perbandingan antarberbagai preferensi, peluang, dan manfaat serta madharat
yang ada. Konsumen yang rasional selalu berusaha menggapai preferensi tertinggi dari segenap
peluang dan manfaat yang tersedia. Konsumen yang rasional berarti konsumen yang memilih
suatu kombinasi komoditas yang akan memberikan tingkat utilitas paling besar. Utilitas disini
juga meliputi maslahat dan madharat yang ditimbulkan dari mengonsumsi komoditas tersebut.
Kombinasi konsumsi yang dapat memberikan kepuasan konsumen Muslim secara maksimal
yang merupakan optimalitas atau titik bagi optimal bagi konsumen. Untuk mencapai tingkat
optimalisasi konsumen, seorang konsumen dibatasi oleh garis ganggaran dari pendapatannya
atau berbagai komoditas yang dapat dibelinya. Secara matematis optimisasi konsumen dapat
diformulasikan sebagai berikut:
𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑥 𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑦
=
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦
𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑥
=
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑦 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦
𝑀𝑈 𝑃
=
𝑀𝑈 𝑃

Dengan demikian, kepuasan maksimum seorang konsumen terjadi pada titik di mana terjadi
persinggungan antara kurva indifference dengan budget line. Konsumen akan memaksimalkan
pilihannya dengan dua cara:
1. Memaksimalkan utility function pada budget line tertentu
Jumlah barang X Jumlah barang Y
Kombinasi barang Pengeluaran total
yang dikonsumsi yang dikonsumsi
B 20 30 $80
R 20 20 $60
S 10 30 $70
Tabel 1 Maksimalisasi Utility Function pada Budget Tertentu

Dengan tingkat pengeluaran tertentu yaitu $80, maka kombinasi barang B lebih baik daripada
kombinasi R dan S. Kombinasi B lebih baik daripada R karena dapat mengonsumsi barang Y
lebih banyak; dari segi total pengeluaran pun terlihat bahwa masih ada yang tidak
termanfaatkan sebesar $20. Kombinasi B tlebih baik daripada kombinasi S karena dapat
mengonsumsi barang X lebih banyak; dari segi total pengeluaran pun terlihat bahwa masih
ada yang tidak termanfaatkan sebesar $10.

Gambar 1 Optimalisasi Konsumsi dengan Memaksimalkan Penggunaan Budget Line

Pada kurva IC dan IC’, anggaran yang tersedia untuk mengonsumsi barang halal x dan y
belum sepenuhnya dimanfaatkan atau masih adanya anggaran yang idle. Titik A merupakan
titik equilibrium dari tingkat kepuasan optimal yang dapat dicapai oleh konsumen. Pada titik
ini kurva IC” yang mempunyai tingkat kepuasan tertinggi bersinggungan dengan garis
anggaran (budget line).
2. Meminimalkan budget line pada utility function tertentu
Jumlah barang X Jumlah barang Y
Kombinasi barang Pengeluaran total
yang dikonsumsi yang dikonsumsi
B 20 30 $80
T 20 30 $90
Tabel 2 Minimalisasi Budget Line pada Utility Function tertentu

Untuk mengonsumsi 20X dan 30Y cukup diperlukan uang $80. Oleh karenanya kombinasi
B lebih baik daripada kombinasi T, karena untuk mendapatkan T ia harus membayar lebih
mahal untuk jumlah barang yang sama.
Untuk mengonsumsi barang x dan y dengan tingkat kepuasan yang sama, seorang
konsumen mempunyai beberapa alternatif garis anggaran yang dibutuhkan. Dengan
demikian, optimalisasi konsumen akan terbentuk berada pada budget line paling kecil
untuk mendapatkan kepuasan yang sama.

Gambar 2 Optimalisasi Konsumsi dengan Meminimalkan Budget Line

Corner Solution untuk Pilihan Halal-Haram


Pilihan antara barang halal dan haram dapat digambarkan dengan utility function yang
mangkuknya terbuka kearah kiri atas, bila kita gambarkan sumbu x sebagai barang haram, dan
sumbu y sebagai barang halal, seperti pada gambar 3 dalam gambar ini menyatakan, pergerakan
utility function ke kiri atas menunjukkan semakin banyak barang halal yang dikonsumsi dan
semakin sedikit barang haram yang dikonsumsi. Semakin banyak barang yang halal erarti
menambah utulity sedangkan semakin sedikit barang yang haram berarti mengurangi disutility.
Keadaan ini akan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Bentuk utility function yang demikian tidak memungkinkan terjadinya persinggungan
(tangency) antara utility function dengan budget line. Keadaan ini terjadi karena marginal rate
of subtitution (MRS) untuk barang halal selalu lebih kecil dibangdingkan slope budget line,
maka pilihan optimal bagi konsumen adalah mengalokasikan seluruh incomenya untuk
membeli barang halal. Jadi berbeda dengan bentuk indefference curve barang halal-haram yang
convex dan slope-nya negatif, yaitu turun dari kiri atas ke kanan bawah. Sedangkan
indefference curve barang halal-haram dengan sumbu x sebagai barang haram dan sumbu y
sebagai barang halal, bentuknya convex dan slope-nya positif, yaitu naik dari kiri bawah ke
kanan atas.
Konsumen meningkatkan utilitynya dengan terus mengurangi konsumsi barang haram
untuk mendapatkan lebih banyak barang halal, sampai pada titik di mana ia tidak dapat lagi
melakukannya yaitu pada saat seluruh incomenya habis digunakan untuk membeli barang
halal. Ini yang disebut corner solution.

Gambar 3 Corner Solution untuk Pilihan Halal-Haram dengan Maksimalisasi Utility Function

Corner solution dapat juga terjadi pada pilihan barang halal X dan barang halal Y, jika MRS
barang-barang halal tersebut selalu lebih kecil atau selalu lebih besar dibandingkan slope
budget linenya. Misalnya, corner solution terjadi untuk barang yang perfect substitution. Bentu
utulity function untuk dua barang yang perfect substitution adalah berupa garis lurus, sehingga
tidak ada kemungkinan terjadi persinguungan (tangency) dengan budget line. Untuk kasus
perfect substitution diminishing retes of MRS tidak terpenuhi. Bila slope utility function lebih
curam dibandingkan slope budget linenya maka corner solution akan terjadi pada garis sumber
horizontal x. Sedangkan bila slope utulity function lebih landai dibandingkan slope budget
linenya, maka corner solution akan terjadi pada garis sumbu vertikal Y.
Corner solution tidak hanya terjadi pada keadaan halal-haram atau perfect substitution
saja, ia juga dapat terjadi pada indefference curve yang “not strongly convex”. Secara grafis
hal ini digambarkan dengan bentuk kurva konveks yang kecembungannya begitu tipis sehingga
hampir menyerupai garis lurus. Jadi dalam hal ini diminishing rates of MRS terpenuhi yaitu
utility function yang berbentuk konveks dari kiri atas ke kanan bawah. Namun, karena slopenya
dimulai di kiri atas dengan slope yang lebih kecil dari slope budget linenya, maka kedua slope
itu tidak pernah bersinggungan.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari setiap konsumen (manusia)
adalah untuk memperoleh kepuasan (utility) yang optimum. Tetapi, terdapat kendala yaitu
kemampuan konsumen dalam membeli barang/jasa yang diinginkan.
Seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa sehingga memperoleh
kepuasan selalu menggunakan kerangka rasionalitas. Dalam makna hasil, perilaku rasional
berarti tindakan yang benar-benar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Pengambilan keputusan dari seorang konsumen senantiasa didasarkan pada
perbandingan antar berbagai preferensi, peluang dan manfaat serta madharat yang ada. Dengan
demikian, kepuasaan maksimum seorang konsumen terjadi pada titik dimana terjadi
persinggungan antara kurva indifference dengan budget line.

Referensi
Al Arif, M. Nur Rianto dan Amalia, Euis. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta:Kencana, 2010
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami Edisi ketiga. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,
2007
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam Edisi kelima. Jakarta: PTRaja Gravindo Persada,
2007

Anda mungkin juga menyukai