Burial History atau sejarah pemendaman adalah ilmu geologi yang mempelajari tentang
bagaimana cekungan sedimen terbentuk yang terdiri dari beberapa litologi yang berbeda dan
terendapkan dalam interval waktu yang berbeda pula. Ketebalan sedimen yang terbentuk
dipengaruhi oleh kompaksi, pelepasan air, penurunan porositas dan sementasi. Sebuah burial
history biasanya memiliki celah atau gap dalam catatan stratigrafi, baik karena kurangnya
pengendapan atau karena erosi. Kesenjangan dalam urutan batuan sedimen adalah hiatus, dan
proses erosi sebagian atau seluruhnya dapat menghapus beberapa lapisan. Seringkali sulit untuk
merekonstruksi apa yang telah terkikis, khususnya, proses erosi regional menyulitkan
menemukan tempat-tempat di mana informasi ketebalan yang terawetkan. (Wangen, 2010)
Porositas adalah persentase kemampuan batuan untuk menampung air atau fluida.
Sedimen memiliki porositas yang tidak konstan bahkan litologi yang sama pun menunjukkan
perbedaan porositas. Tetapi yang pasti porositas menurun seiring dengan bertambahnya
kedalaman pemendaman dan waktu pemendaman. Penurunan porositas dikarenakan dua
proses yaitu diagenesis dan kompaksi mekanik. Proses diagenesis adalah saat sedimen terkubur
di dalam tanah dengan tekanan dan temperature yang cukup untuk terlitifikasi dengan cara
adanya semen yang mengisi pori-pori sedimen akibat tekanan dan temperature tersebut.
Sedangkan proses kompaksi mekanik ketika sedimen terlitifikasi akibat pertambahan beban
diatasnya. Berkurangnya porositas berdampak pada ketebalan lapisan sedimen yang akan
semakin menipis karena tidak adanya rongga-rongga karena telah terkompaksi
Data burial history yang dibutuhkan dalam input data geologi adalah:
1. Umur Batuan
Model kematangan membutuhkan umur dan ketebalan yang spesifik untuk semua unit batuan
yang diendapkan berdasarkan pada interval waktu yang dimodelkan. Umur untuk batuan
sedimen yang masih ada dan telah menjadi sampel pada singkapan atau di dalam sumur
biasanya didapatkan dari mikropalaeontologi dan biasanya penentuan umur akan menunjukkan
angka yang pasti (benar). Data radiometri dari batuan vukanik juga berguna. Ketidak-akuratan
data pada umur batuan jarang akan berdampak pada hasil model tingkat kematangan.
(Waples,1992)
2. Kedalaman Air
Pada dasarnya, perhitungan kematangan dapat dilakukan tanpa harus mengetahui kedalaman
air. Tetapi beberapa program software meminta pengguna untuk memasukkan data kedalaman
air, yang berguna untuk dua hal. Pertama, kedalaman air memepengaruhi temperature pada
pertemuan antara sedimen dengan air, yang seharusnya dianggap sebagai temperature
permukaan pada perhitungan temperature. Kedua, inklusi pada kedalaman air
menginformasikan suatu gambaran ploting sejarah geologi (geohistory) (van Hinte, 1978).
Kedalaman air biasaynya didapatkan melalui data mikropaleontologi dan juga data sejenis yang
ditunjukkan pada kisaran yang luas. Perbedaan antara ploting burial history dengan geohistory
adalah ketidak-hadiran melawan kehadiran dari factor air.
3. Ketebalan Batuan
Ketebalan batuan dipengaruhi oleh beberapa factor seperti kompaksi, pelepasan air, penurunan
porositas, dan sementasi. Porositas sedimen pada tidak konstan melalui ruang dan waktu.
Bahkan pada litologi yang sama, dapat memiliki penyebaran yang luas dalam porositas, tetapi
litologi memiliki kesamaan bahwa porositas umumnya menurun seiring waktu dan kedalaman.
Ada dua proses utama yang mengurangi porositas, yaitu pemadatan mekanik dan diagenesis.
Sedimen yang berada di lapisan teratas dan belum terlitifikasi secara mekanik dibawah
peningkatan berat sedimen yang diendapkan. Ketika sedimensedimen terkubur sampai ke
kedalaman suhu yang cukup tinggi, mereka ditenagai oleh proses-proses diagenesa yang
mengisi ruang pori dengan semen. Hilangnya ruang pori menyebabkan pengurangan ketebalan
lapisan dan pemadatan. (Wangen, 2000)
Konsep fisika dasar yang digunakan pada sejarah pemendaman ini adalah
penghitungan porositas suatu material yang dalam kasus ini adalah porositas lapisan batuan
sedimen. Rumus menghitung porositas adalah:
Referensi:
Wangen, Magnus. Physical Principles of Sedimentary Basin Analysis. 2010. New York:
Cambridge University Press.
Guidish, et al. (1985). Basin Evaluation Using Burial History Calculation : an Overview.
The American Association of Petroleum Geologist Bulleti V. 69 No. 1, P. 92-105.
Roberts, Laura N.R., Lewan, Michael D., Finn, Thomas M. Burial History, Thermal
Maturity, and Oil and Gas Generation History of Petroleum Systems in the Southwestern
Wyoming Province, Wyoming, Colorado, and Utah. 2005. Denver: U.S. Geological Survey