Anda di halaman 1dari 4

 Terapi Farmakologi Angular Cheilitis

1. Chlorhexidin (Putri)
2. Vaseline Album

Vaselin merupakan petroleum jelly. Vaselin putih merupakan campuran


yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak
bumi dan keseluruhan/hampir keseluruhan dihilangkan warnanya. Dapat
mengandung zat penstabil yang sesuai. (FI IV, 1995). Sediaan vaselin album
berupa topikal (salep). Bahan dasar vaselin album berupa hidrokarbon. Dasar
salep ini dikenal sebagai dasar salep golongan lemak mineral diperoleh dari
minyak bumi. titik cair sekitar 10-50°C, mengikat 30% air, tidak berbau,
transparan, konsistensi lunak. Hanya sejumlah kecil komponen air dapat
dicampurkan ke dalamnya. Sifat dasar salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak
mengering dan tidak berubah dalam waktu lama. Dalam hal kelarutan, tidak larut
dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P; dalam eter P dan
dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah.
(Yahendri, 2012)

Kegunaan vaselin album hanya sebagai zat tambahan atau dasar salep untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup.
Kerugian yang dihasilkan sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada
pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon
jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan
lotion. (Yahendri, 2012)

Indikasi
Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik),
termasuk likenifikasi, hiperkeratosis dan dermatosis dengan skuama berlapis, pada
ulkus yang telah bersih (Yahendri, 2012)
Kontraindikasi
Tidak dipakai pada radang akut, terutama dermatosis eksudatif karena
tidak dapat melekat, juga pada daerah berambut dan lipatan karena menyebabkan
perlekatan. (Yahendri, 2012)

Mekanisme kerja
Secara umum, sediaan topikal bekerja melalui 3 jalur. Perbedaan
mekanisme kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak dan larut
dalam air. Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di
atas permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan
dasar hidrokarbon digunakan sebagai penutup guna melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi. (Yahendri, 2012)

 Terapi non farmakologi angular cheilitis


1. Menjaga kebersihan rongga mulut, dapat juga dilakukan dengan
berkumur-kumur menggunakan air garam hangat atau obat kumur
2. Menghindari stress
3. Mengkonsumsi nutrisi yang sehat seimbang, terutama yang mengandung
vitamin B12, asam folat dan zat besi, serta cukup hidrasi.
4. Kontrol ke dokter gigi secara berkala diperlukan apabila terdapat keluhan
kembali atau untuk mencegah kekambuhan.

 Terapi non farmakologi epilepsi


1. Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi
kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
2. Pembedahan, merupakan opsi pada pasien yang tetap mengalami kejang
meskipun sudah mendapat lebih dari 3 agen antikonvulsan, adanya
abnormalitas fokal, lesi epileptik yang menjadi pusat abnormalitas epilepsi
(Ikawati, 2011).
3. Diet Ketogenik, yaitu diet tinggi lemak, cukup protein, dan rendah
karbohidrat, yang akan menyediakan cukup protein untuk pertumbuhan,
terapi kurang karbohidrat untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Dengan
demikian tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi, yang
pada gilirannya akan menghasilkan senyawa keton. Mekanisme diet
ketogenik sebagai antiepilepsi masih belum diketahui secara pasti, namun
senyawa keton ini diperkirakan berkontribusi terhadap pengontrolan
kejang. Adanya senyawa keton secara kronis akan memodifikasi siklus
asam trikarbosilat untuk meningkatkan sintesis GABA di otak, mengurangi
pembentukan reactive oxigene species (ROS), dan meningkatkan produksi
energi dalam jaringan otak. Selain itu, beberapa aksi penghambatan syaraf
lainnya adalah peningkatan asam lemak tak jenuh ganda yang selanjutnya
akan menginduksi ekspresi neural protein uncoupling (UCPs), meng-
upregulasi banyak gen yang terlibat dalam metabolisme energi dan
biogenesis mitokondria. Efek-efek ini lebih lanjut akan membatasi
pembentukan ROS dan meningkatkan produksi energi dan hiperpolarisasi
syaraf. Berbagai efek ini secara bersama-sama diduga berkontribusi
terhadap peningkatan ketahanan syaraf terhadap picuan kejang (Ikawati,
2011).
Daftar Pustaka

Bachrudin, Fatima Siti Maulidya, dkk. Tatalaksana Lesi Oral pada Anak Laki-laki
Usia 9 Tahun Halaman 238. Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran.

Revuz, J., et. al. 2009. Life Threatening Dermatoses and Emergencies in

Dermatology. Berlin: Springer.

Yagiella, John A., et al. 2011. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry.Sixth

Edition. Mosby Elsevier : St. Louis, Missouri

Yahendri dan Yenny SW. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam

Dermatologi. Edisi 6, Padang.

http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65166/potongan/S1-2013-284634-

chapter1.pdf diakses pada tanggal 7 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai