Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk
memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperients dan aperitive. 1
2. Mekanisme Kerja Laksatif
Mekanisme pencahar yang sepenuhnya masih belum jelas, namun secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut : 6
a. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat massa,
konsistensi, dan transit feses bertambah.
b. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada mukosa kolon dalam
menurunkan absorbs NaCl dan air
c. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat menurunnya absorbs
garam dan air yang selanjutnya mengubah waktu transit feses.
Gambar 1. Gambar Mekanisme Kerja Laksatif
3. Klasifikasi laksatif
a. Bulk Laxatives atau Laksatif Pembentuk Massa
Bulk laxative digunakan bila diet tinggi serat tidak berhasil menangani
konstipasi. Obat golongan merupakan obat yang berasal dari alam atau dibuat secara
semisintetik. Bulk laxative seperti metilselulosa, natrium karboksilmetilselulosa,
kalsium polikarbofil dan psyllium adalah polisakarida atau derivat selulosa yang
menyerap air ke dalam lumen kolon dan meningkatkan massa feses dengan menarik
air dan membentuk suatu hidrogel sehingga terjadi peregangan dinding saluran
cerna dan merangsang gerak peristaltik. Hal tersebut akan menstimulasi motilitas
dan mengurangi waktu transit feses di kolon. Rasa kembung dan frekuensi flatus
mungkin meningkat. Namun, laksatif ini cukup aman digunakan dalam jangka
panjang. Pada penggunaan laksatif ini, asupan cairan yang adekuat sangat
diperlukan, jika tidak akan dapat menimbulkan dehidrasi. 4,5,6,7,8,9
Pada pasien yang tidak bereaksi terhadap terapi tunggal bulk laxatives,
pilihan selanjutnya adalah dengan menambahkan laksatif jenis lain. Setiap jenis
laksatif memiliki mekanisme tersendiri. Berikut akan dijelaskan mengenai macammacam laksatif pembentuk massa: 6,7,8
1) Metilselulosa
Obat ini diberikan secara oral, tidak diabsorbsi melalui slauran cerna
sehingga diekskresi melalui tinja. Dalam cairan usus, metilselulosa akan
mengembang membentuk gel emolien atau larutan kental, yang dapat
melunakkan tinja. Mungkin residu yang tidak dicerna merangsang peristaltik
usus secara refleks. Efek pencahar diperoleh setelah 12-24 jam, dan efek
maksimal setelah beberapa hari pengobatan. Obat ini tidak menimbulkan efek
sistemik.7,8 Tetapi pada beberapa pasien bisa terjadi obstruksi usus atau esofagus,
oleh karena itu metilselulosa tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan
mengunyah.6
Metilselulosa digunakan untuk melembekkan feses pada pasien yang tidak
boleh mengejan, misalnya pasien dengan hemoroid. Sediaan adalam bentuk
bubuk atau granula 500 mg, tablet atau kapsul 500 mg. Dosis anak 3-4 kali 500
mg / hari, sedangkan dosis dewasa 2-4 kali 1,5 g / hari.6
2) Natrium karboksimetilselulosa
Obat ini memiliki sifat-sifat yang sama dengan metilselulosa, hanya saja
tidak larut dalam cairan lambung dan bisa digunakan sebagai antasid. 8 Sediaan
dalam bentuk tablet 0,5 g dan 1 g, atau kapsul 650 mg. Dosis dewasa adalah 3-6
g.6
3) Psilium (Plantago)
Psilium sekarang telah digantikan dengan preparat yang lebih murni dan
ditambahkan musiloid, yaitu merupakan substansi hidrofilik yang membentuk
gelatin bila bercampur dengan air; dosis yang dianjurkan 1-3 kali 3-3,6 g sehari
dalam 250 ml air atau sari buah. Pada penggunaan kronik, psilium dikatakan
dapat menurunkan kadar kolesterol darah karena mengganggu absorbsi asam
empedu.6,7
4) Agar-agar
Merupakan koloid hidrofil, kaya akan hemiselulosa yang tidak dicerna dan
tidak diabsorbsi. Dosis yang dianjurkan ialah 4-16 g. Agar-agar yang biasa
dibuat merupakan pencahar massa yang muda didapat. Dosis dewasa 4-16 g.6
5) Polikarbofil dan kalsium polikarbofil
Merupakan poliakrilik resin hidrofilik yang tidak diabsorbsi, lebih banyak
mengikat air dari pencahar pembentuk massa lainnya. 8 Polikarbofil dapat
mengikat air 60-100 kali dari beratnya sehingga memperbanyak massa tinja.
Preparat ini mengandung natrium dalam jumlah kecil. Dalam saluran cerna
kalsium polikarbofil dilepaskan ion Ca2+, sehingga tidak boleh diberikan pada
pasien dengan pembatasan asupan kalium. Dosis dewasa 1-2 kali 1000 mg /
hari, maksimum 6 g / hari, disertai air minum 250 ml.6
b. Laksatif Emolien
Laksatif ini sering digunakan sebagai adjuvan dari bulk atau stimulant
laxatives. Laksatif ini dapat ditolerensi tubuh dengan baik.4
Obat yang termasuk golongan ini memudahkan defekasi dengan jalan
melunakkan feses tanpa merangsang peristaltik usus, baik secara langsung maupun
tidak langsung.8 Berikut adalah macam-macam laksatif emolien: 6,7,8
1) Zat Penurun Tegangan Permukaan (Surface Active Agent)
Obat yang termasuk golongan ini adalah dioktilnatrium sulfosuksinat dan
parafin.
a) Dioktilnatrium Sulfosuksinat
Cara kerja dioktilnatrium sulfosuksinat adalah dengan menurunkan
tegangan sehingga memepermudah peneterasi air dan lemak ke dalam masa
tinja. Tinja menjadi lunak setelah 24-48 jam.6,7
Sediaan dalam tablet 50-300 mg, suspensi 4 mg / ml. Dosis untuk anak
10-40 mg / hari, sedangkan dosis untuk dewasa adalah 50-500 mg / hari.
Penggunaan bisa mengakibatkan efek samping berupa kolik usus, bahkan
muntah dan diare. Dioktilnatrium sulfosuksinat juga bersifat hepatotoksik.6
b) Parafin Cair (Mineral Oil)
Adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak bumi.
Setelah minum obat ini, maka tinja akan menjadi lunak disebabkan
berkurangnya reabsorbsi air dari tinja. Parafin cair tidak dicerna di dalam
usus dan hanya sedikit yang diabsorbsi. Yang diabsorbsi ditemukan pada
limfonosi mesenterik, hati, dan limpa.6,7,8
Dosis yang dianjurkan untuk dewasa adalah 15-30 ml / hari. Kebiasaan
menggunakan parafin cair akan mengganggu absorbsi zat larut lemak,
misalnya absorbsi karoten menurun 50%, juga absorbsi vitamin A dan D
akan menurun. Absorbsi vitamin K menurun akibat hipoprotrombinemia;
dan juga dilaporkan terjadinya pneumonia lipid. Obat ini juga memiliki efek
samping berupa pruritus ani, menyulitkan penyembuhan pascabedah
anorektal, dan bisa menyebabkan perdarahan. Jadi untuk penggunaan kronik,
obat ini tidak aman.6
c) Minyak Zaitun
Minyak zaitun yang dicerna akan menurunkan sekresi dan motilitas
lambung dan juga bisa merupakan sumber energi. Dosis yang dianjurkan
sebanyak 30 mg.6
c. Laksatif Stimulan (Perangsang)
fenolftalein
dapat
bertahan
lama
karena
mengalami
sirkulasi
dosis besar, akan ditemukan dalam bentuk utuh dalam urin, dan pada suasana
alkali akan menyebabkan urin dan tinja berwarna merah. Ekskresi melalui ASI
sangat kecil sehingga tidak akan mempengaruhi bayi yang sedang disusui.4,5,6
Sediaan dalam bentuk tablet 125 mg, dosis 60-100 mg. Fenolftalein
relatif tidak toksik untuk pengobatan jangka pendek, tetapi dosis yang
berlebihan akan meningkatkan kehilangan elektrolit. Bisa menyebabkan reaksi
alergi. Efek pencahar akan terlihat setelah 6-8 jam.6
Namun penggunaan fenilptalein sudah dilarang karena bersifat
karsinogen.7
b) Bisakodil
Pada penelitian pada tikus, bisakodil mampu dihidrolisis menjadi
difenol di usus bagian atas. Difenol yang diabsorbsi mengalami konjugasi di
hati dan dinding usus. Metabolit akan diekskresi melalui empedu, dan
selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi difenol yang akan merangsang
motilitas usus besar.6,7
Sediaan berupa tablet bersalut enteral 5 mg dan 10 mg. Sediaan
supositoria 10 mg. Dosis dewasa 10-15 mg, dosis anak 5-10 mg. Efek samping
berupa kolik usus dan perasaan terbakar pada penggunaan rektal. Efek
pencahar akan terlihat setelah 6-12 jam, sedangkan pada pemberian rektal efek
pencahar terlihat setelah setengah sampai satu jam. Pada pemberian oral,
bisakodil diabsorbsi kira-kira 5% dan diekskresi bersama urin dalam bentuk
glukuronid, tetapi ekskresi utama adalah di dalam tinja.6
c) Oksifenisatin asetat
Bagaimana respon tubuh terhadap oksifenisatin asetat mirip dengan
bisakodil. Efek pencaharnya tidak melebihi bisakodil. Obat ini jarang
digunakan karena dapat menimbulkan hepatitis dan ikterus.4,5,7
Sediaan berupa tablet 5 mg atau sirup 5 mg / 5 ml, supositoria 10 mg.
Dosis dewasa oral 4-5 mg, per rektal 10 mg. Sedangkan untuk anak per oral 12 mg. Efek samping bisa berupa hepatitis, ikterus, dan reaksi alergi. Efek
pencahar setelah 6-12 jam kemudian.6
3) Antrakinon
Efek pencahar golongan ini bergantung pada antrakinon yang dilepaskan
dari ikatan glikosidanya. Efek pencahar antrakinon timbul setelah 6 jam. Setelah
pemberian oral sebagian akan diabsorbsi dalam bentuk glikosidanya. Sebagian
glikosida dihidrolisis oleh enzim flora usus menjadi antrakinon dan bekerja
sebagai pencahar di kolon. Efek antrakinon yang tidak diinginkan adalah efek
pencahar yang berlebihan. Zat aktif bisa ditemukan pada ASI sehingga bisa
mempengaruhi bayi yang disusui. Melanosis kolon bisa terjadi, namun bisa
menghilang dengan penghentian pemakaian obat selama 4-12 bulan.4,6,7
a) Kaskara Sagrada
Berasal dari kulit pohon Rhamnus purshiana. Sediaan dalam bentuk
sirup, eliksir, tablet 125 mg. Dosis 2-5 mL, dosis 100-300 mg. Efek samping
adalah pigmentasi mukosa kolon. Zat aktif bisa ditemukan pada ASI. Efek
pencahar bisa telihat setelah 8-12 jam.6
b) Sena
Berasal dari daun atau buah Cassia acutifolia atau Cassia angustifolia,
terdapat zat aktif senosida A dan B. Sebagian antrakinon yang diabsorbsi akan
diekskresi melalui ginjal dengan warna kuning sampai merah bila suasana urin
alkali.4,7
Sediaan berupa sirup dan eliksir, dosis 2-4 ml. Sediaan juga da dalam
bentuk tablet 280 mg, dosis 0,5-2 g. Efek samping pada penggunaan lama akan
menyebabkan kerusakan neuron mesenterik. Efek pencahar akan terliaht
setelah 6 jam.6
c) Dantron (Dihidroksiantrakinon)
Dantron leboh banyak mengandung antrakinon bebas daripada bentuk
glikosidanya. Sediaan dalam tablet 75 mg, dosis 75-150 mg. Efek pencahar
akan terlihat seteah 6-8 jam.6
d. Laksatif Osmotik
Laksatif yang termasuk golongan ini adalah garam-garam anorganik (yang
tersusun oleh magnesium) dan alkohol organik atau gula seperti laktulosa dan
polyethylene glycol (PEG). . Laksatif jenis ini bekerja dengan cara mempertahankan
air tetap berada dalam saluran cerna sehingga terjadi peregangan pada dinding usus,
yang kemudian merangsang pergerakan usus (peristaltik). Laksatif jenis ini adalah
preparat yang sangat lambat diserap bahkan tidak diserap, sehingga terjadi sekresi
air ke dalam intestinum untuk mempertahankan isotonisitas yang sama dengan
plasma. Beberapa pilihan laksatif salin adalah garam-garam seperti magnesium
hidroksida, magnesium sulfat, magnesium sitrat, sodium fosfat, dan sodium sulfat.
Beberapa jenis Laksatif Osmotik: 5,6,7
1) Garam Magnesium (MgSO4 atau Garam Inggris)
Diabsorbsi melalui usus kira-kira 20% dan dieksresikan melalui ginjal. Bila
fungsi ginjal terganggu, garam magnesium berefek sistemik menyebabkan
dehidrasi, kegagalan fungsi ginjal, hipotensi, dan paralisis pernapasan. Jika terjadi
hal-hal tersebut, maka harus diberian kalsium secara intravena dan melakukan
napas buatan. Garam magnesium tidak boleh diberikan pada pasien gagal ginjal.5,6
Sediaan yang ada misalnya adalah magnesium sulfat dalam bubuk, dosis
dewasa 15-30 g; efek pencahar terlihat setelah 3-6 jam. Magnesium oksida dosis
dewasa 2-4 g; efek pencahar terliaht seteah 6 jam.6
Walaupun garam magnesium bekerja secara lokal di traktus gastrointestinal,
efek farmakologisnya pun mungkin disebabkan oleh pelepasan hormon seperti
kolesistokinin suatu hormon yang merangsang pergerakan usus besar dan sekresi
cairan.atau pengaktifan sintesa nitrit oksida. Senyawa ini dapat diminum ataupun
diberikan secara rektal.6,7
2) Laktulosa
Merupakan suatu disakarida semisintetik yang tidak dipecah oleh enzim
usus dan tidak diabsorbsi di usus halus. Laktulosa tersedia dalam bentuk sirup.
Obat ini diminum bersama sari buah atau air dalam jumlah cukup banyak. Dosis
pemeliharaan harian untuk mengatasi konstipasi sangatlah bervariasi, biasanya 710 g dosis tunggal maupun terbagi.6,7
Kadang-kadang dibutuhkan dosis awal yang lebih besar, misalnya 40 g dan
efek maksimum laktulosa mungkin terlihat setelah beberapa hari. Untuk keadaan
hipertensi portal kronis dan ensefalopati hepar, dosis pemeliharaan biasanya 3-4
kali 20-30 g (30-45 ml) laktulosa sehari; dosis ini disesuaikan dengan defekasi 23 kali sehari dan tinja lunak, serta pH 5,5. Laktulosa juga dapat diberikan per
rektal.6
Laktulosa adalah jenis gula yang tidak banyak diserap, seperti galaktosafruktosa disakarida. Tubuhmanusia kekurangan enzim fruktosidase, karbohidrat
yang tidak terserap merupakan substrat bagi proses fermentasi bakteri kolon yang
akan diubah menjadi hidrogen, metana, karbon dioksida, air, asam dan asam
lemak rantai pendek. Selain sebagai agen osmotic, produk-produk ini juga
menstimulasi motilitas dan sekresi intestinum. Rasa kembung, tidak nyaman di
perut, dan flatus yang sering merupakan efek samping yang sering dikeluhkan
oleh pasien saat menggunaan laksatif jenis ini.6
C. PEMILIHAN LAKSATIF YANG TEPAT
Penatalaksanaan
konstipasi
sangat
bersifat
individual,
bersifat
7,9,10,11
11
mengatasi
konstipasi.
Penggunaan
obat-obatan
hanya
makanan
sehari-harinya.
Penderita
diabetes
tidak
boleh
Kompolax
emulsi
(kandungan:
liquidum
parafin
1,5
gram,
Kompolax
emulsi
(kandungan:
liquidum
parafin
1,5
gram,
Lansia
Langkah awal penatalaksanaan adalah mengubah gaya hidup dan diet
tinggi serat. Laksatif pilihan utama adalah laksatif stimulant.
Anak-anak
Langkah
awal
penatalaksanaan
dengan
diet
tinggi
serat
dan
feses
seperti
dioctylnatrium
sulfosuksinat,
dan
laksatif
awal
penatalaksanaan
dengan
diet
tinggi
serat,
Ini adalah topik yang kebanyakan orang malu untuk berbicara tentang, tapi ini
adalah masalah umum di antara pasien penyakit ginjal. Apa yang terjadi di
kamar mandi - atau dalam hal ini, apa yang tidak terjadi di kamar mandi
bukanlah sesuatu banyak orang ingin berbicara tentang ... dengan siapa pun.
Artikel ini diharapkan akan memberikan sedikit pengarahan tentang bagaimana
Anda mungkin bisa mendapatkan beberapa bantuan dari sembelit. .
Pasien dialisis telah diresepkan pelunak feses karena sembelit untuk jangka waktu yang lama.
Pasien harus berkonsultasi dengan dokter mereka untuk rekomendasi bangku pelembut, dosis
dan frekuensi. Banyak orang juga mengambil pencahar. Pasien dengan penyakit ginjal tidak
harus mengambil obat pencahar tanpa persetujuan dokter mereka.
Sembelit dapat dengan mudah diobati dalam banyak kasus. Dan peningkatan serat tidak akan
bekerja untuk semua pasien. Hal terbaik pasien dapat lakukan adalah untuk bekerja sama
dengan ahli diet ginjal yang dapat membantu mengembangkan rencana diet yang ramah
ginjal.