Anda di halaman 1dari 27

TUGAS PRAK.

POLA MANUAL 2

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Prak. Pola Manual 2 dengan dosen
pengampu :

Nadia Rachmaya, M.Sn / Dra. Lydia / Pratiwi W., S.ST

Dibuat oleh,
Feri Andrian
19440014
2G5

PRODI PRODUKSI GARMEN KONSENTRASI FASHION DESIGN

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2020/2021
Sejarah Celama

Celana dewasa ini merupakan bagian dari pakaian manusia. Dari mana
asal muasal celana? Celana adalah pakaian luar yang menutupi tubuh dari
pinggang hingga mata kaki. Celana telah dipakai oleh kaum lelaki dari masa ke
masa. Kemungkinan besar celana berasal dari timur. Di kawasan Eropa, celana
pertama kali dipakai oleh suku Gauls dan ras Germanic tertentu. Sejak awal
abad ke-12, hose, celana yang merupakan gabungan 2 pipa, seperti stocking
masa kini, mulai dipakai sebagai pakaian laki-laki. Pada abad ke-15 dan abad
ke-16, diperkenalkan banyak istilah untuk menyebut celana, seperti trunk, hose,
round hose, venetians, dan sebagainya. Namun demikian, setiap bangsa atau
negara mengembangkan model celana sendiri-sendiri.

Celana tetap disukai sampai dengan abad ke-19 dan kemudian tampil
lebih sempit atau lebih lebar sesuai dengan selera yang berkembang. Celana
sepanjang lutut (kneebrechees) diakui sebagai pakaian formal yang dikenakan
hingga tahun 1820. Model celana ini sejak pemerintahan Louis XIV di Prancis,
akan tetapi kemudian menghilang sejak Revolusi Prancis (1789) dan kemudian
digantikan celana sepanjang kaki (trousers) yang hanya dipakai oleh
masyarakat kelas bawah dan pelaut. Namun pada abad ke-20, model celana ini
berkembang terutama untuk seragam persidangan di pengadilan oleh Inggris
dan negara-negara jajahannya. Pada masa kini, celana sepanjang lutut
merupakan pakaian olahraga terutama untuk pendaki gunung.

Model celana keneebrechess bersama-sama dengan pantaloon,


merupakan jenis model celana yang dekat dengan perkembangan dewasa ini.
Celana sepanjang mata kaki yang lurus mulai muncul pada tahun 1800-an akan
tetapi baru diterima oleh kaum pria pada abad ke-19.

Sisi lain perkembangan celana panjang adalah kehadiran Jeans. Sejarah


Jeans berasal dari bahan denim yang dibuat pertama kali untuk para pekerja
kasar atau buruh bekerja oleh Jacob Davis, Calvin Rogers dan Levi Strauss
pada tahun 1873 dan mulai menjadi kebudayaan Amerika yang digunakan para
buruh untuk bekerja. Menyebarnya jeanssemakin terlihat pada tahun 1950-an
ketika menjadi trendbagi anak muda untuk bergaya casual.
Sehubungan dengan perkembangan zaman yang semakin maju,
pakaianpun menjadi sesuatu hal yang harus dikembangkan yang disebut
sebagai fashion. Dalam konteks ini, kita menuju pembahasan yang lebih
khusus tentang kemajuan dunia fashion yaitu kaitannya dengan gaya hidup
terutama pada penggunaan celana jeans. Karena perkembangan dunia fashion
sekarang yang terus up to date, Celana ini sudah menjadi pakaian yang umum
di semua kalangan. Terbukti dari lingkungan sekitar kita yang banyak
menggunakan celana ini, bahkan menyebar sampai ke seluruh dunia.

Perempuan pada awalnya memakai celana sebagai pakaian dalam dan


berkembang sejak abad ke-16. Gaya berbusana ini tidak lazim di Eropa, namun
sejak tahun 1920-an sudah menjadi hal yang lumrah. Sebagai pakaian luar
perempuan, celana diterima pada tahun-tahun belakangan. Pada tahun-tahun
ini, Chanel memperkenal celana dengan merk Yathching pan, yaitu celana
dengan siluet baggy untuk keperluan ke pantai dan rekreasi. Pada periode yang
sama, celana untuk pakaian malam dari bahan bermutu mulai populer, dan ada
juga model untuk pria, yaitu celana berpipa kaki ekstra tebal yang disebut
oxford bags.

Selama Perang Dunia II (1936-1945), banyak pekerjaan laki-laki yang


diambil alih oleh perempuan sehingga kaum hawa memakai celana panjang
untuk bekerja di pabrik dan ladang-ladang. Model-model celana dalam kurun
waktu ini yang kemudian tetap disukai usai perang adalah Bermuda short,
Pedal pushers, dan Toreador pants, yang semuanya menjadi jenis pakain
santai (casual).

Perkembangan celana yang cepat terjadi pada tahun 1960-an.


Perempuan semakin lazim diterima memakai celana panjang, tetapi kadang-
kadang ada larangan tertentu, misalnya saat memasuki restoran, dan
perdebatan-perdebatan lain yang seringkali menjengkelkan. Namun sejak
dekade 1970-an, celana panjang dengan berbagai modelnya semakin
bervariasi, dan perempuan yang mengenakan celana dianggap lumrah baik
untuk keperluan santai maupun formal.
Di Indonesia, celana panjang menjadi salah satu jenis model pakaian
yang dikenal dalam tradisi kebudayaan lokal. Di Betawi, laki-laki mengenakan
Busana sehari-hari memakai baju kampret atau baju silat, celana pangsi dari
kainbatik, memakai sarung batik Jakarta yang diselempangkan pada bahu atau
diikatkanpada pinggang, memakai peci dan sandal. Busana bepergian atau
busana pestamemakai baju takwa, celana panjang, sarung batik Jakarta yang
dikenakan padapanggul, memakai kopiah dan memakai sepatu. Selain sarung,
celana panjang merupakan bagian dari busana tradisional Sunda. Pakaian laki-
laki dari golongan ini terdiri atas celana, baju dan sarung. Celana panjangnya
sampai lutut dan berkolor pinggangnya, dipakai bekerja di sawah, bajunya baju
kaos atau baju cina atau juga baju kampret, jas piyama atau kemeja secara
Barat.

Perkembangan celana panjang sebagai salah satu jenis pakaian


semakin luas terutama dengan perkembangan industri pakaian jadi. Industri
pakaian jadi merupakan industri padat karya yang dapatmemperkerjakan jutaan
pekerja. Selain itu, investasi yang terdapat pada industri. Industri pakaian jadi
sebagai penyumbang ekspor terbesar dari seluruh ekspor TPT pada saat ini
tengah menghadapi berbagai tantangan antara lain perubahan permintaan
pasar yang semakin cepat. Seiring dengan percepatan perkembangan fashion
dunia yang tidak hanya mengandalkan musim tetapi trend mode, menyebabkan
pesanan untuk pakaian jadi pun cepat berubah. Kemampuan industri pakaian
jadi untuk berkompetisi tidak hanya di pasar global tetapi juga di pasar domestik
sangatlah tergantung pada keseriusan semua pihak sehingga industri ini dapat
terus berkembang.
Jenis-jenis celana
Berdasarkan panjangnya dapat diuraikan sebagai berikut. :

1. Short shorts adalah celana dengan panjang yang sebatas garis


panggul/bottom, bahkan terkadang di atasnya sehingga menampilkan
kesan seksi untuk pemakainya.

2. Short, celana short mempunyai panjang antara batas panggul sampai


pertengahan paha. Umumnya memiliki potongan yang ketat.

3. Jamaica, celana jamaica merupakan jenis celana dengan panjang


sebatas paha.

4. Bermuda, panjang celana bermuda kurang lebih 10 cm di atas lutut.


Nama bermuda diambil dari nama sebuah pantai di Bahama Amerika.
Celana ini umumnya dipakai untuk pakaian musim panas.
5. Celana knee adalah model celana dengan panjang tepat pada lutut.

6. Celana pedal adalah celana dengan panjang 5 cm di bawah lutut.


Celana ini biasanya digunakan untuk acara santai.

7. Toreador merupakan model celana tiga perempat dengan panjang


celana sampai bagian betis atau sedikit di bawahnya.

8. Celana capri adalah celana yang panjangnya di atas mata kaki.


9. Celana full length adalah model celana dengan panjang sampai mata
kaki. Celana model ini biasanya digunakan untuk celana formal maupun
nonformal.
Sistem Pola Celana

Sistem soekarno

Pola sistem Soekarno adalah pola yang diciptakan oleh Soekarno.

Pembuatan pola sistem Soekarno dimulai dengan menggambar pola bagian

muka terlebih dahulu, dilanjutkan pola bagian belakang. Pola bagian belakang

digambar dengan cara menjiplak pola bagian muka, kemudian diubah sesuai

rumus Soekarno. Ukuran yang digunakan untuk membuat pola celana panjang

wanita menurut sistem Soekarno yaitu panjang celana, lingkar pinggang,

lingkar panggul, tinggi duduk, panjang lutut, ½ lingkar lutut dan ½ lingkar kaki.

Berikut ini merupakan urutan pembuatan pola celana panjang wanita sistem

Soekarno :

a. Ukuran celana yang digunakan adalah :


1). Panjang celana = 86 cm
2). Lingkar pinggang = 64 cm
3). Lingkar panggul = 84 cm
4). Tinggi duduk = 26 cm
5). Panjang lutut = 51 cm
6). ½ Lingkar lutut = 21 cm
7). ½ Lingkar kaki = 17 cm

b. Keterangan pembuatan pola


1). Keterangan pola bagian muka:
a). Buat garis siku : A – B –
C – D A – B = tinggi
duduk
A – C = panjang
lutut A – D =
panjang celana
b). Menentukan besar
paha : B – E = ¼
lingkar pinggul B –
H=½B–E
E – F = 1/10 lingkar pinggul
– 5 cm B – G = ½ B – F
c). Menentukan besar
pinggang : A – I = B –
H
J – K = ¼ lingkar
pinggang I – J = I – K
J – M = K – L = 1½ cm untuk kupnat
Titik L turun 1½ cm dari garis
penolongnya. n – m = lebar kupnat
= 3 cm
n – t = panjang kupnat = ±
11 cm B – O = E – N =
naik ± 7 cm
O – N = adalah garis
pinggul d). Menentukan
besar kaki :
D–P=B–G
Q – R= ½ lingkar kaki –
2 cm P – Q = P – R
Titik R turun ½ cm
e). Menentukan besar lutut :
Tariklah garis penolong G – P
melalui titik S T – U = ½ lingkar
lutut - 2 cm
S–T=S–U
Hubungkan titik M – O – B – Q – R – U – F
– N – L – M, menjadi pola bagian muka.

Gambar 13. Pola Celana Panjang Wanita Sistem Soekarno


Skala 1:6 (Soekarno, 2005:203)

2). Keterangan pola bagian


belakang : Buatlah pola
bagian muka terlebih dahulu,
perubahannya:
a). Bagian
pinggang : I –
V=H–E
V – W = kekiri 5
cm W – X = naik
± 2 cm
X – M’= ¼ lingkar pinggang + 3
cm b). Bagian paha :
F – F’ = E – F = 4
cm B – B’ = 3 cm
c). Bagian lutut :
U – U’ = T – T’= 2 cm
c). Bagian kaki :
R – R’ = Q – Q’= 2 cm
Hubungkan X –
F N’ – Y = ½ N’
–F
Garis yang menghubungkan
M’–O’– B’ – T’ – Q’ – R’ - U’ – F’
– Y – N’
– X – M’, adalah pola
bagian belakang
d). Membuat kupnat belakang :
M’– e = e – h = 1/3 ( M’–X) – ½
cm M’– g = e – d = h – b =
turun ± 8 cm Titik e dan h ke kiri
dan ke kanan masing-masing =
(3 cm : 2) : 2 =
0,75 cm
Gambar 14. Pola Celana Panjang Wanita Sistem Soekarno Skala 1:6
(Soekarno, 2005:204)

b. Peralatan celana panjang wanita sistem Soekarno

meliputi : 1). Klep 1 potong (gambar a)

2). Gulbi 1 potong (gambar b)

2). Ban pinggang 1 potong (gambar

c) 4). Isi ban pinggang 1 potong

(gambar d)
5 cm 5 cm 5 cm

b.
a. 20 cm
20 cm

25 cm

2 cm

½ lingkar pinggang + 5 cm

3 cm
c.
6 cm

½ lingkar pinggang + 4 cm

3 cm
d.
4 cm

Gambar 15. Peralatan Celana Panjang Wanita Sistem Soekarno


Skala 1:6

Pola celana sistem Soekarno pada bagian muka terdapat kupnat

sejumlah 2 buah yaitu kanan dan kiri. Penggunaan kupnat pada bagian muka

diperkirakan hasil celananya baik karena kupnat tersebut berfungsi untuk

memberi tempat pada perut. Pola pada garis lingkar kaki yang diturunkan ½

cm diduga bahwa hasil jatuhnya celana pada kaki lebih tepat karena apabila
dipakai lingkar pesak akan tertarik keatas dan dapat mengurangi panjang

celana, dengan diturunkan ½ cm letak lingkar kaki tetap berada pada garis

lurus. Pola lingkar pesak belakang lebih panjang dibandingkan pola bagian

muka, tujuannya memberi tempat pada pantat sehingga memudahkan

pemakai untuk bergerak. Penggunaan ukuran panjang lutut diduga bahwa

jatuhnya bagian lutut akan lebih tepat dibandingkan dengan pola yang tidak

menggunakan ukuran tersebut. Pembuatan pola ban pinggang yang berbentuk

melengkung tidak berpengaruh pada letak lingkar pinggang karena pola

sistem Soekarno bagian pinggang diturunkan 1 ½ cm, sehingga ban pinggang

mengikuti bentuk lingkar pinggang.

Pori

Sistem Porrie Muliawan, merupakan salah satu sistem pembuatan pola


busana yang sering digunakan di Indonesia. Sistem ini diciptakan oleh Dra.
Porrie Muliawan, dosen dalam bidang Tata Busana. Untuk membuat pola
busana sistem ini, Porrie Muliawan menggabungkan antara sistem J.H.C
Meyneke dan sistem Dressmaking. Ukuran yang diperlukan untuk membuat
pola celana wanita sistem Porrie diantaranya, Lingkar Pinggang, Tinggi
Panggul, Lingkar Panggul, Tinggi Duduk, Panjang Sisi, dan Lingkar Kaki.

Berikut ini, adalah cara mengambil ukuran untuk pembuatan pola celana
wanita sistem Porrie Muliawan :

1. Lingkar Pinggang, diukur sekeliling pinggang yang paling kecil


2. Tinggi Panggul, diukur di bagian sisi, dari batas pinggang sampai
batas panggul
3. Lingkar Panggul, diukur sekeliling panggul yang terbesar
Gambar 2.11 Cara Mengambil Ukuran Celana
Muliawan, P (1990: 5)
4. Tinggi Duduk, posisi duduk tegap, lalu diukur di bagian sisi dari batas
pinggang sampai batas tempat duduk

Gambar 2.12 Cara Mengambil Ukuran Celana


Muliawan, P (1990: 6)
5. Panjang Sisi, diukur di bagian sisi dari batas pinggang sampai batas
celana yang diinginkan
Gambar 2.13 Cara Mengambil Ukuran Celana Muliawan,
P (1990: 5)

6. Lingkar Kaki (melalui tumit), diukur sekeliling lingkar kaki melalui


tumit

Gambar 2.14 Cara Mengambil Ukuran Celana


Muliawan, P (1990: 6)
7. Lingkar Kaki (sekeliling telapak kaki), diukur sekeliling telapak kaki
Gambar 2.15 Cara Mengambil Ukuran Celana Muliawan,
P (1990: 6)

Cara membuat pola celana wanita dengan sistem ini, yaitu membuat
pola bagian depan terlebih dahulu, lalu pola tersebut digunakan untuk membuat
pola bagian belakang. Pada sistem pola ini, bentuk pola bagian pesak, diukur
menggunakan ukuran tinggi duduk. Sebagai kontrol bagian paha, ukuran yang
digunakan adalah ukuran lingkar panggul, yaitu ¼ lingkar panggul. Kupnad
bagian depan celana ada 1 buah, di bagian tengah, begitupun kupnad bagian
belakang. Untuk pola sistem ini, tidak menggunakan letak lutut. Garis pipa
celana ditarik langsung dari pesak menuju batas bawah celana. Pada pola
belakang, bagian pinggang naik 2cm dari garis lurus. Sedangkan bagian bawah
celana, tetap lurus sesuai garis yang sudah ada.

Tabel 2.2 Cara Pembuatan Pola Celana Wanita Sistem Pori


1. Keterangan Pola Muka
A-B : tinggi duduk
A-C : panjang sisi
B-D : ¼ lingkar panggul
D-E : ¼ BD, minimal 5cm
E-F : F-B
Tarik garis F garis tegak lurus dari atas ke bawah = lipatan
celana
G-H : G-I = ¼ lingkar pipa-1cm
A-J : 3cm
A-K : tinggi panggul
J-L : ¼ lingkar pinggang + lipit 2cm atau 3cm
D-M : D-E
F-F1 : ¼ F-G
2. Keterangan Bagian Belakang
D-D1 : tegak lurus. Keluar dari D1, 2cm
Tarik garis sisi J-K-L dan garis kaki celana dari titik E ke H
melalui titik 2cm di luar D1
L-N : ¼ A-L
E-O : E-D atau ½ E-D
G-P : G-Q = ¼ lingkar pipa +1cm
N-R : terusan garis E-N = 1cm atau 2cm
R-S : ¼ lingkar pinggang + lipit couple 3cm, titik S jatuh pada
A-L garis
R-T : T-S
T-U : 1cm tegak lurus pada garis R-S
Panjang garis lengkung P-O1 sama panjangnya dengan garis
E-H. Bila
P-O = E-H, maka O1 tidak ada. Tarik garis lurus dari titik S ke
titik Q, sisi celana belakang tidak melalui titik B. Gambar garis
pola belakang dengan biru melalui O1-N-R-S-Q-P.
charmant

Pola celana sistem Charmant adalah salah satu teknik pembuatan pola
yang berasal dari Belanda (Charmant, 1990:12). Untuk mendapatkan bentuk
celana sesuai model maka perlu dibuat polanya. Untuk mendapatkan pola
celana sesuai bentuk tubuh maka diperlukan macam-macam ukuran sesuai
sistem.

Adapun sistem pola celana Charmant (1990:22) membutuhkan ukuran


sebagai berikut: 1) lingkar pinggang, 2) lingkar duduk, 3) tinggi pesak, 4)
lingkar kaki celana, 5) panjang sisi luar dan 6) tinggi pinggul.

Aldrich

Winifred Aldrich merupakan ahli Kaliber dunia dalam bidang pemotongan


pola dan juga penulis lima buku laris. Ia adalah mantan Guru Besar bidang
Clothing Technology di Nottingham Trent University dan seorang praktisi
desain. Ia terus melakukan riset dalam bidang desain pola busana. Pola sistem
Aldrich, menggunakan 6 ukuran, yaitu lingkar pinggang, lingkar panggul, tinggi
panggul, tinggi duduk, panjang celana, dan lingkar bawah celana. Pada sistem
pola ini, pembuatan polanya hampir sama dengan sistem porrie, yaitu membuat
pola depan terlebih dahulu, baru kemudian digunakan untuk membuat pola
bagian belakang. Bentuk pesak dari sistem pola aldrich, diambil menggunakan
ukuran tinggi panggul dan juga tinggi duduk. Pola sistem aldrich tidak
menggunakan ukuran lingakar paha. Sedangkan untuk kupnad, di bagian
depan terdapat 1 buah kunpad di tengah, dan di bagian belakang terdapat 2
buah kupnad di sisi kanan dan 2 kupnad di sisi kiri. Untuk letak lutut, aldrich
menggunakan ukuran ½ dari panjang celana.

Pola belakang celana, di bagian pinggangnya naik 2cm dari garis lurus,
sedangkan bentuk bagian bawah celananya melengkung.
Tabel 2.1 Cara Pembuatan Pola Celana Wanita Sistem Aldrich
1. Keterangan Pola Muka
Buat siku-siku ke dua arah dari nol
0-1 : tinggi duduk, buat siku-siku melintang
0-2 : pinggang ke pinggul, buat siku-siku melintang
0-3 : pinggang hingga ke lantai, buat siku-siku melintang
1-4 : setengah ukuran 1-3 dikurangi 5 cm, buat siku-siku
melintang
1-5 : seperduabelas ukuran pinggul, ditambah 1,5, buat siku-siku
naik hingga 6 dan 7
6-8 : seperempat ukuran pinggul ditambah 0,5 cm
5-9 : seperenambelas ukuran pinggul ditambah 0,5 cm
7-10 : 1 cm, Sambung 10-6 dan 6-9 dengan kurva yang
menyentuh titik
10-11 : seperempat pinggang ditambah 2,25 cm
3-12 : setengah lebar pipa bawah dikurangi 0,5 cm
4-13 : ukuran 3-12 ditambah 1,5 cm
3-14 : setengah lebar pipa bawah dikurangi 0,5 cm
4-15 : ukuran 4-13
2. Keterangan Pola Belakang
5-16 : seperempat ukuran 1-5, buat siku-siku naik hingga 17
pada garis pinggul, 18 pada garis pinggang
16-19 : setengah ukuran 16-18
18-20 : 2 cm
20- 21 : 2 cm
21-22 : seperempat pinggang ditambah 4,25 cm
Sambung 21-22 menyentuh garis horizontal dari 0
9-23 : setengah ukuran 5-9
23-24 : 0,5 cm. Sambung 21-19 dan 19-24
17-25 : seperempat pinggul dimbah 1,5 cm
12-26 : 1 cm
13-27 : 1 cm
14-28 : 1 cm
15-29 : 1 cm
21-30 : setengah ukuran 21-22. Buatlah siku-siku turun dari garis
2122. Buatlah sebuah kupnad pada garis ini, lebar 1,25 cm dan
panjang 8 cm
praktis
Pola sistem praktis adalah pola yang diciptakan oleh Yogko Soedarmo.

Ukuran yang digunakan untuk membuat pola celana panjang wanita yaitu

panjang celana, lingkar pinggang, lingkar panggul, tinggi duduk, lingkar paha,

½ lingkar lutut dan ½ lingkar kaki. Pola yang terlebih dahulu dibuat adalah pola

bagian muka dilanjutkan pola bagian belakang. Pola bagian belakang

digambar dengan cara menjiplak pola bagian muka kemudian diubah sesuai

rumus praktis. Berikut ini adalah urutan pembuatan pola celana panjang

wanita sistem praktis :

a.Ukuran celana yang digunakan


adalah : 1). Panjang celana =
86 cm
2). Lingkar pinggang = 64 cm
3). Lingkar panggul = 84 cm
4). Tinggi duduk = 26 cm
5). Lingkar paha = 50
cm 6). ½ Lingkar lutut =
21 cm 7). ½ Lingkar
kaki = 17 cm

a. Keterangan pembuatan pola


1). Keterangan pola bagian muka :
A – B = panjang celana
+ 1 cm A – A’= 4 cm
A – C = tinggi duduk
C – D = ½ C – B dikurangi
3 cm Buatlah garis-garis
mendatar dari titik A, A’,
B, C, D
C – E = 1/8 lingkar panggul +
2 ½ cm E – F = 1/3 C – E
F – G = 1 ½ cm
H – I = ¼ lingkar pinggang,
titik A di tengah-tengah H –
I
G–K=E–F
K – L = ¼ lingkar pangggul
– 1 cm M – N = ½ lingkar
lutut – 2 cm, Titik D tengah-
tengah M – N
O – P = ½ lingkar kaki – 2
cm, Titik B tengah-tengah O
– P Buatlah bentuk celana
bagian muka
2). Keterangan pola bagian
belakang : E – X = E – F,
titik X turun 1 cm H – 2 = E
–F
2–3=E–G
3 – 4 = ¼ lingkar pinggang + 2 cm,
untuk kupnat T – 5 = E – F
5 – 6 = ¼ lingkar panggul
+ 1 cm M – M’ = N – N’ =
2 cm
O – O’ = P – P’ = 2 cm
Buatlah bentuk celana bagian belakang.
C – C’ =4 cm, tarik garis mendatar
dari titik C’ Garis ini adalah control
lingkar paha
T – U ditambah T’ – U’ =
lingkar paha 3 – 7 = 4 – 8 = 9
sampai 12 cm
8 – 9 = 3 sampai 5 cm
9 – 10 = 10 sampai 14 cm
11 – 12 = garis tengah kupnat, lebar
kupnat 2 cm Jika memakai ban
pinggang, membuat pola celana
dimulai dari titik A’atau panjang celana
dikurangi 4cm dari pinggang.

b. Peralatan celana panjang wanita sistem


praktis yaitu : 1). Klep 1 potong (gambar a)

2). Gulbi 1 potong (gambar b)

3). Ban pinggang 2 potong (gambar

c) 4). Isi ban pinggang 2 potong

(gambar d)

5 cm 5 cm
5 cm
a. b.

20 cm
20 cm

25 cm

2 cm

½ lingkar pinggang + 5 cm

c.
6 cm

½ cm

½ lingkar pinggang + 4 cm
d.
4 cm

½ cm
Pola celana sistem praktis pada bagian muka tidak mempunyai

kupnat diperkirakan bahwa hasil celana pada bagian muka kurang

baik karena tidak ada tempat untuk perut sehingga apabila dipakai

perut akan menonjol, garis pinggang terletak pada garis lurus. Lingkar

pesak bagian belakang lebih panjang dari lingkar pesak bagian muka

dan diturunkan 1 cm tujuannya memberi tempat pada pantat,

sehingga terdapat ruang untuk bergerak ketika berdiri atau duduk.

Pola bagian lingkar kaki yang tidak diturunkan (lurus) diperkirakan

hasilnya kurang baik karena ketika celana dipakai bagian kaki akan

tertarik keatas sehingga letak lingkar kaki tidak berada pada garis

lurus. Pola sistem praktis tidak menggunakan ukuran panjang lutut,

hasilnya diduga bahwa letak lutut tidak dapat diperhitungkan secara

tepat. Pola ban pinggang berbentuk lurus tidak berpengaruh terhadap

letak lingkar pinggang, karena pola lingkar pinggang berbentuk lurus.


Pola Dasar Celana Wanita/Slack

Gambar : Pola Dasar Celana Wanita/Slack


Ukuran yang diperlukan:

1. Lingkar pinggang = 66 cm
2. Tinggi duduk = 23 cm

3. Lingkar panggul = 96 cm

4. Panjang celana = 90 cm

Keterangan pola celana wanita


Pola celana bagian muka:
1. A - B = panjang celana
2. A - C = 1/3 lingkar pesak dibagi 3 ditambah 4 cm
3. C - D = C - E - ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm
4. E - D1 = 4 cm tarik garis lurus sampai garis pinggang namakan titik H
5. H - G = lingkar pinggang dibagi 4 ditambah 2 cm
6. A - F = panjang lutut
7. F - F1 = F - F2 = ½ lingkar lutut
8. B - B1 = B - B2 = ½ lingkar kaki celana
9. G - I = 3 cm
10. G - j = 12 cm
11. Hubungkan I dengan j seperti gambar saku sisi celana. Hubungkan H
dengan E seperti gambar (pesak celana bagian muka). Hubungkan E
dengan F2 terus ke titik B2, seperti gambar (garis sisi celana).
Hubungkan dengan D membentuk garis panggul, terus ke titik B1
melalui titik F1 seperti gambar (sisi celana).

Pola celana bagian belakang


1. Pola celana bagian belakang digambar berdasarkan pola celana bagian
muka, untuk itu pindahkan pola celana bagian muka dengan cara
menjiplak sekaligus memindahkan tanda-tanda pola seperti titik E, F2
dan B2.
2. E - E1 = 8 cm F2 - F3 = 4 cm B2 - B3 = 4 cm
3. Hubungkan titik E1 dengan F3 terus ke titik B3 seperti gambar (garis
sisi celana bagian belakang).
4. G - G1 = 4 cm
5. H - H1 = 3 cm
6. G1 - H1 = ¼ lingkar pinggang dibagi ditambah 4 cm
7. E1 - E2 = 1 cm
8. Hubungkan H1 dengan E1 seperti gambar (pesak celana bagian
belakang).
9. D - J = 5 cm
10. J - J1 ditambah J - J2 = ½ ukuran lingkar panggul.
Sektsa Detail Celana Jogger

Constructed Waist
Leather Label

Chino – Style
Pocket
Double Back Yoke

Button Fly

Jeans Pockets

Comfort Stretch
(1-3% Elastance)

‘Sureshot’ Crotch
Tapered Knee
Panel

Elastic Cuff

Sumber :heygents.com.au
Daftar Pustaka

Amatullah, D. S. (2020). PERBEDAAN HASIL PEMBUATAN CELANA


PANJANG WANITA MENGGUNAKAN POLA SISTME ALDRICH DAN
POLA SISTEM PORRIE MULIAWAN. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Indrayani, S. D. (2020). PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI. Malang: PT
Kuantum Buku Sejahtera.
Khusnul, K. (2019). Perbedaan Hasil Pembuatan Celana Panjang Wanita Yang
Menggunakan Pola Sistem Soekarno Dan Sistem Praktis Dengan
Ukuran S, M, L.
Kompasiana. (2015, Juni 24). Celana, Dari Masa ke Masa. Retrieved from
Kompaisana.com:
https://www.kompasiana.com/isharyanto/552e29586ea8340e128b4570/c
elana-dari-masa-ke-masa
Widjiningsih. (2012). Modul PLPG Tata Busana. Pola Busana Wanita.

Anda mungkin juga menyukai