KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH:
FAIZATUL KHOLISOH
NIM. 1810011
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.F dengan post partum
Normal yang dilakukan oleh :
NIM : 1810011
Sebagai salah satu syarat dalam tugas Praktek Klinik Departemen Maternitas, yang
dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus – 24 agustus yang telah disetujui dan disahkan
pada:
Hari : Rabu
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada pasien Post Partum Normal tapat pada waktunya”. Dalam pembuatan
Makalah ini penulis tentu mengalami kesulitan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah maternitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang menyusui yang efektif pada ibu post natal, bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada :
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
penyusun sendiri umumnya para pembaca makalah ini, terimakasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ..................................................................................................................... I
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
iv
BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Lampiran 1 ................................................................................................................ 57
Lampiran 2................................................................................................................. 62
v
DAFTAR TABEL
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemerintah menyelenggarakan program dalam menyukseskan proses menyusui
yaitu “Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)” Beradasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Wangaya tahun 2020,
memperoleh data jumlah ibu bersalin normal 3 tahun terakhir mengalami
peningkatan, pada tahun 2017 berjumlah 787 pasien, pada tahun 2018 berjumlah
832 pasien dan pada tahun 2019 berjumlah 793 pasien dengan total keseluruhan
sebanyak 2.412 pasien. Data dalam 6 bulan terakhir dari bulan Juli sampai dengan
Desember 2019 pasien ibu primipara yang memiliki bayi berusia nol sampai enam
bulan yang datang ke poliklinik laktasi dengan keluhan tidak mampu menyusui
bayinya secara efektif dengan keluhan diantaranya produksi ASI sedikit sebanyak
43,75 %, ASI belum keluar sebanyak 25 %, puting susu lecet sebanyak 18,75 %,
puting susu tenggelam sebanyak 10,42% dan kurang pengetahuan sebanyak 2%.
Berdasarkan uraian diatas, harapan kedepannya adalah dapat bermanfaat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada kasus ibu primipara dengan menyusui tidak
efektif.
1.5 Tujuan
1. enjelaskan pengertian Post Partum
2. Menjelaskan klasifikasi post partum
3. Menjelaskan perubahanpsikologis pada post partum
4. Menjelaskan adaptasi psikologis pada ibu post partum
5. Menjelaskan tanda gejala post partum
6. Menjelaskan komplikasi pada post partum
7. Menjelaskan perawatan pada masa post partum
8. Menjelaskan penatalaksanaan pada post partum
9. Menjelaskan pathway pada post partum
10. menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada post partum
2
BAB II
TINJAUN TEORI
2.1.1 Pengertian
Post partum atau masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selam kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura. Nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42
hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling singkat
(minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam batas waktu
yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batas maksimumnya
adalah 40 hari.
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama ada dan tepat setelah
kelahiran. Namun secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6
minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal masa nifas juga
merupakan periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak dan plasenta
keluar lepas dari rahim (Pandie, 2019).
2.1.2 Etiologi
Etiologi Sama seperti banyak kasus keguguran, penyebab abortus
imminens sering kali tidak diketahui dengan jelas. Berikut adalah kondisi
paling umum yang mengancam seseorang mengalami keguguran:
Janin abnormal yang disebabkan oleh masalah dalam
kromosom. Kondisi ini ditemukan pada setengah lebih kasus
keguguran. Risiko cacat kromosom akan meningkatkan pada
wanita yang hamil di usia yang lebih tua.
Penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit
ginjal, lupus, dan kelainan kelenjar tiroid.
Kondisi rahim yang abnormal seperti fibroid rahim, leher rahim
yang lemah, pertumbuhan plasenta abnormal, dan hamil dengan
anak kambar.
3
Faktor gaya hidup seperti konsumsi kafein, alkohol, tembakau,
dan kokain berlebihan juga bisa menjadi pemicu keguguran.
Infeksi bakteri atau virus selama kehamilan.
Trauma perut akibat jatuh, kecelakaan, atau stres. Seseorang
yang memiliki kondisi di atas tidak selalu mengalami abortus
imminens maupun keguguran, namun kondisi-kondisi di atas
dapat meningkatkan kemungkinan tersebut (Hidayanti, 2017).
4
(lokhia alba). Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi
menjadi 4 jenis:
a) Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari
jaringan sisa-sisa plasenta.
b) Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh.
c) Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat
belas dan berwarna kuning kecoklatan.
d) Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post
partum.
1. Iskemia Miometrium : Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil
dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan
5
b. Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir
padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang
menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat
ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan membran plasenta di keluarkan, tempat
plasenta menjadi area yang menonjol, nodular, dan tidak beraturan.
Konstriksi vaskuler dan trombos menyumbat pembuluh darah yang ada
dibawah tempat plasenta tersebut. Kondisi ini menyebabkan homeostasis
(untuk mengontrol perdarahan pascapartum) dan menyebabkan beberpa
nekrosis daerah endometrium. Involusi terjadi karena adanya perluasan dan
pertumbuhan kea rah bawah endometrium tepi dan karena regenerasi
endometrium dari kelenjar dan stroma pada daerah desidua basalis. Kecuali
pada tempat plasenta,yang proses involusinya belum komplit sampai 6
hingga 7 minggu setelah pelahiran, proses involusi di rongga uterus yang lain
komplet pada akhir minggu ketiga pascapartum (Pandie, 2019)
d. Afterpains
Afterpains merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan
dengan berbagai intesitas. Peristiwa ini merupakan hal yang sering dialami
oleh multipara,yang otot-otot uterusnya tidak dapat lagi mempertahankan
retraksi yang tonik, oleh karena itu primipara umumnya tidak mengalami
afterpains, namun, jika uterus sangat besar, seperti pada kasus kehamilan
multipel atau polihidroamnion maka akan terjadi kontraksi intermiten, yang
menyebabkan afterpains. Afterpains sering kali terjadi bersamaan dengan
menyusui, saat kelenjar hipofisis posterior melepaskan oksitosin yang
disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan kontraksi saluran
lacteal pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum atau air susu, dan
menyebabkan otot-otot uterus berkontaksi. Sensasi afterpains dapat terjadi
selama kontraksi ut erus aktif untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah dari
rongga uterus.
e. Serviks
Mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri
berwarna kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya
lunak. kadang-kadang terdapat laserasi /perlukaan kecil. Karena robekan
kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali kepada
keadaan sebelum hamil. Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh
korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
6
berkontraksi sehinga pada perbatasan antara korpus uteri dan servikd
terbentuk cincin Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu
persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masi bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke
6 postpartum serviks menutup
f. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum
berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan
terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.
g. Perubahan Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
karena makan padat dan kurangnya makanan berserat selama persalinan.
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua
jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan
dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi kalsium
karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang
dikandungannya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa
laktasi (Pandie, 2019)
h. Perubahan pada sistem Perkemihan
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter ditekan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphinter ani selama
persalinan, kadangkadang edema dari triogonium menimbulkan obstruksi
dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam
puerperium sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine
residual. ( normal kuang lebih 150cc ). Sisa urine dan trauma pada kandung
pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi reter dan pyelum normal kembali dalam waktu 2 minggu. Urine
biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini
disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam
kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses
katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama
yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-
otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot
i. Perubahan Pada Sistem Endokrin.
7
1) Hormon plasenta Selama periode pasca partum terjadi perubahan
hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan
signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon
plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
2) Hormon pituitary Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita
tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat
pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
3) Hormon oksitosin Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian
belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan
plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan
kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan. Pada
wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang
keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk
normal dan pengeluaran air susu
4) Hipotalamik pituitari ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak
menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.
Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakannya rendah kadar estrogen dan progesteron.
j. Perubahan Pada Sistim Respirasi
Perubahan tekanan abdomen dan kapasitas rongga thoraks setelah
melahirkan menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada fungsi
pulmonal, peningkatan terjadi pada volume residu, ventilasi istirahat, dan
konsumsi oksigen. Terdapat penurunan pada kapasitas inspirasi, kapasitas
vital dan kapasitas pernapasan maksimun. Dalam 6 bulan pasca partum,
fungsi pulmonal kembali ke kondisi sebelum hamil. Namun selama waktu
tersebut, para wanita memiliki respon yang kurang efisien terhadap olaraga
k. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata pada
pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang
bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur
angsur kembali normal selama 2 minggu masa nifas.
l. Perubahan Pada Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut
akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha,
dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya. Peningkatan
aktivitas melanin pada kehamilan yang menyebabkan hiperpigmentasi
8
puting, aerola dan linea nigrasecara bertahap berkurang setelah melahirkan.
walaupun warna gelap di berbagai area ini dapat memudar warnanya
mungkin tidak kembali seperti sebelum hamil dan beberapa wanita tidak
pigmen gelap yang menetap. Kloasma (topeng kehamilan ) pada umumnya
membaik walaupun kondisi ini tidak menghilang secara sempurna.
Banyaknya penyebaran rambut halus yang terlihat selama kehamilan pada
umumnya menghilang
m. Perubahan Pada Sistem Neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang
dialami wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis
yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.
Eliminasi edema fisiologis melalui deuresis setelah bayi lahir. Nyeri kepala
pasca partum bisa disebabkan berbagi keadaan, termasuk hipertensi akibat
kehamilan, stress dan kebocoran cairan serebrospinalis kedalam ruang
ekstradural selama jarum epidural diletakan di tulang punggung untuk
anastesia. Lama nyeri kepala bervariasi dari satu sampai tiga hari atau
sampai beberapa minggu tergantung pada penyebab dan efektivitas
pengobatan
n. Perubahan Pada Sistem Muskuluskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga 10 tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi,
karena rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada
6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik
kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat
hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.
Pemulihan dibantu dengan latihan.
o. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Suhu Badan Selama 24 jam pertama pada post partum suhu badan
akan naik sedikit ( 37,5oc – 38oc ) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaannormal
suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan kan naik
laik karena ada pembentukan asi, buah dada akan menjadi bengkak
berwarna merah karena ada banyak asi bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, traktus
urognitalis atau sistem lain.
b) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denyut
9
nadi yang lebih 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan
oleh infeksi atau perdarahan postpartum tertunda.
c) Tekanan darah Biasanya tidak berubah kemungkina tekanan darah
akan rendah setelah melahirkan karena adanya perdarahan tekanan
darah tinggi pada post partum menandakan terjadinya prekeklamsi
post partum.
d) Pernapsan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak
normal maka pernapasan juga kan mengikutinya kecuali ada
gangguan khusus di saluran pernapasan
p. Proses penyembuhan luka
Dalam keadaan normal, proses penyembuhan luka mengalami 3 tahap atau
3 fase yaitu:
1. Fase inflamasi Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari
kelima. Pada fase inflamasi, terjadi proses:
a. Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan), di mana
pada proses ini terjadi: Konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi),
Agregasi platelet dan pembentukan jala-jala fibrin, Aktivasi
serangkaian reaksi pembekuan darah
b. Inflamasi, di mana pada proses ini terjadi: Peningkatan permeabilitas
kapiler dan vasodilatasi yang disertai dengan migrasi sel-sel
inflamasi ke lokasi luka. Proses penghancuran bakteri dan benda
asing dari luka oleh neutrofil dan makrofag
2. Fase proliferasi Fase ini berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai
sekitar 3 minggu. Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri
dari proses:
a. Angiogenesis Adalah proses pembentukan kapiler baru yang
distimulasi oleh TNF-α2 untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke
daerah luka.
b. Granulasi Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang
mengandung kapiler pada dasar luka (jaringan granulasi). Fibroblas
pada bagian dalam luka berproliferasi dan membentuk kolagen.
c. Kontraksi Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah
luka yang disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi
luas luka. Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF-β .
d. Re-epitelisasi Proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan
epitel baru pada permukaan luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi
luka melintasi permukaan luka. EGF berperan utama dalam proses
ini
10
3. Fase maturasi atau remodelling
Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung
berbulan- bulan. Pada fase ini terjadi pembentukan kolagen lebih lanjut,
penyerapan kembali sel-sel radang, penutupan dan penyerapan kembali
kapiler baru serta pemecahan kolagen yang berlebih. Selama proses ini
jaringan parut yang semula kemerahan dan tebal akan berubah menjadi
jaringan parut yang pucat dan tipis. Pada fase ini juga terjadi pengerutan
maksimal pada luka. Jaringan parut pada luka yang sembuh tidak akan
mencapai kekuatan regang kulit normal, tetapi hanya mencapai 80%
kekuatan regang kulit normal. Untuk mencapai penyembuhan yang
optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi
dengan yang dipecah. Kolagen yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertro phicscar , sebaliknya
produksi kolagen yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan
parut dan luka tidak akan menutup dengan sempurna.
11
3. Fase letting go / saling ketergantungan. Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasien telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan
kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali
2.1.6 Tanda dan Gejala
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah
sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum
kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di
asumsikan sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh
bayinya (Firyunda Ayu P, 2019)
12
hematoma. Perdarahan lambat/lanjut yaitu: perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam. Faktor resiko : sisa plasenta, infeksi,sub-involusi. terjadi
komplikasi baik pada ibu maupun bayi, dan untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada ibu mengenai perawatan diri, KB, menyusui,
serta imunisasi dan perawatan bayi (Ambarwati & Wulandari, 2010)
13
b. Masalah menyusui pada masa nifas dini (Puting susu nyeri)
Pada umumnya ibu akan merasakan nyeri pada waktu awal
menyusui. Nyeri yang dirasakan ibu akan berlangsung setelah
ASI keluar, bila posisi mulut bayi dengan puting susu ibu benar
maka perasaan nyeri yang dirasakan akan segera hilang. Cara
menangani permasalaham tersebut yaitu, memastikan apakah
posisi ibu sudah benar, mulailah menyusui pada putting susu
yang tidak sakit guna membantu mengurangi rasa sakit pada
putting susu yang sakit, segera setelah bayi menyusu keluarkan
sedikit ASI lalu oleskan di putting susu dan biarkan payudara
terbuka untuk beberapa waktu hingga putting susu kering.
c. Payudara bengkak Pada hari pertama sekitar dua sampai empat
jam, payudara sering terasa penuh dan nyeri yang disebabkan
karena bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan
dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak.
Penyebab dari payudara ibu menjadi bengkak diantaranya,
posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah, produksi ASI yang
berlebihan, terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang,
serta waktu menyusui terbata.
5. Penanganan
14
a. Memilih kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI
dikomunikasikan secara rutin dengan staf pelayanan
kesehatan.
b. Melatih semua staf pelayanan kesehatan yang diperlukan
untuk menerapkan kebijakan tersebut.
c. Memberitahukan keuntungan dan penatalaksanaan
pemberian ASI pada semua ibu hamil.
d. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam wakttu
setengah jam setelah kelahiran.
e. Memperlihatkan kepada ibu yang belum berpengalaman
bagaimana cara meneteki dan tetap memberikan ASI
meskipun ibu terpisah dari neonatus.
f. Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI
kepada neonatus kecuali diindikasikan secara medis.
g. Mempraktekkan rawat gabung, mengijinkan ibu dan
neonatus untuk terus bersama-sama 24 jam sehari.
h. Mendorong pemberian ASI setiap neonatus memintanya. i.
Tidak memberikan dot atau empeng pada neonatus yang
diberi ASI. j. Mendorong dibentuknya kelompok pendukung
ASI dan merujuk para ibu ke kelompok tersebut ketika
mereka sudah keluar dari rumah sakit atau klinik.
2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien
dengan post partum adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
15
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam
memberikan makanan pada bayi dan mempromosikan
perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan
memungkinkannya mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik
dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu.
2.1.11 PATHWAY
Penignkatan kadar
Ruptur Butuh Belajar Perubahan
ocytosin
jaringan perawatan kondisi
perlindungan
diri&bayi tubuh
&pelayanan
Peningkatan
kontraksi usus Personal
hygiene Kurang Perubahan
Fokus pada diri
kurang baik pengetahuan menjadi
sendiri & lemas
Nyeri akut orang tua
baru
Gangguan pola
tidur
perdarahan
Genatalia
kotor
Tidak
Resiko Devisit mengetahui
Resiko infeksi ketidakseimbangan pengetahuan perawatan
cairan payudara
16
Takut jaringan
Tertahannya urin Muncul masalah
lepas
payudara (ASI tidak
keluar, payudara
Kantong urine penuh
Menyusui tidak
Gangguan
efektif
eliminasi urin
BAB III
3.1.1 pengkajian
17
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya
A. Pengkajian status fisiologis maternal
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,
banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast
(payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih),
Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas
bawah), dan Emotion (emosi).
B. Pengkajian fisik
1. Tanda-tanda vital Kaji
Tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda
vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan
atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam
berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan
adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya
untuk persalinan dan keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu
diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan post partum.
a. Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah
tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post
partum. Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami
peningkatan tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan
kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi
rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya
bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya
pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas. Namun hal ini
seperti itu jarang terjadi.
b. Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4
setelah persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih
dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
18
c.
Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu
akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus
nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock
karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
d. Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain
karena Ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat.Bila ada respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin
karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
2. Kepala dan wajah
a. Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan
rambut.
b. Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam
c. Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena
perdarahan saat persalinan.
d. Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
sinusitis. Infeksi pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan
energi.
e. Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,
atau gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu
masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
f. Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar
tiroid. Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan adanya infeksi,
ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri dan
bengkak.
g. Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada
telinga.
3. Pemeriksaan thorak
a. Inspeksi payudara
1. Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi,
perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau
permukaan.
2. Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya
depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan
kemungkinan adanya tumor.
19
3. Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat
menunjukan adanya peradangan
b. Palpasi payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri
tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama
post partum, payudara tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi
kolostrum yang banyak. Ketika menyusui, perawat mengamati
perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada
tanda tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah
ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi
lembut dan lebih nyaman setelah menyusui
4. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi Abdomen
Kaji adakah striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen, apakah
lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi
uterus bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen
yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase untuk
merangsang kontraksi
2) Palpasi Abdomen
A. tabel Palpasi Abdomen
20
2014).
e. Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis
akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai belah
memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur
panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti
sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah
dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat
kepala, tidak diganjal kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis
21
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai
kondisi episiotomi atau laserasi perinium. REEDA singkatan
(Redness / kemerahan, Edema, Ecchymosisekimosis,
Discharge/keluaran, dan Approximate/ perlekatan) pada luka
episiotomy. Kemerahan dianggap normal pada episiotomi dan
luka namun jika ada rasa sakit yang signifikan, diperlukan
pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema berlebihan dapat
memperlambat penyembuhan luka. Penggunaan kompres es
(icepacks) selama periode pasca melahirkan umumnya
disarankan.
- Lochia
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post
partum. Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu
postpartum hari ke tujuh harus memiliki lokhia yang sudah
berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhia masih
merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum. Lokhia yang
berbau busuk yang dinamankan Lokhia purulenta menunjukan
adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus segera ditangani
- Varises
Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam vagina dan vulva.
Jika ada yang membuat perdarahan yang sangat hebat.
E. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post
partum biasanya menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau “postpartum blues”
ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-kadang insomnia.
22
Postpartum blues disebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal,
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari
pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini berlangsung lebih lama dari
beberapa minggu atau jika pasien post partum menjadi nonfungsional atau
mengungkapkan keinginan untuk menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien
harus diajari untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan atau dokter.
1. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan
intervensi.
3. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
5. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan
resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
Menurut Bobak (2010), diagnosa keperawatan yang muncul pada ibu post partum adalah
sebagai berikut : Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, resiko menyusui tidak efektif
berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui,
gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi, gangguan pola
tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan dan proses
melelahkan.
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan ibu post partu atau post natal menurut
SDKI 2017 yaitu:
a) Nyeri akut
23
b) Resiko infeksi
c) Resiko kekurangan volume cairan
d) Gangguan pola tidur
e) Resiko proses pengasuhan tidak efektif
f) Menyusui tidak efektif
g) Gangguan eliminasi urin
24
menurun 5. Ajarkan teknik
4. Pasien dapat istirahat dan nonfarmakologis untuk
tidur mengurangi rasa nyeri
5. Pasien dapat istirahat dan dengan tepat.
tidur 6. Tingkatkan istirahat
6. Tanda tanda vital dalam 7. Hindari menempatkan
batas normal pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
8. Hindari poisisi yang
menimbulkan ketegangan
pada luka
2.resiko SLKI: Keseimbangan cairan, status 1. Monitor tanda-tanda vital
ketidakseimbangan nutrisi, tingkat infeksi 2. Monitor status dehidrasi
cairan Kriteria hasil: 3. Catat intake-output dan
Kode: D.0036 1. Asupan cairan pasien hitung balance cairan 24
meningkat jam
2. Haluaran urin meningkat 4. Kolaborasi pemberian
meningkat dieuretik
3. Asupan makanan pasien 5. Identifikasi resiko biologis,
meningkat lingkungan dan perilaku
4. Nyeri abdomen pada 6. Tentukan metode
pasien menurun pengelolaan resiko yang
5. Kebersihan badan pasien baik dan ekonomis
meningkat 7. Monitor tanda dan gejala
perdarahan
8. Pertahankan bedrest
selama perdarahan
9. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
10. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan
3. gangguan pola SLKI: pola tidur, status 1. Identifikasi keamanan dan
tidur kenyamanan pasca partum, tingkat kenyamanan lingkungan
Kode: D. 0055 keletihan 2. Identifikasi pola aktivitas
Kriteria hasil: dan tidur
1. Keluhan sulit tidur pasien 3. Identifikasi faktor
menurun pengganggu tidur
2. Keluhan ketidakpuasan 4. Identifikasi obat tidur yang
25
tidur menurun dikonsumsi
3. Keluhan tidak nyaman 5. Fasilitasi menghilangkan
pasien menurun stress sebelum tidur
4. Luka episiotomi membaik 6. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
4. menyusui tidak SLKI: Status menyusui, dukungan 1. Identifikasi tujuan atau
efektif keluarga keinginan menyusui
Kode: D. 0029 Kriteria hasil: 2. Dukung ibu meningkatkan
1. Perlekatan bayi pada kepercayaan diri dalam
payudara ibu meningkat menyusui
2. Kemampuan ibu 3. Libatkan sistem pendukung:
memposisikan bayi suami, keluarga, tenaga
dengan benar meningkat kesehtan dan masyarakat
3. Suplai ASI adekuat 4. Berikan konseling menyusui
4. Lecet pada puting 5. Jelaskan manfaat menyusui
menurun bagi ibu dan bayi
6. Ajarkan 4 poisisi menyusui
dan perlekatan dengan
benar
7. Ajarkan perawatan
payudara post partum
5.gangguan SLKI: eliminasi urin, kontinensi 1. Identifikasi tanda dan gejala
eliminasi urin urine, kontrol gejala retensi atau inkontinensia
Kode: D.0040 Kriteria hasil: urine
1. Desakan berkemih 2. Monitor eliminasi urine
menurun 3. Batasi asupan cairan
2. Nokturia menurun 4. Catat wakttu-waktu dan
3. Frekuensi BAK membaik haluaran berkemih
4. Karakteristik urine 5. Ajarkan mengukur asupan
membaik cairan dan haluaran urine
6. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
7. Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
26
3.1.4 Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Firyunda Ayu P,
2019).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien. Format evaluasi
menggunakan:
S: Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap
data tersebut
O: Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat, termasuk
tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi
data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A: Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif.
P: Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatab klien yang optimal. (Hutaen, 2010)
1. Masalah teratasi, jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukan perubahan sebagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi, jika klienn tidak menunjukan perubahan dan kemajuan
sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
27
dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru (Firyunda Ayu P,
2019)
3.1.6 Dokumentasi
28
BAB IV
I. PENGKJIAN
A. BIODATA
Nama : Ny. F
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun
Status Perkawinan Agama : Menikah
Pendidikan Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln. Pembangunan, Lingkungan I
Kelurahan Siti Rejo II, Kec. Medan
Nifas : Nifas hari ke 14
Tanggal Persalinan : 11 Mei 2016
Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2016
B. KELUHAN UTAMA
Keluhan Utama Air susu tidak keluar
Klien mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama seminggu
sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), klien
mengatakan bayi menolak menyusu, klien mengatakan puting susu tidak
keluar, klien mengatakan ASI nya keluar setelah seminggu persalinan tetapi
produksi ASI nya hanya sedikit, klien mengatakan tidak tahu cara perawatan
payudara, isapan bayi pada payudara tidak kontinue dan bayi menolak untuk
lacth on.
C. RIWAYAT PENYAKIT
1. Provocative/palliative. Apa penyebabnya: Klien mengatakan bayinya
menolak menyusu karena puting susu tidak menonjol keluar
29
2. Severity : klien menyatakan keinginan untuk meningkatkan
kemampuan memberi ASI eksklusif
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Penyakit yang pernah dialami: Pasien mengatakan tidak mempunyai
penyakit
2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan: Tidak ada
3. Pernah dirawat/dioperasi: Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit
4. Lama dirawat: Tidak ada
5. Alergi: Pasien tidak mempunyai riwayat alergi
6. Imunisasi : Lengkap
E. KESEHATAN KELUARGA
1. Orang tua: Orang tua pasien tidak memiliki penyakit berat.
2. Saudara kandung: Saudara kandung pasien tidak memiliki riwayat
penyakit.
3. Penyakit keturunan yang ada: Pada garis keturunan, keluarga klien tidak
memiliki penyakit keturunan.
4. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Tidak ada keluarga
klien yang memiliki riwayat atau mengalami gangguan jiwa.
5. Anggota keluarga yang meninggal: Tidak ada anggota keluarga pasien
yang meninggal
6. Penyebab meninggal: Tidak ada.
F. RIWAYAT OBSTETRIK
G: 1 P: 1 A: 0
Riwayat Menstruasi
Amenorhea : - Teratur/tdk : teratur
Menarche : 12 th Dismenorhea : (+) awal bulan
Lama : 8 hari Flour Albus: normal
Banyak : ganti pembalut -+2x sehari sedang
Siklus : 1-2 bulan
30
209 5 bln ming
gu
31
J. RIWAYAT KB :
Pasien mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi Diponeo
K. RIWAYAT PERNIKAHAN
Usia 24 tahun nikah 1x
Jarak perkawinan & kehamilan pertama 1 th
5. Spirilual
- Nilai dan keyakinan Klien meyakini Allah SWT sebagai Tuhan
yang berkuasa atas segalanya dan hanya kepada-Nya tempat
memohon.
32
- Kegiatan ibadah Klien rajin mengerjakan shalat 5 waktu
M. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum: Tingkat kesadaran klien baik
b. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,8 derajat Celcius
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 78x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- TB : 158
- BB : 55 kg
- Bentuk: Simetris
- Ubun-ubun : Normal, fontanel berada di tengah, tidak tedapat lesi − Kulit kepala : Bersih
Rambut
Wajah
Mata
Hidung
33
- Lubang hidung : Normal, simetris antara dextra dan sinistra
- Cuping hidung cuping hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung
Telinga
Leher
Pemeriksaan integumen :
Pemeriksaan payudara
34
Pemeriksaan thoraks/dada
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara : Simetris antara dextra dan sinistra saat klien bernapas
- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan
Pemeriksaan abdomen
Pada ibu nifas (kondisi lochea, konsistensi warna, bau, kondisi perineum; episiotomi
ada/tidak,REEDA): Lochea klien berwarna putih kekuningan (lochea alba),
eposiotomi ada, kondisi perineumnya sudah membaik, tanda REEDA tidak ada yaitu
redness (kemerahan), edema (bengkak), drainage (rembesan), dan approximatly
(jahitan tidak menyatu) tidak ada
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas
35
- Nervus Glosofaringeus meradang : Uvula berada di tengah, tidak ada tanda
- Nervus Vagu : Klien mampu menelan
- Nervus Hypoglosus : Klien dapat menjulurkan lidah dan mengulang
Fungsi motorik
- Klien dapat mengangkat tangan, mengangkat kaki, duduk, dan berganti posisi.
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas, dingin, getaran)
Klien mampu membedakan benda yang bertekstur halus dan kasar, dapat
membedakan panas dan dingin
Setelah melahirkan
- Tidur malam : klien tidur lebih awal yaitu pukul 21.00 – 01.00 WIB
- Tidur siang : pukul 11.00 – 14.00 WIB
- Kwantitas : klien sering terbangun, setiap pukul 01.00 WIB, pukul
- 03.00 WIB serta pukul 04.00 WIB karena bayinya rewel, susah untuk memulai
tidur lagi, klien merasa kelelahan, mengantuk, kurang energi, kurang minat
36
terhadap sekitar dan tidur nya tidak memuaskan karena tanggung jawab nya
sebagai orang tua
- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Selama dirawat dirumah klien
tetap dapat menjalan shalatnya
O. POLA ELIMINASI
a. BAB
- Pola BAB : Normal, 1 kali sehari
- Karakteristik feses : Normal, feses berbentuk dan berwarna kuning
- Riwayat pendarahan : Tidak ada riwayat pendarahan
- BAB terakhir: 1 hari yang lalu
- Diare : Tidak ada
- Penggunaan laktasif : Tidak ada
b. BAK
- Pola BAK : 6-7 kali / hari
- Karakteristik urin : kuning
- Kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit ginjal
- Penggunaan diuretik diuretik : Tidak ada penggunaan
- Upaya mengatasi masalah: Tidak ada
P. MEKANISME KOPING
Adaptif, menyelesaikan masalah dengan berdiskusi dengan anggota keluarga.
37
II. ANALISA DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
38
4. Payudara dan
puting tampak
kotor
5. Isapan bayi pada
payudara tidak
kontinue
6. Bayi menolak
untuk lacth on
2. DS:
1. Klien mengatakan Peran baru sebagai Gangguan pola
kurang puas ibu tidur
dengan tidur nya
karena tanggung
jawab menjadi Susah beradaptasi
orang tua.
2. Sebelum
melahirkan klien Gangguan pola tidur
tidur malam jam 6-
8 jam
yaitu pukul 23.00 –
06.00 WIB, setelah
melahirkan tidur
malam klien lebih
cepat yaitu pukul
21.00 – 01.00 WIB
3. Klien mengatakan
sering terbangun,
setiap pukul 01.00
WIB, pukul 03.00
WIB serta pukul
04.00 WIB karena
bayinya rewel
4. Susah untuk
memulai tidur lagi
jika terbagun di
malam hari
DO :
1. TTV:
TD: 110/70 mmHg
39
HR: 78 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 36,8 0C
2. Riwayat obstetri:
G1P1A0
3. Klien tampak lelah
4. Klien tampak
mengantuk
5. Klien tampak
kurang energi
6. Klien tampak
kurang minat
terhadap sekitar
7. Kebutuhan
istirahat klien
meningkat seperti
sebelum
melahirkan klien
tidak terbiasa tidur
siang, tetapi
setelah melahirkan
klien tidur siang
sekitar 2-3 jam
yaitu dari pukul
11.00 – 14.00 WIB
dan tidur malam
klien lebih cepat
21.00 WIB
3. DS:
1. Klien mengatakan Belajar perawatan Devisit
setelah melahirkan diri&bayi pengetahuan
ASI tidak keluar
selama seminggu
sehingga Kurang pengetahuan
bayi diberi susu
formula
2. Klien mengatakan Devisit pengetahuan
bayi menolak
40
menyusu
3. Klien mengatakan
produksi ASI nya
hanya sedikit
setelah seminggu
melahirkan
4. Klien mengatakan
tidak tahu cara
perawatan
payudara
DO :
1. Riwayat obstetri:
G1P1A0 − Tampak
ketidakadekuatan
suplai ASI
2. Isapan bayi pada
payudara tidak
kontinue
3. Bayi menolak
untuk lacth on
41
4. Lecet pada puting
menurun
Rabu/25 2 Setelah dilakukan asuhan a) Identifikasi keamanan dan
mei keperawatan selama 3x24 kenyamanan lingkungan
2019 jam diharapkan pasien dapat b) Identifikasi pola aktivitas dan
istirahat/tidur normal dengan tidur
kriteria hasil: c) Identifikasi faktor
pengganggu tidur
d) Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
e) Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
f) Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
Rabu/25 3 Setelah dilakukan asuhan a) Identifikasi kesiapan dan
mei keperawatan selama 3x24 kemampuan menerima
2019 jam diharapkan pasien dapat informasi
memahami pengetahuan b) Identifikasi faktor-faktor yang
tentang merawat payudara dapat meningkatkan perilaku
dengan benar dengan kriteria hidup sehat
hasil: c) Berikan kesempatan
1. Pertanyaan tentang bertanya
masalah yang d) Jelaskan faktor resiko yang
dihadapi menurun dapat mempengaruhi
2. Persepsi yang keliru kesehatan
terhadap masalah e) Ajarkan strategi yang dapat
menurun digunakan untuk
3. Perilaku membaik meningkatkan perilaku sehat
42
suami, keluarga, tenaga 3. Klien mengatakan susah
kesehtan dan menyusui bayinya karena
masyarakat puting susunya tidak
3. Memberikan konseling menonjol
tentang menyusui 4. Klien mengatakan kurang
4. Menjelaskan manfaat menetahui cara
menyusui bagi ibu perawatan payudara
kepada bayi 5. Klien mengatakan tidak
5. Mengajarkan 4 poisisi sukak minum susu
menyusui dan O:
perlekatan dengan 1. ASI keluar sedikit
benar 2. Payudara dan puting susu
6. Mengajarkan perawatan tampak kotor
payudara post partum 3. Puting susu tidak
menonjol ke luar
4. Klien tampak
menghabiskan
makanannya dengan
porsi 1 nasi, sayur dan
ikan.
A : intervensi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Rabu/25 2 S
mei Gangguan pola tidur 1. Klien mengatakan masih
2019 1. Mengidentifikasi sering terbangun, setiap
keamanan dan pukul 01.00 WIB, pukul
kenyamanan lingkungan 03.00 WIB serta pukul
2. Mengidentifikasi pola 04.00 WIB karena
aktivitas dan tidur bayinya rewel.
3. Mengidentifikasi faktor 2. Klien mengatakan apabila
pengganggu tidur sudah terbangun susah
4. Mengidentifikasi obat untuk memulai tidur
tidur yang dikonsumsi kembali
5. Memfasilitasi O:
menghilangkan stress 1. TTV:
sebelum tidur TD: 110/70 mmHg Suhu:
6. Mengajarkan relaksasi 36.8Oc
otot autogenik atau cara Nadi: 78 x/menit
RR: 20 x/menit
43
2. Tampak lingkar hitam di
sekeliling mata pasien.
3. Klien mengantuk tampak
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Rabu/ 3 1. Mengidentifikasi S
25 mei kesiapan dan 1. Klien mengatakan ASI
2019 kemampuan menerima masih sedikit keluar
informasi 2. Klien mengatakan bayi
2. Mengidentifikasi faktor- menolak menyusu
faktor yang dapat 5. Klien mengatakan sedikit
meningkatkan perilaku memahami tentang
hidup sehat perawatan perawatan
3. Memberikan payudara
kesempatan bertanya DO :
4. Menjelaskan faktor 1. Riwayat obstetri: G1P1A0
resiko yang dapat 2. Tampak
mempengaruhi ketidakadekuatan suplai
kesehatan ASI
5. Mengajarkan strategi 3. Isapan bayi pada
yang dapat digunakan payudara tidak kontinue
untuk meningkatkan 4. TTV:
perilaku sehat TD: 110/70 mmHg Suhu:
36.8Oc
Nadi: 78 x/menit
RR: 20 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
44
BAB V
DISCARD PLANNING
A. Kontrol
C. Aturan diet/nutrisi:
a. Kacang-kacangan
Kacang merupakan sumber protein yang baik untuk tubuh. Kacang almond, kacang
tanah, dan kacang mede dapat menjadi pilihan camilan bagi ibu menyusui.
b. Ikan Salmon
Ikan salmon direkomendasikan untuk ibu yang tengah dalam masa kehamilan.
Namun begitu, ibu menyusui juga dapat menjadikan ikan salmon sebagai makanan
yang baik untuk produksi asi. Kandungan vitamin B12 dan juga asam lemak
omega-3 dalam ikan salmon dipercaya dapat membantu menangkal depresi
pascapersalinan.
45
c. Alpukat
Kandungan lemak sehat dalam alpukat memiliki manfaat baik untuk ibu menyusui.
Kandungan lemak sehat dalam alpukat mencapai 80% dari keseluruhan buahnya.
d. Telur
Telur pada ibu menyusui mampu berperan sebagai sumber protein hewani yang
baik. Kandungan mineral dan vitamin B kompleks juga baik untuk ibu menyusui.
Untuk Anda ibu menyusui, disarankan mengonsumsi telur yang memiliki
kandungan omega-3 tinggi
e. Jeruk
Makanan ibu menyusui yang baik untuk produksi asi selanjutnya adalah buah
jeruk. Jumlah vitamin C tinggi pada jeruk merupakan asupan yang sangat
dibutuhkan oleh ibu menyusui.
f. Salmon juga dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI dan membuat ASI lebih
bergizi dengan kandungan DHA yang ada di dalamnya. DHA sangat penting untuk
perkembangan sistem saraf bayi
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnnya):
Laboratorium: tgl 28-5-2019
Eritrosit : 9.53 10ˆ6/uL
Leukosit : 3.94 10ˆ3/uL
Hb : 11.5 g/dL
Hematokrit : 35.5 %
PLT : 280 10ˆ3/uL
Glukosa sewaktu : 72 mg/dL
Ureum : 23.5 mg/dL
Creatinin : 0.7 mg/dL
Lain-Lain:
-
46
Pasien/Keluarga Perawat (Ners)
(......................) (......................)
47
DAFTAR PUSTAKA
Firyunda Ayu P. (2019). Asuhan Keperawatan POst Partum Di RSUD Abdul Wahab
Samarinda.
48
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Penggunaan Pil KB
Oleh:
TA-2020
49
Laporan No. 2
Waktu : 25 menit
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang sangat
banyak setelah Cina, India dan Amerika. Data dari Badan Koordinasi Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi Nasional (BKKBN) tahun 2007 menyatakan bahwa
penduduk Indonesia sekitar 224,9 juta jiwa. Jumlah ini menunjukan Indonesia
memiliki penduduk yang terbanyak keempat di dunia, tetapi dari segi kualitas
masih rendah. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan
mengalami ledakan jumlah penduduk (baby booming) yang dari 220 juta jiwa
pada tahun 2009 menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015 dan 273 juta jiwa
pada tahun 2025.
Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah
Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal
dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalammenurunkan
laju pertumbuhan penduduk. Keluarga Berencana (KB) merupakan program
pemerintah dengan pengaturan jumlah dan jarak anak untuk menuju keluarga
berkualitas. Masyarakat diharapkan mengerti tentang bermacam macam alat KB
agar termotivasi untuk menggunakan KB. Karena KB merupakan salah satu cara
untuk menekan angka kelahiran, sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB.
Penggunaan alat kontrasepsi sangat berperan penting untuk mengontrol angka
kelahiran. Selain itu, masyarakat harus mengetahui tentang macam- macam alat
50
kontrasepsi yang dapat digunakan agar memberikan efek yang sesuai dengan
yang diinginkan.
E. MATERI
Terlampir
F. METODE
- Vidio
- Diskusi
- Tanya jawab
G. MEDIA
Laptop/LCD 2, PPT, Leaflet
H. KEGIATAN PENYULUHAN
51
KB
2. macam-macam pil KB
3. manfaat penggunaan pil
KB
4. indikasi dan kontraindikasi
pil KB
5. efek samping pemakaian
pil KB
52
MATERI PENYULUHAN ALAT KONTRASEPSI PIL KB
53
16. Mengurangi gejala pre menstruasi sindrom
54
Sebelum minum pil KB, Konsultasikan dulu kedokter atau bidan kepercayaan:
Cara pemekaiannya adalah:
1. Pil KB dimulai dari hari 1 haid, jika haid pertama jatuh dihari minggu ambil pil
dengan lebel hari minggu
2. Minum pil KB selama 21 hari berturut-turut dijam yang sama setia harinya
3. Setelah 21 sudah habis, beri jeda 7 hari untuk masa bebas pil
4. Selama 7 hari bebas pil, tetap terlidungi dari resiko hamil
5. Segera beli pil lagi jika habis dengan membawa resep dokter
6. Mulai minum pil dari kemasan beru setelah 7 hari masa bebas pil
7. Tetap minum pil KB setiap hari dijam yang sama.
55
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka. Hidayati, Ratna. 2009.
Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Salemba Medika: Jakarta. Arum
DNS dan sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini. Mitra Cendikia
Press: Yogyakarta.
56
Lampiran 1
57
58
59
60
61
Lampiran 2
LOGBOOK KEGIATAN
(....................) (....................)
LOGBOOK KEGIATAN
62
Departemen: Maternitas Pembimbing : Ni Luh Dyah ASD, S.Kep, Ns, M.Kep
13.00
- Konsul kepada pembimbing institusi
(....................) (....................)
LOGBOOK KEGIATAN
63
Periode : Mahasiswa : Faizatul Kholisoh
(....................) (....................)
LOGBOOK KEGIATAN
64
Kamis - Menyelesaikan makalah dari BAB I
10.00-14.00 sampai Discard Planning
(....................) (....................)
LOGBOOK KEGIATAN
65
akhir
(....................) (....................)
66