Anda di halaman 1dari 4

TCL Indonesia Gugat Pembatalan Hak Cipta Logo Cap Jempol

JAKARTA. PT TCL Indonesia, pabrikan produk elektronik asal China ini diketahui tengah
bersengketa di pengadilan terkait perseteruan hak cipta logo Cap Jempol. TCL Indonesia
mengajukan gugatan pembatalan pendaftaran hak cipta logo cap Jempol atas nama Junaide
Sungkono.
TCL Indonesia menilai pendaftaran hak cipta logo Cap Jempol di bawah No.043944
tertanggal 11 September 2007 milik Junaide dilandasi itikad buruk. Pasalnya logo Cap Jempol
tersebut memiliki persamaan atau identik dengan Cap Jempol kepunyaan TCL Indonesia. "Logo Cap
Jempol Junaide dengan tanda Jempol dan lingkaran dasar warna merah identik dengan logo Cap
Jempol milik TCL Indonesia sehingga logo Cap Jempol Junaide nyata-nyata hanya tiruan," kata Andi
F Simangunsong, kuasa hukum TCL Indonesia, Kamis (20/5).
Ditegaskan olehnya, TCL Indonesia adalah pemilik dari hak cipta logo Cap Jempol.
Alasannya telah terbuti bahwa sejak November 2003, TCL Indonesia telah mengumumkan dan
menggunakan secara luas untuk produk elektroniknya termasuk mesin cuci dan AC. "Logo Cap
Jempol itu untuk memberikan informasi adanya garansi selama periode tertentu," katanya.
Sebelumnya pada tahun yang sama, TCL Indonesia melakukan program pembentukan image
atas adanya garansi, salah satunya melalui kegiatan pembuatan logo Cap Jempol. Melalui tim
marketingnya yang dipimpin oleh Huziyong selaku senior Marketing Manager mulai merancang logo
Cap Jempol. Hu Ziyong dan dua rekannya yakni Robert Adriantho serta Hilal Hendarin menyadari
logo yang dibuat hanya untuk kepentingan TCL Indonesia. 
Dipertergas dengan adanya surat pernyataan bahwa pencipta dan pemegang hak cipta
adalah TCL Indonesia. Tapi sampai sekarang TCL Indonesia tidak pernah mendaftrakan logo Cap
Jempol ini ke Ditjen HKI. Meski demikian, walaupun faktanya TCL Indonesia belum pernah
mendaftrakan logo tersebut tidak menghilangkan haknya sebagi pencipta dan pemegang hak cipta.
Kasus ini mencuat saat Juanide selaku pemegang sertifikat hak cipta logo Cap Jempol
keberatan dengan logo tersebut dipakai oleh TCL Indonesia tanpa izin. Juanide pun sempat
melanyangkan dua kali somasi yang ditunjukan ke PT Arisa Mandiri Pratama, distributor TCL di
Indonesia menuntut ganti rugi sebelum akhirnya membawa sengketa ini ke Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat. 
Junaide ini sebenarnya pemilik dua perusahaan PT TRimitra Cemerlang, dan PT Trimitra
Cakra Lestari yang sejak tahun 2001 sampai 200-7 merupakan distrubutor produk TCL. Disamping
itu, Junaide merupakan salah satu direktur dan pemegang saham dari TCL Indonesia. Tapi pada 11
April 2007, TCL Overeas Marketing (TCL China) menghentikan kerjasama dengan Trimitra Cakra dan
Trimitra Cemerlang dan posisi distributor digantikan PT Aris Mandiri Pratama. 
Melalui kuasa hukumnya dari kantor YBS & Partners, Junaide mengajukan gugatan hak cipta
terhadap PT Aris Mandiri Pratama menuntut ganti rugi. Pasalnya hak cipta logo Cap Jempol telah
dipakai tanpa hak oleh Aris Mandiri untuk kemasan produk TCL. "Maka klien kami merasa haknya
dilanggar dan sangat dirugikan baik materiil dan imateriil," kata Yanuar Bagus Sasmito.
Junaide pun menuntut ganti rugi materiil sebesar Rp 12 miliar dan imaterial mencapai Rp 120
miliar.
(Sumber : http://nasional.kontan.co.id/news/tcl-indonesia-gugat-pembatalan-hak-cipta-logo-cap-
jempol-1)

Analisis Kasus:
PT TCL Indonesia yang merupakan pabrikan produk elektronik asal China telah
mengumumkan dan menggunakan logo tersebut secara luas untuk produk elektroniknya
termasuk mesin cuci dan AC. Walaupun begitu PT. TCL Indonesia sendiri tidak pernah
mendaftarkan logo Cap Jempol ini ke Ditjen HAKI. Meski demikian, walaupun faktanya
TCL Indonesia belum pernah mendaftarkan logo tersebut tidak menghilangkan haknya
sebagai pencipta dan pemegang hak cipta sebagaimana dengan yang tertera dalam UU No.19
Tahun 2002 pasal 5 yang berbunyi :
1) Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai pencipta adalah:
a.       orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal; atau
b.      orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai Pencipta pada suatu
Ciptaan.
2)      Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan bahan Tertulis dan tidak
ada pemberitahuan siapa Penciptanya, orang yang Berceramah dianggap sebagai Pencipta
ceramah tersebut.

Kasus ini mencuat saat Junaedi selaku pemegang sertifikat hak cipta logo Cap Jempol
keberatan dengan logo tersebut dipakai oleh TCL Indonesia tanpa izin dan meminta ganti
rugi sebesar 12 miliyar plus pembayaran royalty dalam jumlah yang sama. Juanide pun
sempat melayangkan dua kali somasi yang ditunjukan ke PT Arisa Mandiri Pratama,
distributor TCL di Indonesia menuntut ganti rugi sebelum akhirnya membawa sengketa ini ke
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Putusan majelis hakim yang diketuai Herdy Agusten
menyatakan Junaide Sungkono adalah pemilik hak cipta dan pencipta yang sah dari logo cap
jempol yang menjadi objek sengketa. Namun, pihak TCL Indonesia melalui kuasa hukumnya
menyadari terdapatnya double standard yang diterapkan oleh majelis hakim.Di satusisi,
majelis menyatakan PT TCL Indonesia bukan pencipta karena tidak ada perjanjian tertulis
dengan para pembuat logo yaitu Hilal Hendana dan Robert Adrianto. Sementara tidak
terdapat ketentuan dalam UU No.19 tahun 2002 tidak dicantumkan adanya kewajiban
perjanjian tertulis antara yang membuat ciptaan dengan perusahaan tempat dia bekerja
Undang-undang hanya mengharuskan adanya perjanjian. Dalam persidangan, Hilal dan
Robert mengatakan ada perjanjian lisan dengan PT TCL Indonesia.
Namun, di sisi lain, majelis justru membenarkan Junaide sebagai pencipta. Padahal
tidak ada perjanjian tertulis antara Junaide dengan Hilal dan Robert. Padahal menurut
pengakuan PT TCL Indonesia, Logo Cap Jempol dibuat oleh Hilal dan Robert yang saat itu
merupakan staf tim marketing PT TCL. Logo dibuat di bawah pengawasan dan pimpinan Hu
Ziyong selaku Senior Marketing Manager PT TCL Indonesia. Di persidangan pun, Hilal dan
Robert selaku pembuat logo cap jempol menyatakan dengan tegas bahwa pencipta logo cap
jempol adalah PT TCL Indonesia. Karenanya, Andi mengajukan kasasi terhadap putusan
majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta. Karena hal ini bertentangan dengan UU No.19
Tahun 2002,yaitu :
Pasal 8
1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam Lingkungan
pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk Dan dalam dinasnya Ciptaan itu
dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara Keduapihak dengan tidak mengurangi hak
Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai keluar hubungan dinas.
2)      Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Ciptaan Yang dibuat pihak
lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam Hubungan dinas.
3)      Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang
membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila
diperjanjikan lain antara kedua pihak.

Apalagi diketahui juga bahwa Junaide ini sebenarnya pemilik dua perusahaan PT Tri
mitra Cemerlang, dan PT Trimitra Cakra Lestari yang sejak tahun 2001 sampai 2007
merupakan distributor produk TCL. Disamping itu, Junaide merupakan salah satu direktur
dan pemegang saham dari TCL Indonesia.Tapi pada 11 April 2007, TCL Overeas Marketing
(TCL China) menghentikan kerjasama dengan Trimitra Cakra danTrimitra Cemerlang dan
posisi distributor digantikan PT Aris Mandiri Pratama.

Jadi hasil Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 928 K/Pdt
.Sus /2010 “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Mahkamah Agung”.

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas penggugat mohon kepada Pengadilan


Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar memberikan putusan berikut :
1.      Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya.
2.      Menyatakan penggugat sebagai pencipta dan pemegang hak cipta atas logo “cap jempol”
3.      Menyatakan tergugat telah mendaftarkan logo cap jempol berjudul “Garansi” dengan itikad
buruk sebagaimana Surat Pendaftaran Ciptaan Nomor 043944 tanggal 11 September 2009.
4.      Membatalkan Surat Pendaftaran Ciptaan Nomor 043944 tanggal 11 September 2009 atas
nama tergugat.
5.      Mmerintahkan turut tergugat untuk menghapus Surat Pendaftaran Ciptaan Nomor 043944
tanggal 11 September 2009 dari daftar umum ciptaan.
6.      Memerintahkan turut tergugat untuk melakukan segala hal yang diperlukan untuk secara
efektif menghapuskan Surat Pendaftaran Ciptaan Nomor 043944 tanggal 11 September 2009
dari daftar umum ciptaan dan membatalkan Surat Pendaftaran Ciptaan Nomor 043944
tanggal 11 September 2009 dan untuk tunduk terhadap putusan perkara aquo untuk sisanya
dan .
7.      Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
pusat telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan Nomor : 40/HAK
CIPTA/2010/PN.NIAGA.JKT PST tanggal 11 agustus 2010 yang amarnya sebagai berikut:
-          Menolak gugatan Pengggugat untuk seluruhnya
-      Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.841.000 (delapan ratus
empat puluh satu ribu rupiah).

Menimbang, bahwa amar Putusan Mahkamah Agung RI No. 928 K/Pdt.Sus/2010


tanggal 23 Maret 2011 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:
-       Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PT. TCL INDONESIA tersebut;
-     Menghukum Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi
yang ditetapkan sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta Rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap


tersebut, yaitu Putusan Mahkamah Agung RI No.928 K/Pdt.Sus/2010 tanggal 23 Maret 2011
diberitahukan kepada Pemohon Kasasi/Penggugat pada tanggal 27 April 2011 kemudian
terhadapnya oleh Pemohon Kasasi/Penggugat dengan perantaraan kuasanya berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 19 September 2011, diajukan permohonan peninjauan kembali
di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 21
Oktober 2011 sebagaimana ternyata dari tanda terima permohonan peninjauan kembali dan
penyerahan peninjauan kembali terhadap putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 18
PK/HaKI/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst, jo Nomor : 928 K/Pdt.Sus/2010, jo Nomor : 40/Hak
Cipta/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negri Jakarta Pusat, permohonan tersebut disertai dengan memori peninjauan kembali yang
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut
pada tanggal 21 Oktober 2011 (hari itu juga).

Memperhatikan pasal - pasal dari Undang- Undang No. 19 Tahun 2002, Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009, Undang- Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah
diubah dan di tambah dengan Undang- Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua
dengan Undang- Undang No. 3 Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan.

MENGADILI :
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT TCL INDONESIA tersebut.
Menghukum Pemohon Kasasi/ penggugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
kasasi yang ditetapkan sebesar Rp.5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah). Demikianlah diputuskan
dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2011 oleh
H.M.Taufik, SH,MH hakim agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
ketua majelis H.Suwardi, SH,MH dan H Djafni Djamal SH,MH hakim-hakim agung masing-
masing sebagai anggota dan diucapkan dalam siding terbuka untuk umum pada hari itu juga
oleh ketua majelis tersebut, dengan dihadiri oleh hakim-hakim anggota serta Enny
Indriyastuti SH M.HUM panitera pengganti dengan tanpa dihadiri oleh kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai