Anda di halaman 1dari 3

BAB III

INDIKATOR DAN UKURAN PEMBANGUNAN

A. Pendapatan perkapita
Salah satu ukuran yang menunjukkan maju tidak nya suatu negara adalah
pendapatan perkapita. Suatu negara dianggap berhasil melaksanakan pembangunan
bila pertumbuhan ekonomi masyarakatnya cukup tinggi. Namun sebagai indikator,
pendapatan perkapita tidak luput dari kelemahan, yaitu ketidakmerataan pendapatan
yang ditampilakan karena merupakan hasil bagi antara pendapatan nasional dan jumlah
penduduk suatu negara (pendapatan penduduk miskin tertutupi oleh pendapatan besar
segelintir orang).
B. Pemerataan pendapatan
Selain pendapatan perkapita, distribusi pendapatan merupakan faktor penting
lainnya yang menentukan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan pengalaman negara
maju, pada tahap awal pembangunan distribusi pendapatannya akan menurun namun
akan berangsur membaik. Berbeda dengan negara maju, di negara berkembang proses
pembangunan justru mengakibatkan distribusi pendapatan menjadi lebih buruk dan
menyebabkan ketidakpuasan terhadap usaha pembangunan karena dianggap hanya
dinikmati oleh sebagian masyarakat saja. Dalam perencanaan pembangunan, masalah
yang perlu mendapat perhatian bukan hanya bagaimana mencapai produktifitas tetapi
juga bagaimana distribusi pendapatan merata dan mengangkat penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan.
C. Kualitas kehidupan
Salah satu cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk suatu negara
adalah dengan menggunakan tolak ukur PQLI (Physical Quality Life Index). Yang
dikemukakan oleh Morris D (1979) yang mengukur tiga indikator yaitu :
1) Tingkat harapan hidup sesudah usia satu tahun
2) Angka kematian bayi
3) Rata-rata presentase buta dan melek huruf
Dengan meratakan ketiga skor indikator tersebut dapat disusun sebuah daftar urut
negara sesuai dengan angka PQLI nya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa negara
yang tinggi GNP per kapitanya juga tinggi angka PQLI nya, namun dari gejala beberapa
negara berkembang tampak bahwa ada “ketidaksesuaian” antara prestasi pertumbuhan
ekonomi dengan tingkat kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan
bukan sekedar pertambahan kekayaan materi yang diukur secara makro (GNP, GDP atau
GNP per kapita dan GDP per kapita). Ketidaksesuaian prestasi tersebut sangat
membantu pengertian kita tentang kompleksnya konsep pembangunan.
D. Indeks pembangunan social
Usaha lain dalam merumuskan indikator-indikator dan membandingkan tingkat
kesejahteraan antara negara telah dilaksanakan oleh institut riset PBB untuk
pembangunan sosial. Terdapat 16 utama terdiri dari 9 indikator sosial dan 7 indikator
ekonomi yaitu :
a. Tingkat harapan hidup
b. Persentase penduduk yang hidup di pusat-pusat pemukiman yang dihuni
oleh 20.000 jiwa atau lebih
c. Konsumsi protein hewani perkapita per hari
d. Tingkat capaian pendidikan dasar dan lanjutan
e. Rasio pendidikan keterampilan/vokasional
f. Jumlah rata-rata penghuni per kamar
g. Sirkulasi surat kabar per seribu penduduk
h. Presentasi penduduk yagn secara ekonomi aktif atau punya akses terhadap
aneka fasilitas sosial dasar seperti ketersediaan listrik, gas, air bersih
dansebagainya
i. Produksi pertanian per tenaga kerja pria dewasa
j. Presentase pekerja pria dewasa yang berada di sector pertanian
k. Konsumsi listrik (kilowatt) per kapita
l. Konsumsi baja (kilogram) per kapita
m. Konsumsi energi setaraan per kilogram batu bara per kilogram
n. Presentase sumbangan sector manufaktur terhadap GDP
o. Perdagangan luar negeri per kapita (dalam US $ tahun 1960)
p. Presentase penerima gaji dan upah terhadap jumlah penduduk yang aktif
secara ekonomis
E. Indikator lain
1. Net economic welfare (NEW)
William Nordhaus dan James Tobin (1972) memperkenalkan indicator kesejahteraan
dengan cara menyempurnakan nilai GNP unuk memperoleh suatu indicator ekonomi
yang lebih baik. Mereka menamakan dengan Net Economic Welfare (NEW). Menurut
mereka. Nilai GNP perlu disempurnakan dengan du acara yaitu koreksi yang bersifat
positif dan koreksi yang bersifat negative. Termasuk ke dalam koreksi yang bersifat
positif ialah waktu senggang (leisure time), adalah kegiatan-kegiatan yang dikerjakan
sendiri di rumah seperti mencuci, memasak, membersihkan mobil dan lainnya. Nilai
tambah waktu senggang tersebut tidak dibeli atau dijual di pasar sehingga inipun
tidak perlu dihitung dalam GNP. Demikian pula dengan kegiatan yang termasuk ke
dalam sector ekonomi informal seperti pedagang kaki lima.
Kemuadian termasuk dalam koreksi yang bersifat negative adalah berkaitan dengan
masalah kerusakan lingkungan. Sebuah negara yang tinggi produktivitasnya dan
merata pendapatan penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk
menjadi semakin miskin. Karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas
tinggi merusak lingkungan, SDA semakin dikursa sementara kecepatan bagi alam
untuk melakukan rehabilitasi lebih lambat.
Oleh karena itu, seringkali terjadi bahwa pembangunan yang dianggap berhasil
ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai. Akibatnya pembangunan ini
tidak sustainable dan untuk mendapatkan NEW maka “biaya” yang merugikan
tersebut harus dikurangi dari GNP.
2. Human Development Index (HDI)
Usaha lain untuk menganalisis perbandingan pembangunan sosio ekonomi di negara
berkembang maupun maju dilakukan oleh program pembangunan PBB (United
Nations Development Program, UNDP) tahun 1990. Sama seperti PQLI, HDI mencoba
membuat peringkat semua negara pada sekala antara nol (kinerja pembangunan
manusia terendah) sampai satu (kinerja pembangunan manusia tertinggi). Ada tiga
krtiteria atau hasil akhir pembangunan yang dinilai yaitu :
1) Ketahanan hidup
2) Pengetahuan
3) Kualitas standart hidup
Ketahanan hidup diukur berdasarkan harapan hidup pada saat kelahiran sedangkan
pengetahuan dihitung berdasarkan tingkat rata-rata melek huruf di kalangan
penduduk dewasa. Kemudian kualitas standart hidup diukur berdasarkan
pendapatan per kapita sejati yang disesuaikan dengan paritas daya beli (Purchasing
Power Parity, PPP) dari mata uang domestic masing-masing negara.
Berdasarkan ketiga kriteria pembangunan tersebut dengan suatu rumusan
perhitungan yang komplek, akhirnya suatu negara dapat digolongkan ke dalam salah
satu dari tiga kelompok. Apabila HDI nya mempunyai angka 0,00-0,50 berarti tingkat
pembangunan manusianya rendah. Kemudian jika HDI nya mempunyai angka 0,51-
0,79 berarti tingkat pembangunan manusianya sedang dan bila 0,80-1,00 berarti
tingkat pembangunan manusianya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai