Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu Negara tentunya memerlukan pertumbuhan dalam Negara
tersebut, baik itu dari infrastrukturnya maupun dari yang lainnya sehingga suatu
Negara dapat berkembang dan memiliki nilai jual dimata dunia. Pertumbuhan
wilayah biasanya merupakan wujud dari keinginan masyarakat di suatu daerah
untuk tumbuh dan berkembang dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya dan
keamanan dalam dimensi geografis. Dari perkembangan wilayah inilah yang
nantinya menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dengan suatu indikator-indikator dan variable pembangunan. Karena
perkembangan wilayah berasal dari wujud keinginan masyarakat, maka antara
satu daerah dengan daerah lain tentunya memiliki indikator dan variable
pembangunan yang berbeda tergantung dari tingkat pendidikan dan pengetahuan
masyarakat itu sendiri.
Pemahaman yang memadai tentang indikator pertumbuhan wilayah ini akan
berimplikasi pada semakin terarahnya pelaksanaan pembangunan yang
dilaksanakan dan semakin tingginya responsi masyarakat dalam menyukseskan
dan mencapai sasaran atau target dari perkembangan wilayah. Secara umum,
tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat dari rasio luas wilayah terbangun
terhadap total luas wilayah. Semakin luas wilayah terbangunnya dapat diartikan
semakin tinggi aktivitas ekonomi masyarakatnya.
Kondisi tersebut dapat dilihat dari semakin padatnya jaringan jalan, semakin
meluasnya wilayah perkantoran dan perdagangan, semakin menyebarnya wilayah
permukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan tingginya peluang
kerja. Disamping itu, pertumbuhan wilayah juga diketahui dari semakin
meningkatnya kegiatan ekonomi mulai dari pusat-pusat bisnis yang cenderung
berkembang. Proses inilah yang kemudian menyebabkan wilayah administratif

1
tetangganya memperoleh manfaat dengan semakin berkembangnya daerah
perbatasan.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Pembuatan Makalah ini adalah:
1. Apa sajakah Indikator dalam Perkembangan Wilayah?
2. Bagaimana Peran Indikator dalam Pertumbuhan Wilayah?

C. Tujuan Penyusunan
Adapun Tujuan dalam Pembuatan Makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Indikator dalam Perkembangan Wilayah.
2. Untuk Mengetahui Peran Indikator dalam Pertumbuhan Wilayah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Indikator Pertumbuhan Wilayah


1. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Wilayah sering diartikan sebagai satu kesatuan ruang secara geografi yang
mempunyai tempat tertentu tanpa terlalu memperhatikan soal batas dan
kondisinya.1
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu peningkatan kapasitas
produksi untuk memperbesar output. Pertumbuhan ekonomi wilayah seringkali
dikonotasikan sebagai upaya peningkatan kemakmuran suatu wilayah. Dalam hal
ini, pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan output (keluaran) wilayah,
peningkatan ini meliputi baik kapasitas produksi ataupun volume produksi riil.
Pertumbuhan ekonomi wilayah dapat pula dinyatakan sebagai peningkatan
produksi sejumlah komoditas yang dihasilkan atau diperoleh di suatu wilayah.
Konsep ini menyangkut aspek produksi dan perdagangan, yang dapat
diperolehnya komoditas-komoditas sebagai suplai hasil akhir (final product) yang
meningkat, dan selanjutnya dipertukarkan melalui perdagangan antar wilayah.2
Dalam pembangunan wilayah (regional) perencanaan pembangunan sub
sistem ekonomi nasional (berarti pembangunan ekonomi regional) merupakan
keharusan atau prasyarat. Suatu ekonomi wilayah dianalisis sebagai suatu sistem
ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah-wilayah (daerah-daerah) lain
melalui kegiatan arus perpindahan faktor produksi atau pertukaran komoditas-
komoditas. Dalam pembangunan ekonomi wilayah muncul persoalan penting,
yaitu bagaimana mengukur peningkatan dalam hal kegiatan ekonomi suatu
wilayah (daerah). Dalam proses pembangunan ekonomi wilayah terjadi
peningkatan volume produksi berbagai barang dan jasa, peningkatan pendapatan
perkapita, perbaikan sistem transportasi, penurunan biaya produksi, peningkatan
produktivitas sektoral, dan sebagainya. Untuk itu perlu dipilih beberapa variabel
1
Robinson Tarigan, Percanaan Pembangunan Wilayah, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012. Hal 114
2
Rahardjo Adisasmita, Pertumbuhan Wilayah & Wilayah Pertumbuhan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014), hlm. 91.

3
yang digunakan sebagai indikator (tolok ukur keberhasilan) dalam pertumbuhan
ekonomi wilayah.3

a. Indikator-indikator Pertumbuhan Ekonomi Wilayah


Beberapa indikator yang banyak digunakan dalam pertumbuhan ekonomi
wilayah dapat dikemukakan sebagai berikut:4
1) Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita (atau Pendapatan
Regional Per Kapita)
Salah satu konsep yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi
regional (wilayah) adalah konsep Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
PDRB merupakan nilai dari seluruh produksi dalam suatu wilayah (daerah) yang
dinyatakan dengan uang (Rupiah) dalam suatu jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun). Produk Domestik Regional Bruto merupakan ukuran prestasi
(keberhasilan) ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi. PDB ataupun PDRB
sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi mendapat tanggapan oleh
beberapa kritikus ilmu ekonomi, karena memfokuskan pada kuantitas dan bukan
pada kualitas (kualitas hidup). Untuk memperbaiki penekanan PDB (PDRB) yang
berlebihan pada produksi barang dan jasa, telah disodorkan cara pengukuran yang
lain yang dapat disebut dengan kesejahteraan ekonomi netto (net economic
welfare atau disingkat NEW).5
PDB (PDRB) dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan (1) Arus
barang dan jasa, dan (2) Penghasilan atau biaya. Keduanya cara pendekatan
perhitungan tersebut menghasilkan angka yang benar-benar sama.
PDB (PDRB) sebagai tolok ukur memiliki kelemahan dalam menilai
tingkat kesejahteraan ekonomi suatu bangsa (daerah) yang sesungguhnya, untuk
itu perlu dilakukan koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi positif meliputi:
a) Waktu luang, contoh: orang yang lebih kaya memutuskan untuk bekerja
dalam waktu yang lebih singkat dalam seminggunya, dengan harapan
untuk memperoleh kepuasan psikis dari tambahan waktu luang untuk
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Ibid., hlm. 92.

4
bersenang-senang. Kepuasan psikis ini seharusnya ikut diperhitungkan dan
ditambahkan dalam PDB (PDRB).
b) Perekonomian illegal atau melawan hukum (seperti perdagangan Narkoba)
nilai kegiatannya tidak dimasukkan dalam perhitungan nilai produk
nasional (regipnal) karena sudah disepakati bahwa kegiatan ini merupakan
hal yang buruk dari segi sosial dan melawan hukum.
c) Kegiatan ekonomi legal tetapi tidak tercatat dalam perhitungan produk
nasional (regional), sehingga terhindar dari pajak (seperti tukang batu yang
memperbaiki pagar rumah kita, mereka menerima uang, tetapi tidak
terekam dalam perhitungan PDB (PDRB)).
Selain koreksi positif terdapat koreksi negatif. Koreksi negatif ialah
kerusakan lingkungan. Dalam produk nasional (regional) kerusakan lingkungan,
seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air, pencemaran udara, semuanya tidak
tercatat dalam perhitungan nilai produk nasional (regional). Kerugian akibat
kerusakan lingkungan tersebut menjadi beban masyarakat. Untuk
menyempurnakan angka-angka produk nasional (regional) dalam upaya
memperoleh suatu tolok ukur (indikator) ekonomi yang lebih baik dan lebih
berarti, maka perlu dilakukan koreksi positif dan koreksi negatif yang harus
ditambahkan pada nilai PDB PDRB.
Konsep Produk Domestik Bruto (GDP/GNP) yang diformulasikan pada
sekitar tahun 1950 (oleh Simon Kuznets dari Universitas Harvard, Amerika
Serikat), meskipun memiliki kelemahan seperti dikemukakan di atas, namun tetap
digunakan oleh Negara-negara di dunia, karena dianggap sistem perhitungan dan
pendekatannya tidak menyulitkan dan dapat diimplementasikan.
2) Ketidakseimbangan Pendapatan
Analisis ketidakseimbangan pendapatan dimulai dengan pertanyaan
tentang berapa persen dari total pendapatan yang diterima oleh 10 persen populasi
yang terendah, 50 persen terendah, atau 90 persen terendah, dan seterusnya.
Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak didistribusikan
secara adil, 80 persen populasi terbawah akan menerima 80 persen dari total

5
pendapatan, sedangkan 20 persen populasi teratas menerima 20 persen total
pendapatan.
Kenyataannya tidak seperti yang dikemukakan di atas, yaitu
memperlihatkan ketimpangan atau ketidakseimbangan yang tajam. Misalnya 20
persen terbawah menerima 5 persen dari total pendapatan, 20 persen kedua
memperoleh 10 persen dari total pendapatan, 20 persen ketiga mendapat 17,50
persen, 20 persen ke empat menerima 25 persen dan 20 persen populasi teratas
menikmati 42,50 persen dari total pendapatan. Ketidakseimbangan pendapatan
yang tajam menimbulkan dampak negatif yang besar, karena bagian terbesar dari
total pendapatan dikuasai oleh sebagian kecil populasi. Yang besar bertambah
kuat dan yang kecil bertambah lemah. Kecenderungan ini akan menimbulkan
kemiskinan structural yang makin bertambah berat.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan
penduduk di bagi tiga, yaitu 40 persen populasi terendah, 40 persen populasi
sedang, dan 20 persen populasi teratas. Indikator ketidakseimbangan
(ketimpangan) pendapatan dapat diterapkan untuk menilai keberhasilan
pembangunan ekonomi di suatu daerah (wilayah).
3) Perubahan Struktur Perekonomian
Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan
akan mengakibatkan perubahan struktur perekonomian, di mana terjadi
kecenderungan bahwa kontribusi (peranan) sektor pertanian terhadap nilai PDRB
akan menurun, sedangkan kontribusi sektor industri akan meningkat. Secara
absolut nilai produksi sektor pertanian meningkat sebagai akibat dari penerapan
sistem pertanian maju, penggunaan bibit unggul, pupuk, dan traktor serta sarana
produksi pertanian lainnya, tetapi secara relatif kontribusi nilai produksi pertanian
terhadap nilai PDRB menurun karena, pertumbuhan nilai produksi sektor industri
(yang menggunakan teknologi maju dan tepat guna) meningkat lebih tinggi,
demikian pula sektor-sektor lainnya. Dalam masyarakat maju, sektor jasa (tersier)
memperlihatkan pula pertumbuhan yang meningkat relatif tinggi.6

6
Ibid., hlm. 93.

6
Sektor industri memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan
nasional dan regional. Sektor industri menyediakan lapangan kerja yang luas,
memberikan peningkatan pendapatan kepada masyarakat, menghasilkan devisa
yang dihasilkan dari ekspor. Oleh karena itu, perekonomian suatu daerah
(wilayah) harus diorientasikan selain sektor pertanian, tetapi harus pula
diorientasikan kepada sektor industri.
Selanjutnya, dalam pembangunan sektor industri harus memperhatikan
komposisi jenis industri yang dikembangkan. Apakah industri yang bersifat padat
karya atau padat modal, apakah industri yang menggunakan teknologi sederhana,
tepat guna, atau teknologi maju (modern), apakah industri yang menghasilkan
produk untuk pasar lokal, regional, nasional, atau diekspor ke luar negeri. Apakah
industri yang memiliki dampak mata rantai ke belakang yang kuat atau ke depan
yang kuat. Industri yang dibangun harus diupayakan berkapasitas handal dan
berdaya saing kuat.
4) Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu
masalah yang strategis dan sangat mendesak dalam pembangunan di Indonesia,
terutama bila dikaitkan dengan strategi dasar Triologi Pembangunan Indonesia,
yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi yang tinggi, (2) pemerataan pembangunan ke
seluruh wilayah tanah air, dan (3) stabilitas nasional dan regional yang mantap
dan dinamis.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 240 juta jiwa, tingkat
pengangguran cukup tinggi dan cenderung bertambah besar dan bertambah luas
akibat krisis finansial global yang melanda negara-negara di dunia, jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat, yang berarti tingkat
kemiskinan penduduk meningkat. Dampak kemiskinan sangat luas, konsumsi
masyarakat menurun, investasi domestik menurun, yang mengakibatkan
menurunnya kesempatan kerja.
Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan
peranan pemerintah. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah
pembangunan prasarana (misalnya jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau

7
ke seluruh kantong-kantong produksi, akan mendorong peningkatan produksi
berbagai komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan) serta barang-barang hasil
industri. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi akan menunjang
berkembangnya berbagai kegiatan di sektor-sektor lainnya (yaitu pertanian,
perdagangan, industri, pariwisata dan lainnya). Peningkatan dan pengembangan
berbagai kegiatan sektoral di berbagai daerah (wilayah) diharapkan akan
meningkatkan kesempatan kerja, prouksi nasional dan regional, pendapatan
masyarakat, dan konsumsi masyarakat, dengan demikian dapat mengatasi
pengangguran, kemiskinan, keterpurukan ekonomi dan sosial. Yang berarti terjadi
pemulihan ekonomi nasional dan regional (economic recovery).
5) Tingkat dan Penyebaran Kemudahan
“Kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari (seperti
sandang, pangan, papan, memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan,
kesempatan melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan
kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya mendapatkan bahan
baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air bersih, dan jasa-jasa seperti jasa
angkutan, pemasaran, perbankan dan lainnya. Tingkat kemudahan sudah
mencakup pengertian aksesibilitas. Kemudahan dengan ciri-ciri seperti itu lebih
banyak terdapat di kota-kota (daerah perkotaan) daripada di daearah-daerah
pedesaan. Di mana tingkat kemudahan tinggi, ke sana pula masyarakat cenderung
berpindah dengan membawa serta pengalaman dan modalnya. Dengan
bertambahnya kegiatan usaha di situ, maka tingkat kemudahan pun akan
meningkat dan daya tariknya akan makin bertambah kuat pula. Tingkat
kemudahan dicerminkan oleh tingkat ketersediaan fasilitas-fasilitas pelayanan
ekonomi dan sosial.7
Poenomosidi Hadjisarosa berpendapat bahwa kriteria yang di pilih untuk
menyatakan bahwa pertumbuhan suatu wilayah (daerah) adalah tingkat
kemudahan, karena tingkat pemakaian kriteria (indikator) pendapatan daerah (per

7
Ibid., hlm. 93-94.

8
kapita) sangat sukar untuk mencari kaitannya dengan mekanisme pengembangan
wilayah, selain dari pada itu pendapatan belum memberikan gambaran yang
memadai tentang kebutuhan sebenarnya masyarakat, pendapatan tinggi belum
tentu berarti tersedianya suatu kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh
kebutuhannya.
Dalam pembahasan pertumbuhan pembangunan ekonomi wilayah
(regional) telah diutarakan beberapa indikator (tolok ukur) seperti pendapatan
regional per kapita, ketidakseimbangan (ketimpangan) pendapatan, perubahan
struktur perekonomian, struktur industri, pertumbuhan kesempatan kerja, serta
tingkat dan penyebaran “kemudahan”. Dari segi pendekatan metodologisnya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu yang mendasarkan pada konsep makro ekonomi
(PDRB, Produk Regional) dan yang kedua adalah menafsirkan pertumbuhan suatu
daerah (wilayah) menurut dinamikanya (struktur perekonomian dan struktur
industrinya). Indikator-indikator tersebut adalah bersifat komplementer dan saling
melengkapi.

2. Indikator lain dalam Pertumbuhan Wilayah


Indikator diterapkannya konsep pembangunan pertumbuhuan
berkelanjutan dalam penataan ruang dapat dibagi sesuai dengan tiga aspek yang
ingin dicapainya, yaitu ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup dengan
beberapa contoh sebagai berikut:8
a. Indikator Ekonomi: PDB/PDRB, pendapatan perkapita, volume ekspor-
impor, dan lain-lain secara stabil serta kemajuan sektor kegiatan ekonomi
yang telah ada sekaligus tumbuhnya sektor kegiatan baru yang mendukung
perekonomian nasional.
b. Indikator Sosial Budaya: kualitas sumberdaya manusia, angka harapan
hidup, intensitas kegiatan budaya; tingkat kebergantungan penduduk
(desa-kota, nonproduktif-produktif, jumlah pengangguran, dan lainlain).

8
Diakses dari website http://rbmamarulwaruwu.blogspot.com/2016/11/makalah-indikator-
dalam- pertumbuhan.html?m=1 pada Jum’at, 3 Mei 2019 Pukul 07:55.

9
c. Indikator Lingkungan Hidup:standardisasi kualitas air, udara, tanah;
perubahan suhu udara, tingkat permukaan air tanah, intrusi air laut,
frekuensi bencana, dan lain-lain.

B. Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pertumbuhan


Setiap wilayah mempunyai potensi untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Perkembangan suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan terjadi karena beberapa
faktor. Pusat pertumbuhan yang dibangun di Indonesia, seperti kawasan
pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) misalnya, diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan penduduknya.
1. Pengertian Pusat Pertumbuhan
Perkembangan wilayah diawali dengan munculnya pusat pertumbuhan.
Apakah yang dimaksud dengan pusat pertumbuhan? Coba simak perkembangan
Kota Jakarta. Sebelum menjadi kota bernama Jakarta, kota yang bernama Batavia
ini hanya merupakan tempat administrasi pemerintahan Belanda di Indonesia.
Segala kegiatan ekonomi perdagangan dan keluar masuk barang (ekspor impor) di
wilayah jajahan Belanda dalam wilayah Nusantara harus melewati administrasi di
Batavia. Kegiatan administrasi ini merangsang kegiatan lain, seperti pelayanan
jasa dan perbankan sehingga banyak gedung-gedung perkantoran dibangun untuk
mendukungnya. Memang, kegiatan ekonomi menjadi kekuatan pendorong bagi
tumbuhnya suatu daerah. Pusat pertumbuhan yang muncul akan memengaruhi
wilayah sekitarnya.
Jadi, pusat pertumbuhan merupakan suatu wilayah yang berkembang secara
pesat khususnya kegiatan ekonomi sehingga menjadi pusat pembangunan daerah.
Pusat pertumbuhan akan mendorong perkembangan wilayah sekitarnya. Pusat
pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah dipengaruhi oleh karakteristik
wilayahnya. Perkembangan pusat pertumbuhan di suatu wilayah ditentukan oleh
faktor-faktor sebagai berikut.
a. Sumber Daya Alam
Daerah yang mempunyai kekayaan sumber daya alam berpotensi menjadi
pusat pertumbuhan. Sebagai contoh, penambangan bahan tambang yang bernilai

10
ekonomi tinggi di suatu wilayah merangsang kegiatan ekonomi, memberikan
kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan daerah serta berpengaruh
terhadap munculnya kegiatan ekonomi penunjang.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sangat berperan dalam pembentukan pusat
pertumbuhan di suatu wilayah. Tenaga kerja yang ahli, terampil, andal, kapabel,
dan profesional dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam. Pusat
pertumbuhan akan berkembang dan pembangunan berjalan lancar apabila tersedia
sumber daya manusia yang andal.
c. Kondisi Fisiografi/Lokasi
Kondisi fisiografi/lokasi memengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan.
Lokasi yang strategis memudahkan transportasi dan angkutan barang, sehingga
pusat pertumbuhan berkembang cepat. Sebagai contoh, daerah dataran rendah
yang berelief rata memungkinkan pusat pertumbuhan berkembang lebih cepat
dibanding daerah pedalaman yang berelief kasar atau ber-pegunungan.
d. Fasilitas Penunjang
Pusat pertumbuhan akan lebih berkembang apabila didukung oleh fasilitas
penunjang yang memadai. Beberapa fasilitas penunjang antara lain jalan, jaringan
listrik, jaringan telepon, pelabuhan laut dan udara, fasilitas air bersih, penyediaan
bahan bakar, serta prasarana kebersihan.

2. Pengaruh Pusat Pertumbuhan


Pengaruh yang ditimbulkan dari pusat pertumbuhan yang berkembang di suatu
wilayah sebagai berikut:9
a. Pemusatan Sumber Daya Manusia
Munculnya pusat pertumbuhan di suatu wilayah akan menarik tenaga kerja
yang banyak. Para pekerja dari luar wilayah akan pindah dan menetap di wilayah
pusat pertumbuhan sehingga terjadi pemusatan penduduk atau sumber daya
manusia. Arus migrasi penduduk dari daerah pedesaan menuju pusat per-

9
Diakses dari website https://www.pustakabelajar.com/2018/04/konsep-wilayah-dan-pusat-
pertumbuhan.html?m=1 pada Jum’at, 3 Mei 2019 Pukul 07:55.

11
tumbuhan atau kota di Indonesia menunjukkan peningkatan seiring dengan
perkembangan pusat pertumbuhan atau kota itu. Sebagai contoh, penambangan
batu bara di wilayah Kalimantan memerlukan banyak tenaga kerja dari luar
wilayah.
b. Perkembangan Ekonomi
Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah akan meningkatkan
kegiatan perekonomian di wilayah itu. Kesempatan kerja yang banyak dari
berbagai bidang dan arus barang kebutuhan hidup berdampak pada perkembangan
usaha-usaha ekonomi lain. Sebagai contoh, munculnya pusat pertumbuhan yang
berawal dari kegiatan penambangan batu bara merangsang tumbuhnya kegiatan-
kegiatan ekonomi lain, seperti warung makan, pasar, penginapan, toko kelontong,
usaha transportasi, dan tempat hiburan. Dari usaha transportasi sendiri akan
mendorong tumbuhnya penjualan alat-alat transportasi dan perbengkelan.
Banyak penduduk pendatang dan penduduk lokal membuka usaha atau
melakukan kegiatan ekonomi di wilayah pusat pertumbuhan untuk meningkatkan
taraf hidupnya. Mereka bekerja sebagai wiraswastawan, pedagang, karyawan,
buruh, dan penjualan jasa. Kawasan industri, perkebunan, pertambangan,
kehutanan, dan pertanian merupakan wilayah yang dapat dikembangkan menjadi
pusat-pusat pertumbuhan. Kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah pusat
pertumbuhan akan meningkatkan kesejahteraan penduduk.
c. Perubahan Sosial Budaya
Wilayah pusat pertumbuhan cenderung memiliki penduduk yang makin padat.
Kepadatan penduduk yang meningkat serta kemajuan komunikasi dan transportasi
akan berpengaruh pada kehidupan sosial budaya penduduknya. Pengaruh pusat
pertumbuhan yang semakin berkembang terhadap sosial budaya antara lain
sebagai berikut:
 Penduduk termotivasi untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan guna
mengatasi masalah akibat perubahan sosial budaya.
 Terjadi percampuran budaya (akulturasi) antara penduduk pendatang dan
penduduk lokal serta antarpenduduk pendatang sendiri.
 Arus informasi dari luar wilayah semakin meningkat.

12
 Status sosial akan meningkat seiring peningkatan kesejah-teraan hidup.
 Perubahan sikap penduduk terhadap disiplin waktu, penggunaan uang, dan
pemilikan kebutuhan hidup.

3. Batas Wilayah Pertumbuhan


Batas wilayah pertumbuhan merupakan batas pengaruh terluar suatu wilayah
yang mengalami pertumbuhan. Suatu wilayah yang sedang tumbuh memiliki
batas-batas pengaruh yang berbeda-beda.
a. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Sebuah pusat pertumbuhan memiliki daerah pengaruh yang jumlahnya lebih
dari satu. Hal ini disebabkan pusat pertumbuhan menawarkan berbagai jenis
barang dan pelayanan. Pengaruh pusat pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya
berkurang seiring dengan jarak. Semakin jauh jaraknya maka semakin kecil
pengaruhnya dan semakin rendah tingkat pelayanannya.
Di Inggris, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kota terhadap daerah
sekitarnya dilakukan dengan menyusun indeks. Indeks tersebut menunjukkan
keterkaitan kota dengan daerah di sekelilingnya. Indeks tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut:
 Distribusi surat kabar lokal dengan daerah sekitarnya.
 Pelayanan transportasi umum.
 Penjualan barang dengan eceran di kecamatan oleh pedagang besar di
kota.
 Persebaran sekolah-sekolah tertentu.
 Banyaknya pelajar dan jauh dekatnya jarak asal para pelajar tersebut.
 Wilayah cakupan pelayanan dari rumah sakit pusat.
 Wilayah persebaran berita atau hiburan lewat siaran radio.
b. Interaksi Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan data empiris (pengamatan di lapangan), apabila dua wilayah
pertumbuhan saling berinteraksi maka salah satunya mempunyai pengaruh yang
lebih kuat. Interaksi yang terjadi antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari

13
beberapa aspek. Interaksi antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari tiga aspek
sebagai berikut:10
1) Aspek Ekonomi
 Jaringan jalan yang menghubungkan dua wilayah pertumbuhan
menjadikan transportasi lancar, sehingga merangsang kegiatan
ekonomi di kedua wilayah itu.
 Wilayah pertumbuhan A menjadi produsen barang-barang yang
dibutuhkan di wilayah pertumbuhan B, sehingga barang-barang dari A
dikirim ke B.
 Lalu lintas yang lancar antarwilayah pertumbuhan akan menekan harga
kebutuhan di kedua wilayah.
 Wilayah pertumbuhan A dapat menjadi pasar bagi barang-barang yang
diproduksi di wilayah pertumbuhan B dan sebaliknya.
2) Aspek Sosial
 Mobilitas dari berbagai latar belakang sosial ekonomi dan berbagai
tujuan yang berbeda terjadi antarwilayah per-tumbuhan.
 Tenaga kerja dari luar wilayah pertumbuhan yang bekerja dan mencari
nafkah di suatu wilayah.
 Kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan penduduk bermigrasi
ke wilayah pertumbuhan lain.
 Kebutuhan bahan baku dan hasil industri menyebabkan terjadinya
interaksi antarwilayah pertumbuhan.
3) Aspek Budaya
 Mode pakaian dan gaya berpakaian dari salah satu wilayah
pertumbuhan banyak ditiru di wilayah lain.
 Penyebaran seni dan budaya melalui media komunikasi ke wilayah
pertumbuhan lainnya.

10
Diakses dari website https://www.pustakabelajar.com/2018/04/konsep-wilayah-dan-pusat-
pertumbuhan.html?m=1 pada Jum’at, 3 Mei 2019 Pukul 07:55.

14
 Budaya konsumtif dari suatu wilayah pertumbuhan mudah menular ke
wilayah lain.
 Penemuan bidang teknologi dari suatu wilayah pertumbuhan dapat
diterapkan untuk kemajuan wilayah lainnya.
Dari aspek-aspek di atas tampak bahwa pengaruh yang disebabkan oleh
interaksi antarwilayah pertumbuhan dapat memberikan pengaruh positif maupun
negatif bagi masing-masing wilayah.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dalam makalah ini adalah suatu wilayah mengalami
peningkatan jika mempunyai acuan dalam melaksanakan pembangunan. Dan
pertumbuhan wilayah merupakan suatu proses dinamika perkembangan internal
dan eksternal wilayah tersebut, pertumbuhan wilayah pada awalnya dipicu oleh
adanya pasar yang dapat menyerap hasil produksi wilayah yang bersangkutan.
Perkembangan wilayah ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.

Peran indikiator dalam pertumbuhan wilayah adalah sebagai tolak ukur dalam
melaksanakan pembangunan, sebagaimana disebutkan bahwa indikator dalam
pertumbuhan wilayah itu terdiri dari Aspek Ekonomi, Aspek Sosial Budaya, dan
Aspek Lingkungan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif dari
berbagai pihak sangat kami harapkan agar dalam penyusunan makalah selanjutnya
akan semakin mendekati kebenaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2014. Pertumbuhan Wilayah & Wilayah Pertumbuhan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tarigan, Robinson. 2012. Percanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Diakses dari website http://rbmamarulwaruwu.blogspot.com/2016/11/makalah-
indikator-dalam- pertumbuhan.html?m=1 pada Jum’at, 3 Mei 2019 Pukul
07:55.
Diakses dari website https://www.pustakabelajar.com/2018/04/konsep-wilayah-
dan-pusat-pertumbuhan.html?m=1 pada Jum’at, 3 Mei 2019 Pukul 07:55.

17

Anda mungkin juga menyukai