Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN PORTOFOLIO

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIMAN MAULANA

NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2020/2021
STUDY FROM HOME
PENGKAJIAN LUKA (Bates Jensen Wound Assessment Tool)

Nama pasien :Tn.B Usia :16


Lokasi luka :Siku Tanggal :11-09-2020

N Sko
Komponen Pengkajian Skor
o r
1 Ukuran luka 1 P x L < 4 cm2
2 P x L 4 - 16 cm2 2
2
3 P x L 16 - < 36 cm
4 P x L 36 - < 80 cm2
5 P x L > 80 cm2
2 Kedalaman 1 Tidak ada eritema pada kulit yang utuh
Kehilangan sebagian kulit (partial thicknes) termasuk epidermis dan atau
2 2
dermis
Kehilangan seluruh bagian kulit (full thicknes) meliputi kerusakan atau
3
nekrosis pada jaringan subkutan
4 Dikaburkan (tidak tampak jelas) akibat nekrosis
Kehilangan seluruh lapisan kulit (full thicknes) dengan kerusakan yang luas,
5
jaringan nekrosis atau otot yang rusak, tulang atau struktur penyokong
3 Tepi luka 1 Samar, tidak jelas terlihat, menyebar 1
2 Jelas, batas tepi terlihat menyatu dengan dasar luka
3 Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka
4 Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka, tebal
5 Jelas, fibrotic, jaringan parut tebal/hyperkeratonic
4 Goa/ 1 Tidak ada 1
undermining
2 Goa < 2 cm di area manapun
(lubang pada
luka yang ada 3 Goa 2-4 cm, < 50% dari tepi luka
dibawah jaringan 4 Goa 2-4 cm > 50% dari tepi luka
sehat)
5 Goa > 4 cm atau tunneling di area manapun
5 Tipe Jaringan 1 Tidak ada/tidak nampak 1
nekrotik
Putih/abu-abu jaringan mati dan atau slough yang tidak melekat (mudah
2
dihilangkan)
3 Slough kuning melekat tapi mudah dihilangkan
4 Melekat, lembut dan ada jaringan parut palsu berwarna hitam (black eschar)
5 Melekat kuat, berbatas tegas, keras dan black eschar
6 Jumlah jaringan 1 Tidak tampak 1
nekrotik
2 < 25% menutupi dasar luka
3 25% - 50% menutupi dasar luka
4 > 50% - < 75% menutupi dasar luka
5 75% - 100% menutupi dasar luka
7 Tipe eksudat 1 Tidak ada 1
2 Bloody (darah)
3 Serosanguineous, encer, berair, merah pucat atau pink
4 Serous, encer, berair, jernih
Purulent, encer atau kental, keruh, kecoklatan/
5
kekuningan, dengan atau tanpa bau
8 Jumlah eksudat 1 Kering, tidak ada eksudat 1
2 Sangat sedikit, luka tampak lembab (moist) tapi eksudat tidak teramati
3 Sedikit
4 Sedang
5 Banyak
9 Warna kulit 1 Merah muda, normal 1
sekitar luka
2 Merah terang atau pucat saat di tekan
3 Putih atau pucat atau hipopigmentasi
4 Merah gelap atau keunguan, tidak pucat saat ditekan
5 Hitam atau hiperpigmentasi
10 Edema 1 Tidak ada bengkak atau edema (No swelling) 1
perifer/tepi
2 Non pitting edema < 4 cm disekitar luka
jaringan
3 Non pitting edema > 4 cm disekitar luka
4 Pitting edema < 4 cm disekitar luka
5 Krepitasi atau pitting edema > 4 cm disekitar luka
11 Indurasi 1 Tidak ada 1
Jaringan Perifer
2 Indurasi (Pengerasan) < 2 cm di sekitar luka
(Pengerasan
jaringan tepi) 3 Indurasi (Pengerasan) 2-4 cm, menyebar seluas < 50% di sekitar luka
4 Indurasi (Pengerasan) 2-4 cm, menyebar seluas ≥ 50% di sekitar luka
5 Indurasi (Pengerasan) > 4 cm di sekitar luka
12 Jaringan 1 Kulit utuh
granulasi
2 Terang, merah, 75% - 100% jaringan granulasi 2
3 Terang, merah, 25% - <75% jaringan granulasi
4 Merah pucat, merah kehitaman dan atau luka ≤25 % terisi granulasi
5 Tidak tampak jaringan granulasi
13 Epitelisasi 1 100% epitelisasi, permukaan utuh 1
75% - <100 % epitelisasi, dan atau terdapat jaringan epitel meluas sepanjang
2
>0,5 cm pada permukaan luka
50% - <75% epitelisasi, dan atau terdapat jaringan epitel meluas sepanjang <0,5
3
cm pada permukaan luka
4 25 % - 50 % epitelisasi
5 < 25 % epitelisasi
TOTAL SKOR 16

X 11-09-2020

Plotkan total skor pada rentang status luka dan beri tanda “X” pada garis dan beri tanggal dibawah garis.
PREDIKSI WAKTU PENYEMBUHAN LUKA

N = 16 X 12 = 3 MINGGU,4 Hari
55

55 = Nilai skor tertinggi


12 = Prediksi waktu penyembuhan luka
S = Skor nilai Bates Jensen
N = Hasil prediksi waktu

Nama Perawat

Ade Firman Maulana

GAMBAR LUKA
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIMAN MAULANA


NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020/2021
1. SISTEM INTEGUMEN
a. Anatomi fisiologi integumen
S e l u r u h t u bu h m a n u s i a b a g i a n t e r l u a r t e r bu ng k u s o le h s u a t u
s i s t e m ya n g d i s e b u t sebagai sistem integumen. Integument berasal dari bahasa yunani
yaituIntegumentum yang artinya penutup yang terdiri sebagian besar adalah kulit ,rambut
,kuku, dan kelenjar. Sistem intergumen adalah system organ yang paling luas. Sistem ini
terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan
sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan
eksternal).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
beratt u b u h s e b a n ya k 7 % . Ke b e r a d a a n k u l it m e m e g a ng p e r a n a n p e nt i n g
d a l a m m e n c e g a h terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya
agen-agen yang ada di lingkungan sepert i bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet.
Kulit juga akan menahan bilat e r j a d i k e k u a t a n - k e k u a t a n m e k a n i k s e p e r t i
g e s e k a n ( fr i c t io n) , g e t a r a n ( v i b r a t io n) d a n m e n d e t e k s i p e r u ba h a n -
p e r u b a ha n f i s i k d i l i n g k u n g a n l u a r , s e h i n g g a m e m u n g k i n k a n seseorang
untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang
memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam
berbagai fungsi tubuh vital.
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu :epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat atau
korium), dan lapisan subkutan atau hipodermis

b. Web of causation (pathway) Luka bakar

Arus listrik Radiasi Api Bahan kimia Asap

Inhalasi Asap
Kontak dengan permukaan kulit

Edema laring dan trakheal


Kerusakan Integritas kulit/jaringan
Spasme dan akumulasi lendir

Dilatasi sel Kerusakan pertukaran gas


Permeabilitas kapiler menurun
Pemajanan ujung saraf

Sodium, Klorida, Na+, Protein hilang

Nyeri
Dehidrasi jaringan
Resti kekurangan volume cairan Resti Perubahan perfusi jaringan

Sumber referensi : https://id.scribd.com/doc/123910127/PATHWAYS-Luka-Bakar

c. Web of causation (pathway) dekubitus

Sumber referensi : https://fdokumen.com/download/woc-dekubitusdocx

d. Standar Prosedur Operasional


FORMAT STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
JUDUL SPO PERAWATAN LUKA BAKAR
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
Pengertian tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (misalnya :
api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar
(misalnya : asam kuat dan basa kuat).

 Mencegah terjadinya infeksi


Tujuan
 Mengangkat jaringan nekrotik
 Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort)
 Set ganti balutan steril
 Sepuit 10cc
 Kasa steril
Persiapan alat
 Verban sesuai dengan ukuran kebutuhan
 Bengkok
 Obat-obatan sesuai program
 Nacl ,9%/adequat
 Tanyakan keluan pasien
 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
Persiapan pasien
 Beritahu lamanya tindakan
 Atur posisi senyaman mungkin
 Menutup pintu
Persiapan  Menutup jendela atau gorden
lingkungan  Pastikan lingkungan sekitar sudah bersih agar pasien nyaman

 Mencuci tangan

 Menggunakan sarung tangan

 Mengatur posisi klien di bed tindakan supaya luka dapat


Langkah-Langkah
terlihat jelas dan mudah dilakukan perawatan luka
 Bila luka bakar tertutup pakaian maka minta ijin untuk
membuka pakaian supaya luka terlihat jelas dan membuka
pakaian dengan hati-hati, bila sulit basahi dengan NaCl 0,9%.
 Membersihkan luka bakar dengan cara mengirigasi yaitu
dengan cara mengaliri bagian luka menggunakan NaCl 0,9%
dengan meletakan bengkok di bawah luka terlebih dahulu.
 Melakukan debridement bila terdapat jaringan nekrotik
dengan cara memotong bagian nekrotik dengan mengangkat
jaringan nekrotik menggunakan pinset chirurgis dan
digunting dengan gunting chirurgis mulai dari bagian yang
tipis menuju ke bagian tebal.
 Bila ada bula dipecah dengan cara ditusuk dengan jarum spuit
steril sejajar dengan permukaan kulit dibagian pinggir bula
kemudian dilakukan pemotongan kulit bula dimulai dari
pinggir dengan menggunakan gunting dan pinset chirugis.
 Mengeringkan luka dengan cara mengambil kasa steril
dengan pinset anatomis lalu kasa steril ditekankan pelan-pelan
sehingga luka benar-benar dalam kondisi kering.
 Memberikan obat topical sesuai luas luka dengan
menggunakan dua jari yang telah diolesi obat tersebut.
 Menutup luka dengan kasa steril dan memasang plester
dengan digunting sesuai ukuran kemudian ditempelkan di atas
kasa steril.
 Menjelaskan bahwa perawatan luka telah selesai.
 Membersihkan alat medis dan membersihkan sampah medis.
 Mengobservasi keadaan umum pasien :
a. Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan
b. Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat
perubahan keadaan umum

Gambar

 Perhatikan respon pasien


Evaluasi
 Jelaskan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan

Refrensi Https://id.scribd.com/perawatan-luka-bakar
JUDUL SPO PERAWATAN LUKA DEKUBITUS
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
Pengertian
penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
1. Mencegah Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme
ke dalam kulit membrane mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
Tujuan 4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah penyebaran luka
7. Mencegah pendarahan
8. Mencegah excoriasi sekitar kulit drain
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Set steril terdiri atas :
1) Kapas alcohol
2) Kasa steril
3) kom untuk larutan NaCl 0,9%
4) Pinset anatomi
5) Pinset chirurgi
6) Lidi kapas yang steril
Persiapan alat b. Derian tule atau cutimed sorbad/salep obat topikal
c. Gunting plester
d. Plester/perekat atau hipafix
e. Alkohol 70 %
f. Larutan NaCl 0.9 %
g. Handscoon bersih
h. Handscoon steril
i. Penggaris millimeter disposable
j. Pencahayaan yang adekuat
a. Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tujuan tindakan
yang akan dilakukan
Persiapan pasien
b. Atur posisi klien miring kiri atau kanan (sesuai dengan
letak luka dekubitus)
a. Ciptakan suasana yang tenang sebelum pelaksanaan
Persiapan tindakan
lingkungan
b. Pasang sampiran

a. Mencuci tangan

b. Menggunakan sarung tangan

c. Buka balutan dengan menggunakan kapas alcohol dan


buang pada tempat sampah atau kantong plastic yang telah
disediakan
d. Observasi luka, ukur panjang, lebar dan kedalaman luka
dengan menggunakan Penggaris millimeter disposable.
Kemudian lihat juga keadaan luka, warna luka, warna
sekitar tepi luka, derajat luka dan ada cairan atau tidak.
Catat semua hasil observasi
Langkah-Langkah e. Buka set steril
f. Kasa digulungkan keujung pinset chirurgi kemudian tangan
yang satu memegang pinset anatomi
g. Bersihkan luka dengan menggunakan kasa steril yang telah
diberi NaCl 0,9 % dengan cara dari dalam keluar
(pergerakan melingkar) sambil memencet luka untuk
mengeluarkan eksudat
h. Kasa hanya dipakai satu kali dan diganti lagi
i. Ulangi pembersihan sampai semua luka bersih dan cairan
eksudat keluar
j. Buang handscoon bersih
k. Pakai handscoon steril
l. Pakai cutimed sorbad untuk luka yang banyak mengandung
eksudat
m. Balut luka dengan menggunakan kasa steril. Jika luka
masih basah atau banyak mengeluarkan cairan maka balut
luka dengan kasa sampai 7 lapisan. Dan jika luka sudah
mulai kering maka 3 lapis kasa saja.
n. Fiksasi dengan menggunakan plester atau hipafix
o. Buang handscoon dan kasa ditepat yang telah disediakan
p. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang nyaman
q. Aangkat peralatan dan kantong plastic yang berisi balutan
dan handscoon kotor. Bersihkan alat dan buang samapah
dengan baik
r. Cuci tangan
s. Laporkan adanya perubahan pada luka kepada perawat yang
bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji
keadaan luka da respon pasien

Gambar

 Perhatikan respon pasien


Evaluasi
 Jelaskan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan

Https://id.scribd.com/ Ns.Andikia sulistiawan,s.kep.CWCCA


Refrensi

SOAL :
Kejadian luka bakar jam 03.00, px sampai RS jam 06.00, luka mengenai : Lengan kiri depan belakang,
Dada, perut, keadaan lemah, akral hangat kering merah, CRT <2detik, nadi 8x/mnt,TD. 100/70 mmHg.
Hitung kebutuhan cairan, Tuliskan pemberian cairan dan habis hingga jam berapa?

JAWABAN:
4x50x17 =3400
8 Jam I =3400:2=1700ml/8 jam
8 jam II =1700:2=850ml/8 jam
8 jam III =850ml/8 jam
TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIMAN MAULANA


NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020/2021
1. Anatomi fisiologi sistem penglihatan

Pancaindera adalah organ2 akhir yg dikhususkan untukmenerima jenis rangsangan tertentu. Mata adalah jendela hati,
jendela dunia, dgn mata kita bias menyerap berbagai informasi, mengumpulkan berbagai informasi dan data dan
akhirnya kita bisa punya ilmu dan penetahuan yg begitu banyaknya.Indra penglihatan yg terletak pada mata (organ
visus) yg terdiri dari: organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan Bulbus oculus (bola mata) Saraf indra penglihatan, saraf
optikus (saraf kranial II)
Indera penglihatan terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari:
1. Organ Okuli Assesoria (alat bantu mata)
2. Organ Okulus (bagian utama mata)
3. Bulbus Okulus (bola mata)
4. Muskulus Okuli (Otot Mata)
5. Saraf Indera penglihatan
WOC GLAUKOMA

Etiologi

 Primer  Sekunder
- Akut
∞ Trauma
– Katarak
- Kronis – Perubahan lensa
∞ Diabetes mellitus – Kelainan uvea
∞ Hipertensi – Pembedahan
∞ Arterisklerosis
∞ Pemakaian kortikosteroid
jangka panjang.
∞ Miopia tinggi dan progresif

Trauma Pemakaian Uveitis Katarak


kortikosteroid jangka
panjang
Kontusio bola mata Peradangan mengenai
sel-sel trabekular Katarak matur Katarak hipermatur
Metabolisme
Hifema giloksaminoglikan dan
lipopolisakarida meningkat Trabekulitis Kapsul lensa bocor Zonulla zinni rapuh
keluar
Darah menyumbat COA Gg. permanen fungsi
Penimbunan di trabekular Dislokasi lensa
trabekula Menyumbat
meshwork
saluran HA
Sudut mata menutup
Menutup saluran
Menyumbat aliran HA Sinekia anterior ekskresi HA
Sudut COA menutup Penurunan outflow
aqueus humor

Peningkatan TIO

GLAUKOMA

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Iritasi saraf vagus Iritasi saraf Tekanan pada saraf Iritasi saraf Iskemia retina Penipisan lapisan serat
trigeminus dan vagus optik dan retina vagus saraf dan inti bagian
dalam retina
Bronkokontriksi Nyeri
Reflek okulokardiak Kerusakan saraf optik Mual, muntah
dan retina
Visus menurun
Merangsang N.
Suplai O2 menurun
Bradikardia Kehilangan trigeminus
Berkurangnya akson di
saraf optik cairan Penglihatan kabur
Peningkatan kerja
napas MK : Resiko Gg. Perfusi Nyeri menyebar ke
jaringan MK : Resiko pelipis, rahang Imobilisasi kurang
Atrofi optik
kekurangan volume
Dyspnea cairan
Anoreksia
Hilangnya MK : Gg. immobilitas
pandangan fisik
MK : MK :
Resiko pola napas tidak perifer - Gg. Persepsi MK: Resiko perubahan
efektif sensori (visual) nutrisi kurang dari
- Resti cidera kebutuhan tubuh
Sumber referensi : https://id.scribd.com/document/86326829/WOC-GLAUKOMA

WOC KATARAK

metabolik obat-obatan

DM galaktosemia penotiazin,

miotics

glukosa darah tidak mampu

mengkonversi deposit pigmen


glukosa di humor galaktosa-glukosa pd anterior

aqueous epitelium lensa

akumulasi galaktosa

berdifusi kelensa diseluruh jaringan

glukosa dilensa galaktosa di konversi


menjadi galaktisol

glukosa-konfrensi
oleh enzim aldose
reduktase-sorbitol
kekeruhan pada lensa mata

hambatan cahaya ke retina

penurunan visus sensitivitas kontras timbul area timbul seperti


(ketajaman terhadap cahaya refraktil pada berkabut pada
penglihatan) terang lingkungan bag tengah lapang pandang

lensa

MK: gangguan persepsi silau pada siang hari


dan kognitif :penglihatan atau silau karena cahaya diplopia monocular
lampu pd malam hari
MK: resiko
cidera
operasi katarak MK: gangguan persepsi
dan kognitif :penglihatan
MK: cemas

Sumber refrensi : https://id.scribd.com/doc/238913268/WOC-KATARAK


WOC HORDEOLUM
Sumber refrensi: https://id.scribd.com/document/3800906196/WOC-Hordeolum
HORDEOLUM

Pasien Gelisah, dan cemas dengn Pasien bertanya tentang penyakitnya


keadaannya

Ansietas Defisiensi Pengetahuan

Mengenai kelenjar Meibom Mengenai kelenjar Zeis/ Moll


(Hordeolum interna) (Hordeolum Eksterna)

Inflamasi Granulomatus kronik Penonjolan ke arah palpebra

Nodul pada kelopak mata Pasien malu dengan


keadaannya
Abses
pada
Gangguan Citra tubuh
Hordeolum pangkal
Hordeulum interna tidak Hordeulum interna yg membesar bulu mata
terinfeksi terinfeksi

Inflamasi supuratif
Bisa hilang secara Nyeri akut
spontan dalam Kerusakan Integritas
beberapa bulan kulit
Resiko penyebaran
Infeksi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN OBAT TETES MATA
 Judul
Pemberian obat tetes mata
 Pengertian
Memberikan obat tertentu dengan cara meneteskannya ke dalam mata.

 Tujuan
Melaksanakan tindakan pengobatan mata sesuai dengan program pengobatan.

 Persiapan Alat
Baki + alas berisi :
 Kasa steril dalam tempatnya
 Obat tetes mata
 Tisu dalam tempatnya
 Kapas basah dalam kom
 Handscoen dalam toples
 Korentang
 Bengkok (Nierbekken)
 Gunting verband
 Plester
 Masker
 Baraskot
 Persiapan Pasien
 Tanyakan keluan pasien
 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
 Beritahu lamanya tindakan
 Atur posisi senyaman mungkin
 Persiapan Lingkungan
 Menutup pintu
 Menutup jendela atau gorden
 Pastikan lingkungan sekitar sudah bersih agar pasien nyaman

 Langkah-Langkah
 Gunakan alat pelindung diri (masker dan baraskot)
 Salam Terapeutik
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Dekatkan alat
 Tutup sampiran
 Gunting plester sesuai kebutuhan
 Cuci tangan
 Pasang handscoen steril
 Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dan posisi perawat di samping
kanan pasien.
 Bersihkan mata pasien dengan kapas basah dari bagian dalam mata ke sudut luar
mata
 Kapas basah yang sudah dipakai di buang ke bengkok (nierbekken)
 Ambil obat tetes mata, perhatikan prinsip 5 benar
 Anjurkan pasien untuk melihat ke atas dan tidak berkedip, kemudian tekan
perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari di atas tulang orbita
 Teteskan obat pada konjungtiva palpebra sesuai dosis
 Setelah obat diteteskan, anjurkan pasien untuk mengedipkan mata
 Bersihkan sisa obat yang ada di daerah sekitar mata dengan tisu
 Tutup mata dengan kasa
 Lepaskan handscone
 Rekatkan plester pada kasa untuk menutupi mata
 Bereskan alat
 Buka sampiran
 Terminasi
 Cuci tangan
 Dokumentasikan

 Evaluasi
 Perhatikan respon pasien
 Jelaskan pada pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan

 Refrensi : https://id.scribd.com/document
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN SALEP MATA ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
 Judul
Pemberian salep mata steril pada mata bayi baru lahir untuk profilaksis.Pengertian
Memberikan obat tertentu dengan cara meneteskannya ke dalam mata.

 Tujuan
Untuk mencegah infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi
selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.
 Persiapan Alat
Petugas menyiapkan alat dan obat :
- Salep mata antibiotik profilaksis
- Bengkok
- Kassa
 Persiapan Lingkungan
 Menutup pintu
 Menutup jendela atau gorden
 Pastikan lingkungan sekitar sudah bersih

 Langkah-Langkah
- Petugas mencuci tangan
- Petugas menjelaskan pada keluarga tentang maksud dan tujuan
pemberian salep mata
- Petugas memberikan salep mata pada mata bayi dalam satu garis lurus
mulaii dari bagian terdekat hidung menuju keluar mata
- Petugas menjaga ujung tabung salep tidak menyentuh mata bayi
- Petugas memberi tau keluarga untuk tidak menghapus salep mata

 Evaluasi
 Perhatikan respon pasien
 Jelaskan pada keluarga pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan

 Refrensi : https://id.scribd.com/document
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MELAKUKAN IRIGASI MATA
 Judul
MELAKUKAN IRIGASI MATA

 Pengertian
Irigasi mata adalah suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata.

 Tujuan
Irigasi mata bertujuan untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda asing dari dalam
mata.

 Persiapan Alat
a. Larutan irigasi yang diresepkan (untuk bilasan kimia : air hangat )
b. Kom steril untuk larutan
c. Piala ginjal, handuk, bola kapas dengan penetes mata
 Persiapan Pasien
 Tanyakan keluan pasien
 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
 Beritahu lamanya tindakan
 Atur posisi senyaman mungkin
 Persiapan Lingkungan
 Menutup pintu
 Menutup jendela atau gorden
 Pastikan lingkungan sekitar sudah bersih agar pasien nyaman

 Langkah-Langkah
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Letakkan handuk dibawah wajah pasien
4. Dengan bola kapas yang dibasahi dengan larutan irigasi bersihkan kelopak matadari
bagian dalam keluar kantus
5. Letakkan piala ginjal tepat dibawah dagu pasien pada sisi mata yang sakit
6. Isi spuit dengan larutan irigasi, renggangkan kelopak mata perlahan dengan memberikan
tekanan pada bagian bawah tulang orbita dan tonjolan tulang dibawah lakrimalis ( tidak
boleh memberikan tekanan yang berlebihan pada bola mata )
7. Pegang spuit irigasi kurang lebih 2,5 cm diatas kantus dalam
8. Minta pasien untuk melihat keatas dengan perlahan irigasi dengan mengarahkan larutan
kedalam sakus konjungtiva bawah kearah kantus luar
9. Biarkan pasien memejamkan matanya secara periodic, terutama bila terasa panas
10. Lakukan irigasi sampai secret bersih ( 15 menit irigasi untuk membilas bahan kimia )
11. Keringkan kelopak matadan area wajah dengan bola kapas
12. Bereskan peralatan
13. Mencuci tangan

 Evaluasi
 Perhatikan respon pasien
 Jelaskan pada pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan

 Refrensi : https://id.scribd.com/document
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIMAN MAULANA


NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020/2021
1.ANFIS THT

A. TELINGA

Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam:

Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani. Telinga luar
atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit.

Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
 Batas luar : Membran timpani

 Batas depan : Tuba eustachius

 Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)

 Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.

 Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )

 Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Fisiologi pendengaran:
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea.

B. HIDUNG

Anatomi hidung :
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari
biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang
tidak menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol
pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga
bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah
kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang
mudah digerakkan.

Fisiologi hidung :
Hidung berfungsi sebagai indra penghidu , menyiapkan udara inhalasi agar dapat
digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius
berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel
penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara
inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan

C. TENGGOROKAN
Anatomi Tenggorokan :
Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari faring dan
laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup jika ada makanan dan
minuman yang lewat dan menuju esophagus.
Fisiologi Tenggorokan :
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan untuk
artikulasi.

2. Web of causation pathway FARINGITIS

Sumber :
https://www.academia.edu/9921639/pathway_faringitis_asuhan_keperawatan_gawat_darurat_faringitis
WOC Tonsilitis

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

TONSILITIS
Gangguan Rasa
Pembengkakan tonsil
Nyaman: Nyeri

Sumbatan jalan nafas

TONSILEKTOMI

Pre operasi Post Operasi

Nyeri saat menelan Respon inflamasi Kurang pengetahuan Efek anestesi Terputusnya jaringan

Anoreksia Rangsangan Resti Cidera Kerja Luka Terputusnya pembuluh darah


Termoregulasi syaraf menurun
Intake tidak hipotalamus Cemas Pemajanan Perdarahan
Adekuat suhu tubuh Reflek batuk dan menelan mokroorganisme
Meningkat menurun

Penumpukan sekret
Resiko gangguan
Resiko Peningkatan Resiko keseimbangan
perubahan suhu tubuh infeksi cairan dan
nutrisi Resiko jalan elektrolit
kurang dari nafas tidak Gangguan Rasa
kebutuhan efektif Nyaman: Nyeri
tubuh

Sumber : https://id.scribd.com/doc/31032626/woc-tonsilitis-filcha
3. FORMAT STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
JUDUL SPO PERAWATAN LUKA POST TONSILEKTOMI
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan
pre dan intra operatif yang di mulai saat klien di terima di ruang
Pengertian pemulihan/pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah sesudah pasien di


Tujuan
operasi agar keadaan pasien pulih kembali seperti semula
 Stetoskop
 Tensimeter
Persiapan alat  Termometer
 Pulse Oxymeter
 Tampon

Persiapan pasien Pastikan pasien sims dengan tungkai di bawah.

Persiapan
Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien.
lingkungan

 Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan


pada pasien dengan pembiusan umum, baringkan pasien
pada stu sisi tanpa bantal.
 Pasang pengaman pada tempat tidur
 Monitor tanda vital: TN, Nadi, respirasi/15menit.
 Awasi adanya gerakan menelan karena pasien mungkin
menelan darah yang terkumpul di faring
 Napas yang berbunyi menunjukan adanya lender atau darah
di tenggorokan. Bila di duga ada perdarahan,periksa fosa
tonsil. Bekuan darah di fosa tonsil diangkat, karena tindakan
ini dapat menyebabkan jaringan berkontraksi dan
Langkah-Langkah pendarahan berhenti spontan. Bila pendarahan belum
berhenti, dapat dilakukan penekanan dengan tampon yang
mengandung adrenalin 1:1000
 Penghisapan lendir daerah mulut dan trachea.
 Beri O2 2,3 liter sesuai program.
 Observasi adanya muntah
 Catat intake dan out put cairan.
 Semua pesan harus ditulis dan di bawa ke bangsal masing-
masing
 Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus
di buat untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang
perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindahkan.
1.Nafas dalam dan batuk efektif
Perawatan Post 2.Latihan tungkai, bertujuan untuk mencegah statis dan
Operasi meningkatkan aliran vena.
3.Mobilitas dini

Evaluasi Catat jumlah keluaran darah dan lendir yang keluar.


JUDUL SPO IRIGASI TELINGA
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan
untuk membersihkan liang telinga luar dari nanah, serumen,
Pengertian dan benda - benda asing dengan cara memasukkan cairan dalam
telinga.

Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam


Tujuan
telinga.
 Alat irigasi telinga dengan penghisap (peralatan dapat
bervariasi dari sprit balon sampai water pik) bila tersisa.
 Sediakan forset telinga.
Persiapan alat  Air (sama dengan suhu tubuh)
 Bengkok untuk menampung cairan.
 Handuk/laken untuk menutupi pakaian pasien.
 Tanyakan keluan pasien
 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
Persiapan pasien
 Beritahu lamanya tindakan
 Atur posisi senyaman mungkin
Persiapan
Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien.
lingkungan

 Siapkan Alat.
 Identifikasi pasien.
 Jelaskan prosedur tindakan pada pasien.
 Tutup sampiran
 Cuci tangan.
 Tutupi pasien dengan handuk/laken.
Langkah-Langkah
 Berikan pasien posisi duduk.
 Tarik aurikel (daun telinga) ke atas dan ke belakang.
 Arahkan aliran cairan dari bagian atas liang telinga
menggunakan spuit balon/water pik.
 Keringkan bagian luar telinga setelah irigasi telinga
dilakukan.

1.Kaji keberhasilan irigasi telinga


Tindak lanjut 2. Kaji rasanyaman pasien
3.Bersihkan peralatan

 Perhatikan respon pasien


Evaluasi
 Jelaskan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakuka
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

PERSARAFAN

Disusun oleh :

ADE FIRMAN MAULANA


NIM.1810001

PRODI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TA. 2019/2020
A. DATA FOKUS

Tn. L Usia 68tahun, dibawa keluarganya ke rumah sakit dengan keluahan


lemah anggota badan sebelah kanan, Pasien mengalami CVA infrak telah melewati
fase akut, Pemeriksaan didapatkan reflex bisep -/+, trisep, -/+, patella -/+. Kebutuhan
sehari-hari di bantu oleh keluarga. Bibir mencong, pasien mampu menjawab
pertanyaan perawat namun bicara pelo. Pemeriksaan tanda vital di dapatkan TD
130/90 mmHg, nadi 84x/mnt, suhu 36C, frekuensi napas 22x/mnt, Hasil CT scan
diperoleh chronic infarct subkortikal sinistra.
B. ANALISIS DATA (DIAGNOSIS KEPERAWATAN)  SDKI

N
DATA (Symptom) / Faktor Risiko PENYEBAB (Etiologi) MASALAH (Problem)
O

1 Ds: Gangguan Gangguan mobilitas fisik


Pemeriksaan di dapat bisep -/+, neuromuskular
trisep -/+, patela -/+.
TTV: TD :130/90 mmHg
N :84x/mnt (SDKI, D0054)
S :36C
Rr :22x/mnt
Do:
Keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien lemah anggota badan sebelah
kanan dan kebutuhan sehari-hari
dibantu
2
Ds: Gangguan komunikasi
Bibir pasien mencong dan pasien Penurunan sirkulasi verbal
mampu menjawab pertanyaan serebral
perawat namun bicara pelo
Do:- (SDKI, D0119)

C. PRIORITAS MASALAH
No Masalah Keperawatan
1 Gangguan mobilitas fisik behubungan dengan gangguan neuromuskular
2 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosis keperawatan : Gangguan mobilitas fisik behubungan dengan gangguan neuromuskular

LUARAN KEPERAWATAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24jam, maka mobilitas fisik meningkat, dengan kriteria hasil :

Luaran utama Mobilitas fisik 1. Pergerakan ekstremitas meningkat


(SLKI, hal 65) 2. kekuatan otot meningkat
3. Kaku sendi menurun
Luaran tambahan Pergerakan sendi 4. Bahu (kanan) meningakat
(SLKI, hal 87) 5. Siku (kanan) meningkat
6. Lutut (kanan) meningkat

INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi utama Dukungan mobilisasi 1. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
(SIKI, hal 30) 3. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini . mengajarkan
Intervensi pendukung Dukungan perawatan diri 5. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan
6.Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
(SIKI, hal 36) 7. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
2. Diagnosis keperawatan : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral

LUARAN KEPERAWATAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24jam, maka komunikasi verbal meningkat , dengan kriteria hasil
:

Luaran utama Komunikasi Verbal 1. Kemempuan berbicara meningkat


(SLKI, hal 49.) 2. Pelo menurun

Luaran tambahan Dukungan sosial 3. Kemampuan meminta bantuan pada orang lain meningakat
(SLKI, hal 22) 4. Bantuan yang ditawarkan oleh orang lain meningkat
5. Dukungan emosi yang disediakan oleh orang lain meningkat

INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi utama Promosi komunikasi :Defisit Bicara 1.Identifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
2.Ulangi apa yang disampaikan pasien
(SIKI, hal373) 3. Anjurkan berbicara perlahan

Intervensi pendukung Dukungan kepatuhan program 4. Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
pengobatan 5. Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang di jalani
6. Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani
(SIKI, hal 26) program pengobatan
E. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No. WAKTU TT WAKTU TT
TINDAKAN WAT
EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) WAT
Dx (tgl & jam) (tgl & jam)

28-09- 28-09- AD
2020 2020
1 08.00 Melakukan mobilisasi AD
Dx.1 = Gangguan mobilitas fisik
08.05 Mengajarkan prilaku emosional dan fisik sebagai
bentuk komunikasi AD
S : pasien mengatakan sudah mampu menggerakan otot
2 bisep, trisep serta patela
08.10 Mengajarkan keluarga untuk membantu pasien AD O : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
1 dalam meningkatkan pergerakan sudah tidak dibantu dalam kebutuhan sehari-hari
A : tujuan teratasi
08.15 Mengulangi apa yang disampaikan pasien AD P : Intervensi dihentikan
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi Dx.2 = Gangguan komunikasi verbal
08.20
AD
1 08.25 Mengajarkan berbicara perlahan AD S : pasien mengatakan sudah mampu berbicara lancer
tidak pelo lagi
2 O : --
08.30 Mengajarkan melakukan mobilisasi dini AD A : tujuan teratasi
1 08.35 P : Intevensi dihentikan
Mengingatkan kepatuhan menjalani program
2 pengobatan AD

08.45 Menyediakan kebutuhan alat bantu kebersihan diri, AD


1 berpakaian, berhias dan makan
AD
09.00 Melibatkan keluarga untuk mendukung program
pengobatan yang di jalani
2
Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak AD
1 09.10 mampu melakukan perawatan diri
09.15 Menganjurkan keluarga untuk mendampingi dan AD
2
merawat pasien selama menjalani program
pengobatan

09.20
Menganjurkan melakukan perawatan diri secara AD
1 konsisten sesuai kemampuan
TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

1. Ade firman maulana 1810001


2. Anggi lutfia hudman 1810011
3. Ayu dewi kartika 1810017
4. Candra maulidya dwi 1810021
5. Intan ardina 1810049
6. Sella silvianing p 1810087
7. Sheilla Dian Pitaloka 1810093
8. Suci lovelyaningsih 1810099
9. Wanda ryzki damayanti 1810109

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020/2021
JUDUL SPO Membersihkan daerah operasi
Pengertian

Tujuan

Indikasi
Alat-alat steril
1. Pinset anatomis 1 buah
2. Pinset sirugis 1 buah
3. Gunting bedah/jaringan 1 buah
4. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
5. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
6. Handsoon 1 pasang
7. Korentang/forcep b. Alat-alat tidak steril
8. Gunting Peban 1
9. buah
10. Plester
Persiapanalat
11. Pengalas
12. Kom kecil
13. Kapas alcohol
14. Sabun cair anti septik
15. Aceton/bensin
16. Cairan antiseptic "bila dibutuhkan
17. Handsoon 1 pasang
18. Masker
19. Bengkok
20. Air hangat "bila dibutuhkan
21. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
Persiapan pasien
3. Menjelaskan maksud dan tujuan serta meminta ijin pada
pasien
1. Menutup sampiran
Persiapan
2. Membuat pasien merasa nyaman
lingkungan
3. Menjaga privasi pasien
1. Perawat cuci tangan
2. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4. Letakkan pengalas dibawah area luka 0. +uka balutan
lama "hati-hati jangan sampai menyentuh luka# dengan
menggunakan pinset anatomi
5. buang balutan bekas kedalam bengkok. 2ika
menggunakan plester lepaskan plester dengan cara
melepaskan ujungnya dan menahan kulit dibawahnya
6. setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan
kearah balutan. "bila masih terdapat sisa perekat dikulit
7. dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin balutan
melekat pada jaringan dibawah jangan dibasahi tapi
angkat balutan dengan berlahan
Langkah-langkah 8. Letakkan balutan kotor ke bengkok lalu buang
(sesuaifase/tahap) kekantong plastic
9. hindari kontaminasi dengan permukaan luar
10. Kaji lokasi tipe jumlah jahitan atau bau dari luka
11. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan
pencuci luka dan obat luka dengan memperhatikan
tehnik aseptic .
12. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
13. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau
Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka
"disesuaikan dengan terapi.
14. Menutup luka dengan cara balutan kering
• lapisan pertama kassa kering steril u/ menutupi daerah
insisi dan bagian sekeliling kulit
• lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat
menyerap
• Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
balutan basah 8 kering
• lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan
steril atau untuk menutupi area luka
•lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya
menyerap
• lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
balutan basah 8 basah
• lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan
cairan fisiologik u/ menutupi luka
• lapisa kedua kassa kering steril yang bersifat
menyerap
• lapisan ketiga "paling luar# kassa steril yang sudah
dilembabkan dengan cairan fisiologik
15. Plester dengan rapi 10.
16. buka sarung tangan dan masukan kedalam kantong
plastic tempat sampah
17. Lepaskan masker
18. Atur dan rapikan posisi pasien
19. Buka sampiran
20. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam
keadaan bersih kering dan rapi
21. Perawat cuci tangan
1. Evaluasi respon pasien.
2. Catat kerekam medis pasien, bubuhkan tanda tangan.
Evaluasi
3. Tulisan / paraf hanya di buat oleh perawat yang sudah
menyiapkan dan memberikan obat

Gambar

https://www.scribd.com/document/348307926/Sop-
Referensi
Membersihkan-Daerah-Operasi
JUDUL SPO Pencukuran Area Operasi
Pengertian Menghilangkan rambut dan kotoran pada daerah operasi
Membersihkan lapangan operasi dari rambut
Tujuan Mencegah terjadinya infeksi

1. gunting rambut\
2. alat cukur (alat harus tersedia dalam keadaan tajam)
3. mangkok berisi larutan kebutuhan
4. kapas
5. kassa / verband sesuai kebutuhan
Persiapan alat 6. alkohol 70 %
7. plester
8. pengalas
9. air dalam waskom
10. waslap / handuk

Persiapan pasien pasien diberitahu kalau akan dilakukan tindakan


Persiapanlingkunga 1. Memperhatikan privasi pasien.
n 2. Memperhatikan dan menjaga kesterilan.
1. alat-alat didekatkan de pasien
2. lepaskan pakaian di daerah yang akan dicukur
3. pasang pengalas
4. bila rambut panjang gunting dulu kemudian dengan
kapas yang sidah dibasahi dengan air sabun usap
Langkah-langkah daerah yang akan dicukur
(sesuaifase/tahap) 5. cukur daerah yang akan dioperasi dengan alat cukur
6. bersihkan dengan air sabun kemudian bilas dengan air
bersih
7. keringkan dengan waslap / handuk
4. Evaluasi respon pasien.
5. Catat kerekam medis pasien, bubuhkan tanda tangan.
Evaluasi
6. Tulisan / paraf hanya di buat oleh perawat yang sudah
menyiapkan dan memberikan obat

Gambar

Referensi https://www.scribd.com/doc/312314014/SOP-Mencukur
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIRMAN MAULANA

NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2020/2021
Usia, Jenis Kelamin, Genetik, Suku bangsa,
woc osteoartritis Kegemukan, Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga,
Kelainan pertumbuhan, Kepadatan tulang

Kerusakan fokal tulang rawan,pembentukan


tulang baru pada sendi yang progresif

↓Integritas matrik
,perubahan komponen
sendi; kolagen,
proteoglikan kartilago

Osteoartritis

Tulang rawan ↑ vaskularisasi ↓membrane synovial Kerusakan tulang


rawan
Iregularitas & Pembentukan Penebalan
pelunakan pada osteosit pada pada synovial Kontraktur kapsul ,
tulang rawan dan ujung berupa kista instabilitas sendi
sendi persendian
Deformitas sendi
Pembengkakan
Pergeseran sendi
↑tekanan intraartikuler sendi
atau adanya
akibat kongesti vaskuler Perubahan bentuk
cairan yang
viskosa Fibrosis tubuh pada tulang
Perubahan mekanisme kapsul,osteosit,iregularitas dan sendi
sendi dlm menyangga permukaan sendi
Kekakuan pada
beban tubuh
sendi besar atau
pada jari tangan Gangguan
↓kemampuan Perubahan
Kelemahan dan Nyeri body image status
pergerakan mudah lelah Akut/Kronis
Hambatan kesehatan
Mobilitas Fisik
Kelemahan Risti Injuri
fisik Ansietas Kurangnya
informasi
kesehatan
Defisit
perawatan diri

Kurangnya
Pengetahuan
TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIRMAN MAULANA


NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2020/2021
ANATOMI FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama
dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan
otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.

 Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan
bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
 Cartilago (tulang rawan)
Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat, tetapi fleksible dan tidak bervasculer.
 Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat keadaannya kenyal dan fleksibel.
 Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung dari otot yang menempel pada
tulang.
 Fascia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di bawah kulit,
sebagai fascia superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot,
saraf dan pembuluh darah.
 Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana digunakan di atas bagian yang
bergerak.
 Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara
misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan
penyambung yang disebut persendian.
 Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan terutama adalah jaringan
penyambung, yang tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar.
 Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha
mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperature tubuh. Jaringan otot terdiri
atas semua jaringan kontraktil.

Refrensi : https://www.academia.edu/16474288/ANATOMI_FISIOLOGI__MUSKULOSKELETAL
WOC DISLOKASI

Cedera olahraga / trauma patologis kongenital

Gerakan berlebihan pd sendi penyakit mempengaruhi sendi kekenduran ligamen

Terlepasnya kompresi jaringan terjadi perubahan struktur sendi penurunan stabilitas


tulang dari mangkuk sendi trauma jaringan sekitar sendi

merusak struktur sendi dan ligamen vasokontriksi pd. Darah peribahana struktur sendi

kompresi jaringan tulang kedepan perubahan panjang ekstremitas

merobek kapsul tulang berpindah /

tepi genoid teravulsi terlepas dari mangkuk

tulang berpindah atau terlepas sendi

dri mangkuk sendi

DISLOKASI

Taruma jaringan sekitar trauma jaringan sekitar perubahan struktur sendi perubahan strukt

Vasodilatasi pd.darah penurunan stabilitas sendi perubahan pjg ekstremitas deformitas

Deformitas disfungsi sendi deformitas kekakuan

Kekakuan tulang terlepas dari mangkuk sendi gangguan citra tubuh b.d ansietas b.d

Hambatan mobilitas fisik Nyeri akut b.d agen cedera fisik perubahan pjg ekstremitas kurang pengetahuan

b.d gangguan muskuloskeletal

Refrensi : https://www.academia.edu/31917670/WOC_DISLOKASI_SENDI
WOC FRAKTUR
Trauma tidak
Trauma langsung: langsung
Kondisi Patologis
Jatuh, hantaman,
kecelakaan

FRAKTUR

Diskontinuitas tulang

Pre op
Perubahan jaringan Pergeseran fragmen
sekitar tulang

Merusak jaringan Fraktur tertutup


Menembus kulit
Pergeseran frag sekitar Kurang pengetahuan (fraktur terbuka)
tulang tentang tindakan
operasi Tertutupnya
Luka kontinuitas jaringan
Pelepasan mediator tulang
deformitas
nyeri (histamin,
prostagladin, MK: Defisiensi
bradikinin,dll) pengethuan Terputusnya
kontinuitas jaringan Daya topang tubuh
berkurang
MK: gangguan
mobilitas fisik Ditangkap reseptor MK: Kerusakan
nyeri perifer integritas kulit Keterbatasan dalam
bergerak
Impuls ke otak

MK: hambatan
Persepsi nyeri mobilitas fisik

MK: Nyeri akut

Refrensi : https://id.scribd.com/doc/241539911/WOC-fraktur
Standar Prosedur Operasional

JUDUL SPO Fraktur


1. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiuitas jaringan
Pengertian tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan
2. Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi
kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang
memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi
resiko infeksi

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penanganan


penderitaan dengan fraktur terbuka
1. Patah tulang terbuka atau tertutup
Indikasi 2. Dislokasi persendian
3. Multiple trauma
1. Gangguan sirkulasi atau berat pada distal daerah fraktur
Kontraindikasi 2. Luka terinfeksi
3. Resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit
1. Alat pelindung diri
Persiapan Alat 2. Gunting
3. Stetoskop
4. Senter
5. Perban
6. Codein
7. Antiseptik
8. Bronchodilator (Salbutamol)

Persiapan Pasien Posisikan pasien

Persiapan Lingkungan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien
1. Cuci tangan
Langkah-langkah 2. Siapkan alat-alat, kemudian anamnesis adanya patah tulang
terbuka setelah terjadi trauma, nyeri, sulit digerakkan, Bengkak,
perubahan warna, kelemahan otot
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi (look)
b. Palpasi (feel)
c. Move (gerak)
4. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosa ditegakkan
6. Penatalaksanaan
 Pembersihan terhadap luka fraktur, dengan cara irigasi
dengan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan
benda asing yang melekat
 Balut luka untuk menghentikan perdarahan, pada fraktur
dengan tulang menonjol keluar sedapat mungkin dihindari
memasukkan komponen tulang tersebut kembali kedalaman
luka
a. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan
fiksasi eksterna
b. Pemberian antibiotika: merupakan cara efektif mencegah
terjadinya infeksi pada fraktur terbuka. Antibiotika yang
diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar. Untuk
fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah
golongan cephalosporin, dan dikombinasi dengan
golongan aminoglikosida.
c. Pencegahan tetanus: semua penderita dengan fraktur
terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada
penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian tetanus toksoid bagi yang belum,
dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin.

Evaluasi Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan evaluasi respon pasien

Gambar

Referensi Permenkes Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis


Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
JUDUL SPO Dislokasi

Pengertian Keadaan dimana permukaan sendi tidak lagi dalam hubungan


anatomis (tulang lepas sendi)
1. Untuk mengembalikan ke posisi anatomis
Tujuan 2. Mengembalikan fungsi bagian yang terkena

Indikasi Dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami gangguan mobilitas


fisik pada pasien dislokasi

Kontraindikasi
1. Bidai sesuai ukuran
Persiapan Alat 2. Kapas/Kassa/bantal
3. Kain segi tiga, pembalut dan tali pengikat
4. Plester dan gunting

Persiapan Pasien Posisikan pasien

Persiapan Lingkungan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien
1. Mencuci tangan
Langkah-langkah 2. Kaji lokasi cidera
3. Tempatkan kassa/ balutan disekitar daerah cidera
4. Pasang bidai di tempat cidera: lokasi bidai dan ukuran bidai
5. Memfiksasi bidai dgn menggunakan kain segitiga:
pembalut/plester
6. Membereskan alat
7. Mencuci tangan

Evaluasi Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan evaluasi respon pasien

Gambar

Referensi Mary E Mancini Pedoman Praktik Prosedur Keperawatan Darurat

Micheal S Jastremski Prosedur Kedaruratan EFC

Smelzer, Suzanne C Keperawatan Medikal Bedah Brunner and


Suddarth Edisi 8 Volume 3
JUDUL SPO Pemeriksaan Fisik

Pengertian Melakukan pemeriksaan pada klien dengan teknik cephalocaudal


melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

Tujuan Untuk menilai status kesehatan kesehatan klien, mengidentifikasi


faktor resiko kesehatan dan tindakan pencegahan, mengidentifikasi
pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, mengevaluasi terhadap
perawatan dan pengobatan pada klien.

Indikasi

Kontraindikasi
1. Tensimeter
Persiapan Alat 2. Termometer
3. Stetoskop
4. Jam tangan
5. Desinfektant
6. Lampu senter
7. Otoskop
8. Opthalmoskop
9. Meteran
10. Refleks hammer
11. Garputala
12. Spekulum hidung
13. Spatel lidah
14. Kaca laring
15. Handsoon
16. Bengkok
17. Kassa steril
18. Timbangan berat badan
19. Alat tulis
1. Posisikan pasien sesuai pemeriksaan
Persiapan Pasien 2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Persiapan Lingkungan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien

Langkah-langkah 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada klien

(sesuai fase/tahap) 2. Catat nama klien dan tanggal pemeriksaan

3. Cuci tangan

4. Lakukan pemeriksaan keadaan umum / penampilan umum

klien

5. Lakukan pemeriksaan tanda vital

- suhu tubuh

- denyut nadi

- pernafasan
- tekanan darah

6. Lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan jika

memungkinkan

7. Lakukan pemeriksaan kepala dan leher :

a. Kepala :

- Amati bentuk kepala, keadaan kulit kepala, keadaan rambut


dan wajah

- Rada ubun-ubun (bila umur <2 tahun) dan adanya benjolan

- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil (ukuran,


bentuk, respon terhadap cahaya), kornea, konjungtiva, warna
sklera

- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra

- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu snellen (kp)

- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)

- Lakukan test luas lapang pandang (kp)

b. Mata :

- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil, kornea,


konjungtiva, sklera

- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra

- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu snellen (kp)

- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)

- Lakukan test luas lapang pandang (kp)

c. Hidung :

- Amati posisi septum nasi

- Amati lubang hidung spt kelembaban, mukosa, secret dan


adanya polip, kalau perlu gunakan spekulum

- Amati adanya pernafasan cuping hidung

d. Telinga

- Amati dan raba bentuk telinga, ukuran telinga dan ketegangan


daun telinga

- Amati lubang telinga : adanya serumen, benda asing, membran


timpani
- Raba pembesaran kelenjar limfe di depan telinga, belakang
telinga

- Kalau perlu lakukan test pendengaran dengan memakai garpu


tala

e. Mulut dan faring :

- Amati keadaan bibir

- Amati warna bibir

- Amati keadaan gusi dan gigi

- Amati keadaan lidah

- Lakukan pemeriksaan rongga mulut (kalau perlu menggunakan


spatel lidah)

f. Leher :

- Amati dan raba posisi trakea

- Amati dan raba pembesaran kelenjar tiroid

- Amati dan raba bendungan vena jugularis

- Raba nadi karotis

- Raba pembesaran kelenjar limfe di leher, supra klavikula

8. Lakukan pemeriksaan kulit/integumen dan kuku

a. Amati kebersihan kulit dan adanya kelainan

b. Amati warna kulit

c. Raba kehangatan kulit, kelembaban, tekstur dan turgor

d. Amati bentuk dan warna kuku

e. Amati warna telapak tangan

f. Cek CRT ( 2apillary refill time )

9. Lakukan pemeriksaan ketiak dan payudara (kalau perlu)

a. Amati ukuran, bentuk dan posisi, adanya perubahan warna,


pembengkakan dan luka

b. Raba adanya benjolan, nyeri tekan dan sekret

c. Raba pembesaran kelenjar limfe di ketiak

10. Lakukan pemeriksaan thorak bagian depan :


a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada, adanya
retraksi interkosta

b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada

c. Palpasi taktil fremitus

d. Palpasi ictus cordis pada area intercosta ke-5 mid klavikula kiri

e. Lakukan perkusi dada

f. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial, bronkovesikuler dan


vesikuler

g. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing, rales,


pleural friction rub

h. Auskultasi bunyi jantung I dan II serta bunyi jantung tambahan


(kalau ada)

i. Auskultasi bising jantung/murmur

11. Lakukan pemeriksaan thorak bagian belakang

a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada, adanya


retraksi interkosta

b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada

c. Palpasi taktil fremitus

d. Lakukan perkusi dada

e. Auskultasi suaranafas : trakeal, brinkhial, bronkovesikuler dan


vesikuler

f. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing, rales,


pleural friction rub

12. Lakukan pemeriksaan abdomen

a. Inspeksi bentuk, adanya massa dan pelebaran pembuluh darah


pada abdpmen

b. Auskultasi bising usus

c. Perkusi bunyi abdomen, cek adanya ascites

d. Palpasi nyeri, adanya benjolan, turgor

e. Palpasi hepar

f. Palpasi lien

g. Palpasi titik Mc Burney

h. Palpasi adanya retensio urine


i. Palpasi massa feses

13. Lakukan pemeriksaan genetalia dan daerah sekitarnya (bila perlu)


:

a. Genetalia pria

- Amati kebersihan rambut pubis, kulit sekitar pubis, kelainan


kulit penis dan skrotum, lubang uretra

- Raba adanya benjolan atau kelainan pada penis, skrotum dan


testis

b. Genetalia wanita

- Amati rambut pubis, kulit sekitar pubis, bagian dalam labio


mayora dan labio minora, klitoris, lubang uretra dan
perdarahan

- Raba daerah inguinal

c. Anus

- Amatu adanya lubang anus (pada bayi baru lahir), kelainan


pada anus, perineum, benjolan, pembengkakan

- Raba adanya nyeri

14. Lakukan pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas) :

a. Inspeksi kesimetrisan otot

b. Inspeksi struktur dan bentuk tulang leher, tulang belakang,


ekstremitas atas dan bawah untuk mengetahui adanya lordosis,
khyposis dan skoliosis

c. Amati ROM dan gaya berjalan

d. Palpasi adanya oedem

e. Uji kekuatan otot

f. Amati adanya kelainan pada ekstremitas

15. Lakukan pemeriksaan neurologi :

a. Lakukan pemeriksaan tingkat kesadaran dengan GCS

(Glasgow Coma Scale)

b. Periksa tanda rangsangan menineal/otak : adanya sakit kepala,


kaku kuduk, muntah, kejang, penurunan kesadaran dan febris

c. Periksa fungsi motorik : ukuran otot, gerakan yang tidak


disadari

d. Periksa fungsi sensorik :


- Anjurkan klien menutup mata, usapkan kapas pada wajah,
lengan dan tungkai. Tanyakan respon klien

- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan peniti atau benda


tajam yang lain pada kulit. Anjurkan klien mengatakan tajam,
tumpul atau tidak tahu.

- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan tabung berisi air


hangat dan dingin. Anjurkan klien mengatakan panas, dingin
atau tidak tahu.,

e. Periksa saraf kranialis :

- Nervus Olfaktorius : Anjurkan klien menutup mata dan


anjurkan klien mengidentifikasi bau yang diberikan

- Nervus Optikus : Gunakan Snellen chart pada jarak 5 meter


dan periksa lapang pandang klien dengan menyalakan sebuah
benda yang bersinar dari samping belakang ke depan

- Nervus Oculomotorius : Tatap mata klien dan anjurkan klien


untuk menggerakkan mata dari dalam ke luar dan dengan
menggunakan lampu senter uji reaksi pupil dengan memberi
rangsangan sinar ke dalamnya.

- Nervus Trochlearis : Anjurkan klien melihat ke bawah dan


kesamping dengan menggerakkan tangan pemeriksa.

- Nervus Trigeminus :

Cabang dari optalmikus : Anjurkan klien melihat ke atas,


dengan menggunaka kapas sentuhkan pada kornea samping
untun melihat refleks kornea. Untuk sensasi kulit wajah,
usapkan kapas pada dahi dan paranasalis klien

Cabang dari maksilaris : Sentuhkan kapas pada wajah klien


dan uji kepekaan lidah dan gisi

Cabang dari mandibularis : Anjurkan klien untuk


menggerakkan atau mengatupkan raqhangnya dan memegang
giginya. Untuk sensasi kulit wajah, sentuhkan kapas pada kulit
wajah

- Nervus Abdusen : Anjurkan klien melirik ke samping kiri


kanan dengan bantuan tangan pemeriksa

- Nervus Facialis: Anjurkan klien tersenyum, mengangkat alis,


mengerutkan dahi. Dengan menggunakan garam dan gula, uji
rasa 2/3 lidah depap klien.

- Nervus Auditori : Gunakan garputala untuk menguji


pendengaran klien

- Nervus Glossopharingeal : Anjurkan klien berkata ”ah ”


untuk melihat refleks, anjurkan klien untuk menggerakkan
lidah dari sisi ke sisi, atas ke bawah secara berulang-ulang
- Nervus Vagus : Anjurkan klien berkata ” ah” , observasi
gerakan palatum dan faring, perhatikan kerasnya suara

- Nervus Ascesorius : Anjurkan klien utuk menggeleng dan


menoleh ke kiri, kanan dan anjurkan klien mengangkat salah
satu bahunya keatas dengan memberi tekanan pada bahu
tersebut, Amati kekuatannya

- Nervus Hipoglosal : Anjurkan klien un tuk menjulurkan dan


menonjolkan lidah pada garis tengah kemudian dari sisi ke sisi

16. Lakukan pemeriksaan refles fisiologis :

a. Reflek Biseps : Posisikan lengan klien dalam fleksi pronasin


pegang siku dan lakukan perkusi pada insertion muskulus
biseps brachi. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.

b. Reflek Triseps : Fleksikan lengan klien pada siku dan letakkan


tangan klien pada lengan bawah pemeriksa. Lakukan perkusi
pada insertio muskulus triseps brachi. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.

c. Reflek Patella : Atur tungkai klien semifleksi dan terayun.


Lakukan perkusi pada tendo patella. Perhatikan reaksi/gerakan
yang terjadi.

d. Reflek Brachiradialis : Letakkan lengan bawah klien pada


abdomen atau samping lengan kliendengan rileks. Lakukan
perkusi pada radius 2-5 cm dari pergelangan. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.

e. Reflek Pektoralis : Atur lengan klien semi abduksi. Lakukan


perkusi pada lipatan tendon anterior aksila.

f. Reflek fleksor jari-jari : Pegang pergelangan tangan klien,


ajurkan rileks. Letakkan jari pemeriksa di atas jari klien.
Lakukan perkusi di atas jari pemeriksa. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.

g. Reflek Achiles : Tumit dalam keadaan rileks dan kaki lurus.


Lakukan perkusi pada tendon achiles. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.

17. Lakukan pemeriksaan refleks patologis :

a. Reflek Babinski : Lakukan penggoresan pada telapak kaki


dengan menggunakan benda tumpul. Dari belakang menyusuri
bagian lateral dan menyeberang ke medial menuju ibu jari kaki.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.

b. Reflek Chaddock : Lakukan penggoresan dengan


menggunakan benda tumpul pada tepi kaki mulai dari
maleolus lateralis menuju kelingking. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.

c. Reflek Schaeffer : Lakukan penekanan pada tendon achiles.


Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.

d. Reflek Gordon : Lakukan penekanan pada muskulus


gastroknemius. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.

e. Reflek Bing : Lakukan penggoresan secar berulang-ulang pada


bagian lateral/sisi luar kali. Perhatikan reaksi/gerakan yang
terjadi.

f. Reflek Gonda : Tariklah jari-jari kaki dengan cepat dan hati-


hati mulai dari kelingking. Perhatikan reaksi yang terjadi pada
ibu jari kaki.

18. Rapikan klien

19. Bersihkan alat dan rapikan kembali tempat pemeriksaan

20. Cuci tangan

Evaluasi Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan evaluasi respon pasien

Gambar

Referensi https://id.scribd.com/doc/142222530/Sop-pemeriksaan-fisik
TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

1. Ade firman maulana 1810001


2. Anggi lutfia hudman 1810011
3. Ayu dewi kartika 1810017
4. Candra maulidya dwi 1810021
5. Intan ardina racham 1810049
6. Sella silvianing p 1810087
7. Sheilla Dian Pitaloka 1810093
8. Suci lovelyaningsih 1810099
9. Wanda ryzki damayanti 1810109

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020/2021
WOC FRAKTUR

Sumber referensi : https://www.scribd.com/document/62468031/WOC-FRAKTUR


WOC BPH

Sumber referensi https://id.scribd.com/document/378144078/WOC-BPH


WOC Epidural Hematoma

Sumber referensi : https://id.scribd.com/doc/293803229/WOC-Epidural


WOC TUMOR ABDOMEN

Sumber Referensi : https://id.scribd.com/document/367081122/Pathway-Tumor-Abdomen


CONTOH FORMAT STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

JUDUL SPO PERSIAPAN PASIEN SEBELUM PRE OPERASI APPENDIKTOMI

Pengertian Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi


dengan prosedur atau pendekatan endoskopi. (Rudi Haryono, 2012)
Tujuan Tujuan dari operasi untuk mengangkat apendiksitis yang dilakukan
sesegara mungkin untuk menurunkan resiko perforasi (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2010).
Indikasi -

Kontraindikasi

Persiapan alat

1. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan


Persiapan pasien dilakukan
2. Mengatur posisi klien di bed tindakan

Menutup pintu
Persiapan lingkungan
Menutup sampiran/tirai
1. Memberikan salam dan panggil klien dengan namanya
2. Memeriksa identitas klien
Langkah-langkah 3. Menjelaskan tujuan, prosedur & lama tindakan pada klien /
(sesuai fase/tahap) keluarga.
4. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya bila ada yang
akan ditanyakan
5. Mengatur lingkungan
6. Mencuci tangan.
7. Persiapan 1 malam sebelum operasi
8. Puasa dan pembatasan makan dan minum.
9. Pemberian enema jika perlu.
10. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.
11. Jika klien menerima anastesi umum tidak boleh makan dan
minum selama 8 – 10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi
gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau
pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau
gester.
12. Persiapan untuk anastesi
13. Ahli anastesi selalu berkunjung pada pasien pada malam
sebelum operasi untuk melekukan pemeriksaan lengkap
kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe
anastesi yang akan digunakan selama operasi.
14. Meningkatkan istirahat dan tidur
15. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu)
jam sebelum obat-obatan pre operasi :
16. Mencatat tanda-tanda vital.
17. Cek gelang identitas klien.
18. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik.
19. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infuse.
20. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir.
21. Anjurkan klien untuk buang air kecil.
22. Perawatan mulut jika perlu.
23. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala.
24. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda
hipoksia
1 Perhatikan respon pasien
Evaluasi
2 Mengobservasi keadaan umum pasien :
a. Melihat perubahan pada kondisi mata pasien setelah diberi obat
tetes mata
b. Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat perubahan keadaan
umum
Gambar

Referensi Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta: Gosyen Publising
Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Note : Standar minimal SPO, Anda dapat menambahkan poin lainnya bila perlu
CONTOH FORMAT STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

JUDUL SPO PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI

Pengertian Membersihkan luka, mengobati luka, dan menutup kembali luka


dengan tehnik steril.
Tujuan 1. Untuk membersihkan luka
2. Mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka
3. Memberikan pengobatan pada luka
4. Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
5. Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka
Indikasi luka baru maupun luka lama, luka post operasi, luka bersih, luka
kotor
Kontraindikasi
1. 1. Seperangkat set perawatan luka steri
2. Sarung tangan steril
3. Pinset 3 ( 2 anatomis, 1 sirurgis )
4. Gunting ( menyesuaikan kondisi luka )
5. Balutan kassa dan kassa steril
6. Kom untuk larutan antiseptic/larutan pembersih
7. Salep antiseptic ( bila diperlukan )
8. Depress
9. Lidi kapas
10. Larutan pembersih yang diresepkan ( garam fisiologis, betadin,
…)
11. Gunting perban / plester
12. Sarung tangan sekali pakai
13. Plester, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
14. Bengkok
15. Perlak pengalas
16. Kantong untuk sampah
17. Korentang steril
18. Alcohol 70%
19. Troli / meja dorong
Persiapan alat

1. Identifikasi klien untuk meyakinkan tindakan dilakukan pada klien


Persiapan pasien yang tepat
2 Jelaskan tujuan prosedur dan rasional tindakan (inform concent)
3. Jelaskan posisi,waktu yang dibutuhkan dan beberapa ketidaknyamanan
atau efek samping
1. Menutup pintu
Persiapan lingkungan
2. Menutup tirai/sampiran
1. Memakai baraskot dan masker terlebih dulu
2. Mengucapkan salam
Langkah-langkah 3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
(sesuai fase/tahap) 4. Susun semua peralatan yang diperlukan di troly dekat pasien ( jangan
membuka peralatan steril dulu )
5. Letakkan bengkok di dekat pasien
6. Jaga privacy pasien, dengan menutup tirai yang ada di sekkitar
pasien, serta pintu dan jendela
7. Mengatur posisi klien, instruksikan pada klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril
8. Mencuci tangan secara seksama
9. Pasang perlak pengalas
10. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester,
ikatan atau balutan dengan pinset
11. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih
terdapat plester pada kulit, bersihkan dengan kapas alcohol
12. Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan, pertahankan
permukaan kotor jauh dari penglihatan klien
13. Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan
steril / NaCl
14. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
15. Buang balutan kotor pada bengkok
16. Lepas sarung tangan dan buang pada bengkok
17. Buka bak instrument steril
18. Siapkan larutan yang akan digunakan
19. Kenakan sarung tangan steril
20. Inspeksi luka
21. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau
larutan garam fisiologis
22. Pegang kassa yang dibasahi larutan tersebut dengan pinset steril
23. Gunakan satu kassa untuk satu kali usapan
24. Bersihkan dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
25. Gerakan dengan tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka
26. Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi. Usap
dengan cara seperti di atas
27. Berikan salp antiseptic bila dipesankan / diresepkan, gunakan tehnik
seperti langkah pembersihan
28. Pasang kassa steril kering pada insisi atau luka
29. Gunakan plester di atas balutan,fiksasi dengan ikatan atau balutan
30. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempatnya
31. Rapihkan alat
32. Cuci tangan
33. Bantu klien pada posisi yang nyaman

1. Perhatikan respon pasien


Evaluasi
2. Mencatat tanggal dan jam perawatan luka
3. Mencatat Kondisi luka
Gambar
Referensi Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Note : Standar minimal SPO, Anda dapat menambahkan poin lainnya bila perlu
TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIRMAN MAULANA


NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2020/2021
JUDUL SPO MELATIH PASIEN MENGGUNAKAN ALAT BANTU JALAN
 Kruk merupakan tongkat/alat bantu berjalan untuk orang yang
Pengertian memiliki keterbatasan fisik karena cacat atau cedera, biasanya
digunakan secara berpasangan untuk mengatur keseimbangan
tubuh saat berjalan
 Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya
digunakan secara berpasangan yang diciptakan untuk mengatur
keseimbangan pada saat akan berjalan

Tujuan
1) Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan
kemampuan mobilisasi
2) Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3) Menurunkan ketergantungan pasien pada orang lain
4) Meningkatkan rasa percaya diri klien

 Pasca amputasi kaki


Indikasi
 Hemiparese
 Paraparese
 Fraktur pada ekstremitas bawah
 Terpasang gibs
 Pasca pemasangan gibs

1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37°C


Kontraindikasi
2. Penderita dalam keadaan bedrest

 Walker
Persiapan Alat  Sandal yang sesuai

Persiapan Pasien Posisikan pasien

Persiapan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien


Lingkungan
1.Beri salam
Langkah-langkah 2. Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan
3. Cuci tangan
4. Jelaskan kepada klien cara berjalan menggunakan
walker
5. Bantu klien berdiri
6. Minta klien untuk memegang gagang walker
7. Minta klien untuk berjalan maju menggunakan
bantuan walker, dengan tetap mempertahankan 4
titik walker di atas lantai
8. Pastikan klien mengangkat kakinya pada saat
berjalan, bukan menarik
9. Selalu siapkan diri anda di sisi klien untuuk
membantu menjaga keseimbangan jika dibutuhkan
10. Cuci tangan

Evaluasi Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan lakukan koreksi jika
perlu

Gambar

Referensi Kusyanti Eni.(2012) Keterampilan & prosedur laboratorium keperawatan dasar.


Ed 2. Jakarta: EGC.

Alfadhlani., Meuthia, Y., Vallent, D. F. 2013. Perbaikan Rancangan Kruk Ketiak


untuk Penderita Cedera dan Cacat Kaki. Jurnal Optimasi Sistem Industri,
Vol 12 No 2.

Saepudin, A. 2014. Peranacangan Modifikasi Kruk untuk Disabilitas Kaki dari


Kruk menjadi Kursi dengan Metode Axiomatic Design (Doctoral
Dissertation, UIN Sunan Kalijaga).
JUDUL SPO Perawatan Traksi

Pengertian Tahanan yag dipakai dengan menggunakan pemberat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.

Traksi kulit digunakan untuk periode pendek,lebih sering untuk


penanganan sementara pada fraktur femur dan dislokasi ,serta
untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan.

Traksi skeletal digunakan pada orang dewasa,untuk


menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atsu penjepit
melalui tulang atau jaringan metal

Tujuan 1.Untuk mengrangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar


terjadi pemulihan

2.Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang cepat

3.Untuk mencegah cidera dari jaringan lunak

4.Untuk memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas

5.Untuk mengurangi spaseme otot dan nyeri

Indikasi Traksi kulit

Anak anak

1.Traksi temporer hanya untuk beberapa hari,misalnya praoperasi .

2.Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5 kg

Traksi skeletal

Orang dewasa

1.Jangka panjang

Kontraindikasi 1.Hipermobilitas

2.Efusi sendi

3.Inflamasi
4.Fraktur humeri dan osteoporosis

Persiapan Alat pada traksi kulit :

1.Bantal keras (bantal pasir )

2.Bedak kulit

3.Kom berisi air putih

4.Handuk

5.Sarung tangan bersih

pada traksi skeletal :

1.zat pembersih untuk perawatan pin

2.Set ganti balut

3.Salep anti bakteri (k/p)

4.Kantung sampah infeksius

5.Sarung tangan steril

6.Lidi kapas

7.Povidone Iodine (k/p)

8.Kassa steril

9.Piala ginjal

Persiapan Pasien Posisikan pasien

Persiapan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien


Lingkungan
 Mencuci tangan
Langkah-langkah  Memakai handschoen
 Mengatur posisi tidur pasien supinasi
 Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
 Bila banyak rambut k/p di cukur
 Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan
bolpoint
 k/p beri balsam perekat
 Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian
medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap
menjaga immobilisasi fraktur
 Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
 Masukkan tali pada pulley katrol
 Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
 k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
 Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
 Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan
untuk manggil perawat bila ada keluhan

1. TRAKSI KULIT

 Cuci tangan dan pasang sarung tangan


 Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi
dipasang kembali
 Lepas sarung tangan
 Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang
terpasang traksi
 Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
 Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2
jam lalu anjurkan klien latihan ekstremitas bawah untuk
fleksi, ekstensi dan rotasi
 Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruks

2. TRAKSI SKELETAL

 Cuci tangan
 Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk
mempertahankan tarikan traksi yang optimal
 Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung
tangan steril
 Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi
kapas dengan teknik menjauh dari pin (dari dalam ke luar)
 Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
 Tutup kassa di lokasi penusukan pin
 Lepas sarung tangan
 Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik
khusus infeksius
 Cuci tangan
 Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu
dalam pergerakan di tempat tidur selama ganti alat dan
membersihkan area punggung/ bokong
 Berikan posisi yang tepat di tempat tidur

Evaluasi Mengevaluasi Status neurovaskuler ,Tanda tanda terjadinya


kompartemen sindrom, Respon pasien

Gambar

Referensi https://id.scribd.com/document/410630883/sop-perawatan-Traksi
JUDUL SPO Pemasangan Gips
Suatu kegiatan untuk menyiapkan peralatan dan pasien yang
Pengertian akan dipasang gips.
1. Fiksasi
Tujuan
2. Reposisi
3. Immobilisasi
4. .Penyembuhan tulang sesuai dengan yang diharapkan.

 Imobilisasi paska reduksi dislokasi sendi.


Indikasi
 Fiksasi fraktur yang telah direduksi
 Koreksi kelainan bawaan
 Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan
operasi (misalnya spondilitis).
 Mengoreksi deformitas.

Kontraindikasi
 Gips dengan jumlah dan ukuran sesuai kebutuhan.
Persiapan Alat
 Kapas lemak/padding.
 Ember
 Perlak
 Verband

1. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan


Persiapan Pasien
dilaksanakan agar kooperatif.
2. Posisi pasien diatur sesuai jenis tindakan.
3. Bila dierlukan pembiusan pasien yang di puasakan.
4. Bila diperlukan debridement sebelumnya, pemasangan
gips pasien masih dalam pemeriksaan.

Persiapan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien


Lingkungan
 Memindahkan pasien keruang khusus (bila ada) atau
Langkah-langkah
di meja operasi.
 Memasang perlak dibawah daerah yang akan
dilakukan gips
 Mengisi ember dengan air secukupnya.
 Membantu dokter pada saat dilakukan pemasangan
gips
 Mengatur posisi pasien.
 Melakukan pemeriksaan NVD sebelum pemasangan
gips.
 Mengangkat daerah yng akan dipasang gips dan posisi
tersebut dipertahankan selama dilakukan tindakan
reposisi.
 Memasang soft band pada lokasi pemasangan.
 Mengukur daerah yang akan dipasang gips.
 Memasang gips dengan cara memasukkan gulungan
vertical gips kedalam air.
 Biarkan verband gips didalam air beberapa saat
sampai gips mengeluarkan gelembung udara.
 Angkat verband gips dan peras sedikit.
 Pemasangan verband gips pada daerah yang fraktur
dengan posisi gulungan gips terletak disebelah luar.
 Haluskan gips setelah balutan gips dirasakan sudah
cukup.
 Tunggu gips sampai mengeras.
 Kemudian atur posisi pasien setelah pemasangan.
 Membersihkan daerah di sekitar pemasangan gips.
 Melakukan observasi terhadap: respon, setelah
tindakan/keluhan pasien.
 Periksa NVD paska pemasangan
 Memindahkan pasien dari meja pemasangan gips ke
brankar atau kursi dorong.
 Mencatat seluruh tindakan dalam catatan perawatan.

Evaluasi Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan evaluasi respon pasien


Gambar

Referensi https://id.scribd.com/doc/296290334/Sop-pemasangan-Gips
JUDUL SPO : Rom Exercise

PENGERTIAN: Kegiatan latihan yang bertujuan untuk memelihara fleksibilitas dan


mobilitas sendi

TUJUAN : 1.Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi

2.Mengembalikan kontrol motorik

3.Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak

4.Membantu sirkulasi dan nutrisi sinovial

5.Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang


mengalami paralisis

6.Memaksimalkan fungsi ADL

7.Mengurangi atau menghambat nyeri

8.Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular

9.Mengurangi gejala depresi dan kecemasan

10.Meningkatkan harga diri

11.Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan

INDIKASI : A. PROM
 Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan

 Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas
atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
B. AROM
 Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak
 Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya, digunakan AROM
KONTRA INDIKASI :
 Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera
 ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan
(life threatening)
 PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM
pada persendian dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan
pembentukan trombus
 Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain,
AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang
ketat
GERAKAN ROM
• Fleksi, yaitu gerakan menekuk persendian
• Ekstensi, yaitu gerakan meluruskan persendian
• Abduksi, yaitu gerakan menjauhi sumbu tubuh
• Adduksi, yaitu gerakan mendekati sumbu tubuh
• Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari aksis
tubuh
• Pronasi, yaitu gerakan memutar ke bawah/ menelungkupkan tangan
• Supinasi, yaitu gerakan memutar ke atas/ menengadahkan tangan
• Inversi, yaitu gerakan ke dalam
• Eversi, yaitu gerakan ke luar
PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN :
 Kaji klien dan rencanakan program latihan yang sesuai untuk klien
 Memberitahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan, area
yang akan digerakkan dan peran klien dalam latihan
 Jaga privacy klien
 Jaga/atur pakaian yang menyebabkan hambatan pergerakan
 Angkat selimut sebagaimana diperlukan
 Anjurkan klien berbaring dalam posisi yang nyaman
 Lakukan latihan sebagaimana dengan cara berikut :
LANGKAH-LANGKAH :
a) Latihan sendi bahu
 Pasien dalam posisi telentang
 Satu tangan perawat menopang dan
memegang siku, tangan yang lainnya
memegang pergelangan tangan.
 Luruskan siku pasien, gerakan lengan
pasien menjauhi dari tubuhnya kearah
perawat (Abduksi).
 Kemudian Gerakkan lengan pasien
mendekati tubuhnya (Adduksi).
 Gerakkan lengan bawah ke bawah
sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah
(rotasi internal).
 Turunkan dan kembalikan ke posisi
semula dengan siku tetap lurus.
 Gerakkan lengan bawah ke belakang
sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas
(rotasi eksternal).
 Turunkan dan kembalikan ke posisi
semula dengan siku tetap lurus.
 Hindari penguluran yang berlebihan
pada bahu.
 Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali atau sesuai toleransi
b) Latihan sendi siku
 Pasien dalam posisi telentang
 Perawat memegang pergelangan
tangan pasien dengan satu tangan,
tangan lainnya menahan lengan bagian
atas
 Posisi tangan pasien supinasi,
kemudian lakukan gerakan menekuk
(fleksi) dan meluruskan (ekstensi)
siku.
 Instruksikan agar pasien tetap rileks
 Pastikan gerakan yang diberikan
berada pada midline yang benar
 Perhatikan rentang gerak sendi yang
dibentuk, apakah berada dalam jarak
yang normal atau terbatas.
 Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
c) Latihan lengan
 Pasien dalam posisi telentang
 Perawat memegang area siku pasien
dengan satu tangan, tangan yang lain
menggenggam tangan pasien ke arah
luar (telentang/supinasi) dan ke arah
dalam (telungkup/pronasi).
 Instruksikan agar pasien tetap rileks
 Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali

d) Latihan sendi pergelangan tangan


 Pasien dalam posisi telentang
 Perawat memegang lengan bawah
pasien dengan satu tangan, tangan
lainnya memegang pergelangan tangan
pasien, serta tekuk pergelangan tangan
pasien ke atas dan ke bawah
 Instruksikan agar pasien tetap rileks
 Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali

e) Latihan sendi jari-jari tangan


 Pasien dalam posisi telentang
 Perawat memegang pergelangan
tangan pasien dengan satu tangan,
tangan lainnya membantu pasien
membuat gerakan mengepal/menekuk
jari-jari tangan dan kemudian
meluruskan jari-jari tangan pasien.
 Perawat memegang telapak tangan dan
keempat jari pasien dengan satu
tangan, tangan lainnya memutar ibu
jari tangan.
 Tangan perawat membantu
melebarkan jari-jari pasien
kemudian merapatkan kembali.
 Instruksikan agar pasien tetap rileks
 Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali

f) Latihan sendi pangkal paha


 Pasien dalam posisi telentang
 Letakkan satu tangan perawat di
bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
 Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat
kaki kurang lebih 8 cm dari tempat
tidur, gerakkan kaki menjauhi badan
pasien
 Gerakkan kaki mendekati badan pasien
 Kembali ke posisi semula
 Kemudian letakkan satu tangan perawat
pada pergelangan kaki dan satu tangan
yang lain di atas lutut.
 Putar kaki menjauhi perawat.
 Putar kaki ke arah perawat
 Kembali ke posisi semula
 Hindari pengangkatan yang berlebihan
pada kaki.
 Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali atau sesuai toleransi
g) Latihan sendi lutut
 Pasien dalam posisi telentang
 Satu tangan perawat di bawah lutut
pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain
 Angkat kaki, tekuk pada lutut dan
pangkal paha.
 Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada
sejauh mungkin
 Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut
dengan mengangkat kaki ke atas
 Instruksikan agar pasien tetap rileks
 Pastikan gerakan yang diberikan
berada pada midline yang benar
 Perhatikan rentang gerak sendi yang
dibentuk, apakah berada dalam jarak
yang normal atau terbatas.
 Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali
h) Latihan sendi pergelangan kaki
 Pasien dalam posisi telentang
 Perawat memegang separuh bagian
atas kaki pasien dengan satu jari
dan pegang pergelangan kaki dengan
tangan satunya.
 Putar kaki ke dalam sehingga telapak
kaki menghadap ke kaki lainnya
(infersi)
 Kembalikan ke posisi semula
 Putar kaki keluar sehingga bagian
telapak kaki menjauhi kaki yang lain
(efersi)
 Kembalikan ke posisi semula
 Kemudian letakkan satu tangan
perawat pada telapak kaki pasien dan
satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan
rilek.
 Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-
jari kaki ke arah dada pasien (dorso
fleksi).
 Kembalikan ke posisi semula
 Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada
pasien (plantar fleksi)
 Kembalikan ke posisi semula
 Instruksikan agar pasien tetap rileks
 Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali
i) Latihan sendi jari-jari kaki
 Pasien dalam posisi telentang
 Perawat memegang pergelangan kaki
pasien dengan satu tangan, tangan
lainnya membantu pasien membuat
gerakan menekuk jari-jari kaki dan
kemudian meluruskan jari-jari kaki
pasien.
 Tangan perawat membantu
melebarkan jari-jari kaki pasien
kemudian merapatkan kembali.
 Instruksikan agar pasien tetap rileks
 Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
EVALUASI : Kaji pengaruh/efek latihan pada klien terutama hemodinamik klien
REFRENSI :

Kozier, B., et al. (2008). Kozier and Erb’s Fundamentals of nursing, concept, process
and practic, eighth edtion. New Jersey : Pearson Education.

Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc.

Rhoads, J. & Meeker,B.J., (2008). Davids guide to clinical nursing skills. Philadeplphia :
F.A. Davis Company.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. & Cheever, K.H. (2008) Brunner & Suddarth’s
Textbook of medical-surgical nursing. 11th Edition. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins.

Smith, N. (2009). Range of motion, exercise. Published by Cinahl Information Systems.


http://web.ebscohost.com

Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a range- of-motion
exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181-191.
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIRMAN MAULANA


NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020/2021
. SOP LINGUAL EXERCISE/TERAPI WICARA

JUDUL SPO Lingual Exercise / Terapi Wicara

Pengertian :
1. Terapi wicara dipergunakan untuk memberikan terapi pada penderita gangguan perilaku
komunikasi dalam hal gangguan keterlambatan bicara, yaitu kelainan kemampuan bahasa,
bicara,suara, irama/kelancaran, sehingga penderita tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan
secara wajar.
2. Terapi wicara merupakan tindakan yang diberikan kepada individu yang mengalami gangguan
komunikasi, gangguan berbahasa bicara
3. Terapi modeling merupakan terapi berbahasa dengan pendekatan linguistik.

Tujuan :
1. Mengidentifikasi dan analisa data penyebab
2. Meningkatkan kemampuan anak berbicara dan berbahasa sesuai kemampuan sendiri atau
ekspresif.
3. Untuk memberi dukungan dan perhatian pada anak untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dalam berkomunikasi.
4. Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan interpersonal dalam
berbicara.
5. Membantu mempercepat penyembuhan
6. Sebagai fasilitas komunikasi

Indikasi :
1. Pasien dengan retardasi mental
2. Anak yang mengalami keterlambatan bicara, perubahan suara, tidak
mampu memahami pembicaraan atau berbicara dengan baik seperti:
a. Apraksia verbal pada anak
b. Gagap
c. Gangguan artikulasi atau bicara tidak jelas
d. Disartria atau gangguan artikulasi karena kerusakan saraf pusat
e. Gangguan otot orofasial
f. Kesulitan belajar, dalam membaca, mengeja, atau menulis
g. Mutisme
h. Afasia atau gangguan berbahasa
i. Gangguan irama bicara
j. Lisp atau tidak mampu melafalkan huruf dengan baik

Metode : Seorang terapis menyediakan dirinya untuk menjadi model berbahasa bagi klien
dengan mengurai kompleksitas atau kerumitan bahasa sehingga klien dapat menemukan pola
dasar dan aturan berbahasa yang benar. Serta memahami informasi atau pesan yang
terkandung dalam sebuah inti kalimat, dan diharapkan klien mampu mengembangkan
kemampuan pola berbahasa yang lebih baik secara reseptif maupun ekspresif.
Persiapan Alat :
a. Bersiul, untuk meningkatkan penguasaan otot-otot mulut, tenggorokan, dan lidah
b. Mainan dan boneka tangan
c. Pemadu suara
d. Teknologi asistif
e. Permainan berbicara
f. Kartu bergambar

Persiapan Pasien : Pasien disiapkan posisi yang nyaman Persiapan

Lingkungan : Lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien

Langkah-langkah :

A. Tahap Pra Interaksi


1. Melakukan kontrak waktu
2. Melakukan verifikasi program terapi
3. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum membaik/kondisi yang
memungkinkan).
4. Melakukan identifikasi masalah kesehatan yang berkaitan dengan terapi wicara.
5. Melakukan identifikasi masalah kesehatan yang berkaitan dengan terapi wicara
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan
C. Tahap Kerja
Langkah-langkah Metode: Modelling merupakan metode terapi berbahasa yang sederhana,
dimana seorang terapis wicara menyediakan dirinya sebagai model berbahasa bagi klien dalam
menguraikan kerumitan bahasa dengan rangkaian kata atau kalimat dengan sedemikian cara.
Sehingga klien dengan mudah memahami makna dalam sebuah inti kalimat dan perlahan
terbentuk pola bahasa yang baik baik dalam segi reseptif ataupun ekspresif. Rangkaian kata
atau kalimat yang diucapkan oleh terapis wicara bukan sekedar rangkaian kata atau kalimat
yang diucapkan dengan serta merta, tetapi suatu rangkaian kata atau kalimat yang telah
dirancang sedemikian rupa yang dengan itu diharapkan klien bisa memahami. Dalam
penerapan metode modeling ini klien dituntut untuk turut mengalami sebuah bentuk kegiatan
yang merupakan proses terangkainya kata sekaligus maknanya dengan mudah.
a. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
b. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu
c. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
d. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
e. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain
f. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya
g. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
h. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi hasil tindakan
2. Membereskan alat-alat
3. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta
keluarga kegiatan dalam lembar catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain meliputi
emosional, hubungan inter-personal, psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga.

Evaluasi
1. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain
2. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
3. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan Gambar

Referensi Anna. 2017. SOP Terapi Wicara Asli (Online).


https://id.scribd.com/document/360378675/SOP-Terapi-Wicara-Asli. diakses
tanggal 15 Desember 2020
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

ADE FIRMAN MAULANA


NIM. 1810001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020/2021
RESUME COVID-19 KULIAH PAKAR

Mahasiswa praktek sebisa mungkin menjadi agen atau pelopor bagi pasien dan keluarga
dalam hal meningkatkan kesadaran pencegahan covid-19.
Kewaspadaan Selama Covid-19:
1. Wajib tes serologi sebelum praktik
2. Selalu cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer
3. Selalu gunakan masker
4. Selalu jaga jarak
5. Gunakan APD sekali pakai
6. Jika sakit, segera melapor ke pembimbing ruangan

Tantangan/Penyebab Ketidakpatuhan HH:


1. Monitoring HH yang kurang
2. Kurang tersedianya sarana dan prasarana
3. Kurang pengetahuan petugas
4. Kurang pengetahuan
5. Kurangnya kontroling/monitoring
6. Tidak adanya sanksi
7. Malas/tidak peduli

Kriteria APD untuk mencegah dan melindungi tunuh dari virus corona
1. Mampu melindungi tubuh dari percikan dahak yang mengandung virus corona
2. Tidak mudah rusak
3. Ringan dan tidak mematasi gerak atau menimbulkan rasa tidak nyaman
4. Mudah di bersihkan

Metode Penularan Covid-19:


1. Droplet
2. Kontak
3. Airborne saat tindakan yang menimbulkan aerosol

Memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi dalam penggunaan APD:


1. Tetapkan indikasi penggunaan dengan mempertimbangkan risiko terpapar dan
dinamika transmisi
2. Cara ‘memakai’ dengan benar
3. Cara ‘melepas’ dengan benar
4. Cara mengumpulkan (‘disposal’) setelah dipakai

Algoritma RJP covid-19:


1. Kurangi paparan terhadap penolong
 Gunakan APD lengkap
 Batasi jumlah personel
 Pertimbangkan RJP mekanik
 Komunikasikan status covid ke setiap penolong baru
2. Prioritaskan oksigenasi dengan resiko Aerosol Rendah
 Tugaskan intubator dengan kemungkinan terbesar berhasil intubasi dalam
percobaan pertama
 Hindari pemberian bantuan nafas secara langsung
 Gunakan bag-mask device dengan penyaring HEPA dan penyekat kedap udara
 Pertimbangkan oksigenasi pasif dengan nonrebreathing mask sebagai alternatif

Anda mungkin juga menyukai