Disusun oleh :
NIM. 1810001
SURABAYA
2020/2021
STUDY FROM HOME
PENGKAJIAN LUKA (Bates Jensen Wound Assessment Tool)
N Sko
Komponen Pengkajian Skor
o r
1 Ukuran luka 1 P x L < 4 cm2
2 P x L 4 - 16 cm2 2
2
3 P x L 16 - < 36 cm
4 P x L 36 - < 80 cm2
5 P x L > 80 cm2
2 Kedalaman 1 Tidak ada eritema pada kulit yang utuh
Kehilangan sebagian kulit (partial thicknes) termasuk epidermis dan atau
2 2
dermis
Kehilangan seluruh bagian kulit (full thicknes) meliputi kerusakan atau
3
nekrosis pada jaringan subkutan
4 Dikaburkan (tidak tampak jelas) akibat nekrosis
Kehilangan seluruh lapisan kulit (full thicknes) dengan kerusakan yang luas,
5
jaringan nekrosis atau otot yang rusak, tulang atau struktur penyokong
3 Tepi luka 1 Samar, tidak jelas terlihat, menyebar 1
2 Jelas, batas tepi terlihat menyatu dengan dasar luka
3 Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka
4 Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka, tebal
5 Jelas, fibrotic, jaringan parut tebal/hyperkeratonic
4 Goa/ 1 Tidak ada 1
undermining
2 Goa < 2 cm di area manapun
(lubang pada
luka yang ada 3 Goa 2-4 cm, < 50% dari tepi luka
dibawah jaringan 4 Goa 2-4 cm > 50% dari tepi luka
sehat)
5 Goa > 4 cm atau tunneling di area manapun
5 Tipe Jaringan 1 Tidak ada/tidak nampak 1
nekrotik
Putih/abu-abu jaringan mati dan atau slough yang tidak melekat (mudah
2
dihilangkan)
3 Slough kuning melekat tapi mudah dihilangkan
4 Melekat, lembut dan ada jaringan parut palsu berwarna hitam (black eschar)
5 Melekat kuat, berbatas tegas, keras dan black eschar
6 Jumlah jaringan 1 Tidak tampak 1
nekrotik
2 < 25% menutupi dasar luka
3 25% - 50% menutupi dasar luka
4 > 50% - < 75% menutupi dasar luka
5 75% - 100% menutupi dasar luka
7 Tipe eksudat 1 Tidak ada 1
2 Bloody (darah)
3 Serosanguineous, encer, berair, merah pucat atau pink
4 Serous, encer, berair, jernih
Purulent, encer atau kental, keruh, kecoklatan/
5
kekuningan, dengan atau tanpa bau
8 Jumlah eksudat 1 Kering, tidak ada eksudat 1
2 Sangat sedikit, luka tampak lembab (moist) tapi eksudat tidak teramati
3 Sedikit
4 Sedang
5 Banyak
9 Warna kulit 1 Merah muda, normal 1
sekitar luka
2 Merah terang atau pucat saat di tekan
3 Putih atau pucat atau hipopigmentasi
4 Merah gelap atau keunguan, tidak pucat saat ditekan
5 Hitam atau hiperpigmentasi
10 Edema 1 Tidak ada bengkak atau edema (No swelling) 1
perifer/tepi
2 Non pitting edema < 4 cm disekitar luka
jaringan
3 Non pitting edema > 4 cm disekitar luka
4 Pitting edema < 4 cm disekitar luka
5 Krepitasi atau pitting edema > 4 cm disekitar luka
11 Indurasi 1 Tidak ada 1
Jaringan Perifer
2 Indurasi (Pengerasan) < 2 cm di sekitar luka
(Pengerasan
jaringan tepi) 3 Indurasi (Pengerasan) 2-4 cm, menyebar seluas < 50% di sekitar luka
4 Indurasi (Pengerasan) 2-4 cm, menyebar seluas ≥ 50% di sekitar luka
5 Indurasi (Pengerasan) > 4 cm di sekitar luka
12 Jaringan 1 Kulit utuh
granulasi
2 Terang, merah, 75% - 100% jaringan granulasi 2
3 Terang, merah, 25% - <75% jaringan granulasi
4 Merah pucat, merah kehitaman dan atau luka ≤25 % terisi granulasi
5 Tidak tampak jaringan granulasi
13 Epitelisasi 1 100% epitelisasi, permukaan utuh 1
75% - <100 % epitelisasi, dan atau terdapat jaringan epitel meluas sepanjang
2
>0,5 cm pada permukaan luka
50% - <75% epitelisasi, dan atau terdapat jaringan epitel meluas sepanjang <0,5
3
cm pada permukaan luka
4 25 % - 50 % epitelisasi
5 < 25 % epitelisasi
TOTAL SKOR 16
X 11-09-2020
Plotkan total skor pada rentang status luka dan beri tanda “X” pada garis dan beri tanggal dibawah garis.
PREDIKSI WAKTU PENYEMBUHAN LUKA
N = 16 X 12 = 3 MINGGU,4 Hari
55
Nama Perawat
GAMBAR LUKA
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
Disusun oleh :
Inhalasi Asap
Kontak dengan permukaan kulit
Nyeri
Dehidrasi jaringan
Resti kekurangan volume cairan Resti Perubahan perfusi jaringan
Mencuci tangan
Gambar
Refrensi Https://id.scribd.com/perawatan-luka-bakar
JUDUL SPO PERAWATAN LUKA DEKUBITUS
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
Pengertian
penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
1. Mencegah Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme
ke dalam kulit membrane mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
Tujuan 4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah penyebaran luka
7. Mencegah pendarahan
8. Mencegah excoriasi sekitar kulit drain
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Set steril terdiri atas :
1) Kapas alcohol
2) Kasa steril
3) kom untuk larutan NaCl 0,9%
4) Pinset anatomi
5) Pinset chirurgi
6) Lidi kapas yang steril
Persiapan alat b. Derian tule atau cutimed sorbad/salep obat topikal
c. Gunting plester
d. Plester/perekat atau hipafix
e. Alkohol 70 %
f. Larutan NaCl 0.9 %
g. Handscoon bersih
h. Handscoon steril
i. Penggaris millimeter disposable
j. Pencahayaan yang adekuat
a. Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tujuan tindakan
yang akan dilakukan
Persiapan pasien
b. Atur posisi klien miring kiri atau kanan (sesuai dengan
letak luka dekubitus)
a. Ciptakan suasana yang tenang sebelum pelaksanaan
Persiapan tindakan
lingkungan
b. Pasang sampiran
a. Mencuci tangan
Gambar
SOAL :
Kejadian luka bakar jam 03.00, px sampai RS jam 06.00, luka mengenai : Lengan kiri depan belakang,
Dada, perut, keadaan lemah, akral hangat kering merah, CRT <2detik, nadi 8x/mnt,TD. 100/70 mmHg.
Hitung kebutuhan cairan, Tuliskan pemberian cairan dan habis hingga jam berapa?
JAWABAN:
4x50x17 =3400
8 Jam I =3400:2=1700ml/8 jam
8 jam II =1700:2=850ml/8 jam
8 jam III =850ml/8 jam
TUGAS INDIVIDU
Disusun oleh :
Pancaindera adalah organ2 akhir yg dikhususkan untukmenerima jenis rangsangan tertentu. Mata adalah jendela hati,
jendela dunia, dgn mata kita bias menyerap berbagai informasi, mengumpulkan berbagai informasi dan data dan
akhirnya kita bisa punya ilmu dan penetahuan yg begitu banyaknya.Indra penglihatan yg terletak pada mata (organ
visus) yg terdiri dari: organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan Bulbus oculus (bola mata) Saraf indra penglihatan, saraf
optikus (saraf kranial II)
Indera penglihatan terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari:
1. Organ Okuli Assesoria (alat bantu mata)
2. Organ Okulus (bagian utama mata)
3. Bulbus Okulus (bola mata)
4. Muskulus Okuli (Otot Mata)
5. Saraf Indera penglihatan
WOC GLAUKOMA
Etiologi
Primer Sekunder
- Akut
∞ Trauma
– Katarak
- Kronis – Perubahan lensa
∞ Diabetes mellitus – Kelainan uvea
∞ Hipertensi – Pembedahan
∞ Arterisklerosis
∞ Pemakaian kortikosteroid
jangka panjang.
∞ Miopia tinggi dan progresif
Peningkatan TIO
GLAUKOMA
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Iritasi saraf vagus Iritasi saraf Tekanan pada saraf Iritasi saraf Iskemia retina Penipisan lapisan serat
trigeminus dan vagus optik dan retina vagus saraf dan inti bagian
dalam retina
Bronkokontriksi Nyeri
Reflek okulokardiak Kerusakan saraf optik Mual, muntah
dan retina
Visus menurun
Merangsang N.
Suplai O2 menurun
Bradikardia Kehilangan trigeminus
Berkurangnya akson di
saraf optik cairan Penglihatan kabur
Peningkatan kerja
napas MK : Resiko Gg. Perfusi Nyeri menyebar ke
jaringan MK : Resiko pelipis, rahang Imobilisasi kurang
Atrofi optik
kekurangan volume
Dyspnea cairan
Anoreksia
Hilangnya MK : Gg. immobilitas
pandangan fisik
MK : MK :
Resiko pola napas tidak perifer - Gg. Persepsi MK: Resiko perubahan
efektif sensori (visual) nutrisi kurang dari
- Resti cidera kebutuhan tubuh
Sumber referensi : https://id.scribd.com/document/86326829/WOC-GLAUKOMA
WOC KATARAK
metabolik obat-obatan
DM galaktosemia penotiazin,
miotics
akumulasi galaktosa
glukosa-konfrensi
oleh enzim aldose
reduktase-sorbitol
kekeruhan pada lensa mata
lensa
Inflamasi supuratif
Bisa hilang secara Nyeri akut
spontan dalam Kerusakan Integritas
beberapa bulan kulit
Resiko penyebaran
Infeksi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN OBAT TETES MATA
Judul
Pemberian obat tetes mata
Pengertian
Memberikan obat tertentu dengan cara meneteskannya ke dalam mata.
Tujuan
Melaksanakan tindakan pengobatan mata sesuai dengan program pengobatan.
Persiapan Alat
Baki + alas berisi :
Kasa steril dalam tempatnya
Obat tetes mata
Tisu dalam tempatnya
Kapas basah dalam kom
Handscoen dalam toples
Korentang
Bengkok (Nierbekken)
Gunting verband
Plester
Masker
Baraskot
Persiapan Pasien
Tanyakan keluan pasien
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
Beritahu lamanya tindakan
Atur posisi senyaman mungkin
Persiapan Lingkungan
Menutup pintu
Menutup jendela atau gorden
Pastikan lingkungan sekitar sudah bersih agar pasien nyaman
Langkah-Langkah
Gunakan alat pelindung diri (masker dan baraskot)
Salam Terapeutik
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Dekatkan alat
Tutup sampiran
Gunting plester sesuai kebutuhan
Cuci tangan
Pasang handscoen steril
Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dan posisi perawat di samping
kanan pasien.
Bersihkan mata pasien dengan kapas basah dari bagian dalam mata ke sudut luar
mata
Kapas basah yang sudah dipakai di buang ke bengkok (nierbekken)
Ambil obat tetes mata, perhatikan prinsip 5 benar
Anjurkan pasien untuk melihat ke atas dan tidak berkedip, kemudian tekan
perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari di atas tulang orbita
Teteskan obat pada konjungtiva palpebra sesuai dosis
Setelah obat diteteskan, anjurkan pasien untuk mengedipkan mata
Bersihkan sisa obat yang ada di daerah sekitar mata dengan tisu
Tutup mata dengan kasa
Lepaskan handscone
Rekatkan plester pada kasa untuk menutupi mata
Bereskan alat
Buka sampiran
Terminasi
Cuci tangan
Dokumentasikan
Evaluasi
Perhatikan respon pasien
Jelaskan pada pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
Refrensi : https://id.scribd.com/document
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN SALEP MATA ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
Judul
Pemberian salep mata steril pada mata bayi baru lahir untuk profilaksis.Pengertian
Memberikan obat tertentu dengan cara meneteskannya ke dalam mata.
Tujuan
Untuk mencegah infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi
selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.
Persiapan Alat
Petugas menyiapkan alat dan obat :
- Salep mata antibiotik profilaksis
- Bengkok
- Kassa
Persiapan Lingkungan
Menutup pintu
Menutup jendela atau gorden
Pastikan lingkungan sekitar sudah bersih
Langkah-Langkah
- Petugas mencuci tangan
- Petugas menjelaskan pada keluarga tentang maksud dan tujuan
pemberian salep mata
- Petugas memberikan salep mata pada mata bayi dalam satu garis lurus
mulaii dari bagian terdekat hidung menuju keluar mata
- Petugas menjaga ujung tabung salep tidak menyentuh mata bayi
- Petugas memberi tau keluarga untuk tidak menghapus salep mata
Evaluasi
Perhatikan respon pasien
Jelaskan pada keluarga pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
Refrensi : https://id.scribd.com/document
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MELAKUKAN IRIGASI MATA
Judul
MELAKUKAN IRIGASI MATA
Pengertian
Irigasi mata adalah suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata.
Tujuan
Irigasi mata bertujuan untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda asing dari dalam
mata.
Persiapan Alat
a. Larutan irigasi yang diresepkan (untuk bilasan kimia : air hangat )
b. Kom steril untuk larutan
c. Piala ginjal, handuk, bola kapas dengan penetes mata
Persiapan Pasien
Tanyakan keluan pasien
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
Beritahu lamanya tindakan
Atur posisi senyaman mungkin
Persiapan Lingkungan
Menutup pintu
Menutup jendela atau gorden
Pastikan lingkungan sekitar sudah bersih agar pasien nyaman
Langkah-Langkah
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Letakkan handuk dibawah wajah pasien
4. Dengan bola kapas yang dibasahi dengan larutan irigasi bersihkan kelopak matadari
bagian dalam keluar kantus
5. Letakkan piala ginjal tepat dibawah dagu pasien pada sisi mata yang sakit
6. Isi spuit dengan larutan irigasi, renggangkan kelopak mata perlahan dengan memberikan
tekanan pada bagian bawah tulang orbita dan tonjolan tulang dibawah lakrimalis ( tidak
boleh memberikan tekanan yang berlebihan pada bola mata )
7. Pegang spuit irigasi kurang lebih 2,5 cm diatas kantus dalam
8. Minta pasien untuk melihat keatas dengan perlahan irigasi dengan mengarahkan larutan
kedalam sakus konjungtiva bawah kearah kantus luar
9. Biarkan pasien memejamkan matanya secara periodic, terutama bila terasa panas
10. Lakukan irigasi sampai secret bersih ( 15 menit irigasi untuk membilas bahan kimia )
11. Keringkan kelopak matadan area wajah dengan bola kapas
12. Bereskan peralatan
13. Mencuci tangan
Evaluasi
Perhatikan respon pasien
Jelaskan pada pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
Refrensi : https://id.scribd.com/document
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
Disusun oleh :
A. TELINGA
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani. Telinga luar
atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit.
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar : Membran timpani
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Fisiologi pendengaran:
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea.
B. HIDUNG
Anatomi hidung :
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari
biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang
tidak menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol
pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga
bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah
kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang
mudah digerakkan.
Fisiologi hidung :
Hidung berfungsi sebagai indra penghidu , menyiapkan udara inhalasi agar dapat
digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius
berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel
penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara
inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan
C. TENGGOROKAN
Anatomi Tenggorokan :
Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari faring dan
laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup jika ada makanan dan
minuman yang lewat dan menuju esophagus.
Fisiologi Tenggorokan :
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan untuk
artikulasi.
Sumber :
https://www.academia.edu/9921639/pathway_faringitis_asuhan_keperawatan_gawat_darurat_faringitis
WOC Tonsilitis
Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman
Epitel terkikis
TONSILITIS
Gangguan Rasa
Pembengkakan tonsil
Nyaman: Nyeri
TONSILEKTOMI
Nyeri saat menelan Respon inflamasi Kurang pengetahuan Efek anestesi Terputusnya jaringan
Penumpukan sekret
Resiko gangguan
Resiko Peningkatan Resiko keseimbangan
perubahan suhu tubuh infeksi cairan dan
nutrisi Resiko jalan elektrolit
kurang dari nafas tidak Gangguan Rasa
kebutuhan efektif Nyaman: Nyeri
tubuh
Sumber : https://id.scribd.com/doc/31032626/woc-tonsilitis-filcha
3. FORMAT STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
JUDUL SPO PERAWATAN LUKA POST TONSILEKTOMI
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan
pre dan intra operatif yang di mulai saat klien di terima di ruang
Pengertian pemulihan/pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya
Persiapan
Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien.
lingkungan
Siapkan Alat.
Identifikasi pasien.
Jelaskan prosedur tindakan pada pasien.
Tutup sampiran
Cuci tangan.
Tutupi pasien dengan handuk/laken.
Langkah-Langkah
Berikan pasien posisi duduk.
Tarik aurikel (daun telinga) ke atas dan ke belakang.
Arahkan aliran cairan dari bagian atas liang telinga
menggunakan spuit balon/water pik.
Keringkan bagian luar telinga setelah irigasi telinga
dilakukan.
PERSARAFAN
Disusun oleh :
N
DATA (Symptom) / Faktor Risiko PENYEBAB (Etiologi) MASALAH (Problem)
O
C. PRIORITAS MASALAH
No Masalah Keperawatan
1 Gangguan mobilitas fisik behubungan dengan gangguan neuromuskular
2 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosis keperawatan : Gangguan mobilitas fisik behubungan dengan gangguan neuromuskular
LUARAN KEPERAWATAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24jam, maka mobilitas fisik meningkat, dengan kriteria hasil :
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi utama Dukungan mobilisasi 1. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
(SIKI, hal 30) 3. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini . mengajarkan
Intervensi pendukung Dukungan perawatan diri 5. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan
6.Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
(SIKI, hal 36) 7. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
2. Diagnosis keperawatan : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
LUARAN KEPERAWATAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24jam, maka komunikasi verbal meningkat , dengan kriteria hasil
:
Luaran tambahan Dukungan sosial 3. Kemampuan meminta bantuan pada orang lain meningakat
(SLKI, hal 22) 4. Bantuan yang ditawarkan oleh orang lain meningkat
5. Dukungan emosi yang disediakan oleh orang lain meningkat
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi utama Promosi komunikasi :Defisit Bicara 1.Identifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
2.Ulangi apa yang disampaikan pasien
(SIKI, hal373) 3. Anjurkan berbicara perlahan
Intervensi pendukung Dukungan kepatuhan program 4. Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
pengobatan 5. Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang di jalani
6. Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani
(SIKI, hal 26) program pengobatan
E. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No. WAKTU TT WAKTU TT
TINDAKAN WAT
EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) WAT
Dx (tgl & jam) (tgl & jam)
28-09- 28-09- AD
2020 2020
1 08.00 Melakukan mobilisasi AD
Dx.1 = Gangguan mobilitas fisik
08.05 Mengajarkan prilaku emosional dan fisik sebagai
bentuk komunikasi AD
S : pasien mengatakan sudah mampu menggerakan otot
2 bisep, trisep serta patela
08.10 Mengajarkan keluarga untuk membantu pasien AD O : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
1 dalam meningkatkan pergerakan sudah tidak dibantu dalam kebutuhan sehari-hari
A : tujuan teratasi
08.15 Mengulangi apa yang disampaikan pasien AD P : Intervensi dihentikan
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi Dx.2 = Gangguan komunikasi verbal
08.20
AD
1 08.25 Mengajarkan berbicara perlahan AD S : pasien mengatakan sudah mampu berbicara lancer
tidak pelo lagi
2 O : --
08.30 Mengajarkan melakukan mobilisasi dini AD A : tujuan teratasi
1 08.35 P : Intevensi dihentikan
Mengingatkan kepatuhan menjalani program
2 pengobatan AD
09.20
Menganjurkan melakukan perawatan diri secara AD
1 konsisten sesuai kemampuan
TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
Disusun oleh :
Tujuan
Indikasi
Alat-alat steril
1. Pinset anatomis 1 buah
2. Pinset sirugis 1 buah
3. Gunting bedah/jaringan 1 buah
4. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
5. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
6. Handsoon 1 pasang
7. Korentang/forcep b. Alat-alat tidak steril
8. Gunting Peban 1
9. buah
10. Plester
Persiapanalat
11. Pengalas
12. Kom kecil
13. Kapas alcohol
14. Sabun cair anti septik
15. Aceton/bensin
16. Cairan antiseptic "bila dibutuhkan
17. Handsoon 1 pasang
18. Masker
19. Bengkok
20. Air hangat "bila dibutuhkan
21. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
Persiapan pasien
3. Menjelaskan maksud dan tujuan serta meminta ijin pada
pasien
1. Menutup sampiran
Persiapan
2. Membuat pasien merasa nyaman
lingkungan
3. Menjaga privasi pasien
1. Perawat cuci tangan
2. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4. Letakkan pengalas dibawah area luka 0. +uka balutan
lama "hati-hati jangan sampai menyentuh luka# dengan
menggunakan pinset anatomi
5. buang balutan bekas kedalam bengkok. 2ika
menggunakan plester lepaskan plester dengan cara
melepaskan ujungnya dan menahan kulit dibawahnya
6. setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan
kearah balutan. "bila masih terdapat sisa perekat dikulit
7. dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin balutan
melekat pada jaringan dibawah jangan dibasahi tapi
angkat balutan dengan berlahan
Langkah-langkah 8. Letakkan balutan kotor ke bengkok lalu buang
(sesuaifase/tahap) kekantong plastic
9. hindari kontaminasi dengan permukaan luar
10. Kaji lokasi tipe jumlah jahitan atau bau dari luka
11. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan
pencuci luka dan obat luka dengan memperhatikan
tehnik aseptic .
12. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
13. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau
Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka
"disesuaikan dengan terapi.
14. Menutup luka dengan cara balutan kering
• lapisan pertama kassa kering steril u/ menutupi daerah
insisi dan bagian sekeliling kulit
• lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat
menyerap
• Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
balutan basah 8 kering
• lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan
steril atau untuk menutupi area luka
•lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya
menyerap
• lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
balutan basah 8 basah
• lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan
cairan fisiologik u/ menutupi luka
• lapisa kedua kassa kering steril yang bersifat
menyerap
• lapisan ketiga "paling luar# kassa steril yang sudah
dilembabkan dengan cairan fisiologik
15. Plester dengan rapi 10.
16. buka sarung tangan dan masukan kedalam kantong
plastic tempat sampah
17. Lepaskan masker
18. Atur dan rapikan posisi pasien
19. Buka sampiran
20. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam
keadaan bersih kering dan rapi
21. Perawat cuci tangan
1. Evaluasi respon pasien.
2. Catat kerekam medis pasien, bubuhkan tanda tangan.
Evaluasi
3. Tulisan / paraf hanya di buat oleh perawat yang sudah
menyiapkan dan memberikan obat
Gambar
https://www.scribd.com/document/348307926/Sop-
Referensi
Membersihkan-Daerah-Operasi
JUDUL SPO Pencukuran Area Operasi
Pengertian Menghilangkan rambut dan kotoran pada daerah operasi
Membersihkan lapangan operasi dari rambut
Tujuan Mencegah terjadinya infeksi
1. gunting rambut\
2. alat cukur (alat harus tersedia dalam keadaan tajam)
3. mangkok berisi larutan kebutuhan
4. kapas
5. kassa / verband sesuai kebutuhan
Persiapan alat 6. alkohol 70 %
7. plester
8. pengalas
9. air dalam waskom
10. waslap / handuk
Gambar
Referensi https://www.scribd.com/doc/312314014/SOP-Mencukur
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
Disusun oleh :
NIM. 1810001
SURABAYA
2020/2021
Usia, Jenis Kelamin, Genetik, Suku bangsa,
woc osteoartritis Kegemukan, Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga,
Kelainan pertumbuhan, Kepadatan tulang
↓Integritas matrik
,perubahan komponen
sendi; kolagen,
proteoglikan kartilago
Osteoartritis
Kurangnya
Pengetahuan
TUGAS INDIVIDU
Disusun oleh :
SURABAYA
2020/2021
ANATOMI FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama
dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan
otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan
bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Cartilago (tulang rawan)
Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat, tetapi fleksible dan tidak bervasculer.
Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat keadaannya kenyal dan fleksibel.
Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung dari otot yang menempel pada
tulang.
Fascia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di bawah kulit,
sebagai fascia superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot,
saraf dan pembuluh darah.
Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana digunakan di atas bagian yang
bergerak.
Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara
misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan
penyambung yang disebut persendian.
Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan terutama adalah jaringan
penyambung, yang tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar.
Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha
mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperature tubuh. Jaringan otot terdiri
atas semua jaringan kontraktil.
Refrensi : https://www.academia.edu/16474288/ANATOMI_FISIOLOGI__MUSKULOSKELETAL
WOC DISLOKASI
merusak struktur sendi dan ligamen vasokontriksi pd. Darah peribahana struktur sendi
DISLOKASI
Taruma jaringan sekitar trauma jaringan sekitar perubahan struktur sendi perubahan strukt
Kekakuan tulang terlepas dari mangkuk sendi gangguan citra tubuh b.d ansietas b.d
Hambatan mobilitas fisik Nyeri akut b.d agen cedera fisik perubahan pjg ekstremitas kurang pengetahuan
Refrensi : https://www.academia.edu/31917670/WOC_DISLOKASI_SENDI
WOC FRAKTUR
Trauma tidak
Trauma langsung: langsung
Kondisi Patologis
Jatuh, hantaman,
kecelakaan
FRAKTUR
Diskontinuitas tulang
Pre op
Perubahan jaringan Pergeseran fragmen
sekitar tulang
MK: hambatan
Persepsi nyeri mobilitas fisik
Refrensi : https://id.scribd.com/doc/241539911/WOC-fraktur
Standar Prosedur Operasional
Persiapan Lingkungan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien
1. Cuci tangan
Langkah-langkah 2. Siapkan alat-alat, kemudian anamnesis adanya patah tulang
terbuka setelah terjadi trauma, nyeri, sulit digerakkan, Bengkak,
perubahan warna, kelemahan otot
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi (look)
b. Palpasi (feel)
c. Move (gerak)
4. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosa ditegakkan
6. Penatalaksanaan
Pembersihan terhadap luka fraktur, dengan cara irigasi
dengan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan
benda asing yang melekat
Balut luka untuk menghentikan perdarahan, pada fraktur
dengan tulang menonjol keluar sedapat mungkin dihindari
memasukkan komponen tulang tersebut kembali kedalaman
luka
a. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan
fiksasi eksterna
b. Pemberian antibiotika: merupakan cara efektif mencegah
terjadinya infeksi pada fraktur terbuka. Antibiotika yang
diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar. Untuk
fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah
golongan cephalosporin, dan dikombinasi dengan
golongan aminoglikosida.
c. Pencegahan tetanus: semua penderita dengan fraktur
terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada
penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian tetanus toksoid bagi yang belum,
dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin.
Gambar
Kontraindikasi
1. Bidai sesuai ukuran
Persiapan Alat 2. Kapas/Kassa/bantal
3. Kain segi tiga, pembalut dan tali pengikat
4. Plester dan gunting
Persiapan Lingkungan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien
1. Mencuci tangan
Langkah-langkah 2. Kaji lokasi cidera
3. Tempatkan kassa/ balutan disekitar daerah cidera
4. Pasang bidai di tempat cidera: lokasi bidai dan ukuran bidai
5. Memfiksasi bidai dgn menggunakan kain segitiga:
pembalut/plester
6. Membereskan alat
7. Mencuci tangan
Gambar
Indikasi
Kontraindikasi
1. Tensimeter
Persiapan Alat 2. Termometer
3. Stetoskop
4. Jam tangan
5. Desinfektant
6. Lampu senter
7. Otoskop
8. Opthalmoskop
9. Meteran
10. Refleks hammer
11. Garputala
12. Spekulum hidung
13. Spatel lidah
14. Kaca laring
15. Handsoon
16. Bengkok
17. Kassa steril
18. Timbangan berat badan
19. Alat tulis
1. Posisikan pasien sesuai pemeriksaan
Persiapan Pasien 2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Lingkungan Tutup tirai atau pintu untuk menjaga privasi pasien
3. Cuci tangan
klien
- suhu tubuh
- denyut nadi
- pernafasan
- tekanan darah
memungkinkan
a. Kepala :
b. Mata :
c. Hidung :
d. Telinga
f. Leher :
d. Palpasi ictus cordis pada area intercosta ke-5 mid klavikula kiri
e. Palpasi hepar
f. Palpasi lien
a. Genetalia pria
b. Genetalia wanita
c. Anus
- Nervus Trigeminus :
Gambar
Referensi https://id.scribd.com/doc/142222530/Sop-pemeriksaan-fisik
TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
Disusun oleh :
Kontraindikasi
Persiapan alat
Menutup pintu
Persiapan lingkungan
Menutup sampiran/tirai
1. Memberikan salam dan panggil klien dengan namanya
2. Memeriksa identitas klien
Langkah-langkah 3. Menjelaskan tujuan, prosedur & lama tindakan pada klien /
(sesuai fase/tahap) keluarga.
4. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya bila ada yang
akan ditanyakan
5. Mengatur lingkungan
6. Mencuci tangan.
7. Persiapan 1 malam sebelum operasi
8. Puasa dan pembatasan makan dan minum.
9. Pemberian enema jika perlu.
10. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.
11. Jika klien menerima anastesi umum tidak boleh makan dan
minum selama 8 – 10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi
gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau
pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau
gester.
12. Persiapan untuk anastesi
13. Ahli anastesi selalu berkunjung pada pasien pada malam
sebelum operasi untuk melekukan pemeriksaan lengkap
kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe
anastesi yang akan digunakan selama operasi.
14. Meningkatkan istirahat dan tidur
15. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu)
jam sebelum obat-obatan pre operasi :
16. Mencatat tanda-tanda vital.
17. Cek gelang identitas klien.
18. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik.
19. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infuse.
20. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir.
21. Anjurkan klien untuk buang air kecil.
22. Perawatan mulut jika perlu.
23. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala.
24. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda
hipoksia
1 Perhatikan respon pasien
Evaluasi
2 Mengobservasi keadaan umum pasien :
a. Melihat perubahan pada kondisi mata pasien setelah diberi obat
tetes mata
b. Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat perubahan keadaan
umum
Gambar
Disusun oleh :
SURABAYA
2020/2021
JUDUL SPO MELATIH PASIEN MENGGUNAKAN ALAT BANTU JALAN
Kruk merupakan tongkat/alat bantu berjalan untuk orang yang
Pengertian memiliki keterbatasan fisik karena cacat atau cedera, biasanya
digunakan secara berpasangan untuk mengatur keseimbangan
tubuh saat berjalan
Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya
digunakan secara berpasangan yang diciptakan untuk mengatur
keseimbangan pada saat akan berjalan
Tujuan
1) Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan
kemampuan mobilisasi
2) Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3) Menurunkan ketergantungan pasien pada orang lain
4) Meningkatkan rasa percaya diri klien
Walker
Persiapan Alat Sandal yang sesuai
Evaluasi Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan lakukan koreksi jika
perlu
Gambar
Pengertian Tahanan yag dipakai dengan menggunakan pemberat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Anak anak
Traksi skeletal
Orang dewasa
1.Jangka panjang
Kontraindikasi 1.Hipermobilitas
2.Efusi sendi
3.Inflamasi
4.Fraktur humeri dan osteoporosis
2.Bedak kulit
4.Handuk
6.Lidi kapas
8.Kassa steril
9.Piala ginjal
1. TRAKSI KULIT
2. TRAKSI SKELETAL
Cuci tangan
Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk
mempertahankan tarikan traksi yang optimal
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung
tangan steril
Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi
kapas dengan teknik menjauh dari pin (dari dalam ke luar)
Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
Tutup kassa di lokasi penusukan pin
Lepas sarung tangan
Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik
khusus infeksius
Cuci tangan
Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu
dalam pergerakan di tempat tidur selama ganti alat dan
membersihkan area punggung/ bokong
Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
Gambar
Referensi https://id.scribd.com/document/410630883/sop-perawatan-Traksi
JUDUL SPO Pemasangan Gips
Suatu kegiatan untuk menyiapkan peralatan dan pasien yang
Pengertian akan dipasang gips.
1. Fiksasi
Tujuan
2. Reposisi
3. Immobilisasi
4. .Penyembuhan tulang sesuai dengan yang diharapkan.
Kontraindikasi
Gips dengan jumlah dan ukuran sesuai kebutuhan.
Persiapan Alat
Kapas lemak/padding.
Ember
Perlak
Verband
Referensi https://id.scribd.com/doc/296290334/Sop-pemasangan-Gips
JUDUL SPO : Rom Exercise
INDIKASI : A. PROM
Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas
atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
B. AROM
Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak
Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya, digunakan AROM
KONTRA INDIKASI :
Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera
ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan
(life threatening)
PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM
pada persendian dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan
pembentukan trombus
Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain,
AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang
ketat
GERAKAN ROM
• Fleksi, yaitu gerakan menekuk persendian
• Ekstensi, yaitu gerakan meluruskan persendian
• Abduksi, yaitu gerakan menjauhi sumbu tubuh
• Adduksi, yaitu gerakan mendekati sumbu tubuh
• Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari aksis
tubuh
• Pronasi, yaitu gerakan memutar ke bawah/ menelungkupkan tangan
• Supinasi, yaitu gerakan memutar ke atas/ menengadahkan tangan
• Inversi, yaitu gerakan ke dalam
• Eversi, yaitu gerakan ke luar
PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN :
Kaji klien dan rencanakan program latihan yang sesuai untuk klien
Memberitahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan, area
yang akan digerakkan dan peran klien dalam latihan
Jaga privacy klien
Jaga/atur pakaian yang menyebabkan hambatan pergerakan
Angkat selimut sebagaimana diperlukan
Anjurkan klien berbaring dalam posisi yang nyaman
Lakukan latihan sebagaimana dengan cara berikut :
LANGKAH-LANGKAH :
a) Latihan sendi bahu
Pasien dalam posisi telentang
Satu tangan perawat menopang dan
memegang siku, tangan yang lainnya
memegang pergelangan tangan.
Luruskan siku pasien, gerakan lengan
pasien menjauhi dari tubuhnya kearah
perawat (Abduksi).
Kemudian Gerakkan lengan pasien
mendekati tubuhnya (Adduksi).
Gerakkan lengan bawah ke bawah
sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah
(rotasi internal).
Turunkan dan kembalikan ke posisi
semula dengan siku tetap lurus.
Gerakkan lengan bawah ke belakang
sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas
(rotasi eksternal).
Turunkan dan kembalikan ke posisi
semula dengan siku tetap lurus.
Hindari penguluran yang berlebihan
pada bahu.
Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali atau sesuai toleransi
b) Latihan sendi siku
Pasien dalam posisi telentang
Perawat memegang pergelangan
tangan pasien dengan satu tangan,
tangan lainnya menahan lengan bagian
atas
Posisi tangan pasien supinasi,
kemudian lakukan gerakan menekuk
(fleksi) dan meluruskan (ekstensi)
siku.
Instruksikan agar pasien tetap rileks
Pastikan gerakan yang diberikan
berada pada midline yang benar
Perhatikan rentang gerak sendi yang
dibentuk, apakah berada dalam jarak
yang normal atau terbatas.
Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
c) Latihan lengan
Pasien dalam posisi telentang
Perawat memegang area siku pasien
dengan satu tangan, tangan yang lain
menggenggam tangan pasien ke arah
luar (telentang/supinasi) dan ke arah
dalam (telungkup/pronasi).
Instruksikan agar pasien tetap rileks
Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
Kozier, B., et al. (2008). Kozier and Erb’s Fundamentals of nursing, concept, process
and practic, eighth edtion. New Jersey : Pearson Education.
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc.
Rhoads, J. & Meeker,B.J., (2008). Davids guide to clinical nursing skills. Philadeplphia :
F.A. Davis Company.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. & Cheever, K.H. (2008) Brunner & Suddarth’s
Textbook of medical-surgical nursing. 11th Edition. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins.
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a range- of-motion
exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181-191.
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
Disusun oleh :
Pengertian :
1. Terapi wicara dipergunakan untuk memberikan terapi pada penderita gangguan perilaku
komunikasi dalam hal gangguan keterlambatan bicara, yaitu kelainan kemampuan bahasa,
bicara,suara, irama/kelancaran, sehingga penderita tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan
secara wajar.
2. Terapi wicara merupakan tindakan yang diberikan kepada individu yang mengalami gangguan
komunikasi, gangguan berbahasa bicara
3. Terapi modeling merupakan terapi berbahasa dengan pendekatan linguistik.
Tujuan :
1. Mengidentifikasi dan analisa data penyebab
2. Meningkatkan kemampuan anak berbicara dan berbahasa sesuai kemampuan sendiri atau
ekspresif.
3. Untuk memberi dukungan dan perhatian pada anak untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dalam berkomunikasi.
4. Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan interpersonal dalam
berbicara.
5. Membantu mempercepat penyembuhan
6. Sebagai fasilitas komunikasi
Indikasi :
1. Pasien dengan retardasi mental
2. Anak yang mengalami keterlambatan bicara, perubahan suara, tidak
mampu memahami pembicaraan atau berbicara dengan baik seperti:
a. Apraksia verbal pada anak
b. Gagap
c. Gangguan artikulasi atau bicara tidak jelas
d. Disartria atau gangguan artikulasi karena kerusakan saraf pusat
e. Gangguan otot orofasial
f. Kesulitan belajar, dalam membaca, mengeja, atau menulis
g. Mutisme
h. Afasia atau gangguan berbahasa
i. Gangguan irama bicara
j. Lisp atau tidak mampu melafalkan huruf dengan baik
Metode : Seorang terapis menyediakan dirinya untuk menjadi model berbahasa bagi klien
dengan mengurai kompleksitas atau kerumitan bahasa sehingga klien dapat menemukan pola
dasar dan aturan berbahasa yang benar. Serta memahami informasi atau pesan yang
terkandung dalam sebuah inti kalimat, dan diharapkan klien mampu mengembangkan
kemampuan pola berbahasa yang lebih baik secara reseptif maupun ekspresif.
Persiapan Alat :
a. Bersiul, untuk meningkatkan penguasaan otot-otot mulut, tenggorokan, dan lidah
b. Mainan dan boneka tangan
c. Pemadu suara
d. Teknologi asistif
e. Permainan berbicara
f. Kartu bergambar
Langkah-langkah :
Evaluasi
1. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain
2. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
3. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan Gambar
Disusun oleh :
Mahasiswa praktek sebisa mungkin menjadi agen atau pelopor bagi pasien dan keluarga
dalam hal meningkatkan kesadaran pencegahan covid-19.
Kewaspadaan Selama Covid-19:
1. Wajib tes serologi sebelum praktik
2. Selalu cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer
3. Selalu gunakan masker
4. Selalu jaga jarak
5. Gunakan APD sekali pakai
6. Jika sakit, segera melapor ke pembimbing ruangan
Kriteria APD untuk mencegah dan melindungi tunuh dari virus corona
1. Mampu melindungi tubuh dari percikan dahak yang mengandung virus corona
2. Tidak mudah rusak
3. Ringan dan tidak mematasi gerak atau menimbulkan rasa tidak nyaman
4. Mudah di bersihkan